Top Banner
Peran Posyandu, Puskesmas, dan Masyarakat terhadap Masalah Gizi Ratna Tri Permata (102010265) Blok 26 – Kelompok A4 [email protected] Pendahuluan Selama 10 tahun terakhir penanganan gizi masyarakat Indonesia tak kunjung hentinya terkhusus untuk gizi anak dan balita. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia semakin meningkat. Menurut PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) sejak tahun 2006 hingga sekarang masalah kurang gizi anak seperti penyakit anemia, kurang vitamin A, dan kurang vitamin D menjadi perhatian bagi pemerintah. Penyebab utama masalah kurang gizi diataranya karena faktor kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan yang kurang, kesempatan bekerja yang tak pasti serta pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Masalah ini tentunya menjadi perhatian semua pihak dan multisektoral. dibutuhkan kerjasama dan keinginan kuat untuk menuntaskan masalah ini. Kesadaran akan saling membangun dan memotivasi perlu diterapkan pada semua elemen masyarakat. Gizi Masyarakat Gizi masyarakat adalah gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat yang lebih ditekankan 1
50

Ratna Gizi

Feb 18, 2016

Download

Documents

pbl
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ratna Gizi

Peran Posyandu, Puskesmas, dan Masyarakat terhadap

Masalah GiziRatna Tri Permata (102010265)

Blok 26 – Kelompok A4

[email protected]

Pendahuluan

Selama 10 tahun terakhir penanganan gizi masyarakat Indonesia tak kunjung

hentinya terkhusus untuk gizi anak dan balita. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

masalah gizi di Indonesia semakin meningkat. Menurut PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi

Indonesia) sejak tahun 2006 hingga sekarang masalah kurang gizi anak seperti penyakit

anemia, kurang vitamin A, dan kurang vitamin D menjadi perhatian bagi pemerintah.

Penyebab utama masalah kurang gizi diataranya karena faktor kemiskinan, pendidikan

rendah, ketersediaan pangan yang kurang, kesempatan bekerja yang tak pasti serta

pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

Masalah ini tentunya menjadi perhatian semua pihak dan multisektoral. dibutuhkan

kerjasama dan keinginan kuat untuk menuntaskan masalah ini. Kesadaran akan saling

membangun dan memotivasi perlu diterapkan pada semua elemen masyarakat.

Gizi Masyarakat

Gizi masyarakat adalah gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Gizi

masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat yang lebih

ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi) kesehatan. Gizi

masyarakat yang berurutan gangguan gizi pada masyarakat, dimana masyarakat mempunyai

aspek sangat luas, maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin.1

Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja,

karena apabila setelah mereka sembuh mereka akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu

terapi penderita gangguan gizi masyarakat harus ditujukan kepada seluruh masyarakat. 1

Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-

aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan

1

Page 2: Ratna Gizi

sebagainya. Oleh sebab itu penanganan atau perbaikan gizi tidak hanya diarahkan kepada

gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya

penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan

hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT) tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi

keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya. 1

Penyakit Gizi

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat

kesehatan atau status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang

dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition).

Penyakit-penyakit kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi, dan yang

telah menjadi masalah kesehatan masyarakat khususnya di Indonesia, antara lain sebagai

berikut:

1. Penyakit Kurang Kalori Protein (KKP)

KKP adalah penyakit karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori atau

karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisiensi atau defisit

energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita, karena pada umur

tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Penyakit ini dibagi dalam tingkat-

tingkat, yakni: 1

a. KKP ringan: berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut

standar Harvard

b. KKP sedang: berat badan anak mencapai antara 60%-84% dari berat badan menurut

standar Harvard

c. KKP berat (gizi buruk): berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut

standar Harvard

Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis: oedema atau

honger oedema (H.O) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan. Oedema pada

penderita biasanya tampak pada daerah kaki.

2. Penyakit Kegemukan (Obesitas)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan

energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau

2

Page 3: Ratna Gizi

pemakaian energi. Akibat dari penyakit obesitas ini para penderitanya cenderung menderita

penyakit kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus. 1

3. Anemia

Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau

kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh,

yang sangat diperlukan dalam pembentukan dara, yakni dalam hemoglobin (Hb). Fe juga

diperlukan enzim sebagai penggiat. Kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak

dibandingkan dengan pria, karena wanita dewasa ekskresi Fe lebih banyak melalui

menstrusasi. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang dikandung juga

memerlukan ini. Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah

menjadi masalah kesehatan masyarakat.

4. Xerophtalmia

Penyakit ini disebabkan karena karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam

tubuh. Gejala penyakit ini adalah kekeringan ephitel biji mata dan kornea, karena glandula

lacrimalis menurun. Terlihat selaput bolamata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.

Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta

senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium

lanjut akan mengoreng, karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan

dapat menimbulkan kebutaan. Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi

dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Penanggulangan

defisiensi kekurangan vitamin A yang penting ditujukan kepada pencegahan kebutaan pada

anak balita.

5. Penyakit Gondok

Kekurangan zat Iodium ini berakibat kondisi hypothyroidisme (kekurangan Iodium)

dan tubuh mencoba untuk mengkonpensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok.

Akibatnya terjadi hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid) yang kemudian disebut

penyakit gondok. Apabila kelebihan zat Iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada

kulit yang disebut Iodium dermatis. Penyakit gondok di Indonesia palling banyak terjadi di

daerah pegunungan yang air minumnya kekurangan zat Iodium. Kekurangan Iodium juga

dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain, yakni Cretinnisma. Penanggulangan penyakit

akibat kekurangan Iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan

3

Page 4: Ratna Gizi

melalui program Iodiumisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan

Iodium. 1

Kelompok Rentan Gizi

Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di masyarakat yang paling mudah

menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok ini terdiri

dari kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Apabila kekurangan zat gizi

maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini

terdiri dari:

a. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun

Di dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada di dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat pada umur 6 bulan akan

mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu

dilahirkan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk bayi ialah protein, calsium, vitamin D, A, K dan

Fe. Secara alamiah zat-zat gizi tersebut sudah terkandung di dalam ASI (Air Susu Ibu). 1

b. Kelompok di bawah lima tahun (balita), umur 1-5 tahun

Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit.

Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP) dan

jumlahnya dalam populasi besar. Yang menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan

kesehatan antara lain sebagai berikut:

Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang

dewasa.

Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh,

sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

Anak balita sudah mulai main di tanah dan sudah dapat main di luar rumahnya sendiri,

sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang

memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.

Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan.

Di pihak lain ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita,

karena dianggap sudah dapat makan sendiri.

4

Page 5: Ratna Gizi

c. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun

Masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain; berat badan rendah, defisiensi Fe

(kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak

sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik disekolah maupun di lingkungan rumah

tangganya. Kadang-kadang nafsu makan mereka menurun, sehingga konsumsi makanan

tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan. 1

d. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun

Perumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat kemudian juga kegiatan-

kegiatan jasmani termasuk olah raga juga pada kondisi puncaknya. Apabila konsumsi

makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-

kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat

pertumbuhannya. Pada anak remaja putri mulai terjadi menarche (awal menstruasi), yang

berarti mulai terjadi pembuangan Fe. 1

e. Kelompok ibu hamil dan menyusui

Ibu hamil juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin

yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses

kehamilan tersebut, misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan

ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Apabila kebutuhan

kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui

konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu

hamil dapat berakibat:

Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan Bayi Lahir

Rendah (BBLR).

Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan).

Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati. 1

ASI adalah makanan utama bayi oleh sebab itu untuk menjamin kecukupan ASI bagi

bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Apabila konsumsi

makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat di dalam ASI akan terpegaruh. Khusus untuk

5

Page 6: Ratna Gizi

protein, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi, ASI akan tetap memberikan jatah

yang diperlukan oleh anaknya dengan mengambil jaringan ibunya, akibatnya ibunya

menjadi kurus. Bila konsumsi Ca ibu yang berkurang, Ca akan diambil cadangan Ca

jaringan ibunya, sehungga memberikan osteoporosis dan kerusakan gigi (caries dentis).

f. Kelompok usia lanjut

Keperluan energi pada Usila sudah menurun, oleh sebab itu, konsumsi makanan

untuk Usila secara kuantitas tidak sama dengan pada kelompok rentan yang lain. Yang

penting kualitas makanan dalam arti keseimbangan zat gizi harus dijaga. Kegemukan pada

Usila sangat merugikan bagi Usila itu sendiri, karena merupakan risiko untuk berbagai

penyakit seperti, kardio vaskuler, diabetes melitus, hipertensi, dan sebagainya.1

Alat Ukur Pemantauan Status Gizi

Kita mengenal alat ukur yang digunakan untuk keperluan mengetahui dan memantau

status gizi di Indonesia antara lain dengan pengukuran status gizi melalui kegiatan Posyandu

dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Sebagai alat ukur dan deteksi dini untuk memantau

tingkat perkembangan keadaan gizi pada Balita, secara umum kita mengenalnya dengan

kegiatan pemantauan status gizi. Dari pemantauan dan pengukuran ini didapatkan status gizi

balita masuk kategori gizi lebih, gizi kurang, stunting, atau bahkan gizi buruk.2

Secara klasik istilah gizi hanya dikaitkan dengan kesehatan, penyediaan energi,

membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan

dalam tubuh. Namun pada dasarnya pengertian gizi secara lebih luas akan terkait dengan

potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan

belajar dan produktivitas kerja. 2

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Status gizi juga merupakan

ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Sementara menurut Jahari, status gizi adalah

keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan jumlah

kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. 2

Indikator status gizi

6

Page 7: Ratna Gizi

Menurut Gibson, untuk pengukuran status gizi dengan indikator berat badan

menurut umur (BB/U) merupakan salah satu indeks antropometri yang memberikan

gambaran massa tubuh seseorang. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang

mendadak seperti terkena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya

jumlah makanan yang dikonsumsi. 2,3

Indikator berat badan sering digunakan untuk menentukan status gizi karena caranya

mudah, sehingga dapat dikerjakan oleh orang tua atau anak, tidak harus oleh tenaga

kesehatan. Pengukuran berat badan yang dilakukan berulang-ulang dapat menggambarkan

pertumbuhan anak. Alat yang digunakan tidak selalu mudah karena harus memenuhi syarat,

kokoh, kuat, murah, mudah dibawa.

Sedangkan Depkes RI mengatakan bahwa dalam keadaan normal dan keadaan

kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat

badan berkembang mengikuti bertambahnya umur. Dalam keadaan abnormal ada dua

kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari

keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini menurut umur dapat digunakan

sebagai salah satu cara untuk mengukur status gizi saat ini.

Selain BB/U ada indikator status gizi yang juga sering digunakan, yaitu indikator berat

badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/TB adalah merupakan indikator yang

terbaik digunakan untuk menggambarkan status gizi saat kini jika umur yang akurat sulit

diperoleh dan lebih sensitif serta spesifik sebagai indikator defisit massa tubuh yang dapat

terjadi dalam waktu singkat atau dalam periode waktu yang cukup lama sebagai akibat

kekurangan makan atau terserang penyakit infeksi. 2

Pemantauan status gizi

Terdapat metode pemantauan status gizi, diantaranya menggunakan antropometri.

Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Ukuran tubuh seperti berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Sementara

Soekirman, mengatakan bahwa interpretasi dari keadaan gizi anak dengan indikator BB/U,

TB/U dan BB/TB yang digunakan pada survei khusus, akan menjadikan kesimpulan lebih

tajam. Beberapa indikator status gizi sebagai hasil kesimpulan dari penilaian status gizi

tersebut dikategorian sebagai berikut : 2

7

Page 8: Ratna Gizi

1. BB/U, TB/U rendah, BB/TB normal; kesimpulannya keadaan gizi anak saat ini baik,

tetapi anak tersebut mengalami masalah gizi kronis.

2. BB/U normal; TB/U rendah; BB/TB lebih; kesimpulannya anak mengalami masalah

gizi kronis dan pada saat ini menderita kegemukan (overweight) karena berat badan

lebih dari proporsional terhadap tinggi badan.

3. BB/U, TB/U, BB/TB rendah ; anak mengalami kurang gizi berat dan kronis. Artinya

pada saat ini keadaan gizi anak tidak baik dan riwayat masa lalunya juga tidak baik

4. BB/U, TB/U, BB/TB normal ; kesimpulannya keadaan gizi anak pada saat ini dan masa

lalu baik.

5. BB/U rendah; TB/U normal; BB/TB rendah; kesimpulannya anak mengalami kurang

gizi yang berat (kurus), keadaan gizi anak secara umum baik tetapi berat badannya

kurang proporsional terhadap tinggi badannya karena tubuh anak tinggi.

Untuk pemantauan status gizi standar penentuan yang digunakan adalah baku

antropometri menurut standar World Health Organization-National Center for Health

Statistics.

Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi menurut WHO-NCHS2

8

INDEKS STATUS GIZI KETERANGAN

BB/U Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

≥ +2 SD

-2 sampai +2 SD

< -2 sampai -3 SD

< -3 SD

TB/U Normal

Pendek (Stunted)

-2 sampai +2 SD

< -2 SD

BB/TB Gemuk

Normal

Kurus (Wasted)

Sangat kurus

≥ +2 SD

-2 sampai +2 SD

< -2 sampai -3 SD

< -3 SD

Page 9: Ratna Gizi

Penyebab Masalah Gizi

Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya

anak balita pendek (stunting) di negara kita. Dari 10 orang anak sekitar 3-4 orang anak balita

mengalami stunting. Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan, tetapi lebih

banyak disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan penyakit berulang yang didasari oleh

lingkungan yang tidak sehat. Apabila janin dalam kandungan mendapatkan gizi yang cukup,

maka ketika lahir berat dan panjang badannya akan normal. Keadaan ini akan berlanjut

apabila bayi sampai dengan usia 6 bulan mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif). Untuk

mempertahankan hal tersebut, maka pemberian MP-ASI sejak usia 6 bulan dan melanjutkan

pemberian ASI sampai usia 2 tahun merupakan cara efektif untuk mencapai berat badan dan

panjang badan yang normal.4

9

Page 10: Ratna Gizi

Gambar 1. Kerangka penyebab masalah Gizi3

Anak balita stunting selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki

kecerdasan yang lebih rendah dari anak balita normal. Selain itu, anak balita stunting ketika

dewasa lebih mudah menderita penyakit tidak menular dan produktifitas kerja yang lebih

rendah. Dengan demikian menanggulangi stunting pada anak balita berarti meningkatkan

sumber daya manusia. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai

sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode

emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada

usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada

kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya.4

Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah

kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh

dan ketersediaan air minum bersih, sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor

10

Page 11: Ratna Gizi

penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan, politik dan

ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan, teknologi, serta kependudukan.4

Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan

dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung

(kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT

ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT,

pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar,

pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti

penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan

infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll. 4

Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study (MGRS) Tahun

2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak

sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-

ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi

yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan lingkungan. 4

Gizi dan infeksi memiliki keterkaitan yang erat seperti halnya lingkaran setan. Orang

yang kurang gizi tanggapan kekebalannya kurang baik, sehingga lebih rentan terhadap

penyakit infeksi. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang

memburuk, yang memperburuk sistem kekebalan. Buruknya sistem imunitas tubuh

berbanding lurus dengan menurunnya fungsi pertahanan pada sistem pencernaan, kulit,

serta menurunnya fungsi otot pernafasan. 5

POSYANDU

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.6,7

Penyelenggaraan Posyandu pada hakekatnya dilaksanakan dalam satu bulan

kegiatan, baik pada hari buka Posyandu maupun di luar hari buka Posyandu. Hari buka 11

Page 12: Ratna Gizi

Posyandu sekurang-kurangya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai

dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali

dalam sebulan. Satu buah Posyandu mencangkup 100 anak balita. 6

Sasaran

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama:

1. Bayi

2. Anak Balita

3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui

4. Pasangan Usia Subur (PUS)

Fungsi

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari

petugas kepada masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan

dengan penurunan AKI dan AKB.

Manfaat

1. Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan

dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB

b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan

terutama terkait kesehatan ibu dan anak

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait

2. Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a. Memperoleh informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan

penurunan AKI dan AKB

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan

masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB

3. Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata

pertama.

12

Page 13: Ratna Gizi

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan

sesuai kondisi setempat.

c. meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanan secara

terpadu.

4. Sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait,

utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi

setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan

tupoksi masing-masing sektor.

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.

Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:

Kegiatan Utama

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader

kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan

darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan,

ditambah dengan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera

dirujuk ke Puskesmas. 6

2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok

Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan

kesepakatan. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:

a. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan

menyusui, KB dan gizi

b. Perawatan payudara dan pemberian ASI

c. Peragaan pola makan ibu hamil

d. Peragaan perawatan bayi baru lahir

e. Senam ibu hamil

13

Page 14: Ratna Gizi

b. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:

1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan

lahir (vagina).

2) Pemberian vitamin A dan tablet besi.

3) Perawatan payudara.

4) Senam ibu nifas.

5) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan

pemerikasaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi

14

1. PENDAFTARAN OLEH KADER

3. PENGISIAN KMS OLEH KADER

4. PENYULUHAN OLEH KADER

5. PELAYANAN KESEHATAN OLEH PETUGAS

Gambar 2. ALUR KEGIATAN POSYANDU8

Page 15: Ratna Gizi

fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas. 6

c. Bayi dan Anak Balita

Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:

1. Penimbangan berat badan.

2. Penentuan status pertumbuhan.

3. Penyuluhan.

4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,

segera merujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian

kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan suntikan KB,

dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan

pemasangan IUD.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas.

Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan

balita maupun ibu hamil. 6

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu

hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,

deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian

vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan nifas ditambah dengan

pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah

gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan,

segera dirujuk ke Puskesmas. 6

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan,

15

Page 16: Ratna Gizi

pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau

pemberian oralit yang disediakan.

Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Kegiatan tambahan dapat dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan

dengan baik dalam arti cakupannya 50%, serta sumber daya yang mendukung.6

Kartu Menuju Sehat (KMS)

KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus

dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan

demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang

bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal

dengan SKDN. SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri

mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:7

S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu

K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS

D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini

N= jumlah balita yang naik berat badannya

Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat kiinerja output disini meliputi

cakupan hasil program gizi di Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan

yang berhasil dicapai oleh suatu Posyandu, yaitu cakupan kegiatan penimbangan (K/S),

kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat

dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). Adapun

cakupan hasil program gizi di Posyandu tersebut adalah sebagai berikut :

Cakupan Program (K/S)

Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat

(KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%.

Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah

memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.

Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)

Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di

Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali

16

Page 17: Ratna Gizi

100 %. Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di

dareah tersebut yang telah tercapai.

Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)

Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di

Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%.

Persentase D/K disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah

tersebut yang telah tercapai.

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah Balita yang naik berat

badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali

100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan di daerah

tersebut yang telah tercapai.

Perhitungan SKDN

Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan

bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai

adalah N/D. Dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada

wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan

dengan mempergunakan format laporan yang telah ada. 7

Pengolahan SKDN

Analisinya terdiri dari:

Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah balita yang

ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu atau dengan

menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah

80% maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan

terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu akan memungkinkan balita ini

tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan baerat badannya.

Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan

jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x

17

Page 18: Ratna Gizi

100%). Hasil yang didapat harus 100%. Alasannya balita–balita yang telah mempunyai KMS

telah mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data pelayanan

kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS makan pada dasarnya

program POSYANDU tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau bisa juga

dikatakan balita tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan

rumus (S-K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah

balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah

Posyandu tersebut. Semakin tinggi Presentasi Kehilangan kesempatan, maka semakin

rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik

untuk memantau pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan

balita. 7

Indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya

dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang

ditimbang harus mengalami peningkatan berat badan.

Indikator selanjutnya dalam SKDN adalah indikator Drop-Out, yaitu balita yang sudah

mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak

pernah datang lagi di Posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya

yaitu jumlah balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang

ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).

Indikator terkhir dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara jumlah balita

yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah

balita yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). Rumusnya adalah (BGM/D x 100%).

Fungsi KMS

1. Fungsi utama KMS : alat untuk pemantauan pertumbuhan anak, catatan pelayanan

kesehatan anak 8

2. Grafik pertumbuhan normal anak sesuai umurnya pada KMS dapat digunakan untuk

menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, memiliki risiko gangguan

pertumbuhan atau kelebihan gizi.

3. Bila grafik berat badan :

• mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh baik

18

Page 19: Ratna Gizi

• Tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, anak kemungkinan berisiko

mengalami gangguan pertumbuhan atau kelebihan gizi.

Tindak Lanjut Hasil Penimbangan

• Berat badan naik (N):

Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu

Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS bahwa berat badan anak naik

danpertumbuhannya baik

Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat

tentangpemberian makan anak sesuai golongan umurnya.

Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

19

Page 20: Ratna Gizi

Gambar 3. Keterangan KMS8

20

Page 21: Ratna Gizi

Gambar 4. Cara pengisian KMS8

21

Page 22: Ratna Gizi

2. Berat badan tidak naik 1 kali (T1)

• Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu

• Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS bahwa berat badan

anak masih kurang dari kenaikan berat badan minimum, dan mungkin anak

mengalami gangguan pertumbuhan

• Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas,

rewel, dll) dan kebiasaan makan anak

• Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik

tanpa menyalahkan ibu.

• Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai

golongan umurnya

• Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya

3. Berat badan tidak naik 2 kali (T2) atau berada di Bawah Garis Merah (BGM)

• Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu dan

anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

• Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS bahwa berat badan

anak sudah tidak naik dua kali berturut-turut, dan anak mengalami gangguan

pertumbuhan.

• Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas,

rewel, dll) dan kebiasaan makan anak

• Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik

tanpa menyalahkan ibu.

• Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai

golongan umurnya

• Rujuk anak ke Puskesmas/ Poskesdes

4. Risiko gemuk

• Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu

• Jelaskan arti garis pertumbuhan yang tertera pada KMS bahwa anak sudah

kelebihan berat badan sehingga berisiko gemuk

22

Page 23: Ratna Gizi

• Tanyakan kepada ibu kebiasaan makan, aktivitas anak.

• Berikan nasihat sesuai golongan umurnya

• Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya

Imunisasi

Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka

kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Sasaran imunisasi adalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, anak dan

calon pengantin wanita.

Tabel 2. Imunisasi Wajib yang Diberikan pada Bayi (0-11 bulan)9

Vaksin Pemberian Selang Waktu

Pemberian

(Minimal)

Umur Penyakit yang Bisa Dicegah

HB 0 1 kali - 0-7 hari Mencegah kerusakan hati

BCG 1 kali - 0-11 bulan Mencegah TBC

HB 1,2,3 3 kali 4 minggu 2-11 bulan Mencegah kerusakan hati

DPT 1,2,3 3 kali 4 minggu 2-11 bulan Mencegah:

Difteri (penyumbatan jalan

napas)

Pertusis (batuk rejan/batuk 100

hari)

Tetanus

Polio

1,2,3

3 kali 4 minggu 2-11 bulan Mencegah polio (lumpuh layu pada

tungkai kaki & lengan tangan)

Campak 1 kali - 9-11 bulan Mencegah campak (radang paru,

radang otak, & kebutaan)

Tabel 3. Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar Kelas I-VI, Calon Pengantin dan Ibu Hamil9,10

Vaksin Pemberian Selang Waktu

Pemberian

Umur Penyakit yang Bisa Dicegah

23

Page 24: Ratna Gizi

(Minimal)

DT 2 kali 4 minggu Anak SD

Kelas I

Mencegah:

Difteri (penyumbatan jalan napas)

Tetanus

TT 2 kali 4 minggu Anak SD

Kelas VI

(wanita)

Mencegah tetanus toksoid

TT (Calon

pengantin)

2 kali 4 minggu Sebelum

menikah

Mencegah tetanus toksoid

TT (Ibu

hamil)

2 kali 4 minggu Mencegah tetanus toksoid

PUSKESMAS

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang

juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan serta menyeluruh

dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas juga dapat didefinisikan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung

jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Puskesmas merupakan daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas

ditetapkan oleh bupati atau walikota, dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 300.000

penduduk setiap puskesmas.

Dalam urutan hierarki pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka puskesmas

berkedudukan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, sedangkan dalam hal

pengembangan kesehatan pelayanan, puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan

diri ke arah modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini baik promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif.

24

Page 25: Ratna Gizi

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan

yang menyeluruh yang meliputi pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), preventif

(upaya pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan

tersebut ditujukan kepada semua penduduk, dengan tidak membedakan jenis kelamin dan

golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

Berikut ini merupakan fungsi-fungsi puskesmas beserta proses dalam melaksanakan

fungsi tersebut:

Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan

kemampuan untuk hidup sehat.

Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam

rangka menolong dirinya sendiri.

Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

Memeberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis

maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut

tidak menimbulkan ketergantungan.

Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

puskesmas.

Program pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun

fasilitasnya karenanya program pokok di setiap puskesmas dapat berbeda-beda. Program

pokok puskesmas yang berhubungan dengan masalah gizi adalah sebagai berikut:11

1. Kesehatan ibu dan anak

a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak

balita dan anak prasekolah.

25

Page 26: Ratna Gizi

b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena

kekurangan protein dan kalori dan kekurangan lain-lain, serta bila ada pemberian

makanan vitamin dan mineral.

c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan stimulasinya.

d. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan HB 4x, BCG, DPT 3x, polio 4x,

dan campak 1x pada bayi.

e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA

f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah untuk macam-macam

penyakit ringan.

g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan,

memberikan penerangan dan pendidikan tentang kesehatan, dan untuk

mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi puskesmas dan

meminta mereka agar datang ke puskesmas lagi.

h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi.

2. Usaha peningkatan gizi

a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka.

b. Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program perbaikan gizi.

c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat dan secara perseorangan kepada

mereka yang membutuhkan, terutama dalam rangka program KIA.

d. Melaksanakan program-program:

Program perbaikan gizi keluarga (suatu program yang menyeluruh mencakup

pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos

pelayanan terpadu.

Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang

cukup kepada anak-anak bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.

Memberikan vitamin A kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun.

3. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan

a. Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:

mendapatkan riwayat penyakit

mengadakan pemeriksaan fisik

mengadakan pemeriksaan laboratorium

26

Page 27: Ratna Gizi

membuat diagnosa

b. Melaksanakan tindakan pengobatan

c. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut

dapat berupa:

rujukan diagnostik

rujukan pengobatan/rehabilitasi

rujukan lain

4. Penyuluhan kesehatan masyarakat

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada

setiap kesempatan oleh petugas, apakah di klinik, rumah dan kelompok-kelompok

masyarakat

b. Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi di tingkat

kabupaten diadakan tenaga-tenaga koordinator penyuluhan kesehatan.

Koordinator membantu para petugas puskesmas dalam mengembangkan teknik

dan materi penyuluhan di Puskesmas.

Surveilans Gizi

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data,

penyajian serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi ini

dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun

untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang serta untuk

perumusan kebijakan.12

1. Pengumpulan data

a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus

gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A

balita, dan pemberian ASI Eksklusif.

b. Kegiatan survey khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan seperti konsumsi

garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan status gizi anak

dan ibu hamil serta wanita usia subur risiko KEK, atau studi yang berkaitan

dengan masalah gizi lainnya.

27

Page 28: Ratna Gizi

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada Puskesmas yang tidak melapor atau

melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka

petugas DINKES Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk

melengkapi data dengan melalui telepon, SMS, atau kunjungan langsung ke

Puskesmas.

• Pengolahan Data dan Penyajian Informasi

Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, disajukan dalam

bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan sebagainya.

• Diseminasi Informasi

Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi

kepada pemangku kepentingan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk

pemberian umpan balik, sosialisasi, atau advokasi.

Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang

dikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik

pertemuan lintas program maupun lintas sektoral.

Sosialisai merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau

forum lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan

harapan memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.

Indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi adalah:

• Indikator Input

- Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpul data dari laporan

rutin atau survey khusus, pengolah dan analisis data serta penyaji informasi

- Tersedianya instrument pengumpulan dan pengolahan data

- Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data

- Tersedianya biaya operasional surveilans gizi

• Indikator Proses

- adanya proses pengumpulan data

- Adanya proses editing dan pengolahan data

- Adnya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi

- Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi

28

Page 29: Ratna Gizi

• Indikator Output

- tersedianya informasi gizi buruk yang mendapat perawatan

- Tersedianya informasi balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

- Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

- Tersedianya informasi rumah tangga yang menonsumsi garam beriodium

- Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A

- Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

- Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi

- Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana

- Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai kondisi dan situasi daerah)

Promosi Kesehatan

Bayi

Lingkup promosi kesehatan terhadap bayi meliputi Air Susu ibu (ASI), Gizi/Nutrisi,

pertumbuhan, perkembangan, imunisasi, keamanan, kebersihan. Petugas harus memberikan

promosi kesehatan bayi kepada ibu, ayah atau keluarga bayi. Pemberian ASI harus

dianjurkan kepada setiap ibu karena kolostrum mengandung zar antibodi yang dapat

mencegah infeksi pada bayi, sehingga jarang mengalami gastroenteritis, lemak dan protein

ASI mudah dicerna, dapat mengeratkan hubungan ibu dan bayi, serta ASI merupakan susu

buatan alam yang lebih baik, bersih, segar, murah, tersedia setiap waktu.

Anak Balita

Lingkup promosi kesehatan terhadap anak balita meliputi ASI, gizi /nutrisi,

pertumbuhan, perkembangan, interaksi, imunisasi, sosialisasi dan keamanan. Puskesmas,

puskesmas pembantu, polindes, memiliki data tentang anak balita di wilayah kerjanya. Data

tersebut diperlukan untuk digunakan dalam pelaksanaan pembinaan kesehatan anak balita

baik dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya khususnya dalam promosi

kesehatan. Dengan promosi kesehatan pada balita, bidan diharapkan mampu memberikan

penyuluhan kepada orang tua menyangkut perbaikan gizi, perbaikan kesehatan lingkungan,

pengawasan tumbuh dan kembang anak. Anggota keluarga, guru, taman kanak-kanak atau

pengasuh anak diikutsertakan dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Semua kegiatan dicatat

dan dilaporkan ke puskesmas. Kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita

29

Page 30: Ratna Gizi

akan berhasil dengan baik jika didukung oleh pemerintah desa, pemimpin dan orang

terkemuka di masyarakat, termasuk dukun. Para ibu juga perlu didorong untuk

memeriksakan kesehatan anaknya.

Ibu Hamil

Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu hamil meliputi lingkup fisik dan psikologis.

Lingkup fisik meliputi gizi (Fe, asam folat, tinggi protein pada masa awal kehamilan), oksigen,

personal hygiene, pakaian, sexual, mobilisasi, exercise/senam hamil, istirahat, imunisasi,

traveling, persiapan laktasi, persiapan persalinan dan kelahiran, kesejahteraan janin,

ketidaknyamanan, pendidikan kesehatan dan pekerjaan. Lingkup psikologis meliputi support

keluarga, support tenaga kesehatan, rasa aman dan nyaman, persiapan menjadi orang tua.

Ibu Menyusui

Pendidikan ibu menyusui lebih baik diberikan sebelum ibu bersalin, sehingga ibu

dapat melakukan persiapan-persiapan ibu menyusui. Lingkup promosi kesehatan yang

diberikan kepada ibu menyusui meliputi kebersihan diri, istirahat, sexual, pemberian ASI,

nutrisi bagi bayi, pendidikan kesehatan gizi (tinggi protein, Fe) dan meyakinkan pada ibu

menyusui bahwa tidak ada pantangan makan selama menyusui. protein tinggi melalui

promosi kesehatan.

Peran Serta Masyarakat

UPGK

UPGK merupakan usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga,

dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat dengan kader sebagai penggerak masyarakat,

merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan secara operasional adalah

rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk melaksanakan alih teknologi sederhana

kepada keluarga/masyarakat.

Tujuan umum dari UPGK adalah untuk meningkatkan dan membina keadaan gizi

anggota masyarakat, melalui pembinaan keluarga agar peningkatan gizi menjadi bagian dari

pola kehidupan sehari-hari. Secara operasional tujuan ini diperinci menjadi tujuan khusus,

yaitu partisipasi dan pemerataan kegiatan, perubahan sikap dan perilaku yang mendukung

tercapainya perbaikan gizi, serta perbaikan gizi anak balita. Keluarga dibina menjadi Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi).

30

Page 31: Ratna Gizi

Di Posyandu diperkenalkan berbagai inovasi yang berkenaan dengan pemeliharaan

kesehatan dan keadaan gizi balita, ibu hamil dan menyusui. Adapun kegiatannya adalah

penimbangan anak balita, pemberian paket pertolongan gizi (yang berisi Vitamin A dosis

tinggi, pil zat besi dan oralit), pemberian makanan tambahan, imunisasi, pemeriksaan ibu

hamil, pelayanan KB dan penyuluhan gizi.

Penyuluhan Gizi dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Gizi Ibu

Proses penyuluhan mempunyai tahapan – tahapan sebagai berikut:

- menarik perhatian

- menggugah hati, yaitu menimbulkan perasaan terbuka pada sasaran untuk sesuatu

yang baru disadarinya tadi.

- membangkitkan keinginan, yaitu menumbuhkan kengininan untuk memperoleh

atau mengerjakan cara baru yang dianjurkan itu

- meyakinkan, yaitu menghilangkan rasa ragu – ragu pada sasaran, sehingga terjadi

keyakinan akan kebaikan dan manfaat hal baru itu.

- menggerakkan, yaitu mengusahakan agar anjuran yang telah diberikan itu sekarang

oleh sasaran dilaksanakan atau dipraktekkan secara luas dan kontinyu

Sasaran utama dalam pendidikan gizi adalah ibu – ibu rumah tangga. Hasil dari

penyuluhan gizi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu –

ibu rumah tangga dalam mencukupi kebutuhan gizi keluarganya melalui konsumsi makanan

yang memenuhi kebutuhan – kebutuhan zat – zat gizi anggota keluarganya, yang pada

gilirannya tampak pada status gizinya.

Kecukupan pangan dan gizi masyarakat ditentukan oleh taraf pengetahuannya

terhadap pangan. Kemampuan berdaya beli tidak selalu diimbangi oleh pengertian akan gizi

yang baik. Akibatnya meskipun daya beli terjangkau, penyakit gizi seperti kekurangan kalori

dan protein akan tetap menjadi masalah. Salah satu hal yang turut mempengaruhi adalah

pengetahuan dalam hal memilih dan menyediakan makanan bergizi tinggi. Kurangnya

pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan adalah umum di setiap Negara.

Sebab lain dari gangguan gizi adalah kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi

tersebut kedalam kehidupan sehari – hari.

Faktor–faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan

31

Page 32: Ratna Gizi

Konsumsi pangan dipengaruhi banyak factor, pemilihan jenis maupun banyaknya

pangan yang dimakan dapat berlainan dari setiap individu atau masyarakat. Faktor-faktor

yang nampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan dimana saja di dunia adalah jenis

dan banyaknya pangan yang di produksi dan tersedia, tingkat pendapatan dan tingkat

pendidikan gizi.

Kebiasaan makan adalah cara individu atau sekelompok individu dalam memilih,

mengkonsumsi dan menggunakan pangan yang tersedia berdasarkan faktor social dan

budaya dimana mereka hidup. Kebiasaan makan juga merupakan gejala sosial yang dapat

member gambaran perilaku niali – nilai yang di anut seseorang atau kelompok masyarakat.

Dalam hal memberi dan mengatur makan anak, tidak jarang dipengaruhi kebiasaan

orang tua. Bagi yang baru mempunyai anak, kebijaksanaan dalam hal menentukan makanan

seringkali ditentukan oleh nenek atau orang yang dianggap tua dalam keluarga karena

dianggap lebih berpengalaman. Tidak heran bila adat dan kebiasaan makan yang dianut oleh

orang tua menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti pantang dan tabu

terhadap makanan tertentu adalah warisan dari generasi sebelumnya. Itulah sebabnya

mengapa kebiasaan dan susunan hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai

pengaruh yang mungkin dapat merubahnya. Kebiasaan makan seseorang merupakan

kebiasaan makan keluarga karena individu tersebut selama tinggal didalam keluarganya,

terus mengalami proses belajar seumur hidupnya dari keluarga tersebut.

Hal lain yang mempengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi individu dan keluarga

adalah susunan anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar

menyebabkan semakin sulit mengatur pembagian makanan secara merata. Konsumsi

pangan keluarga dapat diketahui dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Secara

kuantitatif, dapat didekati dari jumlah pangan yang dikonsumsi, sedangkan secara kualitatif

dapat didekati dari pola pangannya. Pola pangan seseorang atau sekelompok orang

diketahui dari jenis – jenis pangan tertentu yang dikonsumsi dan frekuensi penggunannya

Pendapatan merupakan factor yang secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi

pangan, tetapi termasuk penentu utama baik buruknya keadaan gizi seseorang, atau

sekelompok orang. Pendapatan yang rendah mengakibatkan daya beli untuk konsumsi

makanan rendah. Rendahnya pendapatan diduga membawa akibat pada pemberian

makanan yang kurang banyak dan kurang bermutu.

32

Page 33: Ratna Gizi

Faktor–faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan fisik tubuh yang merupakan akibat konsumsi, absorpsi dan

penggunaan zat – zat gizi oleh tubuh. Jumlah makanan yang tidak memenuhi kebutuhan

sehari–hari secara langsung akan menimbulkan masalah gizi kurang. Konsumsi makanan

yang tidak memadai sesuai dengan kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan

menimbulkan masalah gizi. Selain konsumsi pangan, factor lain yang berperan sangat

penting terhadap keadaan gizi adalah penyakit infeksi. Konsumsi makanan dan penyakit

infeksi keduanya merupakan penyebab langsung konsumsi energi dan protein.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi sehingga mendapat perhatian khusus. Untuk

mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok balita perlu diselenggarakan PMT

Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan guna sebagai tambahan (bukan pengganti) makanan

utama sehari-hari. PMT Pemulihan berbasis makanan local dengan menu khas daerah yang

disesuaikan dengan kondisi setempat.13

Sejak 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran untuk kegiatan

PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Dengan adanya BOK di setiap Puskesmas diharapkan kepala Puskesmas dan jajarannya dapat

mendukung kegiatan ini.

Sasaran program ini meliputi balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan

termasuk balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) dan keluarga miskin. Cara penentuan

sasaran melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu dengan urutan prioritas dan kriteria

sebagai berikut:

1. Balita dalam masa pemulihan pasca perawatan gizi buruk di TFC/Pusat Pemulihan

Gizi/ Puskesmas Perawatan atau RS

2. Balita kurus dan BB tidak naik 2x berturut-turut (2 T)

3. Balita kurus

4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Makanan tambahan balita diutamakan berupa sumber protein hewani maupun

nabati (telur,ikan,daging,ayam,kacang-kacangan) serta sumber vitamin dan mineral yang

33

Page 34: Ratna Gizi

berasal dari sayuran dan buah-buahan. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama

90 hari berturut-turut, disebut Hari Makan Anak (HMA). Makanan tambahan pemulihan

dibagi menjadi MP-ASI (untuk bayi dan balita 6-23 bulan) dan makanan keluarga (anak balita

24-59 bulan). 13

Penyelenggaraan PMT Pemuihan local perlu didukung dengan penyuluhan PHBS

oleh tenaga kesehatan dan kader kepada keluarga sasaran. Beberapa alternative cara

penyelenggaraan kegiatan PMT Pemulihan yang dapat dipilih sesuai kondisi setempat antara

lain masak bersama setiap hari, masak bersama 2x seminggu, atau masak bersama 1x

seminggu. Untuk kegiatan memasak yang tidak dilakukan setiap hari, hari-hari lain selain

masak bersama dapat diberikan bahan makanan yang kering untuk dibawa pulang seperti

telur, abon, peyek kacang, teri kering, biscuit, susu kotak, buah-buahan kering (pisang, jeruk,

alpukat), dan lainnya. Pemantauan program melalui pemantauan berat badan setiap bulan,

sedangkan tinggi/panjang badan hanya pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan.

Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Puskesmas, Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) puskesmas, atau bidan desa kepada ibu kader pelaksana PMT Pemulihan.13

Anemia pada Ibu Hamil dan Menyusui

Anemia gizi merupakan masalah yang berperan sebagai tingginya Angka Kematian

Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), produktivitas kerja, prestasi belajar dan olahraga. Oleh

karena itu penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program Puskesmas untuk

meningkatkan kualitas SDM. Wanita hamil merupakan salah satu golongan yang rentan akan

anemia gizi akibat kekurangan Fe. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan pendarahan

postpartum, bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadi persalinan

prematur.

Penyebab terbesar anemia gizi adalah berkurangnya asupan gizi yang berhubungan

dengan pola makan yang tidak baik akibat ketidaktahuan dan ketidakmampuan. Pola makan

yang salah pada ibu hamil memberi dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain

anemia. Pola makan ibu hamil terkait dengan perubahan perilaku yang sangat dipengaruhi

oleh pengetahuan yang merupakan hal penting. Salah satu program harian Puskesmas adalah

pemberian 90 tablet besi pada ibu hamil diminum selama masa kehamilan. 14

34

Page 35: Ratna Gizi

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat

manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus

menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang

dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi

kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan

balita. Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau

seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan

dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.

Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan

komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam

pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non

teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan risiko. Pelaksanaan PWS KIA baru berarti

bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA.

PWS KIA dikembangkan untuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian, hasil

rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk menentukan

puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat

propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan.

Kesimpulan

Masalah gizi masyarakat masih cukup tinngi di Indonesia. Anak balita, ibu hamil dan

menyusui menjadi golongan rentan gangguan gizi. Peran dan kerjasama dari masyarakat,

Puskesmas, dan Posyandu dibutuhkan dalam menanggulangi masalah ini.

35

Page 36: Ratna Gizi

Daftar Pustaka

1. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta,

2009.h.223-30, 246-59, 282-4.

2. The Indonesian Public Health Portal. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/

03/pemantauan-status-gizi.html. Diakses pada 30 Juni 2013.

3. Mubarak WI, Chayatin N. Ilmu kesehatan masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta:

Salemba Medika, 2009.h.98-106.

4. Departemen Kesehatan RI. http://gizi.depkes.go.id/1000-hari-mengubah-hidup-

mengubah-masa-depan. Diakses pada 30 Juni 2013.

5. Gibney, Michael J. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC, 2008.h.224-5.

6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Departemen

Kesehatan RI, Jakarta 2006.h.1-59.

7. Departemen Kesehatan RI. gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ped-ops-

Kadarzi.pdf. Diakses pada 30 Juni 2013.

8. Departemen Kesehatan RI. gizi.depkes.go.id/Temu_kader2009/KMS-Baru.ppt. Diakses

pada 30 Juni 2013.

9. Departemen Kesehatan RI. Buku kesehatan ibu dan anak. Departemen Kesehatan RI dan

Japan International Cooperation Agency, Jakarta 2009.h.1-47.

10. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas jilid III. Departemen Kesehatan RI,

Jakarta 1990.

11. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009.h. 275-82.

12. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk pelaksanaan surveilans gizi. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI, 2011.h.7-22.

13. Kementerian Kesehatan RI. Panduan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan

pemulihan bagi balita gizi kurang (bantuan operasional). Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI, 2011.h.1-15.

14. Suryadi, MA. Gambaran anemia gizi dan kaitannya dengan asupan serta pola makan

pada tenaga kerja wanita di Tangerang. Jurnal kedokteran Yarsi 2009: 17(1),h.31-9.

15. Departemen Kesehatan RI. Tatalaksana anak gizi buruk. Jakarta: Departemen Kesehatan,

2003.h.iii,1-2.

36