EFUSI PLEURA I. DEFINISI Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005). Sedangkan menurut Jhon Gibson,MD (1995) efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya. II. ANATOMI & FISIOLOGI PLEURA Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121). Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104). Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFUSI PLEURA
I. DEFINISI
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson
2005). Sedangkan menurut Jhon Gibson,MD (1995) efusi pleura adalah suatu keadaan
dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan
akan membahayakan jiwa penderitanya.
II. ANATOMI & FISIOLOGI PLEURA
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut.
Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah.
Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson,
MD, 1995, 121). Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-
paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang
melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis).
Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama
pernafasan.
Gbr 1. Anatomi Pleura
1
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler
didalam pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui
pleura visceralis melalui system limfatik dan vaskuler. Penyerapan cairan pada pleura
visceralis dapat dipermudah dengan adanya banyak mikrofili di sekitar sel-sel
mesotelial. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih
besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan
permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada
ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua
pleura karena biasanya terdapat cairan pleura berkisar antara kurang dari 1 ml – 20 ml
yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman,
1990,785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga pleura bias menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar
oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke dalam mediastinum.. Permukaan
superior dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura parietalis disamping adanya
keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbs oleh pleura
visceralis. Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang
ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan rang fisik yang jelas. (Guyton
dan Hall, 1997, 607).
III. ETIOLOGI
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis :
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava
superior, tumor, sindroma meig. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena
pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan
kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah. Transudasi juga
dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal.
Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura
cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.
2
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, ifark
paru, radiasi, penyakit kolagen. Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan
atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau
gangguan absorpsi getah bening. Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini
disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan infeksi dari struktur yang
berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau
perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa cairan
hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma maupun
keganasan.
3. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
4. Cairan getah bening; meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh
sumbatan aliran getah bening toraks, misalnya pada filiarisasi atau metastasis pada
kelenjar getah bening dari suatu keganasan.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit
dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru,
lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
IV. PATOFOSIOLOGI
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan
osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan
bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,
bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra
pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain(1) penghambatan drainase
limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru
3
dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan
yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik
kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi
atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura,
yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma
dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).
Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang
terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitial
submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain
itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
V. GEJALA KLINIK
Beberapa gejala disebabkan oleh penyakit yang mendasari. Pada pneuonia
akan menyebabkan demam, mengigil, dan nyeri dada pleuritik. Efusi malignan dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala:
- Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area
yang berisi cairan, bunyi napas minimal.
- Efusi ringan sampai sedang : dispnea biasa.
Selain itu gejalanya dapat berupa :
1. Sesak nafas
2. Rasa berat pada dada
3. Berat badan menurun pada neoplasma
4. Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis
5. Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empilema
6. Ascites pada sirosis hepatis
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik dan
pemeriksaan fisik yang teliti. Sedangkan diadnosis pasti ditegakkan melalui pungsi
percobaan, biopsi, dan analisis cairan pleura.
4
Temuan klinis
Timbunan cairan dalam rongga pleura akan memberikan kompresi patologis
pada paru, sehingga ekspansinya akan terganggu dengan akibat akhir timbul sesak
napas (tanpa bunyi tambahan, karena bronkus tetap normal). Makin banyak timbunan
cairan, sesak akan makin terasa. Pada bebrapa penderita akan timbul batuk-batuk
kering, yang disebabkan oleh rangsangan pada pleura.
Pada pemeriksaan fisik, makin banyak cairan, maka akan makin tampak paru
sisi yang sakit tertinggal saat pernapasan/ekspansi dada. Fremitus akan melemah
(semakin banyak cairan, semakin lemah fremitus), bahkan pada efusi pleura yang
berat fremitus dapat sama sekali tidak terasa. Bila banyak sekali cairan dalam rongga
pleura, maka akan tampak sela-sela iga menonjol atau konveks. Pada perkusi di
daerah yang ada cairan akan dapat terdengar suara redup sampai pekak, makin banyak
cairan bunyi perkusi makin pekak. Suara napas akan melemah sampai menghilang
sama sekali (cairan banyak), yaitu karena paru sama sekali tidak dapat ekspansi lagi.
Pada efusi murni suara tambahan (ronki) tidak akan ada, sebab parenkim parunya
tetap normal. Adanya ronki hanya menunjukkan bahwa di samping adanya cairan,
paru itu sendiri juga mengalami perubahan patologis.
Beberapa jenis efusi pleura dalam waktu cepat akan berubah menjadi fibrin
(Schwarte/fibrotoraks). Tepat sebelum Schwarte mencapai puncaknya, yaitu sewaktu
pleura viseralis dan parietalis masih dapat bergerak bebas walaupun sudah mulai ada
perlekatan di berbagai tempat, dapat terdengar plural friction rub pada setiap inspirasi
maupun ekspirasi, terutama yang dalam.
Diagnosis pleuritis tuberkulosis ditegakkan terutama berdasarkan adanya
kuman tuberkulosis dalam cairan efusi atau jaringan biopsi pleura. Pada daerah-
daerah dengan prevalensi tuberkulosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia
muda, sebagian besar efusi pleura disebabkan pleuritis tuberkulosis meskipun tidak
ditemukan adanya granuloma pada biopsi jaringan pleura.
Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Dalam foto
thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang
melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
5
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
CT scan dada
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta
cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di
konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat
diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml,
sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura
sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya
sudut costophreicus yang tidak tajam.
6
VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
INTERPRETASI FOTO TORAKS
Cara sistematis dalam membaca foto toraks :
1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi
penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bias menimbulkan keraguan
karena bias menyerupai suatu penyakit misalnya kongesti paru, kardiomegali,
atau mediastinum yang lebar. Kesampingkan bayangan-bayangan yang terjadi
karena rambut, pakaian atau lesi kulit.
2. Cek apakah exposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas yang benar,
maka jari yang diletakkan di daerah yang hitam pada foto tepat dapat terlihat).
Foto yang pucat karena “underexposed” harus diinterpretasikan hati-hati,
gambaran paru bisa memberikan kesan adanya edema paru atau konsolidasi.
Foto yang hitam karena “overexposed” bias memberikan kesan adanya
emfisema.
3. Cek apakah tulang-tulang seperti clavicula, scapula, cervical, costae dalam
keadaan normal.
4. Cek apakah posisi diafragma normal, diafragma kanan biasanya 2,5 cm lebih
tinggi dari diafragma kiri. Cek sinus costophrenicus dan cardiophrenicus pada
foto PA, AP maupun lateral. normalnya sinus costhprenicus dan
cardiophrenicus lancip.
5. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah masa abnormal,, dan
carilah trachea.
6. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Diameter
jantung pada orang dewasa (foo berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada.
7. Semua corakan paru yang normal adalah vascular. Cek apakah ukuran dan
polanya normal.
Bayangan pada hilus harus memperlihatkan masing-masing pembuluh darah
yang menggambarkan arteri pulmonalis dan vena-vena besar. Mungkin sulit
untuk melihat vena pulmonalis yang lain. Hilus kiri normal lebih tinggi
daripada hilus kanan.
7
Ingat bahwa sistem paru dan jantung amat erabungan dank arena itu
perubahan-perubahan pada paru (missal edem) bias merupakan akibat
sekunder dari perubahan-perubahan pada jantung.
TORAKS NORMAL
Toraks orang dewasa
Toraks terbagi dua oleh mediastinum di tengah-tengah. Di sebelah kiri dan
kanan mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara, yang oleh karenanya relatif
radiolusen (hitam) dibandingkan dengan mediastinum, dinding toraks dan bagian atas
abdomen (putih).
Toraks orang dewasa
Bentuk toraks mempunyai variasi yang sangat luas pada keadaan normal dan
bergantung pada umur dan habitu seseorang. Tulang yang membentuk kerangka
toraks ini adalah : kesua belah scapula dan klavikula serta sternum, vertebra servikal
dan torakal, dan iga-iga. Sternum biasanya tidak dapat dilihat jelas pada foto PA,
karena ada superposisi dengan vertebra torakal, tetapi bagian pinggir-pinggir
manubrium sering dapat dilihat dengan baik. Untuk menyelidiki sternum lebiih baik
dibuat foto lateral dan foto dengan teknik khusus dari belakang agak miring ke depan
tengah.
Semua tulang iga hampir serupa bentuknya. Iga-iga yang terletak di sebelah
anterior adalah lebih tinggi di sebelah lateral daripada di sebelah medial, sehingga
oga-iga kiri kanannya sama nomernya kira-kira merupakan huruf V, sedangkan iga
yang terletak di sebelah posterior lebih tinggi di sebelah medial daripada di sebelah
lateral dan iga-iga kiri kanan yang sama nomernya kira-kira merupakan huruf A.
Kedua skapula sering menyebabkan superposisi pada dinding toraks sehingga
margo vertebralis dan inferiornya menutup bagian lateral paru-paru bagian atas.
Superposisi ini dapat dihindarkan dengan mengadakan endorotasi mksimal
dipersendian bahu waktu foto dibuat.
8
Gbr 2. Foto Toraks Normal
Jaringan lunak
Jaringan lunak dinding toraks, baik yang terletak di sebelah depan maupun
dibelakang, mungkin merupakan bayangan luas yang menyelubungi isi toraks, dan
yang terpenting diantaranya adalah payudara wanita. Bagian tubuh ini menyebabkan
bayangan-bayangan suram, yang luas dan letaknya berganung pada besarnya.
Kadang-kadang bayangan payudara ini terletak rendah sampai dib again bawah
diafragma pada wanita-wanita yang telah lanjut umurnya, sedangkan anak gadis
letaknya lebih tinggi, juga papilla mammae mangakibatkan bayangan yang lebih
tinggi lagi densitasnya, berganung pada tebalnya.
Bayangan muskulus sternokleidomastoideus mungkin jelas sekali kelihatan
membujur dari leher di luar toraks sampai ke manubrium sterni, bagian paru-paru
yang tidak tertutup oleh bayangan ini kelihatan amat jelas, radiolusen. Kalau batas
bayangan muskuls sternokleidomastoideus ini konkaf, maka bersama dengan batas
medial iga 1 dan apeks yang juga konkaf, mungkin terlihat bayangan menyerupai
sebuah kavitas.
Bangunan intratorakal
Rongga toraks diisi oleh bangunan-bangunan yang densitasnya satu sama lain
sangat berbeda, yaitu densitas yang tinggi dari jaringan lunak terhadap densitas yang
rendah dari udara. Di sebelah bawah rongga toraks dibatasi oleh kedua diafragma , di