DAFTAR ISI
HalamanJudul............................................................................................................
iDaftar Isi iiBAB I PENDAHULUAN 21.1 Latar Belakang 21.2 Rumusan
Masalah 21.3 Tujuan Penulisan 21.4 Manfaat Penulisan 3BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 42.1 Anatomi Sistem Pernafasan42.2 Fisiologis
Pernafasan 62.3 Fisiologi Pertukaran Gas oleh Paru. 72.4 Pengertian
Spirometri 82.5 Hubungan Faal Paru dengan Spirometri. 8BAB III
KESIMPULAN11DAFTAR PUSTAKA 12
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangRespirasi adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon dioksida)
sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Respirasi ada 2 macam,
respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal
adalah difusi O2 dan CO2 melalui membran kapiler alveolus.
Sedangkan respirasi internal adalah proses transfer O2 dan CO2
antara kapiler-kapiler dan sel tubuh. (Sherwood, 2001)Sistem
pernafasan manusia ada 2 macam yaitu sistem pernafasan atas dan
sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari
hidung, sinus paranasalis, faring, dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan
alveoli. Manfaat sistem pernafasan adalah berperan dalam
keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan
pengaturan hormonal tekanan darah. (Sherwood, 2001)1.2 Rumusan
Masalah1. Sebutkan anatomi sistem pernafasan?2. Bagaimana mekanisme
fisiologis pernafasan?3. Bagaimana mekanisme pertukaran gas oleh
paru?4. Pengertian spirometri?5. Bagaimana hubungan faal paru
dengan spirometri?
1.2 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui anatomi sistem
pernafasan2. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis pernafasan3.
Untuk mengetahui mekanisme pertukaran gas oleh paru4. Untuk
mengetahui pengertian spirometri5. Untuk mengetahui hubungan faal
paru dengan spirometri
1.3 Manfaat Penulisan1. Menambah pengetahuan tentang anatomi
sistem pernafasan2. Menambah pengetahuan tentang mekanisme
fisiologis pernafasan3. Menambah pengetahuan tentang pertukaran gas
oleh paru4. Menambah pengetahuan tentang pengertian spirometri5.
Menambah pengetahuan tentang hubungan faal paru dan spirometri
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi2.1.1 Rongga Hidung (Cavum Nasalis)Rongga hidung
terdiri atas 2 bagian yaitu sebelah luar disebut vestibulum dan di
dalam disebut fossa nasalis.1. Pada vestibulum terdapat nares dan
vibrissae2. Fossa nasalis, terdapat penonjolan tulang yang disebut
concha. Concha dapat dibedakan menjadi chonca superior, medial, dan
inferior. Concha superior terdapat reseptor pembau
(olfaktorius)Hidung merupakan tempat masuknya udara atmosfer dari
luar ke saluran pernafasan. Di dalam rongga hidung terdapat rambut
dan selaput lendir. (De Graaff, 1999)2.1.2 Faring
(Tenggorokan)Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring
merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan
(nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings)pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara
(pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara
dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena
saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun
demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan,
bernapas, danberbicara tidak terjadi bersamaan sehingga tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan. (De Graaff, 1999)2.1.3
LaringKotak suara yang menghubungkan faring dengan trakea. Tabung
pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh tiga
kartilago tidak berpasangan (kartilago tiroid, kartilago krikoid ,
dan epiglotis ) dan tiga kartilago berpasangan (kartilago
ariteniod, kartilago kornikulata, dan kartilago kuneiform). (De
Graaff, 1999)
2.1.4. Tenggorokan (Trakea)Tenggorokan berupa pipa yang
panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga
dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan dan pada bagian dalam rongga bersilia.
Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan. (De Graaff, 1999)2.1.5BronkusTenggorokan
(trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea,
hanya tulang rawan bronkusbentuknya tidak teratur dan pada bagian
bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
(De Graaff, 1999)2.1.6 BronkiolusBronkiolus adalah cabang dari
batang tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan dan akan
memanjang sampai ke paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju
paru-paru kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang menuju
paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang
menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2. Bronkiolus adalah
cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada
ujung bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil
yang dinamakan alveolus. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya
tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari
cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan epitel yang
berfungsi sebagai media yang menghubungkan oksigen yang dihirup
agar mencapai paru-paru. (De Graaff, 1999)2.1.7 Paru-paru
(Pulmo)Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di
bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah
dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada duabagian
yaitu paru-paru kanan (pulmo dekstra) yang terdiri atas 3 lobus dan
paru-paru kiri (sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebutpleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada
yang bersebelahan dengan tulang rusukdisebut pleura luar (pleura
parietalis). (De Graaff, 1999)Antara selaput luar dan selaput dalam
terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk
secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap
air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus,
jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paruberstruktur seperti
spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar
untukpertukaran gas. (De Graaff, 1999)
Gambar 2.1 Anatomi Pernafasan (De Graaff, 1999)
2.2 Fisiologi PernafasanTekanan intra pleura (rongga) di
pertahankan oleh adanya gaya yang berlawanan (tarik menarik) pada
kedua sisi pleura (parietalis dan viseralis) yang membatasi rongga
pleura. Gaya tarik menarik tersebut adalah gaya yang berasal dari
dinding dada dan gaya yang berasal paru-paru. Dinding dada
cenderung untuk mengembang, sedangkan paru-paru cenderung untuk
kolaps. Akibatnya rongga pleura dalam keadaan normal memiliki
tekanan negatif, antara -2 cm H2O (basis) sampai -8 cm H2O (apeks)
dalam kondisi akhir ekspirasi normal pada posisi tegak, sedangkan
pada saat inspirasi maksimal maka tekanan intrapleura mencapai -25
sampai -35 cm H2O. (Puruhito)Besarnya tekanan ini dalam ukuran mmHg
adalah sebagai berikut
Gambar 2.2 Skema dan nilai respirasi normal waktu inspirasi dan
ekspirasi (Puruhito)
Kemampuan paru menampung udara untuk pernafasan dijabarkan
sebagai Kapasitas Paru Total dan volume udara yang mampu dihirup
oleh paru setelah inspirasi disebut Kapasitas Vital. Sisa volume
udara yang ada di paru setelah ekspirasi disebut Volume Sisa/
Residual (Puruhito)Arti klinis untuk kemampuan recoil paru adalah
trauma pada apeks paru dengan pneumothoraks akan lebih sulit
mengembang dibandingkan pada paru daerah diafragmal, dan hal ini
juga akan terlihat pada Qp/Qs antara daerah apikal dibandingkan
diafragmal. (Puruhito)
2.3 Fisiologi Pertukaran Gas oleh ParuSetiap menit dibutukan
kurang lebih produksi oksigen dari difusi di alveoli sebanyak 250
cc, volume yang sama juga dari karbondioksida yang di diproduksi.
Guna mencapai jumlah ini, pada orang dewasa dibutuhkan udara
sebanyak 4,3 liter setiap menit yang mengalir ke alveoli, jumlah
ini disebut alveolar- ventilation. Besarnya jumlah ini disebabkan
karena udara mengandung hanya 21% oksigen (FiO2, fraksi oksigen
dalam udara, dan tekanan udara), dan tekanan udara di alveoli
adalah 690 mmHg. Guna transportasi oksigen ke jaringan oleh darah
arterial, juga dipengaruhi oleh kadar hemoglobin darah. Satu gram
hemoglobin maksimal mengikat 1,34 cc oksigen, sehingga pada Hb 14
g%, dapat diikat tiap 100 cc darah sebanyak 18,8 cc oksigen.
Larutnya oksigen secara fisis dalam darah hanya 0,0031 cc O2 tiap
100cc darah pada setiap tekanan 1 mmHg, sehingga besarnya kadar
hemoglobin sangat mempengaruhi juga trasportasi oksigen ke jaringan
tubuh. Hal ini misalnya terlihat pada kadar hemoglobin darah
rendah, misalnya hanya 8g%, maka hanya terikat 10,2 cc. Oksigen
setiap 100 cc darah (pada rantai mekanisme dan fungsi pernafasan
yang normal, sudah terdapat selisih 8,6% volume O2, pada Hb normal
14 g%) . Faal pernafasan yang terjadi pada keadaan inspirasi dan
ekspirasi tergantung pada kemampuan faal paru. (Puruhito)Evaluasi
nilai-nilai faal paru ini pada pemeriksaan prabedah toraks akan
menentukan kemampuan paru waktu pembedahan dan di pakai untuk
penentuan indikasi pembedahan, terkait dengan jenis pembedahan yang
akan dilakukan dan keadaan pasca bedah yang akan dihadapi/
diprediksi. Dilihat dari hasil pemeriksaan faal paru, maka indikasi
pembedahan toraks diberikan bila terdapat faal paru normal,
kelainan obstruktif ringan sampai sedang, ataupun kelainan paru
restriktif ringan. (Puruhito)
2.4 SpirometriSpirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada
pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut
spirometer. Pemeriksaan ini bertujuan untuk :1. mengukur volume
paru secara statis dan dinamik2. menilai perubahan atau gangguan
pada faal paru (Hegewald MJ, 2010)
2.5 Hubungan Faal paru dengan SpirometriPrinsip spirometri
adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru
selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume
capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek
menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan
selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan
nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.
(Hegewald MJ, 2010)Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien
dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada
spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan
umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan
standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi
menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan
dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi. (Hegewald MJ,
2010)Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity
(SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta
bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut)
sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal.
Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth
piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.
(Reynolds HY, 2011)Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :1.
Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat
dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur
dalam liter.2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah
jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur
dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi
paru-paru3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa
sehat nilainya sekitar 75% - 80%4. FEF 25-75% (forced expiratory
flow), optional5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan
pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur
dalam liter/detik.6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan
rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama
pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal
mid-expiratory flow)
Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :1. Gangguan
restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC <
80% nilai prediksi2. Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai
prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi3. Gangguan restriksi dan
obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai
prediksi. (Reynolds HY, 2011)Bentuk spirogram adalah hasil dari
spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi
syarat :1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah2. Batuk3.
Terminasi lebih awal4. Tertutupnya glottis5. Ekspirasi yang
bervariasi6. KebocoranSetiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal
3 kali. Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali
ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang
dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan
kurang dari 5% atau 100 mL. (Reynolds HY, 2011)
BAB IIIKESIMPULANSaluran pernapasan pada manusia diantaranya
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveouli.
Gerakan pernapasan ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kemampuan
paru menampung udara untuk pernafasan dijabarkan sebagai Kapasitas
Paru Total dan volume udara yang mampu dihirup oleh paru setelah
inspirasi disebut Kapasitas Vital. Sisa volume udara yang ada di
paru setelah ekspirasi disebut Volume Sisa/ ResidualEvaluasi
nilai-nilai faal paru ini pada pemeriksaan prabedah toraks akan
menentukan kemampuan paru waktu pembedahan dan di pakai untuk
penentuan indikasi pembedahan, terkait dengan jenis pembedahan yang
akan dilakukan dan keadaan pasca bedah yang akan dihadapi/
diprediksi. Dilihat dari hasil pemeriksaan faal paru, maka indikasi
pembedahan toraks diberikan bila terdapat faal paru normal,
kelainan obstruktif ringan sampai sedang, ataupun kelainan paru
restriktif ringan.Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi)
pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut
spirometer. Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital
capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien
diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang
di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara
maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam
sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara
maksimal.
DAFTAR PUSTAKASherwood,L., 2001. Fisiologi Manusia dan Sel Ke
Sistem, 2nd ed., EGC, JakartaPuruhito. Buku Ajar Primer Ilmu Bedah
Toraks, Kardiak, dan Vaskular. Fak Kedokteran Universitas
Airlangga. SurabayaVan De Graaff, K.M., 1999. Concepts of Human
Anatomy and Physiology. 5th ed. USA: MC Graw Hill Companies,
Inc.Hegewald MJ, Crapo R.O., 2010. Pulmonary function testing. In:
Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, et al., eds.Murray and Nadel's
Textbook of Respiratory Medicine. 5th ed. Philadelphia, PA:
Elsevier Saunders. chap 24.Reynolds HY. 2011, Respiratory structure
and function: mechanisms and testing. In: Goldman L, Schafer AI,
eds.Goldman's Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders :chap 85.
ii412