BAB I PENDAHULUAN Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas dan masih merupakan masalah karena penanggulannnya mencakup berbagai segi. Angka kejadian karsinoma laring di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan karsinoma hidung dan sinus paranasal (Hermani dkk, 2012). Tumor ini paling sering terjadi pada usia setelah 40 tahun dan lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 7 : 1 (Kumar et al, 2007). Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis (Hermani dkk, 2012). Meningkatnya insiden karsinoma laring sangat berkaitan dengan merokok dimana seorang perokok memiliki risiko 6 kali lipat untuk menderita tumor kepala dan leher dibandingkan dengan bukan perokok dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Namun, akhir-akhir ini jumlah penderita perempuan semakin 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas
dan masih merupakan masalah karena penanggulannnya mencakup berbagai segi.
Angka kejadian karsinoma laring di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta menduduki
urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan karsinoma hidung dan sinus paranasal
(Hermani dkk, 2012). Tumor ini paling sering terjadi pada usia setelah 40 tahun dan
lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 7 : 1
(Kumar et al, 2007).
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal
yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol,
sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis (Hermani dkk, 2012).
Meningkatnya insiden karsinoma laring sangat berkaitan dengan merokok dimana
seorang perokok memiliki risiko 6 kali lipat untuk menderita tumor kepala dan leher
dibandingkan dengan bukan perokok dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Namun,
akhir-akhir ini jumlah penderita perempuan semakin meningkat karena adanya
kecenderungan makin banyaknya wanita yang merokok (American cancer society,
2011).
Pasien karsinoma laring biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga hasil
pengobatan yang diberikan kurang memuaskan, oleh karena itu perlu diagnosis dini
untuk penanggulangannya. Secara umum penatalaksanaan karsinoma laring meliputi
pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun terapi kombinasi, tergantung stadium
penyakit dan keadaan umum penderita. Tujuan utama penatalaksanaan karsinoma
laring adalah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan
fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring (Hermani dkk, 2012).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karsinoma Laring
2.1.1 Definisi
Tumor ganas (neoplasma) secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Dengan
kata lain, neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal
meskipun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Berbagai
neoplasma nonneoplastik, jinak, dan ganas yang berasal dari epitel skuamosa dan
masekim dapat timbul pada laring,tetapi hanya nodus pita suara, papiloma, dan
karsinoma sel skuamosa yang sering ditemukan (Kumar et al, 2007).
2.1.2 Epidemiologi
Tumor ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di
seluruh dunia. Pada tahun 2011 diperkirakan 12.740 kasus baru tumor ganas laring di
Amerika Serikat dan diperkirakan 3560 orang meninggal (Vasan NR, 2008). Kasus
tumor ganas laring di RS. M. Djamil Padang periode Januari 2011-Desember 2012
tercatat 13 kasus baru dan ditatalaksana dengan laringektomi total sebanyak 6 kasus.
Kejadian tumor ganas laring berhubungan dengan kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol. Pada individu yang mengkonsumsi keduanya, faktor resikonya menjadi
sinergi dan kemungkinan terjadi kanker lebih tinggi (Iqbal N, 2011).
Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis tumor ganas laring primer yang
paling sering ditemukan, yaitu lebih dari 95% kasus. Sisanya tumor yang berasal dari
kelenjar ludah minor, neuroepithelial, tumor jaringan lunak dan jarang timbul dari
mungkin dihasilkan oleh sel tumor atau mungkin berasal dari sel radang (misal,
makrofag). Terdapat dua faktor angiogenik terkait tumor yang palling penting yaitu
vascular endothelial growth factor (VEGF, faktor pertumbuhan endotel vaskular) dan
basic fibroblast growth factor. Paradigma menyatakan bahwa pertumbuhan tumor
dikendalikan oleh keseimbangan antara faktor angiogenik dengan faktor yang
menghambat angiogenesis (antiangiogenesis). Faktor antiangiogenesis tersebut
diantaranya trombospondin-1 yang diinduksi oleh adanya gen TP53 wild-type,
angiostatin, endostatin dan vaskulostatin. Mutasi gen TP53 wild-type ini
menyebabkan penurunan kadar trombospondin-1 sehingga keseimbangan condong ke
faktor angiogenik (Kumar et al, 2007).
g. Kemampuan Melakukan Invasi dan Metastasis.
Pada awalnya invasi terjadi karena peregangan dari sel tumor. Peregangan ini
dapat terjadi oleh karena mutasi inaktivasi gen E-kaderin. Secara fisiologis gen E-
kaderin bekerja sebagai lem antarsel agarsel tetap menyatu. Proses selanjutnya adalah
degradasi lokal membran basal dan jaringan interstitium. Invasi ini mendorong sel
6
tumor berjalan menembus membmembran basal yang telah rusak dan matriks yang
telah lisis (Kumar et al, 2007).
2.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1988 dan
American Joint Committee on Cancer (AJCC), menetapkan klasifikasi tumor terbagi
3, yaitu : supraglotis (30-35%), glotis (60-65%), dan subglotis (1%). Yang termasuk
supraglotis adalah permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar os hioid,
lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara
palsu, ventrikel. Yang termasuk glottis adalah pita suara asli, komisura anterior dan
komisura posterior. Yang termasuk subglotis adalah dinding subglotis (Hermani dkk,
2012). Pada tahun 2010, AJCC merevisi penentuan dan penegakan stadium sistem
TNM tumor laring. Penentuan stadium tumor laring dengan sistem TNM dapat dilihat
pada tabel 1, sedangkan untuk penegakan stadium tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Penentuan Stadium Tumor laring dengan TNM (NCNN, 2015)
Primary Tumor (T)TXT0Tis
No evidence of primary tumor Carcinoma in situ Tumor limited to one subsite of supraglottis with normal
SupraglottisT1
T2
T3
T4a
T4b
Tumor limited to one subsite of supraglottis with normal vocal cord mobility
Tumor invades mucosa of more than one adjacent subsite of supraglottis or glottis or region outside the supraglottis (eg, mucosa of base of tongue, vallecula, medial wall of pyriform sinus) without fixation of the larynx
Tumor limited to larynx with vocal cord fixation and/or invades any of the following: postcricoid area, pre-epiglottic space, paraglottic space, and/or inner cortex of thyroid cartilage
Moderately advanced local diseaseTumor invades through the thyroid cartilage and/or invades tissues beyond the larynx (eg, trachea, soft tissues of neck including deep extrinsic muscle of the tongue, strap muscles, thyroid, or esophagus
Tumor limited to the vocal cord(s) (may involve anterior or posterior commissure) with normal mobility Tumor limited to one vocal cord Tumor involves both vocal cords
Tumor extends to supraglottis and/or subglottis, and/or with impaired vocal cord mobility
Tumor limited to the larynx with vocal cord fixation and/or invasion of paraglottic space, and/or inner cortex of the thyroid cartilage
Moderately advanced local diseaseTumor invades through the outer cortex of the thyroid cartilage and/or invades tissues beyond the larynx (eg, trachea, soft tissues of neck including deep extrinsic muscle of the tongue, strap muscles, thyroid, or esophagus)
Very advanced local diseaseTumor invades prevertebral space, encases carotid artery, or invades mediastinal structures
SubglottisT1T2
T3T4a
T4b
Tumor limited to the subglottis Tumor extends to vocal cord(s) with normal or impaired
mobility Tumor limited to larynx with vocal cord fixation Moderately advanced local disease
Tumor invades cricoid or thyroid cartilage and/or invades tissues beyond the larynx (eg, trachea, soft tissues of neck including deep extrinsic muscles of the tongue, strap muscles, thyroid, or esophagus)
Very advanced local diseaseTumor invades prevertebral space, encases carotid artery,or invades mediastinal structures
Regional Lymph Nodes (N)NXN0N1
N2
Regional lymph nodes cannot be assessed No regional lymph node metastasis Metastasis in a single ipsilateral lymph node, 3 cm or less
in greatest dimension Metastasis in a single ipsilateral lymph node, more than 3
cm but not more than 6 cm in greatest dimension; or in multiple ipsilateral lymph nodes, none more than 6 cm in
8
N2a
N2b
N2c
N3
greatest dimension; or in bilateral or contralateral lymph nodes, none more than 6 cm in greatest dimension
Metastasis in a single ipsilateral lymph node, more than 3 cm but not more than 6 cm in greatest dimensionMetastasis in multiple ipsilateral lymph nodes, none more than 6 cm in greatest dimensionMetastasis in bilateral or contralateral lymph nodes, none more than 6 cm in greatest dimension
Metastasis in a lymph node, more than 6 cm in greatest dimension
Distant Metastasis (M)M0M1
No distant metastasisDistant metastasis
Tabel 2. Stadium Kanker Laring berdasarkan AJCC 2010 (NCNN, 2015)
Stage Primary Tumor (T)
Regional Lymph Nodes (N)
Distant Metastasis (M)
0 Tis N0 M0I T1 N0 M0II T2 N0 M0
III T3 N0 M0T1-3 N1 M0
IV A T4a N0-1 M0T1-T4a N2 M0
1V B T4b Any N M0Any T N3 M0
IV C Any T Any N M1
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
Tanda dan gejala dari karsinoma laring sesuai dengan lokasi lesi kankernya
(Jeremy dkk, 2012). Keluhan yang sering didapatkan pada anamnesis yaitu keluhan
suara parau, sulit menelan, batuk darah, adanya benjolan di leher, nyeri tenggorokan,
nyeri telinga, gangguan jalan nafas, dan aspirasi (Adriane dkk, 2008). Serak
merupakan gejala dini dari karsinoma laring yang berlokasi di glotis (Hermani dkk,
2012 dan Jeremy dkk, 2012). Serak disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.
9
Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman
tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring,
pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara,
oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita
suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak
menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu, sumbang dan
nadanya lebih rendah dari biasa.Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan
jalan nafas atau paralisis komplit (Hermani dkk, 2012).
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor .
Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan
menetap . Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika
ventrikularis atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada
tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul
sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti
perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok (Hermani dkk, 2012
dan Jeremy dkk, 2012). Keluhan serak sebagai gejala awal tumor supraglotis dan
subglotis berkaitan dengan prognosis yang buruk (Jeremy dkk, 2012). Tumor
Supraglottis (part of the larynx above the vocal cords)
STAGE 5-year relative survival rate
I II
IIIIV
59%53%53%34%
Glottis (part of the larynx including the vocal cords)STAGE 5- year relative survival rate I II III IV
90%74%56%44%
Sub glottis (part of the larynx below the vocal cords)STAGE 5 –year relative survival rates I II III IV
65%56%47%32%
HypopharynxSTAGE 5-year relative survival rates I II III IV
53%39%36%24%
20
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas
setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Tumor
ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di seluruh dunia. Di
RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 – Juni 2003 dijumpai 97 kasus
karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8:1. Usia penderita
berkisar antara 30 sampai 79 tahun.
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian
karsinoma laring yaitu HPV (Human Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus.
Faktor risiko lainnya adalah paparan debu kayu, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi
leher dan asbestosis.
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi
tumor ganas laring terbagi atas tumor supraglotis (30-35%), glotis (60-65%), dan
subglotis (1%). Penegakan diagnosis dari karsinoma laring didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang sering
dikeluhkan adalah serak, dispnea, stidor, nyeri tenggorok. Dari hasil pemeriksaan
fisik dengan pemeriksaan laringoskopi didapatkan adanya tumor di daerah pita suara.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi, sedangkan untuk diagnosis pasti dilakukan pemeriksaan
histopatologi.
Penatalaksanaan dari karsinoma laring secara umum adalah dengan
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan rehabilitasi. Prognosis pada pasien
21
karsinoma laring digambarkan melalui angka ketahanan 5 tahun yang dibedakan
berdasarkan lokasi tumor dan stadiumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adriane P. Concus, Md, Tuyet-Phuong N. Tran, Md, Nicholas J. Sanfilippo, Md, & Mark D. Delacure, Md. Current Diagnosis & Treatment In Otolaryngology-Head & Neck Surgery: Malignant Laryngeal Lesions. 2008. Mcgrawhill: New York. Hal. 437-455.
American Cancer Society. 2014. Laryngeal And Hypopharyngeal Cancers.
Cancer Research UK. Risks and causes of laryngeal cancer. Available from: http//www. Cancerresearchuk. org/cancer-help/type/larynx-cancer. Diakses tanggal 4 September 2015
Centers for Disease Control and Prevention. Tobacco use and secondhand smoke: Impact on cancer. Available from: http:// www.cdc.gov/tobacco/campaign.24/7. Diakses tanggal 4 September 2015.
Chris Tanto et al. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 4, Vol.2. Jakarta: Media Aesculapius, 2014; 1060-1064.
Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam: Soepardi Ea, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti Rd Editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi 7. 2012. Balai Penerbit Fkui Jakarta. H. 176-180.
Iqbal N. Laryngeal Carcinoma Imaging. Updated 2011 May 27; Available from: http:// emedicine.medscape.com/article/383230.
Jeremy S. Williamson, Timothy C. Biggs And Duncan Ingrams. Laryngeal Cancer: An Overview. 2012. Trends In Urology & Men’s Health. Hal. 14-17.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7nd ed, Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 :569-570.
NCCN. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology (NCCN Guidelines ): Head and Neck Cancers. 2015.
Robert A.Weisman, Md, Kris S.Moe, Md, Lisa A. Orloff, Md. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head And Neck Surgery 16th Edition. 2003. Bc Decker: Ontario. Hal. 1255-1292.
22
Sheahan P, Ganly I, Evans PHR, Patel SG. Tumors of the larynx. In: Montgomery PQ, Evans PHR, Gullane PJ, editors. Principles and practice of head and neck surgery and oncology. Florida: Informa health care;. 2009. p. 257-90.
Shah J, Patel SG, Singh B. Larynx and Trachea. In: Shah J, Patel SG, Singh B,
editors. Head and Neck Surgery and Oncology. Philadelphia: Elsevier Mosby.