REFERAT ETIKOLEGAL DONOR ORGAN DARI PENDONOR HIDUP PEMBIMBING: dr. H. Nurtjahjo, Sp.F, SH Oleh : DM UNEJ KELOMPOK IV 1. Rika Ainun Tikha 072011101048 2. Rizka Arifani 072011101050 3. Rizqi Daniar 072011101054 4. Wilis Nurkumala 072011101056 5. Ida Bagus M. 072011101062 6. Mirandasari 072011101063
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFERAT
ETIKOLEGAL DONOR ORGANDARI PENDONOR HIDUP
PEMBIMBING:
dr. H. Nurtjahjo, Sp.F, SH
Oleh :
DM UNEJ KELOMPOK IV
1. Rika Ainun Tikha 072011101048
2. Rizka Arifani 072011101050
3. Rizqi Daniar 072011101054
4. Wilis Nurkumala072011101056
5. Ida Bagus M. 072011101062
6. Mirandasari 072011101063
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
2012
PENGESAHAN
Referat berjudul Etikolegal Donor Organ dari Pendonor Hidup telah
disetujui dan disahkan oleh Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal – RSUD dr. Soetomo pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD dr. Soetomo
Penyusun : DM UNEJ KELOMPOK IV
(Periode 30 Juli – 9 September 2012)
1. Rika Ainun Tikha 072011101048
2. Rizka Arifani 072011101050
3. Rizqi Daniar 072011101054
4. Wilis Nurkumala 072011101056
5. Ida Bagus M. 072011101062
6. Mirandasari 072011101063
Surabaya, 2012 Pembimbing Koordinator Pendidikan
dr. H. Nurtjahjo Sp.F, S.H drg. Wieke Lutviandari, DFMNIP. NIP.19600913 198711 2 001
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat
dan kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul
“ETIKOLEGAL DONOR ORGAN DARI PENDONOR HIDUP”, sebagai salah
satu tugas akademis dalam kepaniteraan klinik di laboratorium Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Dalam rangka selesainya referat ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. dr. H. Hoediyanto, Sp.F (K), Ketua SMF Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.
2. Dr. dr. Ahmad Yudianto, Sp.F, SH, M.Kes, Kepala Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.
3. dr. Wieke Lutviandari DFM, Koordinator Pendidikan S1 Kedokteran
Forensik dan Medikolegal di Departemen IKFM – FKUA / RSUD dr.
Soetomo Surabaya
4. dr. H. Nurtjahjo, Sp.F, SH, Pembimbing referat kami.
5. Dokter - Dokter PPDS di Laboratorium IKFM – FKUA/ RSUD dr.
Soetomo Surabaya.
6. Rekan – Rekan Dokter Muda di Laboratorium IKFM – FKUA/ RSUD dr.
Soetomo Surabaya.
Kami menyadari bahwa penulisan referat ini masih belum sempurna, maka
kami mengharapkan segala kritik dan saran yang dapat pembaca berikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
Jika hasil tes ini menyatakan bahwa calon pendonor bersih dari infeksi penyakit di
atas, maka calon pendonor diterima dan didata di bank jaringan RSUD dr.
Soetomo. Bank jaringan akan melalukan pengambilan jaringan dari calon
pendonor yang bersangkutan jika calon tersebut dinyatakan telah meninggal
bukan pada saat pendonor masih hidup (Protap bank jaringan RSUD dr.Soetomo).
Untuk pendonor mati (kadaver), umumnya diambil pada jenazah mr. X yang
setelah di tes terhadap HIV, VDRL dan HBV negatif. Pengambilan jaringan
dilakukan di ruang otopsi RSUD dr. Soetomo dan pengambilan didasarkan pada
kebutuhan jaringan yang masih kurang di bank jaringan. Setelah jaringan diambil,
17
18
jaringan disimpan di freezer dengan suhu -830C untuk menghancurkan antigen
jaringan, sehingga reaksi rejection (penolakan) dari sistem imun penerima donor
dapat diminimalisir. Jaringan disimpan kurang lebih selama enam bulan, dimana
setiap tiga bulannya akan dilakukan tes terhadap HIV, HBV dan VDRL lagi. Jika
pada tiga bulan kedua, hasil tes tetap negatif maka jaringan ini telah siap untuk
digunakan (Protap bank jaringan RSUD dr.Soetomo).
2.2.6 Contoh Kasus Donor Organ
Dua warga negara Indonesia (WNI) diadili di Singapura karena menjual
ginjalnya kepada warga negara tersebut. Kasus penjualan organ tubuh ini
merupakan yang pertama kalinya di Singapura. Kedua WNI yang menjual
ginjalnya itu adalah Toni (27) dan Sulaiman Damanik (26). Kasus ini bermula
ketika Toni menjual ginjalnya kepada WNI bernama Juliana Soh. Dia mengaku
sebagai anak angkat Juliana sejak berumur 10 tahun sehingga transplantasi ginjal
diperbolehkan. Setelah transplantasi di Singapura sukses pada Maret 2008, Toni
mudik ke Medan. Sekitar Rp186 juta mengalir ke rekeningnya. Pada Mei 2008,
Toni balik lagi ke Singapura. Kali ini dia membawa Sulaiman Damanik.
Rencananya Sulaiman akan menjual ginjalnya pada orang kaya setempat yaitu
Tang Wee Sung senilai Rp150 juta. Sulaiman juga mengaku masih punya
hubungan famili dengan Tang agar operasi ini berjalan mulus. Namun sebelum
operasi transplantasi digelar, Toni dan Sulaiman telah dicokok polisi setempat.
Di pengadilan, kedua terdakwa itu mengakui telah berbohong pada
komite etik Singapura dengan menyatakan bahwa mereka adalah kerabat
penerima ginjal dan mereka mendonorkan organ tubuh itu, alias tidak ada jual
beli. Ancaman hukuman yang dijatuhkan pada keduanya adalah 12 bulan penjara
atau denda hingga 10 ribu dolar Singapura. Menteri Kesehatan Singapura Khaw
Boon Wan menyatakan jual beli organ tubuh dilarang di Singapura untuk
menghindari eksploitasi pada orang miskin dan berpotensi melahirkan risiko
medis. "Jual beli organ manusia sering melibatkan eksploitasi atas orang-orang
miskin dan para donor yang tidak mampu memperoleh informasi dalam
mengambil keputusan dan berpotensi mengalami risiko medis (Harnowo,2012).
18
19
Sebuah pengakuan oleh Jehuda Hiss, seorang mantan kepala institut
forensik Abu Kabir di Israel. Hiss mengaku para pekerja di institutnya panen
kulit, kornea, hati, dan tulang yang mereka peroleh dari rakyat sendiri, warga
Palestina, serta pekerja asing. Semua itu diperoleh tanpa izin si pemilik organ
alias secara ilegal. “Kami menggunakannya untuk kepentingan transplantasi dan
memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Hiss, seperti dilansir Al Jazeera, Kamis
(24/12). Wawancara itu sebenarnya dilakukan pada 2000 silam. Namun baru bisa
dirilis saat ini karena kondisinya sudah kondusif untuk dibicarakan. Sementara
bagian kulit, lanjut Hiss, diserahkan kepada bank kulit yang didirikan oleh militer
Zionis itu. Kulit itu memang biasanya digunakan untuk kepentingan militer, misal
untuk serdadu yang mengalami luka bakar. Menurut Hiss, praktik ini berhenti
total pada tahun 2000.
Senada dengan Hiss, militer Israel juga mengatakan aktivitas ini telah
mereka hentikan sepuluh tahun lalu. Depkes Negeri Yahudi itu menyatakan, saat
penggunaan organ ilegal marak, tidak ada hukum yang mengatur mengenai
transplantasi organ tubuh. Namun demikian, mereka berani menyatakan institut
Abu Kabir bekerja sesuai etika dan hukum Yahudi. Pewawancara Hiss adalah
dosen antropologi di University of California-Berkeley, Nancy Scheper-Hughes.
Ia sengaja mempublikasikan wawancara ini setelah tudingan sebuah suratkabar
Swedia bahwa aktivitas transplantasi organ ini memang nyata bahkan ada pasar
gelap khusus perdagangan organ tubuh manusia. Surat kabar Aftonbladet memuat
berita itu pada Agustus lalu. Mereka menuding militer Israel berada di balik
aktivitas perdagangan organ ilegal ini. Sumber organ adalah warga Palestina yang
mereka culik dan bunuh. Pihak Israel tentu saja menyangkal tudingan ini dan
menyebabkan hubungan kedua pihak tegang karena media Swedia tak mau
meminta maaf. “Serdadu Israel menculik pemuda Palestina dari Tepi Barat dan
Jalur Gaza. Lalu mengembalikan mereka ke keluarga masing-masing setelah
mengambil organnya untuk dijual ke pasar gelap,” demikian kutipan artikel
bertajuk ‘They Plunder the Organs of Our Sons’ itu (Hutapea, 2009).
Di Bandung, Terkait keinginan seorang gadis asal Jakarta, Kania (20),
nama samaran, yang akan menjual ginjalnya, dinyatakan Direktur Medik dan
19
20
Keperawatan RSHS Rizal Chaidir usia Kania belum cukup untuk menjadi donor.
"Untuk jadi pendonor organ, usia yang paling pas adalah 30 tahun," ujar pria yang
akrab dipanggil Deis ini saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (19/10/2009). Jika
umurnya 20 tahun, ujar Deis, belum pas karena jaringannya belum matang. RSHS
sendiri, imbuh Deis, tidak mentolerir adanya jual beli organ tubuh baik ginjal, hati
dan lainnya. Kanis, gadis berusia 20 tahun ini berencana menjual ginjalnya dan
memasang iklan di internet. Ginjalnya dia jual dengan harga Rp 600 juta. Menurut
pengakuan gadis asal Jakarta tersebut, dia menjual ginjal untuk menutupi utang
ayahnya yang bangkrut sekaligus biaya adiknya yang sebentar lagi masuk
perguruan tinggi (Yulianti,2009).
2.3 Pembahasan Etikolegal Donor Organ
Untuk menjaga agar dalam pelaksanaanya proses donor ogan bisa bejalan
dengan baik dibutuhkan sebuah aturan, yang berlandaskan ideologi di negara
masing masing. Di Indonesia setidak nya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
yakni nilai etik (KODEKI dan LSDI), nilai hukum (UU kesehatan, UU praktek
kedokteran, PP, dan KUH pidana/ perdata), dan kajian keagamaan yang akan
menjaga pelaksanaan praktek kedokteran khususnya dalam hal donor organ
(Gayatri,2007).
2.3.1 Dasar – Dasar Etik Kedokteran terkait Donor Organ
Dari segi etik kedokteran, tindakan transplantasi terkait dengan donor
organ ini wajib dilakukan jika terdapat indikasi. Hal ini berlandaskan pada
beberapa pasal dalam KODEKI yaitu KODEKI pasal 2 dan 7d tentang profesi
kedokteran.
2.3.2 Dasar – Dasar Hukum terkait Donor Organ
Dalam aturan hukum yang berlaku di Indonesia, mengenai transplantasi
dan donor organ ini telah mendapat pengaturannya antara lain melalui :
20
21
a. PP No. 18 Tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia,
antara lain:
1.) Bab 1 Ketentuan umum Pasal 1
2.) Bab VI Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia korban
kecelakaan Pasal 14
3.) Bab VII donor pasal 15 dan 16
4.) Bab VIII perbuatan yang dilarang pasal 17, 18, dan 19
5.) Bab IX ketentuan pidana pasal 20
b. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, meliputi:
1.) Bab VI upaya kesehatan
- Bagian Kelima penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan Pasal 64, 65, 66, dan 67
- Bagian Kesebelas pelayanan darah pasal 86, 87, 88, dan 90
- Bagian Ketigabelas penanggulangan gangguan penglihatan dan
pendengaran pasal 95
- Bagian Kedelapan belas bedah mayat pasal 123
2.) Bab XX ketentuan pidana
- pasal 192 tentang perjualbelian organ atau jaringan tubuh
- pasal 195 tentang perjualbelian darah
- Pasal 201
c. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
1.) Bab VII penyelenggaraan praktik kedokteran Bagian ketiga
pemberian pelayanan pasal 45
Menurut aturan-aturan tersebut di atas, pada dasarnya donor organ harus
dilakukan dengan sukarela untuk kemanusiaan tanpa mengharapkan imbalan
dalam bentuk apapun. Namun, adapula peraturan yang dapat mengecualikan hal
ini, yaitu :
21
22
a. Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: M.04-Hn.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi
Tambahan Bagi Narapidana Dan Anak Pidana pasal 1, 3, dan 5.
Di Indonesia, dalam peraturan-peraturan yang berlaku saat ini, tidak ada satu
pasal pun yang dapat menjelaskan secara detail mengenai tindak pidana
perdagangan organ tubuh manusia sehingga menyebabkan kesulitan dalam
menindak kasus-kasus penyalahgunaan organ dan atau jaringan tubuh, terutama
praktek perdagangan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murdhani (2009),
penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan organ tubuh belum sesuai
dengan yang diharapkan karena baik di dalam KUHP, UU. No.36 tahun 2009
tentang Kesehatan maupun di dalam RKUHP tahun 2004, tidak ada satu pasal pun
yang formulasi isi pasalnya memberikan karakteristik mengenai tindakan apa saja
yang dikategorikan sebagai praktek jual-beli organ tubuh manusia. Di KUHP
sendiri yang tidak mengatur mengenai tindak pidana perdagangan organ tubuh
manusia, pelaku dapat dikenakan Pasal 359 KUHP, Pasal 360 ayat (1) KUHP, dan
Pasal 362 KUHP. Di dalam UU. No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelaku
tindak pidana perdagangan organ tubuh dapat dikenai Pasal 64, Pasal 65, dan
Pasal 192. RKUHP tahun 2004 yang belum disahkan sampai sekarang pelaku
tindak pidana perdagangan organ tubuh dapat dikenai Pasal 394 RKUHP tentang
transplantasi organ tubuh.
2.3.3 Pandangan Agama terkait Donor Organ
a.) Pandangan menurut agama Islam
Menurut Fatwa Muasyirah oleh Dr. Yusuf qardhawi, disebutkan
1. “... dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu ..." (an-Nur: 33)
Dengan penjelasan bahwa di dalam Alquran tidak disebutkan secara
tertulis bahwa seseorang boleh mendermakan tubuhnya, tapi yang tersurat
dalam An-nur : 33 bahwa Seorang islam boleh mendermakan sesuatu
22
23
apabila itu adalah miliknya, termasuk tubuhnya. kebolehannya itu bersifat
muqayyad (bersyarat). Maka seseorang tidak boleh mendermakan sebagian
organ tubuhnya yang justru akan menimbulkan dharar (bahaya,
kemelaratan, dan kesengsaraan) bagi dirinya.
Oleh sebab itu, tidak diperkenankan seseorang mendermakan organ
tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya, misalnya hati, jantung,
karena dia tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya organ tersebut; dan
tidak diperkenankan menghilangkan dharar dari orang lain dengan
menimbulkan dharar pada dirinya.
Artinya Islam tidak membatasi sedekah pada harta semata-mata, bahkan
Islam menganggap semua kebaikan (al-ma'ruf) sebagai sedekah. Maka
mendermakan sebagian organ tubuh karena Allah Ta’ala termasuk kebaikan
(sedekah). Bahkan tidak diragukan lagi, hal ini termasuk jenis sedekah yang
paling tinggi dan paling utama, karena tubuh (anggota tubuh) itu lebih
utama daripada harta, sedangkan seseorang mungkin saja menggunakan
seluruh harta kekayaannya untuk menyelamatkan (mengobati) sebagian
anggota tubuhnya.
2. "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain ..." (atTaubah: 71)
3. "... Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya
lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam
kitab Allah ..." (al-Anfal: 75)
b.) Pandangan menurut agama Katolik
Menurut romo William P. Saunders, disebutkan:
1. Dalam ensiklik “Evangelium Vitae” (= Injil Kehidupan), Bapa Suci
Yohanes Paulus II menyatakan, “… ada kepahlawanan harian, yang terdiri
dari amal perbuatan berbagi sesuatu, besar atau kecil, yang menggalang
kebudayaan hidup yang otentik. Teladan amal perbuatan yang secara khas
layak dipuji seperti itu ialah pendermaan organ-organ, yang dilaksanakan
melalui cara yang dari sudut etika dapat diterima, dengan maksud
23
24
menawarkan kemungkinan kesehatan dan bahkan hidup sendiri kepada
orang sakit, yang kadang sudah tidak mempunyai harapan lain lagi” (No.
86).
2. Katekismus Gereja Katolik: “Transplantasi sesuai dengan hukum susila
dan malahan dapat berjasa sekali, kalau bahaya dan resiko fisik dan psikis,
yang dipikul pemberi, sesuai dengan kegunaan yang diharapkan pada
penerima. Transplantasi organ tubuh tidak dapat diterima secara moral,
kalau pemberi atau yang bertanggung jawab untuk dia tidak memberikan
persetujuan dengan penuh kesadaran” (No. 2296)
c.) Pandangan menurut agama Hindu, disebutkan :
Tidak ada dasar hukum agama yang melarang seorang hindu untuk
nmendonorkan organ dan atau jaringannya. Mereka mempercayai bahwa
kehidupan setelah mati itu ada dan hal inilah yang mendasari dibolehkannya
donor organ. Didalam 10 niyamas pada Daan (poin ke3). Segala sesuatu yang
menjunjung tinggi dharma (kebaikan sesama manusia) dianjurkan dalam hindu.
d.) Pandangan menurut agama Budha, disebutkan :
Dalam Sutra of Golden Light chapter 18 menunjukan bahwa Budha
memberikan tubuhnya untuk menyelamatkan seekor harimau betina. Bagi
penganut agama Budha mendonorkan organ adalah perbuatan yang sangat positif
(Nanny, 2011).
Profesi dokter merupakan profesi yang sangat rentan akan terjadinya
pelanggaran etik maupun hukum. Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan donor
organ dan atau jaringan tubuh, terkait pula dengan pelaksanaan transplantasi organ
dan atau jaringan tersebut, seorang dokter yang kurang atau bahkan tidak begitu
paham mengenai etik dan hukum yang mengatur kedua hal ini, secara tidak
sengaja dapat terjerumus ke dalam praktek-praktek yang menyimpang. Namun,
dapat pula terjadi, dimana seorang dokter yang sebenarnya telah mengetahui etika
24
25
dan hukum ini secara sengaja melakukan praktek donor organ maupun
transplantasi yang bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh, seorang dokter yang telah melakukan suatu operasi transplantasi
(dan mungkin bersama dengan pendonornya) menerima imbalan dari resipien atas
jasa yang telah dilakukannya. Atau seorang dokter yang mungkin menjadi bandar
organ dan atau jaringan tubuh dimana dokter tersebut memberikan tawaran
kepada para pasiennya yang bersedia mendonorkan organ dan atau tubuhnya akan
diberikan imbalan yang cukup menggiurkan.
Menurut Soebaryo, organ tubuh yang dapat disumbangkan seseorang yang
masih hidup adalah sebelah ginjal, satu paru-paru, sebagian hati serta sebelah
kornea mata. Kendati memungkinkan seseorang menyumbangkan keempat organ
tubuhnya diatas sekaligus, namun hal itu jelas akan menurunkan kualitas hidup.
Oleh karena itu, secara etika, dokter akan menolak melakukan tindakan
pengangkatan pada lebih dari satu organ.
25
26
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan donor organ di Indonesia telah diatur dalam KODEKI, lafal
sumpah dokter, dan PP No.18 tahun 1981, UU No.36 tahun 2009 tentang
kesehatan, dan UU No. 29 tahun 2009 tentang praktek kedokteran.
2. Tidak ada satu pasal pun yang dapat menjelaskan secara detail mengenai
praktek perdagangan organ tubuh manusia sehingga menyebabkan kesulitan
dalam menindak kasus-kasus perdagangan organ tubuh manusia yang terjadi.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis adalah faktor-faktor yang menjadi
kendala didalam hukum pidana yaitu rumusan pasal-pasal yang bisa diterapkan
terhadap pelaku tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia jangan terlalu
universal, perlu adanya pengaturan secara khusus dalam undang-undang
khususnya untuk Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP)
harus ada batasan pengertian, hakikat, dan ruang lingkup tindak pidana
perdagangan organ tubuh manusia sehingga tidak menjadi bias di dalam
penerapannya. Terhadap kebijakan transplantasi organ tubuh manusia kedepannya
dapat lebih diperjelas lagi yaitu dengan adanya suatu undang-undang khusus
mengenai transplantasi organ yang formulasi pasalnya telah mengikuti standar
internasional sehingga dapat menjaring semua perbuatan yang dikategorikan
dalam tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Douglas W, Hanto. 2007. Ethical Challenges Posed by the Solicitation of Deceased and Living Organ Donors. England : BMJ.
IDI, 2002. Kode etik kedokteran Indonesia (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002. Jakarta.
Geraghty, 2008. Emergency & disaster medicine summit. South Carolina: AHEC.
Knoepffler, N. 2008. Organ donation as an ethical imperative. University of Jena.
Santos, MD. 2002. Ethical incentives not payment for organ donation. N Engl J Med, 346 (25)
Truog, R. 2005. The Ethics of Organ Donation by Living Donors. England : BMJ.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.1981.PP Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1991tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Persi. 2003. Pusat data & Informasi-Perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia:
Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.04-Hn.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi Tambahan Bagi Narapidana Dan Anak Pidana.
Komalawati. V, 1989. Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. hlm 120.
Huml, Anne. 2009. Organ Transplantation.
Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen) Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Gayatri, Aprilia. Sekilas tentang Donor Organ dari Sudut Pandang Hukum Pidana.
Homer,T. 2007.The Book Of Origins.http://oketips.com/8380/tips-kesehatan-sejarah-perkembangan-transplantasi-organ/
Rachmawati, Evy. 2008. Waspadai Komplikasi pada Donor Hati. http://nasional.kompas.com/read/2008/09/11/15081237/Waspadai.Komplikasi.Pada.Donor.Hati.
Harnowo, PA.2012. Perdagangan Ogan Tubuh Ilegal, dari Kemiskinan Hingga Terpidana Mati. http://news.detik.com/read/2012/04/23/162030/1899428/10/perdagangan-organ-tubuh-ilegal-dari-kemiskinan-hingga-terpidana-mati
Hutapea,RU.2009.Israel Akui Ambil Organ Tubuh Warga Palestina Tanpa Izin. http://news.detik.com/read/2009/12/21/162520/1263781/10/israel-akui-ambil-organ-tubuh-warga-palestina-tanpa-izin?nd771108bcj
Yulianti TE.2009.Donor Organ Paling Pas Umur 30 Tahun. http://bandung.detik.com/read/2009/10/19/153757/1224283/486/donor-organ-paling-pas-umur-30-tahun
Nanny. 2011. Transplantasi organ dipandang dari kode etika, agama dan segi hokum di Indonesia.http://nanny-lintangamma.blogspot.com/2011/11/transplantasi-organ-di-pandang-dari.html