Referat
PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ
yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi kulit adalah eritroderma.Dahulu, eritroderma
dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder; primer adalah yang
tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), dan sekunder adalah yang
disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik.
Pendapat sekarang, semua eritroderma ada penyebabnya, jadi
eritroderma selalu sekunder.Eritroderma adalah kelainan kulit yang
ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema yang bersifat
generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Bila eritemanya antara
50-90% dinamakan pre-eritroderma. Dermatitis eksfoliativa dianggap
sinonim dengan eritroderma. Bagaimanapun, kedua istilah ini adalah
berbeda, karena pada gambaran klinik dapat menghasilkan penyakit
yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma umumnya disebabkan
kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau
dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi
obat. Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari
sekian banyak kelainan kulit.ERITRODERMA
Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%
permukaan tubuh yang berlangsung dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu. Bila eritemanya antara 50-90% dinamakan
pre-eritroderma. Eritroderma umumnya disebabkan kelainan kulit yang
ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik),
cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat. Identifikasi
penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak
kelainan kulit.EpidemiologiInsidens eritroderma sangat bervariasi,
menurut penelitian dari 0,9-70 dari 100.000 populasi. Penyakit ini
dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering pada pria
dengan rasio 2 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun,
meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden
eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis.
Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens
psoriasis.Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi
terhadap obat. Alergi terhadap obat bisa karena pengobatan yang
dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat secara tradisional.
EtiologiEritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat
secara sistemik, perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik
termasuk keganasan. Penyakit kulit yang dapat menimbulkan
eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik
20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.Secara morfologis
gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan kulit dan
penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu
(Tabel 1).
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara
sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri
(jarang), penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi
karena kebiasaan masyarakat orang sering melakukan pengobatan
sendiri dan pengobatan secara tradisional.2Waktu mulainya obat ke
dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera sampai 2
minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat
yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai
penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.2.
Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang
paling banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit
psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma
yang juga dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum
diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu.Ptyriasis
rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula
menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma
adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.3.
Eritroderma akibat penyakit sistemik
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi
fokal dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap
kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat
perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti
perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan
sinar X toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat
dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis namun
tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang
tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.Tabel 1. Proses
yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma
Penyakit KulitPenyakit SistemikObat-obatan
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Dermatofitosis
Penyakit Leiner
Liken planus
Mikosis fungoides
Pemfigus foliaceus
Pitiriasis rubra
Psoriasis
Sindrom Reiter
Dermatitis seboroik
Dermatitis statisMikosis fungoides
Penyakit Hodgkin
Limfoma
Leukemia akut dan kronis
Multipel mieloma
Karsinoma paru
Karsinoma rektum
Karsinoma tuba falopii
Dermatitis papuloskuamosa pada AIDSSulfonamid
Antimalaria
Penisilin
Sefalosporin
Arsen
Merkuri
Barbiturat
Aspirin
Kodein
Difenilhidantoin
Yodium
Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatricks dermatology in general
medicine.
PatofisiologiEpidermis melakukan regenerasi secara rutin yang
terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel ini berubah menjadi
struktur keratin yang utuh melalui proses selama 10-12 hari. Pada
umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi
di stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan.Jumlah skuama yang
hilang pada manusia normal antara 500-1000 mg/hari. Pengelupasan
keratin paling banyak terjadi pada telapak tangan, kulit kepala,
dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m2 per 24 jam) dan paling sedikit
pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam).
Karena Tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari,
pengelupasan kulit yang fisiologis ini berperan penting dalam
metabolisme protein secara keseluruhan.Pada eritroderma terjadi
peningkatan laju pengelupasan epidermis. Meskipun beberapa peneliti
memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap harinya,
tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang
hilang. Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan
jumlah asam nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam
amino, dan peningkatan jumlah protein bebas.Reaksi tubuh terhadap
suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan, perluasan penyakit
kulit dan penyakit sistemik)adalah berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang generalisata.Eritema berarti terjadi
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit
meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien
merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi
gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan
perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat
menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas
juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas
menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju
metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat
sebanding laju metabolisme basal.Kehilangan skuama dapat mencapai 9
gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari sehingga menyebabkan
kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan
peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan
kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan
oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.Eritroderma akut dan
kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan
rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku.
Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan bulan dapat
terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.Gejala
KlinisGambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi
tiap individu. Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema,
yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi
pada area genetalia, ekstremitas, atau kepala. Eritema ini akan
meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu seluruh permukaan
kulit akan terkena, yang akan menunjukan gambaran yang disebut red
man syndrome.Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6
hari.Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari
kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari halus sampai kasar. Ukuran
skuama bervariasi; pada proses akut akan berukuran besar, sedangkan
pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna skuama juga
bervariasi, dari putih hingga kekuningan. Deskuamasi yang difus
dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga
mengenai membran mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila
kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku,
dan kuku dapat lepas. Pada eritroderma, skuama tidak selalu
terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada
mulanya tidak disertai skuama, skuama kemudian timbul pada stadium
penyembuhan timbul.
Gambar 1. Eritema disertai Skuama
Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut
dan matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia,
dan pada banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas
seluruhnya. Telapak tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun
jarang mengenai membran mukosa. Sering terjadi pula bercak hiper
dan hipopigmentasi.Pada eritroderma kronis, eritema tidak begitu
jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi.Epidermis berukuran
tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan terasa tebal
pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta
berwarna kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan
kemungkinan karena infeksi sekunder. Pada beberapa kasus,
manifestasi klinis yang muncul pada eritroderma yang akut
menyerupai nekrolisis epidermal toksik, walaupun secara
patofisiologi sangat berbeda.Pada eritroderma karena penyakit
kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan,sering dijumpai
kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang membantu dalam menegakan
diagnosis. Sering ditemukan plak psioriasis yang masih tersisa;
papul atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau yang khas dari
pitiriasis rubra; dan lesi papular dari drug eruption. Gejala dari
penyakit yang mendasari ini sering sulit ditemukan dan harus
diperiksa dengan cermat.Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian
regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi
terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil
untuk dapat menimbulkan panas metabolik. Eritroderma akibat alergi
obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari
obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari.
Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah
timbul skuama. Pada eritroderma akibat alergi obat, dapat disertai
edema pada wajah dan leher.
Gambar 2. Eritroderma karena alergi obat (gambar kiri); Red Man
Syndrome (gambar kanan)
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada
psoriasis dan dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi
eritroderma karena dua hal yaitu: karena penyakitnya sendiri atau
karena pengobatan yang terlalu kuat. Psoriasis yang menjadi
eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et
causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan oleh
penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik,
steroid topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang
berat, penyakit terdahulu misalnya infeksi.DiagnosisDiagnosis agak
sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah
ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan
kuning-kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas
psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik
dan eksema menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama,dan
pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam eritroderma. Dengan
beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.
+
-
+
+
-
--
+
-
+
Diagram 1. Diagnosis pasien yang dicurigai(CBC = pemeriksaan sel
darah, CXR = x-ray thoraks)
Diagnosis BandingAda beberapa diagnosis banding pada eritorderma
:
1. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di
lapisan epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat
atopik pada keluarga asma bronchial, rhinitis alergi,
konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi, berkembang
dari satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi
antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi.
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada
usia berapapun,tetapibiasanyatimbulsebelumusia5tahun. Biasanya,
adatigatahap: balita, anak-anak dan dewasa.Dermatitis atopik
merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa dimana
didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus
yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada
gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel,
dermal eosinofil dan parakeratosis.
2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang
meluas. Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang
khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat menghilang
dimana plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal
universal. Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang
berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat cepat.
Faktor genetik berperan. Bila orang tuanya tidak menderita
psoriasis resiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah
seseorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34
39%.Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema
berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan
Kobner.
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikadalah peradangan kulit yang kronis
ditandaidenganplakeritema yang sering terdapat pada daerah tubuh
yang banyak mengandung kelenjar sebasea sepertikulit kepala, alis,
lipatannasolabial, belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada,
antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur,
dan meningkat pada usia 40 tahun. Biasanya lebih berat apabila
terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih sering pada
orang-orang yang banyak memakan lemak dan minum alkohol.Biasanya
kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman Pityrosporum ovale
yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala
tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit
tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak pula.
Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.DS dapat diakibatkan
oleh ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis.
Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat
memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh faktor kelelahan
sterss emosional infeksi, atau defisiensi imun.Pemeriksaan
Penunjang1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darahrutin, didapatkan penurunan
hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada
infeksi sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya
IgE. Albuminserummenurun dangamma globulin meningkat relatif.
Didapatkan pula ketidakseimbanganelektrolit karena dehidrasi.Pasien
dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari
ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya
masa otot. Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan
keseimbangan nitrogen dan potasium ketika laju pembentukan skuama
mencapai 17 gr/m2 per 24 jam.
2. Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan
50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi,
tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut,
spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium
kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih
dominan.Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi
semakin pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur
diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrat di
dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan
Pautrier's microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering
menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma
jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak
jelas pada limfoma.
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya
memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun
ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan
papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis
superficial juga ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan
ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang
dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.
PenatalaksanaanTerapi yang optimal untuk eritroderma tergantung
pada penegakan penyebab penyakit.2 Pada eritroderma karena alergi
obat, penghentian dari obat-obat yang menyebabkan alergi atau
berpotensi menyebabkan alergi memberikan hasil yang baik. Pada
eritroderma karena penyakit kulit, penyakit yang mendasari harus
diatasi. Pemberian salep ter pada psoriasis sebaiknya secara
hati-hati karena mampu mencetuskan eksaserbasi eritroderma.Karena
terdapat peningkatan kehilangan cairan transepidermal, dehidrasi
sering ditemukan sebagai komplikasi. Input dan output cairan harus
dipantau secara hati-hati.Pemberian kortikosteroid topikal efektif
dalam mengatasi inflamasi pada kulit. Pemberian antihistamin
ditujukan untuk mengatasi pruritus.Pada eritroderma idiopatik,
pemberian steroid diindikasikan apabila pengunaan terapi
konservatis tidak menunjukan perbaikan. Rata-rata 100-300 mg
kortison diberikan perhari dan biasanya digunakan sebagai terapi
awal, walaupun dosis rumatan harian hanya 50 mg kortison. Pemberian
kortikosteroid harus dipantau secara ketat dalam hal efek samping,
terutama pada pasien usia lanjut.Perhatikan kemungkinan terjadinya
masalah medis sekunder (misal: dehidrasi, gagal jantung, dan
infeksi).KomplikasiBanyak sistem organ selain epidermis dan dermis
juga terlibat pada eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari
sebagian besar kasus. Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus
(Abrahams et al.). spenomegali ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya
mengalami limpoma) baik pada stadium awal dan pada hampir 20%
stadium akhir.
Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan
extrarenal water lost (karena penguapan air berlebihan melalui
barrier kulit yang rusak). Peningkatan extrarenal water lost ini
menyebabkan kehilangan panas tubuh yang menyebabkan hipotermia dan
kehilangan cairan yang menyebabkan dehidrasi. Respon tubuh terhadap
dehidrasi dengan meningkatkan cardiac output, yang bila terus
berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi klinis
seperti takikardia, sesak, dan edema.Oleh karena itu evaluasi
terhadap balans cairan sangatlah penting pada pasien
eritroderma.
Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda
dari ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan
hilangnya masa otot.Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan
kakeksia, alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku
and ektropion.
PrognosisPrognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit
yang mendasarinya.Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik
setelah obat dihentikan.Penyembuhan golongan ini adalah yang
tercepat dibandingkan dengan golongan lain.Prognosis kasus akibat
gangguan sistemik seperti limfoma akan tergantung pada keberhasilan
pengobatan penyakitnya itu sendiri.Kasus idiopatik adalah kasus
yang sulit diramalkan, dapat bertahan dalam waktu yang lama, dan
seringkali disertai dengan keadaan umum yang lemah.Pada eritroderma
yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid
hanya mengurangi gejalanya, danpasien akan mengalami ketergantungan
kortikosteroid.KesimpulanEritroderma adalah kelainan kulit yang
ditandai dengan eritema di seluruh / hampir seluruh tubuh dan
biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak didapatkan pada
pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab tersering
eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya,
reaksi obat, alergi obat, dan akibat penyakit sistemik termasuk
keganasan.Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama
yang bersifat generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu
dengan pemberian kortikosteroid dan pengobatan topikal dengan
pemberian emolien serta pemberian cairan dan perawatan di ruangan
yang hangat.Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-obatan
relatif lebih baik, sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh
penyakit idiopatik, dermatitis dapat berlangsung berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun dan cenderung untuk kambuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007.p;3-5.
2. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and
erythroderma. In: Champion RH eds. Rooks, textbook of dermatology,
8th ed. Washington; Blackwell Scientific Publications.
2010.p;17.48-17.52.
3. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009.p;189-203.
4. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis).
Emedicine (edited 10 Februari 2014). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview5. Shimizu H.
Shimizus textbook of dermatology. 1st ed. Hokkaido: Nakayama Shoten
Publishers; 2007.p; 122-25, 98-101.
6. Freederg IM. Exfoliative dermatitis. Fitzpatrick et all.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. Newyork:
Mcgraw-Hill. 2008. Chapter-41.p; 527-531.
7. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa. Saripati penyakit
kulit. 2nd ed. Jakarta: EGC. 2005.p; 94-106,236-238.8. Sularsito
SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2005.p; 138.
9. Schn MP, Boehncke WH. Psoriasis. N Engl J Med
2005;352:1899-912.10. Akhyani M et al. Erythroderma: a clinical
study of 97 cases. BMC Dermatology. 2005; 5:511. Bruno TF, Grewal
P. Erythroderma: a dermatologic emergency. CJEM
2009;11(3):244-246mencari tanda dari etiologi dari riwayat dan
pemeriksaan fisik
terlihat multiple pada biopsy punch; diulangi biopsy 3-6 bulan
untuk menentukan diagnosis pasti
diagnosis pasti dan pengobatan yang tepat
dilakukan pemeriksaan tambahan : biopsy untuk
immunofluorescence, CBC, CD4: ratio CD8, CXR, biopsy kelenjar
limfa
pikirkan DD lain
14