2.4. Uji Stress Kontraksi atau Oxytocin Challenge TestOksitosin
adalah hormon wanita alami yang, bila dilepaskan akan merangsang
rahim untuk berkontraksi. Pada waktu kontraksi, aliran oksigen ke
bayi berkurang untuk sementara. Uji ini menunjukkan bagaimana
denyut jantung janin berespon terhadap kontraksi rahim. Detak
jantung bayi diamati dan dinilai pada tiga kontraksi yang terjadi
dalam waktu 10 menit. Selama kontraksi rahim, darah dan oksigen ke
bayi Anda turun untuk waktu yang singkat. Ini bukan masalah bagi
kebanyakan bayi. Tapi tingkat jantung beberapa bayi akan lebih
lambat. Perubahan denyut jantung dapat dilihat pada perangkat
eksternal pemantauan janin. Untuk tes stres kontraksi, hormon
oksitosin diberikan kepada Anda dalam pembuluh darah (intravena,
atau IV) menyebabkan kontraksi persalinan. Anda juga dapat memijat
puting Anda. Ini memberitahu tubuh Anda untuk melepaskan oksitosin.
Jika denyut jantung bayi melambat (berkurang kecepatannya) dalam
pola tertentu setelah kontraksi bukannya mempercepat (akselerasi),
bayi Anda mungkin memiliki masalah dengan stres kerja normal.Uji
stress kontraksi memiliki beberapa indikasi, anatara lain :1.
Kecurigaan postmaturitas, 2. DM ibu, 3. Hipertensi kronis, 4.
Gangguan hipertensi pada kehamilan,5. IUGR, 6. Penyakit jantung
sianotik ibu, 7. Riwayat kehamilan mati terdahulu, 8.
Hipertiroidism, 9. Gravid yang tua (>35 tahun), 10. Penyakit
ginjal kronis, 11. Gerak janin menurun,12. Anemia berat pada ibu,
13. Pasien antepartum yang berisiko tinggi (ketuban pecah dini,
kelahiran prematur dan perdarahan).Uji stres kontraksi (contraction
stress test) merupakan uji pemantauan kehidupan janin berdasarkan
respon denyut jantung janin terhadap kontraksi uterus. Karena
adanya kontraksi uterus menyebabkan oksigenasi ke janin memburuk.
Saat tekanan cairan amnion meningkat bersamaan dengan kontraksi
uterus, tekanan miometrium akan lebih tinggi daripada tekanan
pembuluh-pembuluh yang berjalan sepanjang otot uterus dan
menyebabkan pembuluh-pembuluh tersebut kolaps dan akhirnya
mengisolasi ruang antarvilus kemudian terjadi periode-periode
singkat gangguan pertukaran oksigen, dan terdapat patologi
uteroplasenta, sehingga terjadi deselerasi lambat frekuensi denyut
jantung janin. Merupakan deselerasi yang dimulai terlambat dalam
fase kontraksi, sampai pada titik terendah setelah puncak kontraksi
dan biasanya bertahan melewati akhir kontraksi. Dilakukan induksi
kontraksi dengan pemberian oksitosin intravena, dan respons denyut
jantung janin direkam menggunakan pemantauan standar. Frekuensi
denyut jantung janin dan kontraksi uterus secara bersamaan direkam
oleh suatu monitor eksternal. Apabila terdapat paling sedikit tiga
kontraksi spontan yang berlangsung minimal 40 detik dalam 10 menit,
stimulasi terhadap uterus tidak lagi diperlukan. Apabila jumlah
kontraksi kurang dari tiga kali dalam 10 menit, dilakukan induksi
dengan oksitosin atau stimulasi puting payudara. Apabila digunakan
oksitosin, mula-mula diberikan infus intravena encer dengan
kecepatan 0,5 mU/mnt dan dinaikkan kelipatannya setiap 20 menit
sampai tercapai pola kontraksi yang memuaskan. Pemeriksaan umumnya
diulang setiap minggu, dan pemeriksa menyimpulkan bahwa hasil uji
stress kontraksi yang negative (normal) dapat meramalkan kesehatan
bayi. Salah satu kekurangan yang disebutkan adalah bahwa rata-rata
uji stress kontraksi memerlukan waktu 90 menit.Stimulasi puting
payudara dapat digunakan untuk menggantikan oksitosin sebagai
pemicu kontraksi uterus. Salah satu metode yang dianjurkan adalah
bahwa wanita yang bersangkutan mengusap salah satu puting payudara
dibalik bajunya selama 2 menit atau sampai kontraksi dimulai. Ia
diminta untuk mengulang kembali setelah 5 menit apabila stimulasi
pertama tidak memicu tiga kontraksi dalam 10 menit. Keunggulan cara
ini antara lain adalah biaya yang lebih murah dan waktu pengujian
yang lebih singkat. Walaupun ada penelitian melaporkan bahwa
stimulasi puting payudara dapat menyebabkan hiperstimulasi uterus
dan gawat janin yang tidak dapat diduga, namun peneliti lain tidak
menemukan bahwa aktivitas uterus yang berlebihan akibat stimulasi
pting payudara membahayakan janin.
Uji stress kontraksi diinterpretasikan berdasarkan ada dan tidak
adanya deselerasi lambat denyut jantung janin. Hasil dari uji
stress kontraksi dikategorikan sebagai berikut : a. Negatif : tidak
ada deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang signifikan b.
Positif : deselerasi lambat mencapai 50% atau lebih dari kontraksi
(terjadi bila frekuensi kontraksi kurang dari 3 dalam 10 menit) c.
Equivocalsuspicious : deselerasi lambat intermiten atau deselerasi
variabel yang signifikan d. Equivocalhyperstimulatori: deselerasi
denyut jantung yang terjadi saat terjadinya kontraksi yang lebih
sering setiap menit atau selama 90 detik e. Tidak memuaskan :
kurang dari 3 kontraksi dalam 10 menit atau uninterpretable
tracing. Kontraindikasi relatif uji stress kontraksi pada kondisi
yang berhubungan dengan peningkatan risiko persalinan prematur,
ruptur uteri atau perdarahan uteri, yaitu: 1. Pasien dengan risiko
tinggi lahir belum waktunya2. Ruptur membran preterm3. Riwayat
pembedahan uterus atau persalinan seksio sesaria4. Plasenta
praevia
2.5 Uji Non Stress (Non Stress Test)NST adalah suatu uji untuk
sistem saraf pusat bayi dan secara tidak langsung, uji ini
menunjukkan fungsi plasenta. Kalau sistem saraf pusat berfungsi
dengan baik, dianggap bahwa bayi mendapat cukup oksigen dari
plasenta. Monitor janin menunjukkan hubungan antara gerakan-gerakan
janin dan bertambah cepatnya detak jantung bayi. Respon yang normal
terhadap gerakan dari bayi akan menghasilkan peningkatan detak
jantung janin. Dalam pemeriksaan NST yang perlu diperhatikan yaitu
denyut jantung janin, variabilitas, akselerasi, deselerasi, dan
gerakan janin. Keuntungan uji non stress adalah NST dapat dipakai
dalam lingkungan rawat jalan. Uji non stress melihat 2 macam gerak
janin, yaitu :1. Gerak individual : gerakan ekstremitas,
berlangsung selama 3-5 detik dengan interval lebih dari 12 detik2.
Gerak multiple : kelompok gerakan yang meliputi gerakan
ekstremitas, gerak nafas, dan mungkin gerak seluruh tubuh. Lama
gerakan sangat bervariasi terdiri dari 3-5 gerakan dengan interval
kurang dari 12 detik.
2.5.1 Denyut Jantung JaninFrekuensi denyut jantung janin
normalnya dapat meningkat atau menurun akibat pengaruh otonom yang
diperantarai oleh impuls simpatis atau parasimpatis dari
pusat-pusat otak. Pada janin prematur yang hampir mencapai gestasi
20 minggu menunjukkan nilai dasar DJJ 150-170x/menit. Pada bayi
cukup bulan yang sehat, DJJ biasanya antara 120-160x/menit.
Takikardi bila >160x/menit dan bradikardi bila 30 menit periksa
pH darah dan pertimbangkan SC
DESELERASI VARIABEL1. Keadaan abnormal dan dapat bersifat sedang
atau berat. 2. Terjadi akibat kompresi talipusat/kepala. 3. Bila
berulang : a. lilitan talipusat ? b. Intervensi : Amnioinfusion.
Merubah posisi ibu : Trendelenburg
The American College of Obstetricians and gynecologist (1999)
menyimpulkan bahwa deselerasi variabel, apabila tidak berulang dan
singkat (kurang dari 30 detik), tidak menunjukan gangguan janin
atau perlunya intervensi obstetric, sebaliknya deselerasi variabel
yang berulang paling tidak 3 dalam 10 menit sekalipun ringan ,
dilaporkan berkaitan dengan peningkatan risiko seksio sesarea atas
indikasi gawat janin. Deselerasi yang berlangsung 1 menit atau
lebih bahkan dilaporkan menunjukan prognosis yang lebih buruk.
2.5.5 Pembacaan NSTReaktif bila : Denyut jantung basal
120-160x/menit Gerak janin terutama gerak multipel dan berjumlah 5
gerak dalam 20 menit 2 atau lebih akselerasi DJJ diatas nilai dasar
dari paling sedikit 15x/menit selama paling sedikit 15 detik dalam
periode 20 menit. Kecepatan nilai dasar dalam batas normal.
Variabilitas rata-rata 6-25x/menit.Tes reaktif menunjukan janin
dalam kondisi baik apabila kelahiran terjadi dalam beberapa hari.
Bila NST digunakan untuk kelangsungan hidup janin primer, maka
harus dilakukan 1-2x/seminggu pada pasien yang berisiko tinggi,
terutama ibu diabetes. Selama NST ulangan menunjukan reaktif, maka
kehamilan berisiko dapat diteruskan.Definisi hasil non stress yang
normal berdasarkan ACOG adalah 2 atau lebih akselerasi yang
memuncak 15 dpm atau lebih masing masing berlangsung 15 detik atau
lebih dan semua terjadi dalam 20 menit selama pengujian dimulai.
Walaupun jumlah dan akselerasi normal mencerminkan kesejahteraan
janin, akselerasi yang kurang memadai tidak selau menunjukkan
gangguan janin. Hal ini dikarenakan pada janin sehat mungkin tidak
bergerak sampai selama 75 menit. Selain itu, reproduksibilitas
interpretasi hasil juga bermasalah karena bersifat subyektif. Oleh
karena itu, Pardey dkk (2002) membentuk suatu sistem komputerisasi
Sonicaid Fetal Care, yang diklaim lebih baik daripada interpretasi
subyektif pada nonstress tests.Non reaktif bila: Denyut jantung
basal 120-160x/menit o Variabilitas berkurang atau tidak ada
Gerakan janin tidak ada, kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit Tidak
ada akselerasi denyut jantung meskipun diberi rangsangan dari
luar.Vaiser dkk. (1980) menjelaskan suatu kordiotokogram terminal,
yang meliputi : 1. Osilasi basal kurang dari 5 dpm. 2. Tidak adanya
akselerasi. 3. Deselerasi lambat disertai kontraksi uterus spontan.
Ketidakmampuan janin mempercepat denyut jantungnya, apabila bukan
disebabkan oleh sedasi ibu, merupakan temuan yang kurang
menggembirakan. Demikian juga, Devoe dkk. (1985) menyimpulkan bahwa
uji nonstres yang non reaktif selama 90 menit hampir selalu (93
persen) berkaitan dengan patologi janin yang bermakna.
2.5.6 IntervalInterval antara dua pengujian, yang semula secara
semena-mena ditetapkan 7 hari, tampaknya semakin dipersingkat
berdasarkan pengalaman yang berkembang pada uji nonstres. Menurut
the American College of Obstetricians and Gynecologist (1999),
sebagian peneliti menganjurkan frekuensi pengujian yang lebih
sering untuk wanita dengan kehamilan postmatur, diabetes tipe 1,
hambatan pertumbuhan janin, atau hipertensi akibat kehamilan. Pada
keadaan-keadaan ini, diajukan penelitian 2 kali seminggu dengan
pengujian tambahan dilakukan apabila terjadi perburukan keadaan ibu
atau janin, tanpa memandang waktu sejak pemeriksaan terakhir.
Sebagian dokter melakukan uji nonstres setiap hari atau bahkan
lebih sering. Sebagai contoh, Charry dkk. (1995) menganjurkan
pengujian janin setiap hari pada wanita dengan preeklamsia berat
yang jauh dari aterm.