BAB IPENDAHULUAN
Gangguan psikiatri yang paling banyak ditemukan salah satunya
adalah depresi. Ditiap waktu tertentu, kira-kira 5-6% populasi
dalam keadaan depresi (prevalensi sewaktu) dan diperkirakan 10%
pernah depresi selama kehidupannya (prevalensi sepanjang umur).
Simptom depresi tidak menyolok dan sering tidak diketahui baik oleh
pasien ataupun dokter. Pasien dengan keluhan yang tidak jelas, yang
melawan penjelasan sebagai manifestasi penyakit somatik dan yang
mereka sebut neurotik harus dicurigai sebagai depresi.1,2Depresi
ditemukan pada 14 juta orang dewasa di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Prevalensi depresi di Amerika Serikat diperkirakan
sebesar 16% pada orang dewasa (21% wanita, 13% pria), atau lebih
dari 32 juta orang. Gejala utama depresi yaitu afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
Sedangkan gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, dan pandangan masa depan
yang suram dan pesimmistis, gagasan atau perbuatan membahayakan
diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan
berkurang.1,2,3Dasar hipotesis teori amina biogenik, yang
menyatakan bahwa depresi disebabkan defisiensi monoamin seperti
norepinefrin dan serotinin pada tempat-tempat penting dalam otak.
Sehingga semua antidepresan mempunyai kerja primer pada
penyimpanan, metabolisme, atau asupan kembali serotinin atau
norepinefrin.2Meskipun obat antidepresan sudah cukup banyak
tersedia saat ini, prevalensi depresi dan angka bunuh diri akibat
depresi tetap saja tinggi. Sekitar 15% penderita depresi mayor
meninggal karena bunuh diri, 20%-40% pernah melakukan percobaan
bunuh diri. Angka bunuh diri lebih tingggi pada orang tua dan anak
muda. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, angka bunuh diri
lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita.8Antidepresan terbagi
menjadi beberapa golongan, yaitu trisiklik antidepresan (TCA),
seletive serotinin reuptake inhibitors (SSRI), dan monoamine
oksidase inhibitors (MAOI). Perbedaan jenis antidepresan membedakan
efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena itu pemilihan
antidepresan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain,
tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang
menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan
kemampuan pasien.2,4,5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 AntidepresanAntidepresan terutama
digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik dan
pada kasus tertentu, enuresis nokturnal (antidepresan trisiklik)
dan bulimia nervosa (fluoxatine).6
Tabel 2.1 Penggolongan obat antidepresan1Antidepresan
Golongan
Selectif Serotinin Reuptake Inhibitors Citolopram Escitalopram
Fluoxatine Fluvaxomine Paroxetine Sertraline
Serotinin/Norepinefrin Reuptake Inhibitors Duloxentine
Venlafaxine
Atypical Antidepresan Bupropion Mirtozopine Nefazadone
Trazadone
Trisiklik Antidepresan Amitriptylin Amaxopine Desipramine
Doxepin Imipramin Maprotiline Nortriptylin Protriptylin
Trimipramin
Monoamin Oksidase Inhibitors Phenelzine Selegiline
Tranylcypromine
Pengaruh antidepresan pada neurotransmiter biogenik amin
memiliki mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepresan.
Terapi jangka panjang dengan obat-obat tersebut telah membuktikan
pengurangan reuptake norepinerin atau serotinin atau keduanya,
penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan berkurangnya
pembentukan cAMP.1
2.1.1 Selektive Serotonine Reuptake InhibitorSSRI terdiri dari 5
anggota utama, yaitu flouxetin, sertralin, paroxetin, fluvoxamin,
dan citalopram. Walaupun masing-masing dari kelima jenis SSRi ini
memiliki struktur kimia yang berbeda, namun semuanya mempunyai
gambaran farmakologi yang sama yaitu merupakan inhibisi selektif
dan poten pada reuptake serotonin yang lebih kuat daripada kerjanya
pada reuptake norepinefrin atau pada alpha 1, histamin 1 atau
reseptor kolinergik muskarinik dan hampir tidak ada kemampuan untuk
memblok sodium chanel walaupun pada dosis berlebih.1
Gambar 2.9 Mekanisme kerja antidepresan SSRI6SSRI lebih kuat dan
selektif menghambat reuptake serotonin daripada antidepresan
trisiklik. SSRI tidak terlalu berbahaya pada dosis berlebih.6
Gambar 2.10 Efek samping antidepresan trisiklik6
Kerja SSRI pada presinaptik axon terminal, mekanisme kerja
tersebut terjadi pada somatodendritik ujung saraf serotonin (dekat
cell body).6
Gambar 2.11 Mekanisme kerja SSRI6Hipotesis monoamin pada keadaan
depresi menyatakan bahwa pada keadaan depresi serotonin berkurang,
pada area presinaptik somatodendritik dekat cell body dan pada
sinaps itu sendiri di dekat axon terminal. Dan juga, hipotesis
reseptor neurotransmiter menyatakan bahwa reseptor pre dan
postsinaptik mungkin diregulasi.6 Ketika SSRI diberikan, serotonin
meningkat untuk manghambat pompa transpornya. Pada kenyataannya,
ketika pengobatan SSRI diberikan, 5HT meningkat pada level yang
sangat tinggi pada area cell body pada midbrain dari pada di area
otak dimana akson berakhir. Area somatodendritik dari saraf
serotonin adalah dimana serotonin (5 HT) pertama kali meningkat.
Kerja cepat dapat menjelaskan efek samping yang disebabkan oleh
pemberian SSRI.6 Pada waktu bersamaan, peningkatan 5HT pada
autoreseptor somatodendritik 5HT 1A menyebabkan mereka mengalami
down regulation dan menjadi lebih peka. Ketika peningkatan pada
serotonin dikenal oleh reseptor presinaptik 5HT1A, informasi ini
akan dikirim ke nukleus sel neuron serotonin. Reaksi genom untuk
informasi ini adalah untuk memberikan instruksi yang menyebabkan
reseptor yang sama menjadi terdesensitisasi. Waktu desennsitisasi
ini bberhubungan dengan kerja terapeutik SSRI.6 Pada waktu
autoreseptor presinaptik somatodendritik 5HT1A terdesensitisasi,
maka serotonin dibentuk di sinaps, menyebabkan reseptor
postsinaptik serotonin juga terdesensitisasi, hal ini terjadi
karena peningkatan pada sinaptik serotonin yang dikenal oleh
serotonin postsinaptik 2A, 2C, 3 dan reseptor lainnya.
Reseptor-reseptor tersebut mengirim informasi ini ke nukleus sell
saraf postsinaptik dimana targetnya adalah serotonin. Reaksi genom
pada saraf posstsinaptik juga memerintahkan untuk downregulasi atau
merangsang reseptor-reseptor tersebut. Waktu perangsangan ini
berhubungan dengan onsset toleransi dengan efek samping dari
SSRI.6
Gambar 2.12 Mekanisme kerja SSRI6Baik efek terapeutik maupun
efek samping SSRI disebabkan oleh peningkatan serotonin pada
sinaps, dimana reuptake terblok dan pelepasan serotonin terhambat.
Kerja antidepresan sebagai bukti penting pada proyeksi neuron
serotonin dari raphe midbrain ke korteks frontal sebagai substrat
efek terapeutik ini. Efek terapeutik pada bulimia, dan gangguan
makan lainnya meungkin diperantarai oleh jalur serotonin dari raphe
ke pusat makan dan nafsu makan di hipotalamus.6
Gambar 2.13 Seorconergik projection di hipotalamus6Terdapat 4
subtipe reseptor serotonin yang bertanggung jawab sebagai perantara
terhadap efek samping dari SSRI yaitu, reseptor 5HT2A, 5 HT2C,
5HT3, 5HT4. Efek samping tidak hanya melibatkan subtipe reseptor
serotonin spesifik tetapi juga kerja serotonin pada reseptor pada
area spesifik yaitu otak, spinal cord, dan usus. Topografi subtipe
reseptor serotonin pada jalur serotonin yang berbeda menjelaskan
bagaimana efek samping terjadi. Stimulasi akut reseptor serotonin
2A dan 2C pada proyeksi dari raphe ke korteks limbik bisa
menyebabkan agitasi mental akut, anxietas atau serangan panik.6
Stimulasi akut reseptor 2A di ganglia basal bisa menyebabkan
perubahan pada pergerakan motorik. Stimulasi serotonin 2A pada
spinal cord dapat menghambat refleks spinal terhadap orgasme dan
ejakulasi dan menyebabkan disfungsi seksual. Sstimulasi serotonin
2A pada mesokortikal dapat menurunkan aktivitas dopamin disana dan
menyebabkan apatis atau penurunan libido.6 Stimulasi reseptor
serotonin 3 pada hipotalamus atau batang otak dapat menyebabkan
mual atau muntah. Stimulasi reseptor serotonin 3 dan 4 pada GI
tract menyebabkan peningkatan motillitas usus, kejang
gastrointestinal dan diare.6
Gambar 2.14 Serotonergik neurons
Gambar 2.15 Reseptor 5HT3 dan 5HT4 periper
Efek Samping :a. Efek seretogenik: berupa mual, muntah, malaise,
nyeri kepala, gangguan tidur, agitasi atau kegelisahan yang
sementara, disfungsi seksua dengan ejakulasi dan orgasme
terlambat.b. Sindroma serotonin: berupa kegelisahan, demam,
menggigil, konvulsi, kekauan hebat, tremor, diare dan gangguan
koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat
generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan,
lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu. Gejala ini
dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol).c.
Efek antikolinergik, antiadrenergik dan efek jantung sangat kurang
atau sama sekali tidak ada. Ref: (DEPKES)
Obat-obat yang termasuk SSRI
1. Fluoksetin Merupakan SSRI pertama yang digunakan dalam
klinik. Paroksetin dan sertralin berbeda terutama mempunyai waktu
paruh yang lebih pendek. Obat-obat ini tidak memperlihatkan lebih
efektif dari obat-obat sebelumnya, tetapi kurang toksik dari
trisiklik dan antidepresan lain. Pasien lebih senang menggunakannya
meskipun mengalami efek nonklinik seperti sakit kepala, mual dan
gelisah.1
Interaksi farmakodinamik penting dapat terjadi jika fluoksetin
atau obat SSRI yang baru digunakan bersama MOAI. Kombinasi ini akan
meningkatkan depot monoamin dan menghambat reuptake sesudah
pelepasan diperkirakan akan mengakibatkan jumlah serotinin di
sinaps, menyebabkan sindrom serotinin, yaitu hipertermi, kaku otot,
mioklonus, dan perubahan cepat status mental dan tanda utama.1Dosis
lazim 20 mg sehari diberikan pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam
dosis tunggal atau terbagi. Kontra indikasi hipersensitif terhadaf
fluoxetin, gagal ginjal yang berat, penggunaan bersama
MAO.interaksi obat dengan MAO, Lithium, obat yang merangsang
aktivitas SSP, antidepresan, triptofan, karbamazepin, obat yang
terkait dengan protein plasma. Perhatian untuk penderita epilepsi
yang terkendali, penderita kerusakan hati dan ginjal, gagal
jantung.
2. SertalinDosis lazim 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum
200mg/hari. Kontra indikasi dengan hipersensitif terhadap
sertralin. Interaksi obat dengan MAO, Alkohol, Lithium dan obat
seretogenik. Perhatian pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi,
hamil, menyusui, mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan
mesin.3. CitalopramDosis lazim 20 mg/hari, maksimum 60 mg/hari.
Kontra indikasi hipersensitif terhadap obat ini. Interaksi obat
dengan MAO, sumatripan dan simetidin. Perhatian pada kehamilan,
menyusui, gangguan maia, dan kecenderungan bunuh diri.4.
FluvoxamineDosis lazim 50 mg/hari dapat diberikan 1x/hari sebaiknya
malam hari dengan dosis maksimum 300 mg. Inetraksi obat dengan
Warfarin, fenitoin, teofili, propanolol, litium. Perhatian pada
pasien insufisensi hati, tidak untuk digunakan dalam 2 minggu
pengehentian terapi MAO, dan tidak direkomendasikan untuk anak
epilepsi, hamil dan laktasi.5. MirtazapinDosis lazim 15-45 mg/hari
menjelang tidur. Kontraindikasi hipersensitif terhadap mitrazapin.
Interaksi obat dapat memperkuat aksi penggunaan SSP dari alkohol,
memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO. Perhatian pada
epilepsi sindroma otak organic, insufisiensi hati, ginjal, jantung,
tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau gangguan psikotik
lain, penghentian terapi secara mendadak, lansia, hamil, laktasi,
menganggu kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.
2.1.2 Serotonin Norepinefrin Reuptake Inhibitor (SNRI) SNRI
adalah suatu obat antidepresan yang merupakan kombinasi dari SSRI
dan NRIs.6 Salah satu contoh obat golongan SNRI adalah venlafaxine
yang menyebabkan penghambatan sentral selektif terhadap ambilan
kembali noradrenalin dan serotonin. Venlafaxine dapat diberikan 75
mg/hari bila perlu ditingkatkan menjadi 150-250 mg 1x/hari,
memiliki efek samping yang sama dengan SNRI, yang tersering adalah
mual, sakit kepala, insomnia, somnolen, mulut kering, pusing,
konstipasi, asthenia, berkeringat dan gugup. Kebanyakan efek
samping ini terkait dosis dan sebagian besar menurun intensitas dan
frekuensinya seiring waktu. Pada dosis yang lebih tinggi dapat
terjadi hipertensi.1Overdosis mengakibatkan perubahan EKG (seperti
pemanjangan interval QT, pemanjangan QRS) takikardi sinus,
takikardi ventrikel, bradikardia dan kejang.2.1.3. Selective
Noradrenergik Reuptake Inhibitor (NRI)Walaupun beberapa
antidepresan trisiklik lebih poten memblok Norepinefrin (NE), tetap
saja trisiklik tidak begitu selektif karena masih memblok alpha 1,
histamin 1 dan resptor kolinergik muskarinik seperti trisiklik
lainnya. Penghambat reuptake noradrenergik selektif sebenarnya
adalah reboxetine. Reboxetin adalah komplemen farmakologi yang
logis daripada SSRIs, karena reboxetin memberikan hambatan reuptake
noradrenergik selektif yang lebih kuat daripada penghambat reuptake
serotonin.6
Gambar 2.16 Mekanisme kerja NRI6Walaupun norepinefrin dan
serotonin mempunyai fungsi yang hampir sama pada regulasi mood,
hipotesis sindrom defisiensi noradrenalin tidak sama dengan
hipotesis sindrom defisiensi serotonin. Lagipula tidak semua pasien
depresi respon terhadap SSRI dan tidak semua repson terhadap NRI
selektif, walaupun banyak yang berespon terhadap agen atau
kombinasi agen yang memblok keduanya, baik reuptake serotonin
maupun norepinefrin.6 Walaupun belum diketahui siapa yang mungkin
respon terhadap agen serotonergik dan siapa yang respon terhadap
agenn noradrenergik, tetapi diduga bahwa pasien dengan sindrom
defisiensi serotonin (depresi dengan anxietas, panik, fobia,
gangguan stres postraumatik, obsesif kompulsif dan gangguan makan)
mungkin akan berespon terhadap antidepresan serotonergik. Disisi
lain pasien dengan sindrom defisiensi noradrenergik (depresi dengan
fatique, apatis, gangguan kognitif, gangguan konsentrasi, gangguan
atensi, penurunan daya ingat) mungkin lebih respon terhadap agen
noradrenergik.6
Perbaikan noradrenergik harus meningkatkan semua fungsi sosial
dan kapasitas kerja pada retardasi psikomotor, fatique, dan apatis.
Perbaikan noradrenalin diharapkan dapat meningkatkan fungsi
kognitif pada gangguan lainnya daripada depresi yang
dikarakteristikan dengan defisit pada atensi dan memori seperti
penyakit alzeimer, gangguan defisit atensi dan gangguan kognitif
pada skizofrenia.6Reboxetine mungkin bermanfaat untuk depresi
berat, depresi yang tidak respon terhadap antidepresan lain dan
sebagai tambahan untuk antidepresan serotonergik ketika kedua
mekanisme neurotransmiter dibutuhkan untuk mengobati kasus-kasus
yang sulit.6 Peningkatan norepinefrin pada sinaps yang diinginkan
dan pada reseptor noradrenergik yang diinginkan harus mencapai
target terapeutik dari NRIs. Efek samping terjadi karena
peningkatan norepinefrin pada tempat yang tidak diinginkan, karena
NRIs meningkatkan norepinefrin hampir pada setiap jalur
noradrenergik dan hampir pada setiap reseptor noradrenergik.6
Gambar 2.17 Badan sel neurons noradrenergik6Pada kerja
antidepresan, bukti menunjukan proyeksi neuron noradrenergik dari
lokus coerulus ke korteks frontal sebagai substrat dari efek
terapeutik ini. Subtipe reseptor noradrenergik yang memperantarai
kerja antidepresan norepinefrin yaitu reseptor postsinaptik beta 1.
Pengetahuan tentang kerja terapeutik belum pasti tetapi secara
teoritis diperantarai oleh jalur norepinefrin dari lokus coerulus
ke area lain pada korteks frontal.6
Gambar 2.18 Noradrenergik projections6Reseptor postsinaptik
memeperantarai aktivitas kognitif norepinefrin pada hewan percobaan
khususnya subtipe reseptor noradrenergik alpha 2. Efek terapeutik
dalam memperbaiki apatis, fatique, retardasi psikomotor secara
teoritis dimediasi oleh jalur nordrenergic dari lokus coerulus ke
korteks limbik.6
Gambar 2.19 Noradrenergik projection6
2.1.4 Monoamin Oxidase InhibitorObat ini disebut sebagai
golongan hidrazit, dengan adanya ikatan C-N-N, seperti fenelzin dan
isokarboksazid; atau nonhidrazid yang tidak mempunyai rangakaian
seperti tranilsipromin. Tranilsipromin mirip dekstroamfetamin,
suatu inhibitor lemah MAO. Obat ini memperlihatkan sifat
simpatomimetik dari amfetamin. Hidrazid diikat enzim secara
irreversibel sedang tranilsipromin mempunyai kerja lama walaupun
tidak diikat irreversibel. Penghambat MAO ini nonselektif baik
untuk MAO-A ataupun MAO-B. Moklobemid, suatu penghambat MAO-B baru
yang selektif, bekerja pendek.1Selain diketahui sebagai
antidepresan poten MAO inhibitor ini juga merupakan agen terapi
untuk beberapa kasus gangguan cemas, seperti panik dan fobia. Semua
penghambat MAO sebenarnya adalah penghambat enzim yang ireversibel,
yang mengikat MAO secara ireversibel dan menghancurkan fungsinya
secara bersama-sama. Aktivitas enzim kembali hanya setelah enzim
baru disintesis. Terkadang inhibor tersebut disebut suicide
inhibitor, karena sekali ennzim mengikat inhibitor maka enzim
tersebut akan membunuh dirinya sendiri, sehingga tidak akan
berfungsi lagi samapi enzim baru dibentuk oleh DNA saraf di dalam
nukleus sel.6
Gambar 2.1 Mekanisme kerja antidepresan6MAO terdiri dari 2
subtipe, yaitu subtipe A dan B, keduanya dihambat oleh MAO inhbitor
utama yang non selektif. Subtipe A memetabolisme neurotransmiter
monoamin yang dihubungkan dengan depresi ( serotonin dan
norepinefrin).6 Dengan demikian metabolisme amin juga dihubungkan
dengan kontrol tekanan darah (norepinefrin). Subtipe B diperkirakan
mengubah beberapa substrat amin yang disebut protoxin menjadi toxin
yang dapat merusak neuron. Penghambat MAO A dihubungkan dengan
kerja antidepresan dan hipertensi sebagai efek samping dari MAO
inhibitor. Penghambat MAO B dihubungkan dengan pencegahan proses
neurodegenerasi seperti pada penyakit parkinson.6 Kemajuan lain
yaitu produksi MAO inhibitor selektif yang reversibel. Ketika MAO A
dihambat, tekanan darah secara cepat dan dramatis akan meningkat
dan dapat menyebabkan perdarahan intraserebral dan kematian setelah
mengkonsumsi beberapa makanan yang mengandung thiamin. Resiko ini
bisa dikontrol dengan tidak mengkonsumsi makanan yang berbahaya dan
mengurangi penggunaan obat-obat tertentu.6
Gambar 2.2 Mekanisme kerja MAOI6MAO B inhibitor dihambat tidak
sesignifikan jumlah MAO A, dan resiko hipertensi dari diet amine
sangat kecil. MAO inhibitor juga digunakan untuk mencegah
progresifitas penyakit parkinson. Dengan kata lain, MAO B inhibitor
merupakan antidepresan yang tidak efektif pada dosis yang selektif
untuk MAO B.6 Kelompok terbaru dari MAO inhibitor untuk terapi
depresi adalah reversible inhibitor of MAO A (RIMAs). RIMAs
mempunyai kemampuan untuk membuat hambatan MAO A untuk pengobatan
depresi yang lebih aman. Kelompok ini merupakan Suicide inhibitor
yang dihubungkan dengan hipertensi yang disebabkan ketika pasien
mengkonsumsi makanan yang kaya tyramine (keju). Disebut dengan
reaksi keju yang terjadi ketika tyramine di dalam makanan
melepaskan norepinefrin dan amine simpathomimetik lainnya. Ketika
MAO diihibisi secara ireversibel, jumlah amin akan meningkat sampai
ketingkat yang berbahaya karena amin tidak dihancurkan oleh MAO.
Tekanan darah meningkat, yang menyebabkan pembuluh darah di otak
menjadi ruptur.6
Gambar 2.3 Mekanisme kerja MAOI6MAO inhibitor mudah diabsorbsi
dari saluran cerna; penghambat hidrazid (fenelzin dan
isokarboksazi0 diikat asetil dalam hati dan terdapat perbedaan
eliminasi yang bergantung pada fenotip asetilasi perorangan. Namun,
pengaruh MAO masih tetap ada walaupun inhibitor MAO sebelumnya
sudah tidak ditemukan lagi dalam plasma. Karena itu parameter
farmakokinetik konvensional waktu paruh dan lain-lain) tidak
membantu dalam menetapkan dosis. Sebaliknya, dengan mengukur
penghambatan aktivitas MAO digunakan untuk memperkirakan efek.
Dalam praktek biasanya diperkirakan efek akan berlangsung dari 7
hari (tranilsipromin samapi 2 atau 3 minggu (fenelzin,
isokarboksazid) setelah obat dihentikan. Maklobemid diabsorbsi dan
diekresikan dengan cepat, dengan lebih dari 90% obat dikeluarkan
urin sebagai metabolit selama 12 jam.12.1.5 Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik merupakan antidepresan generasi pertama
untuk mengatasi pasien depresi. Belakangan ini kedudukan
antidepresan trisiklik telah digeser oleh antidepresan baru karena
lebih ditolerir dengan lebih baik dan level puncak dalam plasma
dicapai setelah 2-6 jam, namun reaksi klinik optimum setelah 2-4
minggu pemberian.1Trisiklik diketahui untuk memblok reuptake pump
serotonin dan norepinefrin serta dopamin pada tingkat yang lebih
rendah. Beberapa trisiklik mempunyai potensi yang lebih untuk
menghambat pompa reuptake serotonin dan yang lainnya lebih selektif
untuk norepinefrin daripada serotonin.6 Pada dasarnya semua
antidepresan trisiklik mempunyai sedikitnya 3 mekanisme kerja yaitu
blokade reseptor kolinergik muskarinik, blokade reseptor histamin
H1, dan blokade reseptor alpha 1 adrenergik.6
Gambar 2.4 Mekanisme kerja TCA6
Gambar 2.5 Mekanisme kerja SRI6Beberapa antidepresan trisiklik
juga mempunyai kemampuan untuk memblok reseptor serotonin 2A yang
berkontribusi terhadap kerja terapeutik dari agen tersebut.
Antidepresan trisiklik juga memblok sodium chanel pada jantung dan
otak yang dapat menyebabkan aritmia jantung dan cardiac arrest pada
dosis berlebih, dan juga dapat menyebabkan kejang.6 Efek samping
antidepresan trisklik yaitu, blokade terhadap reseptor adrenergik
alpha 1 menyebabkan hipotensi ortostatik dan dizziness. Kerja
antikolinergik pada resptor kolinergik muskarinik dapat menyebabkan
mulut kering, pandangan kabur, retensi urin dan konstipasi dan
gangguan memori. Kerja pada blokade reseptor histamin H1
menyebabkan sedasi dan peningkatan berat badan.6
Gambar 2.6 Efek samping antidepresan trisiklik6
Gambar 2.7 Efek samping antidepresan trisiklik6
Gambar 2.8 Efek samping antidepresan trisiklik6Istilah
antidepresan trisiklik tidak dipakai lagi pada farmakologi saat
ini. Pertama antidepresan yang memblok reuptake amin bigenic tidak
semuanya trisiklik, agen baru bisa memiliki 1, 2, 3 atau 4 cincin
pada strukturnya. Kedua, antidepresan trisiklik tidak hanya sebagai
antidepresan karena beberapa trisiklik mempunyai efek sebagai anti
gangguan obsesif kompulsif dan yang lainnya mempunyai efek anti
panik.6 Umumnya trisiklik tidak diabsorbsi sempurna dan mengalami
metabolisme first-pass yang besar, karena banyak terikat pada
protein dan kelarutan lipid yang relatif tinggi, distribusi volume
menjadi sangat besar, trisiklik dimetabolisme melalui dua cara
yaitu transformasi inti trisiklik dan perubahan pada rantai samping
alifatik. Yang pertama berupa hidroksilasi dan konyugasi membentuk
glukuronoid; yang berikutnya sebagian besar demetilasi nitrogen.
Monodemetilasi amin tersier menghasilkan metabolit aktif seperti
desipramin dan nortriptilin. Beberapa metabolit monodemetilasi
yanng terbentuk tidak sama antar pasien. Umumnya proporsi
amitriptilin dengan metabolit nortripilin lebih kearah obat asli,
dan sebaliknya dengan imipramin dan metabolitnya desipramin.2.2.
Farmakodinamik2.2.1 Pengaruh Antidepresan pada Neurotransmiter
Biogenik AminHipotesis amin didasarkan pada studi mekanisme kerja
berbagai jenis antidpresan. Trisiklik menghambat pompa reuptake
amin (norepinefrin atau serotinin), yaitu off switches
neurotransmisi amin. Dengan demikian memberi kemungkinan pada
neutransmiter lebih lama berada pada reseptor. Penghambat MAO
menutup jalan degradasi utama untuk menumpuk pada simpanan
presinaptik dan bertambah pula untuk dilepaskan. Simpatomimetik
serupa amfetamin juga menghambat pompa amin tetapi diperkirakan
bekerja terutama dalam peningkatan lepasnya neurotransmiter
ketokelamin. Tiga jenis antidepresan obat itu mungkin dapat
memperbaiki defisiensi neurotransmisi amin ini meskipun dengan
mekanisme yang berbeda. Antidepresan generasi kedua mempunyai efek
yang sama pada neurotransmiter, sedang yang lain efeknya kurang ata
minimal. Kemampuan trazodon dan inhibitor reupatake serotinin
selektif menghambat asupan serotinin oleh ujung saraf tanpa
menghambat asupan norepinefrin, memperlihatkan perbedaan dengan
kemampuan trisiklik pada umumnya menghambat asupa norepinefrin pada
dosis yang hampir tidak mempengaruhi pada asupan serotinin. Karena
kedua kelompok obat adalah antidepresan, dikatakan terdapat suatu
mekanisme ganda yang mempengaruhi kedua sistem transmiter.
Diperkirakan bahwa norepinefrin adalah jalur akhir umum dan bahwa
penghambatan ambilan serotinin berinteraksi dengan sistem ini untuk
menghasilkan hasil yang serupa.1
2.2.2 Efek reseptor dan PascareseptorBanyak perhatian diberikan
pada efek akhir dari peningkatan neurotransmiter pada sinaps di
reseptor pascasinaps. Dalam percobaan aktivitas pascasinaps,
konsentrasi cAMP selalu berkurang, bukan meningkat. Sebagai
tambahan, jumlah beta adrenoseptor pascasinaptik juga banyak
menurun sesuai dengan waktu terjadinya perbaikan pasien.
Peningkatan neurotransmiter pada awal mungkin menimbulkan
kompensasi penurunan aktivitas reseptor, yaitu down regulation dari
reseptor. Penurunan cAMP yang dirangsang norepinefrin dan dalam
pengikatan beta adrenoreseptor, telah menunjukkan adanya inhibitor
asupan selektif dari norepinefrin dan serotinin, inhibitor monoamin
oksidase, dan bahkan terapi elektrokonvulsi. Temuan ini dijumpai
pada hambatan asupan serotinin selektif, antagonis 2-reseptor, dan
agonis beta. Penurunan aktivitas reseptor serotinin telah
menunjukkan dengan jelas obat-obat yang menghambat asupan
serotinin.1Sulit untuk menunjukkan perubahan dalam reseptor beta
adrenoreseptor atau reseptor serotinin. Masih belum jelas hubungan
antara perubahan yang dihasilkan dengan kerja obat. Untuk
mengetahui bagaimana kerja antidepresan, perhatian sudah dialihkan
dari perubahan dalam neurotransmiter kepada perubahan lanjutan
dalam fungsi reseptor.12.3. Pemilihan ObatAntidepresan dalam
praktek klinis Bagaimana Anda memilih antidepresan? Dengan begitu
banyak pilihan pengobatan, banyak pertanyaan muncul tidak hanya
tentang bagaimana memilih agen lini pertama, tetapi juga apa yang
harus dilakukan ketika pengobatan lini pertama gagal untuk
menyebabkan remisi. Berbagai pilihan pengobatan diorganisir dalam
gambar 12-117 sebagai "farmasi depresi." Pilihan pengobatan lini
pertama untuk depresi unipolar umumnya termasuk SSRI, SNRI, atau
NDRI untuk depresi unipolar dan lamotrigin atau antipsikotik
atipikal untuk depresi bipolar. pengobatan depresi bipolar dibahas
secara lebih rinci dalam Bab 13, mood stabilizer. di sini fokusnya
adalah pada depresi unipolar. Umumnya , karena semakin besar beban
efek samping , perawatan diturunkan ke pilihan lini kedua mencakup
banyak antidepresan yang lebih lama, seperti alpha 2 antagonis
mirtazapin, SARI trozadone, penghambat MAO , dan TCA (Gambar 12-117
) . NRIs selektif seperti reboxetine dan penggunaan tanpa label
atomoxetine dapat dipertimbangkan di sini . Agen yang umumnya
digunakan untuk antidepresan augmentasi lini pertama atau kedua dan
bukan sebagai monoterapi juga ditunjukkan dalam Gambar 12-117 dan
termasuk pilihan yang banyak. Akhirnya, antidepresan dapat ditambah
dengan perawatan tambahan yang bukan obat , termasuk psikoterapi
(seperti terapi perilaku kognitif atau terapi interpersonal ) dan
terapi stimulasi listrik yang saat ini tersedia (ECT Dan VNS) .
Pilihan antidepresan berbasis buktiSalah satu cara untuk
mengatur berbagai pilihan pengobatan untuk depresi adalah mengikuti
algoritma berbasis bukti (Gambar 12-118). Sayangnya hanya ada
sedikit bukti untuk keunggulan suatu pilihan terhadap pilihan yang
lain. Salah satu prinsip umum yang sebagian besar pasien dan
pemberi resep setuju adalah kapan harus beralih versus kapan harus
menambah. Jadi ada preferensi untuk beralih ketika pengobatan
pertama memiliki efek samping tak tertahankan atau ketika tidak ada
jawaban sama sekali tetapi untuk meningkatkan pengobatan pertama
dengan pengobatan kedua ketika ada respon parsial untuk pengobatan
pertama. Selain pedoman ini, ada sedikit bukti bahwa salah satu
pilihan pengobatan yang lebih baik daripada yang lain (Gambar
12-118 ). Semua terapi setelah yang pertama tampaknya telah menurun
untuk mencapai remisi (Gambar 12-8) atau kesempatan untuk tetap
dalam remisi (Gambar 12-10). Jadi algoritma berbasis bukti tidak
mampu memberikan pedoman yang jelas tentang cara memilih
antidepresan dan apa yang harus dilakukan jika antidepresan tidak
bekerja .
Pilihan antidepresan berbasis biayaDengan tidak adanya
bukti-bukti yang jelas tentang superioritas salah satu pilihan di
atas yang lain, beberapa ahli dan lembaga telah menyarankan
pemerintah mendanai perawatan murah dan dengan demikian mengikuti
algoritma berbasis biaya untuk antidepresan (Gambar 12-119).
Pendekatan seperti itu akan memandu praktisi melalui pilihan
serangkaian produk generik yang murah dan menghilangkan penggunaan
produk bermerek. Itu berarti hal yang berbeda di negara yang
berbeda tetapi pada dasarnya akan mengesampingkan penggunaan SNRIs,
beberapa SSRI , NDRIs sekali sehari, antipsikotik atipikal,
modafinil, dan stimulan terbaru dari farmasi depresi (Gambar
12-117) sampai semua pilihan yang lebih murah sudah pernah dicoba
dan gagal (Gambar 12-118). Ini adalah pendekatan yang agak
nihilistik untuk pengobatan depresi dan tidak memungkinkan
menyesuaikan pengobatan terbaik yang tersedia untuk individu .
Pilihan antidepresan berdasarkan gejalaAkhirnya, neurobiologikal
memberi informasi psikofarmakologis dapat memilih untuk
mengadaptasi pendekatan berdasarkan gejala untuk memilih atau
menggabungkan serangkaian antidepresan (Gambar 12-120 12-127).
Strategi ini memungkinkan pembentukkan portofolio beberapa agen
untuk mengobati semua gejala sisa depresi unipolar sampai pasien
mencapai remisi berkelanjutan (Gambar 12-120 12-127). Ini adalah
pendekatan yang dianjurkan oleh buku ini; didasarkan pada gagasan
dalam menyesuaikan pengobatan untuk setiap pasien.Pertama, gejala
yang terbentuk ke dalam diagnosis dan kemudian didekonstruksi ke
daftar gejala khusus yang masing-masing pasien alami. Selanjutnya,
gejala-gejala ini cocok dengan sirkuit otak yang diduga menengahi
gejala ini dan dengan peraturan neuropharmacological yang sudah
dikenal dengan neurotransmitter. Akhirnya , pilihan pengobatan yang
tersedia yang menargetkan mekanisme neuropharmacological dipilih
untuk menghilangkan gejala satu per satu . Bila gejala terus
berlangsung, pengobatan dengan mekanisme yang berbeda ditambahkan
atau diaktifkan. Tidak ada bukti yang membuktikan bahwa ini adalah
pendekatan yang unggul, tetapi menarik tidak hanya untuk intuisi
klinis tetapi juga untuk penalaran neurobiologis.
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer
(efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada
efek sekunder (efek samping).5,7
Tabel 2.2 Efek Saping Obat Antidepresan8Nama
ObatAntikolinergikSedasiHipotensiOrthostatikKeterangan
AmitriptylineImipramineClomipramineTrazodoneMaprotilineMianserinAmoxapineTianeptineMeclobemideSetralineParoxetineFluvoxamineFluoxetineCitalopram+++++++++++++
/ -+ / -+ / -+ / -+ / -+ / -+ / -++++++++++++++++ / -+ / -+ / -+ /
-+ / -+ / -+ / -++++++++++++ / -++ / -+ / -+ / -+ / -+ / -
+++ = berat++ = sedang+ = ringan+ / - = tidak ada / minimal
sekali
Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada banyak faktor,
toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping
terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis
depresi), interaksi obat dan faktor harga. Sebaiknya dalam
pemilihan sediaan antidepresan perlu dilakukan evaluasi psikiatrik
pasien secara menyeluruh dan pemeriksaan kondisi medis pasien
secara menyeluruh. Mengingat profil efek samping, untuk penggunaan
pada sindrom depresi ringan dan sedang yang datang berobat jalan
pada fasilitas pelayanan umum kesehatan umum, pemilihan obat
anti-depresi sebaiknya mengikuti urutan (step care).4,8Step 1 :
golongan SSRI (sertaline, etc)Step 2 : golongan trisiklik
(Amitriptyline, etc)Step 3 : golongan tetrasiklik ( maprotiline,
etc)golongan atypical (trazodone)golongan MAOI
(moclobemide)Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek
sampingnya sangat minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa
digunakan pada berbagai kondisi medik), spektrum efek anti-depresi
luas, dan gejala putus obat minimal, serta lethal dose yang tinggi
(> 6000mg) sehingga relatif aman.7Bila telah diberikan dengan
dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup (sekitar 3 bulan)
tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik,
yang spektrum anti-depresinya juga luas tetapi efek sampingnya
relatif berat.7Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ke
pilihan ketiga dengan spektrum anti depresi yang lebih sempit, dan
juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang
teringan adalah golongan MAOI reversibel. Disamping itu juga
dipertimbangkan bahwa pergantian SRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4
minggu istirahat untuk washout period guna mencegah timbulnya
serotonin malignant syndrome.7Tabel 2.3 Perbedaan Farmakologi di
antara beberapa antidepresanHambatan Pompa Amin untuk:
ObatSedatifAntimuskarinikSerotininNorepinefrinDopamin
Amitriptilin++++++++++0
Amoksapin+++++
Bupropion00+,0+,0?
Desipramin++0+++0
Doksepin++++++++0
Fluoksetin+++++0,+0.+
Imipramin++++++0
Maprotilin++0+++0
Nortriptilin++++++0
Paroksetin+0+++00
Protriptilin0+?+++?
Sertralin+0+++00
Trazadon+++0+00
2.4. Pemberian DosisDosis hampir selalu ditentukan secara
epiris; kemapuan pasien menerima efek nonklinik merupakan hambatan.
Toleransi untuk suatu efek mungkin terjadi, sehingga pola
pengobatan yang biasa harus dimulai dengan dosis kecil,
ditingkatkan sampai dosis harian yang cukup atau sampai pada
tingkat yang menghasilkan hilangnya depresi atau dosis toleransi
maksimum. Dosis efektif antidepresan berkisar luas, tergantung
banyak faktor.7Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
Onset efek primer (efek klinis): sekitar 2-4 minggu Efek sekunder
(efek samping): sekitar 12-24 jam Waktu paruh: 12-48 jam (pemberian
1-2 kali perhari)Tabel 2.4 Dosis harian antidepresan1ObatDosis
(mg)
Trisiklik Amitriptylin Klomipramin Desipramine Doxepin Imipramin
Nortriptylin Protriptylin
Trimipramin75-20075-30075-20075-30075-20075-15020-4075-200
Obat generasi kedua Amoksapin Bupropion Maprotilin Trazadon
Vanlafaksin150-300200-40075-30050-60075-225
Inhibitor monoamin oksidase Isokarboksazid Fenelzin
Tranilsipromin20-5045-7510-30
Inhibitor reupatake serotinin selektif Fluoksetin Paroksetin
Sertralin
10-6020-5050-200
Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:7a) Initiating
Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu
I. Misalnya amitriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari
pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.b) Titrating
dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis
efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150
mg/hari selama 7 sampai 15 hari (minggu II), kemudian minggu III,
200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.c) Stabilizing Dosage (dosis
stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya
amitriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai
dosis pemeliharaan.d) Maintining Dosage (dosis pemeliharaan),
selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan dosis optimal.
Misalnya amitriptylin 150 mg/hari.e) Tappering Dosage (dosis
penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage.
Misalnya amitriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu, 100
mg/hari 75 mg/hari selama 1 minggu,75 mg/hari 50 mg/hari selama 1
minggu, 50 mg/hari 25 mg/hari.Dengan demikian obat anti-depresan
dapat diberhentikan total. Jika sindrom depresi kambuh lagi, proses
dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis pemeliharaan
dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk
golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah
sarapan. Pemberian obat anti-depresi dapat dilakukan dalam jangka
panjang oleh karena addiction potential nya sangat minimal.2.5
Kegagalan TerapiMengukur resistensi pengobatan perlu diperhatikan 5
d, yaitu : diagnosis, drug, dose, duration of treatment dan
different treatment.Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan :
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang
oleh karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan
informasi Pengaturan dosis obat belum adekuat Tidak cukup lama
mempertahankan pada dosis minimal Dalam menilai efek obat
terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negatif, sehingga
penilaian menjadi bias.
BAB IIIKESIMPULAN
3.1. kesimpulan1. Antidepresan terbagi menjadi beberapa
golongan, yaitu trisiklik antidepresan (TCA), seletive serotinin
reuptake inhibitors (SSRI), dan monoamine oksidase inhibitors
(MAOI)2.2. Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek
primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan
terutama pada efek sekunder (efek samping)6.3. Pengaturan dosis
mempertimbangkan efek klinis, efek samping, dan waktu paruh melalui
lima proses pengaturan dosis yaitu initiating dosage, titrating
dosage, stabilizing dosage, maintining dosage, dan tappering
dosage8.4. Mengukur resistensi pengobatan perlu diperhatikan 5 d
yaitu : diagnosis, drug, dose, duration of treatment dan different
treatment1.
DAFTAR PUSTAKA1. Hollister LE. Obat Antidepresan. Dalam:
Farmakologi Dasar dan Klinik. Katzung BG. Edisi ke-enam. 1998.
Jakarta: EGC. Hal. 467-4772. Kaplan , Harold I, Benjamin J. Sadock
dan Jack A. Grebb.Gangguan Delusional. Dalam : Synopsis Psikiatri.
Jilid satu. Jakarta : Binapura Aksara. 2010. Hal. 833-853.3. Maslim
R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Nuh Jaya. 2003. Hal.
644. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth.Farmakologi
dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI. 2007. Hal. 171-177.5. Departemen Kesehatan Ditjen
Bina Pelaynan Medik Direktorat Bina Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa.
Buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan Ditjen Bina
Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. 2006.
Hal. 59-64.6. Stahl SM. Essential Psychopharmacology. United
Kingdom: Cambridge University Press; 2000. 7. Maslim R. panduan
Praktis Penggunaan Klinik Obat Psikiatri. Edisi ke-3. Jakarta:
Bagian IKJ FK Unika Atma Jaya. 2007. Hal. 22-30.8. Amir N. Depresi
Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; Jakarta. 2005.35