Top Banner

of 46

Referat IKA Imunisasi

Jul 06, 2018

Download

Documents

Clare Halim
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    1/46

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia rentan terhadap penyakit infeksi.

    Penyakit-penyakit infeksi ini banyak yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit-

     parasit. Bila terpajan dengan penyakit tersebut, bahaya kematian pun dapat mengancam.

    Akan tetapi banyak penyakit infeksi tersebut dapat dicegah. Salah satu langkah pencegahan

    dari penyakit infeksi adalah imunisasi.

    Imunisasi merupakan proses dimana seseorang dibuat kebal atau tahan terhadap

    sebuah penyakit menular, biasanya dengan pemberian suatu vaksin. Imunisasi aktif 

    menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi dan respons imun seluler yang

    melaan agen penginfeksi, sedangkan imunisasi pasif menyediakan proteksi sementara

    melalui pemberian antibodi yang diproduksi secara eksogen maupun transmisi transplasenta

    dari ibu ke janin.

    Angka kematian bayi di Indonesia dalam dua dasaarsa terakhir menunjukkan

     penurunan yang bermakna. Apabila pada tahun !"#! sampai !"$% memerlukan sepuluh tahun

    untuk menurunkan A&B dari !'( menjadi !!( per !%%% kelahiran hidup) pada than !"$*

    sampai !""% Indonesia berhasil menurunkan A&B dari #! menjadi *'. Angka kematian bayi

    menurun hingga +( per !%%% kelahiran hidup pada tahun (%!(. al ini terjadi salah satunya

    karena program imunisasi di Indonesia yang berjalan cukup baik.!

    alam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama.

    Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya

    menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan hal mutlak yang perlu

    diberikan pada bayi. Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya, yang

    dapat menimbulkan kematian pada bayi. Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi

     berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi

    dengan teratur dengan cakupan yang luas.!

    ntuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan

     pengetahuan dan keterampilan tentang vaksin, ilmu kekebalan tubuh dan cara atau prosedur 

     pemberian vaksin yang benar. engan melakukan imunisasi, tidak hanya memberikan

     perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi

    tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi.!

    1

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    2/46

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Sistem Imunitas

    Sistem imun merupakan jaringan kerja kompleks dan interaksi berbagai sel tubuh

    yang pada dasarnya bertujuan untuk mengenal dan membedakan antigen, serta mengeliminasi

    antigen yang dianggap asing. Antigen dapat berupa mikroba hidup yang dilumpuhkan atau

    dimatikan, atau merupakan partikel atau unsur mikroba tersebut. Sistem imun tubuh

    kemudian membentuk mekanisme pertahanan terhadap antigen yang disebut sebagai respons

    imun. Secara garis besar respons imun dibedakan menjadi respons imun non-spesifik dan

    respons imun spesifik. /espons imun non-spesifik tidak ditujukan terhadap antigen tertentu

    sedangkan respons imun spesifik ditujukan khusus untuk struktur antigen tertentu dan tidak 

    dapat bereaksi terhadap struktur antigen lain.!

    /espons imun non-spesifik 0non-adaptif, innate immunity1 diperankan oleh sel

    makrofag, sel dendrit, neutrofil dan polimorfonuklear lainnya, sel natural killer, sel-sel

     jaringan tubuh 0epitel, endotel, sel makrofag jaringan, fibroblast, keratinosit, dll1) serta

     berbagai produk sel seperti sitokin, interferon, kemokin, komplemen, dan lain-lain. /espons

    imun non-spesifik dapat teraktivasi dalam beberapa menit atau jam setelah infeksi dan

     pajanan antigen. Aktivasi komponen respons imun non-spesifik ini kemudian akan

    mengaktivasi sistem imun spesifik dalam hitungan aktu yang lebih lama.!

    /espons imun terhadap mikroorganisme bermula pada jaringan non-limfoid dengan

     pemeran utama makrofag dan sel dendrit 021. Aktivasi 2 merupakan pencetus aal yang

    menginisiasi respons imun primer. Selain mengikat antigen dengan reseptor permukaan sel

    maka 2 juga secara aktif melakukan pinositosis dan menangkap antigen  soluble. Ikatan

    antara antigen dengan salah satu atau beberapa reseptor 2 menginisasi tiga langkah aal

    respons imun yaitu pemrosesan antigen 0antigen processing 1, migrasi 2 ke kelenjar limfe,

    dan maturasi 2.!

    Sel dendrit imatur bersirkulasi ke seluruh tubuh dan ketika terpajan pada patogen akan

    segera berproses menjadi 2 matur, memodulasi serta mengekspresikan berbagai reseptor 

    membran dan molekul kostimulator, kemudian bermigrasi ke kelenjar limfe sekunder tempat

    mereka menginduksi respons sel 3 dan sel B. Sel dendrit akan memproses dan

    2

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    3/46

    mempresentasikan antigen spesifik, serta membentuk sinyal kostimulator terhadap sel 3

    untuk mengenal sinyal bahaya yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel 3 na4f.!

    Apabila antigen dapat dieliminasi oleh imunitas non-spesifik maka respons imun

    spesifik tidak perlu terlibat lebih jauh. Sinyal sistem imun non-spesifik tetap disampaikan

    kepada sistemi imun spesifik sehingga pada infeksi berikutnya dapat memberi respons

    sekunder yang bersifat protektif. 5leh karena itu imunitas non-spesifik disebut sebagai

    inisiator dan navigator sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi, dan memegang

     peran sentral untuk mengatur irama dan percepatan patogenesis penyakit infeksi.!

    Sel dendrit bersama dengan antigen danger signal akan menghasilkan sitokin dan

    kemokin serta influks sel inflamasi. Sel dendrit tersebut akan bermigrasi ke kelenjar limfoid

    dan berinteraksi dengan sel limfosit 3 dan sel limfosit B serta memulai respons imun spesifik.

    Sel efektor akan meninggalkan kelenjar limfoid, sebagian akan berada di sirkulasi dan akan

    ke tempat inflamasi.!

    Sistem imun membutuhkan aktu untuk merespons antigen dengan memproduksi

    antibodi dan sel imun. Pada aalnya antibodi immunoglobulin 6 0Ig61 diproduksi tetapi

     jumlahnya sedikit dan tidak terikat kuat pada antigen. Setelah beberapa hari respons imun

    memulai untuk membuat antibodi immunoglobulin 7 0Ig71, yang lebih spesifik terhadapmikroba. Proses priming  0pembentukan respons imun aal1 dapat membutuhkan lebih dari

    satu dosis vaksin. Sebagai contoh banyak anak-anak membutuhkan setidaknya dua dosis

    vaksin pertusis agar proses priming  terjadi.!

    Imunitas non-spesifik membentuk suatu sistem pengenal dan sinyal yang disebut P// 

    0 pattern recognition receptors1 untuk mengenali PA6P 0 pathogen-associated molecular 

     pattern1, suatu struktur antigen mikroba yang secara evolusi tetap dikonservasi dan

    dipertahankan. PA6P tidak mengandung unsur self antigen dan struktur inilah yang secara

    alamiah akan teridentifikasi sebagai danger signals.  Pattern recognition receptors  terdapat

     pada semua sel imunitas non-spesifik yang mengenal pola gugus besar antigen mikroba,

     berbeda dengan antibodi reseptor yang mengenal struktur spesifik antigen mikroba. Toll-like

    receptors 038/1 adalah salah satu kelompok reseptor dalam sistem P// yang segera setelah

    mengenal PA6P akan menginisiasi kaskade respons imun terhadap infeksi. &askade respons

    imun tersebut tidak akan berjalan dengan kuat dan menyeluruh bila tidak didahului oleh

     pengenalan P// terhadap PA6P. 3idak akan terjadi respons imun spesifik yang cukup kuat

    3

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    4/46

    untuk merangsang aktivitas sel limfosit 3 dan B. engan demikian dapat dipahami baha

    mikroba dengan muatan genom besar akan merangsang respons imun lebih kuat.!

    9ungsi umum 38/ adalah untuk mendeteksi sinyal yang menunjukkan adanya

    infeksi. ntuk menghadapi ancaman organisme menular yang sangat bervariasi, sejumlah

     besar struktur 38/ disiapkan pada sel imun membran kulit dan lendir yang merupakan situs

    alami masuknya patogen di lokasi berbeda.!

    Sinyal dan rangsang mikroba ditangkap dan diteruskan oleh 38/ pada inti sel melalui

     jalur berbeda yang mengaktifkan respons imun dan melepas berbagai mediator dan sitokin

    yang menimbulkan inflamasi. Pelepasan mediator dan sitokin oleh sel efektor imunitas non-

    spesifik tidak perlu melalui proses proliferasi atau maturasi sel sehingga memberi

    kesempatan bagi sistem imun spesifik mempersiapkan reaksinya.!

    /espons imun spesifik diperankan oleh sel-sel imun khusus yang akan menyerang

    antigen dan mikroba secara spesifik, yaitu dengan produk immunoglobulin 0respons imun

    humoral1 atau aktivitas selular khusus 0respons imun selular1. /espons imun spesifik yang

    efektif memerlukan stimulasi kuat dan lengkap dari aktivitas sistem imun non-spesifik.

    Stimulasi non-spesifik yang tidak adekuat akan menimbulkan respons imun spesifik yang

    lemah.

    !

    /espons imun humoral merupakan aktivitas sel limfosit B sedangkan respons imun

    seluler diperankan oleh sel limfosit 3. Secara umum respons imun spesifik ditujukan khusus

    terhadap struktur antigen mikroorganisme tertentu yang merangsang respons imun tersebut.!

    Setelah pajanan antigen pada sistem imun maka sebagian sel imun spesifik yang

    teraktivasi akan menetap dalam sirkulasi dan sumsum tulang sebagai sel memori.

    Subpopulasi sel memori ini dengan cepat akan bereplikasi serta bereaksi secara spesifik bila

    terpajan ulang terhadap antigen yang sama, membentuk antibodi dan respons imun seluler 

    sekunder. /espons imun humoral limfosit B membutuhkan bantuan spesifik limfosit 3 untuk 

    dapat membentuk sel memori 0dependen sel1. 8imfosit B dapat juga memproduksi

    immunoglobulin tanpa bantuan limfosit 3 0independen sel 31 tetapi sel limfosit B yang

    teraktivasi seperti ini tidak dapat membentuk sel memori.!

    Secara sekuensial maka respons imun efektif terhadap penyakit infeksi memerlukan

    stimulasi kuat PA6P terhadap P// sehingga terjadi pelepasan mediator dan sitokin non-spesifik yang memberi rangsang adekuat bagi aktivitas imunitas spesifik, baik respons imun

    4

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    5/46

    humoral maupun selular. /angsang adekuat sel 3 akan mengaktivasi proliferasi dan

    diferensiasi sel B menjadi sel plasma 0penghasil immunoglobulin1 dan sel memori. Sel 3

    sendiri berproliverasi dan berdiferensiasi menjadi sel 3 efektor dan sel 3 memori yang akan

    sangat efektif pada respons imun sekunder.!

    /espons imun spesifik yang terbentuk pada saat sistem imun baru mengenal suatu

    antigen disebut sebagai respons imun primer, sedangakan respons imun spesifik yang terjadi

    setelah pengenalan antigen pertama disebut sebagai respons imun sekunder. /espons imun

    humoral primer timbul agak lama dengan menampilkan reseptor membran sel yang spesifik 

    terhadap antigen yang baru dikenal dan mengeluarkan produk antibodi serta berbagai sitokin.

    Antibodi yang dihasilkan pada respons imun primer tidak begitu efektif karena kadarnya

    tidak tinggi dan sebagian besar kelas Ig6. /espons imun sekunder timbul lebih cepat karena

    aktivitas sel memori, baik sel 3 memori maupun sel B memori, dengan tampilan reseptor 

    membran lebih banyak dan bervariasi, produksi immunoglobulin lebih tinggi dengan

     predominasi Ig7, serta kerja sama dan interaksi komponen sistem imun yang lebih kompleks.

    /espons imun primer tidak begitu kuat dan cepat mereda, sedangkan respons imun sekunder 

     jauh lebih kuat dan efektif serta berlangsung lebih lama.!

    Perlindungan terhadap penyakit infeksi merupakan kekebalan atau imunitas yang

    dapat diperoleh secara aktif maupun pasif. Imunitas aktif dibentuk oleh sistem kekebalan

    tubuh sendiri, sedangkan imunitas pasif merupakan produk hean atau manusia yang

    diberikan pada seseorang. Imunitas aktif bertahan dalam jangka panjang atau bahkan

    menetap, sedangkan imunitas pasif bersifat sementara yang akan berangsur hilang dalam

    aktu beberapa minggu atau bulan.!

    Bentuk imunitas pasif yang paling penting adalah imunitas yang diperoleh bayi dari

    ibu. 3ransfer antibodi maternal melalui plasenta berlangsung terutama pada masa !-( bulan

    terakhir kehamilan. Profil antibodi bayi cukup bulan praktis akan sama dengan antibodi ibu,

    yang akan melindungi bayi dari infeksi tertentu beberapa lama. 0dapat sampai lebihd ari

    setahun1.!

    Imunitas aktif secara klinis dilakukan dengan vaksinasi. /espons imun efektif yang

    diharapkan dari vaksinasi dikenal sebagai respons imun protektif, respons imun yang dapat

    mencegah penyakit infeksi. /espons imun protektif diperankan oleh immunoglobulin

    spesifik, alaupun tidak semua immunoglobulin yang terbentuk oleh vaksinasi atau bahkan

    infeksi alamiah berikutnya. 6ikroba, terutama virus, mempunyai kemampuan untuk 

    5

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    6/46

    menghindar dari sergapan respons imun tubuh. 6ikroba tersebut dapat menonjolkan suatu

    struktur antigen yang menjadi target sel imun untuk membentuk antibodi, tetapi antibodi

    tersebut tidak dapat melumpuhkan atau mencegah serangan mikroba pada molekul sasaran.

    Antibodi seperti ini disebut sebagai antibodi non-netralisiasi. Sebaliknya antibodi netralisasi

    secara efektif dapat mencegah serangan mikroba terhadap molekul atau sel sasaran.!

    /espons imun terhadap vaksin paling efektif diperoleh dari stimulasi antigen hidup

    yang dapat merangsang respons imun mirip dengan pajanan infeksi alamiah, tanpa harus

    mengalami gejala klinis dan komplikasi akibat infeksi tersebut. :aksin harus mempunyai

    sifat imunogenik kuat dengan sifat reaktogenik minimal dan dapat membentuk memori

    imunologi yang serupa dengan memori imunologi pada infeksi alamiah. Pengurangan sifat

    reaktogenik sudah tentu akan mengurangi imunogenisitas vaksin yang memperlemah kaskade

    respons imun. Pada keadaan seperti itu efektivitas antibodi terhadap vaksin menjadi kurang

     baik dan tidak terjadi pembentukan sel memori karena respons imun sebagian besar 

    diperankan oleh sel B.!

    ;fektivitas vaksin tidak hanya diharapkan dari kemampuannya membentuk antibodi

     protektif dan sel memori, tetapi juga membentuk imunitas seluler protektif, yang dapat

    mencegah penyakit infeksi oleh serangan

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    7/46

     pengenalan antigen serta mengolah dan mempresentasikannya kepada sel imun spesifik 

    limfosit 3 dan B. Pada dasarnya semua struktur antigen mikroorganisme vaksin harus

    menghadapi setiap lapis respons imun. Pada infeksi alamiah tingkat interaksi paling kuat

    terjadi pada mekanisme imun non-spesifik, dan interaksi 2 dengan mikroba patogen akan

    member implikasi pada perjalanan respons imun berikutnya. Semakin kompleks dan asing

    karakteristik antigen mikroba makan akan semakin kuat pula keterlibatan 2, akan

    menimbulkan respons imun protektif yang tangguh.!

    /espons imun primer terhadap vaksin tidak sebaik respons imun primer terhadap

    infeksi alamiah karena karakter antigen vaksin tidak cukup kuat untuk merangsang 2.

    Berbagai vaksin terhadap virus dan bakteri yang sangat baik membentuk antibodi terbukti

    tidak cukup efektif mencegah penyakit infeksi. Beberapa diantaranya kemudian dapat

    diperbaiki dengan penambahan adjuvan dan proses konjugasi yang pada dasarnya adalah

    untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin memoerkuat stimulasi 2.!

    Peran sentral 2 matur pada vaksinasi adalah pada kemampuannya untuk 

    menginduksi respons imun terhadap danger signals. &egagalan setiap tingkat aktivitas dan

    fungsi 2 akan menyebabkan inefektivitas vaksin. :aksin yang baik harus mampu

    menyajikan danger signals cukup kuat oleh sediaan antigen dan>atau adjuvan yang diberikan.

    Setiap rancangan pembuatan vaksin modern mempertimbangkan dan membuat strategi

    optimalisasi fungsi 2.!

    Pembuatan vaksin modern juga tidak hanya memperhitungkan proses konyugasi atau

    menambah adjuvan saja tetapi juga memberi umpan langsung pada 2. nsur antigen vaksin

    ditumpangkan pada unsur sel atau inti sel suatu mikroorganisme yang secara alamiah atau

    dengan rekayasa genetic memang akan difagosit oleh 2. 6ikroorganisme tumpangan yang

    sudah dikenal oleh 2, dengan pengertian baha 2 sudah mempunyai reseptor terhadap

    struktur antigen mikroba tersebut. Ikatan kuat antara keduanya akan menimbulkan respons

    imun adekuat yang diharapkan dapat member respons imun protektif karena sejak aal

    respons imun primer terhadap vaksin sudah mengaktifkan 2 dengan baik.!

    Beberapa protein permukaan sel mikroba sudah dapat dikenal oleh sistem imun dan

    cukup menimbulkan respons imun adekuat untuk fungsi protektif. Struktur lain seperti

     polisakarida 0rantai panjang molekul sakarida pembentuk dinding sel bakteri tertentu1 kurang

    efektif sebagai antigen sehingga respons imun yang terbentuk kurang protektif. Antigen

     polisakarida bersifat independen sel 3 yang secara imunogenik tidak konsisten pada anak usia

    7

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    8/46

    kurang dari ( tahun, dan pemberian berulang tidak menunjukkan efek penguatan 0booster,

    tidak terbentuk sel memori1. Antibodi yang terbentuk oleh vaksin polisakarida secara

    fungsional kurang aktif karena sebagian besar berupa Ig6 dan sedikit Ig7. ntuk 

    meningkatkan imunogenisitas polisakarida dilakukan proses konjugasi dengan protein

    sehingga vaksin polisakarida bersifat dependen sel 3 dan memperoleh respons imun efektif 

    sebab terbentuk sel 3.!

    Pada masa aal pembuatannya, vaksin berasal dari bakteri yang dimatikan, virus

    yang dilemahkan atau yang diinaktivasi, atau toksoid bakteri dengan metode purifikasi

    sederhana sehingga masih mengandung cukup adjuvan intrinsik. :aksin seperti ini, yang

    masih mengandung partikel endotoksin dan eksotoksin aktif tentu tidak hanya merangsang

    sel limfosit B membentuk antibodi, tetapi juga menimbulkan respons hampir seluruh

    komponen sistem imun. Secara klinis vaksin tersebut mempunyai sifat reaktogenik kuat yang

    dapat menimbulkan berbagai gejala inflamasi sistemik yang mengganggu, misalnya demam

    tinggi, kejang demam, sampai sindrom 7uillain-Barre.!

    :aksin modern dibuat dari bahan yang sama tetapi dengan metode purifikasi protein

    yang lebih canggih dan teknologi rekayasa genetic yang menghasilkan antigen jauh lebih

    spesifik dan murni sehingga mengurangi reaktogenisitas vaksin. 3etapi proses purifikasi

    antigen tingkat tinggi tersebut akan mengeliminasi juga komponen adjuvan intirnsik dan

    menurunkan imunogenisitas vaksin. ntuk mengatasi kekurangan ini maka pada formula

    vaksin dapat ditambahkan adjuvan imunologik untuk meningkatkan imunogenisitasnya.!

    Pemilihan adjuvan terutama penting untuk vaksin kombinasi yang mempergunakan

    antigen multiple dengan tingkat purifikasi tinggi dari berbagai galur suatu patogen atau dari

    mikroorganisme berbeda. /espons imun protektif terhadap antigen multiple yang terkandung

    dalam vaksin kombinasi harus ekivalen dengan respons terhadap setiap antigen vaksin bila

    diberikan terpisah.!

    Pemilihan adjuvan harus mempertimbangkan aspek keamanan vaksin sehingga efek 

     peningkatan imunogenisitas adjuvan sebanding dengan potensi risiko reaksi simpang akibat

    adjuvan. Sejauh ini reaksi simpang tersering akibat adjuvan adalah reaksi lokal pada tempat

    suntikan. Pemakaian adjuvan yang efektif dan aman akan mengurangi besaran antigen pada

    setiap dosis vaksin secara bermakna sehingga secara keseluruhan kuantitas penyediaan vaksin

    dapat ditingkatkan. Selain itu dengan penambahan adjuvan akan dapat dibuat sediaan vaksin

     baru yang dapat diberikan secara transkutan atau melalui mukosa sehingga akan memperbaiki

    8

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    9/46

    kepatuhan vaksinasi, meningkatkan efektivitas, dan mengurangi biaya produksi serta

    distribusi vaksin.!

    Secara garis besar vaksin dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vaksin dari

    mikroba hidup dilemahkan 0vaksin hidup1 dan vaksin mikroba yang diinaktivasi 0vaksin

    inaktivasi1. ?aksin hidup dibuat dengan memodifikasi virus atau bakteri patogen di

    laboratorium. :aksin inaktivasi dapat berupa virus dan bakteri utuh 0hole cell1 atau fraksi

     patogen, atau gabungan keduannya. :aksin fraksional dapat berbasis protein atau

     polisakarida. :aksin berbasis protein dapat berua toksoid 0toksin bakteri inaktif1, dan produk 

    subunit atau subvirion. :aksin berbasis polisakarida umumnya terbuat dari polisakarida

    murni dinding sel bakteri. :aksin polisakarida dapat dikonjugasikan secara kimiai dengan

     protein sehingga sifat antigenik vaksin polisakarida tersebut menjadi lebih poten.!

    :aksin hidup bersifat labil dan mudah rusak oleh paparan suhu panas dan cahaya

    sehingga menjadi tidak efektif. &arena itu vaksin hidup harus dibaa dan disimpan dengan

    cara yang aman dari penyebab kerusakan tersebut. :irus atau bakteri dalam vaksin hidup

    diharapkan dapat bereplikasi dalam tubuh penerima vaksin sehingga cukup diberikan dalam

    dosis relative kecil.!

    :aksin inaktif tidak mengandung mikroba hidup, tidak bereplikasi, dan tidak  berpotensi menimbulkan penyakit. :aksin inaktif diberikan melalui suntikan, selalu dengan

    dosis multiple, dan umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi sirkulasi. :aksin inaktif juga

    memerlukan dosis penguatan karena antibodi yang terbentuk akan menurun seiring dengan

     perjalanan aktu. /espons imun yang terbentuk sebagian besar bersifat humoral dan hanya

    sedikit merangsang respons imun selular.!

    Selain kedua jenis vaksin tadi dikenal pula vaksin rekombinan yang dibentuk dengan

    rekayasa genetik. 2ontohnya adalah vaksin hepatitis B rekombinan yang dibuat dengan

    insersi segemen @A hepatitis ke dalam gen sel ragi. Pada proses pertumbuhannya kelak sel

    ragi yang telah dimodifikasi ini akan menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni.!

    Pada dasarnya vaksinasi bertujuan untuk membentuk imunitas protektif spesifik 

     penerima vaksin. :aksin yang efektif harus memperhatikan beberapa hal yang dapat

    mempengaruhi pembentukan imunitas protektif, misalnya keberadaan antibodi maternal saat

    vaksinasi, interval vaksin, dosis vaksin, jenis adjuvan, factor genetik, usia, tingkat nutrisi,

    genetic dan penyakit pada penderita vaksin, serta beberapa masalah teknis pemberian vaksin.

    9

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    10/46

    Sebagian besar factor yang mempengaruhi keberhasilan vaksin sudah diteliti serta dilaporkan

    oleh produsen vaksin, dan laporan berupa brosur vaksin tersebut harus dibaca dan dipahami

    dengan baik pada setaip vaksinasi.!

    adal imunisasi harus memperhatikan interval pemberian vaksin, terutama untuk 

    vaksin hidup. 6ediator yang diproduksioleh stimulasi vaksin dapat mengganggu efektivitas

    imunisasi. Beberapa mediator dansitokin berinterferensi dengan sel imunokompeten dan

    mengurangi efektifitas perlindungan antibodi. Pada umumnya interval ' minggu cukup untuk 

    mengatasi interferensi mediator dan sitokin tersebut.!

    /espons imun terhadap vaksin dipengaruhi oleh kadar antibodi sirkulasi. Antibodi

     protektif maternal dalam sirkulasi bayi dapat berinterferensi dengan antigen vaksin. Apabila

    antibodi maternal masih tinggi sebaiknya pemberian vaksin ditudan sampai usia tertentu,

    seperti pada vaksinasi campak di daerah endemis diberikan pada usia " bulan. @amun, pada

    daerah non-endemis titer antibodi campak maternal tidak begitu tinggi, antara lain karena

    antibodi maternal hanya diperoleh dari imunisasi ibu dan tidak terjadi boostering alamiah. !

    /espons imun primer terhadap vaksin sangat lemah bila dibandingkan dengan respons

    imun primer terhadap infeksi alamiah. 5leh karena itu, vaksinasi primer terutama untuk 

    vaksin inaktif, memerlukan vaksinasi ulang untuk mencapai tingkat imunitas protektif./espons terhadap dosis pertama vaksin inaktif lebih bersifat sebagai pembentukan respons

    imun aal (priming 1 yang menjadi dasar pembentukan imunitas protektif. osis berikutnya

     pada vaksinasi primer merupakan vaksinasi ulang yang membentuk tingkat antibodi protektif.

    :aksinasi ulang diberikan pada saat respons imun terhadap dosis pertama atau dosis

    sebelumnya pada vaksinasi primer mulai menurun, pada umumnya '- minggu setelah dosis

    sebelumnya. 3ergantung dari karakteristik antigen vaksin inaktif maka vaksin penguatan

     perlu diberikan satu atau beberapa kali untuk mencapai tingkat kekebalan protektif primer.

    :aksin hidup umumnya diberikan satu kali sebagai vaksinasi primer dan tidak memerlukan

    vaksinasi ulang.!

    Sejalan dengan bertambahnya usia maka tingkat kekebalan protektif vaksin secara

     perlahan akan memudar sehingga harus diberi vaksin penguatan untuk menjaga tingkat

    respons imun protektif. adal vaksinasi penguatan sangat bergantung dari karakteristik 

    antigen serta infeksi alamiah dalam lingkungan., infeksi alamiah pada seseorang yang telah

    mendapat vaksinasi dengan capaian respons imun protektif umumnya bersifat subklinis dan

    10

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    11/46

    member efek penguatan 0boostering effects1. ampir semua vaksin memerlukan vaksinasi

     penguatan terutama bila penyakit infeksi yang akan dicegah sudah jarang ditemukan.!

    Pengertian Imunisasi

    Imunisasi merupakan sebuah proses yang mengubah seorang individu ke dalam

    keadaan dimana individu tersebut terproteksi dari penyakit akibat infeksi. Penggunaan kata

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    12/46

    :aksin live attenuated  diproduksi di laboratorium dengan cara menurunkan virulensi

    virus atau bakteri penyebab penyakit, misalnya virus yang hanya hidup pada sel manusia

    dibiakkan dalam jaringan hidup mamalia. :aksin yang dihasilkan masih memiliki

    kemampuan untuk bereplikasi dan menimbulkkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan

     penyakit.+

    :aksin inactivated  dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri, atau komponen

    0fraksi1 dari kedua organisme tersebut. :aksin komponen dapat berbasis protein atau berbasis

     polisakarida. :aksin yang berbasis protein termasuk toksoid 0toksin bakteri yang inactivated1

    dan produk subunit atau sub-virion. Sebagian besar vaksin berbasis polisakarida terdiri atas

    dinding sel polisakarida asli bakteri. :aksin konjugasi 0conjugated vaccine1 polisakarida

    adalah vaksin polisakarida yang secara kimiai disambung dengan protein, dengan cara

    onjugasi sehingga lebih imunogenik.+

    Vaksin live attenuated 

    :aksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar 0ild1 penyebab penyakit. :irus atau

     bakteri liar ini dilemahkan 0attenuated1 di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan

     berulang-ulang. 6isalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk 

    mengubah virus liar campak menjadi virus vaksin dibutuhkan !% tahun dengan caramelakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang

    menderita penyakit campak pada tahun !"*'.+

    Supaya dapat menimbulkan respons imun, vaksin live attenuated   harus berkembang

     biak 0mengadakan replikasi1 di dalam tubuh resipien. Suatu dosis kecil virus atau bakteri

    yang diberikan, yang kemudian mengadakan replikasi di dalam tubuh dan meningkat

     jumlahnya sampai cukup besar untuk memberi rangsangan suatu respons imun.+

    Apapun yang merusak organisme hidup dalam botol 0misalnya panas atau cahaya1

    atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh 0antibodi yang beredar1 dapat

    menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif.+

    ?alaupun vaksin live attenuated  menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan

    dibanding dengan penyakit alamiah dan itu dianggap sebagai kejadian ikutan 0adverse event 1.

    /espons imun terhadap vaksin hidup attenuated   pada umumnya sama dengan yang

    diakibatkan oleh infeksi alamiah. /espons imun tidak membedakan antara suatu infeksidengan virus vaksin yang dilemahkan dan infeksi dengan virus liar.+

    12

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    13/46

    :aksin virus live attenuated  secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik 

    seperti semula. al ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup.+

    Imunitas aktif dari vaksin hidup attenuated tidak dapat berkembang karena pengaruh

    dari antibodi yang beredar. Antibodi dari sumber apapun 0misalnya transplasental, transfusi1

    dapat mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan tidak adanya

    respons 0non response1. :aksin campak merupakan mikroorganisme yang paling sensitif 

    terhadap antibodi yang beredar dalam tubuh. :irus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit

    terkena pengaruh.+

    :aksin live attenuated  bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena panas

    dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati.+

      :aksin hidup attenuated  yang tersedia antara lain vaksin campak, gondongan

    0parotitis epidemika1, rubella, polio, rotavirus, yello fever, dan B27.+

    Vaksin inactivated 

    :aksin inactivated   dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam

    media pembiakan 0persemaian1, kemudian dibuat tidak aktif 0inactivated 1 dengan

     penambahan bahan kimia 0biasanya formalin1. ntuk vaksin fraksional, organisme tersebutdibuat murni dan hanya komponen-komponennya yang dimasukkan dalam vaksin 0misalnya

    kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus1.+

    :aksin inactivated  tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen

    dimasukkan dalam suntikan. :aksin ini tidak menyebabkan penyakit 0alaupun pada orang

    dengan defisiensi imun1 dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. 3idak 

    seperti antigen hidup, antigen inactivated  umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang

     beredar. :aksin inactivated  dapat diberikan saat antibodi berada di dalam sirkulasi darah. +

    :aksin inactivated   selalu membutuhkan dosis ganda. Pada umumnya, pada dosis

     pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem

    imun. /espons imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. al ini berbeda

    dengan vaksin hidup, yang mempunyai respons imun mirip atau sama dengan infeksi alami,

    respons imun terhadap vaksin inactivated   sebagian besar humoral, hanya sedikit atau tak 

    menimbulkan imunitas selular. 3iter antibodi terhadap antigen inactivated   menurun setelah

    13

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    14/46

     beberapa aktu. Sebagai hasilnya maka vaksin inactivated  membutuhkan dosis suplemen

    0tambahan1 secara periodik.+

    Pada beberapa keadaan suatu antigen untuk melindungi terhadap penyakit masih

    memerlukan vaksin seluruh sel 0whole cell 1, namun vaksin bakterial seluruh sel bersifat

     paling reaktogenik clan menyebabkan paling banyak reaksi ikutan atau efek samping. Ini

    disebabkan respons terhadap komponenD-komponen sel yang sebenarnya tidak diperlukan

    untuk perlindungan 0contoh antigen pertusis dalam vaksin P31.+

    :aksin inactivated  yang tersedia saat ini berasal dariE+

    • Seluruh sel virus yang inactivated , contoh influenFa, polio, rabies, hepatitis A.

    Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.• :aksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenFa, pertusis a-

    seluler, tifoid :i, lyme disease,

    • 3oksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum,

    • Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, clan aemophilus

    influenFae tipe b.

    • 7abungan polisakarida 0 aemophillus influenFae tipe b dan pneumokokus1

    Rantai Vaksin

    /antai vaksin adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan

    menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari

     pabrik sampai diberikan kepada pasien. :aksin yang disimpan dan diangkut secara tidak 

     benar akan kehilangan potensinya. Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan dalam

    suhu (-$ G2 dan tidak dalam keadaan beku.'

    Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati 0inaktif1 yang

    mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu. 5leh karena itu,

    harus diperhatikan syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin

     potensinya ketika diberikan kepada anak. Bila syarat-syarat tidak dipenuhi maka vaksin akan

    kehilangan potensinya untuk merangsang kekebalan tubuh, bahkan bisa menimbulkan

    kejadian ikutan pasca imunisasi 0&IPI1 yang tidak diharapkan. ntuk menghindari hal-hal

    yang tidak diinginkan dibutuhkan pemahaman mengenai ketahanan vaksin terhadap

     perbedaan suhu dan pemahaman rantai vaksin 0cold-chain1. Selain itu perlu juga mengenali

    kondisi vaksin yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi, antara lain dari tanggal

    14

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    15/46

    kadaluarsa, arna cairan, kejernihan, endapan, arna vaccine vial monitor   0::61,

    kerusakan label, dan sisa vaksin yang sudah dilarutkan.'

    Pemberian suntikan

    ampir semua jenis vaksin diberikan dengan rute intramuskular atau subkutan. Akan

    tetapi, vaksin 5P: dan B27 diberikan secara masing-masing per-oral dan intradermal. Agar 

    vaksin dapat berfungsi optimal, cara administrasi vaksin harus dilakukan dengan cermat.*, 

    Persiapan kulit tempat suntikan harus dibersihkan terlebih dahulu. Bila menggunakan

    sab alkohol, tempat suntikan harus dibiarkan mengering dari alkohol. Bila tidak, alkohol

    dapat masuk ke dalam otot dan menimbulkan iritasi. Alkohol dapat pula menginaktivasi

    vaksin live attenuated seperti 66/.*,

    &etika menyuntikan vaksin secara intramuskular pemilihan sudut jarum yang akan

    disuntikan merupakan bagian dari teknik injeksi keseluruhan. al ini ditentukan oleh

     besarnya penerima vaksin, apakah jaringan dicubit atau diregangkan, panjang jarum dan

     penilaian professional pemberi vaksin.*,

    :aksin yang diberikan secara intramuskular harus diberikan pada otot yang sehat dan

     berkembang dengan baik, pada lokasi yang bebas dari risiko kerusakan lokal, neural,vaskular, atau jaringan. Penyuntikan vaksin yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan

    vaksin dan nodul atau benjolan pada tempat suntikan, dan reaksi lokal.*,

    8okasi rekomendasi untuk vaksin intramuskular adalahE*,

    !. 6. vastus lateralis pada paha bagian luar untuk anak usia di baah !* bulan.

    (. ntuk balita dan anak, m vastus lateralis dan m. deltoideus dapat digunakan H 

     pemilihannya didasarkan pada penialaian professional pemberi vaksin.

    +. 6. deltoideus pada anak yang lebih tua, remaja, dan deasa.

    Pada bayi dan anak usia kurang dari !* bulan, m. deltoideus tidak menyediakan

    tempat injeksi intramuskular yang baik karena letak n. radialis yang lebih superficial dan m.

    deltoideus belum mampu untuk menyerap vaksin secara adekuat.*,

    Pemilihan paha bagian depan atau m. rectus femoris pada anak tidak 

    direkomendasikan, karena yang sebenarnya muncul pada otot anterior lebih dominan lemak 

    subkutan. i baah lapisan m. rectus femoris adalah neurovascular bundle, dan menyuntikan

    vaksin pada bundle tersebut akan meningkatkan potensi reaksi lokal dan nodul tempat injeksi

    15

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    16/46

    kronik. 6enyuntik pada titik diantara lokasi anterior dengan lateral akan menghasilkan hal

    yang sama.*,

    aerah bokong tidak boleh digunakan untuk pemberian vaksin pada bayi atau anak 

    kecil, karena daerah bokong kebanyakan berisi lemak subkutan sampai anak dapat berjalan

     pada usia "-!( bulan. Penggunaan lokasi pada bokong tidak direkomendasikan pada

    vaksinasi deasa, dikarenakan lapisan subkutan dapat bervariasi dari !-" cm dan deposisi

    intramuskular dapat tidak terjadi.*,

    Bayi berumur bulan dan dibaahnya tidak perlu dipegang erat seperti balita. Pada

    umur ini pegangan yang berlebihan meningkatkan rasa takut mereka sehingga otot mereka

    menjadi kaku. Bayi dapat diletakkan telentang, atau setengah telentang pada pangkuan orang

    tua atau pengasuhnya. Idealnya orangtua atau pengasuh harus diberitahu untuk memegang

     bayi atau anak saat penyuntikan. ika orang tua > pengasuh akan menolong memegang bayi

    atau anak, pastikan baha mereka mengerti apa yang akan terjadi nanti. 6. vastus lateralis

    adalah otot yang besar, tebal dan berkembang baik pada bayi.*,

    Posisikan bayi telentang atau dipangkuan orang tua atau pengasuh dengan didasari

    kain. Aduksi kaki yang terlipat dengan baik danE*,

    !. 3emukan trochanter mayor.

    (. 3emukan condylus femoralis lateral.

    +. Bagi daerah tersebut menjadi tiga bagian dan tarik garis imajiner dari batas baah

    menuju ke tengah dari batas atas 0lihat adanya tonjolan disepanjang bagian baah dari

    fascia lata1.

    '. 8okasi injeksi adalah pada garis imajiner, proksimal dari batas atas.

    *. Imobilisasi tungkai tersebut.

    16

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    17/46

    7ambar !. 8okasi penyuntikan vaksin pada m. vastus lateralis.

    arum harus dimasukan pada sudut %G-#%G 0atau "%G menurut teknik ?51 menuju

    ke patella dan pada tautan antara sepertiga atas dan sepertiga tengah. Suntikan vaksin pada

    laju yang terkontrol. ntuk menghindari tracking , pastikan semua vaksin telah diinjeksikan

    sebelum mengeluarkan jarumnya.*,

    7ambar (. 3eknik penyuntikan dengan lokasi di m. vastus lateralis.

    17

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    18/46

    angan memijit atau menggosok lokasi vaksin setelah penyuntikan karena dapat

    menyebabkan kebocoran vaksin ke jalur jarum suntikan, yang dapat menyebabkan iritasi

     jaringan.*,

    Secara umum rekomendasi praktik terbaik adalah hanya membolehkan satu injeksi

     per lokasi, meskipun dengan pengenalan vaksin baru dan kebutuhan akan proteksi, dua

    injeksi pada satu otot dapat diperlukan. al ini dianggap aman dan dapat diterima, tetapi

    teknik injeksi pemberi vaksin harus lebih tepat.*,

    &etika dibutuhkan, dua vaksin dapat diberikan pada satu tungkai pada sekali

     pertemuan. Paha bagian anterolateral lebih dipilih sebagai lokasi injeksi untuk penyuntikan

    intramuskular simultan karena massa otot yang besar. 8okasi injeksi harus dipisah setidaknya

    (-+ cm sehingga reaksi lokal tidak saling tumpang tindih.*,

    Pemberian vaksin multipel tidak boleh dicampur dalam satu  syringe kecuali secara

    spesifik terlisensi dan terlabel untuk pemberian dalam satu  syringe. Satu jarum dan satu

     syringe hanya boleh digunakan untuk satu vaksin.*,

    ika pemberi vaksin dominan memakai tangan kanan, pemberian dua injeksi lebih

    mudah diberikan pada paha kiri, sedangkan bila dominan memakai tangan kiri lebih mudah

    diberikan pada paha kanan. Pemberian vaksin pada paha manapun yang dianggap pemberi

    vaksin mudah dilakukan dapat memberikan penetrasi yang baik pada otot dan mengurangi

    kerusakan jaringan.*,

    Pada penyuntikan untuk anak yang lebih tua atau deasa dapat dipilih lokasi injeksi

    di m. deltoideus. 6. deltoideus berlokasi pada aspek lateral lengan atas. 6. deltodieus harus

    terekspos untuk menghindari risiko kerusakan n. radialis 0sebuah injeksi pada pertemuan

    antara sepertiga atas dan sepertiga tengah dari aspek lateral lengan dapat melukai saraf 

    tersebut1.*,

    :olume yang diinjeksikan pada m. deltoideus tidak boleh melebihi %,* ml pada anak 

    dan !,% ml pada deasa. 3emukan lokasi injeksi yang tepat dengan caraE*,

    !. 3emukan processus acromion.

    (. 3emukan tuberositas deltoid, segaris dengan aCilla.

    +. 7ambar segitiga imajiner yang mengarah ke baah dari acromnion.

    8okasi injeksi berada di tengah, atau satu sampai empat jari dari acromnion.

    18

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    19/46

    6asukkan jarum pada sudut %-#% derajat menuju acromnion, karena hal ini

    mengikuti jalur alami dari serat otot dan menyimpan vaksin pada bagian paling padat dari

    otot tersebut. Suntikan vaksin dengan laju terkontrol. ntuk menghindari tracking , pastikan

     baha vaksin sudah diinjeksikan sebelum melepas jarumnya.*,

    7ambar +. 8okasi penyuntikan vaksin pada m. deltoideus.

    7ambar '. 3eknik penyuntikan vaksin pada m. deltoideus.

    Injeksi subkutan harus diberikan pada jaringan yang sehat, dimana jauh dari tonjolan

    tulang dan bebas dari pembuluh darah atau saraf yang besar. aringan subkutan dapat

    ditemukan di seluruh tubuh, tapi tempat paling umum yang dipakai adalah lengan atas

    0daerah deltoid1, didasari pada aksesibilitas dan dapatan vaksin. Paha bagian lateral dapat

    menjadi lokasi alternatif.*,

    19

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    20/46

    Prinsip dari mencari lokasi deltoid untuk injeksi subkutan sama seperti injeksi

    intramuskular. engan memasukan jarum pada sudur +%G-'*G, jarum tidak boleh lebih

     panjang dari ! mm. jika lebih panjang, dapat terjadi penyuntikan intramuskular yang tidak 

    diinginkan.*,

    3abel !. kuran jarum penyuntikan vaksin sesuai usia dan lokasi penyuntikan.

    Umur Lkasi Ukuran !an

    "anjang jarum

    Keterangan

    Injeksi intramus#u$ar

    Saat $a%ir :astus lateralis (+-(* 7 C ! mm

    & minggu :astus lateralis (+- (* 7 C ! atau (*

    mm

    Pemilihan panjang

     jarum didasarkan

     pada penilaian

     professional pemberi

    vaksin

    '()* minggu :astus lateralis (+-(* 7 C (* mm arum (* mm akan

    memastikan deposisi

    vaksin intramuskular

    dalam.

    )+ bu$an , ' ta%un-"sina$.

    eltoid

    :astus lateralis

    (+-(* 7 C ! mm

    (+-(* 7 C (* mm

    8okasi vastuslateralis menjadi

     pilihan pada anak

    yang lebih kecil

    ketika massa m.

    deltoid masih kecil

    dan penyuntikan

    lebih dari satu kali

    diperlukan.

    '(/ ta%un eltoid (+-(* 7 C ! mm arum ! mm harus

    cukup untuk

    memberikan efek

    deposisi

    intramuskular dalam

     pada kebanyakan

    anak.Anak 0ang $ebi% tua eltoid (+-(* 7 C ! mm &ebanyakan remaja

    20

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    21/46

    -/ ta%un atau $ebi%.1

    remaja !an !e2asa

    :astus lateralis

    atau

    (+-(* 7 C (* mm

    (!-(( 7 C +$ mm

    dan deasa

    membutuhkan jarum

    (* mm untuk

    memberikan efek

    deposisi

    intramuskular dalam.

    2atatanE jarum (!-(+

    7 +$ mm dapat

    diperlukan untuk

    injeksi deltoid pada

    laki-laki atau

     perempuan obesitas.

    Injeksi Subkutan

    Injeksi subkutan eltoid (*-( 7 C ! mm Sudut penyuntikan

    adalah +%G dan

     panjang jarum tidak

     boleh lebih dari !

    mm.

    Kea!aan Ba0i 3Anak Sebe$um Imunisasi

    5rangtua atau pengantar bayi>anak dianjurkan mengingat dan memberitahukan secara

    lisan atau melalui daftar isian tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau

    risiko kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di baah ini,*,

    • Pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat 0memerlukan

     pengobatan khusus atau perlu peraatan di rumah sakit1,• Alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin misalnya neomisin

    • Sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang, radioterapi atau kemoterapi,

    • 6enderita sakit yang menurunkan imunitas 0leukemia, kanker, I:>AIS1,

    • 3inggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun 0leukemia, kanker,

    I: > AIS1,

    • 3inggal serumah dengan orang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas

    0radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid1

    • Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup 0vaksin campak,

     poliomielitis, rubela1,• Pada + bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah,

    21

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    22/46

    • 6enderita penyakit susunan syaraf pusat.

    Keja!ian Ikutan Pas#a Imunisasi -KIPI.

    &ejadian ikutan pasca imunisasi 0&IPI1 atau adverse events following immunisation0A;9I1 adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin

    ataupun efek samping, toksisitas reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau kesalahan

     program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.#

    Pada umunya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang

    0adverse events1, atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. /eaksi

    simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping 0side effects1,

    interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis

    sulit dibedakan satu dengan lainnya. ;fek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi

    umumnya terjadi karena potensi vaksin sedangkan reaksi alergi merupakan kepekaan

    seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetic. /eaksi alergi dapat terjadi

    terhadap protein telur 0vaksin campak, gondong, influenFa, dan demam kuning1 antibiotic,

     bahan pengaet 0neomisin, merkuri1, atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.#

    &ejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan

    teknik pembuatan, pengadaan, distirbusi, dan penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan

    teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. #

    &omnas Pengkajian dan Penanggulangan &IPI 0&omnas PP &IPI1 mengelompokkan

    etiologi &IPI dalam ( klasifikasiE  #

    !. &lasifikasi lapangan menurut ?5 ?estern Pacific 0!"""1 untuk petugas kesehatan

    di lapangan.

    (. &lasifikasi kausalitas menurut I56 !""!, ?5 (%%" dan ?5 (%!+ untuk telaah&omnas PP &IPI.

    &lasifikasi lapangan 0?5 ?estern Pacific !"""1

    Sesuai dengan manfaatnya di lapangan maka &omnas PP-&IPI memakai kriteria

    ?5 Western Pacific untuk memilah &IPI dalam lima kelompok penyebab, yaitu kesalahan

     program, reaksi suntikan, reaksi vaksin, koinsiden, dan sebab tidak diketahui. &lasifikasi

    lapangan ini dapat dipakai untuk pencatatan dan pelaporan &IPI.#

    22

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    23/46

    a. &esalahan program atau teknik pelaksanaan 0programmatic errors1

    Sebagian besar kasus &IPI berhubungan dengan maslaah program dan teknik 

     pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan,

    dan tata laksana pemberian vaksin. engan semakin membaiknya pengelolaan vaksin,

     pengetahuan dan keterampilan petugas pemberi vaksinasi, maka kesalahan tersebut

    dapat diminimalisasi.#

     b. /eaksi suntikan

    Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung

    maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi &IPI. /eaksi suntikan langsung

    misalnya nyeri, bengkak, dan kemerahan pada tempat suntikan sedangkan reaksi

    suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkop. /eaksi ini

    tidak berhubungan dengan kandungan yang terdapat pada vaksin, sering terjadi pada

    vaksinasi massal.#

    c. /eaksi vaksin

    7ejala &IPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih

    dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.

    ?alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaktik 

    sistemik dengan risiko kematian. /eaksi simpang ini sudaj teridentifikasi dengan baik 

    dantercantum dalam petunjuk tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi

    khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya

    termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain. 3erdiri dari reaksi

    lokal, reaksi sistemik dan reaksi vaksin berat.#

    d. 9aktor kebetulan 0koinsiden1

    &ejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan setelah imunisasi. Indicator factor 

    kebetulan dtandai dengan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada

    kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat

    imunisasi.#

    e. Penyebab tidak diketahui

    Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam

    salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukan ke dalam kelompok ini sambil

    menunggu informasi lebih lanjut. engan kelengkapa informasi tersebut akan dapat

    ditentukan kelompok penyebab &IPI.#

    &lasifikasi kausalitas

    Pada tahun (%%", ?5 merekomendasikan klasifikasi kausalitas baru berdasarkan (

    aspek yaitu aktu timbulnya gejala 0onset time1 dan penyebab lain yang dapat menerangkan

    23

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    24/46

    terjadinya &IPI. &lasifikasi tersebut dibagi menjadi certain,  probable,  possible, unlikely,

    unrelated  dan unclassifiable.#

    a. ertain!Very likely

    &ejadian secara klinis dan hubungan aktu pemberian vaksin adalah sesuai dan tidak dapat dijelaskan oleh pemberian obat lain atau penyakit lain yang bersamaan.#

    b. Probable

    &ejadian klinis dan hubungan dengan aktu pemberian vaksin adalah sesuai tetapi

    masih bias berhubungan dengan pemberian obat atau penyakit lain yang bersamaan.#

    c. Possible

    &ejadian klinis dan hubungan dengan aktu pemberian vaksin adalah sesuai tetapi

     juga berhubungan dengan pemberian obat atau kebetulan sama dengan penyakit yang

    sedang diderita atau pemberian obat.#

    d. "nlikely&ejadian klinis dan hubungan aktu pemberian vaksin tidak sesuai dan kejadian

    tersebut tidak disebabkan oleh pemberian obat atau penyakit lain.#

    e. "nrelated 

    Peristia klinis dan hubungan aktu tidaksesuai dan dapat dijelaskan oleh penyakit

    yang mendasari atau obat lain atau bahan kimia.#

     f. "nclassifiable

    &ejadian klinis yang terjadi tidak cukup informasi yang menjelaskan kejadian terseut

    dan tidak juga berhubungan dengan obat atau penyakit dengan pemberian obat atau

     penyakit lain.#

    ubungan klasifikasi lapangan dan kausalitas adalah sebagai berikutE

    Pada tahun (%!(, ouncil of #nternational $rgaani%ations of &edical 'ciences

    02I56S1 dan ?5 merevisi klasifikasi relevan yang ada menjadi kategorisasi sebab-

    spesifik 0cause-spesific categori%ation1 dari &IPI.#

    24

    /eaksi vaksin

    /eaksi suntikan

    &esalahan program

    Very likely

     Probable

     Possible

    9aktor kebetulan"nlikely"nrelated 

    Penyebab tak diketahui"nclassifiable

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    25/46

    3ipe kausa-spesifik &IPI efinisi

    Vaccine product-related reaction &IPI yang disebabkan atau dicetuskan oleh

    vaksin karena satu atau lebih kandungan

    vaksin

    Vaccine uality defect-related reaction &IPI yang disebkan atau dicetuskan oleh

    vaksin yang dikarenakan satu atau lebih

    defek kualitas dari produk vaksin, termasuk 

    alat pemberian vaksin yang disediakan oleh

     pabrik.

     #mmuni%ation error-related reaction &IPI yang disebabkan oleh penanganan

    vaksin yang tidak tepat, peresepan atau

     pemberian yang secara alamiah dapat

    dicegah.

     #mmuni%ation an)iety-realted reaction &IPI yang dicetuskan dari kecemasan akan

    imunisasi.

    oincidental event  &IPI yang disebabkan oleh sesuatu selain

     produk vaksin, kesalahan vaksinasi atau

    kecemasan imunisasi.

    6enurut ?5 (%!+, kualitas penilaian kausalitas yang dilakukan tergantung padaE#

    • Sistem pelaporan &IPI berdasarkan responsivitas, efektivitas, dan kualitas

     penelusuran dan pelaporan.

    • &emampuan pelayanan medis dan laboratorium dan penelusuran informasi mengenai

    latar belakang.

    • &ualitas proses pelaporan kausalitas.

    Penilaian kausalitas &IPI dilakukan dalam beberapa tingkat yang berbeda. 3ingkat

     pertama adalah tingkat populasi, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

     penggunaan vaksin dan kejadian &IPI yang dialami. &edua, pada level individual, dimana

    dilakukan penilaian kejadian sebelumnya dan menentukan apakah kejadian &IPI yang

    dialami oleh seseorang berhubungan dengan penggunaan vaksin. Sedangkan level ketiga

    adalah penilaian dalam pengertian penelusuran gejala.#

    Vaksinasi 0ang !ianjurkan

    Tuberkulosis

    25

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    26/46

    Adalah vaksin hidup yang dibuat dari &ycobacterium bovis dibiak berulang selama !-

    + tahun sehingga di dapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.

    :aksin B27 merupakan vaksin hidup yang memberi perlindungan terhadap penyakit 3B.

    :aksin 3B tidak mencegah infeksi 3B, tetapi mencegah infeksi 3B berat 0meningitis 3B dan

    3B milier1. :aksin B27 membutuhkan aktu -!( minggu untuk menghasilkan efek 

    0perlindungan1 kekebalannya. :aksinasi B27 memberikan proteksi yang bervariasi antara

    *%-$% terhadap tuberkulosis. Pemberian vaksinasi B27 sangat bermanfaat bagi anak. Satu

    dose imunisasi mengandung bakteri  *acillus almette +uerrin  hidup yang dilemahkan

    sebanyak *%.%%%-!.%%%.%%% partikel>dosis.$

    :aksin ini diberikan pada bayi yang baru lahir dan sebaiknya diberikan pada umur 

    sebelum ( bulan. :aksin B27 juga diberikan pada anak usia !-!* tahun yang belum

    divaksinasi 0tidak ada catatan atau tidak ada scar1. $

    osis untuk bayi kurang dari ! tahun adalah untuk %,%* ml dan untuk anak %,!% ml,

    diberikan secara intrakutan di daerah insersio m. deltoideus kanan. ?5 tetap menganjurkan

     pemberian vaksin B27 di insersio m. deltoid kanan dan tidak di tempat lain 0bokong, paha1,

     penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan 0tidak terdapat

    lemak subkutis yang tebal1, ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat

    0dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior1 dan sebagai tanda baku

    untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan.$

    :aksin B27 yang dipakai di Indonesia adalah vaksin B27 buatan P3. Biofarma

    Bandung. Satu ampul vaksin B27 mengandung Bacillus 2almette 7uerin hidup !,* mg

    kering dan disediakan pelarut @a2l %," ' ml. Ampul vaksin harus dilarutkan dengan

     pelarut yang disediakan oleh pabrik dan dilarutkan sampai semua pellet tercampur. Setelah

    dilarutkan, vaksin masih dapat disimpan pada suhu (G-$G 2 selama maksimal + jam."

    :aksin B27 merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien

    imunokompromise 0leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang atau pada infeksi

    I:1. $

    &IPI yang didapat setelah vaksinasi adalah papul merah yang kecil timbul dalam

    aktu !H+ minggu. Papul ini akan semakin lunak, hancur, dan menimbulkan parut. 8uka ini

    mungkin memakan aktu sampai + bulan untuk sembuh. Biarkan vaksinasi sembuh sendiri

    dan pastikan agar tetap bersih dan kering.$ 

    26

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    27/46

    8imfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai setelah

     penyuntikan B27. al ini tergantung pada umur anak, dosis dan galur yang dipakai.

    8imfadenitis akan sembuh sendiri, jadi tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat pada

    kulit atau timbul fistula maka dapat dibersihkan dan diberikan obat antituberkulosis oral.

    Pemberian obat antituberkulosis sitemik tidak efektif.$

    B27-itis diseminasi jarang terjadi, seringkali berhubungan dengan imunodefisiensi

     berat. &omplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomielitis.

    &omplikasi ini harus diobati dengan kombinasi obat anti-tuberkulosis.$

     ,epatitis *

    i Indonesia, vaksinasi hepatitis B merupakan vaksinasi ajib bagi bayi dan anak 

    karena pola penularannya bersifat vertikal. Secara umum, vaksin diberikan + kali pemberian,

    disuntikan secara intramuskular. :aksinasi diberikan dengan jadal %, !, bulan 0kontak 

     pertama, ! bulan, dan bulan kemudian1. &husus vaksinasi bayi baru lahir diberikan dengan

     jadal berikut E!%

    • osis pertama E sebelum umur !( jam

    • osis kedua E umur !-( bulan

    osis ketiga E umur bulan

    Apabila sampai dengan usia * tahun anak belum pernah meperoleh imunisasi hepatitis B,

    maka secepatnya diberikan.!%

    ntuk ibu dengan bsAg positif, selain vaksin hepatitis B diberikan juga hepatitis B

    immunoglobulin 0BIg1 %,* ml disisi tubuh yang berbeda dalam !( jam setelah lahir. Sebab,

    epatitis B imunoglobulin 0BIg1 dalam aktu singkat segera memberikan proteksi

    meskipun hanya jangka pendek 0+- bulan1.!%

    :aksin hepatitis B yang tersedia ada dalam bentuk rekombinan monovalen maupun

    kombinasi. Pada vaksin ;ngeriC B buatan 7S&, vaksin berada dalam vial ! ml berisi setiap

    %,* ml mengandung !% mcg BsAg yang teradsorbsi oleh %,(* mg aluminum sebagai

    aluminum hidroksida. Pelarutnya merupakan @a2l "mg>ml 0%,"1 dan buffer fosfat 0natrium

    fosfat dihidrat %,"$ mg>ml) natrium dihidrogen fosfat dihidrat %,#! mg>ml1. ;ngeriC-B

    tersedia dalam bentuk vial dan syringe. Pada syringe, ujung syringe dapat berisi lateC,

    sehingga perlu diperhatikan pada pasien dengan alergi lateC. Pada vaksin epB rekombinan

     buatan P3. Biofarma tersedia dalam bentuk  prefill injection device, yang dikemas dalam

    27

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    28/46

    aluminum foil pouch dan vial. &omposisinya tiap %,* ml mengandung !% mcg BsAg yang

    teradsorbsi pada %,(* mg Al+J dan mengandung pengaet %,%! >v thimerosal sebagai

     pengaet. 3himerosal merupakan senyaa yang mengandung merkuri.!!

    /eaksi &IPI yang sering terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan

     bersifat sementara, terkadang dapat menimbulkan demam ringan untuk !-( hari. Sampai saat

    ini tidak ada kontraindikasi absolut pemberian vaksin epatitis B. &ehamilan dan laktasi

     bukan kontraindikasi vaksin epatitis B.!%

     #munisasi TP 

    Imunisasi 3P adalah suatu vaksin +-in-! yang melindungi terhadap ifteri, 3etanus

    dan Pertusis. Biasanya vaksin 3P atau 3 diberikan dalam bentuk suntikan, yang

    disuntikkan pada otot lengan atau paha secara intramuskular atau subkutan sebanyak %,* ml.

    enis vaksin difteri yang diberikan harus sesuai dengan usia saat pemberian. Sebagai

    imunisasi dasar, vaksin difteri diberikan bersamaan dengan imunisasi tetanus dan pertusis,

    dalam bentuk vaksin 3P. :aksin 3P 03aP atau 3P1 diberikan untuk anak usia diatas

    minggu sampai # tahun. :aksin 3 diberikan juga pada anak dengan kontraindikasi terhadap

    komponen pertusis dan dianjurkan pada anak usia lebih dari # tahun untuk memperkecil

    kejadian ikutan pasca-imunisasi karena toCoid difteri. Pada aal pembuatan vaksin 3P,komponen pertusis yang digunakan merupakan hole pertusis 03P1, yaitu seluruh bakteri

    Bordetella pertusis yang telah di non aktifkan. @amun, sejak tahun !"( mulai beredear 

    vaksin dengan menggunakan fraksi sel>aselular 03aP1 yang mengandung satu atau lebih

     protein Bordetella pertusis. engan penggunaan vaksin 3aP, ternyata efek samping, baik 

    lokal maupun sistemik yang ditimbulkan lebih rendah 0#*1 jika dibandingkan dengan

    vaksin 3P. :aksin ini tidak dapat mencegah pertusis seluruhnya, namun terbukti dapat

    meperingan durasi dan tingkat keparahan pertusis.!(

    adal vaksinasi yang dianjurkan saat ini dimulai pada usia ( bulan, melalui suntikan

    intramuskular. :aksin diberikan sebanyak + kali dengan selang aktu -$ minggu 0usia (-'-

     bulan1. langan pertama dilakukan ! tahun sesudahnya 0usia !*-!$ bulan1 dan ulangan kedua

    diberikan + tahun setelah ulangan yang pertama 0'- tahun1.!(

    ari laporan yang ada, daya proteksi vaksin difteri sebesar "$,'* setelah suntikan

    yang ketiga, namun kekebalan yang terbentuk setelah imunisasi dasar hanya bertahan selama

    28

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    29/46

    !% tahun, sehingga perlu diberikan booster setiap !% tahun sekali. Pemberian booster cukup

    dengan vaksin 3d 0tetanus dan difteri1.!(

    ianjurkan memberikan booster pada usia !! sampai dengan !( tahun atau minimal *

    tahun setelah pemberian terakhir. Setelah itu direkomendasikan untuk memberikan booster 

    setiap !% tahun.!(

    adual vaksinasi untuk usia #-!$ tahun sebagai imunisasi primer dengan

    menggunakan vaksin 3d, yaitu + dosis dengan jarak ' minggu diantara dosis pertama dan

    kedua, dan bulan diantara dosis kedua dan ketiga. Ikuti dengan dosis booster bulan

    setelah dosis ketiga.!(

    Bayi baru lahir memiliki kekebalan terhadap pertusis yang didapat dari ibu, namun

    kekebalan ini hanya bertahan sampai usia ' bulan. 5leh karena itu, sebaiknya anak usia

    kurang dari ! tahun diberikan vaksin.!(

    :aksin tidak boleh diberikan pada anak dengan riayat alergi berat dan ensefalopati

     pada pemberian vaksin sebelumnya. &eadaan lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus

    adalah bila pada pemberian pertama dijumpai riayat demam tinggi, respon dan gerak yang

    kurang 0hipotonik- hiporesponsif1 dalam '$ jam, anak menangis terus menerus selama ( jam,

    dan riayat kejang dalam + hari sesudah imunisasi P3.!(

    :aksin 3P terdiri dari toksoid difteri, toksoid tetanus, dan inactivated B. pertussis.

    :aksin 3P buatan P3. Biofarma merupakan suspense koloidal homogen berarna putih

    susu dalam vial. &andungan dalam ! dosis 0%,* ml1 mengandung toksoid difteri murni (% 8f,

    toksoid tetanus murni #,* 8f, B. pertussis yang diinaktivasi !( 5, dengan Fat tambahan

    aluminium fosfat !,* mg dan thimerosal %,%* mg. 3oksoid difteri secara relatif imunogen

     buruk, sehingga biasanya diadsorbsi dengan adjuvan berupa aluminum fosfat atau aluminium

    hidroksida.!+ :aksin 3aP seperti InfanriC, dan aptacel bebas dari kandungan thimerosal

    sebagai pengaet vaksin. ntuk InfanriC, vaksin ini mengandung (* 8f toksoid difteri, !% 8f 

    toksoid tetanus, (* mcg toksin pertusis inaktif 0inactivated P31, (* mcg hemaglutinin

    filamentosa 09A1 dan $ mcg pertactin. InfanriC tersedia dalam bentuk vial dan  prefilled 

     syringe.!' Pada aptacel setiap %,* m8 mengandung !* 8f toksoid difteri, * 8f toksoid

    tetanus, !% mcg toksin pertusis inaktif 0P31, * mcg hemaglutinin filamentosa 09A1, + mcg

     pertactin dan * mcg fimbriae tipe ( dan + 09I61. &omposisi yang lain meliputi !, * mg

    29

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    30/46

    aluminium fosfat sebagai adjuvan, K* mcg formaldehid residual, L*% ng glutaraldehid

    residual, dan +,+ mg (-phenoCyethanol.!*

    &IPI pemberian vaksinasi tetanus biasanya bersifat ringan, berupa rasa nyeri, arna

    kemerahan dan bengkak di tempat penyuntikan, dan demam.!(

    ika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan

    3, bukan 3P. ika anak menderita penyakit yang lebih serius dari flu ringan, imunisasi

    3P bisa ditunda sampai anak sehat. ika ada riayat kejang, penyakit otak atau

     perkembangannya abnormal, penyuntikan 3P sering ditunda sampai kondisinya membaik 

    atau kejangnya bisa dikendalikan.!(

    emam ringan dengan reaksi lokal berupa kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi

    suntikan. emam yang timbul dapat mengakibatkan kejang demam 0%,%1, anak gelisah

    dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan 0inconsolable crying1. &IPI

    yang berat dapat terjadi ensefalopati akut atau reaksi alergi berat 0anafilaksis1.!(

    :aksin 3P tidak boleh diberikan pada anak dengan riayat alergi dan kejang pada

     pemberian vaksin yang pertama.!(

     #munisasi Polio

    Pada saat ini ada dua jenis vaksin polio yaitu 5P: 0oral polio vaccine1 dan IP:

    0inactivated polio vaccine1. 5P: diberikan ( tetes melalui mulut, sedangkan IP: diberikan

    melalui suntikan dengan dosis %,* ml dengan suntikan subkutan dalam + kali di lengan

    dengan jarak ( bulan. :aksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian dilanjutkan

    dengan imunisasi dasar, diberikan pada usia (, ', dan bulan. Pada PI@ 0pekan imunisasi

    nasional1 semua balita harus mendapat imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali

     pada penyakit dengan daya tahan tubuh menurun 0imunokompromais1. Bila pemberiannya

    terlambat, jangan mengulang pemberiannya dari aal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi

    sesuai dengan jadal. Bagi ibu yang anaknya diberikan 5P:, diberikan ( tetes dengan jadal

    seperti imunisasi dasar. Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh terhadap respons

     pembentukan daya tahan tubuh terhadap polio, jadi saat pemberian vaksin, anak tetap bisa

    minum ASI.!

    30

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    31/46

    Imunisasi polio ulangan diberikan saat masuk sekolah 0*- tahun1 dan dosis

     berikutnya diberikan pada usia !*-!" tahun. Sejak tahun (%%#, semua calon jemaah haji dan

    umrah dibaah usia !* tahun harus mendapat ( tetes 5P:. Imunisasi polio memberikan

    kekebalan aktif terhadap poliomielitis.!

    :aksin 5P: di Indonesia diproduksi oleh P3. Biofarma. Berupa vaksin trivalent yang

    merupakan cairan berarna kuning kemerahan dikemas dalam vial gelas. 3iap dosis 0( tetes

    M %,! m81 mengandung virus polio hidup dilemahkan 0strain Sabin1 tipe ! N!% .% 22I*%, tipe

    ( N !%*.% 22I*%, dan tipe + N !%*,$ 22I*%. Oat tambahan dalam vaksin tersebut antara lain

    eritromisin tidak lebih dari ( mcg, kanamisin tidak lebih dari !% mcg, sukrosa +* sebagai

    Fat penstabil.!#

      :aksin IP: di Indonesia mempunyai nama dagang ImovaC. Setiap %,* m8

    mengandung virus poliomyelitis inaktivasi tipe ! '% -antigen unit, tipe ( $ -antigen unit,

    dan tipe + +( -antigen unit. engan komposisi lain berupa (-phenoCyethanol K!.%,

    formaldehid K%.%(, protein serum sapi residual L ! ppm, neomisin, streptomisin, dan

     polimiksin B sampai %,* m8.!$

    Pernah dilaporkan baha penyakit poliomielitis terjadi setelah pemberian vaksin

     polio. :aksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan,dan nyeri otot. :aksinasi polio tidak dianjurkan diberikan ketika seseoarang sedang demam,

    muntah, diare, sedang dalam pengobatan radioterapi atau obat penurun daya tahan tubuh,

    kanker, penderita I:, dan alergi pada vaksin polio.!

    5P: tidak diberikan pada bayi yang masih dirumah sakit karena 5P: berisi virus

     polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa diekskresikan melalui tinja selama minggu,

    sehingga bisa membahayakan bayi lain. ntuk bayi yang diraat dirumah sakit, disarankan

     pemberian IP:.!

     #munisasi ampak 

    :aksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. :aksin

     biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan measles dan rubella 0vaksin 66/1. ika

    hanya mengandung campak vaksin diberikan pada usia " bulan dalam ! dosis %,* ml

    subkutan. 3erdapat ( jenis vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak hidup

    dan dilemahkan 0tipe ;dmonston-B1 dan vaksin yang berasal dari virus campak yang

    31

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    32/46

    dimatikan 0virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam

    aluminium1.!"

    Imunisasi ulangan juga dianjurkan dalam situasi tertentu E  !"

    a. 6ereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur ! tahun dan terbukti baha

     potensi vaksin yang digunakan kurang baik 0tampak peningkatan insidens

    kegagalan vaksinasi1. Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi ketika berumur 

    !(-!' bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan kontra

    indikasi.!"

     b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak S,

    S83P dan S83A dapat diberikan imunisasi ulang.!"

    c. Setiap orang yang pernah memperoleh immunoglobulin.

    !"

    d. Seseorang yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya. !"

    Bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang mendapat pengobatan

    imunosupresif, hamil, memiliki riayat alergi, sedang mendapat pengobatan imunoglobulin

    atau bahan-bahan berasal dari darah, alergi terhadap protein telur.!"

    :aksin campak mengandung virus campak strain 2A6 #% tidak kurang dari !%%%

    22I*%, kanamisin sulfat dengan kadar tidak lebih dari !%% mcg dan eritromisin tidak lebih

    dari +% mcg tiap dosisnya 0%,* m81. Biasanya tersedia dalam sediaan kering, sehingga harus

    dilarutkan dengan cairan yang disediakan oleh pabrik.(%

    &ejadian ikutan pasca imunisasi dari vaksin campak antara lain demam lebih dari

    +",*G2 yang terjadi pada *-!* kasus, demam dijumpai pada hari ke-* sampai ke-

    sesudah imunisasi dan berlangsung selama ( hari. &ejang demam dapat pula terjadi. /uam

    timbul pada hari ke-# sampai ke-!% sesudah imunisasi dan berlangsung selama (-' hari.

    /eaksi &IPI yang berat dapat menyerang sistem saraf, yang reaksinya diperkirakan muncul

     pada hari ke-+% sesudah imunisasi.!"

     #munisasi &&

    :aksin 66/ merupakan vaksin kering, mengandung virus hidup. Bagi Balita, pada

    usia !(-!* bulan 0jika tidak mendapatkan imunisasi campak1 dapat diberikan vaksinasi 66/ 

    untuk mencegah risiko tinggi yang membahayakan bagi kesehatan.(!

    Imunisasi 66/ adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit campak,gondongan, dan rubella. osis tunggal %,* ml diberikan secara intramuskular atau subkutan.(!

    32

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    33/46

    aya lindung 66/ sebesar "*, namun kadar antibodi yang dibentuk melalui

    vaksinasi lebih rendah dibandingkan dengan antibodi yang diperoleh setelah menderita

    gondongan.(!

    :aksin 66/ harus diberikan sekalipun ada riayat infeksi campak, gondongan dan

    rubella atau imunisasi campak. 3idak ada dampak imunisasi yang terjadi pada anak yang

    sebelumnya telah mendapat imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini. (!

    Pada populasi dengan insidens yang tinggi pada infeksi campak dini, imunisasi 66/ 

    dapat diberikan pada usia " bulan. Indikasi lain pemberian vaksin 66/ adalahE(!

    • Anak dengan penyakit kronis seperti fibrosis kistik, kelainan jantung baaan,

    kelainan ginjal baaan, gagal tumbuh, sindrom on.(!

    • Anak berusia N! tahun yang berada dalam day care center ,  family day care, dan

     playgroups.(!

    • Anak yang tinggal di lembaga cacat mental.(!

    :aksinansi 66/ tidak dianjurkan diberikan pada anak yang alergi terhadap

    telur>neomycin, yang sedang dalam pengobatan imunosupresif, anak dengan alergi berat,

    anak dengan demam akut, setelah pemberian imunoglobulin atau transfusi darah. :aksin

    66/ merupakan vaksin live attenuated  dan hanya dilarutakan dalam air untuk injeksi.(!

    Setiap dosis vaksin 3rimovaC mengandung :irus campak 0strain ScharF1 !%%%

    22I*%, :irus 7ondongan 0strain rabe A6-"1 *%%% 22I*%, :irus /ubella 0strain ?istar 

    /A(#>+61 !%%% 22I*%, dan albumin manusia.((  Sedangkan pada vaksin 66/-II

    mengandung :irus campak 0strain ;dmonston1 !%%% 32I*%, :irus gondongan 0strain eryl

    8ynn1 !(*%% 32I*%, :irus /ubella 0strain ?istar /A(#>+1 !%%% 32I*%, sorbitol, natrium

    fosfat, sukrosa, @a2l, recombinant human albumin, gelatin, fetal bovine serum, dan

    neomisin.(+

    /ekasi &IPI yang terjadi pada imunisasi 66/ adalah malaise, demam atau ruam

    yang sering terjadi satu minggu setelah imunisasi yang berlangsung selama (-+ hari. alam

    masa -!! hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam, ensefalitis pasca imunisasi,

    dan pembengkakan kelenjar parotis pada anak usia sampai ' tahun, pada umumnya terjadi

     pada minggu ketiga dan kadang-kadang lebih lama. Akan tetapi kejadian tersebut jarang

    terjadi. apat pula terjadi trombositopenia. 3erkadang diperlukan penggunaan parasetamol

     pada masa *-!( hari setelah imunisasi.(!

    33

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    34/46

     #munisasi ,ib (,aemophilus influen%a tipe b/012

    :aksin ib merupakan vaksin yang tidak aktif, dibuat dari kapsul aemophilus

    influenFa 3ipe B yang disebut polyribosribitol phospat 0P/P1.('

    3erdapat ( jenis vaksin ib iaitu P/P-3 dan P/P-56P. &edua vaksin ini termasuk 

    vaksin konjugasi. :aksin ib P/P-3 diberikan pada usia (, ' dan bulan. :aksin ib P/P-

    56P diberikan pada usia ( dan ' bulan. osis ketiga tidak diperlukan. :aksin ulangan, baik 

    P/P-3 maupun P/P-56P diberikan pada usia !* - !$ bulan. :aksin ini diberikan secara

    intramuskular sebanyak %,* ml didaerah paha atas. &ekebalan tubuh akan mulai terbentuk 

    setelah pemberian suntikan yang pertama dengan vaksin jenis P/P-56P dan setelah ( kali

    suntikan dengan vaksin jenis P/P-3.('

    Anak-anak usia diatas bulan yang belum mendapat vaksin diberikan ( kali suntikan,

    sedangkan bagi anak diatas usia ! tahun cukup mendapat ! kali suntikan saja tanpa perlu

     pemberian ulangan. engan pemberian vaksin ini diharapkan "* anak-anak terlindungi dari

    infeksi ib setelah dosis kedua atau ketiga.('

    :aksin ib berbentuk bubuk steril liofilik yang perlu dilarutkan dengan pelarutnya.

    :aksin ib mengandung polisakarida kapsul aemophilus b 0P/P1. :aksin ib P/P-3

    dikonjugasikan dengan toksin tetanus yang di detoksifikasi dengan formaldehid dan

    dipurifikasi. Polisakarida kapsul tersebut berikat secara kovalen dengan toksoid tetanus.

    Seetlah dipurifikasi, konjugat tersebut diliofilikasi dengan bantuan laktosa sebagai stabiliFer.

    Pelarut dari vaksin ini adalah @a2l %,". &etika dilarutkan, setiap dosis mengandung !% mcg

    P/P ib dengan (* mcg toksoid tetanus, !(, mg laktosa, dan K%,* mcg formaldehid

    residual.(*,(

    /eaksi &IPI setelah pemberian vaksinasi ib, *-+% anak memperoleh vaksinasi

     bisa mengalami demam, bengkak kemerahan, dan nyeri pada tempat suntikan selama !-+

    hari.('

    :aksin ib tidak direkomendasikan diberikan bila seseorang sedang demam,

    mengalami infeksi akut, dan orang dengan riayat alergi yang mengancam jia.('

     #munisasi Pneumokokus 

    Saat ini telah tersedia ( macam vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan bakteri pneumokokus, yaitu PP:(+ dan P2:#. PP:(+ adalah vaksin pneumokokus yang

    34

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    35/46

     berisi polisakarida murni dengan (+ serotipe, vaksin jenis ini kurang bereaksi baik jika

    diberikan pada anak usia kurang dari ( tahun karena fungsi sel imun yang belum matang.

    :aksin ini hanya memberikan kekebalan dalam jangka pendek. Sedangkan P2:# adalah

    vaksin pneumokokus generasi kedua yang berisi polisakarida konjugasi. :aksin ini dapat

    diberikan pada anak usia kurang dari ( tahun meskipun sel imun mereka belum matur. :aksin

    ini mencakup # serotipe yang berbahaya yang banyak mengakibat kematian pada anak usia L

    * tahun.(#

    :aksin pneumokokus diberikan secara intramuskular atau subkutan di daerah deltoid

    atau paha tengah lateral sebanyak %,* ml. :aksin ini diberikan sejak usia ( bulan dengan

    interval ( bulan sebanyak + kali. &emudian ulangan hanya dilakukan pada anak yang

    memiliki risiko tinggi tertular pneumokokus pada usia !(-!$ bulan. P2:# sebaiknya

    diberikan jika anak sudah berusia lebih dari ( bulan, diberikan pada bayi umur !(-!* bulan.

    Interval antara ( dosis minimal '-$ minggu. Anak yang telah mendapat imunisasi P2:#

    lengkap sebelum umur ( tahun, pada umur ( tahun diberi PP:(+ ! dosis, dengan selang

    aktu suntik ( bulan setelah P2:# terakhir.(#

    Setiap %,* ml dosis vaksin PP: (+ mengandung (* mcg setiap polisakarida

     pneumokokus pada larutan isotonic yang mengandung K!.(* mg fenol sebagai

     pengaetnya.($  Sedangkan pada vaksin P2: # mengandung (,( mcg untuk setiap

     polisakarida serotype pneumokokus kecuali serotype B yang mengandung ',' mcg, (% mcg

     protein karier konjugat, dan %,** mg aluminium fosfat.("

    /eaksi &IPI pada +%-*% resipien yang mendapatkan vaksin ini akan mengalami

    eritema atau nyeri pada tempat suntikan, biasanya berlangsung kurang dari '$ jam. /eaksi

    lain berupa demam, gelisah, pusing, nafsu makan menurun, mialgia 0pada anak L!1.

    emam ringan sering timbul. /eaksi ikutan pasca imunisasi ini biasanya terjadi setelah

     pemberian dosis kedua, namun berlangsung tidak lama dan menghilang dalam + hari.(#

    Ada beberapa kondisi dimana imunisasi pneumokokus ini tak dapat diberikan, yaituE

    kontraindikasi absolute, bila timbul anafilaksis setelah pemberian vaksin) kontraindikasi

    relatifE usia kurang dari ( tahun, karena respon terhadap vaksin masih kurang baik, dan dalam

     pengobatan imunosupresif atau radiasi kelenjar limfe.(#

     #munisasi #nfluen%a

    35

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    36/46

    :aksin virus influenFa mengandung antigen dari ( subtipe virus influenFa A 0A>!@!

    dan A>+@(1 dan satu galur virus influenFa B, dikenal sebagai vaksin trivalent. :aksin selalu

    diperbaharui setiap dua kali setahun karena adanya antigenic drift  dan antigenic shift  pada

    virus influenFa. :aksin influenFa terdiri dari dua macam, yaitu live attenuated   dan

    inactivated . Pada vaksin inactivated terdiri dari whole1 split virion, dan subunit vaksin.+%

    osis bagi anak berumur L + tahun adalah %,(* ml dan dosis bagi anak berumur +

    tahun adalah %,* ml disuntikan di otot paha. Bila anak telah berusia " tahun, vaksin cukup

    diberikan satu dosis dan diulang setiap tahun.+%

    3iap dosis %,* m8 mengandung virus influenFa strain A>!@! !*mcg hemaglutinin,

    A>+@( !* mcg hemaglutinin, dan B !* mcg hemaglutinin dengan thiemrosal ' mcg sebagai

     pengaetnya. Ada juga vaksin influenFa yang mengandung hidrokortison K%,%%! mcg,

    gentamisin sulfat K%,!* mcg, ovalbumin K%,%* mcg, formaldehid K* mcg, dan natrium

    deoksikolat K*% mcg.+!

    &IPI dari penyuntikan vaksin yang mungkin terjadi adalah bengkak, nyeri, kemerahan

     pada tempat suntikan, demam, dan pegal. 7ejala-gejala tersebut dapat terjadi setelah

     penyuntikan dan bertahan !-( hari. +%

     #munisasi Tifoid 

    :aksin tifoid ada dua macam, yaituE+(

    !1 :aksin oralE berasal dari kuman Salmonella typhi yang dilemahkan. isimpan dalam suhu

    (-$o2 dan dikemas dalam bentuk kapsul. :aksin oral diberikan pada saat anak berusia

    tahun atau lebih sebanyak ' kapsul dengan jarak setiap ! hari 0hari !-+-*-#1.

    Pemberiannya dapat diulang tiap * tahun. /espon imun akan terbentuk !%-!' hari setelah

    dosis terakhir.+(Qang perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin ini adalah tidak boleh dilakukan saat

    sedang demam, tidak boleh dilakukan pada orang dengan penurunan sistem kekebalan

    tubuh 0I:, keganasan, sedang kemoterapi atau sedang terapi steroid1 dan riayat

    anafilaksis, tidak boleh kepada orang yang alergi gelatin.+(

    &IPI yang ditimbulkan oleh vaksin ini cukup ringan, yaitu muntah, diare, demam, dan

    sakit kepala. engan efektivitas vaksin yang lebih tinggi dan disertai efek samping yang

    lebih rendah daripada jenis vaksin tifoid lainnya, maka vaksin tifoid oral ini merupakan

     pilihan utama. Sayangnya, vaksin oral tidak beredar lagi di Indonesia.+(

    36

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    37/46

    (1 :aksin parenteralE berasal dari polisakarida :i dari kapsul salmonella typhi, yang

    dimatikan. Susunan vaksin polisakarida setiap %,* ml mengandung kuman Salmonella

    typhi, polisakarida %,%(* mg, fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida,

    disodium fosfat, monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan. isimpan dalam suhu (-

    $o2 dan tidak boleh dibekukan. iberikan pada anak berusia ( tahun atau lebih. Satu

    dosis dapat diberikan setiap (-+ tahun. ilakukan secara intramuskular atau subkutan di

    deltoid atau paha atas. /espon imunitas akan terbentuk dalam !* hari sampai + minggu

    setelah imunisasi.+(,++

    &eadaan yang dihindarkan saat pemberian vaksin adalah jangan diberikan seaktu

    demam, riayat alergi, dan keadaan penyakit akut.+(

    &IPI yang timbul berupa demam, pusing, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot tempat

    suntikan.+(

     #munisasi ,epatitis 3

    ari hasil penelitian dilaporkan baha vaksinasi epatitis A dapat memberikan

     perlindungan hampir !%% dan dapat bertahan sekitar !* - (% tahun. :aksin epatitis A

     berisi virus epatitis A terinaktivasi dan tersedia dalam ( kemasan dosis, yaitu untuk anak-

    anak (-!$ tahun dan deasa usia !$ tahun. :aksin diberikan sebanyak ( kali, suntikan

    kedua diberikan -!$ bulan dari suntikan pertama, dan selanjutnya tidak diperlukan

     pengulangan. ntuk pemberian yang cepat dapat langsung diberikan suntikan ( dosis

    sekaligus dengan daya perlindungan "% dalam ( minggu. osisnya bervariasi bergantung

     pada produk dan usia, disuntik secara intramuskular di deltoid. :aksin diberikan pada anak 

    usai N( tahun.+'

    :aksin hepatitis A yang beredar terdiri dari produk, avriC dan AvaCim. avriC

    merupakan suspensi steril dari virus terinaktivasi. Setiap ! m8 dosis deasa mengandung

    virus strain 6!#* sebanyak !''% ;8.. teradsorbsi dalam %,* mg aluminium sebagai

    aluminium hidroksida. Sedangkan pada dosis anak, setiap %,* m8 mengandung #(% m8

    antigen virus yang teradsorbsi dalam %,(* mg aluminium sebagai aluminium hidroksida.

    &andungan lain dalam vaksin antara lain suplemen asam amino 0%,+ >v1 dalam buffer 

    fosfat, polisorbat (% 0%,%* mg>m81, formalin 0tidak lebih dari %,! mg>m81, dan neomisin

    sulfat 0tidak lebih dari '% ng>m81.+* Pada produk AvaCim, setiap %,* m8 mengadung virus

    terinaktivasi 0strain 7B61 $% antigen unit, dengan (-phenoCyethanol 0(,* mc81,

    37

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    38/46

    formaldehid0!(,* mcg1, aluminium hidroksida 0%,!* mg1, polisorbat $%0K#*%mcg1, dan

    neomisin.+

    mumnya aman dan &IPI yang sering ditemukan adalah reaksi lokal tetapi umumnya

    ringan, kadang-kadang juga ada sedikit demam. ;fek samping akibat pemberian vaksinasi

    terbanyak !% -!* berupa nyeri dan bengkak di tempat injeksi. :aksin tidak boleh

    diberikan pada individu yang mengalami efek samping berat sesudah pemberian dosis

     pertama.+'

     #munisasi Varisela

    :aksin berisi virus hidup varicella-Foster yang dilemahkan. :aksin ini berasal dari

    virus varicella Fooster liar yang diisolasi dari seorang anak yang bernama belakang 5ka

     berusia + tahun. :aksin ini dikembangkan pertama kali di epang oleh 3akahashi dan di

    Amerika mendapat lisensi untuk digunakan pada anak sejak tahun !""*.+#

    6enurut rekomendasi IAI 0Ikatan okter Anak seluaruh Indonesia1, vaksin varisela

    dianjurkan pada anak dengan usia ! tahun, cukup ! dosis. isimpan dalam suhu (-$o2.

    Suntikan pertama diberikan saat usia !(-!* bulan, terbaik saat usia sebelum sekolah. Pada

    anak umur !+ tahun diberikan dua kali suntikan dengan selang ! bulan.+#

    /eaksi &IPI jarang terjadi, tetapi bila terjadi reaksi yang muncul bersifat lokal 0!1

    yaitu bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan yang terjadi beberapa jam sesudah

    suntikan. &adang-kadang didapatkan demam 0!1 dan timbul bercak kemerahan dan lenting

    ringan.+#

    :aksin varisela tidak dapat diberikan pada keadaan demam tinggi, gangguan

    kekebalan karena pengobatan penyakit keganasan atau sesudah diradioterapi, pasien yang

    mendapat pengobatan kortikosteroid tinggi dan alergi neomisin.+#

    :aksin yang beredar mengandung virus varicella Foster yang dilemahkan tidak kurang

    dari !%+ P9 dengan Fat tambahan seperti buffer, asam amino, laktosa, manitol, sorbitol, dan

    neomisin.+$

     #munisasi otavirus

    ?5 merekomendasikan semua lembaga kesehatan di setiap @egara untuk 

    memberikan vaksinasi rotavirus secara rutin. :aksin rotavirus yang sudah beredear 

    38

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    39/46

    merupakan vaksin hidup yang mengandung ! galur rotavirus 0monovalen1 ' galur rotavirus

    0tetravalent1 maupun * galur rotavirus 0pentavalen1.+"

    :aksin rotavirus monovalen merupakan vaksin hidup yang mengandung ! jenis

    rotavirus dengan tipe 7!PR$. :aksin monovalen mempunyai neutraliFing epitope yang sama

    dengan rotavirus tipe 7!, 7+, 7', dan 7" yang merupakan mayoritas isolate yang ditemukan

     pada manusia. '%

    :aksin monovalen telah diketahui efektif menurunkan kejadian diare rotavirus *#,

    diberikan secara oral dengan dilengkapi buffer dalam kemasannya. :aksin tersebut diberikan

    dalam ( dosis dengan rentang aktu kurang lebih $ minggu setiap pemberian vaksin. osis

     pertama diberikan pada rentang usia -!' minggu dan dosis kedua pada umur (' minggu.+"

    :aksin pentavalen merupakan vaksin rotavirus yang mengandung * galur rotavirus

    07!, 7(, 7+, 7', 7", P!AR$1. :aksin ini dikembangkan dari serum bovine, memiliki

    efektivitas yang tinggi dalam mencegah keparahan akibat rotavirus.+"

    :aksin pentavalen diberikan secara oral dan dilakukan dalam + dosis. arak pemberian

    antar dosis berkisar ! bulan sejak pemberian dosis pertama. osis pertama diberikan pada

    saat bayi berumur ( bulan. osis kedua diberikan pada saat bayi berumur ' bulan dan dosis

    ketiga diberikan pada saat bayi berumur bulan.+"

    &eduanya diberikan melalui mulut 0oral1. &edua vaksin tersebut terbukti aman dari

    risiko gangguan usus. ;fektivitas vaksin berkurang apabila diberikan bersama vaksin polio

    oral. &ejadian ikutan pasca pemberian vaksin dilaporkan adalah demam, feses berdarah,

    muntah, diare, nyeri perut dan dehidrasi. Intususepsi merupakan salah satu &IPI yang

    menjadi pusat perhatian dalam perkembangan vaksin rotavirus terbaru.+"

    :aksin pentavalen mengandung * jenis virus hidup dilemahkan. 3iap dosis

    mengandung (.%-(.$ C !%  I. :aksin juga mengandung buffer, sukrosa, natrium sitrat,

    natrium hidroksida, polisorbat $%, fetal bovine serum.'!

     #munisasi ,PV 

    Pengembangan vaksin pencegahan vaksin P: menaarkan harapan baru untuk 

    mencegah kanker leher rahim. ji klinis dari ( generasi pertama vaksin, satu untuk P: tipe

    ! dan !$, sedangkan yang lainnya untuk tipe , !!, !, !$ telah memperlihatkan proteksiyang cukup tinggi melaan insiden dan infeksi persisten.'(

    39

  • 8/17/2019 Referat IKA Imunisasi

    40/46

    :aksin di