BAB I PENDAHULUAN Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan jalan napas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan napas berjalan dengan baik. Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard " untuk penanganan jalan nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami penyumbatan jalan nafas, kehilangan reflek proteksi, menjaga paru-paru dari sekret agar tidak terjadi aspirasi dan pada segala jenis gagal nafas. Intubasi endotrakeal dapat dilakukan melalui hidung ataupun mulut. Masing- masing cara memberikan keuntungan tersendiri sebagai contoh bahwa melalui nasal lebih baik dilakukan pada pasien yang masih sadar dan kooperatif, sedangkan melalui oral dilakukan pada pasien yang mengalami koma, tidak kooperatif dan ketika kegawatan intubasi dibutuhkan pada pasien yang mengalami cardiac arrest. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli
anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal,
tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan jalan
napas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi.
Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat
mempengaruhi keadaan jalan napas berjalan dengan baik.
Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard " untuk penanganan jalan
nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami
penyumbatan jalan nafas, kehilangan reflek proteksi, menjaga paru-paru dari
sekret agar tidak terjadi aspirasi dan pada segala jenis gagal nafas. Intubasi
endotrakeal dapat dilakukan melalui hidung ataupun mulut. Masing- masing cara
memberikan keuntungan tersendiri sebagai contoh bahwa melalui nasal lebih
baik dilakukan pada pasien yang masih sadar dan kooperatif, sedangkan melalui
oral dilakukan pada pasien yang mengalami koma, tidak kooperatif dan ketika
kegawatan intubasi dibutuhkan pada pasien yang mengalami cardiac arrest.
Tindakan intubasi endotrakheal selama anestesi umum berfungsi sebagai
sarana untuk menyediakan oksigen (O2) ke paru-paru dan sebagai saluran untuk
obat-obat anestesi yang mudah menguap. Tindakan ini seringkali menyebabkan
trauma terhadap mukosa saluran nafas atas, yang bermanifestasi sebagai gejala-
gejala yang muncul pasca operasi. Beberapa gejala yang dikeluhkan pasien
antara lain adalah nyeri tenggorok (sore throat), batuk (cough), dan
suara serak (hoarseness). Dilaporkan gejala yang dikeluhkan pasien ini memiliki
insidens sebesar 21-65%. Meskipun tidak sampai menyebabkan kecacatan, namun
komplikasi ini dapat dirasakan sangat tidak nyaman dan bahkan bisa
menimbulkan keluhan dari pasien terutama pasien yang one day care. Gejala-
gejala tersebut, terjadi akibat iritasi lokal dan proses inflamasi pada
mukosa saluran nafas atas.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Saluran Nafas Atas
Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
dengan fungsi utama sebagai berikut:
a. Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
b. Protection (perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian bawah
agar terhindar dari masuknya benda asing.
c. Warming, filtrasi, dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang
menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban udara yang diinspirasi.
a. Cavum Nasalis
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).
Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago
dan jaringan ikat. Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang
dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga hidung
mengandung fimbriae yang berfungsi sebagai filter kasar terhadap benda asing
yang masuk. Pada permukaan mukosa hidung terdapat epitel bersilia yang
mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat
menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat
mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor
bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari Nervous
Olfactorius. Hidung berfungsi sebagai jalan napas,,pengatur udara, pengatur
2
kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring
udara, indra pencium, dan resonator suara. 2
b. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian
kartilago krikoid. Faring digunakan pada saat menelan seperti pada saat bernapas.
Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-
faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringo- faring).
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia
(pseudo stratified ) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius.
Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya.
Struktur tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga
tubuh dari invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.
Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan
makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsil palatina (posterior) dan
tonsil lingualis (dasar lidah).
c. Laring
Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh struktur
epiteliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di
bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-
6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring. Fungsi utama laring
adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi napas bawah dari benda asing
dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.
Laring terdiri atas:
Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.
Glotis; lubang antara pita suara dan laring.
Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian
yang membentuk jakun.
Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah
kartilago tiroid).
3
Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan
kartilago tiroid.
Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan
otot yang menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.2
B. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
a. Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre
torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut
carina. Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm
dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.
b. Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih
vertikal daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih
mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebelah kiri.
Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti
ranting masuk ke paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan
bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya
kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat
mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang
kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli.
4
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak
mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical
Dead Space. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan
paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveoli
merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari
bronkhiolus respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2.
Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri atas bronkhiolus
respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar saccus (kantong alveolus). Fungsi
utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler pulmoner
dan alveoli.2
II. Intubasi
1. Pengertian Intubasi
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut
atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi orotrakeal (endotrakeal)
dan intubasi nasotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan
pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottidis dengan mengembangkan
cuff, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara
pita suara dan bifurkasio trakea. Intubasi nasotrakeal yaitu tindakan
memasukan pipa nasal melalui nasal dan nasopharing ke dalam oropharing
sebelum laryngoscopy.1,3
III. Tujuan Intubasi
5
Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut
atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea.
Tujuan dilakukannya intubasi yaitu sebagai berikut :
a. Mempermudah pemberian anesthesia.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan
kelancaran pernapasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung (pada keadaan tidak
sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut
IV. Indikasi dan kontraindikasi Intubasi
Indikasi intubasi endotrakeal yaitu mengontrol jalan napas,
menyediakan saluran udara yang bebas hambatan untuk ventilasi dalam jangka
panjang, meminimalkan risiko aspirasi, menyelenggarakan proteksi terhadap
pasien dengan keadaan gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan
yang terjadi, ventilasi yang tidak adekuat, ventilasi dengan thoracoabdominal
pada saat pembedahan, menjamin fleksibilitas posisi, memberikan jarak
anestesi dari kepala, memungkinkan berbagai posisi (misalnya,tengkurap,
duduk, lateral, kepala ke bawah), menjaga darah dan sekresi keluar dari trakea
selama operasi saluran napas, Perawatan kritis : mempertahankan saluran
napas yang adekuat, melindungi terhadap aspirasi paru, kebutuhan untuk
mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal. Kontraindikasi intubasi
endotrakeal adalah : trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi
tulang vertebra servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
Intubasi nasotrakeal dapat dilakukan pada pasien-pasien yang akan
menjalani operasi maupun tindakan intraoral. Dibandingkan dengan pipa
orotrakeal, diameter maksimal dari pipa yang digunakan pada intubasi
nasotrakeal biasanya lebih kecil oleh karenanya tahanan jalan napas menjadi
cenderung meningkat. Intubasi nasotrakeal pada saat ini sudah jarang
dilakukan untuk intubasi jangka panjang karena peningkatan tahanan jalan
napas serta risiko terjadinya sinusitis. Teknik ini bermanfaat apabila urgensi
6
pengelolaan airway tidak memungkinkan foto servikal. Intubasi nasotrakeal
secara membuta (blind nasotrakeal intubation) memerlukan penderita yang
masih bernafas spontan. Prosedur ini merupakan kontraindikasi untuk
penderita yang apnea. Makin dalam penderita bernafas, makin mudah
mengikuti aliran udara sampai ke dalam laring. Kontraindikasi lain dari
pemasangan pipa nasotrakeal antara lain fraktur basis cranii, khususnya pada
tulang ethmoid, epistaksis, polip nasal, koagulopati, dan trombolisis.
Indikasi intubasi fiber optik yaitu kesulitan intubasi (riwayat sulit
dilakukan intubasi, adanya bukti pemeriksaan fisik sulit untuk dilakukan
intubasi), diduga adanya kelainan pada saluran napas atas, trakea stenosis dan
kompresi, menghindari ekstensi leher (insufisiensi arteri vertebra, leher yang
tidak stabil), resiko tinggi kerusakan gigi (gigi goyang atau gigi rapuh), dan
intubasi pada keadaan sadar.3,4
V. Kesulitan Intubasi
Sehubungan dengan manajemen saluran nafas, riwayat sebelum
intubasi seperti riwayat anestesi, alergi obat, dan penyakit lain yang dapat
menghalangi akses jalan napas. Pemeriksaan jalan napas melibatkan
pemeriksaan keadaan gigi; gigi terutama ompong, gigi seri atas dan juga gigi
seri menonjol. Visualisasi dari orofaring yang paling sering diklasifikasikan
oleh sistem klasifikasi Mallampati Modifikasi. Sistem ini didasarkan pada
visualisasi orofaring. Pasien duduk membuka mulutnya dan menjulurkan