Top Banner
Aplikasi Analytical Spectral Device (ASD) pada Pemetaan Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Timur, Indonesia REFERAT Oleh: Extivonus Kiki Fransiskus 12012060 Makalah ini adalah makalah referat yang bertujuan untuk latihan presentasi yang bersumber dari Atmasari Rura, Priyo Widekso, Arif Purnomo, Jesse Umbal, 2011, Application of an Analytical Spectral Device (ASD) in Alteration Mapping of the Seruyung Project, East Kalimantan, Indonesia, Majalah Geologi Indonesia, v.26, no.3 (Desember 2011), pp. 155-171 sehingga buah pikiran yang dituangkan dalam makalah ini hampir seluruhnya adalah buah pikiran dari sumber PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
23

[REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

Mar 29, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

Aplikasi Analytical Spectral Device (ASD) pada Pemetaan

Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Timur, Indonesia

REFERAT

Oleh:

Extivonus Kiki Fransiskus

12012060

Makalah ini adalah makalah referat yang bertujuan untuk latihan presentasi yang bersumber

dari

Atmasari Rura, Priyo Widekso, Arif Purnomo, Jesse Umbal, 2011, Application of an

Analytical Spectral Device (ASD) in Alteration Mapping of the Seruyung Project, East

Kalimantan, Indonesia, Majalah Geologi Indonesia, v.26, no.3 (Desember 2011), pp. 155-171

sehingga buah pikiran yang dituangkan dalam makalah ini hampir seluruhnya adalah buah

pikiran dari sumber

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014

Page 2: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan sumber daya mineral terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Selain memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, mineral merupakan komoditi

penunjang pendapatan negara yang cukup besar. Eksplorasi sumber daya mineral terus

berkembang dan menuntut setiap pelaku usaha pertambangan bersaing untuk mendapatkan

cadangan yang sesuai dengan perkiraan ekonomi. Setiap pelaku usaha akan

memperhitungkan setiap tahap dalam penambangan agar menghasilkan profit, termasuk di

dalamnya adalah tahap eksplorasi.

Eksplorasi memegang peranan penting dalam cikal bakal pemanfaatan sumber daya

mineral. Dari tahap inilah kita mampu mengetahui daerah mana yang akan menjadi daerah

produksi. Maka dari itu, tingkat akurasi data menjadi kunci penentu dalam suatu usaha

pertambangan. Data geologi yang didapat akan digunakan untuk mengetahui karakteristik

dari daerah prospek yang akan dimanfaatkan kedepannya. Selain itu data geologi sangat

penting untuk menentukan metode penambangan apa yang cocok dan sesuai dengan

kondisi geologi daerah prospek. Maka dari itu, perlunya suatu kuantifikasi data geologi

sehingga dapat diketahui dimana batas-batas daerah prospek dan kandungan mineral yang

terkandung dalamnya. Pemetaan geologi tentunya menjadi semakin akurat bila dilengkapi

dengan data-data penunjang lainnya sehingga tingkat kesalahan terhadap data geologi

dapat ditekan.

Dewasa ini, pemetaan dan studi karakteristik daerah ubahan telah berkembang pada

tahap yang selangkah lebih maju. Penggunaan peralatan dan pemanfaatan perangkat lunak

menjadi alat pendukung untuk mengetahui sifat, jenis, dan letak daerah prospek. Oleh

karena itu, penulis akan membahas karakteristik daerah ubahan pada Projek Seruyung

dengan salah satu metode pemetaan daerah ubahan menggunakan Analytical Spectral

Device (ASD TerraSpec).

Page 3: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

2

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, muncul

persoalan yaitu,

1. Apakah karakteristik daerah ubahan Projek Seruyung?

2. Bagaimana penggunaan Analytical Spectral Device (ASD) pada pemetaan

daerah ubahan Projek Seruyung?

3.1 Ruang Lingkup Kajian

Kajian yang akan dibahas untuk menjawab rumusan masalah pada makalah ini

melingkupi penjelasan mengenai geologi regional daerah Serayung, prinsip kerja

Analytical Spectral Device (ASD), prosedur pengukuran dan pengolahan data, dan

karakteristik endapan mineral pada daerah penelitian.

4.1 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain :

1. Mengetahui karakteristik daerah ubahan pada Projek Seruyung.

2. Memahami penggunaan Analytical Spectral Device (ASD) pada pemetaan

daerah ubahan Projek Seruyung?

5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah

metode studi literatur, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber

tertulis. Literatur utama yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah makalah

yang berjudul Application of an Analytical Spectral Device (ASD) in Alteration Mapping

of the Serayung Project, Kalimantan Timur, Indonesia yang disusun oleh Atmasari Rura,

Priyo WIdekso, dan Jesse Umbal pada tahun 2011. Makalah Atmasari Rura, Priyo

WIdekso, dan Jesse Umbal tersebut diambil dari jurnal Majalah Geologi Indonesia V6

No3. Selain itu, penyusunan makalah ini juga dilengkapi dengan data dan literatur yang

diperoleh dari internet, jurnal geologi, dan buku-buku geologi yang saling menunjang satu

sama lainnya.

Page 4: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

3

6.1 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terbagi menjadi lima bab dengan pembahasan seperti berikut :

BAB I Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup

kajian, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.

BAB II Bab ini memaparkan fisiografi daerah penelitian, tatanan tektonik daerah

penelitian, dan tatanan stratigrafi daerah penelitian

BAB III Bab ini menjelaskan proses ubahan hidrotermal dan aplikasi Analytical Spectral

Device (ASD TerraSpec)

BAB IV Bab ini merupakan analisis dan pembahasan terhadap data- data dan hasil

penelitian.

BAB V Bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian.

Page 5: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

4

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Daerah Penelitian

Projek Seruyung terletak di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara

(dahulu bagian dari Provinsi Kalimantan Timur). Secara geografis daerah Seruyung

terletak pada 114°-116° BT dan 1° 21’ - 4° 10’ LU. Bagian barat Kabupaten Malinau

berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Bagian selatan berbatasan dengan

Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Barat. Sedangkan bagian timur dan

utara bernatasan dengan Kabupaten Berau dan Kabupaten Nunukan.

Gambar 2.1 Fisiografi Pulau Kalimantan dan Lokasi Daerah Seruyung (Bakhtiar, 2006).

Secara fisiografi daerah penelitian terletak di Cekungan Tarakan yang terletak di

bagian timurlaut dari Pulau Kalimantan. Cekungan Tarakan dibatasi oleh Tinggian

Sekatak-Berau, Tinggian Semporna pada bagian utara cekungan, dan Selat Makasar yang

membatasi bagian timur dan tenggara dari. Karakteristik dari cekungan ini adalah dominasi

dari batuan sedimen klastik yang memiliki ukuran halus hingga kasar.

Letak Daerah Seruyung

Page 6: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

5

2.2 Tatanan Tektonik Daerah Penelitian

Daerah Serayung yang merupakan bagian dari Cekungan Tarakan, terpisahkan dari

Cekungan Kutai oleh Tinggian Mangkalihat. Pada bagian barat dibatasi oleh Tinggian

Sekatak-Berau, dan pada batas bagian utara dibatasi oleh Tinggian Semporna.

Sejarah tektonik Cekungan Tarakan dimulai dari terjadinya pemekaran Selat

Makasar yang memisahkan Sulawesi dari Kalimantan pada Eosen Tengah (Lentini dan

Darman, 1996, dalam Satyana, 1998). Daerah penelitian terletak di bagian baratdaya dari

busur vulkanik Tawau di Malaysia hingga Tawi-tawi-Sulu di Filipina. Busur vulkanik ini

berkaitan dengan subduksi pada lempeng Filipina pada Miosen.

Gambar 2.2 Kerangka tektonik Kalimantan dan daerah sekitarnya (Satyana, 1998)

Aktivitas magmatik pada bagian timurlaut Pulau Kalimantan terlihat jelas pada

Neogen. Subduksi lempeng Proto China yang berarah selatan pada kala Miosen Tengah

hingga Miosen Akhir menghasilkan magmatisme pada daerah Semporna dan Semenanjung

Dent. Subduksi pada awalnya didahului oleh terjadinya kolisi sekitar Miosen Akhir yang

menghasilkan batuan granit pada Gunung Kinabalu (Setijadji, Basuki N.I, 2010). Batuan

tertua Daerah Seruyung adalah sekuen batuan sedimen berumur Pra-Tersier hingga

Paleogen yang mengalami intrusi pada masa Kenozoikum, seumur dengan hampir

Tinggian di Kalimantan Tengah. Fasa termuda dari aktivitas magmatic di Kalimantan

adalah aliran lava basaltic yang terjadi pada kala Plio-Pleistosen yang nampak pada

Cekungan Tarakan yaitu Kunak basalt pada Semporna dan Semenanjung Dent.

Letak Daerah Seruyung

Page 7: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

6

2.2 Tatanan Stratigrafi Daerah Penelitian

Cekungan Tarakan terendapkan di atas basement berumur Pra-Tersier. Cekungan

Tarakan terbagi atas beberapa sub-cekungan antara lain Sub-cekungan Tidung, Sub-

cekungan Berau, Sub-cekungan Tarakan, dan Sub-cekungan Muara. Batas-batas antar sub-

cekungan tidak nampak jelas , beberapa diantaranya dibatasi oleh sumbu lipatan atau zona

sesar.

Gambar 2.3 Letak sub-cekungan yang ada di Cekungan Tarakan (Satyana, 1998)

Stratigrafi Cekungan Tarakan terdiri dari :

1. Formasi Benggara

Formasi Benggara tersusun dari perselingan batulempung, batulanau, serpih

dan sisipan tuf. Batuan pada formasi ini berumur Pra-Tersier dan memiliki

banyak gores-garis dan urat kuarsa. Formasi ini ditemukan di Sub-cekungan

Tidung.

Letak Daerah Seruyung

Page 8: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

7

2. Formasi Sembakung

Adanya proses transgresi pada umur Eosen Tengah menyebabkan formasi

Sembakung terendapkan diatas Formasi Danau. Formasi yang berumur

Eosen ini tersusun atas perselingan batupasir, batugamping, batulempung,

batulanau, serpih dan batugamping foraminifera.

3. Formasi Jelai

Formasi Jelai berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal dapat ditemukan di

bagian barat dari Sub-cekungan Tidung. Lithologi penyusun dari formasi

ini adalah breksi vulkanik. Breksi ini terdiri dari fragmen batuan beku

bersifat basa dengan batulanau tufan sebagai matriksnya.

4. Formasi Naintupo

Formasi yang terletak di Sub-Cekungan Muara memiliki litologi serpih

akibat adanya kontak antara Formasi Tabalar dan Formasi Birang (yang

hampir sama dengan Formasi Naintupo). Selain itu kehadiran serpih juga

diakibatkan adanya siklus regresi-transgresi pada Miosen Tengah-

Pleistosen.

5. Formasi Meliat

Formasi ini diendapkan pada awal Miosen tengah dengan litologi penyusun

adalah dominasi batupasir berukuran halus hingga kasar dengan fragmen

kuarsa.

6. Formasi Tabul

Formasi ini tersusun atas perselingan antara lumpur, batugamping,

batulempung, batubara, dan batupasir. Seluruh potensi hidrokarbon pada

Cekungan Tarakan tersebar di formasi Meliat dan Formasi Tabul.

Hidokarbon dihasilkan dari serpih yang mengandung karbon dan batubara

(Satyana, 1998).

7. Formasi Sinjin

Formasi Sinjin terdiri dari perselingan tuf, breksi tuf, aglomertat, dan lava

piroksen

8. Formasi Sajau

Formasi Sajau disebut juga Formasi Tarakan berumur Miosen Akhir hingga

Pliosen, terdiri dari batupasir, serpih, dan lapisan batubara dan terendapkan

pada lingkungan pengendapan delta

Page 9: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

8

Gambar 2.4 Kolom Stratigrafi daerah Tarakan dan Sebatik (Hidayat S, 1995)

Page 10: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

9

Gambar 2.5 Litostratigrafi Cekungan Tarakan (Courtney, 1991, dalam Bachtiar, 2006)

+ + + + + + + + + +

EBarito

Warukin

Dahor

Berai

Tanjung

W

+ + + + + + + + +

Handil Dua

Kutai EAttaka

Kampung Baru

Sepinggan Lst

Bali

kp

ap

an

Grou

p

Meruat

Pulau Balang

Bebulu

Kli

nja

u

Pamaluan

Marah

Atan Beds

Boh Beds

Keham Halo

?

?

?

?

Lithostratigraphy

3.50

W

Chrono-Stratigraphy

M.Yrs System Series

1.65

5.20

10.20

16.20

20.00

25.20

30.00

36.00

39.40

49.00

54.00

109.50

PRE-TERTIARY

Quarternary Pleistocene

T E

R

T

I A

R

Y

P A

L E

O G

E N

EN

E O

G E

N E

Mio

cene

Plio

-cene

Oligocene

Eocene

Pale

o-

cene

Late

Early

Mid

dle

Late

Late

Early

Mid

dle

Late

Early

LE

10.20

20.00

30.00

39.40

49.00

109.5

TA

2T

A 3

TA

4T

B 1

TB

2T

B 3

P 3

P 4

P 5

P 6

P 7

P 8

P 9

P 10

P 11

P 12

N 4

+ + + + + + + + + +

TarakanW EBunyu

Sembakung

? ? ?

Sulau

Seilor

Mesaloi

Tubalor

Naintupo

Latih

Meliat Ss

Meliat

Tabul

Domaring

Tarakan

PL

AN

KT

ON

IK

FO

RA

M-Z

ON

E

Global Relative Change of

Coastal Onlap

(Vail et al., 1977)

N 5

N 6

N 7

N 8

N 9

N 11

N 10

N 13

N 12

N 14

N 15

N 16

N 18

N 17

N 20

N 19

N 21

N 23

N 22

P 13

P 14

Landward Basinward

P 15

P 16

P 17

P 18

P 20

P 19

P 21

P 22

30.0

33.0

36.0

37.0

38.0

39.4

42.5

44.0

48.5

28.4

26.5

25.5

22.0

21.0

16.5

15.5

13.8

12.5

10.2

5.5

4.2

3.01.65

0.8

Page 11: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

10

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Proses Ubahan Hidrotermal

Proses ubahan hidrotermal merupakan suatu proses yang kompleks yang

mengakibatkan perubahan mineralogy, tektur, maupun kandungan kimia dari batuan

akibat reaksi dari larutan sisa magma, air meteoric, dan gas pada batuan samping yang

berada pada kondisi padat. Larutan hidrotermal adalah cairan panas yang umumya

berasosiasi dengan proses magmatic, namun dapat pula berasal dari air meteoric, air

connate, atau air yang mengandung mineral kemudian terpanaskan dalam perut bumi.

Proses naiknya larutan hidrotermal nantinya akan berpengaruh besar terrhadap terjadinya

ubahan pada batuan samping.

Banyak factor yang mempengaruhi pembentukan mineral ubahan namun

temperature dan sifat kimia larutan hidrotermal dianggap sebagai dua factor yang paling

penting dalam proses ini.

Gambar 3.1 Skema sebuah sistem hidrotermal ( sumber : blog.ub.ac.id)

Sistem endapan hidrotermal dapat dibedakan berdasarkan kedalaman terbentuknya

yaitu epitermal, mesotermal dan hipotermal. Epitermal adalah endapan yang terbentuk

dekat dengan permukaan dan temperaturnya mencapai 20°C-200°C dan terletak pada

Page 12: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

11

kedalaman 1 hingga 2 Km (White dan Hedenquist, 1990). Mesotermal terbentuk pada

tekanan dan temperature menengah , kedalaman mencapai 1,3 hingga 3,6 Km. Sedangkan

untuk hipotermal terbentuk pada temperature 500°C - 600°C dan tekanan yang tinggi serta

kedalaman yang lebih dalam.

Sistem endapan epitermal terbagi menjadi dua jenis (White dan Hedenquist, 1990)

yaitu eptermal sulfide tinggi (high sulphidation) dan epitermal sulfide rendah (low

sulphidation). Kedua jenis ini terbentuk akibat perbedaan larutan kimia yang sangat

terlihat dan pengaruh air meteoric. Sistem epitermal sulfida rendah dicirikan oleh larutan

hidrotermal yang bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Asosiasi mineral adalah

kuarsa adularia, karbonat, dan serisit.

Gambar 3.2 Sistem epitermal sulfida tinggi dan epitermal sulfida rendah (sumber:

http://valentinomalau31.blogspot.com/)

Sistem epitermal sulfide tinggi terbentuk dari reaksi antara batuan induk dengan

magma asam panas dan fluida bergerak secara vertical. Bergeraknya fluida ini dipengaruhi

oleh adanya zona sesar atau rekahan, fluida mengalir dengan cepat dan bercampur dengan

air meteorik, sehingga dihasilkan larutan dalam kondisi asam.

Page 13: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

12

Tabel 3.1 Perbedaan Epitermal Sulfida Tinggi dan Epitermal Sulfida Rendah (White dan Hedenquist, 1990)

Daerah yang menunjukkan kesamaan penyebaran himpunan mineral ubahan disebut

dengan zona ubahan. Zona ubahan hidrotermal dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona,

antara lain:

1. Argilik, merupakan suatu zona yang ditandai dengan pembentukan mineral

lempung yang bertemperatur rendah seperti kalolinit, mornmorilonit, dan illit.

Temperatur pembentukan relative rendah (<200°C-250°C) dengan pH 4-5.

2. Argilik Lanjut (Advance Argilic), merupakan zona alterasi yang terbentuk pada

fluida asam pH <4. Mineral penciri adalah silika dan kelompok mineral alunit.

3. Potasik, merupakan zona alterasi yang berada dekat dengan intrusi dengan

temperature fluida hidrotermal lebih dari 300° dengan salinitas yag tinggi.

Page 14: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

13

Dicirikan dengan kehadiran biotit, K-Feldspar, Magnetit, Aktinolit, dan

klinopiroksen.

Gambar 3.3 Zona mineral ubahan dalam sistem hidrotermal

4. Skarn, merupakan zona yang berada didekat kontak antara intrusi larutan

hidroterma dengan litologi gampingan. Terbentuk pada temperature 300°C-

700°C. Mineral penciri adalah garnet, magnesit, wollastonit, scapolite, epidot,

amfibol, dan kalsit.

5. Filik, merupakan zona ubahan yang ditandai dengan kehadiran mineral ubahan

seperti serisit, kuarsa, pirit, dan anhidrit. Terbentuk pada pH yang sama dengan

Zona Argilik namun dengan temperature yang sedikit lebih tinggi (>200°C-

250°C). Biasanya terbentuk pada daerah permeable dan dekat dengan jalur urat.

6. Propilitik, merupakan zona ubahan yang terbentuk pada pH netral hingga alkali

dengan temperature (<200°C- 250°C). Mineral penciri adalah epidot dan klorit.

Mineral penyerta lain adalah kuarsa, adularia, serisit dan anhidrit.

Page 15: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

14

3.2 Aplikasi Analytical Spectral Device (ASD TerraSpec)

Pemetaan geologi berdasarkan berbagai metode eksplorasi akan sangat baik bila

ditunjang oleh kemajuan teknologi yang berkembang saat ini. Salah satunya adalah

pemanfaaaran spektroskopi nirkabel. Analisis dari spektroskopi ini akan menghasilkan

data yang lebih spesifik dan kuantitatif. Spektroskopi akan mengidentifikasi jarak

spektrum dan ciri-ciri fisik dari batuan dan tanah yang berbeda dari mineralogi dan

penanda ubahannya. Spektroskopi mengukur energy ikatan yang bergetar di panjang

gelombang diskrit yang spesifik pada energy ikatan pada setiap mineral.

Prisip dasar dari analisis spektrum mineral adalah pola dan panjang gelombang

yang teridentifikasi akan menunjukan ciri khusus dari mineral. Pola ini dipengaruhi oleh

komposisi, orientasi, dan derajat kristalisasi dari mineral. Spektrum khusus dari masing-

masing mineral akan mempermudah eksplorasi dalam menaksir komposisi dari kumpulan

mineral. Untuk membedakan spektrum pada material geologi, interval pajang gelombang

yang paling sering digunakan adalah visible and near-infrared (VNIR), short-wavelength

infrared (SWIR), dan thermal infrared (TIR), sedangkan untuk melihat karakteristik

pemendaran digunakan sinar ultraviolet (UV)

Gambar 3.4 Plot daerah dengan spektrum elektromagnetik yang penting untuk reflektansi spektroskopi (Hauff,

2005, dalam Rura A, 2010)

Page 16: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

15

Pada pemetaan Projek Seruyung teknologi yang digunakan adalah Analytical

Spectral Device (ASD) TerraSpec Pro yang mampu menganalisis sampel tanah (soil),

batuan, maupun core. Tiga komponen utama dari ASD adalah spektrometer, mineral probe,

dan laptop.

Gambar 3.5 Analisis sampel core dan soil menggunakan instrument dari ASD spektrometer, mineral probe,

laptop, dan spectralon standar.

Sampel untuk analisis pemetaan daerah ubahan berupa tanah, batuan, dan log hasil

coring. Mulanya sampel dikeringkan untuk menguapkan air agar tidak mempengaruhi

pengambilan data. Sampel batuan berasal dari semua singkapan yang diketahui pada

daerah penelitian. Sedangkan sampel core didapatkatkan dari hasil lubang bor pada daerah-

daerah yterpilih yang sudah diplot sebelumnya. Sedangkan sampel tanah berasal dari

daerah terpilih maupun acak sekitar daerah eksplorasi.

Proses selanjutnya adalah sampel dianalisis dalam ruangan yang sudah dibersihkan

dari kontaminan dan telah dipastikan bahwa tidak ada sinar yang masuk. Sinar yang masuk

akan mempengaruhi hasil refleksi dan mampu mendegradasi hasil perhitungan spektrum.

Hasil dari pengukuran selanjutnya akan ditabulasikan melalui Microsoft Exel dan

dianalisis melalui penggunaan software pendukung ASD untuk pembuatan zonasi dan

grafik.

Page 17: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

15

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Hasil identifikasi menggunakan ASD terhadap beberapa sampel yang diambil dari

lokasi projek menghasilkan mineral utama yaitu alunit, silika, kuarsa, kaolinit, dan

piropilit. Illit-smektit menjadi mineral ubahan minor pada daerah pengamatan.

Alunit ditemukan hampir disemua sampel terukur. Hal ini diketahui dari ciri khas

panjang gelombang duplet alunit pada 1425 - 1439 μm dan 1478 - 1495μm. Jenis alunit

dominan adalah potassium alunit yang berasosiasi dengan larutan hidrotermal yang berasal

dari magama berkomposisi asam. Pembentukan alunit umumnya berasosiasi dengan

pembentukan kaolinit, silika, dan kuarsa.

Silika dan kuarsa yang teramati pada analisis ASD menjadi mineral ubahan

dominan bersama dengan alunit. Pada sampel singkapan, tanah, dan core dominansi silika

dan kuarsa terutama berada pada daerah Main Silica Cap. Mineralisasi emas-sulfida

umumnya berasosiasi dengan unit volkanik yang memilikai vuggy silica dan tekstur

silicified breccia. Kehadiran silika dan kuarsa berasosiasi dengan kehadiran alunit dan

kalolinit.

Gambar 4.1 Peta geologi Projek Seruyung

Page 18: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

16

Kaolinit menjadi penciri mineral ubahan yang berasosiasi dengan hadirnya alunit,

silika kuarsa, dan piropillit. Pada kondisi low crystalline kaolinit berasosiasi minor dengan

mineral lempung illite dan smektit dan ditemukan hanya di pemukaan saja serta bagian

dangkal dari core. Sedangkan piropillit adalah mineral ubahan yang terbentuk pada

temperature tinggi dan pH yang rendah. Piropillit ditemukan hampir di semua sampel dan

singkapan yang diambil di daerah Main Silica Cap dan Western Breccia. Sedangkan illit,

dickit, klorit, dan mineral oksida ditemukan secara kecil pada setiap bagian sampel namun

selalu berasosiasi dengan mineral ubahan utama.

4.2 Analisis Data Hasil Pengamatan

Hasil dari pengukuran dan pengamatan dengan menggunakan ASD nantinya akan

digunakan untuk memperjelas serta memperhalus batas-batas dari zona ubahan mineral

hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya dengan berbagai metode geologi.

Terdapat 3 zona ubahan utama dalam Projek Seruyung ini, yaitu vuggy dan massive silika,

argilik lanjut, dan argilik. Kehadiran dari potassium alunit bersama piropillit adalah

indikasi bahwa larutan hidrotermal berasal dari magma yang bersifat asam.

Zona vuggy dan massive silika memiliki asosiasi mineral utama yang dicirikan

dengan kehadiran silika-kuarsa, alunit, dan sulfida. Kehadiran zona ini terutama terdapat

pada pucak Gunung Seruyung sebagai daerah Main Silica Cap. Mineralisasi emas biasanya

selalu berasosiasi dengan kehadiran zona ini.

Gambar 4.2 Lokasi hasil identifikasi ASD pada Projek Seruyung

Page 19: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

17

Mineral ubahan yang berada pada zona Argilik Lanjut didominasi oleh alunit-pirit,

piropillit, kaolinit, dan dickit. Zona ini melingkupi zona vuggy dan massive silika. Kaolinit

dan dickit yang ditemukan pada zona ini memiliki tipikal mineral kristalin. Sedangkan zona

Argilik memiliki kaolinit, illit, illit-smektit, dan dickit sebagai penciri kumpulan mineral

ubahan pada daerah pengamatan. Distribusi zona Argilik berada pada arah NW daerah

prospek dan ditemukan pada bagian bawah dari lubang pemboran.

Pola ubahan yang terdapat pada Projek Seruyung adalah asimetrik dengan zona

Argilik lanjut yang melingkupi berbentuk seperti ‘kecebong’. Bentuk seperti ini adalah

indikasi dari kemunculan larutan hidrotermal yang secara kuat dipengaruhi oleh struktur

dan litologi sekitar. Kumpulan ubahan mengikuti pola distribusi dari zona vuggy massive

silica yang tinggi secara progressive menurun sampai zona argilik.

Gambar 4.3 Peta daerah ubahan Projek Seruyung

Tipe mineralisasi pada daerah Seruyung merupakan tipe replacement, epitermal

sulfidasi tinggi dengan kualitas tinggi emas berada pada letak daerah yang tinggi (Vuggy

Page 20: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

18

Massive Slica ) dan yang paling rendah berada pada zona argilik lanjut. Kehadiran emas

berkadar rendah pada zona Argilik Lanjut ditandai dengan adanya alunit yang disertai

dengan silisifikasi sepanjang struktur.

Dalam zona Argilik hampir tidak ditemukan kandungan emas. Kehadiran piropillit

dan dickit menandakan bahwa zona ini tidak membawa kandungan emas secara langsung,

namuan kehadiran mineral ubahan ini mengindikasikan bahwa batas daerah dengan

prospek emas ada pada batas-batas daerah ini. Hubungan spasial ini dapat digunakan untuk

menentukan arah dari kemungkinan emas berkadar tinggi.

Gambar 4.4 Penampang melintang daerah ubahan Projek Seruyung

Page 21: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

19

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pemetaan zona ubahan Projek Seruyung yang terletak di Kabupaten Malinau Utara,

Provinsi Kalimantan Utara akan jauh lebih baik apabila kita mengetahui batas-batas zona

ubahan dengan lebih jelas. Oleh karena itu, dilakukan analisis dengan menggunakan

spektrometer ASD. Mineral ubahan yang teridentifikasi adalah alunit, kuarsa, silika,

kaolinit, dan piropillit. Sedangkan dickit, illit, dan illit-smektit adalah mineral minor yang

ditemukan pada bagian bawah lubang bor. Kehadiran potassium alunit dan piropillit

mengindikasikan asal larutan hidrotermal berasal dari magma yang berkomposisi asam dan

berasosiasi dengan proses mineralisasi dan ubahan.

Zona ubahan pada daerah penelitian dikenali dari kumpulan mineral penciri.

Terdapat tiga zona yaitu, vuggy dan massive silica, yang dibungkus dengan zona argilik

lanjut, dan zona terluar adalah argilik. Zona propilitik teramati pada sekeliling zona argilik

hanya ditemukan pada bagian bawah lubang bor (bagian bawah core). Pola ubahan bersifat

asimetrik dan memanjang, hal ini mengindikasikan bahwa larutan hidrotermal dipengaruhi

oleh struktur dan unit lithologi yang sesuai. Dilihat dari bentuk, sebaran kumpulan mineral

ubahan, dan distribusi zona tipe endapan pada daerah penelitian adalah epitermal sulfidasi

tinggi.

Page 22: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

20

DAFTAR PUSTAKA

Aribas, A.Jr. 1995. Characteristics of High-Sulfidation Epithermal Deposits, and Their

Relation to Magmatic Fluid. Mineralogical Association of Canada Short Course

Vol. 23

Bachtiar, A. 2006. Pengantar Kuliah Geologi Indonesia, Program Studi Teknik Geologi,

FIKTM-ITB.

Pirajno, F., 1992, Hydrothermal Mineral Deposits, Principles and Fundamental Concepts

for the Exploration Geologist, Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg, 709 hal.

Satyana, A. H., Nugroho, D. dan Surantoko, I. 1999. Tectonic controls on the hydrocarbon

habitats of the Barito Kutei, and Tarakan Basins, Eastern Kalimantan, Indonesia:

major dissimilarities in adjoining basins, Journal of Asian Earth Sciences 17, hal.

99-122.

Setijadji, L.D., Basuki, N.I. dan Prihatmoko, S. 2010. Kalimantan Mineral Resources: An

Update on Exploration and Mining Trends, Synthesis on Magmatism History and

Proposed Models for Metallic Mineralization, Proceedings PIT IAGI Lombok

2010.

White, N. C. dan Hedenquist, J. W. 1995. Epithermal Gold Deposits: Styles,

Charecteristics and Exploration, Society of Economic Geology 25, hal 1, 9-13.

Page 23: [REFERAT] Karakteristik Daerah Ubahan Projek Seruyung, Kalimantan Utara, Indonesia

21

LAMPIRAN