PROSES MORFOFONEMIK PREFIKS {N} DALAM BAHASA JAWA, {meN-} DALAM BAHASA INDONESIA, DAN {iN-} DALAM BAHASA INGGRIS Anam Sutopo & Teguh Sarosa Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract The aim of this research is to come across the disparities and the identicalnesses of morphophonemic process of {meN-} in Indonesian, {N-} in Javanese, and {iN-} in English. The data are taken from two daily newspapers Solo Pos, Jakarta Post, and a book of Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Constrastive analysis method is applied to contrast phoneme /N-/ of those three languages in order to elucidate divergences and semblances which may arise. Phoneme /N-/ of those prefixes tends to alter into: 1) /m-/ if it is followed by the basic form which is preceded by plosive bilabial consonant /p/ and /b/ and nasal bilabial consonant /m-/; /n-/ if it is followed by the phoneme plosive alveolar consonant /t/ and /d/. The other realizations of phoneme show the disparities of morphophonemic process among prefixes {meN-} in Indonesian, {N-} in Javanese, and {iN-} in English. Kata kunci: fonem, morfofonemik, dan analisis kontrastif 1 PENDAHULUAN Hampir semua bahasa-bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata sebagai unsur pembentuk kalimat seperti bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Jerman, dan Arab. Bahasa-bahasa ini mempunyai afiks, baik itu berupa awalan, akhiran maupun sisipan sebagai unsur pembentuk kata polimorfemis.
32
Embed
Rec - SAIDNA ZULFIQAR BIN TAHIR (VIKAR) | … · Web viewHampir semua bahasa-bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata sebagai unsur pembentuk kalimat seperti bahasa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROSES MORFOFONEMIK PREFIKS {N} DALAM BAHASA JAWA,
{meN-} DALAM BAHASA INDONESIA, DAN {iN-} DALAM BAHASA
INGGRIS
Anam Sutopo & Teguh Sarosa
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
The aim of this research is to come across the disparities and the identicalnesses of morphophonemic process of {meN-} in Indonesian, {N-} in Javanese, and {iN-} in English. The data are taken from two daily newspapers Solo Pos, Jakarta Post, and a book of Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Constrastive analysis method is applied to contrast phoneme /N-/ of those three languages in order to elucidate divergences and semblances which may arise. Phoneme /N-/ of those prefixes tends to alter into: 1) /m-/ if it is followed by the basic form which is preceded by plosive bilabial consonant /p/ and /b/ and nasal bilabial consonant /m-/; /n-/ if it is followed by the phoneme plosive alveolar consonant /t/ and /d/. The other realizations of phoneme show the disparities of morphophonemic process among prefixes {meN-} in Indonesian, {N-} in Javanese, and {iN-} in English.
Kata kunci:fonem, morfofonemik, dan analisis kontrastif
1 PENDAHULUAN
Hampir semua bahasa-bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan
kata sebagai unsur pembentuk kalimat seperti bahasa Indonesia, Jawa, Inggris,
Jerman, dan Arab. Bahasa-bahasa ini mempunyai afiks, baik itu berupa awalan,
akhiran maupun sisipan sebagai unsur pembentuk kata polimorfemis.
Proses pembentukan kata dikaji dalam bidang morfologi. Ada berbagai
macam bidang kajian morfologi, salah satu dari kajian tersebut yaitu
morfofonemik. Morfofonemik yaitu suatu kajian mengenai bidang kebersamaan
antara bunyi dan bentuk kata (Tarigan, 1985: 27). Sedangkan Ramlan (1997: 83)
mendefinisikan morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul
sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem yang lain. Ada tiga macam
proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia yaitu proses perubahan fonem,
penambahan fonem, dan hilangnya fonem. Sebagai contoh awalan {peN-} dalam
bahasa Indonesia akan mengalami perubahan jika awalan tersebut bertemu dengan
bentuk dasar yang berbeda-beda. Fonem /N-/ akan terealisasi menjadi /m-/ apabila
Anam Sutopo & Teguh Sarosa
digabungkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /p/, /b/, /m/;
terealisasi menjadi /n-/ apabila bentuk dasar diawali dengan fonem /t/, /d/; akan
terealisasi menjadi /η/ jika bentuk dasar diawali dengan fonem /k/ dan /g/; dan
akan terealisasi menjadi morf yang lain apabila fonem awal dari bentuk dasar
berbeda.
Bahasa Jawa mengenal proses morfofonemik dalam pembentukan kata-
kata polimorfemis. Proses tersebut dapat kita lihat pada penggabungan morfem
{N-} dengan berbagai bentuk dasar. Fonem /N-/ dalam bahasa Jawa akan
mengalami proses penambahan fonem menjadi ηe- apabila digabungkan dengan
bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata seperti ηedol; akan mengalami
proses perubahan menjadi η- apabila digabungkan dengan bentuk dasar yang
berawalan dengan fonem /s/ seperti pada ηikat 'menyikat', fonem /c/ seperti pada
ηoblos 'mencoblos' fonem /j/ seperti pada ηjiwit; menjadi m- apabila digabungkan
dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /p/ seperti macul
'mencangkul', fonem /m/ seperti pada bentuk malingi 'mencuri'.
Bahasa Inggris juga mempunyai proses morfofonemik pada proses
penggabungan prefiks nasal {iN-} dengan berbagai bentuk dasar. Namun realisasi
prefiks nasal tersebut tidak sebanyak bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Fonem /N-/ dari prefiks {iN-} akan terealisasi menjadi fonem /l/ apabila
digabungkan dengan fonem awal /l/ dari bentuk dasar; akan terealisasi menjadi /r/
apabila digabungkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /r/, akan
terealisasi menjadi /m/ apabila digabungkan dengan bentuk dasar yang berawalan
dengan fonem /p/ seperti pada bentuk im'p|rfekt 'tidak sempurna', /b/ seperti
pada im'bæl|ns 'ketidakseimbangan', /m/ seperti pada i'mezy|r|bl 'tidak dapat
diukur'; dan akan terealisasi menjadi bentuk yang lain apabila digabungkan
dengan bentuk dasar yang berbeda.
Yang menarik untuk dibahas dari proses morfofonemik tersebut adalah
apakah ada persamaan dan perbedaan proses morfofonemik di antara bahasa
Indonesia, Jawa, dan Inggris, khususnya dalam hal keselarasan penyesuaian
hubungan morfem dan fonem.
Namun tidak semua proses morfofonemik yang ada pada ketiga bahasa
tersebut akan dibahas dalam penelitian ini, tetapi penulis akan membatasi
pembahasan tentang prefiks nasal {meN-} dalam bahasa Indonesia, {N-} dalam
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 1, Februari 2006
bahasa Jawa, dan {iN-} dalam bahasa Inggris, dan mencoba membandingkannya
untuk mencari kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata.
Fonem nasal merupakan bentuk yang mengalami paling banyak
mengalami variasi perubahan jika dibandingkan dengan prefiks-prefiks yang lain.
Inilah yang mendasari pemilihan objek penelitian ini.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. untuk mendeskripsikan proses morfofonemik prefik {meN-} dalam bahasa
Indonesia.
2. untuk mendeskripsikan proses morfofonemik prefik {N-} dalam bahasa
Jawa.
3. untuk mendeskripsikan proses morfofonemik prefik {iN-} dalam bahasa
Inggris.
4. untuk mengetahui persamaan proses morfofonemik awalan {meN-} dalam
bahasa Indonesia, {N-} dalam bahasa Jawa, dan {iN-} dalam bahasa
Inggris, dalam hal keselarasan penyesuaian hubungan antara morfem dan
fonem.
5. untuk mengetahui perbedaan proses morfofonemik awalan {meN-} dalam
bahasa Indonesia, {N-} dalam bahasa Jawa, dan {iN-} dalam bahasa
Inggris, dalam hal keselarasan penyesuaian hubungan antara morfem dan
fonem.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara
teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah linguistik deskriptif
khususnya tentang morfofonemik prefiks nasal dalam bahasa Indonesia, bahasa
Jawa, dan bahasa Inggris sebagai suatu kajian kontrastif analisis. Secara praktis,
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penerbitan baik di jurnal intern
maupun ekstern kampus dan juga sebagai informasi para peneliti yang ingin
mengkaji tentang proses morfofonemik bahasa-bahasa yang lain.
Buku-buku yang sudah membahas masalah morfofonemik bahasa
Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Inggris di antaranya Morfologi Suatu
Tinjauan Deskriptif (Ramlan, 1997), Morfofonemik Bahasa Indonesia (Sudarno,
1990), Morphological Theory (Spencer, 1993), Generative Morphology (Scalise,
Anam Sutopo & Teguh Sarosa
1984), A Course in Modern Linguistics (Hockett, 1958), Morphology and Syntax
(Elson dan Picket, 1983), Morfologi Bahasa Jawa (Poejosoedarmo, 1979). Buku-
buku tersebut telah membicarakan kaidah-kaidah morfofonemik masing-masing
dari ketiga bahasa tersebut. Namun belum ada yang membahas kajian
morfofonemik ketiga bahasa tersebut sekaligus dalam sebuah penelitian sebagai
suatu kajian kontrastif . Pada garis besarnya ada persamaan dalam buku tersebut
dalam menjelaskan konsep tentang:
1.1 Konsep Morfofonemik
Morfofonemik merupakan kata serapan dari bahasa Inggris morphophonemics
atau sering juga disebut morphonemics atau ada juga yang menamakan
morfonologi (Heatherington dalam Tarigan, 1988). Morfofonemik berasal dari
kata morfem dan fonem. Morfem adalah unsur yang terkecil yang secara
individual mengandung pengertian dalam ujaran sesuatu bahasa (Hocket, 1958:
123). Menurut Bloomfield (1933: 161) morfem adalah suatu bentuk linguistik
yang tidak memberikan kemiripan parsial secara fonetik-semantik terhadap
bentuk lain. Ramlan (1997: 32) mendefinisikan morfem sebagai satuan gramatik
yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai
unsurnya. Sedangkan fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat
membedakan arti (Sudarno, 1990: 17). Kedua istilah tersebut membentuk suatu
istilah baru yaitu morfofonemik.
Ada berbagai macam pengertian mengenai istilah morfofonemik di
antaranya: Tarigan (1985: 27) menyatakan morfofonemik yaitu suatu kajian
mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Menurut Sudarno
(1990: 9) morfofonemik adalah ilmu yang mempelajari perubahan fonem akibat
proses morfologis. Sedangkan Ramlan (1997: 83) mendefinisikan morfofonemik
sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan
morfem dengan morfem yang lain.
Dalam penelitian ini konsep morfofonemik mengacu pada ketiga pendapat
para ahli bahasa di atas yaitu sebagai proses perubahan fonem sebagai akibat
bertemunya morfem {meN-} dalam bahasa Indonesia, {N-} dalam bahasa Jawa,
{iN-} dalam bahasa Inggris dengan bentuk dasarnya.
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 1, Februari 2006
1.2 Morfem, Morf, dan Alomorf
Untuk menjelaskan masalah morfofonemik perlu dipahami konsep tentang
morfem, morf, dan alomorf. Morfem yaitu unit terkecil yang bermakna yang
menyusun suatu bahasa (Nida, 1974: 6), sedangkan morf merupakan realisasi dari
perubahan morfem dan alomorf merupakan keseluruhan morf. Untuk
memudahkan memahami ketiga istilah ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat di
bawah ini:
a. Sartika membawa berbagai macam keperluan rias.
b. Serigala itu melolong setiap malam bulan purnama.
c. Polisi mencari siapa pelaku pengeboman di Bali.
d. Surti mengambil buku rahasia itu.
e. Pak Maman menyeduh jamu untuk menghilangkan rasa lelahnya.
Jika bentuk-bentuk seperti membawa, melolong, mencoba, mencari, mengambil,
dan menyeduh diuraikan atas morfem-morfem, maka bentuk tersebut akan terbagi
menjadi dua bagian yaitu (1) morfem bebas yaitu morfem yang bisa berdiri sendiri
sebagai unsur dalam suatu kalimat seperti bawa, lolong, cari, ambil, dan seduh,
(2) morfem terikat adalah morfem yang selalu melekat pada morfem bebas pada
penggunaannya dalam kalimat dalam hal ini yaitu morfem {meN-}.
Pada proses penggabungan antara prefiks {meN-} dan bentuk dasar
tersebut di atas, akan terjadi proses perubahan pada prefiks {meN-} yaitu berubah
menjadi mem- apabila bertemu dengan bentuk dasar yang didahului oleh fonem
/b/ seperti pada kalimat (a), berubah menjadi me- apabila bentuk dasar didahului
fonem /l/ seperti pada kalimat (b), berubah menjadi men- apabila didahului
fonem /c/, berubah menjadi meng- apabila didahului bentuk fonem /a/ seperti pada
kalimat d, dan berubah menjadi meny- apabila didahului /s/ seperti pada kalimat
(e). Bentuk-bentuk mem-, me-, men-, meng-, dan meny-, masing-masing disebut
morf. Keseluruhan morf tersebut dinamakan alomorf, yang merupakan alomorf
dari morfem {meN-}.
2 METODE PENELITIAN
Anam Sutopo & Teguh Sarosa
Dengan mempertimbangkan bahwa kosa kata bahasa Indonesia banyak
mengalami perkembangan khususnya melalui unsur serapan maka data dalam
penelitian ini, khususnya bahasa Indonesia, diperoleh dari surat kabar yaitu Solo
Pos. Surat kabar dianggap sebagai pemakai bahasa Indonesia yang dinamis
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Data untuk
bahasa Inggris diperoleh dari surat kabar Jakarta Post, sedangkan untuk bahasa
Jawa diperoleh dari buku Tingkat Tutur Bahasa Jawa karangan Poejosoedarmo
(1979). Buku ini memuat kosa kata ngoko yang diperlukan dalam penelitian ini.
Data diperoleh dengan cara scanning yaitu dengan mengamati dan
menentukan secara cepat bentuk kata polimorfemis yang mengandung unsur
prefiks nasal. Dengan menggunakan metode ini akan dapat diperoleh jumlah data
yang memadai dengan waktu yang relatif singkat.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan metode
contrastive analysis yaitu dengan cara membandingkan proses morfofonemik
prefik {meN-} dalam bahasa Indonesia, {N-} dalam bahasa Jawa, dan {iN-}
dalam bahasa Inggris, mengenai perubahan yang terjadi dalam kata bentukan.
Perubahan ini meliputi proses perubahan fonem, penghilangan fonem,
penambahan fonem, dan perubahan dan penghilangan fonem. Tujuannya yaitu
untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada di
antara ketiga bahasa tersebut.
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan menggunakan paparan terhadap setiap proses morfofonemik
yang terjadi dan dengan cara menggunakan bagan. Penggunaan paparan
dimaksudkan agar setiap proses morfofonemik yang terjadi dapat diketahui secara
lengkap dan komprehensif, sedangkan penggunaan bagan dimaksudkan agar lebih
mudah diketahui perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam
proses morfofonemik dalam ketiga bahasa tersebut.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Proses Morfofonemik Prefik {meN-} dalam Bahasa Indonesia.
Ada dua macam prefiks nasal dalam bahasa Indonesia yaitu {meN-} dan {peN-}.
Prefiks {meN-} mempunyai 6 (enam) alomorf yaitu mem-, men-, meG-, meGe-,
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 1, Februari 2006
me¥-, dan me-. Masing-masing morf ini terbentuk pada lingkungan yang
berbeda-beda tergantung pada fonem awal bentuk dasar.
1) Morf mem-
Prefiks {meN-} dalam bahasa Indonesia akan terealisasi menjadi mem- apabila
bertemu dengan fonem /p/, /b/, dan /f/ seperti pada bentuk membelai, memijit, dan
memfitnah.
Dalam proses morfofonemik tersebut di atas terjadi proses perubahan yaitu
perubahan dari prefik {meN-} menjadi mem-. Namun pada bentuk memijit selain
terjadi proses perubahan fonem terjadi pula proses penghilangan fonem. Proses
penghilangan ini terjadi apabila prefik {meN-} digabungkan dengan bentuk dasar
yang berawalan dengan fonem voiceless plosive bilabial /p/ tetapi apabila bentuk
dasar yang berawalan dengan fonem /p/ tersebut berasal dari bahasa asing atau
merupakan kata serapan maka tidak terjadi peluluhan seperti kata mempraktekan,
memprovokasi, memprediksi. Peluluhan ini juga tidak terjadi pada apabila bentuk
dasar diawali dengan consonant cluster /pr/ seperti prihatin, prakarsai, dan preteli
dan diawali dengan suku kata per seperti perkosa dan permainkan. Suku kata
pertama per pada bentuk perkosa berbeda dengan per pada kata permainkan, yang
pertama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bentuk dasar, sedangkan
yang kedua merupakan prefiks. Namun tidak ada perbedaan perlakuan dalam
proses morfofonemik.
2) Morf men-
Prefik {meN-} dalam bahasa Indonesia akan terealisasi menjadi men- apabila
prefiks ini digabungkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /t/,
/d/ dan /s*/ seperti pada bentuk menendang, mendakwa dan mensurvey.
Terjadi proses perubahan fonem pada proses morfofonemik di atas yaitu
dari {meN-} menjadi men-. Namun pada bentuk menendang selain terjadi proses
perubahan fonem juga terjadi proses penghilangan fonem yaitu apabila bentuk
dasar diawali dengan fonem voiceless plosive dental /t/ tetapi ada beberapa
perkecualian seperti pada bentuk dasar toleransi dan tolerir. Apabila prefik
{meN-} digabungkan dengan kata-kata ini maka fonem /t/ tidak mengalami
peluluhan seperti pada bentuk mentolerir, mentoleransi, dan mentranfusi.
Anam Sutopo & Teguh Sarosa
3) Morf meG-
Realisasi morf meG- terjadi apabila prefiks {meN-} digabungkan dengan bentuk
dasar yang berawalan dengan fonem -/k/, /g/, /kh/, /h/ dan semua fonem vokal
/a/, /e/, /i/, /o/ dan /u/ seperti pada bentuk meGuras, meGgali, meGkhayal, meGhimbau, meGasah, meGelak, meGintip, meGoGgok, dan
meGubah.
Bentuk meGuras berbeda dengan bentuk-bentuk lainnya. Selain terjadi
proses perubahan fonem dari {meN-} → meG sebagaimana terjadi pada contoh-
contoh lainnya, terjadi pula proses penghilangan pada bentuk ini yaitu
penghilangan fonem awal /k/ dari bentuk dasar. Namun tidak semua bentuk dasar
yang berawalan dengan fonem voiceless plosive velar /k/ akan mengalami proses
penghilangan fonem, seperti misalnya pada bentuk meGkilat. Proses
penghilangan fonem juga tidak terjadi apabila fonem /k/ diikuti fonem /r/
sehingga membentuk cluster seperti pada kata meGkristal dan meGkritik.
4) Morf me¥-Prefiks {meN-} akan terealisasi menjadi me¥- apabila digabungkan dengan
bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /s/, /c/, /j/, dan /sy/ seperti pada
bentuk me¥indir, me¥olok, me¥colok, me¥jaring, dan me¥syukuri.Bentuk me¥indir dan me¥olok mengalami proses morfofonemik yang
berbeda dengan contoh-contoh lainnya. Selain mengalami proses perubahan
fonem dari {meN-} menjadi me¥, bentuk tersebut juga mengalami proses
penghilangan fonem yaitu peluluhan fonem awal voiceless fricative alveolar /s/
dari bentuk dasar. Khusus mengenai bentuk me¥colok dan me¥olok,
keduanya merupakan dua bentuk yang berbeda karena dibentuk dari bentuk dasar
yang berbeda pula. Kata me¥colok mempunyai bentuk dasar colok, sehingga
fonem /c/ tidak mengalami peluluhan, sedangkan bentuk me¥olok berasal dari
kata solok, oleh karena itu fonem awal bentuk dasar mengalami peluluhan.
5) Morf meGe-
Realisasi morf meGe- terjadi apabila prefiks {meN-} digabungkan dengan
bentuk dasar yang hanya terdiri dari satu suku. Jadi proses penambahan fonem di
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 1, Februari 2006
sini tidak dipengaruhi fonem awal dari bentuk dasar tetapi dipengaruhi oleh
jumlah suku kata seperti pada bentuk meGecat, meGelas, meGebom,
meGebor, dan meGedrum.
Proses morfofonemik tersebut di atas terjadi mungkin dipengaruhi oleh
jumlah suku kata yang ada pada bahasa Indonesia. Sebagian besar kosa kata yang
ada pada bahasa Indonesia adalah kata yang terdiri dari dua suku kata dan tiga
suku kata.
6) Morf me-
Akan terjadi proses penghilangan fonem /N-/ apabila prefiks {meN-}
digabungkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /r/, /l/ , dan /w/
sehingga prefiks {meN-} akan terealisasi menjadi me- seperti pada bentuk
merusak, merintih, melukis, dan mewabah.
3.2 Proses Morfofonemik Prefik {N-} dalam Bahasa Jawa.
Dalam bahasa Jawa prefiks {N-} mempunyai 5 morf apabila prefiks ini
digabungkan dengan bentuk dasar yang lain. Morf dari prefiks {N-} yaitu m-, n-,
G-, Ge-, dan ¥. Alomorf ini akan terealisasi apabila digabungkan dengan bentuk
dasar yang berawalan dengan fonem yang berbeda.
1) Morf m-
Prefiks {N-} akan terealisasi menjadi m- apabila prefiks ini digabungkan dengan
bentuk dasar yang berawalan dengan fonem bilabial consonants /p/, /b/, /m/, and
semi vowel labiodental /w/ seperti pada bentuk malu, mbaleni, malingi, dan
menehi.
Pada contoh tersebut di atas terjadi proses perubahan fonem dari /N-/
menjadi m-. Namun pada bentuk malu, malingi, dan menehi selain terjadi proses
perubahan fonem juga terjadi proses penghilangan fonem. Fonem awal voiceless
plosive bilabial /p/ dari bentuk dasar palu, fonem awal voice nasal bilabial /m-/
dari bentuk dasar maling, dan semi vokal /w/ dari fonem awal bentuk dasar weneh
mengalami peluluhan.
2) Morf n-
Anam Sutopo & Teguh Sarosa
Prefiks {N-} akan terealisasi menjadi n- apabila prefiks ini digabungkan dengan
bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /t/, /d/, /th/ dan /dh/ seperti pada
bentuk nabraq 'menabrak', ndudut 'menarik', nuthuq 'memukul', dan ndhupaq
'menendang'.
Bentuk nabraq' dan nuthuq mengalami proses morfofonemik yang
berbeda dengan bentuk lainnya. Selain mengalami proses perubahan fonem juga
mengalami proses penghilangan fonem yaitu penghilangan fonem awal voiceless
plosive dental /t/ dan voice plosive dental /d/ dari bentuk dasar.
3) Morf G-
Prefiks {N-} akan terealisasi menjadi G- apabila prefiks ini digabungkan dengan
bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /k/, /g/, /r/, /l/, and /w/ seperti pada
bentuk Gukur 'menggaruk', Gganyang 'mengunyah', Grabekake 'menikahkan', Glalekake 'melupakan', dan Gwadulake 'mengadukan'.
Bentuk Gukur berbeda dengan bentuk yang lainnya. Selain mengalami
proses perubahan fonem seperti bentuk yang lain, bentuk ini juga mengalami
proses penghilangan fonem yaitu apabila bentuk dasar diawali dengan fonem
voiceless plosive velar /k/.
4) Morf ¥-
Realisasi morf ¥- terjadi apabila prefiks {N-} digabungkan dengan bentuk dasar
yang berawalan dengan fonem /s/, /c/, /j/, and /¥/ seperti pada bentuk ¥apu 'menyapu', ¥ukur 'memotong', ¥jaluq 'meminta', dan ¥ataqake 'membuktikan'.
Pada bentuk ¥apu, ¥ukur, dan ¥ataqake selain terjadi proses
perubahan fonem juga terjadi proses peluluhan fonem. Proses seperti ini terjadi
apabila fonem awal bentuk dasar adalah voiceless alveolar fricative /s/, voiceless
postalveolar affricate /c/ dan ¥.
5) Morf Ge-
Prefiks {N-} akan terealisasi menjadi Ge- jika prefiks ini digabungkan dengan
bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata seperti pada bentuk Gecet,
'mengecat', Gedol 'menjual', Gebom 'mengebom', dan Gebis 'naik bis'.
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 1, Februari 2006
Proses morfofonemik pada contoh tersebut di atas tidak dipengaruhi oleh
bentuk fonem awal dari bentuk dasar tetapi dipengaruhi oleh jumlah suku kata.
3.3 Proses Morfofonemik Prefiks {iN-} dalam Bahasa Inggris.
Prefiks {iN-} dalam bahasa Inggris mempunyai 4 (empat) morf yaitu im-, in-, il,
dan ir. Realisasi dari masing-masing morf ini terjadi jika prefiks {iN-}
digabungkan dengan bentuk dasar yang mempunyai fonem awal yang berbeda-
beda.
1) Morf im-
Prefiks {iN-} akan terealisasi menjadi im- jika prefiks ini digabungkan dengan
bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /p/, /b/, dan /m/ seperti pada bentuk
im'pas|bl 'tidak mungkin', im'bæl|ns 'ketidakseimbangan, dan i'mezy|r|bl 'tidak dapat diukur'.
2) Morf in-
Prefiks {iN-} akan terealisasi menjadi in- jika prefiks ini digabungkan dengan
bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /a/, /b*/, /d/, /e/, /æ/, /|/, /f/, /g/, /h/,
/i/, /j/, /k/, /l*/, /n/, /o/, /O/, /r*/, /s/, /t/ dan /v/ seperti pada bentuk:
/n/, /o/, /O/, /r*/, /s/, /t/ dan /v/. Tanda asterik pada fonem /b/, /l/ dan /r/
menunjukkan bahwa prefiks {iN-} bisa terealisasi menjadi im- dan in- apabila
digabungkan dengan ketiga morfem tersebut di atas. Prefiks {iN-} akan terealisasi
menjadi im- apabila maknanya negatif dan menjadi in- apabila makna bukan
sebagai penanda negatif. Proses perubahan ini juga terjadi pada bahasa Jawa
seperti di mana {N-} akan terealisasi menjadi /m-/ dan /G/ apabila digabungkan
dengan bentuk dasar yang berawal dengan semi vokal /w/ seperti pada bentuk
menehi dan Gwenehi, tetapi proses semacam ini tidak dipengaruhi oleh fungsi
dari prefiks tersebut sebagaimana terjadi dalam bahasa Inggris tetapi dipengaruhi
oleh ragam bahasa, di mana yang pertama adalah ragam informal sedangkan yang
kedua adalah ragam formal. Dalam bahasa Indonesia proses semacam ini juga ada
di mana prefiks {meN-} akan terealisasi menjadi me¥- dan men- apabila
digabungkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /s/ seperti pada
bentuk me¥uruh dan mensupport Proses semacam ini tidak dipengaruhi oleh
fungsi maupun ragam bahasa tetapi dipengaruhi oleh unsur serapan.
Linguistika Jawa Tahun ke 2, No. 1, Februari 2006
DAFTAR PUSTAKA
Bloomfield, Leonard. 1933. Language. New York: Henry Holt and Company.Elson, Benjamin F. dan Pickett, Velma B. 1983. Morphology and Syntax. Texas:
Summer Institute of LinguisticsHockett, Charles. 1958. A Course in Modern Linguistics. New York: The
Macmillan Company.Kardana, I Nyoman. 2001. Proses Morfologis pada Pronomina Persona Bahasa
Bali. Linguistik Indonesia, Jurnal Ilmiah MLI. Th. Ke 21, nomor 1.McMahon, April. 2002. An introduction to English Phonology. Edinburgh:
Edinburgh University Press Ltd.Nida, Eugene A. 1974. Morphology The Descriptive Analysis of Words. Ann
Arbor: The University of Michigan Press.Parera, Jos Daniel. 1988. Morfologi. Jakarta: PT Gramedia.Poejosoedarmo, Soepomo. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Ramlan, M. 1997. Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V.
Karyono.Scalise. 1984. Generative Morphology. Dordrecht: Foris Press.Spencer, Andrew. 1993. Morphological Theory: An Introduction to Word
Structure in Generative Grammar. Cambridge: Cambridge University Press.
Sudarno. 1990. Morfofonemik Bahasa Indonesia. Jakarta: Arikha Media Cipta.Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Morfologi. Bandung: PT. Angkasa.