Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan penyakit keganasan non- kulit yang paling sering ditemukan pada wanita, yaitu sekitar 20% dari semua kasus kanker dan sekitar sepertiga dari wanita - wanita yang menderita kanker payudara akan meninggal dunia karena penyakit tersebut. 1 Data mortalitas tahun 2006 di Amerika serikat menunjukkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian kedua yaitu 11,9%. Data estimasi kasus baru tahun 1995-2005 didapatkan 194.280 kasus kanker payudara dan sekitar 40.610 meninggal karena penyakit ini . 2 Menurut statistik, setiap tahun di Republik Rakyat Cina ( RRC ) terdapat 40.000 lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Di negara berkembang setiap tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan, kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini . 3 Pada tahun 2008, hampir 460.000 wanita meninggal karena kanker payudara. 4 Di Indonesia penyakit kanker saat ini menjadi penyebab kematian keenam berdasarkan data dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2002. Kepala Bagian 1
27

Refer At

Jan 02, 2016

Download

Documents

aiya_soraya

hhjjjkk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Refer At

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan non-kulit yang paling

sering ditemukan pada wanita, yaitu sekitar 20% dari semua kasus kanker dan

sekitar sepertiga dari wanita - wanita yang menderita kanker payudara akan

meninggal dunia karena penyakit tersebut.1 Data mortalitas tahun 2006 di

Amerika serikat menunjukkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian

kedua yaitu 11,9%. Data estimasi kasus baru tahun 1995-2005 didapatkan

194.280 kasus kanker payudara dan sekitar 40.610 meninggal karena penyakit

ini .2 Menurut statistik, setiap tahun di Republik Rakyat Cina ( RRC ) terdapat

40.000 lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Di negara berkembang setiap

tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan, kurang lebih

372.000 pasien meninggal karena penyakit ini .3 Pada tahun 2008, hampir 460.000

wanita meninggal karena kanker payudara.4

Di Indonesia penyakit kanker saat ini menjadi penyebab kematian keenam

berdasarkan data dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2002. Kepala

Bagian Radiologi RSCM FKUI dokter Soehartati PhD. mengatakan penyakit

kanker yang banyak dialami penduduk Indonesia saat ini adalah kanker mulut

rahim (17%), kanker payudara (11%), kanker kulit (7%), kanker nasofaring ( 5%),

sisanya kanker hati, paru, dan leukimia. Di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan

laporan program dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berasal dari rumah

sakit dan puskesmas tahun 2006, kasus penyakit kanker payudara 3.45 per 1.000

penduduk .5

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi

terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya kanker payudara, faktor tersebut diantaranya: usia, riwayat keluarga,

usia menarche awal, terlambat menopause, obesitas, biopsi yang menunjukkan

hiperplasia atipikal dan faktor geografis. Dari faktor risiko tersebut, riwayat

1

Page 2: Refer At

keluarga serta usia menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang pernah

mengalami kanker payudara meningkatkan risiko berkembangnya penyakit ini.6

Data WHO menunjukan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50

tahun ke atas. Sedangkan 6%-nya pada usia kurang dari 40 tahun. Namun banyak

juga para wanita yang berusia 30-an terkena kanker yang mematikan ini.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, faktor risiko, patogensis dan cara

mendiagnosis kanker payudara

2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker payudara

2

Page 3: Refer At

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara.

Hal ini terutama menyerang wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi

juga pada pria.7

B. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Gambar: anatomi payudara8

Perkembangan dan struktur kelenjar payudara berkaitan dengan kulit.

Fungsi utamanya adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini langsung

di perantarai oleh hormon-hormon yang sama dengan yang mengatur fungsi

sistem reproduksi .9

3

Page 4: Refer At

Payudara terletak setinggi kosta ke-2 sampai ke-6 dan menutupi kartilago

kosta di anterior dan dari batas lateral sternum ke garis mid-aksilaris.10Ukuran

payudara dan letak puting bisa bervariasi pada wanita namun pada pria biasanya

setinggi rongga interkostal ke-4 di garis mid-klavikularis .11 Sebagian besar

kelenjar terletak pada fascia superficialis. Sebagian kecil, yang dinamakan ekor

aksilar, meluas ke atas dan lateral, menembus fascia profunda pada pinggir bawah

muskulus Pectoralis major, dan berhubungan erat dengan arteri vena Axillaris .12

Antara glandula mammaria dan fascia profunda terdapat jaringan ikat jarang

dengan sedikit lemak, dikenal sebagai ruang retromamer, yang memungkinkan

mamma bergerak sedikit terhadap dasarnya. Glandula mammaria ditambatkan

dengan kokoh kepada dermis kulit di atasnya melalui septa fibrosa ( pita ) disebut

ligamentum suspensorium Cooper. Ligamentum ini terutama terbentuk baik sekali

pada bagian kranial glandula mammaria dan membantu menunjang jaringan

glandula mammaria .13

Penting menghargai kelompok kelenjar limfe utama ini untuk memahami

seluruh drainase pembuluh limfe payudara dan untuk menilai dengan tepat

keterlibatan klinik dengan penyakit ini. Kelompok kelenjar limfe axillaris utama

meliputi:

1. Kelompok mammaria externa (tingkat I)

Sejajar perjalanan arteria thoracica lateralis dari iga ke enam sampai vena

axillaris dan menempati tepi lateral musculus pectoralis major dan ruang

axillaris medialis.

2. Kelompok Subscapularis (scapularis)(tingkat I)

Dekat cabang thoracodorsalis dari pembuluh darah subscapularis, yang

terbentang dari vena axillaris sampai dinding thorax lateral.

3. Kelompok vena axillaris (tingkat I)

Terletak paling lateral dan banyak kelompok kelenjar limfe Axilla, serta

sentral dan kaudal terhadap vena axillaris.

4

Page 5: Refer At

4. Kelompok kelenjar limfe sentral (tingkat II)

Terletak sentral antara lipat axilla anterior dan posterior serta menempati

posisi superfisialis di bawah kulit dan fascia medioaxilla.

5. Subsclavicularis (kelompok apikal) (tingkat III)

Kelompok kelenjar limfe tertinggi dan paling medial. Terletak pada

sambungan vena axillaris dengan vena subclavia setinggi ligamentum

halsted .14

Gambar: arah aliran getah bening

Kelenjar getah bening aksilaris merupakan tempat awal metastasis dari

keganasan payudara primer dan pengangkatannya pada pembedahan serta

pemeriksaan lanjutan memberikan informasi prognostik yang penting selain

menjadi dasar pemilihan pengobatan ajuvan. Kerusakan jaringan limfatik aksilaris

selama pengangkatan kelenjar getah bening aksilaris pada pembedahan atau akibat

radioterapi pada aksila meningkatkan kemungkinan terjadinya limfadema

ekstremitas atas .10

Vaskularisasi payudara berasal dari

a. Rami intercostalesanteriores dari artheria thoracica interna, yakni salah

satu cabang arteria subclavia

5

Page 6: Refer At

b. Arteria thoracica lateralis dan arteria thoracoaromialis, yakni cabang

arteria axillaris

c. Arteria intercostalis posterior, cabang pars thoracica aortae dalam spatia

intercostalia II,III dan IV

Saraf mamma berasal dari ramus cutaneus ventralis dan ramus cutaneus

lateralis dari nervi thoracici IV-VI. Saraf-saraf ini membawa serabut sensoris ke

kulit mamma dan serabut simpatis ke otot polos dalam dermis papilla mammae

dan areola mammae, serta dalam pembuluh darah .13

C. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal. Pengaruh yang menyebabkan

terjadinya tumor ini, terjadi pada dua stadium yang berbeda, yaitu mula-mula

inisiasi kemudian promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam

bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan

genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa

berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak

semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan

genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel

lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah

mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.15

6

Inisiasi

Persisten

promosi

Invasi

Metastase

Page 7: Refer At

D. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak

faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terjadinya kanker payudara

diantaranya:

a. Usia

Kanker payudara jarang ditemukan sebelum usia 25 tahun kecuali pada

kasus-kasus familial tertentu. Insidensi kanker meningkat di sepanjang

hidup wanita.

b. Usia saat menarche

Wanita yang mendapatkan menarche sebelum usia 11 tahun menghadapi

peningkatan risiko sebesar 20% jika dibandingkan dengan wanita yang

mendapatkan menarche setelah usia 14 tahun .1

c. Pemakaian Hormon

Penggunaan hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker.

Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa

terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna

terapi estrogen replacement .16

d. Kelainan kelenjar payudara

Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat berinsiden lebih tinggi.

e. Radiasi pengion

Kelenjar payudara relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan berlebih

menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.

f. Riwayat keluarga

Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya

menderita kanker payudara. Dalam sebuah penelitian menunjukkan adanya

gen utama terkait dengan timbulnya kanker payudara adalah BRCA 1 dan

BRCA 2 .3

g. Nulipara

h. Menopause yang lebih lama

i. Kehamilan pertama diatas usia 30 tahun

7

Page 8: Refer At

j. Riwayat kanker payudara sebelumnya

E. Diagnosis Kanker Payudara

Dalam penentuan kebijakan untuk penanganan kanker payudara diagnosis

pasti merupakan hal penting, sehingga sekarang berkembang untuk penegakan

diagnosis menggunakan triple diagnosis yaitu: klinis ( anamnesis dan pemeriksaan

fisik), mammografi/ ultrasonografi (USG) payudara dan fine needle aspiration

biopsy (FNAB).17 Anamanesis pada penderita meliputi: keluhan dipayudara dan

ketiak, riwayat sebelumnya meliputi operasi payudara atau biopsi dan pemakaian

obat-obatan atau hormonal termasuk pil keluarga berencana ( KB ), riwayat

reproduksi, riwayat keluarga dan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan

metastase .18

Menurut American Cancers Society ( ACS ) mamografi adalah metode

tunggal yang paling efektif untuk deteksi dini, karena dapat mengidentifikasi

kanker beberapa tahun sebelum muncul gejala. Pengobatan bisa berhasil dengan

maksimal jika kanker bisa dideteksi lebih awal. Mamografi adalah hasil

pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar X dosis rendah. Rata-rata,

mammografi dapat mendeteksi sekitar 80-90% kanker payudara pada wanita tanpa

gejala. Tes ini lebih akurat pada wanita pascamenopause daripada premenopause.

ACS juga merekomendasikan untuk screening mamografi pertama pada usia

diatas 40 tahun, mamografi setiap 1-2 tahun pada usia 40 dan 49 tahun.

Pemeriksaan USG adalah tranduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak

hanya dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga

dapat mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya.

Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari pungsi dengan

jarum halus ( FNAB ) dapat dipakai untuk menentukan apakah akan segera

disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan dengan

pemeriksaan lain atau langsung akan dilakukan ekstirpasi. Hasil positif pada

8

Page 9: Refer At

pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil positif palsu

selalu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi.19

Teknik diagnosis patologi tumor menempati posisi sangat vital dalam

diagnosis tumor yang tidak dapat digantikan teknik diagnosis lainnya. Patologi

tumor dapat secara jelas menentukan sifat perubahan patologik ( tumor atau

tidak ), menentukan ganas atau jinak, klasifikasi jaringan, gradasi keganasan,

menjadi rujukan bagi terapi tumor dan basis analisis hasil terapi. Selain itu untuk

membantu menentukan prognosis ada tidaknya residif, metastasis, dan analisis

kausa kematian .3

F. Gambaran Patologi Anatomi Kanker Payudara

a. Lokasi

Lokasi tumor pada penderita kanker payudara ditentukan menurut

kuadran. Payudara dibagi atas lima kuadran, yaitu kuadran lateral atas,

lateral bawah, medial atas dan bawah serta ditambah satu daerah sentral (

sub areolar ). Karsinoma payudara paling sering terjadi pada kuadran atas

sebelah luar ( lateral atas ) (38,5%), bagian tengah (sentral) (29%),

kuadran atas bagian sebelah dalam ( medial atas ) (14,2%), kuadran bawah

sebelah luar ( lateral bawah ) ( 8,8% ) dan kuadran bawah sebelah dalam

( medial bawah ) (5%). Kanker payudara paling sering berasal dari epitel

duktus ( lebih dari 90% kasus ), sedangkan sebagian kecil berasal dari

epitel lobulus.

b. Ciri- ciri Tumor Ganas

1) Tumbuhnya infiltratif, yaitu tumbuh bercabang-cabang menyebuk

kedalam jaringan sekat sekitarnya, menyerupai jari-jari kepiting.

2) Bersifat residif, yaitu dapat tumbuh lagi setelah diangkat atau

diberi pengobatan. Keadaan ini disebabkan karena terdapat sel-sel

yang tertinggal, kemudian timbul menjadi besar membentuk tumor

pada tempat yang sama.

9

Page 10: Refer At

3) Bersifat metastase, walaupun tidak semuanya tetapi umumnya

tumor ganas mengadakan penyebaran ditempat lain melalui

peredaran darah, limfe dan cairan getah bening.

4) Tumor ganas tumbuhnya cepat, maka secara klinik tumornya cepat

membesar. Secara mikroskopik banyak ditemukan mitosis

( penggandaan sel ) baik mitosis normal maupun mitosis abnormal

(atipik).

5) Terdapat perubahan-perubahan pada inti sel. Pembelahan sel diatur

oleh inti sel, yaitu oleh nukleoprotein dalam kromatin. Oleh karena

itu untuk menentukan keganasan harus memperhatikan adanya

perubahan-perubahan pada inti sel. Sering ditemukan inti-inti yang

bentuknya tidak teratur dan sel datia tumor dengan beberapa inti.

6) Bersifat anaplasi, yaitu kehilangan sifat diferensiasi atau derajat

morfologi sel tumor yang menyerupai sel-sel normal, sehingga

terjadi penyimpangan sifat sel-selnya. Juga susunan dan

bentuknya. Makin anaplastik suatu tumor maka tumor itu makin

ganas.

7) Kehilangan polaritas atau susunan sel

8) Tumor ganas biasanya menyebabkan meninggalnya penderita.20

G. Stadium Klinik

Ada beberapa sistim untuk penentuan stadium kanker payudara, diantara

yang sering dipakai adalah sistim Manchester, Columbia Clinical Classification

dan cara penggolongan TNM dari American Joint Cancer on Commitee ( AJCC ).

TNM adalah penentuan stadium tumor menurut tiga komponen dasar; tumor

primer (T), kelenjar regional (N), dan metastasis (M). Penentuan stadium ini

penting untuk rencana terapi dan meramalkan prognosis.21

Tabel 1

10

Page 11: Refer At

Klasifikasi kanker payudara berdasarkan TNM3

T Kanker primerTX Tumor primer tak dapat di nilai (misal telah direseksi)T0 Tak ada bukti lesi primerTis Karsinoma in situT1 Diameter tumor terbesar ≤2 cmTmic Infiltrasi mikro ≤ 0,1 cmT1a Diameter terbesar > 0,1 cm, tapi ≤ 0,5 cmT1b Diameter terbesar > 0,5 cm, tapi ≤ 1 cmT1c Diameter terbesar > 1 cm, tapi≤ 2 cmT2 Diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi ≤ 5 cmT3 Diameter tumor terbesar > 5 cmT4 Berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding toraks

atau kulitT4a Menyebar ke dinding toraksT4b Udem kulit mamae ( termasuk peau d’orange)T4c Terdapat 4a dan 4b sekaligusT4d

Karsinoma mamae inflamatorikStatus LimfonodiN Kelenjar limfe regionalNx Kelenjar limfe regional tak dapat dinilaiN0 Tak ada metastasis kelenjar limfe regionalN1 Metastase ke lnn axillaris ipsilateral yang masih mobileN2 Kelenjar limfe metastatik fosa axillaris ipsilateral saling konfluen

dan terfiksasi dengan jaringan lainN2a Kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi

dengan jaringan lainN2b Metastasis kelenjar limfe mamaria interna, tanpa metastasis

kelenjar limfe aksilarN3 Metastasis ke lnn supraklavikularis atau infraklavikularis

ipsilateral atau edema lenganN3a Metastasis kelenjar limfe infraklavikularN3b Metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar

limfe aksilarN3c Metastasis kelenjar limfe supraklavikular

Metastase

11

Page 12: Refer At

JauhMx Metastasis jauh tak dapat dinilaiM0 Tak ada metastasis jauhM1 Ada metastasis jauh

Untuk membuat rencana terapi yang tepat diperlukan penetapan stadium klinis,

berdasarkan klasifikasi TNM yaitu:

Tabel 2

Stadium klinis14

Stadium 0 Tis N0 M0Stadium 1 T1 N0 M0Stadium II A T0 N1 M0

T1 N1 M0T2 N0 M0

Stadium II B T2 N1 M0T3 N0 M0

Stadium III A T0 N2 M0T1 N2 M0T2 N2 M0T3 N1 M0T3 N2 M0

Stadium III B T4 N0 M0T4 N1 M0T4 N2 M0

Stadium III C Tiap T N3 M0Stadium IV Tiap T Tiap N M1

H. Klasifikasi Histopatologi

Identifikasi subtipe histopatologi kanker payudara penting karena ada

kaitannya dengan aspek klinik yaitu prediksi metastasis, terapi dan prognosis.

Klasifikasi yang sering dipergunakan adalah klasifikasi WHO.

Tabel 3

12

Page 13: Refer At

Klasifikasi histopatologi kanker payudara22

Karsinoma non invasive(in situ)

Karsinoma intraduktus

Karsinoma intralobuler

Karsinoma invasifkarsinoma duktus invasifkarsinoma duktus invasif dengan predominan komponen intraduktus

karsinoma lobuler invasifkarsinoma tubulerkarsinoma medulerkarsinoma papilerkarsinoma mukoidkarsinoma adenoid kistikkarsinoma apokrinkarsinoma sel skuamoskarsinoma paget

I. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Ada banyak pilihan pengobatan pada penderita kanker payudara.

Pengobatan yang bagus untuk seorang wanita belum tentu bagus untuk wanita

yang lain. Pilihan pengobatan untuk kanker payudara antara lain: pembedahan,

terapi radiasi, terapi hormonal, kemoterapi dan terapi target. pembedahan dan

terapi radiasi merupakan lokal terapi. Sedangkan terapi hormonal, kemoterapi dan

terapi target merupakan terapi sistemik. Sebelum merencanakan terapi kanker

payudara, diagnosis klinis dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus

dipastikan dahulu.

Pada sebagian besar pasien, terapi bedah primer bertujuan untuk

mengangkat tumor dan untuk menentukan stadium serta prognosis dari tumor dan

kelenjar getah bening (KGB) aksila. Pembedahan dapat berupa mastektomi

radikal yang dimodifikasi atau konservasi payudara ( lumpektomi dengan

radioterapi pascaoperasi ).

13

Page 14: Refer At

Radioterapi ajuvan pada payudara mengurangi risiko rekurensi tumor lokal

setelah operasi konservasi payudara. Radioterapi pada aksila dilakukan apabila

pengambilan sampel KGB aksila telah menunjukkan hasil positif, namun tidak

dilakukan apabila telah dilakukan diseksi aksila lengkap karena hanya menambah

sedikit pada kontrol lokal dan menimbulkan insidensi limfedema yang tinggi. 23

Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada

penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan

kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi

ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah

menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang

kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah

kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil ( CMF ) selama enam

bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan kepada yang

pascamenopause diberikan terapi ajuvan hormonal berupa pil antiestrogen.19

Bentuk terapi juga bergantung kepada kecepatan progresi, status

menopause, umur, interval bebas sakit, dan kondisi penderita. Adanya aktivitas

reseptor estradiol ( ER ) dan reseptor progesteron ( PGR ) dalam jaringan tumor

merupakan ukuran untuk dependensi tumor terhadap hormon dan kemungkinan

reaksi yang baik terhadap terapi hormonal. Indikasi pemberian terapi hormonal

adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Terapi yang dipilih

merupakan terapi dengan toksisitas terkecil tetapi yang paling mampu meniadakan

gejala. Pada penderita postmenopause diberikan tamoxifen dan pada penderita

premenopause dapat diberikan tamoxifen atau ovariektomi .17

Pada terapi hormon terdapat beberapa golongan obat yang digunakan,

antara lain adalah golongan antiestrogen yang salah satu obatnya adalah

Tamoksifen yang juga merupakan first-choice drug dalam terapi kanker payudara.

Tamoksifen merupakan prodrug dan metabolitnya, 4-hydroxytaminofen dan des-

N-methyl-4-hydroxytaminofen (endoxifen) yang berkompetisi dengan estrogen

untuk berikatan dengan reseptor estrogen. Dalam jaringan payudara, 4-

hydroxytaminofen bertindak sebagai antagonis sehingga transkripsi gen respon

estrogen dihambat, dengan demikian efek estrogen pun dapat dihambat. Terapi

14

Page 15: Refer At

hormon umumnya diberikan secara tunggal karena penggunaan obat kombinasi

tidak menunjukkan meningkatnya efek tetapi malah meningkatkan toksisitas.

Sebagian sel kanker mempunyai reseptor yang apabila bergabung dengan

faktor pertumbuhan akan menyebabkan kanker terus berkembang. Saat ini banyak

obat diproduksi yang bertujuan untuk membunuh sel kanker melalui cara

menghambat reseptor tersebut sehingga reseptor tidak dapat bekerja. Obat ini

disebut dengan terapi target.

J. Pencegahan Kanker Payudara

Upaya diagnosis dini dengan melakukan berbagai jenis pemeriksaan payudara:

a. Sadari ( pemeriksaan payudara sendiri )

b. Saranis ( pemeriksaan payudara klinis ) oleh dokter atau bidan

c. Biopsi aspirasi jarum halus

d. Mamografi

e. Breast imaging, seperti ultrasound atau MRI scanning.

Cara pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI )

1. Posisi berdiri

Berdiri di depan cermin, relaks, tangan di pinggang, lihat keadaan umum

payudara dalam hal besar, kedudukan, bentuk, warna kulit, dan perubahan

lain dari keadaan normal atau tidak ada sebelumnya.

2. Posisi berdiri

Berdiri di depan cermin, angkat kedua lengan ke atas, perhatikan

perubahan yang terjadi pada payudara, dibandingkan dengan keadaan

tegak biasa atau adanya perubahan dari keadaan normal sebelumnya.

Secara khusus perhatikan adanya kemungkinan tanda-tanda penarikan

atau ketegangan kulit.

3. Posisi berbaring

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan, yaitu

dengan perabaan memakai ujung-ujung jari tangan, dari batas luar

15

Page 16: Refer At

payudara hingga ke arah puting. Periksa secara seksama terhadap segala

kemungkinan adanya benjolan kecil.

4. Posisi berdiri

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan.

Bandingkan keadaannya dengan waktu berbaring sebelumnya, dengan

segala kemungkinan benjolan yang ditemukan .24

16

Page 17: Refer At

BAB III

KESIMPULAN

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan non-kulit yang paling

sering ditemukan pada wanita, yaitu sekitar 20% dari semua kasus kanker dan

sekitar sepertiga dari wanita - wanita yang menderita kanker payudara akan

meninggal dunia karena penyakit tersebut. Penyebab spesifik kanker payudara

masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, faktor tersebut

diantaranya: usia, riwayat keluarga, usia menarche awal, terlambat menopause,

obesitas, biopsi yang menunjukkan hiperplasia atipikal dan faktor geografis.

Penegakan diagnosis kanker payudara menggunakan triple diagnosis yaitu: klinis

( anamnesis dan pemeriksaan fisik), mammografi/ ultrasonografi (USG) payudara

dan fine needle aspiration biopsy (FNAB). Pilihan pengobatan untuk kanker

payudara antara lain: pembedahan, terapi radiasi, terapi hormonal, kemoterapi dan

terapi target.

17

Page 18: Refer At

DAFTAR PUSTAKA

1. Alpers C.E., Anthony D.C., Aster J.C. et al. 2009. Buku Saku Dasar

Patologis Penyakit Robbins dan Cotran, Ed. 7. Jakarta: EGC pp.

633-43.

2. Jemal A., Siegel R., Ward E., et al.,2009. Cancer Statistics, 2009. CA

CANCER J CLIN ;59:225-249.

3. Desen, Wan. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta: FKUI

4. WHO. 2011. New physical activity guidance can help reduce risk of breast,

colon cancers.Diakses pada 5 Februari 2011 dari

http://www.who.int/mediacentre/news/notes/2011/world_cancer

_day_20110204/en/

5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Kanker Penyebab

Kematian Keenam Terbesar di Indonesia. Diakses pada 8

Desember 2010 dari http://www.kementrianKRI.html

6. Underwood, J.C.E. 2004. General and Systematic Pathology. Philadelphia:

Elsevier.

7. Anonim. Kanker Payudara. Available on

http://www.cancerhelps.com/kanker-payudara.htm. Diakses

tanggal 1 Mei 2012.

8. Andrian, Aan. Kanker Payudara. Available on: http://aanandriansaputra.blogspot.com/2011/01/operasi-payudara.html. Diakses tanggal 10 Mei 2012

9. Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Vol:2. Jakarta: EGC

10. Faiz, Omar dan Moffat, David. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta:

Erlangga

11. Lumley, John. 2002. Surface Anatomy the Anatomical Basis of Clinical

Examination. Philadelphia: Elsevier.

12. Snell, Richard. 1993. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

EGC.

18

Page 19: Refer At

13. Agur, Anne dan Keith L.M. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:

Hipokrates.

14. Sabiston, David. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

15. Cotran R.S., Kumar V., Robbins S.L., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi

7.Volume 1. Jakarta: EGC

16. Suryaningsih E.K. dan Sukaca. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara.

Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

17. Velde C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J.Th., 1999. Onkologi. Jogjakarta:

Gadjah Mada University Press.

18. Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

Jakarta: Erlangga.

19. Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

20. Wahyuni, Arlinda. 2002. Analisis Ketahanan Hidup 5 Tahun pada Penderita

Kanker Payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tesis

21. Singletary, Connolly. 2006. Breast Cancer Staging: Working With the Sixth

Edition Of The AJCC Cancer Staging Manual. CA Cancer J

Clin. 56: 37-47.

22. Tambunan, Gani. 1995. Diagnosis dan Tata Laksana Sepuluh Jenis Kanker

Terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC.

23. Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga

24. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka

Cipta

19