Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari, baik yang merugikan maupun
yang menguntungkan. Reaksi redoks yang menguntungkan
misalnya saja reaksi yang berlangsung dalam proses
respirasi pada tumbuhan. Dalam proses ini,
karbohidrat dioksidasi menjadi karbondioksida dan
uap air dengan melepas energi, adapun contoh redoks
yang merugikan, yaitu korosi besi (besi berkarat).
Korosi ini sangat merugikan karena merusak banyak
bangunan dan benda-benda yang terbuat dari besi.
Reaksi redoks memiliki aplikasi yang luas dalam
bidang industri, misalnya prinsip reaksi redoks
mendasari pembuatan baterai dan aki, ekstrasi dan
pemisahan logam dengan logam lain, seperti emas,
perak dan kromium, membuat senyawa kimia, seperti
natrium hidroksida yang merupakan bahan baku dalam
banyak kegiatan industri. Reaksi redoks juga dapat
diaplikasikan dalam pembuatan logam seperti besi dan
baja. Pada dewasa ini penggunaan logam yang paling
banyak masih didominasi oleh logam besi dan
paduannya terutama di bidang permesinan. Logam
1
Page 2
aluminium dan paduannya juga mengalami penggunaan
yang meningkat akhir-akhir ini karena beberapa
sifat-sifatnya yang disukai yang salah satunya
adalah bobotnya yang ringan. Dalam penggunaannya
pada bidang teknik diharuskan memilih bahan logam
yang sesuai dengan keperluan aplikasi dalam hal
kekuatan, kekerasan, kekeuatan lelah, ketahanan
korosi dan sebagainya sehingga dalam pemakaiannya
akan memberikan hasil yang paling optimal. Dari itu
teknik pengolahannya harus memahami reaksi yang
tepat seperti penggunaan reaksi redoks tersebut
dalam penanganan yang tepat.
Proses oksidasi pada buah dapat kita amati
secara langsung, misalnya buah apel yang dikupas dan
didiamkan beberapa saat maka buah tersebut akan
berubah warna menjadi kecoklatan. Pencoklatan pada
apel setelah dikupas atau pada jus apel terjadi
karena senyawa polifenol teroksidasi, bentuk
polifenol teroksidasi ini nantinya dapat bergabung
satu sama lain membentuk senyawa makromolekul
berwarna coklat, dimana senyawa makromolekul ini
nantinya bisa membuat jus apel menjadi keruh. Begitu
pula pada kulit tubuh manusia, proses oksidasi dapat
berlangsung perlahan-lahan dalam jangka waktu yang
relatif lama namun nampak jelas perubahan dari
oksidasi kulit manusia ini. Proses oksidasi pada
kulit manusia atau disebut pula proses penuaan
2
Page 3
terjadi karena adanya radikal bebas (-OH). Jika di
suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi
tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal
bebas (-OH) seperti asap kendaraan, rokok mauoun
polusi maka tanpa adanya kehadiran antioksidan
radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul
lain disekitarnya, seperti pada kulit tubuh manusia.
Oksidasi sendiri adalah hancurnya jaringan tubuh
karena pengaruh radikal bebas.
Antioksidan sangat dibutuhkan manusia dalam
menghambat atau memperlambat proses oksidasi pada
tubuh. Buah strawberry memiliki fungsi yang sangat
besar terhadap proses penundaan penuaan pada tubuh
manusia. Buah ini memang banyak mengandung asam
salisilat (salah satu jenis asam beta-hidroksi yang
membantu mengencangkan kulit), silica, serta vitamin
B, C, E dan K. Dengan kemampuannya menyehatkan dan
meremajakan kulit, strawberry cocok digunakan untuk
hampir semua jenis kulit. Oleh karenanya strawberry
banyak dimanfaatkan industri-industri kosmetik
(terutama industri sabun mandi).
Dalam oksidasi-reduksi, suatu entitas diambil
atau diberikan dari dua zat yang bereaksi.
Situasinya mirip dengan reaksi asam basa.
Singkatnya, reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa
merupakan pasangan sistem dalam kimia. Reaksi
oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang
3
Page 4
sama, dalam hal keduanya digunakan dalam banyak
praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Konsep
penting secara perlahan dikembangkan: misalnya,
bilangan oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi),
reduktan (bahan pereduksi), dan gaya gerak listrik,
persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi
elektromagnet dan elektrolisis. Perkembangan sel
elektrik juga sangat penting. Penyusunan komponen
reaksi oksidas-reduksi merupakan praktek yang
penting dan memuaskan secara inteletual. Sel dan
elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya
sangat erat dalam kehidupan sehari hari dan industri
kimia.
Oleh karena itu untuk mengetahui dan dapat
memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dilakukan
percobaan yang sederhana dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Permasalahan
Adapun berdasarkan dari latar belakang di atas
dapat disimpulkan:
1. Penentuan Reaksi Spontan
a. Apakah reaksi yang terjadi spontan? Jika tidak,
mengapa? Dan jika iya, ditandai dengan apa?
b. Apakah reaksi yang terjadi sesuai dengan teori
atau tidak? Jika tidak, mengapa?
4
Page 5
2. Penentuan E° Sel
a. Berdasarkan percobaan, berapakah E° selnya?
b. Secara teoritis berapakah E° selnya?
c. Apakah hasil yang terbentuk sesuai teori atau
tidak? Jika tidak, mengapa?
3. Titrasi Asidimetri
a. Berapakah konsentrasi KMnO4?
1.3 Tujuan Penelitian
Melalui karya tulis ini, pembaca diharapkan
dapat:
1. Menentukan apakah suatu reaksi redoks bersifat
spontan atau tidak.
2. Menentukan E° sel.
3. Menentukan konsentrasi KMnO4.
1.4 Manfaat Penelitian
Karya tulis ini diharapkan dapat memberi manfaat
kepada berbagai pihak antara lain:
1.Tenaga pendidik, dapat digunakan sebagai bahan
ajar mereka untuk mendidik anak-anak bangsa dan
menambah pengetahuan pribadi.
2.Pelajar, dapat digunakan sebagai bahan belajar,
menambah pengetahuan, dan menyelesaikan tugas.
5
Page 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Percobaan Redoks
Redoks merupakan reaksi kimia yang disertai
perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks
terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang
ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan
reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai
dengan penurunan bilangan-bilangan oksidasi.
Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang
dimiliki suatu atom jika seandainya elektron
diberikan kepada atom yang lain yang
keelektronegatifannya lebih besar. Jika kedua atom
diberikan maka atom yang keelektronegatifannya lebih
kecil lebih positif sedangkan atom yang
keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan
oksidasi negatif.
Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya
perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati
dalam rekasi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan
pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan
7
Page 8
bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari
rekasi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih
sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi
biasa yang lainnya karena jumlah zat yang
dipertukarkan dalam rekasi redoks sering kali lebih
dari satu. Sama halnya dengan persamaan rekasi lain,
persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari
segi muatan dan materi, penyeimbang materi biasanya
dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbang
muatan agak lebih sulit. Karena itu perhatian harus
dicurahkan pada penyeimbang muatan. Muatan berguna
untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut
batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah
terima elektron antara dua sistem redoks.
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi senyawa lain dikatakan
sebagai oksidatif dan dikenal
sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator
melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga
dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima"
elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron.
Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang
memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang
tinggi (seperti H2O2, MnO4−, CrO3, Cr2O7
2−, OsO4) atau
senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga
dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih
8
Page 9
dengan mengoksidasi sebuah senyawa
(misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk
mereduksi senyawa lain dikatakan sebagaireduktif dan
dikenal sebagai reduktoratau agen reduksi. Reduktor
melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia
sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan"
elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma
elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor
sangat bervariasi. Unsur-unsurlogamseperti Li, Na,
Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor.
Logam-logam ini akanmemberikan elektronnya dengan
mudah. Reduktor jenis lainnya adalah reagen transfer
hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4), reagen-reagen ini
digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama
dalam reduksi senyawa-
senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi
lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen
(H2) dengan katalis paladium, platinum,
atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada
reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks
adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke
oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor
melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator
mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan
9
Page 10
oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah
reaksi disebut sebagai pasangan.
Reaksi Redoks ada yang berlangsung secara
spontan, ada pula yang berlangsung hanya jika
diberikan energi luar dari sistem (tidak spontan).
Reaksi korosi besi dan reaksi yang berlangsung pada
sel volta merupakan contoh reaksi redoks yang
berlangsung secara spontan. Adapun contoh reaksi
tidak spontan adalah reaksi yang terjadi pada proses
elektrolisis, seperti penyepuhan logam. Reaksi kimia
pada penyepuha logam tersebut berlangsung dengan
bantuan arus listrik. Suatu reaksi kimia (termasuk
reaksi redoks) yang berlangsung spontan dapat
ditandai dengan ciri-ciri berupa dihasilkan endapan,
terjadi gelembung, perubahan warna, dan perubahan
suhu. Reaksi spontan juga dapat dilihat dari
potensial selnya. Jika potensial sel yang dihitung
bernilai positif, maka reaksi sel berlangsung secara
spontan dan sel akan menghasilkan arus. Seperti yang
terlihat dalam reaksi antara Mg dengan Zn2+ sebagai
berikut.
Mg(s) / Zn2+(aq) || Mg2+(aq) /Zn(s) Eosel= +1,61 V
(reaksi spontan)
Jika reaksi dibalik, maka diperoleh
Mg2+(aq)+ Zn(s) → Mg(s) + Zn2+(aq) Eo sel = –1,61
V (reaksi tidak spontan)
10
Page 11
2.1.1 Tembaga (Cu)
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Cu dan nomor
atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa
Latin Cuprum. Tembaga
merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.
Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat
sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak,
dengan permukaan berwarna jingga kemerahan.
Tembaga dicampurkan dengan timah untuk
membuat perunggu.
Tembaga, perak, dan emas berada pada unsur
golongan 11 pada tabel periodik dan mempunyai
sifat yang sama: mempunyai satu elektron
orbital-s pada kulit atom d dengan sifat
konduktivitas listrik yang baik.
Sifat lunak tembaga dapat dijelaskan oleh
konduktivitas listriknya yang tinggi
(59,6×106 S/m) dan oleh karena itu juga
mempunyai konduktivitas termal yang tinggi
(kedua tertinggi) di antara semua logam murni
pada suhu kamar.
Bersama dengan sesium dan emas (keduanya
berwarna kuning) dan osmium (kebiruan), tembaga
adalah satu dari empat logam dengan warna asli
selain abu-abu atau perak. Tembaga murni
11
Page 12
berwarna merah-oranye dan menjadi kemerahan bila
kontak dengan udara.
Tembaga tidak bereaksi dengan air, namun ia
bereaksi perlahan dengan oksigen dari udara
membentuk lapisan coklat-hitam tembaga oksida.
Berbeda dengan oksidasi besi oleh udara, lapisan
oksida ini kemudian menghentikan korosi
berlanjut. Lapisan verdigris (tembaga karbonat)
berwarna hijau dapat dilihat pada konstruksi-
konstruksi dari tembaga yang berusia tua,
seperti pada Patung Liberty. Tembaga bereaksi
dengan sulfida membentuk tembaga sulfida.
Kebanyakan tembaga digunakan untuk peralatan
listrik (60 %); konstruksi, seperti atap dan
pipa (20%); mesin industri, seperti penukar
panas (15 %); dan paduan logam (5 %).
Paduan tembaga yang sudah dikenal sejak lama
adalah perunggu; kuningan (paduan tembaga-seng);
paduan tembaga-timah-seng, yang cukup kuat untuk
membuat senjata dan meriam; paduan tembaga dan
nikel, yang dikenal sebagai cupronickel dan
digunakan sebagai pembuat mata uang logam.
Tembaga ideal digunakan sebagai kabel
jaringan listrik karena mudah ditangani, dapat
ditarik menjadi kawat halus, dan memiliki
konduktivitas listrik tinggi.
12
Page 13
2.1.2 Seng (Zn)
Seng bernomor atom 30 dan bermassa 65,37 g/mol.
Elektronegativitas menurut Pauling adalah 1,6 dan
berdensitas 7,11 g/cm3 pada 20 °C. Titik leburnya
420 °C dan titik didihnya 907 °C. Potensial
standarnya – 0,763 V dan ditemukan oleh Andreas
Marggraf tahun 1746
Seng merupakan logam putih kebiruan berkilau
dan berada dalam kelompok IIb tabel periodik.
Seng bersifat getas pada suhu normal, tetapi
berubah menjadi ulet dan bisa ditempa ketika
dipanaskan antara 110 °C hingga 150 °C.
Unsur ini merupakan logam cukup reaktif yang
akan bereaksi dengan oksigen dan non-logam,
serta bereaksi dengan asam encer untuk
melepaskan hidrogen.
Seng merupakan unsur umum di alam dengan
sejumlah makanan mengandung konsentrasi tertentu
seng. Air minum juga mengandung sejumlah seng,
yang mungkin akan semakin tinggi bila disimpan
dalam wadah logam.
Limbah industri berpotensi menyebabkan
peningkatan jumlah seng dalam air minum sehingga
memicu masalah kesehatan. Seng terjadi secara
alami di udara, air dan tanah, tetapi
peningkatan konsentrasi seng umumnya disebabkan
oleh aktivitas manusia.
13
Page 14
Sebagian seng ditambahkan ke alam selama
kegiatan industri, seperti pertambangan,
pembakaran batu bara, dan pengolahan baja. Seng
merupakan unsur ke-23 paling melimpah di kerak
bumi. Bijih utama seng dikenal sebagai sfalerit.
Bijih seng lainnya adalah wurzite, smithsonite,
dan hemimorphite.
Daerah pertambangan utama berada di Kanada,
Rusia, Australia, Amerika Serikat, dan Peru.
Lebih dari 30% kebutuhan seng dunia dipenuhi
oleh seng daur ulang.
Seng terutama digunakan dalam proses
peleburan besi serta sebagai campuran paduan
logam. Logam ini juga digunakan sebagai pelat
negatif dalam beberapa baterai listrik serta
untuk atap dan selokan dalam konstruksi
bangunan, serta dalam die casting di industri
otomotif.
Seng oksida digunakan sebagai pigmen putih
dalam air atau cat dan sebagai aktivator dalam
industri karet. Sebagai pigmen, seng juga
digunakan dalam industri plastik, kosmetik,
kertas fotokopi, wallpaper, tinta cetak dll.
Beberapa aspek kimiawi seng mirip
dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua
unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu,
keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng
14
Page 15
merupakan unsur paling melimpah ke-24 di
kerak bumi dan memiliki
lima isotop stabil. Bijih seng yang paling
banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Para alkimiawan membakar seng untuk
menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai
"salju putih" ataupun "wol filsuf". Kimiawan
Jerman Andreas Sigismund Marggraf umumnya
dianggap sebagai penemu logam seng murni pada
tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro
Volta berhasil menyingkap sifat-sifat
elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan
seng pada baja untuk mencegah perkaratan
merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-aplikasi
lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan
aloi.Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang
dapat ditemukan, seperti seng karbonat dan seng
glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada
deodoran), seng pirition (pada sampo anti
ketombe), seng sulfida (pada cat berpendar), dan
seng metil ataupun seng dietil di laboratorium
organik.
Seng merupakan zat mineral esensial yang
sangat penting bagi tubuh. Terdapat sekitar dua
miliar orang di negara-negara berkembang yang
kekurangan asupan seng. Defisiensi ini juga
dapat menyebabkan banyak penyakit. Pada anak-
15
Page 16
anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, memengaruhi pematangan seksual,
mudah terkena infeksi, diare, dan setiap
tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000
anak-anak di seluruh dunia. Konsumsi seng yang
berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah
lesu, dan defisiensi tembaga.
Dalam bahasa sehari-hari, seng juga
dimaksudkan sebagai pelat seng yang digunakan
sebagai bahan bangunan.
Seng merupakan logam yang berwarna putih
kebiruan, berkilau, dan
bersifat diamagnetik.Walau demikian, kebanyakan
seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit
kurang padat daripada besi dan berstruktur
kristal heksagonal.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan
suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100
sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini
kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan
menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga
mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan
logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur
(420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif
rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng
merupakan yang terendah di antara semua logam-
logam transisi selain raksa dan kadmium.
16
Page 17
Walaupun seng maupun zirkonium tidak
bersifat feromagnetik, aloi ZrZn2 memperlihatkan
feromagnetisme di bawah suhu 35 K.
2.1.3 Besi (Fe)
Besi bernomor atom 26 dan bermassa 55,85
g/mol. Elektronegativitasnya menurut Pauling
adalah 1,8 dengan kepadatan 7,8 g/cm 3 pada 20
°C. Titik leburnya 1536 °C dan titik
didihnya 2861 °C. Potensial standarnya – 0.44 V
(Fe2+ / Fe) ; 0,77 V ( Fe3+ / Fe2+). Ditemukan
oleh orang jaman kuno.
Besi adalah logam berkilau, kuat, mudah
ditempa, dan berwarna perak abu-abu. Logam ini
memiliki empat bentuk kristal yang berbeda. Jika
terpapar udara, besi berpotensi mengalami karat.
Besi berkarat terutama di udara lembab, tetapi
tidak di udara kering.
Logam ini mudah larut dalam asam encer. Besi
merupakan unsur yang aktif secara kimia dan
membentuk dua seri utama senyawa kimia, besi
bivalen (II) atau fero, dan senyawa besi
trivalen (III) atau feri.
Besi merupakan unsur kesepuluh paling
melimpah di alam semesta. Besi juga unsur paling
melimpah (massa , 34,6%) yang membentuk bumi.
17
Page 18
Konsentrasi besi dalam berbagai lapisan bumi
bervariasi dari amat tinggi di inti hingga
sekitar 5% di kerak luar.
Sebagian besar besi ditemukan dalam berbagai
senyawa oksida besi, seperti mineral hematit,
magnetit, dan taconite. Inti bumi diyakini
sebagian besar terdiri dari paduan logam besi-
nikel. Unsur besi sangat penting dalam hampir
semua organisme hidup. Pada manusia, besi
merupakan unsur penting dalam hemoglobin darah.
Produksi besi dunia diperkirakan sekitar 500
juta ton per tahun, ditambah sekitar 300 juta
ton besi daur ulang. Daerah pertambangan utama
besi meliputi Cina, Brasil, Australia, Rusia,
Ukraina, Amerika Serikat, Kanada, Venezuela,
Swedia, dan India.
Besi merupakan logam yang paling banyak
digunakan, mencakup sekitar 95 % dari semua
logam yang diproduksi di seluruh dunia.
Penggunaan besi merentang dari wadah makanan,
mobil, obeng, mesin cuci, penjepit kertas,
hingga kapal tanker.
Baja adalah paduan besi yang paling dikenal.
Berbagai bentuk lain besi yang juga digunakan
adalah pig iron, besi cor, baja karbon, besi
tempa, baja paduan, dan oksida besi.
18
Page 19
Salah satu kelemahan besi adalah mudah
mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak
kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai
barang atau bangunan yang menggunakan besi atau
baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan
mengubah besi menjadi baja tahan karat
(stainless steel), akan tetapi proses ini
terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air.
Berbagai jenis logam
contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi
besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi
besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan
pada dua sifat tersebut.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat.
Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air.
Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan
lebih baik, karena keduanya melindungi besi
terhadap korosi.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas
dan mesin.Oli dan gemuk mencegah kontak dengan
air. Pembalutan dengan Plastik.Berbagai macam
barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan plastik.Plastik mencegah kontak
dengan udara dan air.
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang
dilapisi dengan timah.Pelapisan dilakukan secara
19
Page 20
elektrolisis, yang disebut tin plating.Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi,
lapisan timah hanya melindungi besi selama
lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan
timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka
timah justru mendorong/mempercepat korosi
besi.Hal itu terjadi karena potensial reduksi
besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena
itu, besi yang dilapisi dengan timah akan
membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi
sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong
korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat
hancur.
2.1.4 Aluminium (Al)
Aluminium beromor atom 13 dan bermassa
atom 26,98154 g/mol. Elektronegativitasnya
menurut Pauling adalah 1,5 dan berdensitas 2,7
g/cm-3 pada 20 °C. Titik leburnya 660,4 °C dan
titik didihnya 2467 °C. Potensial standarnya –
1,67 V. Ditemukan oleh Hans Christian Oersted
pada tahun 1825
Nama aluminium berasal nama kuno untuk alum
(tawas atau kalium aluminium sulfat). Aluminium
adalah logam lunak dan ringan dan memiliki warna
20
Page 21
keperakan kusam karena lapisan tipis oksidasi
yang terbentuk saat unsur ini terkena udara.
Aluminium adalah logam tidak beracun dan non
magnetik. Unsur ini hanya memiliki satu isotop
alami, aluminium-27, yang tidak radioaktif.
Aluminium merupakan elemen berlimpah dalam kerak
bumi dengan persentase sekitar 7,5% hingga 8,1%.
Aluminium sangat jarang ditemukan dalam
bentuk unsur bebasnya. Aluminium berkontribusi
besar mempengaruhi sifat-sifat tanah, yang hadir
terutama sebagai aluminium hidroksida.
Aluminium merupakan logam yang reaktif
sehingga sulit untuk mengekstrak dari bijihnya
yaitu aluminium oksida (Al2O3). Aluminium adalah
salah satu logam yang paling sulit untuk
dimurnikan karena teroksidasi sangat cepat.
Oksidasi aluminium membentuk senyawa yang
sangat stabil, tidak seperti karat pada besi
yang rapuh. Beberapa batu permata terbuat dari
kristal jernih aluminium oksida yang dikenal
sebagai korundum.
Kehadiran jejak logam lain menciptakan
berbagai warna: kobalt menciptakan batu safir
biru, dan kromium membuat batu rubi merah.
Sedangkan topaz adalah aluminium silikat
berwarna kuning dengan jejak besi.
21
Page 22
Aluminium ditemukan terutama sebagai bijih
bauksit dan memiliki ketahanan terhadap
oksidasi, kuat, serta ringan. Aluminium
digunakan di banyak industri untuk membuat
jutaan produk dan sangat penting bagi
perekonomian dunia.
Komponen struktur yang terbuat dari
aluminium sangat penting bagi industri
kedirgantaraan dan industri lain dimana
diperlukan logam dengan bobot ringan, serta
memiliki daya tahan dan kekuatan. Penggunaan
aluminium melebihi logam lainnya kecuali besi.
Aluminium murni dengan mudah membentuk paduan
dengan banyak unsur seperti tembaga, seng,
magnesium, mangan, dan silikon.
Hampir semua cermin modern dibuat
menggunakan lapisan reflektif tipis aluminium
pada permukaan belakangnya. Cermin teleskop juga
dilapisi dengan lapisan tipis aluminium.
Aplikasi lain unsur ini adalah sebagai konduktor
transmisi listrik dan kemasan (kaleng, foil,
dll).
Perkembangan terbaru dalam teknologi
aluminium adalah produksi busa aluminium dengan
menambahkan senyawa khusus ke aluminium cair
sehingga melepaskan gas hidrogen. Aluminium cair
harus dikentalkan terlebih dahulu dengan
22
Page 23
menambahkan oksida aluminium atau serat silikon
karbida. Hasilnya adalah busa padat aluminium
yang digunakan dalam terowongan lalu lintas dan
pesawat ruang angkasa.
Aluminium bukan merupakan jenis logam berat,
namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8%
dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga.
Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif
makanan, antasida, buffered aspirin,
astringents, semprotan hidung, antiperspirant,
air minum, knalpot mobil, asap tembakau,
penggunaan aluminium foil, peralatan masak,
kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang
baik.Terang dan kuat.Merupakan konduktor yang
baik juga buat panas.Dapat ditempa menjadi
lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi
menjadi batangan dengan bermacam-macam
penampang. Aluminium digunakan dalam banyak
hal.Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi.Juga secara luas digunakan
dalam bingkai jendela dan badan pesawat terbang.
Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman
ringan, tutup botol susu dan sebagainya.
Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu
mobil dan compact disks.
23
Page 24
2.1.5 Asam klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari
gas hidrogen klorida (H Cl ). Ia adalah asam kuat,
dan merupakan komponen utama dalamasam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam
industri. Asam klorida harus ditangani dengan
wewanti keselamatan yang tepat karena
merupakan cairan yang sangat korosif.
Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat
penting dan sering digunakan dalam awal
sejarahnya. Ia ditemukan
oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin
Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan
sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam
pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian
digunakan juga oleh ilmuwan Eropa
termasuk Glauber, Priestley, dan Davy dalam
rangka membangun pengetahuan kimia modern.
Massa atomnya 36,45 dan massa jenisnya 3,21
gr/cm3. Titik lelehnya -1010C. Pada suhu kamar,
HCl berbentuk gas yang tak berwarna dan berbau
tajam. HCl akan berasap tebal di udara lembab.
Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau
merangsang. Dapat larut dalam alkali hidroksida,
kloroform, dan eter. Merupakan oksidator
kuat. Berafinitas besar sekali terhadap unsur-
24
Page 25
unsur lainnya, sehingga dapat menjadi racun bagi
pernapasan.
2.1.6 Tembaga (II) sulfat (CuSO4)
Tembaga (II) sulfat, juga dikenal
dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekul Cu SO 4. Senyawa garam
ini eksis di bumi dengan kederajatan hidrasi
yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk
bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan
bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna biru
terang.
Tembaga (II) sulfat pentahidrat
akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150 °C,
akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu
63 °C, diikuti 2 molekul lagi pada suhu 109 °C
dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C.
Proses dehidrasi melalui dekomposisi separuh
tembaga tetraaqua(2+), 2 gugus aqua yang
berlawanan akan terlepas untuk menghasilkan
separuh tembaga diaqua(2+). Tahap dehidrasi kedua
dimulai ketika 2 gugus aqua terakhir terlepas.
Dehidrasi sempurna terjadi ketika molekul air
yang tidak terikat terlepas.
Pada suhu 650 °C, tembaga (II) sulfat akan
terdekomposisi menjadi tembaga (II) oksida (CuO)
25
Page 26
dan belerang trioksida (SO3). Warna tembaga(II)
sulfat yang berwarna biru berasal dari hidrasi
air. Ketika tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan
api, maka kristalnya akan terdehidrasi dan
berubah warna menjadi hijau abu-abu.
Tembaga sulfat bereaksi dengan asam klorida.
Pada reaksi ini, larutan tembaga (II) yang
warnanya biru akan berubah menjadi hijau karena
pembentukan tetraklorokuprat (II):
Cu2+ + 4 Cl– → CuCl42–
Tembaga (II) sulfat juga dapat bereaksi
dengan logam lain yang lebih reaktif dari
tembaga (misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb, etc.):
CuSO4 + Zn → ZnSO4 + Cu
CuSO4 + Fe → FeSO4 + Cu
CuSO4 + Mg → MgSO4 + Cu
CuSO4 + Sn → SnSO4 + Cu
3 CuSO4 + 2 Al → Al2(SO4)3 + 3 Cu
Tembaga yang terbentuk akan terlapisi di
permukaan logam lainnya. Reaksi akan berhenti
ketika tidak ada lagi permukaan kosong pada
logam yang dapat dilapisi oleh tembaga.
Tembaga (II) sulfat pentahidrat adalah
sebuah fungisida. Namun, beberapa jamur mampu
beradaptasi dengan peningkatan
kadar ion tembaga. Dicampur
dengan kapur biasanya disebut campuran
26
Page 27
Bordeaux dan digunakan untuk mengontrol jamur
pada tumbuhan anggur, melon,
dan beri lainnya. Keguanaan lainnya
adalah senyawa Cheshunt, sebuah campuran dari
tembaga sulfat dan amonium karbonat digunakan
dalam hortikultura untuk mencegah pelembaban
pada biji. Penggunaannya sebagai herbisida bukan
pertanian, melainkan untuk kontrol
serangan tanaman
air dan akar tumbuhan dengan pipa yang
mengandung air.
Hal ini juga digunakan di kolam
renang sebagai sebuah algaecide.
Sebuah larutan encer tembaga sulfat digunakan
untuk
mengobati ikan akuarium dari infeksi parasit, da
n juga digunakan untuk menghilangkan siput dari
akuarium.Ion tembaga sangat beracun bagi ikan,
sehingga perawatan harus dilakukan dengan
memperhatikan dosis. Sebagian besar
spesies alga dapat dikontrol dengan konsentrasi
tembaga sulfat yang sangat rendah. embaga sulfat
menghambat pertumbuhan
bakteri seperti Escherichia coli.
Untuk sebagian besar dari abad ke-
20, tembaga arsenat dikrom (CCA) adalah tipe
dominan untuk pengawetan kayu. Untuk
27
Page 28
membuat pressure-treated wood, tabung yang besar
diisi dengan sebuah bahan kimia encer.
Tembaga(II) sulfat pentahidrat dilarutkan di
dalam air bersama dengan zat aditif sebelum kayu
ditempatkan di dalam tabung. Ketika tabung
diberi tekanan, bahan kimia diserap oleh kayu,
memberikan kayu fungisida, insektisida,
dan sinar ultraviolet yang memantulkan sifat
yang membantu melestarikannya.
Beberapa tes kimia menggunakan tembaga
sulfat. Tembaga sulfat digunakan dalam larutan
fehling dan larutan benedict untuk mengetes gula
pereduksi, yang nantinya akan mereduksi tembaga
(II) sulfat yang berwarna biru
menjadi tembaga(I) oksida yang berwarna merah.
Tembaga sulfat juga digunaka pada reagen
biuret untuk mengetes protein.
Tembaga sulfat juga digunakan dalam uji
darah seseorang penderita anemia. Uji darah
dilakukan dengan meneteskannya pada larutan
tembaga sulfat. Dengan efek gravitasi, darah
yang banyak mengandung hemoglobin akan dengan
cepat tenggelam karena massa jenisnya besar,
sedangkan darah yang hemoglobinnya sedikit akan
lebih lama tenggelam.
Tembaga sulfat juga digunakan dalam sintesis
organik. Tembaga sulfat anhidrat ini akan
28
Page 29
mengkatalis transasetilasi pada sintesis
organik. Tembaga sulfat terhidrasi yang
direaksikan dengan kalium permanganat akan
menjadi oksidan untuk mengkonversi alkohol
primer.
2.1.7 Reaksi antara Cu dan HCl
Cu tidak bereaksi dengan HCl karena Cu
terletak disebelah kanan H dalam deret volta.
Logam-logam yang terletak di sebelah kanan H
dalam deret volta bersifat mulia atau setengah
mulia. Logam setengah mulia seperti Cu hanya
larut dalam asam oksidator (asam sulfat pekat,
asam nitrat pekat dan asam nitrat encer)
sedangkan logam mulia seperti emas dan platina
hanya larut dalam air raja ( campuran HCl pekat
dan asam nitrat pekat )
Dalam reaksi
HCl+Cu -->
HCl lah yang berupa ion (H plus dan Cl minus),
padahal Cu lah yang seharusnya tereduksi
nantinya. Jadi,reaksi tersebut tidak dapat
berlangsung.
2.1.8 Reaksi antara Al dan HCl
29
Page 30
Pada reaksi yang terjadi pada Al + HCl
berlangsung lambat dengan reaksi sebagai
berikut:
Selain mereaksikan HCl dengan Al pada
percobaan kali ini, logam aluminium kita ganti
dengan magnesium, dimana langkah-langkahnya sama
seperti pada reaksi logam Al HCl. Al lambat
beraksi dengan HCl.
2.1.9 Reaksi antara Fe dan HCl
2.1.10 Reaksi antara Zn dan HCl
->Reaksi yang menghasilkan gas
Apabila lempengan logam seng (Zn) dicampur
dengan larutan HCl (Asam klorida) maka akan
timbul gelembung – gelembung gas yang membentuk
larutan ZnCl2. hal ini disebabkan apabila produk
yang dihasilkan dari suatu reaksi tidak larut
dalam air dan titik didihnya rendah. Selain itu,
gas tersebut dapat terbentuk apabila reaksi
tidak stabil hingga terurai menjadi gas.
30
Page 31
Dari keempat reaksi yang terjadi di atas,
dapat disimpulkan bahwa reaksi metatesis terjadi
pada reaksi endapan dan reaksi pembentukan
gas.Dimaana reaksi – reaksi tersebut telah
melibatkan pertukaran atom/ion atau gugus
atom/gugus ion dengan atom/ion atau gugus
atom/gugus ion yang lainnya.Hasil pengamatan di
atas merupakan beberapa contoh reaksi –reaksi
kimia. Dari percobaan yang telah telah diamati,
reaksi kimia akan terjadi apabila ditandai
dengan berubahnya zat menjadi zat lainnya atau
menjadi zat baru dengan sifat – sifat yang baru
pula.
Gas akan terbentuk apabila produk yang
dihasilkan dari suatu reaksi tidak larut dalam
air dan titik didihnya rendah. Gas juga akan
dapat terbentuk apabila reaksi tidak stabil
hingga terurai menjadi gas dan air.
2.2Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari
aspek elektronik dari reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia
dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam
dua kelompok, yaitu sel galvani dan sel
31
Page 32
elektrolisis.Suatu sel elektrokimia terdiri dari
dua elektroda, yang disebut katoda dan anoda,
dalam larutan elektrolit. Pada elektroda katoda
terjadi reaksi reduksi. Sedangkan reaksi oksidasi
terjadi pada anoda. Sel elektrokimia dapat dibagi
menjadi:
a. Sel Volta / Sel Galvani merubah energi kimia
menjadi listrik. Contoh :baterai (sel kering)
dan accu
b. Sel Elektrolisis à merubah energi listrik
menjadi energi kimia. Contoh : penyepuhan,
pemurnian logam
Dalam sel volta, reaksi redoks spontan
digunakan sebagai sumber arus listrik. Sel
elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta.
Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks yang tidak spontan.
Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah,
elektroda, elektrolit, dan sumber arus searah.
Elektron memasuki kutub negatif (katoda). Spesi
tertentu dalam larutan menyerap elektron dari
katoda dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi
lain akan melepas elektron di anoda dan mengalami
oksidasi. Jadi sama seperti pada sel volta, reaksi
di katoda adalah reduksi, dan reaksi di anoda
adalah oksidasi. Akan tetapi muatan elektrodanya
berbeda. Pada sel volta, katoda bermuatan positif,
32
Page 33
dan anoda bermuatan negatif. Pada sel
elektrolisis, katoda bermuatan negatif dan anoda
bermuatan positif. Deret volta diurutkan
berdasarkan urutan potensial reduksi semakin ke
kiri, semakin kecil sehingga sifat pereduksi
semakin kuat (logam semakin reaktif atau semakin
mudah meengalami oksidasi).
Potensial elektroda standar suatu elektroda
adalah daya gerak listrik yang timbul karena
pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena
itu, potensial elektroda standar sering juga
disebut potensial reduksi standar. Potensial ini
relatif karena dibandingkan dengan elektroda
hidrogen sebagai standar. Nilai potensial
elektroda standar dinyatakan dalam satuan Volt
(V). Untuk elektroda hidrogen, E0 nya adalah
0,00V. Bila Eo > 0 à cenderung mengalami reduksi
(bersifat oksidator). Bila Eo < 0 à cenderung
mengalami oksidasi (bersifat reduktor).
Potensial standar sel adalah nilai daya gerak
listrik sel yang besarnya sama dengan selisih
potensial reduksi standar elektroda yang mengalami
reduksi dengan potensial reduksi standar elektroda
yang mengalami oksidasi.
Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi
33
Page 34
2.3Titrasi Redoks
Titrasi redoks adalah penetapan kadar reduktor
atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi
atau reduksi, dimana reduktor atau oksidator akan
teroksidasi dan oksidator akan mengalami reduksi.
Secara umum oksidasi diartikan sebagai reaksi
pengikatan oksigen dan reduksi sebagai reaksi
pelepas oksigen. Berdasarkan konsep elektron,
istilah redoks digunakan untuk reaksi dimana
terjadi pelepasan dan pengikatan elektron.
Pelepasan elektron disebut oksidasi sedangkan
pengikatan elektron disebut reduksi.
Oksidasi juga dapat diartikan reaksi yang
mengalami kenaikan bilangan oksidasi sedangkan
reduksi merupakan kebalikannya yaitu mengalami
penurunan bilangan oksidasi. Reaksi oksidasi dan
reduksi berjalan secara serentak, artinya
terjadinya reaksi oksidasi selalu diimbangi dengan
reaksi reduksi.
Beberapa jenis titrasi redoks antara lain
titrasi permanganometri (KMnO4 sebagai standar),
iodo-iodimetri (I2 atau I- sebagai standar),
titrasi bromatometri (KBrO3 sebagai standar) dll.
Pada titrasi permanganometri, larutan kalium
permanganate selain bertindak sebagai larutan
standar sekaligus juga indikator. Kekuatan
34
Page 35
oksidator kalium permanganat tergantung pada pH
larutan. Keragaman ini disebabkan karena mangan
mempunyai bilangan oksidasi yang berbeda yaitu
1,2,3,4,5 dan 7. Reduksi mangan dalam suasana asam
akan berubah dari bilangan oksidasi 7 menjadi 2.
Sedangkan dalam suasana basa dari bilangan
oksidasi 7 menjadi 4.
2.3.1Kalium Permaganat (KMnO4)
Kalium permanganat memiliki nama lain
yaitu chameleon mineral, CI 77755, kristal
condy’s dan cairox. Merupakan kristal yang
berwarna ungu menjadi kristal perunggu dan
stabil. Apabila kontak dengan senyawa yang
mudah menyala akan menyebabkan kebakaran dan
dijauhkan dari senyawa pereduksi, asam kuat,
material organik, peroksida, alkohol dan
senyawa kimia logam aktif. Kalium permanganat
merupakan oksidator kuat.
Kalium ini berupa padatan dan berbau.
Rasanya: manis, astringen. Berat molekulnya
158,03 g / mol dengan warna ungu. Mudah larut
dalam metanol, aseton. Sebagian larut
dalam air dingin, air panas. Larut dalam Asam
Sulfat
Dari hasil penelitian toksisitas kalium
permanganat adalah sebagai berikut:
35
Page 36
Apabila dimakan oleh tikus dengan dosis
1090-2157 mg/kg mengakibatkan kematian
sebanyak 50 % (LD50).
Apabila dimakan oleh wanita dengan
konsentrasi terkecil 100 mg/kg mengakibatkan
kematian.
Apabila dimakan oleh babi dengan dosis 1151
mg/kg mengakibatkan kematian sebanyak 50 %
(LD50).
Senyawa ini panas apabila dimakan atau
dihisap, juga mengakibatkan panas apabila
terjadi kontak dengan kulit. Dengan sedikit
larutan potasium permanganat dapat menyebabkan
melarutkan seng dengan menggunakan air yang
banyak.
Kalium Permanganat memiliki sifat sebagai
oksidasi yang kuat, maka kalium permanganat
digunakan untuk menghilangkan besi dari air.
Ini adalah disinfektan yang baik dan digunakan
untuk obat berbagai infeksi jamur pada tangan
dan kaki. Selain itu juga berguna sebagai
pereaksi dalam proses sintesis senyawa organik
seperti asam askorbat dan sakarin.
BAB III
36
Page 37
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan:
a. Penentuan Reaksi Spontan :
- Spatula (1)
- Kaca arloji (1)
b.Penentuan E° sel :
- Multimeter (1)
- Kabel (2)
- Jembatan Garam
- Gelas Kimia (4)
c.Titrasi Asidimetri:
- Gelas ukur (1)
- Gelas kimia (1)
- Labu Erlenmeyer (1)
- Corong (1)
- Pipet tetes (1)
- Buret (1)
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan
a.Penentuan Reaksi Spontan :
- Calsium (2 gr) (lihat Gambar 3.1)
- HCl 1 M (2 ml) (lihat gambar 3.2)
- HCl 5 M (2 ml) (lihat Gambar 3.3)
37
Page 38
- Larutan CuSO4 0,1 M (2 ml) (lihat Gambar 3.4)
- Aluminium (1 potongan kecil) (lihat Gambar 3.5)
- Seng (1 potongan kecil) (lihat Gambar 3.6)
- Besi (1 paku kecil) (lihat Gambar 3.7)
b.Penentuan E° sel :
- Larutan ZnSO4 (lihat Gambar 3.8)
- Larutan Al2(SO4)3 (lihat Gambar 3.9)
- Larutan CuSO4 (lihat Gambar 3.10)
- Larutan FeSO4 (lihat Gambar 3.11)
- Aluminium (1 potongan kecil)
- Seng (1 potongan kecil)
- Besi (1 paku kecil)
- Tembaga (1 potongan kecil)
c.Titrasi Asidimetri :
- Larutan KMnO4 (5 ml) (lihat Gambar 3.12)
- HCl 2.5 M (lihat Gambar 3.13)
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Penentuan Reaksi Spontan
Untuk melakukan percobaan dengan tujuan
menentukan suatu reaksi spontan atau tidak,
dapat melakukan langkah – langkah sebagai
berikut :
a. Alat dan bahan disiapkan.
38
Page 39
b. Tabung reaksi diisi dengan HCl 1 M sebanyak 2
ml.
c. Ca diambil dengan spatula sebanyak 2 gr dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Perubahan
yang terjadi diamati (lihat Gambar 3.14).
d. Larutan diencerkan dahulu dengan air sebelum
dibuang.
e. Tabung reaksi kembali diisi dengan HCl 5 M
sebanyak 2 ml.
f. Potongan kecil aluminium dimasukkan ke dalam
tabung dan amati reaksi yang terjadi. Setelah
itu, ulangi langkah d.
g. Tabung reaksi diisi dengan larutan CuSO4 0,1
M sebanyak 2 ml.
h. Potongan kecil seng dan besi dimasukkan
secara bergiliran ke dalam tabung dan dikocok
perlahan. Perubahan yang terjadi diamati
(lihat Gambar 3.15).
3.2.2 Penentuan E° Sel
Untuk melakukan percobaan dengan tujuan
menentukan E° sel, dapat melakukan langkah –
langkah sebagai berikut :
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Susun bahan dengan :
- Cu dan Al (lihat Gambar 3.16)
39
Page 40
- Fe dan Al (lihat Gambar 3.17)
- Zn dan Cu (lihat Gambar 3.18)
- Zn dan Fe (lihat Gambar 3.19)
- Al dan Fe (lihat Gambar 3.20)
- Al dan Zn (lihat Gambar 3.21), dilakukan
secara bergiliran.
c. Tegangannya diukur secara bergiliran.
d. Hasil pengukuran difoto.
3.2.3 Titrasi Asidimetri
Untuk melakukan percobaan titrasi, dapat
melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Buret diisi dengan HCl 2.5 M sebanyak 60 ml
(lihat Gambar 3.13).
b. Labu Erlenmeyer diisi dengan larutan KMnO4
sebanyak 5 ml.
c. Labu diletakkan di bawah buret dan keran
diputar hingga HCl bisa menetes perlahan
(lihat Gambar 3.22).
d. Sambil menunggu perubahan warna, labu dikocok
perlahan.
e. Setelah berubah warna, amati berapa banyak
HCl yang digunakan (lihat Gambar 3.23).
40
Page 41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan Reaksi Spontan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Reaksi antara Ca dan HCl
Setelah Ca dituangkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi HCl 1 M sebanyak 2 ml,
muncul gelembung seperti soda dan beberapa
saat kemudian sodanya habis dan Ca mengendap
di dasar tabung reaksi (lihat Gambar 3.14).
b. Reaksi antara Al dan HCl
Setelah potongan aluminium dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi HCl 5 M
sebanyak 2 ml, aluminium tersbut mereduksi
(semakin lama semakin habis) disertai dengan
timbul banyaknya gelembung. Setelah itu, air
menjadi keruh.
c. Reaksi antara Zn dan CuSO4
41
Page 42
Setelah potongan lempengan seng dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang berisi CuSO4 0,1 M
dan dikocok perlahan, lempengan seng tersebut
lama-lama berubah warna menjadi kemerahan
seperti tampak berkarat dan tabung reaksi
sedikit hangat. Larutan yang pada awalnya
berwarna biru muda menjadi bening.
d. Reaksi antara Fe dan CuSO4
Setelah paku kecil dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi CuSO4 0,1 M dan
dikocok perlahan, paku tersebut lama-lama
berubah warna menjadi hitam (lihat Gambar
3.15).
4.1.2 Penentuan E° Sel
a. Reaksi antara Cu dan Al (lihat Gambar 4.1)
Dari reaksi antara Cu dan Al, tegangan yang
diperoleh sebesar
V =2.2510
×2.5=0.5625V
b. Reaksi antara Fe dan Al (lihat Gambar 4.2)
Dari reaksi antara Fe dan Al, tegangan yang
diperoleh sebesar
V =4.610
×0.5=0.23V
c. Reaksi antara Zn dan Cu (lihat Gambar 4.3)
42
Page 43
Dari reaksi antara Zn dan Cu, tegangan yang
diperoleh sebesar
V =410
×2.5=1V
d. Reaksi antara Zn dan Fe (lihat Gambar 4.4)
Dari reaksi antara Zn dan Fe, tegangan yang
diperoleh sebesar
V =2.2510
×2.5=0.5625V
e. Reaksi antara Al dan Fe (lihat Gambar 4.5)
Dari reaksi antara Al dan Fe, tegangan yang
diperoleh sebesar
V =2.710
×0.5=0.135V
f. Reaksi antara Al dan Zn (lihat Gambar 4.6)
Dari reaksi antara Al dan Zn, tegangan yang
diperoleh sebesar
V =710
×0.5=0.35V
4.1.3 Titrasi Asidimetri
Setelah keran diputar, HCl 2.5 M menetes
perlahan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi
larutan KMnO4 sebanyak 5 ml. Setelah beberapa
saat ditetesi HCl sebanyak 12,5 ml (lihat Gambar
3.24), warna KMnO4 yang semula berwarna ungu
berubah menjadi cokelat (lihat Gambar 3.23).
4.2 Pembahasan
43
Page 44
4.2.1 Penentuan Reaksi Spontan
Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan
dapat kita ketahui yang mana reaksi spontan dan
mana yang tidak.
a. Reaksi antara Ca dan HCl
Pada reaksi antara Ca dan HCl terjadi
reaksi spontan karena menurut deret
kereaktifan logam H lebih mudah direduksi
daripada Ca. H+ tereduksi menjadi H dan Ca
yang posisinya dalam deret Volta lebih kiri
mengakibatkan Ca teroksidasi menjadi ionnya
yaitu Ca2+. Tabung reaksi juga terasa sedikit
hangat juga menyatakan bahwa terjadi reaksi
spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya
pelepasan elektron dari Ca sehingga menjadi
Ca2+ dan penangkapan elektron oleh H+ sehingga
menjadi H dan Ca mengendap.
Ca menjadi larutan CaSO4. Itu dibuktikan
dengan adanya gas/gelembung yang membuktikan
bahwa telah terjadi reaksi kimia dari Ca
dengan HCl. Dan kalau dilihat dari kecepatan
reaksinya pada saat percobaan maka nilai E°
selnya positif.
Ca + 2H+ → Ca2+ + H2
44
Page 45
Secara perhitungan atau teoritis, dapat
kita peroleh bahwa hasil reaksi ini spontan
karena E° selnya positif.
Ca → Ca2+ + 2e- E° = + 2,76 V
2H+ + 2e- → H2 E° = + 0,00 V
+
E° = +
2,76 V
Jadi, hasil percobaan sesuai dengan teori
yaitu bahwa reaksi tersebut spontan.
b. Reaksi antara Al dan HCl
Pada reaksi antara Al dan HCl terjadi
reaksi spontan karena menurut deret
kereaktifan logam H lebih mudah direduksi
daripada Al. H+ tereduksi menjadi H dan Al
yang posisinya dalam deret Volta lebih kiri
mengakibatkan Al teroksidasi menjadi ionnya
yaitu Al3+. Tabung reaksi juga terasa sedikit
hangat juga menyatakan bahwa terjadi reaksi
spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya
pelepasan elektron dari Al sehingga menjadi
Al3+ dan penangkapan elektron oleh H+ sehingga
menjadi H dan Al habis tereduksi.
Al menjadi larutan Al2(SO4)3. Itu
dibuktikan dengan adanya gas/gelembung yang
membuktikan bahwa telah terjadi reaksi kimia
45
Page 46
dari Al dengan HCl. Dan kalau dilihat dari
kecepatan reaksinya pada saat percobaan maka
nilai E° selnya positif.
Al + 2H+ → Al3+ + H2
Secara perhitungan atau teoritis, dapat
kita peroleh bahwa hasil reaksi ini spontan
karena E° selnya positif.
Al → Al3+ + 3e- E° = +
1,67 V
2H+ + 2e- → H2 E° = +
0,00 V +
E° = +
1,67 V
Jadi, hasil percobaan sesuai dengan teori
yaitu bahwa reaksi tersebut spontan.
c. Reaksi antara Zn dan CuSO4
Pada reaksi antara Zn dan CuSO4 terjadi
reaksi spontan karena menurut deret
kereaktifan logam Cu lebih mudah direduksi
daripada Zn. Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Zn
yang posisinya dalam deret Volta lebih kiri
mengakibatkan Zn teroksidasi menjadi ionnya
yaitu Zn2+. Tabung reaksi juga terasa sedikit
hangat juga menyatakan bahwa terjadi reaksi
spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya
pelepasan elektron dari Zn sehingga menjadi
46
Page 47
Zn2+ karena logam Zn lebih reaktif dan
penangkapan elektron oleh Cu2+ sehingga menjadi
Cu dan mengendap.
Zn yang berubah warna itu sebenarnya bukan
Zn tapi Cu yang berubah dari larutan menjadi
padatan (endapan) sedangkan Zn menjadi larutan
ZnSO4. Itu dibuktikan dengan endapan berwarna
kemerah-merahan, warna khas dari tembaga.
Adanya gas/gelembung itu membuktikan bahwa
telah terjadi reaksi kimia dari Zn dengan
CuSO4. Dan kalau dilihat dari kecepatan
reaksinya pada saat percobaan maka nilai E°
selnya positif.
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Secara perhitungan atau teoritis, dapat
kita peroleh bahwa hasil reaksi ini spontan
karena E° selnya positif.
Zn → Zn2+ + 2e- E° = + 0,763
V
Cu2+ + 2e- → Cu E° = +
0,34 V +
E° = +
1,103 V
Jadi, hasil percobaan sesuai dengan teori
yaitu bahwa reaksi tersebut spontan.
d. Reaksi antara Fe dan CuSO4
47
Page 48
Pada reaksi antara Fe dan CuSO4 terjadi
reaksi spontan karena menurut deret
kereaktifan logam Cu lebih mudah direduksi
daripada Fe. Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Fe
yang posisinya dalam deret Volta lebih kiri
mengakibatkan Fe teroksidasi menjadi ionnya
yaitu Fe2+. Tabung reaksi juga terasa sedikit
hangat juga menyatakan bahwa terjadi reaksi
spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya
pelepasan elektron dari Fe sehingga menjadi
Fe2+ karena logam Fe lebih reaktif dan
penangkapan elektron oleh Cu2+ sehingga menjadi
Cu dan mengendap.
Fe yang berubah warna itu sebenarnya bukan
Fe tapi Cu yang berubah dari larutan menjadi
padatan (endapan) sedangkan Fe menjadi larutan
FeSO4. Itu dibuktikan dengan endapan berwarna
kemerah-merahan, warna khas dari tembaga.
Adanya gas/gelembung itu membuktikan bahwa
telah terjadi reaksi kimia dari Fe dengan
CuSO4. Dan kalau dilihat dari kecepatan
reaksinya pada saat percobaan maka nilai E°
selnya positif.
Fe + Cu2+ → Fe2+ + Cu
Secara perhitungan atau teoritis, dapat
kita peroleh bahwa hasil reaksi ini spontan
karena E° selnya positif.
48
Page 49
Fe → Fe2+ + 2e- E° = +
0,44 V
Cu2+ + 2e- → Cu E° = +
0,34 V +
E° = +
0,78 V
Jadi, hasil percobaan sesuai dengan teori
yaitu bahwa reaksi tersebut spontan.
4.2.2 Penentuan E° Sel
Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan
kita dapat membandingkan E° sel secara teoritis
dan secara eksperimen.
a. Reaksi antara Cu dan Al
Anoda (-) : Al → Al3+ + 3e- E°
= + 1,67 V
Katoda (+) : Cu2+ + 2e- → Cu E°
= + 0,34 V +
E° = +
2,01 V
Al2(SO4)3 dan CuSO4, berdasarkan pengamatan,
hasil yang ditunjukkan pada voltmeter pada
reaksi ini, yaitu 0,5625 V. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan teori yang menghasilkan
potensial sel yaitu 2,01 V. Jadi selisihnya
adalah 1,4475 V. Perbedaan tersebut dapat
terjadi karena
49
Page 50
b. Reaksi antara Fe dan Al
Anoda (-) : Al → Al3+ + 3e- E°
= + 1,67 V
Katoda (+) : Fe2+ + 2e- → Fe E°
= - 0,44 V +
E° = +
1,23 V
Al2(SO4)3 dan FeSO4, berdasarkan pengamatan,
hasil yang ditunjukkan pada voltmeter pada
reaksi ini, yaitu 0,23 V. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan teori yang menghasilkan
potensial sel yaitu 1,23 V. Jadi selisihnya
adalah 1 V. Perbedaan tersebut dapat terjadi
karena konsentrasinya zatnya tidak akurat
ataupun elektroda yang tidak dihaluskan dan
tidak diamplas bersih setelah digunakan.
Perbedaan juga bisa disebabkan karena
kesalahan dalam pembacaan voltmeter.
c. Reaksi antara Zn dan Cu
Anoda (-) : Zn → Zn2+ + 2e- E°
= + 0,763 V
Katoda (+) : Cu2+ + 2e- → Cu E°
= + 0,34 V +
E° = +
1,103 V
50
Page 51
ZnSO4 dan CuSO4, berdasarkan pengamatan,
hasil yang ditunjukkan pada voltmeter pada
reaksi ini, yaitu 1 V. Hasil tersebut sedikit
berbeda dengan teori yang menghasilkan
potensial sel yaitu 1,103 V. Jadi selisihnya
adalah 0,103 V. Perbedaan tersebut dapat
terjadi karena konsentrasinya zatnya tidak
akurat ataupun elektroda yang tidak dihaluskan
dan tidak diamplas bersih setelah digunakan.
Perbedaan juga bisa disebabkan karena
kesalahan dalam pembacaan voltmeter.
d. Reaksi antara Zn dan Fe
Anoda (-) : Zn → Zn2+ + 2e- E°
= + 0,763 V
Katoda (+) : Fe2+ + 2e- → Fe E°
= - 0,44 V +
E° = +
0,323 V
ZnSO4 dan FeSO4, berdasarkan pengamatan,
hasil yang ditunjukkan pada voltmeter pada
reaksi ini, yaitu 0,5625 V. Hasil tersebut
sedikit berbeda dengan teori yang menghasilkan
potensial sel yaitu 0,323 V. Jadi selisihnya
adalah 0,2395 V. Perbedaan tersebut dapat
terjadi karena konsentrasinya zatnya tidak
akurat ataupun elektroda yang tidak dihaluskan
51
Page 52
dan tidak diamplas bersih setelah digunakan.
Perbedaan juga bisa disebabkan karena
kesalahan dalam pembacaan voltmeter.
e. Reaksi antara Al dan Fe
Anoda (-) : Al → Al3+ + 3e- E°
= + 1,67 V
Katoda (+) : Fe2+ + 2e- → Fe E°
= - 0,44 V +
E° = +
1,23 V
Al2(SO4)3 dan FeSO4, berdasarkan pengamatan,
hasil yang ditunjukkan pada voltmeter pada
reaksi ini, yaitu 0,135 V. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan teori yang menghasilkan
potensial sel yaitu 1,23 V. Jadi selisihnya
adalah 1,095 V. Perbedaan tersebut dapat
terjadi karena konsentrasinya zatnya tidak
akurat ataupun elektroda yang tidak dihaluskan
dan tidak diamplas bersih setelah digunakan.
Perbedaan juga bisa disebabkan karena
kesalahan dalam pembacaan voltmeter.
f. Reaksi antara Al dan Zn
52
Page 53
Anoda (-) : Al → Al3+ + 3e- E°
= + 1,67 V
Katoda (+) : Zn2+ + 2e- → Zn E°
= - 0,76 V +
E° = +
0,91 V
Al2(SO4)3 dan ZnSO4, berdasarkan pengamatan,
hasil yang ditunjukkan pada voltmeter pada
reaksi ini, yaitu 0,35 V. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan teori yang menghasilkan
potensial sel yaitu 0,91 V. Jadi selisihnya
adalah 0,56 V. Perbedaan tersebut dapat
terjadi karena konsentrasinya zatnya tidak
akurat ataupun elektroda yang tidak dihaluskan
dan tidak diamplas bersih setelah digunakan.
Perbedaan juga bisa disebabkan karena
kesalahan dalam pembacaan voltmeter.
4.2.3 Titrasi
Asidimetri
Reaksi penetralan KMnO4 (Kalium Permanganat)
ini disebut dengan reaksi Permanganometri.
Metode ini adalah suatu metode yang dilandaskan
pada prinsip redoks dan menggunakan larutan
kalium permanganat sebagai suatu zat
pengoksidasi. Dari percobaan ini kita dapat
53
Page 54
mengetahui konsentrasi larutan standar KMnO4
menggunakan asam klorida.
Pada percobaan penentuan konsentrasi standar
KMnO4 menggunakan asam klorida (HCl) sebagai
titran, 2,5 M HCl dituang ke dalam buret hingga
60 ml. Larutan ini digunakan untuk titrasi KMnO4
sampai warna berubah dari ungu tua sampai
menjadi coklat. KMnO4 digunakan sebagai titrat.
Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat
hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan kata
lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen)
ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada
larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan
warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai.
Titik ekivalen terjadi karena mol titran
sama dengan mol titrat. Selama titran
berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi,
setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar
hingga lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+
hasil titrasi. Pada percobaan ini, tidak
menggunakan indikator karena larutan KMnO4 dapat
dipakai untuk indicator penentuan titik akhir
titrasi. KMnO4 tidak memiliki range pH, tetapi
hanya bekerja sebagai indikator pada umumnya.
Dari hasil percobaan di mana HCl yang digunakan
sebanyak 12,5 ml kita dapat menghitung
konsentrasi dari larutan KMnO4.
54
Page 55
M1 × V1 = M2 × V2
2.5 M × 12.5 ml = M2 × 5 ml
31.25 m = M2 × 5 ml
M2 = 6.25 M
Jadi, dari hasil percobaan tersebut diperoleh
konsentrasi KMnO4 6.25 M.
55
Page 56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa reaksi redoks adalah reaksi kimia
yang melibatkan proses reduksi dan oksidasi secara
bersamaan. Prinsip reaksi redoks dipakai dalam sel
elektrokimia. Sel elektrokimia merupakan sel yang
berkaitan dengan perubahan energi.
Sel elektrokimia dibedakan menjadi sel Volta dan
sel elektrolisis. Sel Volta merupakan sel yang
mengolah energi kimia menjadi elektrolistik. Sel
Volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar
listrik yang memberikan aliran elektron lewat
rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi
ke zat kimia yang direduksi. Dalam sel Volta,
oksidasi berarti dilepaskannya elektron oleh atom,
molekul, atau ion. Sedangkan reduksi berarti
diperolehnya electron oleh partikel – partikel ini.
Potensial elektroda standar adalah gaya dorong
(gaya gerak listrik) dari reaksi redoks yang diukur
pada keadaan standar. Potensial standar disimbolkan
56
Page 57
dengan E° sel. Potensial sel Volta dapat ditentukan
melalui eksperimendengan menggunakan voltmeter.
Selain itu, data potensial electrode positif
(katode) dan potensial elektroda negatif (anode)
juga dapat digunakan untuk menentukan potensial sel
standar.
Jika potensial sel yang dihitung bernilai
positif, maka reaksi sel berlangsung secara spontan
dan sel akan menghasilkan arus dan sebaliknya.
Susunan unsur – unsur logam berdasarka potensial
elektroda standarnya disebut deret Volta. Makin ke
kiri letak logam dalam deret Volta, maka logam makin
reaktif dan merupakan reduktor. Makin ke kanan letak
logam dalam deret Volta, maka logam makin kurang
reaktif dan merupakan oksidator.
Dari percobaan penentuan reaksi spontan yang
telah dilakukan semua reaksi baik Ca dan HCl, Al dan
HCl, Zn dan CuSO4, maupun Fe dan CuSO4 semuanya
berlangsung spontan karena E° yang terbentuk
bernilai positif. Reaksi antara Ca dan HCl E°nya
2,76 V. Reaksi antara Al dan HCl E°nya 1,67 V.
Reaksi antara Zn dan CuSO4 E°nya 1,103 V. Reaksi
antara Fe dan CuSO4 E°nya 0,78 V.
Sementara itu untuk percobaan penentuan E° sel,
hampir semua data percobaan yang menggunakan
voltmeter berbeda dengan data hasil teoritis. Hal
ini bisa disebabkan karena konsentrasinya zatnya
57
Page 58
tidak akurat ataupun elektroda yang tidak dihaluskan
dan tidak diamplas bersih setelah digunakan.
Perbedaan juga bisa disebabkan karena kesalahan
dalam pembacaan voltmeter. Dari percobaan reaksi
antara Cu dan Al E° nya 0,5625 V sedangkan data
perhitungan teoritisnya 2,01 V. Untuk reaksi antara
Fe dan Al E° nya 0,23 V sedangkan data perhitungan
teoritisnya 1,23 V. Untuk reaksi antara Zn dan Cu E°
nya 1 V sedangkan data perhitungan teoritisnya 1,103
V.
Untuk reaksi antara Zn dan Fe E° nya 0,5625 V
sedangkan data perhitungan teoritisnya 0,323 V.
Untuk reaksi antara Al dan Fe E° nya 0,135 V
sedangkan data perhitungan teoritisnya 1,23 V. Untuk
reaksi antara Al dan Zn E° nya 0,35 V sedangkan data
perhitungan teoritisnya 0,91 V. Sedangkan sel
elektrolisis merupakan sel yang mengubah energi
listrik menjadi energi kimia.
Dari percobaan titrasi asidimetri yang
menggunakan KMnO4 dan HCl dapat disimpulkan bahwa
kalium permanganat (KMnO4) merupakan suatu zat
pengoksidasi kuat yang dapat dipakai tanpa
penambahan indikator dan konsentrasi standarnya yang
dititrasi oleh HCl 2,5 M adalah 6,25 M. Reaksi ini
juga dapat disebut sebagai reaksi permanganometri.
5.2 Saran
58
Page 59
Setelah penulis mengulas permasalahan di atas,
penulis ingin menyarankan kepada pembaca khususnya
pelajar yang ingin melakukan percobaan redoks untuk
dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh
jauh lebih sempurna dan lebih mendekati hasil
perhitungan teoritis.
Kebersihan alat dan bahan sebaiknya juga
diperhatikan agar kesalahan dalam percobaan dapat
diminimalisir. Ketepatan dalam pembacaan voltmeter
juga menjadi hal yang penting karena jika berbeda
sekian detik maka suhu tentu juga akan berubah yang
pada akhirnya bisa mempengaruhi hasil pengamatan.
Demikianlah saran-saran yang dapat penulis
sampaikan. Semoga apa yang telah penulis sampaikan
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya
pelajar agar penelitian selanjutnya dapat diperoleh
hasil yang jauh lebih sempurna dan teori tentang
koligatif larutan dapat dinyatakan terbukti.
59
Page 60
DAFTAR PUSTAKA
Aman, Khoirul. 2012. ”MSDS Kalium Pemanganat.”
http://khoirulazam89.blogspot.com (diakses tanggal
2 November 2014)
60
Page 61
Amelia, Norma. 2012. ”Praktikum Reaksi Redoks.”
http://placetoyou.blogspot.com (diakses tanggal 3
November 2014)
Anggriyaman, Yamin. 2011. ”Laporan Praktikum Dasar-
Dasar Kimia Analitik.”
http://yaminanggri.blogspot.com (diakses
tanggal 2 November 2014)
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep - Konsep inti
Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Damayuda. 2010. ”Kalium Permanganat (KMnO4).”
http://damayuda.blogspot.com (diakses tanggal 2
November 2014)
Devinta, Via. 2012. ”Aplikasi Redoks dalam Kehidupan
Sehari-hari.” http://viadevinta.blogspot.com
(diakses pada tanggal 8 November 2014)
Diaz, Rizqi. 2012. ”Penerapan Konsep Reaksi Redoks.”
http://rizqidiaz.blogspot.com (diakses tanggal 3
November 2014)
Diezda, Avriel. 2013. ”Laporan Kimia dasar larutan dan
Elektrokimia.” http://avrieldiezda.blogspot.com
(diakses tanggal 3 November 2014)
Ekky, Nova. 2013. ”Reaksi Redoks dan Elektrokimia Sel.”
http://miracleofliv.blogspot.com (diakses tanggal 3
November 2014)
61
Page 62
Febri. 2014. ”Reaksi Redoks dan Elektrokimia.”
http://www.slideshare.net (diakses tanggal 3
November 2014)
Febrina, Nova. 2014. ”Kespontanan reaksi Redoks.”
http://drnovafebrina.blogspot.com (diakses tanggal
3 November 2014)
Fitriyanti, Yulli. 2011. “Kimia kelas X Reaksi Redoks.”
http://yullifitriyani.wordpress.com (diakses
tanggal 2 November 2014)
Gunawan, Herlina. 2013. “Redoks.”
http://www.slideshare.net (diakses tanggal 2
November 2014)
Harnanto Ari, Ruminten. 2009. Kimia 1 Untuk SMA/MA
Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Jeni, Riftar. 2012. ”Praktikum Daya Desak Logam.”
http://rafitarjeni168.blogspot.com (diakses tanggal 2
November 2014)
Juwardi, Wiwiek Sir. 2012. “Laporan Potensial Sel.”
http://avrieldiezda.blogspot.com (diakses tanggal
3 November 2014)
Kaimudin, Tini. 2010. ”Reaksi Redoks.”
http://elechtrochem.blogspot.com (diakses tanggal
2 November 2014)
62
Page 63
Kardila, Vaine. 2010. “Titrasi Oksidasi Reduksi.”
http://vainekardila.blogspot.com (diakses tanggal 2
November 2014)
Legopermono, Helena. 2012. ”Mengamati Reaksi Redoks
Spontan.” http://helenalegopermono.blogspot.com
(diakses tanggal 3 November 2014)
Mardhawa. 2014. “Membahas tentang Elektrokimia.”
http://flowerizayulia.blogspot.com (diakses
tanggal 2 November 2014)
Mee, Heel. 2011. ”Praktikum Redoks.”
http://heelmeesblog.blogspot.com (diakses pada
tanggal 8 November 2014)
Patrecia, Diana. 2012. ”Reaksi Redoks Spontan.”
http://diana-patrecia.blogspot.com (diakses
tanggal 3 November 2014)
Petrucci , Ralph. 2000. Kimia Dasar dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga.
Pujianto, Sentot. 2011. ”Reaksi Oksidasi dan Reduksi
(Redoks).” http://kimiaku.wordpress.com (diakses
tanggal 2 November 2014)
Putrisederhana, Muth. 2013. ”Laporan semester III
Titrasi Redoks.”
http://putrisederhana.blogspot.com (diakses
tanggal 2 November 2014)
63
Page 64
Raharjanto, Toto. 2011. “Definisi Hydrochloric Acid
(HCl).” http://hydrochloricacidhcl.blogspot.com
(diakses tanggal 2 November 2014)
Rahayu, Imam. 2008. Praktis Belajar Kimia. Jakarta:
Grafindo Media Pratama.
Saliawati, Das. 2009. Belajar Kimia Secara Menarik
Untuk SMA/ MA Kelas XII. Jakarta: Grasindo.
Sari, Novita Candra. 2012. ”Praktek Reaksi Redoks.”
http://chemceria.blogspot.com (diakses tanggal 3
November 2014)
Seran, Emel. 2010. “Tembaga: Tambang, Sifat dan
Kegunaan.” http://wanibesak.wordpress.com (diakses
tanggal 2 November 2014)
Sujane. 2011. “Kumpulan tugas.”
http://sujanae.blogspot.com (diakses pada tanggal 2
November 2014)
Supriyanto. 2011. “Reaksi Redoks Kelas XII SMA.”
http://www.priyanto85.web.id (diakses tanggal 2
November 2014)
Sutresna, Nana. 2010. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta:
Grafindo Media Pratama.
Suyatno, Dkk. 2010. Kimia Untuk SMA/ MA Kelas XII.
Jakarta: Grasindo.
64
Page 65
Tika, Asti. 2011. ”Praktikum Mengenai Reaksi Redoks.”
http://thikachacham.blogspot.com (diakses tanggal 3
November 2014)
Tjong, Michael. 2011. “Reaksi Redoks.” http://michael-
tjong.blogspot (diakses tanggal 3 November 2014)
Venny. 2013. “Reaksi Redoks.”
http://khoirulazam89.blogspot.com (diakses tanggal
2 November 2014)
Wiguna, Prayoga. 2012. “Reaksi Oksidasi-Reduksi.”
http://www.chayoy.com (diakses tanggal 2 November
2014)
Wikarga. 2009. ”Permanganometri.”
http://wikarga.blogspot.com (diakses tanggal 2
November 2014)
Wiyarsi, Astuti dan Fajar Partana. 2009. Mari Belajar
Kimia Untuk SMA-MA Kelas XII IPA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yanti, Kesuma Anugerah. 2013. ”Menentukan Potensial
Sel.” http://www.slideshare.net (diakses tanggal 3
November 2014)
65
Page 67
67
Gambar 3.3 Gambar 3.4
Gambar 3.5 Gambar 3.6
Gambar 3.7 Gambar 3.8Gambar 3.9 Gambar 3.10Gambar 3.11 Gambar 3.12
Page 68
68
Gambar 3.13 Gambar 3.14
Gambar 3.15 Gambar 3.16
Gambar 3.17 Gambar 3.18
Page 69
69
Gambar 3.19 Gambar 3.20
Gambar 3.21 Gambar 3.22
Gambar 3.23 Gambar 3.24
Page 70
70
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Gambar 4.3 Gambar 4.4
Gambar 4.5 Gambar 4.6