DAFTAR ISIDAFTAR ISI1KATA PENGANTAR2BAB I PENDAHULUAN3BAB II
PEMBAHASAN42.1Embriologi Payudara42.2Anatomi
Payudara52.2.1Vaskularisasi Payudara72.2.2Sistem Limfatik
Payudara82.2.3Inervasi Payudara112.3Perkembangan dan Fungsi
Payudara122.4Definisi Fibrocystic
Changes152.5Epidemiologi152.6Etiologi162.7Manifestasi
Klinis162.8Klasifikasi Histopalogi172.8.1Kistik dan Fibrosis (
Simple Fibrocystic Changes )172.8.2Hiperplasi Epitelial (
Epitheliosis )172.8.3Adenosis dan Sklerosing
Adenosis182.9Diagnosis182.9.1Anamnesa182.9.2Pemeriksaan
Fisik192.9.3Pemeriksaan penunjang212.10Diagnosis
banding262.10.1Fibroadenoma Mamae (FAM)262.10.2Kista
Mamae272.11Tatalaksana272.11.1Aspirasi272.11.2Terapi
hormonal282.11.3Modifikasi diet282.11.4Vitamin
E282.11.5Pembedahan292.12Prognosis29BAB III KESIMPULAN30DAFTAR
PUSTAKA31
2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan kasih karunia Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan lancar. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
melaksanakan kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Bedah Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.
Makalah ini berisi mengenai beberapa informasi mengenai
fibrocystic change (perubahan fibrokistis) yang sangat sering
terjadi pada wanita secara umum, yang mencakup anatomi dan
fisiologi payudara, definisi, pemeriksaan penunjang, pencegahan dan
penatalaksanaan. Penulis berharap agar para pembaca mendapat
pemahaman dan pengetahuan yang lebih dalam informasi mengenai
fibrocystic change serta dapat mengaplikasikan nya.
Terima kasih juga penulis panjatkan kepada beberapa pihak yang
membantu dan mendukung penyelesaian tugas makalah ini yaitu
dr.Sumidi,SpB selaku dokter pembimbing, para tim dokter bedah
lainnya, para perawat dan staff, serta rekan-rekan coass dan semua
pihak yang telah ikut berperan dalam proses penyelesaian makalah
ini,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis menerima berbagai bentuk kritik dan saran
yang dapat membantu makalah ini menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
juga pembaca. Kira nya Tuhan memberkati kita semua. Amin
Jakarta, 21 Juli 2014
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
Massa pada payudara merupakan salah satu keluhan tersering pada
bidang ginekologi. Massa pada payudara ini dapat disebabkan oleh
dua penyebab utama yaitu jinak (benign) dan ganas
(malignant/cancer). Namun, yang paling sering adalah tumor
jinak/benign yang dapat disebabkan oleh pembentuk kistik/cyst,
obstruksi duktus, inflamasi, atau infeksi.
Fibrocystic change / Fibrocystic breast disease merupakan
kondisi yang paling sering terjadi pada beberapa wanita.
Fibrocystic change merupakan terminology yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan fisiologis pada jaringan payudara, yaitu
adalanya proliferasi jaringan ikat dan pembentukan kista yang
bermanifestasi dalam bentuk massa atau benjolan pada payudara.
Fibrocystic changes merupakan hal yang lazim terjadi pada wanita
berusia antara 30 sampai 50 tahun, namun dapat juga terjadi pada
usia lebih muda atau pada wanita lanjut usia (postmenopause) yang
menggunakan terapi pengganti hormone (hormone replacement therapy).
Gejala dari kondisi ini sangat beragam. Beberapa wanita mengeluhkan
nyeri hebat pada payudara dan benjolan yang multiple pada kedua
payudaranya, namun ada juga wanita yang hanya mengeluhkan sedikit
nyeri tanpa adanya benjolan yang teraba di payudara. Pada sebagian
orang, gejala ini dapat konstan namun sebagian lainnya gejala
dirasakan hilang-timbul berkaitan dengan siklus bulanan.
Fibrocystic changes merupakan salah satu tumor jinak sehingga
kecil kemungkinan mengarah ke keganasan / breast cancer. Hanya
sekitar 5% dari kasus fibrocystic changes yang beresiko berkembang
menjadi tumor ganas. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan
kalsifikasi yang dapat menjadi salah satu tipe lesi pre malignant,
sehingga dibutuhkan pemeriksaan USG atau mamografi secara berkala
pada pasien.
BAB IIPEMBAHASAN
Embriologi PayudaraPerkembangan payudara dimulai sejak minggu
keenam perkembangan embrio, terjadi penebalan ektoderm sepanjang
garis susu (mammary ridges, milk lines) yang terbentang bilateral.
Normalnya, sepasang payudara akan berkembang di daerah ini, yaitu
sepanjang regio aksila (fore limb) sampai ke region inguinal (hind
limb). Dua pertiga dari garis tersebut segera menghilang dan
tinggal bagian dada (pectoral) saja yang berkembang menjadi cikal
bakal payudara. Saat mencapai minggu ke sembilan, garis susu
menjadi atrofi kecuali pada daerah pektoralis.Pada bagian superior
berkembang menjadi putting susu dan bagian lain menjadi atrofi.
Payudara atau putting tambahan (polymastia dan polythelia) dapat
terbentuk sepanjang garis susu apabila regresi normal tidak
terjadi. 1
Gambar 1 Embriologi Payudara 2
Beberapa hari setelah kelahiran, dapat terjadi pembesaran
payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan
keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh
berkembangnya system duktus dan tumbuhnya asinus serta
vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung
oleh tingginya kadar estrogen ibu dalam sirkulasi darah bayi.
Setelah lahir, terjadi penurunan kadar estrogen yang merangsang
hipofisis untuk memproduksi prolactin. Prolaktin inilah yang
menimbulkan perubahan pada payudara. 3Payudara pada wanita tidak
berkembang sampai pada saat pubertas. Saat pubertas, payudara
berkembang karena mendapat rangsangan dari estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium yang kemudian
menginisiasi peroliferasi epitel dan jaringan ikat payudara. Namun
demikian, payudara tetap dalam keadaan belum berkembang sempurna
sampai saat terjadi kehamilan.1
Anatomi PayudaraPayudara merupakan suatu kelenjar kulit yang
terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di
bawah kulit dan di atas otot dada. Batas-batas payudara yang tampak
dari luar adalah sebagai berikut : Superior : Iga II - III
Inferior: Iga VI - VII Medial: batas lateral sternum Lateral: linea
aksilaris anteriorPada bagian lateral atasnya, jaringan kelenjar
ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, yang disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Dua pertiga bagian atas payudara
terletak di atas otot pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bagian
bawahnya terletak di atas otot seratus anterior, otot oblikus
eksternus abdominis, dan otot rektus abdominis.
Gambar 2 Anatomi Payudara Anterior View 4
Payudara manusia berbentuk kerucut dan sering kali berukuran
tidak sama antara kanan dan kiri. Berat payudara dewasa kurang
lebih kira-kira 200 gram, yang dapat membesar pada saat hamil
mencapai 600 gram dan mencapai 800 gram saat menyusui. Payudara
terdiri dari 15-20 lobus yang masing-masing terdiri dari beberapa
lobulus-lobulus.1 Masing-masing lobules ini mempunyai saluran ke
papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus. Unit terkecil yang
ada dalam payudara adalah alveolus yang berfungsi untuk memproduksi
susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak,
sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus
ini mengelompok membentuk lobulus. Dari alveolus, ASI disalurkan ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus),
dan di bawah areola terdapat saluran besar yang melebar yaitu sinus
laktiferus. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar. Diantara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga diantara
kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak.3 Di antara
lobulus-lobulus tersebut terdapat jaringan ikat payudara
(Ligamentum Cooper) yang masuk ke dalam dermis secara perpendicular
sehingga memberikan rangka struktural untuk payudara. 1,3
Gambar 3 Anatomi Payudara Sagital dan Anterior View 5Payudara
manusia dibagi menjadi 4 kuadran oleh garis horizontal dan vertikal
yang melalui papilla mammae, yaitu : Kuadran luar atas / upper
outer quadrant / Superolateral Kuadran dalam atas / upper inner
quadrant / Superomedial Kuadran luar bawah / lower outer quadrant /
Inferolateral Kuadran dalam bawah / lower inner quadrant /
InferomedialKuadran luar atas payudara merupakan bagian dengan
volume jaringan terbanyak dibandingkan kuadran lainnya.
Gambar 4 Kuadran Payudara 2
Bagian epidermis dari kompleks putting-areola berpigmen dan
berkerut-kerut. Saat pubertas, pigmen menjadi lebih gelap dan
putting mengalami perubahan konfigurasi yaitu menjadi lebih
terelevasi. Saat kehamilan, areola membesar dan pigmentasi menjadi
semakin meningkat (lebih gelap). Areola mengandung kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar asesorius yang membentuk
penonjolan kecil pada permukaan areola yang disebut sebagai
Montgomerys tubercles. Papilla mammae pada ujung putting mengandung
banyak sekali ujung saraf sensorik dan badan meissner yang keduanya
memegang peranan penting untuk fungsi payudara, karena ketika bayi
menyedot putting akan terjadi rantai neurohumoral yang berakhir
pada keluarnya air susu.1
Vaskularisasi PayudaraPerdarahan payudara berasal dari : Arteri
perforantes cabang dari arteri mammary internaCabang-cabang
I,II,III,IV,V dari Arteri mammaria interna menembus dinding dada
dekat pinggir sternum pada intercostal yang sesuai, menembus
M.Pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandulla
mamma. Rami pektoralis Arteri ThorakoakromialisArteri ini berjalan
turun di antara M. Pektoralis minor dan M. Pektorallis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama M.Pektoralis mayor. Arteri
ini akan mendarahi glandula mammae bagian dalam. Arteri thorakalis
lateralis ( A. Mammae Eksternal )Pembuluh darah ini berjalan turun
menyusuri tepi lateral M. Pektoralis Mayor untuk mendarahi bagian
lateral payudara
Gambar 5 Vaskularisasi Payudara
Aliran vena dari payudara dan dindig dada mengikuti alur arteri,
dengan aliran drainase vena menuju ke vena aksilaris. Tiga vena
utama yaitu : Vena torasika interna Vena interkostalis posterior
Vena aksilaris
Sistem Limfatik PayudaraSistem limfatik payudara1. Pembuluh
getah bening Pembuluh getah bening aksilaPembuluh getah bening
aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar
areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas
payudara Pembuluh getah bening mammary internaSaluran limfe ini
mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
2. Kelenjar-kelenjar getah bening Kelompok vena aksilaris
(Lateral / Humeral)Terdiri dari 4-6 kelenjar limfe yang terletak
medial atau posterior dari vena aksilaris dan menerima hampir semua
drainase limfatik dari ekstremitas atas. Kelenjar getah bening
mammary eksterna (Pectoral)Kelenjar ini terletak di bawah tepi
lateral M. Pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok superior (setinggi intercostal
II-III) dan kelompok inferior (setinggai intercostal IV-VI).
Menerima hampir semua drainase limfatik dari bagian lateral
payudara. Kelenjar getah bening scapula/subscapular
(Posterior)Terdiri dari 5-7 kelenjar limfe yang terletak sepanjang
subskapularis dan thorakodorsalis, mulai dari percabangan vena
aksillaris menjadi vena subskapularis, sampai ke tempat masuk nya
vena thorako-dorsalis ke dalam M. Latissimus dorsi. Menerima
drainase limfatik dari leher belakang, punggung, dan bahu belakang.
Kelenjar getah bening sentralTerdiri dari 3-4 kelompok kelenjar
limfa yang terletak di dalam jaringan lemak di pusat aksilla,
terletak tepat di posterior dari muskulus pectoralis minor.
Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling
mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya. Menerima drainase limfatik dari vena
aksilaris, mammaria eksterna, scapular/subscapular, dan langsung
dari payudara. Kelenjar getah bening interpektoral ( rotters nodes
)Terletak antara M. Pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami
pektoralis vena trhorako akromialis. Jumlah nya 1-4 kelenjar.
Menerima drainase langsung dari payudara. Cairan limfa yang
melewati kelompok interpektoralis akan mengalir menuju kelenjar
limfe subklavikula dan kelenjar limfe sentral. Kelenjar getah
bening subklavikula (Apical)Terdiri dari 6-12 kelompok kelenjar
limfe yang terletak pada posterior dan superior dari batas atas
muskulus pectoralis minor dan menerima drainase dari seluruh
kelompok kelenjar limfe pada regio aksilaris lainnya.
Gambar 6 Sistem Limfatik Payudara
Kelompok-kelompok kelenjar limfe tersebut dikelompokkan
berdasarkan hubungannnya terhadap muskulus pektoralis minor secara
anatomis. Kelenjar limfe yang terletak lateral dari atau di bawah
batas muskulus pektoralis minor sebagai kelenjar limfe level I,
yang termasuk di dalamnya adalah kelompok vena aksilaris, mammaria
eksterna, dan kelenjar limfe scapular. Kelenjar limfe yang terletak
superfisial dari atau di dalam muskulus pektoralis minor sebagai
level II, yang termasuk di dalamnya adalah kelenjar limfe sentral
dan interpektoralis. Kelenjar limfe yang terletak medial dari atau
di atas batas atas muskulus pektoralis minor disebut sebagai level
III, termasuk di dalamya adalah kelenjar limfe subklavikula.
Gambar 7 Level kelenjar getah bening aksillaPleksus dari
kelenjar limfe pada payudara keluar pada jaringan ikat interlobular
dan pada dinding dari duktur laktiferus dan berhubungan dengan
pleksus kelenjar limfe subareola. Kelenjar limfe eferen melewati
pinggir lateral dari muskulus pektoralis mayour, fascia
klavipektoral dan berakhir pada kelenjar limfe mammaria eksterna.
Beberapa kelenjar limfa dapat berjalan langsung ke kelompok
kelenjar limfa subskapula. Bagian atas payudara berjalan langsung
ke kelompok apical / subklavikula, bagian medial berjalan searah
dengan arteri perforantes cabang dari arteri mammaria interna dan
masuk ke kelenjar para sternal atau yang disebut sebagai kelompok
kelenjar mammaria interna.
Inervasi PayudaraPersarafan sensoris payudara diurus oleh
lateral cutaneous branches yang merupakan cabang dari nervus
interkostalis ke-3 sampai ke-6. Selain itu, saraf tersebut juga
mempersarafi dinding dada anterolateral. Cutaneous branches yang
berasal dari pleksus servikalis, terutama cabang anterior dari
nervus supraclavicular, mempersarafi sebagian kulit pada bagian
atas payudara.1Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat
sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,
yakni nervus interkostabrakialis dan nervus kutaneus brakius
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial
lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin
disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah
tersebut.1Jaringan kelenjar payudara dipersarafi saraf
simpatis.
Perkembangan dan Fungsi PayudaraPayudara mengalami tiga macam
perubahan.Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga
menopause.3 Perkembangan dan fungsi payudara dirangsang oleh
berbagai stimulus hormonal, yaitu estrogen, progesterone,
prolactin, oksitosin, tiroid, kortisol, dan growth hormone.
Estrogen, progesterone, dan prolactin memiliki efek trophic yang
esensial dalam perkembangan normal dan fungsi payudara. Estrogen
menginisiasi perkembangan duktus, sedangkan progesterone
bertanggung jawab terhadap diferensiasi epitel dan perkembangan
lobul. Prolaktin merupakan stimulus hormonal primer untuk
laktogenesis saat akhir kehamilan dan periode post-partum.
Gambar 8 Hormon yang berperan pada payudaraGambar di atas
menunjukkan sekresi dari hormon-hormon neurotrofik oleh
hipotalamus, yang bertanggung jawab terhadap regulasi dari sekresi
hormon-hormon lain yang mempengaruhi jaringan payudara. Sel
basofilik dari hipofisis anterior mensekresi GnRH
(Gonadotropin-releasing hormone). GnRH kemudian meregulasi sekresi
LH dan FSH yang kemudian meregulasi sekresi estrogen dan
progesterone dari ovarium. Sedangkan estrogen dan progesterone
sendiri memberikan feedback negative dan positif yang kemudian
meregulasi sekresi LH, FSH, dan GnRH. Pada neonates perempuan,
estrogen dan progesterone di darah menurun setelah lahir dan terus
berada dalam keadaan rendah selama masa anak-anak karena
sensitifitas hipotalamus-pituitary axis terhadap feedback negative
dari hormone tersebut. Dengan onset pubertas, terjadi penurunan
sensitifitas HP-Axis terhadap feedback negative estrogen dan
progesterone, dan terjadi peningkatan sensitifitas terhadap
positive feedback. Kejadian ini kemudian menyebabkan terjadinya
peningkatan sekresi GnRH, LH, dan FSH yang merangsang ovarium
mensekresikan lebih banyak estrogen dan progesterone. Peningkatan
estrogen dan progesterone kemudian menyebabkan terjadinya siklus
menstruasi. Gambar 9 Respon Hormon
Pada awal siklus menstruasi, terjadi peningkatan densitas dan
ukuran dari jaringan payudara diikuti dengan engogerment (bengkak
yang dikarenakan cairan seperti darah, air, ataupun cairan lain)
dari jaringan payudara disertai proliferasi epitel. Terkadang dapat
juga timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata selama menstruasi.
Pada onset menstruasi, engorgement mereda dan proliferasi
berkurang. 1,3Pada saat terjadi kehamilan terjadi peningkatan yang
dramatis estrogen dan progesterone dari ovarium dan placenta, yang
kemudian menginisiasi perubahan dramatis pula pada bentuk dan
kandungan payudara. Payudara bertambah besar karena proliferasi
epitelial duktus dan lobulus, kulit areola menjadi lebih gelap, dan
kelenjar Montgomery menjadi lebih jelas terlihat. Pada trimester
pertama dan kedua, cabang minor dari duktus terbentuk. Saat
trimester ketiga, lemak terakumulasi pada epitel alveolus dan
colostrum mengisi rongga alveolus dan duktus. Pada akhir kehamilan,
prolactin menstimulasi sintesis dari lemak dan protein susu. Gambar
10 Gambaran Histologi Payudara
Setelah melahirkan plasenta, estrogen dan progesterone darah
mengalami penurunan kadar, yang kemudian memberikan akses penuh
terhadap ekspresi laktogenik dari prolactin. Produksi dan ekskresi
susu diatur oleh lengkung refleks neural yang bermula dari ujung
saraf pada kompleks putting-areola. Stimulasi terus menerus
terhadap refleks neural tersebut diperlukan untuk mempertahankan
laktasi karena akan terus menstimulasi sekresi prolactin dan
eksresi air susu. Sekresi oksitosin dapat dirangsang dengan
rangsang auditorik, visual, dan olfaktorius saat ibu merawat
bayinya. Oksitosin menginisiasi kontraksi dari sel-sel myoepitel
yang menyebabkan kompresi dari alveoli dan ekspulsi air susu menuju
ke sinus laktiferus. Ketika anak mulai mengkonsumsi makanan lain
selain air susu, sekresi prolactin dan oksitosin mulai menurun.
Dorman dari air susu di dalam alveoli dan duktus menyebabkan
penekanan tekanan yang kemudian menyebabkan atrofi epitelium. Saat
menopause, penurunan sekresi estrogen dan progesterone oleh ovarium
dan involusi duktus dan alveoli dari payudara menyebabkan
peningkatan densitas dari jaringan ikat sekitar. Selain itu,
jaringan payudara mulai digantikan oleh jaringan lemak.
Definisi Fibrocystic ChangesFibrocystic changes adalah kelainan
pada payudara yang disebabkan oleh adanya perubahan siklus hormonal
yang terjadi secara fisiologis pada saat menstruasi yang secara
klinis bermanifestasi dalam bentuk massa yang konsistensinya keras
dan dirasakan nyeri.6 Sebenarnya, fibrocystic changes ini bukanlah
merupakan suatu kelainan.3 Perubahan fibrokistik ini dapat timbul
pada berbagai usia, terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal, dan
terkait dengan proses penuaan alami. Fibrocystic changes ini juga
dapat disebut sebagai diffuse cystic mastopathy ; chronic cystic
mastitis; fibrocystic mastopathy ; mammary dysplasia atau bila
disertai proliferasi epitel dinamakan sebagai fibrosclerosis of the
breast.
EpidemiologiFibrocystic change merupakan kondisi yang lazim dan
dialami oleh 30-60% wanita, dan didapati pada lebih kurang 50%
wanita usia produktif. Fibrocystic changes paling sering dialami
oleh wanita premenopause yaitu antara usia 20-50 tahun. Namun dapat
juga terjadi pada wanita dengan usia lebih muda atau bahkan wanita
lanjut usia (postmenopause) yang menggunakan terapi pengganti
hormone / hormone replacement therapy. 7
Etiologi
Penyebab pasti dari kelainan fibrokistik masih belum diketahui.
Namun penelitian masih merujuk pada hubungan nya dengan siklus
menstruasi dan siklik hormonal yang bersifat normal/ fisiologis.
Hormon sangat berperan penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan jaringan kelenjar, meningkatkan aktivitas pembuluh
darah, dan lain lain. Pada saat menstruasi terjadi fluktuasi
hormone khususnya estrogen dan progesterone, respon setiap wanita
terhadap fluktuasi hormonal ini berbeda-beda. Namun karena respon
terhadap perubahan hormonal ini dapat menyebabkan terjadinya
retensi cairan pada alveoli dan duktus pada payudara yang kemudian
membentuk kista kecil, selain itu fluktuasi hormonal yang terjadi
bertahun-tahun tersebeut juga dapat menyebabkan peningkatan
densitas dari jaringan ikat payudara. Saat proses menstruasi
selesai, sel sel payudara akan mengalamai program cell death /
apoptosis. Saat terjadi apoptosis inilah, ensim ensim diaktivasi
untuk digest sel-sel tersebut, yang kemudian sel tersebut akan
hancur dan menghasilkan fragmen-fragmen sel. Pada proses ini,
fragment tersebut dan proses inflamasi menyebabkan terjadinya
scaring / fibrosis yang dapat mengganggu duktus dan lobulus dari
jaringan kelenjar payudara. Sel-sel inflamasi dan fragmen sel
tersebut dapat mengeluarkan hormone like substance yang
mempengaruhi jaringan kelenjar, duktus, dan jaringan penyokong di
sekitarnya. Proses ini merupakan proses akumulasi dari terbentuknya
kista-kista kecil multiple yang baiasanya baru menimbulkan gejala
nyeri pada usia 30an. Seiring waktu kista tersebut karena pengaruh
sinyal dari growth factor dapat mengalami perubahan-perubahan
genetic dan karyotipik sehingga terjadi perubahan ekspresi reseptor
hormone yang akhirnya dapat menyebabkan loss of heterozygosity.
Manifestasi KlinisPerubahan fibrokistik ini dapat terjadi
multifocal dan bilateral. Gejala yang paling sering terjadi adalah
: Benjolan pada payudara Gejala yang paling sering dikeluhkan
adalah adanya benjolan / nodul yang teraba pada payudara. Benjolan
ini berbatas tegas dengan permukaan yang rata dan tidak melekat
pada jaringan sekitarnya. Benjolan ini paling sering ditemukan pada
kuadran atas luar. Nyeri / rasa tidak nyaman pada payudaraPasien
juga sering mengalami rasa tak nyaman secara menetap atau berkala
yang dirasakan pada payudara nya. Payudara dirasakan penuh dan
mengeras yang terkait dengan siklus haid, yaitu biasanya gejala
paling sering terasa sesaat sebelum mens dan berkurang setelah
siklus mens selesai.
Klasifikasi Histopalogi
Fibrocystic changes memiiki berbagai variasi secara
histopatologis. Pemeriksaan patologis kelainan fibrokistik dapat
memiliki lima belas macam gambaran antara lain adenosis,
epiteliosis, fibrosis stroma, kista multiple yang disertai
fibrosis, hingga metaplasia dan hyperplasia epithelial. Namun,
terdapt 3 gambaran yang paling sering terjadi pada fibrocystic
changes :
Kistik dan Fibrosis ( Simple Fibrocystic Changes )Kistik
merupakan struktur yang berisi cairan, bulat dan dapat ditemukan
pada 1 dari 3 wanita usia 35-50 tahun. Kistik merupakan yang paling
umum terjadi. Kondisi ini adalah akibat meningkatkan jaringan
fibrous yang mengakibatkan dilatasi duktus dan pembentukan kistik
multiple yang mungkin dapat menyebabkan obstruksi. Kista yang tidak
pecah berisikan cairan kental/keruh, semi-translusen, dan berwarna
coklat atau biru. Kista dikelilingi oleh sel-sel apokrin dengan
sitoplasma bergranular disertai kalsifikasi luminal. Kista-kista
tersebut sering kali pecah, mengeluarkan materi-materi sekretorik
terhadap stroma sekitar. Hal ini menyebabkan terjadinya inflamasi
kronik dan akhirnya terjadi fibrosis.
Hiperplasi Epitelial ( Epitheliosis )Hiperplasia ini terjadi
pada duktus mammary, bila hyperplasia disertai dengan tanda atipia
dapat meningkatkan resiko ke keganasan. Secara mikroskopik,
proliferasi ini menyebabkan peningkatan lapisan epitel duktus yang
mengakibatkan terisinya lumen dengan struktur solid.
Adenosis dan Sklerosing AdenosisAdenosis merupakan kondisi
dimana terjadinya pembesaran lobul atau pembentukan lobul-lobul
baru. Kondisi ini dapat merupakan kondisi yang fisiologis terjadi
pada usia reproduktif dan selama masa kehamilan. Pada wanita yang
tidak hamil, adenosis dapat terjadi sebagai kelainan fokal.
Terdapat beberapa jenis adenosis yaitu sklerosing adenosis,
adenosis mikroglandular, adenosis apokrin, dan adenosis tubular.
Sklerosing adenosis merupakan salah satu varian dari fibrocystic
changes yang secara morfologi mirip dengan carcinoma. Secara
mikroskopik terlihat fibrosis intralobular dan proliferasi duktus
dan acini. Sklerosing adenosis merupakan proliferasi kelenjar yang
berhubungan dengan mikrokalsifikasi.
Gambar 11 Sklerosing Adenosis
DiagnosisDiagnosis dari perubahan fibrosistik ini adalah
berdasarkan gejala dan setelah menyingkirkan kemungkinan adanya
keganasan atau kanker payudara.AnamnesaKeluhan utama yang paling
sering membawa pasien datang adalah timbulnya benjolan / nodul pada
payudara nya, dan kadang disertai dengan nyeri atau perasaan penuh
pada payudara nya. Anamnesa yang dilakukan terutama adalah untuk
menyingkirkan kemungkinan terjadinya kondisi keganasan. Dalam
anamnesa yang perlu ditanyakan adalah mengenai waktu pertama
terjadi nya keluhan / onset terjadinya, ukuran dan bentuk benjolan,
dan apakah keluhan nya ini berkaitan dengan siklus menstruasi nya.
Selain itu perlu juga ditanyakan apakah ada perubahan yang
signifikan terhadap benjolan nya dan apakah ada gejala tambahan
lain dari payudara nya seperti perubahan kulit sekitar payudara,
perubahan bentuk payudara ataupun putting, dan apakah ada cairan /
discharge yang keluar dari putting. Setelah itu, perlu juga
ditanyakan mengenai berbagai factor resiko kanker payudara seperti
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, pola makan, dan
sebagainya.
Pemeriksaan FisikSetelah dilakukan anamnesa, perlu dilakukan
pemeriksaan fisik payudara, yang mencakup : InspeksiInspeksi
dilakukan dalam 4 posisi yaitu kedua lengan di samping, lengan di
atas kepala, tangan menekan pinggul, dan membungkuk ke depan.
Hal yang perlu diperiksa / di inspeksi : Ukuran dan simetrisitas
Kontur Penampilan kulit Putting Bandingkan ukuran, bentuk, dan arah
putting Perhatikan setiap ruam,, ulkus, discharge, dan lesi lain.
PalpasiPasien dalam posisi telentang dan payudara dalam posisi
datar. Area yang dipalpasi adalah area rectangular yang meluas dari
klavikula sampai lipataninframamari dan dari garis midsternum
sampai garis aksila posterior serta ke bagian dalam aksil untuk
melihat ujung Spence.
Hal yang perlu diperiksa / dipalpasi : Konsistensi Nyeri tekan
Nodul (jika ada perhatikan letak, ukuran, bentuk, konsistensi,
batas, nyeri tekan dan mobilitas) Palpasi putting
Pemeriksaan Aksila Inspeksi terhadap ruam, infeksi, dan
pigmentasi Palpasi Kelompok pektoralis Kelompok lateralis Kelompok
subskapularis
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis adalah dengan :MamografiPada dasarnya,
pemeriksaan mamografi dianjurkan untuk wanita berusia di atas 30
tahun untuk proses skrining. Tujuan utama dilakukannya mamografi
adalah untuk mengenal secara dini tanda keganasan karena jaringan
tumor mengabsorpsi sinar x lebih banyak. Nilai ketepatan diagnostic
dari pemeriksaan mamograsi adalah 94%. Pemeriksaan mamografi
terutama dilakukan untuk payudara dengan jaringan lemak dominan dan
fibroglandular sedikit (wanita usia >30 tahun)
Gambar 12 Gambaran MamografiIndikasi dilakukannya mamografi
adalah : Terdapat benjolan Keluhan rasa tidak nyaman pada payudara
Riwayat resiko tinggi keganasan Pembesaran KGB aksila Adanya tumor
metastasi yang tidak diketahui asal tumor primernya.
UltrasonografiKeuntungan USG dibandingkan mamografi adalah tidak
adanya bahaya radiasi sehingga bersifat non-invasif.Nilai ketepatan
diagnostiknya secara umum adalah 78%. Pemeriksaan USG ini juga
lebih dianjurkan untuk wanita usia