1. Pendahuluan Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. 1 Kerontokan rambut adalah hal yang pernah dialami hampir semua orang, tetapi bila kerontokan rambut tersebut berlangsung lama dan menyebabkan alopesia atau kebotakan akan menimbulkan masalah. Banyak hal yang dapat menyebabkan kerontokan rambut, pada umumnya rambut rontok berhubungan dengan penyakit sistemik atau internal, diet yang buruk, penyakit tiroid, atau konsumsi obat-obatan tertentu. Kata “alopecia” berasal dari Yunani “alopex”, artinya rubah yang menderita penyakit kulit sehingga kehilangan sebagian bulunya. Menurut mekanisme terjadinya, alopesia dapat terjadi dengan atau tanpa disertai pembentukan parut (sikatrikal dan non sikatrikal). Kelompok alopesia non sikatrikal antara lain meluputi alopesia androgenik, alopesia areata, alopesia yang berhubungan dengan proses sistemik, serta alopesia traumatik. 2 Diantara alopesia-alopesia tersebut, alopesia areata merupakan jenis yang sering dijumpai. 3 Alopesia areata adalah peradangan yang kronis, berulang dari rambut terminal, yang ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp dan atau kulit yang berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya berbentuk bulat atau lonjong dengan batas tegas, permukaan licin tanpa adanya tanda-tanda atropi, skuamasi maupun sikatriks. 2
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. Pendahuluan
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali
telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. 1
Kerontokan rambut adalah hal yang pernah dialami hampir semua orang, tetapi bila
kerontokan rambut tersebut berlangsung lama dan menyebabkan alopesia atau kebotakan
akan menimbulkan masalah. Banyak hal yang dapat menyebabkan kerontokan rambut, pada
umumnya rambut rontok berhubungan dengan penyakit sistemik atau internal, diet yang
buruk, penyakit tiroid, atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Kata “alopecia” berasal dari Yunani “alopex”, artinya rubah yang menderita penyakit
kulit sehingga kehilangan sebagian bulunya.
Menurut mekanisme terjadinya, alopesia dapat terjadi dengan atau tanpa disertai
pembentukan parut (sikatrikal dan non sikatrikal). Kelompok alopesia non sikatrikal antara
lain meluputi alopesia androgenik, alopesia areata, alopesia yang berhubungan dengan proses
sistemik, serta alopesia traumatik.2 Diantara alopesia-alopesia tersebut, alopesia areata
merupakan jenis yang sering dijumpai. 3
Alopesia areata adalah peradangan yang kronis, berulang dari rambut terminal, yang
ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp dan atau kulit
yang berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya berbentuk bulat atau lonjong dengan
batas tegas, permukaan licin tanpa adanya tanda-tanda atropi, skuamasi maupun sikatriks.2
Alopesia androgenik (male pattern alopecia) adalah kebotakan progresif umum yang
terjadi akibat pengaruh faktor predisposisi genetik dan androgen terhadap folikel rambut.
Meskipun pola kebotakan pada perempuan berbeda dengan laki-laki, namun female pattern
alopecia juga sering disebut alopesia androgenik karena karakteristik kebotakan yang sama
pada kedua kelompok gender yaitu ditandai dengan pemendekan fase anagen, pemanjangan
fase telogen, dan pengecilan folikel rambut yang mengakibatkan batang rambut tumbuh
semakin menipis pada setiap siklus. Kebotakan biasa dimulai pada usia 20-an atau awal usia
30-an dengan pola yang khas yaitu dimulai dari rambut bagian frontal dan vertex sehingga
garis rambut tampak mundur, menyisakan rambut di bagian parietal saja. Sedangkan pada
perempuan, pola kebotakan lebih diffuse dan dimulai dari puncak kepala.2
Alopesia androgenik pada perempuan lebih sedikit terjadi dibandingkan pada laki-
lakitetapi menunjukkan memiliki kesamaan pada usia terjadinya. Sama halnya dengan laki
laki alopesia muncul setelah masa pubertas dan akan terus berlanjut seiring dengan
bertambahnya usia. Alopesia androgenik dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita
meskipun sebenarnya merupakan hal yang lazim terjadi dan bukan merupakan penyakit
serius bila dilihat dari sudut pandang medis. Penderita alopesia androgenik sering mengalami
psikologis seperti frustasi dan kehilangan rasa percaya diri terutama pada perempuan. Tidak
ada terapi yang efektif untuk menghambat progesivitas dari alopesia andogenik, meskipun
pengobatan tetap bisa dilakukan, batang rambut tidak dapat tumbuh selebat dan setebal dulu.2
2. Epidemiologi
Dari epidemiologi bahwa prevalensi alopesia androgenik mencapai 25 % pada usia 25
tahun. Persentase meingkat sejalan dengan kenaikan usia. Angka kejadian pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki adalah 1:3. Alopesia biasanya dimulai setelah memasuki
masa puberitas dan meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 80 % laki-laki mengalami
alopesia pada usia 70 tahun, dan 50 % diantaranya menunjukkan alopesia Norwood-hamilton
tipe VI/VII. Dari studi epidemiologi alopesia androgenik lebih sering terjadi pada orang asia
dibandingkan kaukasia, dan jarang juga ditemukan pada orang afrika.2
Pada alopesia androgenik, kebotakan biasa dimulai pada usia 20-an atau awal usia 30-
an dengan pola yang khas yaitu dimulai dari rambut bagian frontal dan vertex sehingga garis
rambut tampak mundur, menyisakan rambut di bagian parietal saja. Sedangkan pada
perempuan, pola kebotakan lebih diffuse dan dimulai dari puncak kepala.2
Pada usia sekitar 30 tahun sekitar 2-5% perempuan Kaukasia mengalami penipisan
rambut dan mencapai 40 % pada usia 70 tahun. Pada beberapa literatur menyebutkan hal ini
berhubungan dengan terjadinya perubahan post menopause.2
Pada alopesia areata, laporan perbandingan insidens alopesia areata sama banyak
antara pria dan wanita. Pada usia dewasa muda (< 25 tahun) ; anak-anak lebih sering terkena
alopesia areata, tetapi dapat juga terjadi pada semua usia.2,3 Di Unit Penyakit Kulit dan
Kelamin RSCM Jakarta,dalam pengamatan selama 3 tahun (1983 – 1985) penderita rata-
ratasebanyak 20 orang pertahun dengan perbandingan pria dan wanita 6 : 4.Umur termuda
yang pernah dicatat adalah 6 tahun, dan yang tertua 59 tahun. Resiko untuk terkena alopesia
areata selama masa hidup adalah 1,7%.
3. Etiopatogenesis
Siklus rambut normal
Rambut manusia normal dapat diklasifikasikan dalam siklus fase pertumbuhan
rambut. Anagen merupakan fase pertumbuhan rambut, catagen merupakan fase transisi dari
tumbuh ke tahap istirahat, dan telogen merupakan fase rambut istirahat. Periode antara
hilangnya rambut telogen dan pertumbuhan rambut anagen baru telah disebut sebagai
kenogen.4
Gambar 1. Siklus rambut normal
Fase anagen rambut tumbuh selama sekitar 3 tahun (1000 hari) dengan berkisar antara
2 dan 6 tahun. Sel-sel matriks folikel tumbuh, berproliferasi dan menjadi keratin membentuk
rambut. Matriks menghasilkan batang rambut, menggabungkan zat yang mungkin berguna
dalam analisis medis atau forensik. Fase katagen rambut berada dalam fase transisi,
berlangsung 1 atau 2 minggu, di mana semua aktivitas pertumbuhan berhenti dengan formasi
akhir dari fase telogen. Banyak sel apoptosis yang hadir dalam selubung akar luar rambut
dalam fase katagen akibat proses involusi. Fase telogen adalah rambut istirahat , fase ini
berlangsung selama 3-5 bulan (sekitar 100 hari) sebelum rambut rontok.4
Di antara rambut manusia yang diambil dari kulit kepala normal, 85-90 % merupakan
rambut fase anagen dan 10-15 % merupakan rambut fase telogen . Fase katagen biasanya
berjumlah kurang dari 1% dari rambut kulit kepala. Telah diperkirakan bahwa kulit kepala
biasanya mengandung sekitar 100.000 rambut , dan jumlah rata-rata rambut rontok harian
sebanyak 100-150 rambut.4
Penyebab alopecia umumnya dibagi ke dalam kategori dari cicatricial dan
noncicatricial alopecia . Evaluasi harus mempertimbangkan usia pasien dan etnis
Pemeriksaan poros rambut dapat membuat diagnosis trichodystrophy. Jumlah rambut , tarik
rambut, dan rambut memetik ( trichogram ) dapat mengetahui banyaknya rambut rontok,
jenis rambut yang rontok, dan anagen rasio telogen. Biopsi dapat juga denganmenentukan
anagen untuk rasio telogen, dan memberikan informasi mengenai potensi pertumbuhannya,
serta menyediakan diagnosis . Biopsi sangat berharga dalam evaluasi dari cicatricial alopecia.
Seringkali, engsel diagnosis yang benar pada sintesis klinis, histologis, serologi, dan
imunofluorescent data.4
Diffuse Hair Loss (Kerontokan rambut difus)
Sebuah gangguan siklus rambut normal mengarah ke kebotakan. Hal ini mungkin
karena perubahan sirkulasi hormon, obat-obatan, penyakit kulit inflamasi dan " stres " dari
berbagai jenis.4
Telogen effluvium terjadi jika semua rambut masuk ke dalam peristirahatan fase
secaara bersama-sama, paling sering setelah melahirkan atau penyakit berat. Dua atau tiga
bulan kemudian rambut anagen baru menggantikan fase istirahat (telogen) sehingga membuat
kerontokan rambut dari kulit kepala tetapi sementara. Stres jenis apa pun seperti penyakit
akut atau operasi menyebabkan kerontokan rambut yang sejenis.4
Postfebrile alopecia terjadi ketika demam melebihi 39 oC terutama dengan episode
berulang. Telah dilaporkan dalam berbagai penyakit menular, termasuk influenza, malaria,
dan brucellosis. Hal ini juga terjadi pada demam terkait dengan penyakit inflamasi usus .
Faktor makanan seperti kekurangan zat besi dan hypoproteinaemia mungkin
memainkan peran , tapi jarang menyebabkan alopecia difus.4
Gizi buruk dengan kekurangan protein menyebabkan dystrophi dengan penurunan
laju pertumbuhan rambut.4
Kongenital alopecia mungkin terjadi pada beberapa sindrom keturunan.
Anagen effluvium terjadi ketika perkembangan normal rambut dan folikel yang
terganggu menyebabkan pertumbuhan rambut yang tidak adekuat. Akibatnya rambut akan
rontok lebih awal dari biasanya sementara masih dalam fase anagen.4
Endokrin merupakan faktor penyebab terjadinya difus alopecia mencakup
hypotiroidisme dan hipertiroidisme, hypopituitarism, dan diabetes mellitus. Dalam
hipotiroidisme rambut yang menipis dan rapuh, sedangkan di hypopituitarism rambut lebih
halus dan lembut tapi tidak tumbuh memadai.4
Agen sistemik seperti obat sitotoksik, antikoagulan, imunosupresan , dan beberapa
obat-obat antitiroid mungkin menyebabkan alopecia difus, biasanya seperti proses "anagen
effluvium" seperti yang disebutkan atas.4
Penyakit kulit inflamasi yang luas dapat dikaitkan dengan rambut rontok , misalnya
dalam eritroderma karena psoriasis atau dermatitis yang berat.4
Status defisiensi merupakan penyebab langka untuk alopecia. Pasien yang mengalami
kerontokan rambut sering yakin disebabkan dari defisiensi dalam unsur minert dalam diet
mereka dan kadang-kadang dapat menghasilkan hasil dari " analisis " dari rambut mereka.
Dalam malnutrisi atau kwashiorkor kronis, rambut mengasumsikan warna merah / coklat
penasaran yang mungkin karena defisiensi zat besi.4
Focal Alopecia
Tidak adanya folikel rambut adalah tanda fisik yang penting karena menunjukkan :
Adanya suatu proses inflamasi yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
Bahwa ada tidak mungkin akan ada pemulihan yang besar rambut pertumbuhan.
Adanya peradangan tidak selalu menghasilkan ditandai eritema dalam penyakit lichen
planus dan lupus erythematosus, perubahan inflamasi sering kronis. Sistemik lupus
eritematosus mempunyai daerah peradangan yang lama dan meninggalkan sisa jaringan
parut. Dalam lupus diskoid eritematosus terdapat lebih banyak kerak dengan sumbat keratotik
di folikel. Localised scleroderma (morphoea) juga menyebabkan alopecia, sering dengan
linear atropi lesi "en coup de sabre".4
Tinea capitis dapat dikaitkan dengan alopecia dengan adanya kerak dan rambut rapuh.
Trauma juga dapat menyebabkan jaringan parut alopecia.4
Androgenik Alopesia
Pola Kebotakan Pria
Pola alopesia pada pria atau pola alopesia androgenik pada pria muncul saat remaja,
dekade 20, atau pada awal umur 30 dengan kerontokan rambut yang bertahap, umumnya dari
vertex dan regio frontotemporal. Proses ini mulai kapan saja setelah pubertas, dan muncul
kumis atau rambut keriting dapat merupakan tanda awal dari munculnya pola kebotakan pria.
Pada garis rambut anterior akan rontok pada setiap sisi, ini disebut Geheimratswinkeln
("gambaran profesor"), dan akhirnya dahi akan semakin tinggi. Akhirnya, seluruh kepala
bagian atas akan menjadi botak.5
Beberapa pola dari kerontokan rambut ini akan terjadi, tetapi kebanyakan pola akan
mengacu pada kerontokan pada sisi biparietal dengan disertai kerontokan rambut bagian
vertex. Kerontokan rambut pada setiap orang berbeda-beda. kerontokan rambut secara tiba-
tiba dapat terjadi pada dekade 20 tahun dan berjalan sangat lambat. Folikel rambut akan
memproduksi rambut yang lebih halus dan lebih tipis di setiap siklus sel sampai fase terminal
dan akan digantikan dengan rambut vellus (miniaturiasasi). Selama evolusi dari proses,
batang rambut akan bervariasi diameternya. Regio parietal dan oksipital biasanya terhindar
dari miniaturisasi.5
Onset awal pola kebotakan pada pria terkait dengan gene reseptor androgen. Tidak
ada keraguan bahwa faktor genetik dan efek dari androgen seperti dihidrotestosteron itu
penting. Kemungkinan bahwa onset dini (sebelum usia 30) dan onset (setelah usia 50) bentuk
yang dapat diwariskan secara terpisah oleh gen tunggal juga hipotesis.
Pola alopecia pria tergantung pada androgen yang menstimulasi dan tampaknya
berhubungan dengan reseptor androgen gen . Para pria yang dikebiri tidak mengalami
kebotakan jika mereka dikebiri sebelum atau selama masa remaja. Jika mereka diberi terapi
androgen, kebotakan bisa terjadi. Pengurangan 5 - α testosteron meningkat pada kulit kepala
orang botak dan menghasilkan peningkatan dihidrotestosteron. Induksi androgen mengubah
faktor pertumbuhan (TGF) - β1 berasal dari sel kulit papilla muncul untuk menengahi
penekanan pertumbuhan rambut.5
Pola kebotakan wanita
Perempuan umumnya memiliki rambut rontok menyebar di seluruh apikal kulit kepala
dengan bagian yang lebih luas di daerah anterior.
Penyebabnya diyakini menjadi predisposisi genetik dengan respon berlebihan
terhadap androgen . Kedua wanita dan pria dengan pola alopecia memiliki tingkat lebih tinggi
dari 5 - α -reduktase dan reseptor androgen dalam folikel rambut frontal dibandingkan dengan
tingkat dalam folikel oksipital . Ada juga bukti yang menunjukkan hirarki sensitivitas
androgen dalam unit folikel. Miniaturisasi foliukel berhubungan dengan kerusakan DNA dan
tingkat proliferasi penurunan matriks keratinosit. Merokok mungkin merupakan faktor risiko
independen. Kebanyakan wanita dengan pola alopecia memiliki menstruasi yang normal dan
kesuburan.5
4. Klasifikasi
Alopesia nonsikatrikal: tidak tampak peradangan jaringan, scarring, ataupun atrofi
pada kulit secara klinis
Alopesia sikatrikal: tampak tanda-tanda kerusakan jaringan seperti inflamasi, atrofi,
dan scarring yang jelas.2
Tipe-tipe alopesia:
Alopesia universalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada tubuh
Alopesia totalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala
Alopesia areata: kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas tegas,
umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga mengenai daerah berambut