BAB I ENDAHULUAN Pangertian Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat perubahan tekanan barometrik yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotrauma terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh seperti telinga tengah dan paru-paru menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) mejadi ruang tertututup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah. Hal ini terjadi terutama karena rumitnya fungsi tuba eustakius. Saat tekanan lingkungan meningkat, udara dalam telinga tengah dan tuba eustakius menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustakius. Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 100 mmHg), maka bagian kartilaginosa – dari tuba eustakius akan sangat menciut. Dengan makin meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah kecil pada mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah. Kadang tekanan ini dapat menyebabkan ruptur membran timpani. 1,2 Epidemiologi Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh kegagalan tuba eustakius untuk menyamakan tekanan dari bagian telinga tengah dan terjadi paling sering selama turun dari ketinggian atau naik dari bawah air saat menyelam. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama di atas bumi. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya insiden barotrauma pada telinga tengah ada saat menyelam dibandingkan pada saat terbang. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
ENDAHULUAN
Pangertian
Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat perubahan tekanan
barometrik yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotrauma terjadi bilamana
ruang-ruang berisi gas dalam tubuh seperti telinga tengah dan paru-paru menjadi ruang
tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Hukum Boyle menyatakan
bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau
menekan suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur,
maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi. Barotrauma dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) mejadi ruang
tertututup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Barotrauma paling sering
terjadi pada telinga tengah. Hal ini terjadi terutama karena rumitnya fungsi tuba eustakius.
Saat tekanan lingkungan meningkat, udara dalam telinga tengah dan tuba eustakius menjadi
tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustakius. Jika perbedaan tekanan
antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 – 100
mmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustakius akan sangat menciut. Dengan makin
meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah kecil pada mukosa telinga tengah juga
akan berdilatasi dan pecah. Kadang tekanan ini dapat menyebabkan ruptur membran
timpani.1,2
Epidemiologi
Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-
tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh kegagalan
tuba eustakius untuk menyamakan tekanan dari bagian telinga tengah dan terjadi paling sering
selama turun dari ketinggian atau naik dari bawah air saat menyelam. Perubahan tekanan pada
kedalaman 17 kaki di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000
kaki pertama di atas bumi. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya insiden barotrauma
pada telinga tengah ada saat menyelam dibandingkan pada saat terbang.1
Belum ada data pasti tentang jumlah penderita barotrauma pada perjalanan udara.
Namun data yang memadai menemukan tingginya prevalensi otalgia dengan perjalanan udara
pada anak-anak maupun dewasa. Sekitar 60% anak-anak dan 46% orang dewasa melaporkan
ketidaknyamanan atau rasa sakit pada telinga selama melakukan perjalanan udara. Buchanan
menemukan pada penerbangan pertama 31% anak-anak merasakan ketidaknyamanan pada
perjalanan udara saat pesawat naik atau lepas landas dan 85% saat pesawat turun atau
mendarat. Lewis menemukan sekitar 1,9-9% kru pesawat mengalami barotrauma.4
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan tahun 2011 pada 74 penyelam tradisional yang
menggunakan kompresor didapatkan 24 sampel dari 74 populasi. Terdapat 50 orang tidak
mengalami barotrauma telinga. Disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
kedalaman dan lama menyelam terhadap perubahan pendengaran pada penyelam dengan
kompresor yang mengalami barotrauma telinga. Angka kejadian barotrauma telinga sebesar
32,4%.3
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
Gambar 1 Anatomi Telinga
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
A. Anatomi Telinga Luar
Merupakan bagian paling luar dari telinga, teridiri dari daun telinga atau pinna atau
aurikula yang berfungsi menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori
eksternal, yakni lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula
sampai batas membran timpani. Terdapat pula kelenjar minyak yang berfungsi melindungi
membran timpani.1,2
Gambar 2 Aurikula
B. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi atas
tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas membran
timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani
dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani. Terdapat pula Ossicula auditoria
atau tulang pendengaran.1,2,5
a. Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk
bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu
liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flasida
(membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga
sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan
bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin.1,2,5
Gambar 3 Membran timpani
b. Ossicula auditoria atau tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, incus dan stapes.
Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.1,2,5
Gambar 4 Ossicula auditoria
c. Tuba eustakius yaitu tuba yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring.
Normalnya tuba cenderung menutup, dan akan terbuka saat menelan, mengunyah atau
menguap. Tuba eustakius berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani.1,2,5
Gambar 5 Gambaran fungsi tuba eustakius
C. Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.1,2,5
Gambar 6 Telinga dalam
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah
atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.2,4,5
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi
endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana
cairan perilimfe tinggi akan natrium dan rendah kalium, sedangkan endolimfe tinggi akan
kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (Reissner’s Membrane) sedangkan skala media adalah membran
basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting
untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut
dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-
lubang lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong.
Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-
sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung
datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria
disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.1,2
Gambar 7 Anatomi organ korti
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.1,2
D. Fisiologi Pendengaran
Sampai tingkat tertentu pinna adalah pengumpul suara, sementara liang telinga karena
bentuknya dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara dalam rentang 2 samai 4 khz.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpaniditeruskan ke telinga tengahmelalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel-sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.1,,2
BAB III
ETIOLOGI
Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh menjadi ruang
tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi yang normal. Seseorang dalam suatu
penerbangan akan mengalami perubahan ketinggian yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tekanan udara sekitar. Tekanan udara akan menurun pada saat lepas landas ( naik /
ascend ) dan meninggi saat pendaratan ( turun / descend ). Tekanan Lingkungan yang
menurun, menyebabkan udara dalam telinga tengah mengembang dan secara pasif akan
keluar melalui tuba auditiva. Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan
lingkungan teralu besar, maka tuba auditiva akan menciut. Untuk memenuhi regulasi tekanan
yang adekuat, terjadi perbedaan tekanan telinga tengah dengan tekanan atmosfir yang besar
selama lepas landas dan mendarat, menyebabkan ekstensi maksimal membran tympani.
Keadaan ini dapat mengakibatkan pendarahan. Pada ekstensi submaksimal, akan timbul
perasaan penuh dalam telinga dan pada ekstensi maksimal berubah menjadi nyeri.1,5
Berdasarkan letak anatomisnya, barotrauma telinga dapat dibagi menjadi:5
1. Barotrauma telinga luar
2. Barotrauma telinga tengah
3. Barotrauma telinga dalam
Sedangkan berdasarkan derajatnya;3
1. Derajat 0: terdapat keluhan tanpa tanda-tanda kelainan
2. Derajat 1: hiperemi membran timpani
3. Derajat 2: hiperemi dan perdarahan ringan pada membran timpani
4. Derajat 3: perdarahan berat membran timpani
5. Derajat 4: perdarahan telingadalam
6. Derajat 5: perdarahan terdapat pada liang telinga luar disertai ruptur membran timpani.
Barotrauma yang paling umum terjadi menurut laporan adalah barotrauma telinga tengah.
Data menunjukkan 83,3% angka kejadian barotrauma telinga adalah barotrauma telinga
tengah, dengan derajat barotrauma telinga terbanyak derajat 1 sebesar 66,67%. Barotrauma
telinga akibat penyelaman pada umumnya lebih banyak terjadi pada penyelam pemula sebagai
akibat pemakaian teknik ekualisasi tekanan telinga tengah yang tidak benar. Informasi yang
benar tentang teknik ekualisasi tekanan telinga tengah harus diketahui oleh semua penyelam
khususnya pada penyelam pemula.3,6
BAB IV
PATOFISIOLOGI
Penyakit yang disebabkan oleh perubahan tekanan secara umum ditemukan oleh hukum
fisika Boyle dan Henry. Hukum boyle menyatakan “suatu penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas
dalam ruang tertutup” atau P1 x V1 = P2 x V2, dimana P adalah tekanan dan V adalah volume.
Barotrauma saat penyelaman adalah hasil dari tingkat interaksi antara tingkat tekanan
fisiologis internal dan tingkat tekanan dalam air sekitar penyelam. Air bersifat non-
kompresibel dan tekanan meningkat secara linear pada tingkat 1 atm (14.7 1b1in2,160 mmHg,
10 m dari air laut, dan 101.3 kPa) setiap 33 kaki (+ meter). Sebaliknya, udara bersifat
kompresibel, karena itu lebih padat di dekat permukaan bumi. Kebanyakan udara
terkonsentrasi di ketinggian 6 mil atau sekitar 9654 meter di atas permukaan bumi. Ini yang
menjelaskan mengapa angka kejadian barotrauma lebih banyak terjadi setelah menyelam
daripada penerbangan.6
Normalnya, tekanan udara di luar dan di dalam telinga sama. Tuba eustakius, berfungsi
sebagai penyeimbang kedua sisi tersebut dengan mengeluarkan atau memasukkan udara ke
telinga tengah. Barotrauma dapat terjadi ketika ruang-ruang bersis gas dalam tubuh (telinga
tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi
normal. Bila gas tersebut terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat
rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma sering terjadi pada telinga tengah, hal
ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustakius. Tuba eustakius secara normal selalu
tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan
manuver Valsava.1
Perubahan tekanan udara yang cepat atau signifikan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, rasa sakit pada telinga, atau menyebabkan barotrauma. Kegagalan dalam
memfasilitasi perubahan tekanan udara dapat mendistorsi dan meregangkan membrane
timpani, menyebabkan perdarahan membrane, cairan eksudat di telinga tengah dan
kemungkinan membrane timpani pecah. Tekanan yang besar dapat pula merusak osikula
auditori.4
Hukum henry menyatakan bahwa daya larut udara pada cairan secara langsung
sebanding dengan tekanan pada udara dan cairan. Sehingga, ketika tutup botol soda dibuka,
terbentuk gelembung pada saat udara dilepaskan dari cairan. Sebagai tambahan, ketika
nitrogen pada tank udara penyelam larut pada jaringan lemak atau cairan sinovial penyelam
saat menyelam, nitrogen akan dilepaskan dari jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju
lingkungan dengan tekanan yang lebih rendah. Hal ini akan terjadi secara perlahan dan
bertahap jika penyelam naik secara perlahan dan bertahap, dan nitrogen akan memasuki
pembuluh darah dan menuju ke paru-paru dan dikeluarkan saat bernafas. Akan tetapi, jika
penyelam naik secara cepat, nitrogen akan keluar dari jaringan secara cepat dan membentuk
gelembung udara. Gelembung yang terbentuk akan mempengaruhi jaringan dalam banyak
cara. Gelembung dapat membentuk obstruksi pada pembuluh darah yang dapat mengarah ke
cedera iskemik. Hal ini dapat berakibat fatal bila terjadi pada area tertentu pada otak.
Kehilangan pendengaran (tuli mendadak) dapat terjadi bila gelembung udara membentuk
oklusi pada pembuluh darah arteri labirin yang kemudian meyebabkan iskemik pada
koklea.Gelembung juga dapat membentuk suatu permukaan dimana protein dari pembuluh
darah dapat melekat, terurai, dan membentuk gumpalan atau sel-sel radang. Sel-sel radang ini
dapat menyebabkan kerusakan endotel dan kerusakan jaringan yang permanen.6
BAB V
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Barotrauma telinga ditetapkan berdasarkan adanya keluhan telinga dan kelainan pada
pemeriksaan telinga. Umumnya ada riwayat perjalanan udara atau riwayat menyelam.
Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, rasa penuh, autofoni,
perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo.1,2,3
B. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis dapat ditemukan retraksi, eritema, dan injeksi atau perdarahan pada
membran timpani. Gejala yang lebih berat berupa otitis, hemotimpanum, dan perforasi
membran timpani. Selama inspeksi pada telinga, dapat ditemukan penonjolan ringan ke arah
luar atau ke dalam dari gendang telinga. Jika kondisi memberat, mungkin didapatkan darah
atau memar di belakang gendang telinga. Palpasi untuk mencari nyeri tekan pada tuba
eustakius. Kelainan membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan otoskopi. Membran
timpani tampak mengalami injeksi dengan pembentukan bleb hemoragic atau adanya darah di
belakang gendang telinga. Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Bila
gejala menetap setelah perjalanan udara tersebut, biasanya tes garputala audiometrik akan
menunjukkan tuli konduktif ringan di telinga yang terkena. Periksa keseimbangan dan
pendengaran pasien.1,2,3
Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah
gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menyebabkan
kerusakan telinga dalam sebagai komplikasi dari barotrauma telinga tengah. Semua pasien
yang mengeluh berkurangnya atau kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus
menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikas bahwa gangguan
pendengaran bersifat konduktif dan bukannya sensorineural. Kerusakan telinga dalam adalah
masalah serius dan mungkin memerlukan penangan pembedahan segera untuk meminimalisir
kemunginan kehilangan pendengaran menetap.1
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis barotrauma telinga bias terjadi pada 3 lokasi telinga, yakni telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam.5
1. Barotrauma Telinga Luar
Barotrauma pada telinga luar dapat terjadi bila telinga bagian luar mengalami obstruksi,
sehingga volume gas tertutup yang ada akan dikompresi atau dikurangi selama proses
turun ke dalam air. Hal ini dapat terjadi pada pemakaian tudung yang ketat, wax pada
liang telinga, pertumbuhan tulang atau eksostosis atau menggunakan penutup telinga.
Biasanya obstruksi pada saluran telinga bagian luar ini akan menyebabkan penonjolan
membran timpani disertai perdarahan, swelling dan hematom pada kulit yang melapisi
saluran telinga bagian luar. Kondisi seperti ini dapat ditemukan pada saat menyelam
dengan kedalaman sedikitnya 2 meter.5
2. Barotrauma Telinga Tengah
Barotrauma pada telinga tengah merupakan barotrauma yang paling umum. Membran
Timpani merupakan pembatas antara saluran telinga luar dan ruang telinga tengah. Pada
saat penyelam turun, tekanan air meningkat diluar gendang telinga, untuk
menyeimbangkan tekanan ini, maka tekanan udara harus mencapai bagian dalam dari
gendang telinga, melalui tuba eustakius. Ketika tabung eustakius ditutupi oleh mukosa,
maka telinga tengah memenuhi empat syarat terjadinya barotrauma (adanya gas dalam
rongga, dinding yang kaku, ruang tertutup, penetrasi pembuluh darah).5
3. Barotrauma Telinga dalam
Tinnitus yang menetap, vertigo, tuli sensorineural, mual dan muntah adalah gejala-gejala
kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menyebabkan kerusakan
telinga dalam sebagai komplikasi dari barotrauma telinga tengah. Semua pasien yang
mengeluh berkurangnya atau kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus
menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikas bahwa gangguan
pendengaran bersifat konduktif dan bukannya sensorineural. Kerusakan telinga dalam
berupa tinnitus, vertigo yang menetap dan tuli sensorineural adalah masalah serius dan
mungkin memerlukan penanganan pembedahan segera untuk meminimalisir kemunginan
kehilangan pendengaran menetap.1.5
D. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk barotrauma adalah adanya infeksi pada telinga. Penyakit
infeksi dapat berupa otitis eksterna atau otitis media. Perbedaannya adalah pada barotrauma
ada riwayat perjalanan dengan pesawat terbang atau menyelam. Selain itu, pada pemeriksaan
laboratorium, didapatkan tanda infeksi pada pasien otitis eksterna atau media.4
BAB VI
PENATALAKSANAAN
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang
perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi tekanan
dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau menghirup udara, kemudian
menghembuskan secara perlahan-lahan sambil menutup lubang hidung dengan tangan dan
menutup mulut.2
Bila tidak ada tanda kegawatan, pengobatan biasanya cukup dengan cara konservatif
saja, yaitu dengan memberikan dekongestan, menghindari menyelam atau terbang sampai
pasien dapat menyeimbangkan kembali fungsi telinga tengah, atau dengan melakukan perasat
Valsalva selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan yang bercampur
darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan
miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet). Antibiotik tidak
diindikasikan kecuali bila terjadi pula perforasi di dalam air yang kotor. Pasien dilarang untuk
menyelam sampai telinga tengah sembuh dan pasien dapat dengan mudah menyesuaikan
tekanan pada telinga tengah. Jika terjadi perforasi, pasien harus menunggu hingga perforasi
sembuh dan membran timpani utuh kembali.5
Dokter umum dapat mendiagnosa dan mengobati gangguan ini dengan dekongestan
semisal phenylephrine dan manuver valsalva. Kasus berulang memerlukan konsultasi dari ahli
THT, dengan opsi bedah miringotomi, meskipun kebanyakan kasus membaik secara spontan.5
a. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa infeksi telinga akut, hilangnya pendengaran,
ruptur atau perforasi dari membran timpani dan vertigo.1
b. Prognosis
Barotrauma biasanya sembuh sendiri. Hilangnya pendengaran sebagian besar bersifat
temporer. Kasus-kasus berat memerlukan waktu hingga 4-6 minggu untuk menyembuh,
tapi umumnya dapat sembuh dalam dua atau tiga hari. Pada kasus barotrauma telinga
dalam, umumnya sembuh dalam waktu 7-10 hari jika konsisten tirah baring.5,6
c. Preventif
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen
karet atau melakukan perasat valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun
untuk mendarat. Untuk para penyelam juga dihimbau untuk mempelajari tehnik menyelam
secara benar sebelum melakukan penyelaman untuk mengurangi resiko barotrauma.6