BAB IPENDAHULUAN
Karsinoma kolon merupakan suatu pertumbuhan tumor yang bersifat
ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus
besar). Kebanyakan kanker kolon berada di rectal, sehingga lebih
banyak dikenal dengan karsinoma colorektal. 1Diperkirakan 101.340
kasus penyakit pada kolon dan 39.870 kasus kanker rectal yang
terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2011. Kanker kolorektal
adalah kanker paling sering ketiga pada pria dan wanita. Rata-rata
usia saat diagnosis adalah 69 tahun. Lebih dari 50.000 orang
meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. Tingkat insiden
telah menurun selama 20 tahun terakhir, disebabkan skrining lebih
efektif. Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian.2 Kanker
kolon adalah penyebab kematian paling umum keempat di seluruh
dunia, diperkirakan bertanggung jawab atas 8% dari total kematian
pada tahun 2008. angka kematian kanker kolon terendah terdapat di
Afrika Tengah dan Selatan-Central Asia dan yang tertinggi di Eropa
Tengah dan Timur.3 Dari beberapa populasi faktor resiko seperti
keturunan, riwayat keluarga kanker usus besar, dan penyakit radang
usus, telah ditemukan.4Kematian kanker kolon sangat terkait dengan
usia. Di Inggris antara tahun 2008 dan 2010, rata-rata 80% dari
kematian akibat kanker kolon berada pada usia 65 tahun dan lebih
tua. Angka kematian meningkat tajam dari sekitar usia 50 tahun pada
pria dan sekitar usia 65 tahun pada wanita, mencapai puncaknya pada
usia 85 tahun pada kedua jenis kelamin.5Gejala yang di timbulkan
antara lain adalah nyeri di perut bagian bawah, darah pada tinja,
diare, konstipasi, atau perubahan kebiasaan buang air besar,
obstruksi usus, anemia dengan penyebab tidak di ketahui dan berat
badan tanpa alasan yang diketahui. Dari anamnesa, apabila kita
temukan gejala-gejala seperti itu, kita perkuat dengan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain
berupa ultrasonografi, CT-Scan, foto polos abdomen, barium enema
dan foto thoraks.Ultrasonografi digunakan untuk menemukan dan
menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis. Membedakan
kista dengan massa yang solid, sulit dilakukan untuk memeriksa
karsinoma pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya
metastasis karsinoma kekelenjar getah bening di abdomen dan hati.
CT scan memegang peranan penting pada pasien dengan karsinoma kolon
dalam menentukan staging, CT scan bisa mendeteksi metastase ke
hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya
di pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi
setelah pembedahan karsinoma kolon. Foto polos abdomen merupakan
pemeriksaan awal untuk melakukan pemeriksaan barium enema. Pada
foto polos abdomen kadang kelainan sukar ditemukan, seringnya
berupa dilatasi usus yang terletak lebih proksimal dari tempat
tumor akibat adanya massa di bagian distalnya. Oleh karenanya,
lebih sering dilanjutkan dengan pemeriksaan barium enema.
Pemeriksaan barium enema dapat memperlihatkan keganasan kolon
dengan gambaran apple core. Pemeriksaan foto thoraks berguna selain
untuk melihat ada/tidaknya metastasis ke paru juga bisa untuk
persiapan tindakan pembedahan. Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan adalah kolonoskopi. Pada kolonoskopi dipakai fiberskop
lentur untuk melihat dinding kolon dari dalam lumen sampai
ileumterminalis. Dengan alat ini dapat terlihat seluruh kolon
termasuk yang tidak terlihat pada foto kolon. Akhirnya diagnosis
pasti karsinoma kolon adalah dengan pemeriksaan
histopatologis.6,7,8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI KOLONUsus besar atau kolon berbentuk tabung muskular
berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari
caecum hingga canalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih
besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci), tetapi
makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar terdiri dari
6 bagian, yaitu caecum, colon ascenden, colon transversum, colon
descenden, colon sigmoid dan rectum. Berbeda dengan mukosa usus
halus, pada mukosa kolon tidak dijumpai vili dan kelenjar biasanya
lurus-lurus dan teratur. Permukaan mukosa terdiri dari pelapis
epitel tipe absorptif diselang-seling dengan sel goblet. Pada
lamina propria dan basis kripta secara sporadik terdapat nodul
jaringan limfoid. 7
Struktur kolon: 1. Caecum Merupakan kantong yang terletak di
bawah muara ileum pada usus besar. Panjang dan lebarnya kurang
lebih 6 cm dan 7,5 cm. Caecum terletak pada fossa iliaca kanan di
atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya
caecum seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak
bebas, tetapi tidak mempunyai mesenterium; terdapat perlekatan ke
fossa iliaca di sebelah medial dan lateral melalui lipatan
peritoneum yaitu plica caecalis, menghasilkan suatu kantong
peritoneum kecil, recessus retrocaecalis. 1. Kolon ascenden Bagian
ini memanjang dari caecum ke fossa iliaca kanan sampai ke sebelah
kanan abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah
kanan, dan di bawah hati membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut
fleksura hepatica (fleksura coli dextra) dan dilanjutkan dengan
kolon transversum.23
1. Kolon Transversum Merupakan bagian usus besar yang paling
besar dan paling dapat bergerak bebas karena tergantung pada
mesokolon, yang ikut membentuk omentum majus. Panjangnya antara
45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra
sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.
Letaknya tidak tepat melintang (transversal) tetapi sedikit
melengkung ke bawah sehingga terletak di regio umbilicalis.
1. Kolon descenden Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di
bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura
lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid, dan
dibelakang peritoneum.
1. Kolon sigmoid Disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang
lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari
apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi
rectum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan
berakhirnya ketiga teniae coli, dan terletak + 15 cm di atas anus.
Kolon sigmoideum tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding
belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
bawah hati membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura
hepatica (fleksura coli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon
transversum.
1. Kolon Transversum Merupakan bagian usus besar yang paling
besar dan paling dapat bergerak bebas karena tergantung pada
mesokolon, yang ikut membentuk omentum majus. Panjangnya antara
45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura lienalis
(fleksura coli dekstra sinistra) yang letaknya lebih tinggi dan
lebih ke lateralis. Letaknya tidak tepat melintang (transversal)
tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak di regio
umbilicalis.
1. Kolon descenden Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di
bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura
lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid, dan
dibelakang peritoneum.
1. Kolon sigmoidDisebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang
lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari
apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi
rectum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan
berakhirnya ketiga teniae coli, dan terletak + 15 cm di atas anus.
Kolon sigmoideum tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding
belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas
(mobile).7
Gambar 1. Anatomi Kolon - Rectum
Anatomi RectumBagian ini merupakan lanjutan dari usus besar,
yaitu kolon sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rectum memiliki
tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral. Mukosa dubur lebih
halus dibandingkan dengan usus besar.Rectum memiliki 3 buah valvula
: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal
rectum terletak di rongga pelvic dan terfiksir, sedangkan 1/3
bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.
Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflectum dimana bagian
anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal
(anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai
pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh
spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang
mengatur pasase isi rectum kedunia luar. Spinkter ani eksterna
terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.7
2.2 FUNGSI KOLONUsus besar atau kolon mengabsorbsi 80% sampai
90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus
dari cairan menjadi massa semi padat. Usus besar hanya memproduksi
mucus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau hormon pencernaan.
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap
hari. Bakteri juga memproduksi vitamin K, riboflavin, dan tiamin,
dan berbagai gas. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk
feses. Fungsi rectum dan canalis anal yang merupakan lanjutan dari
kolon ialah untuk mengeluarkan massa feses yang terbentuk dan
melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol. Fungsi rectum
berhubungan dengan defekasi sebagai hasil refleks. Apabila feses
masuk ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum sehingga
menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon descendens dan kolon
sigmoid mendorong feses ke arah anus, sfingter ani internus
dihambat dan sfingter ani internus melemas sehingga terjadi
defekasi. Feses tidak keluar secara terus menerus dan sedikit demi
sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani
internus dan externus.7
2.1 DEFINISI KARSINOMA KOLONKarsinoma kolon merupakan keganasan
yang mengenai sel-sel epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari
keganasan kolon ini adalah proses perubahan secara genetik pada
sel-sel epitel di mukosa kolon yang timbul akibat beberapa hal,
antara lain dietetik,kelainan di kolon sebelumnya dan faktor
herediter. 62.4 EPIDEMIOLOGI KARSINOMA KOLONKarsinoma kolon adalah
penyebab kematian kedua akibat karsinoma. Kemungkinan mengidapnya
adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2 peratus setahun sejak
1985 hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya meningkat
kembali. Ini menunjukkan keberhasilan deteksi awal melalui program
skrining.8Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon, kira-kira
pada bagian : 26 % pada caecum dan ascending colon 10 % pada
transfersum colon 15 % pada desending colon 20 % pada sigmoid colon
30 % pada rectumInsiden karsinoma kolon menunjukkan variasi
geografik. Negara industri kecuali Jepang mempunyai insiden
tertinggi. Manakala Negara Amerika Selatan dan China mempunyai
angka kejadian yang relative rendah. Ini disebabkan oleh perbedaan
diet antara negara berkenaan dan faktor lingkungan .8Di Indonesia
dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum
ada angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolon. Sjamsuhidajat
(1986) dari evaluasi data-data di Departemen Kesehatan mendapatkan
1,8 per 100.000 penduduk.2 Tirtosugondo (1986) untuk Kodya
Semarang. Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa
karsinoma Colon pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena
karsinoma ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien
pada karsinoma Colon mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki
dan perempuan. Karsinoma pada colon kanan biasanya terjadi pada
wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
Insidennya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien
yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu
dengan riwayat keluarga yang mengalami mengalami karsinoma
kolon.2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.9 Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi kejadian karsinoma kolon yaitu: 1. Umur Kanker
kolon sering terjadi pada usia tua. Lebih dari 90% penyakit ini
menimpa penderita di atas usia 40 tahun, dengan insidensi puncak
pada usia 60-70 tahun (lansia). Kanker colorectal ditemukan di
bawah usia 40 tahun yaitu pada orang yang memiliki riwayat colitis
ulseratif atau polyposis familial.
1. Faktor Genetik Meskipun sebagian besar kanker colorectal
kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan, namun faktor genetik
juga berperan penting. Ada beberapa indikasi bahwa ada
kecenderungan faktor keluarga pada terjadinya kanker colorectal.
Risiko terjadinya kanker colorectal pada keluarga pasien kanker
colorectal adalah sekitar 3 kali dibandingkan pada populasi
umum.Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kanker
colorectal diantaranya sindrom poliposis. Namun demikian sindrom
poliposis hanya terhitung 1% dari semua kanker colorectal.
1. Faktor Lingkungan Kanker colorectal timbul melalui interaksi
yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Sejumlah
bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada kejadian
kanker colorectal. Risiko mendapat kanker colorectal meningkat pada
masyarakat yang bermigrasi dari wilayah dengan insiden kanker
colorectal yang rendah ke wilayah dengan risiko kanker colorectal
yang tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa lingkungan sentrum
perbedaan pola makanan berpengaruh pada karsinogenesis.
1. Faktor MakananMakanan mempunyai peranan penting pada kejadian
kanker colorectal. Mengkonsumsi serat sebanyak 30 gr/hari terbukti
dapat menurunkan risiko timbulnya kanker colorectal sebesar 40%
dibandingkan orang yang hanya mengkonsumsi serat 12 gr/hari. Orang
yang banyak mengkonsumsi daging merah (misal daging sapi, kambing)
atau daging olahan lebih dari 160 gr/hari (2 porsi atau lebih) akan
mengalami peningkatan risiko kanker colorectal sebesar 35%
dibandingkan orang yang mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per
minggu.Serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh
enzim-enzim dan bakteri di dalam tractus digestivus. Serat makanan
ini akan menyerap air di dalam kolon, sehingga volume feses menjadi
lebih besar dan akan merangsang syaraf pada rectum, sehingga
menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian tinja yang
mengandung serat akan lebih mudah dieliminir atau dengan kata lain
transit time yaitu kurun waktu antara masuknya makanan dan
dikeluarkannya sebagai sisa makanan yang tidak dibutuhkan tubuh
menjadi lebih singkat. Waktu transit yang pendek, menyebabkan
kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa kolon menjadi singkat,
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di kolon dan rectum. Di
samping menyerap air, serat makanan juga menyerap asam empedu
sehingga hanya sedikit asam empedu yang dapat merangsang mukosa
kolon, sehingga timbulnya karsinoma kolon dapat dicegah.
1. Polyposis Familial Polyposis Familial diwariskan sebagai
sifat dominan autosom. Insiden pada populasi umum adalah satu per
10.000. Jumlah total polip bervariasi 100-10.000 dalam setiap usus
yang terserang. Bentuk polip ini biasanya mirip dengan polip
adenomatosun bertangkai atau berupa polip sesil, akan tetapi
multipel tersebar pada mukosa kolon. Sebagian dari poliposis ini
asimtomatik dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare,
sekresi lendir yang meningkat dan perdarahan kecil yang mengganggu
penderita. Polip cenderung muncul pada masa remaja dan awal dewasa
dan risiko karsinoma berkembang di pasien yang tidak diobati adalah
sekitar 90% pada usia 40 tahun.
1. Polip Adenoma Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar.
Insiden terbanyak pada umur sesudah dekade ketiga, namun dapat juga
dijumpai pada semua umur dan laki-laki lebih banyak dibanding
dengan perempuan. Polip adenomatosum lebih banyak pada kolon
sigmoid (60%), ukuran bervariasi antara 1-3 cm, namun terbanyak
berukuran 1 cm. Polip terdiri dari 3 bagian yaitu puncak, badan dan
tangkai. Polip dengan ukuran 1,2 cm atau lebih dapat dicurigai
adanya adenokarsinoma. Semakin besar diameter polip semakin besar
kecurigaan keganasan. Perubahan dimulai dibagian puncak polip, baik
pada epitel pelapis mukosa maupun pada epitel kelenjar meluas ke
bagian badan dan tangkai serta basis polip. Risiko terjadinya
kanker meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan jumlah
polip.
1. Adenoma Vilosa Adenoma vilosa jarang terjadi, berjumlah
kurang dari 10% adenoma kolon. Terbanyak dijumpai di daerah
rectosigmoid dan biasanya berupa massa papiler, soliter, tidak
bertangkai dan diameter puncak tidak jauh berbeda dengan ukuran
basis polip. Adenoma vilosa mempunyai insiden kanker sebesar
30-70%. Adenoma dengan diameter lebih dari 2 cm, risiko menjadi
kanker adalah 45%. Semakin besar diameter semakin tinggi pula
insiden kanker.
1. Colitis Ulserosa Perkiraan kejadian kumulatif dari kanker
kolon yang berhubungan dengan colitis ulserosa adalah 2,5% pada 10
tahun, 7,6% pada 30 tahun, dan 10,8% pada 50 tahun.Colitis ulserosa
dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa kolon dan beberapa
abses bersatu membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul
pseudopolip yaitu penonjolan mukosa kolon yang ada diantara ulkus.
Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas
disertai adanya pseudopolip merupakan resiko tinggi terhadap
karsinoma. Pada kasus demikian harus dipertimbangkan tindakan
kolektomi. Tujuannya adalah mencegah terjadinya karsinoma
(preventif) dan menghindari penyakit yang sering berulang-ulang.
Karsinoma yang timbul sebagai komplikasi colitis ulserosa sifatnya
lebih ganas, cepat tumbuh dan metastasis.2.6 TIPE KARSINOMA
KOLON.10Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan
rektum, yaitu1. Tipe polipoid atau vegetatifPada tipe ini tumor
tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan
ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.1. Tipe skirus atau
infiltratif, Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan
sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan
pada kolon descendens, sigmoid dan rektum. 1. Tahap ulserasiPada
tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di
daerah rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan
mengalami ulcerasi menjadi tukak yang maligna. 2.7 PATOLOGIPada
umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus
besar sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar
kanan (caecum, kolon ascenden, transversum sampai batas flexura
lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada
permulaan, massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor kolon
kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang
mudah iritasi dengan simtom habit bowel: sakit di abdomen yang
sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan dengan
makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai
diare ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia karena adanya
perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin
karena volum kolon kanan lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi
massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
Karsinoma usus besar kiri (kolon transversum batas flexura
lienalis, kolon descenden, sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk
cincin menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan, tumor tampak
seperti massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak
melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengah
mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur
lendir dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom
disentri.
Gambar 2. Patologi tumor kolon
2.8 GEJALA KLINIS.11Pasien dengan karsinoma kolon umumnya
memberikan keluhan berupa gangguan proses defekasi (Change of bowel
habit), berupa konstipasi atau diare, perdarahan segar lewat anus
(rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah buang air besar
(tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia
tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat badan. Adanya suatu
massa yang dapat teraba dalam perut jugadapat menjadi keluhan yang
dikemukakan.Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari
bentuk makroskopis dan letak tumor. Bentuk polipoid (cauli flower)
dan koloid (mukoid) menghasilkan banyak mukus, bentuk anuler
menimbulkan obstruksi dan kolik, sedangkan bentuk infiltratif
(schirrhus) tumbuh longitudinal sesuai sumbu panjang dinding rektal
dan bentuk ulseratif menyebabkan ulkus ke dalam dinding
lumen.Karsinoma yang terletak di kolon asenden menimbulkan gejala
perdarahan samar sedangkan tumor yang terletak di rektum
memanifestasikan perdarahan yang masih segar dan muncul gejala
diare palsu. Di kolon desenden, karsinoma ini menyebabkan kolik
yang nyata karena lumennya lebih kecil dan feses sudah berbentuk
solid.Keluhan dan gejala tergantung juga dari lokasi dan besarnya
tumor.1. Karsinoma Kolon Sebelah Kanan Penting untuk diketahui
bahwa umumnya pasien dengan karsinoma pada caecum atau pada
ascending kolon biasanya memperlihatkan gejala nonspesifik seperti
kekurangan zat besi (anemia). Kejadian anemia ini biasanya
meningkatkan kemungkinan terjadinya karsinoma kolon yang belum
terdeteksi, yang lebih cenderung berada di proksimal daripada di
kolon distal. Beberapa tanda gejala yang terlihat yaitu berat badan
yang menurun dan sakit perut pada bagian bawah yang relatif sering,
tetapi jarang terjadi pendarahan di anus. Pada 50-60% pasien
terdapat massa yang teraba di sisi kanan perut.
1. Karsinoma kolon sebelah kiri Jika karsinoma terletak pada
bagian distal, maka kemungkinan besar akan ada gangguan pada
kebiasaan buang air besar, serta adanya darah di feses. Beberapa
karsinoma pada transversa kolon dan kolon sigmoid dapat teraba
melalui dinding perut. Karsinoma sebelah kiri lebih cepat
menimbulkan obstruksi, sehingga terjadi obstipasi. Tidak jarang
timbul diare paradoksikal, karena tinja yang masih encer dipaksa
melewati daerah obstruksi partial.1. Karsinoma Rectum Sering
terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering
terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir, berat
badan menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul
pada kanker rectum. Kadang-kadang menimbulkan tenesmus dan sering
merupakan gejala utama.
2.9 DIAGNOSIS 11,12,13Diagnosis karsinoma kolon ditegakkan
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan laboratoris, radiologis, kolonoskopi, dan
histopatologis.1. AnamnesisPada stadium dini, karsinoma kolon tidak
memberikan gejala. Gejala biasanya muncul saat perjalanan penyakit
sudah lanjut. Pasien dengan karsinoma kolon biasanya mengeluh rasa
tidak enak, kembung, tidak bisa flatus, sampai rasa nyeri di perut.
Didapatkan juga perubahan kebiasaan buang air besar berupa diare
atau sebaliknya, obstipasi, kadang disertai darah dan lendir. Buang
air besar yang disertaidengan darah dan lendir biasanya dikeluhkan
oleh pasien dengan karsinoma kolon bagian proksimal. Hal ini
disebabkan karena darah yang dikeluarkan oleh karsinoma tersebut
sudah bercampur dengan feses. Gejala umum lain yang dikeluhkan oleh
pasien berupa kelemahan, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat
badan. Secara umum gejala meliputi perubahan pola kebiasaan
defekasi, baik berupa diare ataupun konstipasi (change of bowel
habit), perdarahan per anum (darah segar), penurunan berat badan,
faktor predisposisi (risk factor), riwayat kanker dalam keluarga,
riwayat polip usus, riwayat colitis ulserosa, riwayat kanker
payudara/ovarium, uretero sigmoidostomi, serta kebiasaan makan
(rendah serat, banyak lemak)
1. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik mungkin tidak banyak
menolong dalam menegakkan diagnosis. Tumor kecil pada tahap dini
tidak teraba pada palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan
yang sudah lanjut. Bila tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba
hepar yang noduler dengan bagian yang keras dan yang kenyal. Asites
biasa didapatkan jika tumor sudah metastasis ke peritoneal.
Perabaan limfonodi inguinal,iliaka, dan supraklavikular penting
untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis ke limfonodi
tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma kolorektal
harusdilakukan rectal toucher . Bila letak tumor ada di rektum atau
rektosigmoid, akanteraba massa maligna (keras dan berbenjol-benjol
dengan striktura) di rektum ataurektosigmoid teraba keras dan
kenyal. Biasanya pada sarung tangan akan terdapat lendir dan
darah.
1. Pemeriksaan penunjang 11,12Pemeriksaan laboratorium tidak
dapat menentukan diagnosis. Walau demikian, setiap pasien yang
mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar hemoglobin.Pemeriksaan
radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos abdomen,barium
enema dengan single contrast maupun double contrast dan foto
thoraks1. Pemeriksaan Laboratotium11,131. Anemia dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin dan
hematokrit).1. Test guaiac pada feses 1. Carcinoembryonic antigen
(CEA)1. Pemeriksaan Radiologi1. Ultrasonografi (USG)Ultrasonografi
(USG) merupakan salah satu imaging diagnostik (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh manusia,dimana
kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta
hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat
non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat
dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontra indikasinya, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit
penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik
berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan
penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh.
Prinsip USG: Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi
lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia,
sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat
didengar manusia mempunyai frekwensi antara 20 20.000 Cpd (Cicles
per detik- Hertz).. Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini mengunakan
frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz). Gelombang suara frekwensi
tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam
suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya
mekanis pada kristal, akan menimbulkan teganganlistrik. Fenomena
ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan
USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi
oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang
melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan
dihasilkan gelombang suara frekwensi tinggi.
Kekurangan:USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh
puluh persen gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan,
sedang pada perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas 99%
dipantulkan. Dengan demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis
belum dapat dilakukan. Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen
diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena gas dalam usus.
Penderita gemuk agak sulit, karena lemak yang banyak akan
memantulkan gelombang suara yang sangat kuat. Suatu penyulit yang
umum pada pemeriksaan USG disebabkan karena USG tidak mampu
menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh persen gelombang suara
yang mengenai tulang akan dipantulkan. Dan diperkirakan 25%
pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena
gas dalam usus. USG sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada
kolon.
Pemakaian Klinis: USG digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis dalam berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara
lain menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan
pelvis. membedakan kista dengan massa yang solid. mempelajari
pergerakan organ (jantung, aorta, vena kafa), maupun pergerakan
janin dan jantungnya. Pengukuran dan penetuan volum. Pengukuran
aneurisma arterial, fetalsefalometri, menentukan kedalaman dan
letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan volum massa ataupun
organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu,
ovarium, uterus, dan lain-lain). Biopsi jarum terpimpin. Arah dan
gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG.
Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar
tumor dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat.
Selain itu setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula
diikuti.Gambaran pada carcinoma colon :Pada tumor kolon biasanya
muncul sebagai masa yang hypoechoic dengan pusat yang hyperechoic
yang dikenal dengan target sign (lihat gambar dibawah). Yang
lainnya dapat ditemukan penebalan dinding kolon, kontur yang tidak
teratur (irregular ), berkurangnya peristaltic usus dan tidak
adanya tampilan normal lapisan dinding usus.14
Gambar 3. Ultrasound scan of a large cecal carcinoma showing
concentric thickening of the hypoechoic bowel wall by the
tumor.14
Gambar 4. Ultrasound scan through the right lobe of the liver
showing large hyperechoic metastasis from colon cancer.14
1. CT-Scan Kolon (CT colonography)Pemanfaatan alat CT scan dalam
melakukan pemeriksaan Kolon merupakan teknik yang baru dan dapat
kita lakukan dengan sangat cepat dan dapat meniadakan radiasi yang
diterima oleh pekerja radiasi. CT colonography lebih dikenal
sebagai kolonoskopo virtual, telah diperkenalkan sebagai metode
alternative untuk skrining kanker kolorektal. Keefektifan alat ini
berawal dari percobaan multicenter the American College of
Radiology Imaging Network (ACRIN) study.15CT-Scan kolon dapat
dilakukan dengan 2 cara, antara lain :1. Dengan memasukkan kontras
media positif.1. Dengan memasukkan kontras media negative.CT Kolon
adalah pemeriksaan Kolon dengan memanfaatkan alat CT Scan untuk
menperlihatkan gambaran Kolon dan menggunakan kontras media
negative yaitu udara yang dipompakan kedalam kolon. Tujuan
pemeriksaan ini sama halnya dengan pemeriksaan Kolon biasa, hanya
disini kita tak perlu melakukan fluoroskopi dan juga tidak
memasukkan Barium kedalam usus sipenderita. Jadi pemeriksaannya
jauh lebih nyaman dari pemeriksaan Kolon yang biasa kita lakukan,
serta waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat. Pada CT Kolon kita
dapat mengevaluasi permukaan luar (3D Kolon) dan structure dalam
dari Kolon dengan Navigator ,seperti divertikuli , dokter dapat
juga mengevaluasi bagian dari structure abdomen lainnya, seperti
liver, ginjal, dll. Setelah dilakukan pemotretan dalam posisi
supine dan prone dengan mempergunakan Helical dan ketebalan irisan
3 - 5 mm , pasien diperbolehkan keluar dari ruangan pemeriksaan,
dan selanjutnya kita lakukan prosesing gambar pada operator
console. Untuk melihat Kolon dengan penampilan tiga dimensi, cukup
kita klik Built model, terus 3D Kolon , dengan sekejap kita
dapatkan gambaran Kolon. Dengan jalan memutar-mutar gambar
sedemikian rupa , kita dapatkan gambaran Kolon yang kita kehendaki.
Gambar Kolon 3D yang sudah kita dapatkan kita ubah lagi menjadi
gambaran kolon seperti yang biasa kita buat dengan alat Rontgen
konvensionil. Dengan menggunakan alat (Navigator) yang dapat kita
gerakkan sepanjang gambaran Kolon , dimana kita sudah mempunyai
gambaran Kolon dalam potongan axial , sagital dan coronal sebagai
panduan., maka kita dapatkan gambaran permukaan dalam dari Kolon ,
dimana gambar yang kita lihat adalah gambaran seperti yang
dihasilkan dengan alat Kolonoskopi yang selama ini kita lihat.21
Bila dokter memerlukan visualisasi dari Kolon itu sendiri dapat
dengan mudah dilakukan, walaupun pasien sudah keluar dari bagian
Radiologi.
Gambar 5. Axial, coronal, and sagittal CT images highlighting a
lesion following insufflation of carbon dioxide to distend the
colon. The images are sent to 3-dimensional rendering software,
which is able to reformat the images into a 3-dimensional
projection.14
Gambar. 6 Two- and 3-dimensional reformatted images. The
2-dimensional image was obtained after administration of oral
contrast, and a stalked polyp was demonstrated. "Electronic
cleansing" has been applied post process to the 3-dimensional
image, and the lesion is shown in profile.14Indikasi CT
Colonography :1. Colitis1. Polip1. Tumor1. Invaginasi1. HemoroidCT
Colonography dapat dianjurkan kepada pasien yang beresiko
mendapatkan komplikasi pada kolonoskopi konvensional.
Kontraindikasi CT Colonography : Diare akut Diverticulitis Baru
menjalani bedah koloerktal Hernia Diduga Perforasi kolon Obstruksi
usus Baru menjalani biopsy endoskopi24Persiapan Pasien :1. Dua hari
sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur kecap
dan disarankan banyak minum air1. Jika kita lakukan pagi maka makan
bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib. Dan jika pemeriksaan
dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.1. Jika kita lakukan
pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1 bks dicmpur dgn
air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka minum garam
inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.1. Jika dilakukan
pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika dilakukan
siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk boleh
bnyak bicara.1. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm
keadaan puasa.1. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan
klisma.Persiapan Alat dan Bahan :1. Cateter1. Gunting klem1. Spuit
20cc1. Jelly1. Spuit cateter1. Handscone1. Bahan KontrasDengan
memakai CT Scan dual slice saja kita bisa menghasilkan gambaran CT
Kolon dengan baik, apalagi apabila kita pakai CT multi slice, pasti
gambarannya akan jauh lebih baik , sebab resolusinya akan semakin
halus. Keuntungan pemeriksaan ini adalah mengurangi radiasi yang
diterima pekerja radiasi. Dapat memperlihatkan struktur Kolon baik
lapisan luar maupun lapisan dalamnya. Kita bisa melihat gambaran
Kolonoskopi tanpa menunggu dokter ahli Penyakit dalam untuk
melakukannya. Kelemahannya kita tak bisa mengambil cuplikan bahan
yang akan diperiksa dilaboratorium, apabila ada hal-hal yang
mencurigakan. Kerugian CT Scan adalah :Karena CT Scan menggunakan
sinar x untuk menghasilkan gambar potongan tubuh ,maka tentu saja
pasien yang sedang dalam pemeriksaan CT Scan akan terpapar dengan
sinar x. CT Scan dengan teknologi saat ini hanya akan memaparkan 4%
saja dari radiasi sinar x yang dipaparkan oleh alat Rontgen sinar x
biasa. Oleh karena itu ibu hamil tak dapat melakukan pemeriksaan CT
Scan , oleh karena itu ibu hamil wajib memeberitahukan kondisi
kehamilannya pada dokter sebelum dokter merekomendasikan
pemeriksaan CT Scan. Munculnya gambaran artefak (gambaran yang
seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena
pasien bergerak selama perekaman CT Scan berlangsung, pasien yang
menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau
kondisi jaringan tubuh tertentu yang mengakibatkan timbulnya
gambaran artefak. Demikian penggunakan CT Scan sejak awal sampai
saat ini setelah banyak sekali kemajuan teknologi yang dicapai
,kemajuan ini dapat sangat bermanfaat untuk dunia kedokteran dan
kesehatan.1. Foto Polos Abdomen11,13Foto polos abdomen merupakan
pemeriksaan awal untuk melakukan pemeriksaan barium enema. Apabila
pada pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan tanda-tanda
perforasi, maka pemeriksaan barium enema merupakan kontra
indikasi.Foto polos abdomen sedapat mungkin dibuat pada posisi
tegak dengan sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat
distribusi gas, sedangkan di sikap tegak untuk melihat batas
udara-air dan letak obstruksi karena massa. Foto Polos Abdomen
menjadi salah satu alat bantu dalam mendiagnosis terjadinya
gangguan pada abdomen. Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan
penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan
abdomen akut. Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi,
yaitu :1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal
dengan proyeksi anteroposterior (AP).1. Duduk atau setengah duduk
atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi
AP.1. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan
sinar horizontal, proyeksi AP. Sebaiknya pemotretan dibuat dengan
memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh abdomen beserta
dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35 x 43
cm.Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air
fluid level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya
suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas
66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada
obstruksi kolon.Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran
step ladder dan air fluid level terutama pada obstruksi bagian
distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi
stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa
hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus.
Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi
usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
peritonitis akibat adanya perforasi.4. Colon In Loop 11,13Tujuan
Pemeriksaan :1. Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma kolon
dan penyakit inflamasi kolon.1. Mendeteksi adanya polip, inflamasi
dan perubahan struktural pada kolon.Resiko dan Tindakan Pencegahan
:1. Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada penderita
tachycardia atau colitis berat.1. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan hati-hati pada penderita ulcerative colitis, diverticulitis,
berak darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides
intestinalis.Nilai Normal : Barium akan mengisi kolon secara rata
dan menunjukkan contour, patency (bebas terbuka) dan posisi bowel
yang normal.Indikasi :1. Gangguan pola buang air besar1. Nyeri
daerah kolon1. Kecurigaan massa daerah kolon1. Melena1. Kecurigaan
obstruksi kolonKontra indikasi :1. Absolute1. Toxic megakolon1.
Pseudo membranous colitis 1. Post biopsy kolon (sebaiknya menunggu
setelah 7 hari)1. Relatif1. Persiapan kolon kurang baik1. Baru saja
mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan kontrasKomplikasi
:1. Perforasi usus1. Extraluminasi ke venous1. Water intoxication1.
Intramural barium1. Cardiac arithmia1. Transient bactericemia1. ES
obat-obatan yang dipergunakan (buscopan, dll)Persiapan
Pemeriksaan1. 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak
rendah serat1. 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum
tablet dulcolax1. 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien
diberi dulkolak kapsul per anus selanjutnya dilavement1. Seterusnya
puasa sampai pemeriksaan1. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien
diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral untuk mengurangi pembentukan
lendir 1. 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan
buscopan untuk mengurangi peristaltic usus.Prosedur :1. Catat
tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.1. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO
Pendahuluan, menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien
berukuran besar menggunakan kaset ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto
Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan1. Posisi Pasien Supine diatas
meja pemeriksaan, kedua lengan disamping tubuh, kaki lurus dengan
lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi. 1. Posisi objek Mid Sagital
Plane pada pertengahan meja, batas atas processus xyphoideus dan
batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray: Vertical, Center
point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4. Eksposi:
sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma
keatas sehingga abdomen terlihat jelas.1. Siapkan media kontras
barium sulfat yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1:8.1.
Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang
irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur
pasien.1. Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus
pasien, diklem dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga
barium masuk ke kolon sigmoid (5 menit). Tutup gunting klem pada
selang irigator. Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm. 1.
Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (
10 menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40
cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan
kiri dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm. 1. Pasien dipersilahkan
BAB. 1. Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus
pasien dengan spuit (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan
dengan posisi AP.1. Pemeriksaan Kolon in loop selesai. Pasien
diantar keluar ruang pemeriksaan. Kelebihan dalam menegakan
diagnosa pemeriksaan usus besar / kolon in loop bahwa radiolog
dapat memonitor secara real time. Pergerakan peristaltic pada saat
dilakukan pemeriksaan kolon in loop, dengan catatan bahwa dalam
pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.Teknik Pemasukan Media
Kontras1. Metode Kontras Tunggal1. Pemeriksaan hanya menggunakan
BaSO4 sebagai media kontras. 1. Kontras dimasukkan ke kolon
sigmoid, desenden, transversum, ascenden sampai daerah sekum.1.
Dilakukan pemotretan full fillng 1. Evakuasi, dibuat foto post
evakuasi1. Metode Kontras Ganda Satu Tingkat1. Kolon diisi BaSO4
sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium
melapisi kolon 1. Selanjutnya dibuat foto full filling
1. Kontras Ganda Dua Tingkat1. Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2
fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum1. Pasien
disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon1.
Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon1. Pasien
disuruh BAB1. Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000 ml, tidak
boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal
(wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )1. Tahap
pemotretan1. Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon
mengembang semua1. Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan
kelainan serta lokasinya.1. Proyeksi PA, PA oblig & lateral (
rectum )1. Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk
fleksura)1. Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura
lienalis dan hepatica)
Gambar 7. Gambaran radiologi apple core pada karsinoma kolon
Karsinoma kolon secara radiologic memberikan penampilan sebagai
berikut.11a. Penonjolan ke dalam lumen (produted lesion)Bentuk
klasik tipe ini adalah polip. Polip dapat bertangkai (pedunculated)
atau tak bertangkai (sessile). Dinding kolon seringkali maish
baik.b. Keracunan dinding kolon (colonic wall deformity)Dapat
bersifat simetris (napkin ring) atau asimetris (apple core). Lumen
kolon sempit dan ireguer. Kerapkali hal ini sukar dibedakan dengan
colitis Crohn. c. Kekakuan dinding kolon (rigidity colonic
wall)Bersifat segmental , terkadang mukosa masih baik. Lumen kolon
dapat/tidakmenyempit. Bentuk ini sukar dibedakan dengan kolitis
ulseratif.Pada bentuk-bentuk tadi, dapat dimintakan pemeriksaan
endoskopi untuk biospiSetelah Pemeriksaan :1. Jika X-ray lebih
lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat kembali makan secara
normal.1. Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.1. Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72
jam ( 1 3 hari ).Keuntungan:1. Sensitivitasnya untuk mendiagnosis
karsinoma kolon-rektum: 65 95 %1. Aman 1. Tingkat keberhasilan
prosedur sangat tinggi1. Tidak memerlukan sedasi1. Telah tersedia
di hampir seluruh rumah sakit.Kelemahan:1. Rendahnya akurasi untuk
mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan divertikulosis dan di
sekum1. Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar1.
Rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip