PENDAHULUAN
Proses menua adalah suatu proses multifaktorial, yang akan
diikuti oleh penurunan fungsi-fungsi fisiologis organ tubuh yang
progresif dan menyeluruh, disertai penurunan kemampuan
mempertahankan komposisi tubuh, serta respon tubuh terhadap stress.
Menopause merupakan suatu bagian dari proses menua yang ireversibel
yang melibatkan sistem reproduksi wanita.1
Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum didalam ovarium.
Ovum yang dikelilingi oleh selapis sel granulosa disebut folikel
primordial. Selama tahun-tahun reproduksi manusia dewasa, antara
usia sekitar 13 sampai 46 tahun, 400 sampai 500 folikel primordial
cukup berkembang untuk melepaskan ovum satu buah setiap bulan,
sisanya berdegenerasi (menjadi atretik). Pada akhir kemampuan
reproduksi (saat menopause), hanya tersisa sedikit folikel
primordial di dalam ovarium, dan bahkan folikel tersebut kemudian
segera berdegenerasi.2
Menopause didahului oleh suatu periode kegagalan ovarium
progresif yang ditandai oleh peningkatan daur ireguler dan
kemerosotan kadar esterogen. Periode transisi keseluruhan dari
kematangan seksual hingga terhentinya kemampuan reproduksi ini
dikenal sebagai klimakterik, atau perimenopause. Produksi estrogen
ovarium menurun dari sebanyak 300 mg per hari menjadi hampir nol.
Namun, wanita pasca menopause bukannya tidak memiliki esterogen
sama sekali, karena jaringan lemak, hati, dan korteks adrenal terus
menghasilkan hingga 20 mg esterogen per hari.3
Selain berakhirnya daur ovarium dan haid, hilangnya esterogen
ovarium setelah menopause menimbulkan banyak perubahan fisik dan
emosional. Perubahan-perubahan ini mencakup kekeringan vagina, yang
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman selama hubungan seks, dan
atrofi bertahap organ genital.3
MENOPAUSE
A. DEFINISI MENOPAUSE
Menopause adalah fase fisiologis yang ditandai dengan
penghentian permanen periode menstruasi karena hilangnya fungsi
folikel ovarium. Selama transisi menopause, wanita mengalami
berbagai perubahan diantaranya fisik, psikologis, dan sosial yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Menopause menimbulkan
beberapa gejala yaitu : hot flushes, keringat malam, kekeringan
vagina, depresi, mudah tersinggung, sakit kepala, dan gangguan
tidur.1, 4, 5, 6
Menopause adalah keaadan dimana ovarium manusia menjadi tidak
responsif terhadap gonadotropin seiring dengan pertambahan usia,
dan fungsinya menurun sehingga daur seksual menghilang. Menopause
terjadi pada usia kurang lebih 51 tahun. Klimakterium adalah suatu
masa yang sifatnya fisiologis peralihan antara masa reproduksi dan
masa senium. Masa klimakterium terdiri dari masa pramenopause,
menopause dan pascamenopause. Pramenopause yaitu 4-5 tahun sebelum
menopause, mulai ada keluhan klimakterium tetapi estrogen masih
dibentuk. Pascamenopause yaitu 3-5 tahun setelah menopause.4, 5,
7
B. KLASIFIKASI MENOPAUSE
Berdasarkan waktu terjadinya, menopause dapat dibagi menjadi
tiga jenis yaitu:
1. Menopause alami (normal). Menopause alami terjadi seiring
dengan bertambahnya usia, ovarium akan mengalami penurunan fungsi
yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi hormon estrogen
dan progesterone. Sebagai kompensasinya, tubuh pun bereaksi dengan
melakukan penyesuaian-penyesuaian, diantaranya adalah dengan
berhentinya menstruasi. Menopause alami biasa terjadi pada usia
45-55 tahun.
2. Menopause dini (Surgical menopause/Premature menopause) dapat
terjadi karena buatan, akibat operasi seperti pada pengangkatan
ovarium atau akibat obat-obatan seperti pada terapi radiasi maupun
kemoterapi untuk pengobatan tumor pada perempuan yang masih
berovulasi. Atau karena kegagalan ovarium premature pada usia 40,
30, bahkan 20 tahun. Angka kejadian dari premature menopause
meningkat karena perkembangan dari treatment kanker pada anak,
remaja, ataupun wanita usia reproduktif. Hal yang sama juga terjadi
pada peningkatan insiden dilakukannya histerektomi.
3. Menopause terlambat. Bila seorang perempuan masih mendapatkan
haid di atas usia 52 tahun maka disebut dengan menopause terlambat.
Pada menopause terlambat diperlukan penelusuran yang lebih lanjut..
Kemungkinan penyebab bisa berupa konstitusional, fibroma uteri, dan
tumor yang menghasilkan estrogen. Pada perempuan dengan karsinoma
endometrium, sering dijumpai adanya menopause yang
terlambat.8,9
C. ETIOLOGI MENOPAUSE
Penyebab menopause adalah matinya (burning out) ovarium.
Sepanjang kehidupan seks seorang wanita, kira-kira 400 folikel
primordial tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan
ratusan ribu ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya
tinggal sedikit folikel primordial yang harus dirangsang oleh FSH
dan LH. Produksi esterogen dari ovarium menurun saat jumlah folikel
primordial mendekati nol. Ketika produksi esterogen turun dibawah
nilai kritis, esterogen tidak dapat lagi menghambat produksi
gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH
(terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan
kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi
atretik, produksi esterogen oleh ovarium benar-benar turun menjadi
nol.2, 3
Gambar 1. Sekresi estrogen sepanjang kehidupan seks
perempuan2
Pada gambar 1 memperlihatkan:
1) Peningkatan kadar sekresi estrogen pada masa pubertas
2) Variasi siklik selama siklus seks bulanan
3) Peningkatan sekresi estrogen lebih lanjut selama beberapa
tahun pertama masa reproduksi
4) Penurunan progresif sekresi estrogen menjelang akhir masa
reproduksi (kehidupan seksual)
5) Hampir tidar ada sekresi estrogen atau progesterone sesudah
menopause.2, 3
Sistem hormonal mengatur komposisi tubuh, deposisi lemak, massa
otot, kekuatan otot, metabolism, berat badan, dan keadaan fisik.
Perubahan hormonal akan menyertai perkembangan usia seseorang.
Beberapa manifestasi dari proses menopause disebabkan oleh
defisiensi hormonal yang diakibatkan oleh menurunnya produksi
hormone estrogen ovarium karena berkurangnya jumlah folikel yang
aktif sampai menghilangnya produksi estrogen ovarium akibat sudah
tidak ada sama sekali folikel yang masih aktif di ovarium. Keadaan
defisiensi estrogen ini dapat berakibat pada munculnya keluhan
jangka pendek ataupun keluhan jangka panjang.1, 9
D. FISIOLOGI MENOPAUSE
Siklus menstruasi
Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus.
Ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi. Pada fase ini, endometrium terlepas dari
dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih
utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama
lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating
Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi. Fase proliferasi merupakan periode
pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai
hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari,
hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula,
yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada
stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/lutealFase sekresi berlangsung sejak hari
ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi
berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang
tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual. Implantasi atau nidasi ovum yang
dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila
tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan
kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti
dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan
basal dan perdarahan menstruasi dimulai.2,3
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing
hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur
(sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai
matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan
LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di
dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi,
folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah
ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar
hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat
bertahan dan akhirnya luruh.2,3
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen
dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah
dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi
gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH
menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH
menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi
estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus
memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone
(LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari
siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi
ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar
estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.2,3
Klimakterium adalah suatu masa di mana seorang perempuan lewat
dari masa reproduksi ke transisi menopause hingga tahun
pascamenopause, terjadi pada umur rata-rata 45-65 tahun.4, 5
Gambar 2. Masa Perimenopause Pascamenopause Senium4
Perimenopause adalah periode selama 2 sampai 8 tahun sebelum
menopause dan 1 tahun setelah menstruasi terakhir. Perimenopause
adalah suatu masa peralihan menopause yang terjadi beberapa tahun
sebelum menopause, yang meliputi perubahan dari siklus-siklus
ovulatorik menjadi anovulatorik, dengan tanda ketidakteraturan
siklus haid. Berlawanan dengan kepercayaan di masa lalu, ternyata
kadar estradiol tidak turun secara bertahap pada tahun-tahun
sebelum menopause, tetapi tetap berada pada kisaran normal,
meskipun sedikit meningkat hingga sekitar 1 tahun sebelum
pertumbuhan dan perkembangan folikel berhenti.4,10
Penurunan sekresi inhibin oleh folikel-folikel ovarium dimulai
sekitar umur 35 tahun dan menjadi lebih cepat setelah umur 40
tahun. Penurunan inhibin memungkinkan peningkatan FSH yang
mencerminkan berkurangnya reaktivitas dan kemampuan folikel karena
ovarium menua.3,4
Tahun-tahun perimenopause adalah suatu periode di mana kadar FSH
pascamenopause lebih dari 20 IU/L, meskipun tetap terjadi
perdarahan haid, sedangkan kadar LH masih tetap berada dalam
kisaran normal. Kadang-kadang masih terjadi pembentukan folikel dan
korpus luteum sehingga masih mungkin terjadi kehamilan. Oleh karena
itu, bijaksanalah kalau tetap merekomendasikan penggunaan
kontrasepsi hingga betul-betul menopause.2,4
Pramenopause adalah suatu masa menjelang menopause yang terjadi
pada umur rata-rata 40-50 tahun. Ketika perempuan mencapai umur
40-an, anovulasi menjadi lebih menonjol, panjang siklus haid
meningkat. Durasi fase folikuler adalah penentu utama panjang
siklus. Perubahan siklus haid sebelum menopause ditandai oleh
peningkatan kadar hormone penstimulasi folikel (FSH) dan penurunan
kadar inhibin, tetapi dengan kadar hormone luteinisasi (LH) yang
normal dan kadar estradiol yang sedikit meninggi.3,4
Gambar 3. Kadar FSH dan LH dari bayi baru lahir sampai
pascamenopause4
Segera sesudah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa.
Terjadi peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar
3 kali lipat dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pascamenopause,
selanjutnya terjadi penurunan yang bertahap, walaupun sedikit pada
kedua gonadotropin tersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat
kehidupan merupakan bukti pasti terjadinya kegagalan ovarium.
Segera sesudah menopause ovarium menyekresi terutama androstenedion
dan testosterone. Kadar androstenedion yang disirkulasi adalah satu
setengah kali sebelum menopause. Androstenedion pascamenopause
sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, sebagian kecil dari
ovarium. Produksi testosterone turun sekitar 25% pascamenopause,
produksi estrogen oleh ovarium tidak berlanjut setelah menopause.
Namun, kadar estrogen tetap bermakna terutama karena konversi
ekstraglandular dari androstenedion dan testosterone menjadi
estrogen.2,4
E. GEJALA KLINIS MENOPAUSE
Tidak semua perempuan menopause mempunyai keluhan. Sekitar 18%
tanpa keluhan, 56% dengan keluhan dalam 1-5 tahun setelah menopause
dan 26% setelah lebih dari 5 tahun.9,12
Sindroma menopause terwujud dalam bentuk:
1) Gangguan neurovegetatif/vasomotor-hipersimpatokinetik.
Gejala: Gejolak panas (hot flushes), keringat banyak, rasa
kedinginan, sakit kepala, telinga berdenging, berdebar-debar, susah
bernafas, dll. 4, 5, 12, 13
Hot flushes beberapa derajat dan berkeringat, dipandang sebagai
ciri khas klimakterium yang dialami oleh sebagian besar perempuan
pasca menopause, berupa dimulainya kulit kepala, leher dan dada
kemerahan secara mendadak disertai perasaan panas yang hebat dan
kadang-kadang diakhiri dengat berkeringat banyak. Lamanya
bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa menit bahkan satu
jam walaupun jarang. Frekuensinya dapat jarang, sehingga berulang
setiap beberapa menit. Lebih sering dan berat dimalam hari
(menyebabkan sering terbangun dari tidur) atau saat-saat stress. Di
cuaca dingin lebih jarang, lebih ringan dan lamanya lebih pendek
dibandingkan dilingkungan yang lebih hangat. Perempuan pramenopause
menderita hot flushes kurang lebih 15-25% dan frekuensinya lebih
tinggi pada pramenopause yang menderita sindroma prahaid. Segera
setelah menopause frekuensi menjadi 50% dan setelah 4 tahun
pascamenopause akan menjadi 20%. Angka kejadian ini bervariasi
setiap bangsa ataupun ras.1,4
2) Gangguan psikologis
Gejala: Kecapaian, vertigo, iritabilitas, ketakutan, insomnia,
tegang, cemas, libido berkurang, rasa kosong, kurang konsentrasi,
sakit kepala, dipsnea. 4, 5, 12, 13
Gangguan psikiatrik. Pendapat bahwa menopause memiliki efek yang
merugikan pada kesehatan jiwa tidak didukung dalam kepustakaan
psikiatrik. Pada awal pascamenopause sering dijumpai kelelahan,
gugup, nyeri kepala, insomnia, depresi, iritabilitas, nyeri sendi
dan otot, pusing berputar, dan berdebar-debar. Namun, tampaknya
hal-hal tersebut tidak memiliki hubungan kausal dengan estrogen.
Pada usia ini baik laki-laki maupun perempuan yang mengalami
keluhan adalah akibat dari peristiwa-peristiwa kehidupan
sebelumnya.5,12
Stabilitas emosional selama perimenopause dapat diganggu oleh
pola tidur yang buruk, hot flushes sendiri berdampak buruk pada
kualitas tidur. Perimenopause bukanlah penyebab depresi, tetapi
emosi yang labil dapat membaik dengan pemberian hormone. Penyebab
gangguan mood perimenopause, paling sering karena depresi yang
memang sudah ada sebelumnya, walaupun ada populasi perempuan yang
mood-nya sensitif terhadap perubahan-perubahan hormonal.3,4,12
Kognisi dan penyakit Alzheimer. Efek yang menguntungkan dari
estrogen pada kognisi khususnya pada memori verbal. Akan tetapi,
pada perempuan sehat efeknya tidak mengesankan, nilai klinisnya
kecil. Perempuan tiga kali lebih banyak yang menderita Alzheimer
dibanding laki-laki. Estrogen mampu melindungi fungsi sistem saraf
pusat melalui melalui berbagai mekanisme. Estrogen melindungi
terhadap sitotoksitas neuron yang diinduksi oleh oksidasi,
menurunkan konsentrasi komponen amyloid P serum (glikoprotein pada
pengerutan neurofiblier penderita Alzheimer), meningkatkan
pertumbuhan sinaps dan neuron khususnya densitas spina dendritic,
melindungi terhadap toksisitas serebrovaskuler yang dipicu oleh
peptide-peptida amyloid, memicu pembentukan sinaps serta
pertumbuhan dan ketahanan hidup neuron. 4,12
3) Gangguan organic
Gejala: Disparenia, pruritus vulva, pruritus vagina, stress
inkontinensia, angina, kekeroposan tulang, fraktur tulang. 3, 4, 5,
12, 13
Atrofi genitourinaria menyebabkan berbagai gejala yang
mempengaruhi kualitas hidup. Uretritis dengan dysuria,
inkontinensia urgensi, dan meningkatnya frekuensi berkemih
merupakan gejala lanjutan dari penipisan mukosa uretra dan kandung
kemih. Karena kehabisan estrogen, vagina kehilangan kolagen,
jaringan adipose, dan kemampuan untuk mempertahankan air. Ketika
dinding vagina mengerut, rugae akan mendatar dan lenyap. Relaksasi
vagina dengan sistokel, rektokel, prolapses uteri, dan distrofi
vulva bukan konsekuensi dari penurunan estrogen. Penurunan pada
kandungan kolagen kulit, elastisitas dan ketebalan kulit yang
terjadi oleh karena penuaan adalah akibat kekurangan
estrogen.3,4
Penyakit jantung coroner. Di Amerika Serikat kematian karena
penyakit jantung coroner pada perempuan sekitar 3 kali lipat dari
angka kematian karena kanker payudara dan kanker paru. Satu dari
lima perempuan menderita salah satu jenis penyakit jantung atau
pembuluh darah. Sebagian besar penyakit kardiovaskuler disebabkan
oleh ateroskelrosis pada pembuluh darah mayor. Faktor-faktor
resikonya sama dengan laki-laki, misalnya riwayat penyakit
kardiovaskuler pada keluarga, tekanan darah tinggi, merokok,
diabetes mellitus, profil kolesterol/lipoprotein yang abnormal,
serta obesitas. Mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung
coroner telah sangat berkurang karena perawatan medis dan bedah
serta tindakan-tindakan preventif, misalnya penghentian merokok,
penurunan tekanan darah dan penurunan kolesterol, serta pencegahan
primer khususnya penghentian merokok dan penurunan berat
badan.3,4,12
Osteoporosis. Karena estrogen memiliki efek fisiologik yang luas
di luar sistem reproduksi maka penurunan drastis esterogen ovarium
pada menopause mempengaruhi sistem tubuh lain, terutama tulang.
Estrogen membantu pembentukan tulang yang kuat, melindungi wanita
pramenopause dari osteoporosis yang menyebabkan penipisan tulang.
Penurunan esterogen pascamenopause meningkatkan aktivitas osteoklas
pelarut tulang dan menurunkan aktivitas osteoblast penghasil
tulang. Akibatnya adalah berkurangnya kepadatan tulang dan
meningkatnya insidens fraktur tulang.1,12
Tulang adalah organ yang sangat aktif, mempunyai proses
berkelanjutan yang disebut remodeling tulang, yang melibatkan
resorpsi (aktivitas osteoklastik) dan formasi (aktivitas
osteoblastik) yang konstan. Osteoblast ataupun osteoklas berasal
dari progenitor-progenitor sumsum tulang, osteoblast dari sel-sel
induk mesenkimal, dan osteoklas dari turunan sel darah putih
hematopoietic. Sitokin terlibat dalam proses perkembangan ini,
sebuah proses yang diregulasi oleh steroid-steroid seks. Penuaan
dan hilangnya estrogen, keduanya menyebabkan aktivitas osteoklastik
berlebihan. Penurunan asupan dan atau absorpsi kalsium menurunkan
kadar kalsium terionisasi dalam serum. Hal ini menstimulasi sekresi
hormone paratiroid (PTH) untuk memobilisasi kalsium dari tulang
melalui stimulasi langsung pada aktivitas osteoklastik. Peningkatan
PTH juga menstimulasi produksi vitamin D untuk meningkatkan
absorpsi kalsium usus. Defisiensi estrogen berhubungan dengan
responsivitas tulang yang lebih besar terhadap PTH. Kadar PTH
berapa pun, lebih banyak kalsium yang diambil dari tulang,
meningkatkan kalsium serum, yang pada gilirannya menurunkan PTH dan
menurunkan vitamin D serta absorpsi kalsium oleh usus.3, 4, 12
F. DIAGNOSIS MENOPAUSE
Diagnosis menopause dapat ditegakkan baik dengan cara sederhana
maupun dengan cara yang canggih. Perempuan menopause ada yang
mengalami gejala dan juga yang tidak. Bila pasien sudah lebih dari
satu tahun memasuki menopause, pemeriksaan hormone tidak mutlak.
Diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan usia 48-49 tahun, haid
mulai tidak teratur, darah haid mulai sedikit atau banyak, haid
berhenti sama sekali, timbul keluhan klimakterik atau tanpa keluhan
klimakterik.1, 9
Anamnesis dan pemeriksaan:
Anamnesis harus mencakup riwayat keluarga, riwayat pemakaian
obat-obatan serta riwayat sosial ekonomi.
Meneliti faktor-faktor risiko untuk terjadinya:
Kanker endometrium
Kanker payudara
Kerapuhan tulang/osteoporosis: Pemeriksaan densitometer
Penyakit kardiovaskuler.
Pemeriksaan fisik diagnostic lengkap
Pemeriksaan laboratorium terutama untuk lipid, gula darah,
kalsium, fungsi hati dan ginjal.
Paps Smear, kalau mungkin dengan mammogram
Bila perlu lakukan biopsy endometrium terutama bila ada riwayat
perdarahan pervaginam yang tidak teratur.1, 5, 9
Diperlukan pemeriksaan hormonal (FSH dan E2) dan pemeriksaan
densitometer untuk melihat densitas tulang. Diagnosis pasti
ditegakkan bila usia >40 tahun, tidak haid >6 bulan, dengan
atau tanpa keluhan klimakterik, kadar FSH >40 mIU/ml, E2