BAB I PENDAHULUAN Maksila berperan sebagai jembatan antara basis kranial di superior dan bidang oklusi dental di inferior. Maksila berhubungan langsung dengan cavitas oral, cavitas nasal, dan orbita struktur ini membuat maksila menjadi struktur penting secara fungsional maupun kosmetik. Maksila membentuk banyak persendian dengan tulang-tulang disekitarnya sehingga sulit mengkategorikan fraktur yang terjadi pada regio tersebut dengan segera, oleh karena itu digunakan klasifikasi Le Fort I, II dan III untuk fraktur pada midfasial. 1,2,3 Fraktur pada tulang ini tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan kosmetik tetapi dapat pula mengancam nyawa. Trauma maksilofasial dan saluran pernapasan atas merupakan masalah yang sering ditemukan pada manajemen jalan napas. 3 Trauma yang cukup keras merupakan etiologi dari trauma maksilofasial. Selain itu, trauma trauma tumpul lain yang dapat menyebabkan trauma maksilofasial di antaranya perkelahian, olahraga, dan peperangan dengan distribusi fraktur maksila yang terjadi ialah 54,65 Le Fort II, 24,2% Le Fort I, 12,1% Le Fort III. 3,4,5,6 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Maksila berperan sebagai jembatan antara basis kranial di superior dan
bidang oklusi dental di inferior. Maksila berhubungan langsung dengan cavitas
oral, cavitas nasal, dan orbita struktur ini membuat maksila menjadi struktur
penting secara fungsional maupun kosmetik. Maksila membentuk banyak
persendian dengan tulang-tulang disekitarnya sehingga sulit mengkategorikan
fraktur yang terjadi pada regio tersebut dengan segera, oleh karena itu digunakan
klasifikasi Le Fort I, II dan III untuk fraktur pada midfasial.1,2,3
Fraktur pada tulang ini tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan
kosmetik tetapi dapat pula mengancam nyawa. Trauma maksilofasial dan saluran
pernapasan atas merupakan masalah yang sering ditemukan pada manajemen jalan
napas.3
Trauma yang cukup keras merupakan etiologi dari trauma maksilofasial.
Selain itu, trauma trauma tumpul lain yang dapat menyebabkan trauma
maksilofasial di antaranya perkelahian, olahraga, dan peperangan dengan
distribusi fraktur maksila yang terjadi ialah 54,65 Le Fort II, 24,2% Le Fort I,
12,1% Le Fort III.3,4,5,6
Trauma maksilofasial dapat berhubungan dengan trauma pada fossa
cranial dan otak, orbita, serta vertebra servikalis sehingga dibutuhkan koordinasi
suatu manejemen multidisiplin termaksud otoralingologis, bedah mulut dan gigi,
bedah plastik, oftalmologis, bedah saraf dan anastesi. Prinsip manajemen pada
trauma ini ialah langsung menstabilkan kondisi medis pasien dan memberikan
rekonstruksi yang tepat untuk memaksimalkan rehabilitasi fungsional dan estetik.6
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Buttress
Secara konseptual kereangka wajah terdiri dari empat pasang dinding
penopang (buttress) vertikal dan horizontal. Buttress merupakan daerah
tulang yang lebih tebal yang menyokong unit fungsional wajah (otot, mata,
oklusi dental, airway) dalam relasi yang optimal dan menentukan bentuk
wajah dengan cara memproyeksikan selubung jaringan lunak diatasnya.3,4,6,7
Vertical buttresses terdiri dari sepasang maksilaris lateral dan dinding
orbital lateral atau zygomaticomaxillary buttress, maksilaris medial dan
dinding orbital medial atau nasomaxillary buttress, pterygomaxillary
buttress, dan posterior vertical buttress atau mandibular buttress.
Horizontal buttress terdiri dari frontal bar, infraorbital rim dan os. Nasal,
dan palatum durum dan alveolus maksilaris.3,4,6
2
Gambar 1. Anatomi Buttress
2.1.2 Anatomi tulang wajah
Secara anatomis, tulang-tulang wajah dibagi dalam 3 regio, yaitu :4
1. Regio sepertiga atas yang tersusun oleh os. Frontal dan cranium
2. Regio sepertiga tengah yang tersusun oleh :
- Os. Maksila
- Os. Zigomatika
- Prosessus zigomatika pada os. Temporal
- Os. Palatine
3
- Os. Nasal
- Os. Lakrimal
- Vomer
- Etmoid dan konka yang melekat
- Pterigoid plates pada sphenoid
3. Regio sepertiga bawah yang tersusun oleh mandibula yang terbentuk
oleh 6 regio, yaitu :
- Simfisis
- Korpus
- Ramus
- Kondilus
- Prosessus koronoideus
- Artikulasio temporomandibula
4
Gambar 2. Anatomi Tulang Maksilofasial
2.1.3 Anatomi Otot Wajah
Otot wajah menggerakkan kulit dan mengubah ekspresi wajah
sesuai dengan suasana hati. 4
Otot-otot wajau utama yaitu:
1. M. Orbicularis oculi : menutup kelopak mata
2. M. Nasalis : menarik sayap (sisi) hidung ke arah septum nasi
3. M. Orbicularis Oris : merapatkan bibir
4. M. Levator labii superioris : mengangkat bibir, melebarkan cuping
hidung
5
5. Platysma : menarik mandibula ke bawah dan menegangkan kulit wajah
bawah dan leher
6. M.Mentalis : mengangkat bibir bawah
7. M. Bucinator : menekan pipi pada gigi geraham, membantu untuk
mengunyah.
Semua otot wajah di inervasi secara motoris oleh Nervus facialis
(Nervus cranialis VII).
Gambar 3. Anatomi Otot Wajah
6
2.1.4 Inervasi
Saraf sensoris utama untuk wajah berasal dari Nervus Trigeminus
(N.V). Nervus ophtalmicus (N.V1) menginervasi daerah mata, N.
Maxillaris (N.V2) menginervasi daerah maxilla, sedangkan
N.Mandibularis (N.V3) menginervasi daerah mandibulla.4,5,6,7
2.1.5 Vaskularisasi
Arteri facialis adalah pemasok darah arterial utama untuk wajah. A.
facialis merupakan cabang dari A.carotis externa. distribusi A.facialis
adalah untuk vaskularisasi otot-otot untuk ekspresi wajah dan otot wajah.4,5
Arteri facialis kemudian akan bercabang membentuk A. labialis
superior et inferior, A. nasalis lateralis, dan A. Angularis.
Gambar 4. Anatomi Vaskularisasi Maksilaris
2.2 Definisi
7
Fraktur Le Fort (Le Fort Fracture) merupakan tipe fraktur tulang-
tulang wajah yang klasik terjadi pada trauma-trauma di wajah. Fraktur Le
fort diambil dari nama seorang ahli bedah Prancis Rene Le Fort yang
mendeskripsikannya pertama kali di awal abad 20.6,7,8,9
Fraktur Le Fort II adalah fraktur yang disebabkan oleh gaya
hantaman pada level os nasal sehingga terdapat ketidakstabilan setinggi os.
Nasal. Fraktur berbentuk piramid dan meluas dari nasal bridge tepat atau
dibawah sutura nasofrontal melalui proses frontal pada maksila, pada
inferolateral melalui os. Lakrimalis lantai orbita inferior dan rima melalui
atau mendekati foramen orbita inferior.5,6,7
Pada inferior melalui dinding anterior sinus maksilaris kemudian
melintas dibwah zigoma, memotong fissura pterigomaksilaris dan melalui
pterygoid plates.6,7
8
Gambar 5. Fraktur Le Fort
2.3 Epidemiologi
Trauma maxillofacial cukup sering terjadi. Hampir semua dokter
baik itu dokter umum maupun dokter spesialis bedah mendapatkan pasien
trauma wajah selama praktiknya. Dokter bedah plastik yang memiliki
keahlian khusus dalam anatomi wajah, latar belakang estetika, dan
keahlian dalam penyembuhan luka sering kali mendapatkan rujukan untuk
menangani pasien trauma wajah. Fraktur maksila juga dapat terjadi pada
anak-anak, dengan peningkatan prevalensi seiring dengan meningkatnya
usia anak terkait dengan peningkatan aktivitas fisik. Fraktur maksila pada
anak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan orang dewasa baik
itu dari segi pola, maupun treatment.
Distribusi fraktur maksila yang terjafi ialah 54,5% Le Fort II,
24,2% Le Fort I, 12,1% Le Fort III dan 9,1% alveolar.
Gambar 6 . Distribusi Fraktur Maksila
2.4 Etiologi
9
Trauma tumpul yang cukup keras merupakan etiologi dari trauma
ini, diantaranya kecelakaan mobil (30,8%), kecelakaan motor (23,2%),