BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahBeraktivitas merupakan hal yang mutlak
dilakukan semua makhluk hidup. Terlebih lagi bagi manusia yang
aktivitasnya lebih beragam dibandingkan makhluk hidup yang lain.
Tulang, otot, dan sendi merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam beraktivitas. Apabila terdapat kelainan pada tiga
komponen tersebut maka akan berpengaruh pada aktivitas. Fungsi
anggota badan (ekstremitas) manusia bagian atas yang terdiri atas
lengan dan tangan merupakan bagian yang sangat penting bagi
penunjang aktivitas. Dalam kehidupan sehari-hari didapati ada yang
mengalami masalah pada ekstremitas bagian atas terutama disekitar
bahu, yaitu tidak dapat melakukan aktivitas sepenuhnya dengan
keadaan tertentu pada ekstremitas atasnya karena suatu
penyebab.Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul
karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan
tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami
adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan
keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen
shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun diduga
kemungkinan terbesar penyebabnya antara lain tendinitis, rupture
rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta
diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan
lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut. Frozen shoulder
ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral
yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Hal ini adalah suatu
gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark miokard,
diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus
cervicalis.Nyeri bahu terjadi pada 4,5% dari populasi yang ada, 60%
adalah wanita. 2,4% adalah pria. Umumnya berusia sekitar 40-60
tahun (Soekarno, 1989).
B. TujuanUntuk mengetahui definisi, etiologi, diagnosis,
manifestasi klinis, dan penatalaksanaan pada frozen shoulder.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi1. Shoulder JointGerakan-gerakan yang
terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling
berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran
skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan
gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk
sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya. Sendi bahu
dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut
cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional
sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, dan sebagainya atas
kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi- sendi lainnya.
Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung
tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas
glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian
dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis
membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya
(Soeharyono, 2004; Priguna, 2003).Beberapa karakteristik daripada
sendi bahu, yaitu:a. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya
dengan kepala sendinya tidak sebanding.b. Kapsul sendinya relatif
lemah.c. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot
supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.d.
Gerakannya paling luas.e. Stabilitas sendinya relatif kurang
stabil.Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih
mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya
(Soeharyono, 2004).
2. Kapsul SendiKapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars):
a. Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik
mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf
reseptor dan pembuluh darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial
sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi.Bila
ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali
mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena
kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak
merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.b.
Kapsul FibrosaKarakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan
memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara
posisi dan stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi.
Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila
rangsangan tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa (Soeharyono,
2004).3. KartilagoKartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi
sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita
berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri
akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago
(Soeharyono, 2004).
B. Definisi Frozen ShoulderFrozen shoulder merupakan penyakit
dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya
idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan
memiliki riwayat trauma sering kali ringan.Frozen shoulder adalah
suatu gangguan bahu yang sedikit atau sama sekali tidak menimbulkan
rasa sakit, tidak memperlihatkan kelainan pada foto rontgen tetapi
menunjukkan adanya pembatasan gerak.Frozen shoulder dapat
diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan periarthritis yang
ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif maupun aktif
pada semua pola gerak (Djohan, 2004; David, 2009).
C. Etiologi Frozen ShoulderEtiologi dari frozen shoulder masih
belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara
lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use,
injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.Adapun beberapa
teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder,
teori tersebut adalah :1. Teori hormonalPada umumnya Capsulitis
adhesive terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya
menopause.2. Teori genetikBeberapa studi mempunyai komponen genetik
dari Capsulitis adhesive, contohnya ada beberapa kasus dimana
kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.3. Teori auto
immunoDiduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap
hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.
4. Teori posturBanyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri
lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu
ligamen bahu.
D. Manifestasi KlinisPenderita datang dengan keluhan nyeri dan
ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang terbatas kesegala
arah, terutama gerakan abduksi, sehingga mengganggu lingkup gerak
sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke
hari. Bersamaan dengan hal itu terjadi gangguan lingkup gerak sendi
bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6-12 bulan, dimana
lingkup gerak sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya
sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.Menurut Kisner (1996)
frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :a. Pain ( freezing
)Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini
berakhir sampai 10 -36 minggu.b. Stiffness ( frozen )Ditandai
dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang
nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh
keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.c.
Recovery (thawing)Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri
dan tidak ada sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena
perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau
lebih.
E. Diagnosis1. AnamnesisPada penderita didapatkan keluhan nyeri
hebat dan atau keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS). Penderita
tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok punggung waktu
mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain pada
dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal
rotasi, maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.
2. Pemeriksaan FisikFrozen shoulder merupakan gangguan pada
kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri.
Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan punggung. Perlu
dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna
lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. Tes appley
scratch merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup gerak
sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus
medialis skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang
kepala (gambar 1). Pada Capsulitis adhesive pasien tidak dapat
melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang
geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka
kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.Nyeri
akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotatorcuff. Bila gangguan berkelanjutan akan
terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff
lainnya.
F. Penatalaksanaan1. MedikamentosaUntuk mengurangi rasa nyeri
diberikan analgesik dan obat anti inflamasi nonsteroid. Pemakaian
relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri dengan
menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan pemberian
suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff
dan intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus
diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan
tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1
tahun.Dasar penggunaan kortikosteroid pada frozen shoulder
dikaitkan dengan kemampuan mengurangi edema atau inflamasi saraf.2.
Istirahat/terapi dinginPada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana
proses pembengkaan masih bekerja, diperlukan dimmobilisasi sampai
proses pembengkaan berhenti. Selama bahu tidak digerakkan untuk
menghentikan pembengkaan, diberikan kompres dingin atau es dan obat
anti bengkak dan nyeri.3. Terapi panasDiberikan beberapa hari
sesudah proses pembengkaan berhenti atau pada bahu yang nyeri tanpa
pembengkaan pada jaringan otot yang spasme. Terapi panas bertujuan
:a. Memperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempatb.
Mengurangi rasa nyeric. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme
Terapi panas yang digunakan adalah : Terapi panas superficial :
HCP, sinar infra merahMacam-macam sinar infrared: Luminos:
diberikan pada penderita dengan kondisi akut Non Luminos: diberikan
pada penderita dengan kondisi kronisDosis : Jarak lampu dengan
punggung bawah antara 50-75 cm Pada kondisi akut durasi dan
frekuensinya 10-15 menit/1 x 1/hari. Terapi panas dalam : MWD
(Micro Wave Diathermy)Terapi modalitas dimana sumber energinya
menggunakan gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang
12,25 cm dan frekuensinya 2.450 mc/detik. Dosis : jarak emitor
dengan kulit pada punggung bawah antara 10-20 cm, intensitas 200
watt, tetapi untuk semua kasus tergantung toleransi penderita.
Durasi dan frekuensinya 10-30 menit/hari ( kondisi akut kurang dari
10 menit ) (Thomson, 2001; Djohan, 2004). SWD (Short Wave
Diathermy)Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan arus
listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 27,33 MHz dan panjang
gelombang 11 meter. Elektrode yang digunakan dengan kondensor
(pad). Dosis : Kondisi akut intensitasnya kurang dari 40 mA
(dibawah sensasi panas), durasi dan frekuensinya 2,5-10 menit/hari.
Kondisi kronis intensitasnya antara 40-60 mA (panas comfortable)
durasi dan frekuensinya 20 menit/hari (Thomson, 2001; Djohan,
2004). USD (Ultra Sound Diathermy)Terapi modalitas dimana sumber
energinya berasal dari gelombang suara dengan frekuensi tinggi
antara 0,8-1 MHz dan panjang gelombang 1,5 mm. Dosis : Kondisi akut
intensitasnya 0,25-0,5 W/cm2 durasi 2-3 menit. Apabila tidak ada
perbaikan intensitasnya dinaikkan 0,8W/cm2, durasinya 4-5 menit.
Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2, durasinya 5-10 menit, apabila
tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan maksimal 3 W/cm2,
durasi 10 15 menit, jika tidak ada perbaikan sampai 6x terapi, maka
terapi dihentikan mungkin ada penyakit lain. (Thomson, 2001;
Djohan, 2004).4. Traksi leherTujuan traksi ialah relaksasi spasme
otot, meluruskan lordosis dari leher, melebarkan foramen
intervertebral, melepaskan permukaan faset dan ligamen-ligamen.
Traksi yang digunakan adalah traksi leher statik dan intermitten
dari listrik. Beban traksi diberikan mulai dari sepertujuh sampai
dengan sepersepuluh dari berat badan total atau sesuai dengan
toleransi penderita. Waktu yang diberikan 10-20 menit. Pada kondisi
akut, traksi diberikan 1x/hari/seri (7-10 x). Apabila nyeri
bertambah pemberian beban dikurangi atau traksi ditunda
pemberiannya.5. Massage sendi bahuTujuannya adalah memperbaiki
sirkulasi darah dan permukaan metabolisme setempat, melemaskan
otot-otot yang spasme, mengurangi nyeri, melepaskan perlengketan
antar otot dan kapsuler.6. Manipulasi dan mobilisasiManipulasi dan
mobilisasi digunakan untuk mengembalikan gerakan sendi bahu yang
terganggu. Manipulasi dikerjakan dengan gerakan atau dorongan
dengan tiba-tiba dalam amplitudo kecil. Mobilisasi dikerjakan
dengan gerakan pasif bergoyang dua atau tiga kali perdetik. 7.
Terapi latihan: di rumah sakit (Gymnasium)Latihan LGS dengan
menggunakan: over head pulleys shoulderwell, finger ladder, dan
lain-lain. Latihan yang dapat dilakukan di rumah misalnya latihan
codman, latihan tongkat, dan lain-lain.(Thomson, 2001; Djohan,
2004)
Program Terapi Latihan pada Penderita Nyeri BahuTerapi latihan
yang dimaksudkan adalah latihan khas (specific exercises). Tujuan
pokok terapi latihan pada nyeri bahu adalah: Mengurangi sakit dan
spasme otot Memelihara fungsi sendi bahu Menghilangkan gangguan
fungsi sendi bahu yang terjadi atau meningkatkan fungsi sendi
semaksimal mungkin. (Thomson, 2001; Djohan, 2004)1) Terapi latihan
pada penderita nyeri bahu stadium akutDalam stadium ini gejala
peradangan stadium akut yang berupa keluhan nyeri (nyeri khas,
nyeri bahu, nyeri terulur dan nyeri kontraksi), spasme otot dan
gangguan fungsi tampak menonjol. Dalam stadium ini, bahu yang sakit
perlu mendapatkan istirahat/mobilisasi karena penggunaan sendi bahu
pada stadium ini akan menyebabkan memberatnya gejala dan kerusakan
sendi. Untuk mengistirahatkan sendi bahu yang nyeri baisanya
dipakai gendongan. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
mengistirahatkan sendi bahu dengan cara lain, misalnya pemasangan
gips sirkuler dengan pemberian posisi optimum yaitu fleksi 300 -
400, abduksi 450 dan internal rotasi 450.Pemberian istirahat lama
pada sendi bahu yang sakit sedapat mungkin dihindarkan karena
pemberian istirahat lama dengan alasan apapun akan memungkinkan
terjadinya gangguan fungsi bahu yang dapat berupa pembatasan jarak
gerak sendi dan atau atropi otot sekitar bahu yang justru akan
memperburuk keadaan. Tujuan terapi latihan pada stadium akut ini
adalah: Mengurangi nyeri dan spasme otot Mencegah terjadinya
pembatasan jarak gerak sendi dan mencegah atrofi otot dengan cara
memberikan latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan (assisted)
dan kontraksi statik/isometrik.i. Latihan PasifSebelum program
latihan dimulai perlu diberikan penjelasan kepada penderita tentang
tujuan pelaksanaan latihan agar terjalin kerjasama yang baik antara
penderita dengan fisioterapis. Arah gerakan ke semua arah gerak
sendi bahu dan terutama pada arah gerak yang terhambat karena nyeri
atau faktor lain. Luas gerak sendi disesuaikan dengan toleransi
penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita. Latihan
pasif juga dapat dilakukan dengan latihan anjuran yang sangat
populer (codman pendular exercise). Penderita berdiri didepan meja
dan membungkuk ke depan. Lengan yang sakit tergantung bebas
(rileks) pada sendi bahu (glenohumeracle) tanpa adanya kontraksi
otot. Badan digerakkan sehingga lengan terayun bebas ke depan dan
ke belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit terayun pasif.
Pemberat beban harus digantungkan pada pergelangan tangan seberat
1- 2 kg (Keith, 2010).Gerakan pasif harus dikerjakan dengan
perlahan- lahan, makin meningkat dan dipertahankan selama mungkin
dalam batas toleransi penderita. Gerakan dengan kuat kejut dan
cepat merupakan kontraindikasi karena dapat merusak kapsul sendi.
Dengan cara tersebut, pengukuran yang berlebihan dapat dihindarkan
dan penambahan luas gerak sendi dapat tercapai sedikit demi
sedikit.
ii. Latihan dengan bantuan (active assisted)Latihan ini biasanya
lebih menguntungkan daripada latihan pasif karena adanya kontraksi
secara sadar yang berarti penderita ikut mengontrol gerakan yang
terjadi sampai batas toleransinya, sehingga penderita merasa lebih
aman dan memungkinkan timbulnya ketegangan otot karena takut, dapat
dihindari serta gerakan lebih mudah dilakukan. Arah gerakan dan
luas gerak sendi serupa dengan saat latihan pasif.iii. Kontraksi
isometricDiberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena
terutama otot-otot yang biladikontraksikan tidak menimbulkan nyeri.
Intensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita.
Latihan dapat dikerjakan kira- kira 3 4 menit tiap jam dan
disesuaikan juga dengan keadaan penderita untuk memungkinkan
latihan dapat dikerjakan dengan baik. Setelah diberikan tindakan
pengobatan dengan obat-obatan atau modalitas fisioterapi yang lain
untuk mengurangi nyeri dan apasme otot. Modalitas yang digunakan
pada stadium akut ini antara lain adalah: terapi USD (Ultra Sound
Diatermy) yang mengurangi spasmeyang diberikan dalam waktu 10 30
menit.2) Terapi latihan pada nyeri bahu stadium kronisPada
penderita nyeri bahu stadium kronis sering dijumpai adanya gangguan
fungsi sendi bahu yang berupa pembatasan luas gerak sendi dan
atrofi otot yang mencolok, disamping keluhan nyeri yang telah
banyak berkurang. Hal ini terjadi karena faktor kurang perhatian
atau kurangnya keberhasilan dalam usaha pencegahan. Tujuan terapi
latihan pada stadium kronis ini adalah: Meningkatkan luas gerak
sendi bahuPembatasan luas gerak sendi pada bahu biasanya disebabkan
oleh terjadinya pemendekan dan hilangnya elastisitas jaringan lunak
sendi (kapsul sendi) bahu atau adanya perlengketan antar jaringan
akibat adanya reaksi jaringan fibrosa. Pada prinsipnya, untuk
meningkatkan luas gerak sendi harus dilakukan penguluran struktur
yang memendek serta mengembalikan jaringan yang kehilangan
elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan yang ada
dengan latihan pasif, latihan aktif atau kombinasi keduanya.
Pelaksanaan latihan sebagai berikut : Latihan pasifSebelum menyusun
program latihan pasif pada nyeri stadium kronis ini, perlu diadakan
pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu, yaitu: Sifat
nyeri : terus menerus, kadang-kadang, atau hanya saat tertentu
Gangguan fungsi yang ada Pemeriksaan luas gerak sendi : secara
aktif atau pasif Isometris melawan tahananCodman Pendular Exercise
pada mulanya adalah latihan ayunan pasif tetapi bertujuan untuk
menambahkan luas gerak sendi. Latihan dimodifikasi menjadi active
pendular exercise, dengan menambah beban, latihan ini harus
benar-benar diajarkan kepada penderita dan dapat dilakukan dengan
benar. Gerakan dimulai dari amplitudo yang kecil meningkat sampai
terasa latihan pada struktur yang memendek atau lengket. Gerak
ayunan diarahkan ke arah gerak yang mengalami pembatasan gerakan
abduksi dan eksternal rotasi. Latihan aktifLatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan luas gerak sendi. Latihan harus dikerjakan
dengan teknik yang benar, berulang-ulang teratur dan
berkesinambungan. Untuk itu perlu penderita diberikan pengertian
dan memahami tujuan dari latihan serta cara melakukannya. Penderita
harus menyadari pentingnya program latihan yang diprogramkan
untuknya. Memperkuat otot-otot bahuAkibat immobilisasi yang lama,
otot akan menjadi lebih kecil (atrofi) dan kekuatannya
berkurang/menurun. Pada orang sehat, immobilisasi total selama 3
minggu menyebabkan penurunan kekuatan otot sebesar 50 % atau rata-
rata tiap hari 1, 3 3, 0 %. Kekuatan otot dapat diperbaiki dengan
latihan yang berulang-ulang mempergunakan kekuatan maksimum lebih
dari 35 %, ketahanan otot dapat diperbaiki dengan kekuatan maksimum
20 40 % dan pengulangan yang relatif lebih besar. Latihan penguatan
lebih ditekankan pada beban yang diberikan, sedangkan latihan untuk
menambah daya tahan lebih ditekankan pada pengulangan/repetisi.
Tahanan yang dipakai dapat berupa pemberat atau secara manual,
sedangkan program latihan di rumah sakit disesuaikan dengan
fasilitas yang ada, sepertistick, finger ladder, over head pulley
dan lain-lain, yang membantu menambah luas gerak sendi bahu.
Latihan dengan tongkatLatihan ini cukup sederhana dan murah.
Gerakan yang dianjurkan adalah: Pegang tongkat dengan kedua tangan,
menggantung di muka/depan. Dengan siku lurus, gerakkan lengan ke
atas kepala sejauh limitasi sendi bahu memungkinkan. Seperti
gerakan no.b, tetapi gerakan tangan ke samping kanan dan kiri.
Perlu diingat bahwa gerakan berpusat di sendi bahu. Tongkat
dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang kepala kemudian
digerakkan naik-turun.tangan, diletakkan di belakang punggung bawah
kemudian lakukan gerakan menjauhi tubuh dan gerakkan ke atas dan ke
bawah (Keith, 2010).
Latihan dengan wall climbing Shoulder AbductionPenderita berdiri
dengan bahu sakit disamping shoulder abduction ladder atau dinding.
Gerakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang
memanjat dinding. Shoulder FlexionPenderita menghadap dinding/Wall
Climbing Exercise. Gerakan bahu fleksi dibantu oleh jari II dan
jari III yang memanjat dinding. Clinning barPenderita berdiri
dengan kedua tangan memegang Clinning Bar (Palang antara dua
bingkai pintu) bar berada di atas dan belakang kepala kemudian
kedua lutut ditekuk, badan turunke bawah. Overhead exerciseDengan
katrol ditempatkan di atas kepala, lengan mengalami kelainan secara
pasif dan dielevasi oleh lengan yang sehat atau normal. Passive
external rotation of shoulderPenderita berdiri menghadap sudut
dinding, kedua siku ditekuk. Kedua lengan masing-masing memegang
dinding (push-up). Permulaan latihan dengan kedua tangan lurus
dengan dada kemudian kedua tangan naik sampai lengan ekstensi penuh
di atas kepala. Beberapa latihan untuk penderita nyeri bahuLatihan
A : Penderita tidur terlentang dengan siku di sisi tubuh dan tangan
mengarah ke atas. Eksternal rotasi secara aktif oleh pasien dan
secara pasif oleh terapis. Tahanan boleh diberikan jika lingkup
gerak memungkinkan. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi
melawan dinding.Latihan B: Sama dengan latihan A dengan peningkatan
abduksi lengan.Latihan C: Lengan di belakang kepala, gerakan siku
ke belakang, kearah lantai jika berbaring terlentang ; ke dinding
jika berdiri (Thomson, 2001; Djohan, 2004).
BAB IIIKESIMPULAN
1. Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif
dan periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak baik
secara pasif maupun aktif pada semua pola gerak.2. Faktor
predisposisi pada frozen shoulder antara lain periode immobilisasi
yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada
sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical
depression dan Parkinson.3. Frozen sholder dibagi dalam 3 tahapan,
yaitu: Pain, stiffness, recovery.4. Penatalaksanaan pada frozen
shoulder adalah medikamentosa, terapi, dan pelatihan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Thomson, Ann M. 2001. Tidys physiotherapy, 12th ed,
Butterworth-Heinemann,2001. hal: 71.David. Ring. 2009. Aprroach to
The Patient with Shoulder Pain. In Primary CareMedicine. Lippincott
Williams and Wilkins. p:150.Djohan Aras. 2004. Penatalaksanaan
fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis:Ujungpandang.Donatelli,
Robert, Wooden, Micheal J. 1999. Orthopaedic Physical therapy.
ChurchilLivingstone Inc. hal: 160.Keith, Strange. 2010. Passive
Range of Motion and Codmans Exercise. AmericanAcademy of
Orthopaedic Surgeons.Priguna, Sidharta. 2003. Sakit
neuromuskuloskeletal dal praktek umum. FakultasKedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.Soeharyono. 2004. Sinkronisasi gerak
persendian daerah gelang bahu pada gerakabduksi lengan. Maj
Fisioterapi 2004: 2(23).Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et
al. 2006. The demographic andmorphological features of rotator cuff
disease. A comparison ofasymptomaticand symptomatic shoulders. J
Bone Joint Surg Am. 88:1699.