BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan telinga luar kongenital berupa mikrotia dan stenosis liang telinga berisiko tinggi untuk terbentuknya kolesteatoma dan infeksi telinga tengah. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan pada telinga tengah, nervus fasialis dan telinga dalam. Pada akhirnya, menyebabkan gangguan pendengaran dan keterlambatan pada perkembangan bicara, bahasa dan intelektual. Daun telinga merupakan suatu lempengan tulang rawan yang berlekuk-lekuk ditutupi oleh kulit dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot dan ligamentum. Liang telinga luar 2/3 bagian dalam dibentuk oleh tulang. Kulit yang melapisi tulang rawan liang telinga luar sangat longgar dan mengandung banyak folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Gendang telinga dan kulit liang telinga bagian dalam mempunyai sifat membersihkan sendiri yang disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epithelium dari membran timpani keluar, kebagian tulang rawan. 1.2 Epidemiologi Terjadi pada setiap 5000-7000 kelahiran (bergantung kepada statistik tiap-tiap negara dan ras individual). Jumlahnya di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum pernah ada koleksi data sehubungan dengan mikrotia. Sekitar 90% kasus mikrotia hanya mengenai satu telinga saja (unilateral) dan 10% dari kasus mikrotia adalah mikrotia bilateral. Telinga terbanyak yang terkena 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelainan telinga luar kongenital berupa mikrotia dan stenosis liang telinga
berisiko tinggi untuk terbentuknya kolesteatoma dan infeksi telinga tengah. Kelainan ini
dapat berhubungan dengan kelainan pada telinga tengah, nervus fasialis dan telinga dalam.
Pada akhirnya, menyebabkan gangguan pendengaran dan keterlambatan pada perkembangan
bicara, bahasa dan intelektual.
Daun telinga merupakan suatu lempengan tulang rawan yang berlekuk-lekuk ditutupi
oleh kulit dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot dan ligamentum. Liang telinga luar 2/3
bagian dalam dibentuk oleh tulang. Kulit yang melapisi tulang rawan liang telinga luar sangat
longgar dan mengandung banyak folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.
Gendang telinga dan kulit liang telinga bagian dalam mempunyai sifat membersihkan sendiri
yang disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epithelium dari membran timpani keluar,
kebagian tulang rawan.
1.2 Epidemiologi
Terjadi pada setiap 5000-7000 kelahiran (bergantung kepada statistik tiap-tiap negara
dan ras individual). Jumlahnya di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum
pernah ada koleksi data sehubungan dengan mikrotia. Sekitar 90% kasus mikrotia hanya
mengenai satu telinga saja (unilateral) dan 10% dari kasus mikrotia adalah mikrotia bilateral.
Telinga terbanyak yang terkena adalah telinga kanan. Anak laki-laki lebih sering terkena
dibandingkan dengan anak perempuan (sekitar 65:35). Dan ras Asia lebih sering terkena
dibanding ras lain.(1,2)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mikrotia
Mikrotia terbentuk dari dua kata yaitu micro yang artinya kecil dan otia yang
artinya telinga. Microtia adalah malformasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan
bentuk ringan sampai berat, dengan ukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia).
Biasanya bilateral dan berhubungan dengan stenosis atau atresia meatus akustikus eksternus
dan mungkin malformasi inkus dan maleus. Serta faresis N. fasialis. Kadang disertai dengan
gangguan pertumbuhan mandibula berupa disostosis mandibulofasial (sindrom treacher-
Collin).(1)
Kelainan kongenital ini akibat cacat pertumbuhan tulang rawan Meckel dari arkus
brankialis I. Kelainan berupa gangguan pertumbuhan pina sehingga telinga luar menjadi kecil
sekali dan bentuknya tidak normal. Kelainan ini sering kali diikuti dengan gangguan
pertumbuhan telinga bagian tengah dengan akibat tuli konduksi. (1)
2.2 Anatomi dan fisiologi
Embriologi Telinga Telinga tengah dan telinga bagian luar berasal dari yang pertama (mandibula) dan yang kedua
(hyoid) lengkungan brachial. (1)
2
3
Kebanyakan pasien dengan mikrotia terdapat atresia (ketiadaan) dari kanal auditory
external dan membran timpani dengan kelainan yang bervariasi dari osikel telinga tengah.
Jarang pasien datang dengan mikrotia dan kanal stenosis yang paten. Jarang terjadi tapi
sangat sulit diperbaiki adalah pasien dengan sisa aurikuler yang berada dalam posisi
abnormal. Karena meatus hanya bisa dipindahkan dalam jarak yang terbatas, dokter bedah
harus mempertimbangkan eksisi komplit dari kanal.(1,2)
Telinga bagian dalam berasal dari jaringan embriologi yang terpisah sama sekali dari
telinga bagian tengah dan bagian luar, sehingga hampir selalu normal pada pasien dengan
mikrotia. Dengan kata lain kehilangan pendengaran pada pasien mikrotia atau atresia adalah
tuli konduktif.(2)
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian antara lain telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam. (2)
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3cm. (1,2)
4
b. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan : (2)
Batas luar : membrane timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batasan bawah : vena jugularis ( bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
Batas atas : tegmen timpani ( menigen/ otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah semi sirkularis horizontal, kanalis