BAB I PENDAHULUAN Bronkoskopi merupakan salah satu upaya penting dalam bidang paru karena alat ini dapat digunakan sebagai diagnostik dan terapeutik. Bronkoskopi adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus. Prosedur diagnostik dengan bronkoskop ini dapat menilai lebih baik mukosa saluran napas; normal, hiperemis atau lesi infiltrat yang memperlihatkan mukosa compang-camping. Teknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat kompresi dari luar atau massa intrabronkial tumor intra bronkus. Prosedur ini juga dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening subkarina atau intra bronkus. (1) Tindakan bronkoskopi pada penderita di paru dan menemukan 81,1% memperlihatkan gambaran keganasan, 3% peradangan, 30,89% menunjukkan mukosa infiltratif, 36,58% stenosis infiltratif dan 32,53% massa intrabronkial intrabronkus. (2) Dengan berkembangnya teknologi peralatan dan keterampilan bronkoskopi digunakan sebagai sarana diagnostik, terapi dan pemantauan berbagai penyakit paru lainnya. Dimana karakteristik dan gambaran bronkoskopi berbeda antara satu penderita dengan 1
bronkoskopi merupakan salah satu cara untu menegakkan diagnosis pada penyakit bronkus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Bronkoskopi merupakan salah satu upaya penting dalam bidang paru
karena alat ini dapat digunakan sebagai diagnostik dan terapeutik. Bronkoskopi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus. Prosedur
diagnostik dengan bronkoskop ini dapat menilai lebih baik mukosa saluran napas;
normal, hiperemis atau lesi infiltrat yang memperlihatkan mukosa compang-
camping. Teknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat
kompresi dari luar atau massa intrabronkial tumor intra bronkus. Prosedur ini juga
dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan
menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening
subkarina atau intra bronkus. (1)
Tindakan bronkoskopi pada penderita di paru dan menemukan 81,1%
memperlihatkan gambaran keganasan, 3% peradangan, 30,89% menunjukkan
mukosa infiltratif, 36,58% stenosis infiltratif dan 32,53% massa intrabronkial
intrabronkus.(2)
Dengan berkembangnya teknologi peralatan dan keterampilan
bronkoskopi digunakan sebagai sarana diagnostik, terapi dan pemantauan
berbagai penyakit paru lainnya. Dimana karakteristik dan gambaran bronkoskopi
berbeda antara satu penderita dengan penderita yang lainnya, hal ini tergantung
pada jenis dan penyebab penyakitnya.(2)
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti
batang tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi,
bronkoskopi adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru
yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis,
yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan
memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop,
sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam
tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi,
dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku (rigid) dan Fiber Optic
Bronchoscopy (FOB).(1)
2.2. Tujuan
Manfaat pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung keadaan saluran
nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah. Kelainan yang dapat
dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah : (2)
1. Inflamasi
Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya bronkitis kronis) ataupun lokal
(akibat benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara akut, misalnya radang paru yang
berhubungan dengan segmental maupun kronis (misalnya tuberkulosis).
Gambar 1. Menunjukkan perubahan akibat inflamasi bronkitis kronis
2
Perubahan peradangan meliputi :
Hiperemis dan peningkatan vaskularisasi dari mukosa (berwarna gelap
atau merah muda atau bahkan merah). Mukosa bronkus normal berupa
palepink atau berwarna merah kuning.
Pembengkakan (swelling).
Pada peradangan ringan, tampak sedikit pinggir dari karina tumpul dan
buram atau kehilangan kontur sehingga tulang rawan bronkial menonjol.
Pada peradangan yang parah terjadi penyempitan mukosa.
Sekresi
Mukosa yang normal hanya sedikit menghasilkan lendir yang berguna
untuk pembersihan. Pada waktu peradangan, sekresi menjadi banyak dan sifat
sangat bervariasi, misalnya mukoid, tebal dan mukus yang kental (bronkitis
kronis), Mukus berupa plague (asma), pus/nanah (infeksi berat).
Perubahan terlokalisir (localized changes)
Reaksi lokal dapat dijumpai pada kelainan seperti pneumonia, abses paru, TBC,
aspirasi benda asing, bronkiektasis, karsinoma, dan lain lain.
Ascociated changes
Terutama terlihat pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK), dimana dijumpai submukosa atrofi, hipertrofi pada
dinding membran bronkial.
Gambar 2. Menunjukkan penonjolan dinding trakea kanan oleh karena
tekanan intrinsic
3
2. Tumor
Gambaran bronkoskopi pada tumor atau pembesaran kelenjar getah bening
atau metastasis dapat dijumpai tiga perubahan utama :
Distorsi anatomi oleh karena adanya tekanan eksternal pada trakeo
bronkial, biasanya disebabkan oleh limfadenopati sekunder berupa
pelebaran sudut karina, pembengkakan pada dinding trakea/bronkus
utama.
Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau ulserasi dari
mukosa pada sebagian atau seluruh lumina.
Pertumbuhan intraluminer mungkin merupakan awal dari intralumen itu
sendiri, dijumpai pelebaran atau ruptur dari kelenjar limfe sekunder
melalui dinding bronkial. Pertumbuhan intralumen bisa menutup lumen secara
total atau parsial.
Gambar 6. Menunjukkan fungating tumor di sebelah kiri batang utama bronkus
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan, sikatan, biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial. Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus Dan dapat digunakan sebagai tindakan
terapeutik. (2)
2.3. Macam- macam bronkoskopi
4
a. Bronkoskop Kaku (Rigid)
Bronkoskop kaku ialah merupakan alat yang berbentuk tabung lurus
terbuat dari bahan stainless steel. Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi
untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5
mm, tebal dinding bronkoskop berkisar 2-3 mm. Terdiri dari pipa metal dengan
lampu. Terdapat dua macam penyinaran, yaitu lampu diletakan di distal (pada
ujung bronkoskop), atau di proksimal. Lampu proksimal terletak pada ganggang
bronkoskop yang diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke distal bronkoskop (tipe
Haslinger). Dengan kemajuan teknologi sekarang, dibuat lampu yang terang (150-
400 Watt) yang berisi halogen yang disalurkan dengan serat optic ke bagian distal
bronkoskop.(1)
Indikasi umum lainnya adalah:(1)
1) Mengontrol dan penanganan batuk darah massif
2) Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
3) Penanganan stenosis saluran nafas
4) Penanganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
5) Pemasangan sten bronkus
6) Laser bronkoskopi
b. Bronkoskopi Serat Optik
5
Bronkoskop serat optik merupakan gabungan serat-optik (gelas)
yang menyalurkan cahayanya ke ujung distal bronkoskop. Bronkoskop ini lentur,
sehingga dapat dimasukkan ke dalam cabang bronkus. Ahli endoskopi masa kini
mengatakan bahwa endoskopi serat oprik lebih baik dari pada bronkoskop kaku.(3)
Fiber Optic Bronkhoskopi sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis pada kelainan yang dijumpai di paru-paru, dan berkembang sebagai
suatu prosedur diagnostik invasif paru. FOB berupa tabung tipis panjang dengan
diameter 5-6 mm, merupakan saluran untuk tempat penyisipan peralatan
tambahan yang digunakan untuk mendapatkan sampel dahak ataupun jaringan.
Biasanya 55 cm dari total panjang tabung FOB mengandung serat optik yang
memancarkan cahaya. Ujung distal FOB memiliki sumber cahaya yang dapat
memperbesar 120o dari 100o lapangan pandang yang diproyeksikan ke layar
video atau kamera. Tabungnya sangat fleksibel sehingga memungkinkan operator
untuk melihat sudut 160o-180o keatas dan 100o-130o ke bawah. Hal ini
memungkinkan bronchoscopist FOB untuk melihat ke segmen yang lebih kecil
dan segmen sub cabang bronkus ke atas dan ke bawah dari bronkus utama, dan
juga ke depan belakang (anterior dan superior).(3)
2.4. Indikasi
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis, sebagai terapeutik serta pre operatif/post operasi.(4)
Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:(4)
Batuk
6
Batuk darah
Mengi dan stridor
Gambaran foto toraks yang abnormal
Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
Karsinoma bronkus
Ada bukti sitologi atau masih tersangka
Penentuan derajat karsinoma bronkus
Follow up karsinoma bronkus
Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:(4)
Dijumpai peradangan pada endobronkial, distorsi pada lumen
trakea/bronkus yang disebabkan limfadenofati ekstrabronkial.
c. Tumor
Gambaran bronkoskopi pada tumor, pembesaran kelenjar getah
bening atau metastasis dapat dijumpai tiga perubahan utama, yaitu :
1. Distorsi anatomi oleh karena adanya tekanan eksternal pada
trakeo bronkial, biasanya disebabkan oleh limfadenopati
15
sekunder berupa pelebaran sudut karina, pembengkakan pada
dinding trakea/bronkus utama
2. Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau
ulserasi dari mukosa pada sebagian atau seluruh lumina
3. Pertumbuhan intraluminer mungkin merupakan awal dari
intralumen itu sendiri, dijumpai pelebaran atau ruptur dari
kelenjar limfe sekunder melalui dinding bronkial.
Pertumbuhan intralumen bisa menutup lumen secara total atau
parsial.
d. Miscellaneous
1) Perdarahan bronkial
Dalam beberapa kasus batuk darah (hemoptisis), pemeriksaan
bronkoskopi memberikan gambaran normal. Pada perdarahan
yang masif dilakukan pembersihan dari trakeobronkial dengan
normal salin untuk membantu menemukan sumber perdarahan
2) Benda asing
Benda asing sering menyebabkan peradangan lokal, bahkan
menyebabkan infeksi yang luas dan kerusakan pada bronkial
dan jaringan paru distal serta dapat menghasilkan sekresi
purulen.
3) Sarcoidosis
Tampak dua gambaran utama, yaitu :
Pembesaran kelenjar getah bening, karina dan subkarina
melebar dan distorsi trakeobronkial
Perubahan bentuk mukosa trakeobronkial, hiperemis
dan sekresi yang meningkat.
4) Perubahan radiasi
Perubahan mengikuti pola umum: segera, reaksi peradangan
akut, selanjutnya penyusutan atau hilangnya tumor dengan
berkurangnya peradangan, mukosa pucat dan kontraktif
16
jaringan parut setelah beberapa bulan dan terjadi fibrosis pada
daerah yang terkena.
5) Trauma trakea
Dijumpai fraktur pada dinding trakea atau bronkus.
6) Fistula Bronkopleura
Merupakan sekunder dari empiema, abses paru, pecahnya kista
paru, pneumotoraks, trauma atau pasca operasi. Pada gambaran
bronkoskopi tampak gelembung udara, waktu sekresi tampak
gerakan pernafasan.
7) Amiloidosis
Jarang terjadi, dinding bronkial berwarna kuning/abu-abu yang
menyerupai gambaran carsinomatous infiltratif.
17
BAB IIIKESIMPULAN
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti
batang tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi,
bronkoskopi adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru
yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis,
yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan
memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop,
sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam
tubuh.
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah.
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan
diagnosis, sebagai terapeutik serta pre operatif/post operasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitri, F. Nelvia,T. Ekstraksi Benda Asing Lampu Led di Bronkus dengan Bronkoskopi Kaku. Jurnal kesehatam Andalas. 2014 : 3(3)
2. Swidarmoko, B. Rosayah, R. The Positive Result of Cytology Brushsy at flexible Fibrotic Bronkoskopi Compared With terapetic Needle Aspiration in Central Lung Tumor.J Respir Indo. 2011 : 31
3. Absari, I. Pradjoko, I. Aspirasi jarum Pentul.jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2007: 7(3)
4. Rahmalia, A. Novianty,C. At a Glance Medicine.Gelora Aksara Pratama. 2002
5. Istia, M. susanto,D. Respirology. EGC.Jakarta: 2009
6. Vachani A, Seijo L. Sterman D. In Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, et al, editors. Fishman’s pulmonary diesease and disorders. New York : McGraw-Hill Companies.2008