EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA (Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009) SKRIPSI Oleh: RATMIATI K 1305016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
103
Embed
RATMIATI - digilib.uns.ac.id filepada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan awal matematika siswa (penelitian dilakukan di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA
(Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009)
SKRIPSI
Oleh:
RATMIATI
K 1305016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA
SISWA
(Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Kebakkramat Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh :
RATMIATI
K 1305016
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada:
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
Pembimbing II
Ristu Saptono, S.Si NIP. 19790210 200212 1 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd (…………………..)
Sekretaris : Drs. Mardjuki, M.Si (…………………..)
Anggota I : Dr. Mardiyana, M.Si (…………………..)
Anggota II : Ristu Saptono, S.Si, M.T (…………………..)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
RATMIATI. K1305016. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN
LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN
KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA TAHUN AJARAN
2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Mei 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, (2) apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar matemátika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar matemátika sedang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah, (3) apakah siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (4) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (5) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (6) apakah terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV, (7) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 2 Kebakkramat tahun ajaran 2008/2009. Sampel penelitian ini diambil secara cluster random sampling, diperoleh 2 kelas yaitu, kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 40 siswa dan kelas VIII E sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 40 siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran STAD untuk kelompok eksperimen dan metode konvensional untuk kelompok kontrol. Sebagai prasyarat penelitian, kedua kelompok harus dalam keadaan seimbang, maka dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t.
Data yang digunakan untuk melakukan uji keseimbangan adalah nilai rapot mata pelajaran matematika siswa kelas VII semester genap tahun ajaran
vi
2008/2009 pada kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data prestasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika menggunakan metode tes, sedangkan data motivasi belajar matematika siswa dikumpulkan dengan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh hasil: (1) pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada materi pokok SPLDV ( 0,05;1;74a F 3.981 0023,27 F =>= ), (2) prestasi belajar matematika siswa dengan
motivasi belajar matematika lebih tinggi tidak lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika lebih rendah pada materi pokok SPLDV ( 0,05;4;62b F 3,148 0,5244 F =<= ), (3) prestasi belajar matematika siswa dengan
kemampuan awal matematika lebih tinggi tidak lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal matematika lebih rendah pada materi pokok SPLDV ( 0,05;4;62c F 3.131 2638,1 F =<= ), (4) Tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62), (5) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fac = 0,4274 < 3,148 = F0,05;4;62), (6) Tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fbc = 1,6178 < 2,528 = F0,05;4;62), (7) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV (Fabc = 0,4567 < 2,528= F0,05;2;62).
vii
ABSTRACT
RATMIATI. K1305016. AN EXPERIMENT OF MATHEMATICS TEACHING WITH STUDENT TEAMS ACHIECVEMENT DIVISION METHOD ON SUBJECT MATERIAL DOUBLE VARIABLE LENEAR EQUATION SYSTEM VIEWED FROM LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S INITIAL ABILITY OF MATHEMATICS IN EDUCATION YEAR OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, Juni 2010.
This research is to find out: (1) whether students, who were taught by using STAD type, can produce the mathematics learning achievement better than ekspository learning method in the subject matter of SPLDV, (2) whether students with high mathematics learning motivation had better achievement than those with middle and low learning motivation, and students with middle mathematics learning motivation had better achievement than those with low in the subject matter of SPLDV, (3) whether students with high initial ability make better mathematics learning achievement than students with low and middle initial ability, as for students with middle initial ability make better mathematics learning achievement than students with low initial ability in the subject matter of SPLDV, (4) whether there is an interaction between learning method and students’ learning motivationon on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (5) whether there is an interaction between learning method and students’ initial ability of mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (6) whether there is an interaction between students’ mathematics learning motivation and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV, (7) whether there is an interaction between learning method , students’ mathematics learning motivation on the mathematics and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV. The research employed a quasi experimental method. The population of research is all students of grade VIII of SMP Negeri 2 Kebakkramat in the school year of 2008/2009. The sample of the research was obtained by using cluster random sampling technique; obtained 2 classes namely class VIII C as the experiment group which is consisting of 40 students and class VIII E as the control group which is consisting of 40 students. The learning method employed was STAD for the experiment group and ekspository learning method for the control group. The balance test of the prior ability was carried out by using t-test. The data used in conducting the balance test was grades of event semester school report for mathematics lesson of grade VII in the school year of 2007/2008 in the classes belonging to both experiment and control groups. The variable data collection of mathematic learning achievement was done using test method, while the variable data of students’ mathematics learning interest using questionnaire method. Technique of analyzing data employed was a three-way variance analysis with different cells conducted following the normality test with Liliefors method and homogeneity test with Bartlett method.
viii
Based on the result of calculation in the three-way variance analysis with different cells, the following results was obtained: (1) the mathematics learning with STAD produced better mathematics learning achievement than ekspository method in the subject matter of SPLDV ( Fa=27.0023>3.981=F0,05;1;74), (2) students with higher mathematics learning motivation have mathematics learning achievement not as good as students with lower mathematics learning motivation in the subject matter of SPLDV(Fb=0,5244<3,148=F0.05;4;62), (3) student with higher initial ability have mathematics learning achievement not as good as students with lower initial ability in the subject matter of SPLDV (Fc=1,2638 < 3.131=F0,05;4;64), (4) there is no interaction between learning method and students’ learning motivation on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62), (5) there is no interaction between learning method and students’ initial ability to the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fac= 0.4274< 3,148= F0,05;4;62 (6) there is no interaction between student students’ mathematics learning motivation and students’ initial ability in mathematics to the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fbc=1.6178= F0.05;4;62), (7) there is no interaction between learning method , students’ mathematics learning motivation on the mathematics and students’ initial ability on the mathematics learning achievement in the subject matter of SPLDV (Fabc=0,4567<2,528=F0.05;2;62).
ix
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Qs. Al Insyirah: 6-8)
“Tak ada kehidupan yang berdasarkan kebahagiaan semata, namun kehidupan
sebenarnya adalah hasrat dan kekuatan tekad”
(Kahlil Gibran)
“Jangan takut untuk melakukan sesuatu yang baik, karena meskipun ada
Xijkl = Data amatan ke- l yang dikenai faktor A (metode mengajar) kategori ke i
faktor B (motivasi siswa) kategori ke j dan faktor C (kemampuan awal
siswa) kategori ke k
m = Rerata dari seluruh data amatan
ia = Efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat
jb = Efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat
kg = Efek faktor C kategori ke-k pada variabel terikat
( )ijab = Kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijke = Kesalahan experimental yang berdistribusi normal N (0, 2ijs )
i = 1, 2; 1 : pembelajaran dengan metode STAD
2 : pembelajaran konvensional
j = 1, 2,3; 1 : motivasi belajar tinggi
2 : motivasi belajar sedang
3 : motivasi belajar rendah
k = 1, 2, 3; 1 : kemampuan awal tinggi
2 : kemampuan awal sedang
3 : kemampuan awal rendah
L = 1, 2, 3, ....,n (n = cacah sampel masing-masing sel)
(Budiyono, 2004: 235)
50
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu :
a. Hipotesis
pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang hipotesis yang
perumusannya adalah sebagai berikut :
1) H0A : 0=ia untuk semua i, i= 1, 2
H1A : paling sedikit ada satu ia yang tidak nol
2) H0B : 0=jb untuk setiap j = 1, 2, 3
H1B : paling sedikit ada satu jb yang tidak nol
3) H0C : 0=kg untuk semua k, k =1, 2, 3
H1C : paling sedikit ada satu kg yang tidak nol
4) H0AB : 0)( =jiab untuk semua pasang (i,j)
H1AB : paling sedikit ada satu )( jiab yang tidak nol
5 ) H0AC : ( ) 0=ikag untuk semua pasang (i,k)
H1AC : paling sedikit ada satu ( )ikag yang tidak nol
6) H0BC : ( ) 0=jkbg untuk semua pasang (j,k)
H1BC : paling sedikit ada satu ( ) jkbg yang tidak nol
7) H0ABC : ( ) 0=ijkabg untuk setiap i =1,2; j = 1,2,3; k = 1,2,3
H1ABC : paling sedikit ada ( )ijkabg yang tidak nol
(Budiyono, 2004 : 237)
b. Komputasi
Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data
b b1 b2 b3 a
c c1 c2 c3 c1 c2 c3 c1 c2 c3
a1 111 cba 211 cba 311 cba 121 cba
221 cba
321 cba 131 cba
231 cba 331 cba
a2 112 cba 212 cba 312 cba
122 cba
222 cba 322 cba
132 cba 232 cba
332 cba
Sel abij memuat : Xij1 ; Xij2 ;…;Xijijn
51
dimana :
a1 = Metode STAD
a2 = Metode ekspositori
b1 = Motivasi belajar tinggi
b2 = Motivasi belajar sedang
b3 = Motivasi belajar rendah
c1 = Kemampuan awal tinggi
c2 = Kemampuan awal sedang
c3 = Kemampuan awal rendah
1) Notasi-notasi
nijk = Ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= Banyaknya data amatan pada sel ij
= Frekuensi sel ij
hn = Rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åkji jkin
pqr
,,
1
N = åkji
jkin,,
= banyaknya seluruh data amatan
SSijkl = ijk
lijkl
lijkl n
X
X
2
2÷ø
öçè
æ
-å
å
= Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijkABC = rataan pada sel ijk
ABij = åji
ijkABC,
= Jumlah rataan pada baris ke-i, kolom ke-j
ACik = åki
ijkABC,
= Jumlah rataan pada baris ke-i, kolom ke-k
BCjk = åkj
ijkABC,
= Jumlah rataan pada kolom ke-j, kolom ke-k
G = åkji
ijkABC,,
= Jumlah rataan semua sel
52
2) Besaran-besaran
(1) = pqrG 2
(2) = åkji
ijkSS,,
(3) = åi
i
qr
A2
(4) = åj
j
pr
B 2
(5) = åk
k
pq
C 2
(6) = åj
ij
r
AB 2
(7) = åj
ik
q
AC 2
(8) = åj
jk
p
BC 2
(9) = åji
ijkABC,
2
3) Jumlah Kuadrat
JKA = [ ])1()3( -hn JKAB = [ ])4()3()6()1( --+hn
JKB = [ ])1()4( -hn JKAC = [ ])5()3()7()1( --+hn
JKC = [ ])1()5( -hn JKBC = [ ])5()4()8()1( --+hn
JKABC = ( ) ( )[ ]87)6()1()9()5()4()3( ----+++hn
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKG
4) Derajat Kebebasan
dkA = p – 1 dkC = r-1
dkB = q – 1
dkAB = (p - 1)(q - 1) dkBC = (q-1)(r-1)
dkAC = (p-1)(r-1) dkABC = (p-1)(q-1)(r-1)
dkG = N – pqr
dkT = N – 1
5) Rataan Kuadrat
RKA = JKA / dkA RKAB = JKAB / dkAB
RKB = JKB / dkB RKAC = JKAB / dkAC
RKC = JKC / dkC RKBC = JKBC / dkBC
RKABC = JKABC/ dkABC RKG = JKG / dkG
c. Statistik Uji
1) Untuk H0A adalah Fa = RKA / RKG
2) Untuk H0B adalah Fb = RKB / RKG
53
3) Untuk H0C adalah Fc = RKC / RKG
4) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB / RKG
5) Untuk H0AC adalah Fac = RKAC / RKG
6) Untuk H0BC adalah Fbc = RKBC / RKG
7) Untuk H0ABC adalah Fabc = RKABC / RKG
d. Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { }pqrNpaa FFF --> ,1;a
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { }pqrNqbb FFF --> ,1;a
Daerah kritik untuk Fc adalah DK = { }pqrNrcc FFF --> ,1;a
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = ( )( ) ( ){ }pqrNqpabab FFF ---> ,11;a
Daerah kritik untuk Fac adalah DK = ( )( ) ( ){ }pqrNrpacac FFF ---> ,11;a
Daerah kritik untuk Fbc adalah DK = ( )( ) ( ){ }pqrNrqbcbc FFF ---> ,11;a
Daerah kritik untuk Fabc adalah DK = ( )( )( ) ( ){ }pqrNrqpabcabc FFF ----> ,111;a
e. Keputusan Uji
H0 ditolak apabila Fobs Î DK
(Budiyono, 2003: 237-239)
f. Rangkuman Analisis
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber
Variansi
JK dK RK Fobs
Efek Utama
A
B
C
Interaksi
AB
AC
BC
JKA
JKB
JKC
JKAB
JKAC
JKBC
p - 1
q - 1
r-1
(p - 1)(q - 1)
(p - 1)(r - 1)
(p q- 1)(r - 1)
RKA
RKB
RKC
RKAB
RKAC
RKBC
Fa
Fb
Fc
Fab
Fac
Fbc
54
ABC
Galat
JKABC
JKG
(p - 1)(q - 1)(r-1)
N - pqr
RKABC
RKG
Fabc
-
Total JKT N - 1 - -
4. Uji Komparasi Ganda
Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan
kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan
menggunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda
rerata dengan tingkat signifikansi yang kecil.
Uji komparasi ganda dilakukan apabila H0 ditolak dan variabel bebas dari
H0 yang ditolak tersebut terdiri atas tiga kategori. Jika H0 ditolak tetapi variabel
bebas dari H0 yang ditolak tersebut terdiri atas dua kategori maka untuk melihat
perbedaan pengaruh antara kedua kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji
komparasi juga perlu dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel
bebas.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Scheffe adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi semua pasangan komparasi yang ada
b. Menentukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi
c. Menentukan tingkat signifikansi
d. Mencari harga statistik uji F , antara lain:
1) Komparasi Rataan antar Kolom
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah
F.i-.j = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
××
××
ji
ji
nnRKG
XX
11
2
55
Keterangan :
F.i-.j : nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX× : rataan pada kolom ke-i
jX× : rataan pada kolom ke-j
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
i n × : ukuran sampel kolom ke-i
jn × : ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = { F.i-.j | F.i-.j > (q-1)Fa; q-1, N-pq }
2) Komparasi Rataan antar Sel Pada Kolom yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah :
Fij-kj = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
kjij
2kjij
n1
n1
RKG
XX
Keterangan :
Fij-kj : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan
pada sel-kj
ijX : rataan pada sel-ij
kjX : rataan pada sel-kj
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ijn : ukuran sel-ij
kjn : ukuran sel-kj
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F ij-kj | Fij-kj > (pq-1)Fa; pq-1, N-pq}
3) Komparasi Rataan antar Sel Pada Baris yang Sama
56
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah :
Fij-ik = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
2ikij
n1
n1
RKG
XX
Keterangan :
Fij-ik : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel-ij dan rataan
pada sel-ik
ijX : rataan pada sel-ij
ikX : rataan pada sel-ik
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ijn : ukuran sel-ij
ikn : ukuran sel-ik
Daerah kritik untuk uji itu adalah DK = {F ij-ik | Fij-ik >(pq-1)Fa; pq-1, N-pq}
e Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata
f. Menyusun rangkuman analisis.
( Budiyono, 2004 : 213-215 )
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam
yaitu berupa tes kemampuan awal matematika siswa pada materi prasyarat
SPLDV yaitu PLSV dan persamaan garis, tes prestasi belajar matematika siswa
pada materi pokok SPLDV dan angket motivasi belajar matematika. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu
sebelum dikenakan pada obyek penelitian, instrumen perlu diuji cobakan untuk
melihat validitas isi, konsistensi internal butir soal, tingkat kesukaran butir soal tes
prestasi dan reliabilitas instrumen. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh
data sebagai berikut :
1. Tes Kemampuan Awal
a. Validitas Isi Tes Kemampuan Awal
Tes kemampuan awal matematika pada materi pokok SPLDV terdiri
dari 40 butir soal. Validitas isi instrumen tes kemampuan awal matematika
dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator
pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator
pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2
Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS.
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pertama, ada revisi
pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban yang berbentuk
angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya, nomor butir soal yang
direvisi yaitu nomor 7, 8, 9, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34, 36,
37 dan 38. Sedangkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator kedua, ada
revisi pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa
sesuai kaidah bahasa Indonesia, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 2, 3, 4,
6, 7, 9 dan 10. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan
bahasa yang komunikatif, butir soal yang direvisi yaitu nomor 2, 6, 7, 9 dan
22. Setelah dilakukan revisi maka 40 butir soal tes kemampuan awal
58
matematika dinyatakan valid secara validitas isi, karena semua instrumen
sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang baik dan layak untuk
digunakan dalam penelitian. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Soal
Instrumen tes kemampuan awal belajar matematika pada materi pokok
SPLDV yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal, setelah dilakukan uji
konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment
diperoleh 26 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi
indeks konsistensi internal 3,0³xyr . Sedangkan 14 butir soal tidak layak
digunakan karena rhit dari 14 soal tersebut (rxy butir ke 3, 12, 13, 16, 18, 20,
23, 26, 28, 33, 34, 37, 38, 39) kurang dari rxy = 0,3. Butir-butir soal yang
tidak layak digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan
digunakan untuk penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal
tes kemampuan awal belajar matematika matematika. (Perhitungan
konsistensi internal tes prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
bangun ruang sisi datar disajikan pada Lampiran 8)
c. Taraf Kesukaran Butir Soal
Berdasarkan kategori tingkat kesukaran ÷øö
çèæ =
JSB
P yaitu sukar (0 £ P
<0,30); sedang (0,30 £ P £ 0,70); dan mudah (0,70<P £ 1,00), dari 40 butir soal
yang diuji cobakan diperoleh hasil bahwa jumlah tingkat kesukaran soal
kategori sukar sebanyak 9 butir soal, tingkat kesukaran soal kategori sedang
sebanyak 28 butir soal, dan tingkat kesukaran soal kategori mudah sebanyak
3 butir soal. Soal-soal yang dianggap baik adalah soal kategori sedang yaitu
sebanyak 28 butir soal (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8).
d. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen tes kemampuan
awal belajar matematika menggunakan rumus KR-20, Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah =11r 0,799327295.
Karena 0,71 £ 11r < 0,90, maka soal tes prestasi belajar matematika siswa
59
tersebut termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena 11r =
0,799327295 ³ 0,7 maka soal tes kemampuan awal belajar matematika
dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika
siswa disajikan pada Lampiran 9)
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes kemampuan awal belajar matematika
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum
Uji Coba
(butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir soal yang
tidak digunakan Angka Kriteria
40 26 3,12,13,16,18,20,23,26,
28,33,34,37,38,39
0,799327295 tinggi
2. Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa
a. Validitas Isi Angket
Angket motivasi belajar siswa terdiri dari 30 butir. Validitas isi
instrumen tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh dua validator, yaitu
oleh Drs. Sutarno sebagai validator pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd
sebagai validator kedua. Validator pertama merupakan guru bidang studi
matematika di SMP Negeri 2 Kebakkramat, dan validator kedua merupakan
dosen matematika di UNS. Berdasarkan hasil validasi oleh validator pertama,
kedua dan ketiga diperoleh hasil bahwa tidak ada bagian yang perlu direvisi
atau ditinjau ulang karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria
penelaahan angket minat belajar yang baik dan layak untuk digunakan dalam
penelitian. (Hasil validasi dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Angket
Instrumen angket tingkat angket motivasi belajar matematika yang
diuji cobakan sebanyak 30 butir soal, setelah dilakukan uji konsistensi
internal butir soal dengan rumus korelasi product moment diperoleh 28 butir
soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi indeks
60
konsistensi internal 3,0³xyr . Sedangkan sebanyak 2 butir soal ( xyr butir ke
25 dan 26) tidak dapat digunakan karena xyr < 0,3. Butir-butir soal yang tidak
dapat digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan digunakan
dalam penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal tes angket
motivasi belajar matematika siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
dalam Lampiran 8).
c. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen angket motivasi
belajar matematika siswa menggunakan rumus Alpha. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah =11r 0,7693. Karena
0,71 £ 11r < 0,90, maka angket motivasi belajar matematika siswa tersebut
termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena karena 11r = 0,7693 ³
0,7 maka soal tes prestasi belajar dikatakan reliabel. (Perhitungan reliabilitas
angket minat belajar matematika siswa disajikan pada Lampiran 9)
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Coba Angket
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum Uji
Coba (butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir
soal yang tidak
digunakan
Angka Kriteria
30 28 25 dan 26 0,7736 tinggi
3. Tes Prestasi Belajar
a. Validitas Isi Tes Prestasi
Tes prestasi belajar matematika pada materi pokok SPLDV terdiri dari
40 butir soal. Validitas isi instrumen tes prestasi belajar matematika
dilakukan oleh dua validator, yaitu oleh Drs. Sutarno sebagai validator
pertama, Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd sebagai validator kedua. Validator
pertama merupakan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2
Kebakkramat, dan validator kedua merupakan dosen matematika di UNS.
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator pertama, ada revisi
61
pada kriteria penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban yang berbentuk
angka disusun berdasarkan urutan besar kecilnya, nomer butir soal yang
direvisi yaitu nomor 7, 9, 10, 15,16, 22, 29, 30, 32, 33, dan 35. Sedangkan
hasil validasi yang dilakukan oleh validator kedua, ada revisi pada kriteria
penelaahan butir soal tentang pilihan jawaban homogen dan logis, nomer
butir soal yang direvisi yaitu nomor 2 dan 14. Pada kriteria penelaahan butir
soal tentang pengecoh sudah berfungsi, butir soal yang direvisi yaitu nomer 2
dan 14. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa
sesuai kaidah bahasa Indonesia, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 8, 34,
dan 36. Pada kriteria penelaahan butir soal tentang soal menggunakan bahasa
yang komunikatif, butir soal yang direvisi yaitu nomor 1, 7, 8, 10 dan 18.
Setelah dilakukan revisi maka 40 butir soal tes prestasi dinyatakan valid
secara validitas isi, karena semua instrumen sudah sesuai dengan kriteria
penelaahan butir soal yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian.
(Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 3)
b. Konsistensi Internal Butir Soal
Instrumen tes tes prestasi belajar matematika pada materi pokok
SPLDV yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal, setelah dilakukan uji
konsistensi internal butir soal dengan rumus korelasi product moment
diperoleh 25 butir soal yang dapat digunakan, yaitu butir soal yang memenuhi
indeks konsistensi internal 3,0³xyr . Sedangkan 15 butir soal tidak layak
digunakan karena rhit dari 15 soal tersebut (rxy butik ke 4, 6, 7, 15, 23, 24, 26,
28, 29, 31, 32, 33, 38, 39, 40) kurang dari rxy = 0,3. Butir-butir soal yang
tidak layak digunakan tersebut tidak mempengaruhi kisi-kisi yang akan
digunakan untuk penelitian karena setiap indikator masih memuat butir soal
tes prestasi belajar matematika. (Perhitungan konsistensi internal tes prestasi
belajar matematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi datar disajikan
pada Lampiran 8)
62
c. Taraf Kesukaran Butir Soal
Berdasarkan kategori tingkat kesukaran JSB
P = yaitu sukar (0 £ P
<0,30); sedang (0,30 £ P £ 0,70); dan mudah (0,70<P £ 1,00), dari 40 butir soal
yang diuji cobakan diperoleh hasil bahwa jumlah tingkat kesukaran soal
kategori sukar sebanyak 10 butir soal, tingkat kesukaran soal kategori sedang
sebanyak 25 butir soal, dan tingkat kesukaran soal kategori mudah sebanyak
5 butir soal. Soal-soal yang dianggap baik adalah soal kategori sedang yaitu
sebanyak 25 butir soal (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8).
d. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dalam penelitian ini untuk instrumen tes tes prestasi
belajar matematika menggunakan rumus KR-20, Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah =11r 0,81091932. Karena 0,71
£ r11 < 0,90, maka soal tes prestasi belajar matematika siswa tersebut
termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi dan karena karena r11 =
0,81091932 ³ 0,7 maka soal tes prestasi belajar dikatakan reliabel.
(Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika siswa disajikan pada
Lampiran 9)
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Uji Konsistensi Internal Uji Reliabilitas
Jumlah
Sebelum Uji
Coba (butir)
Jumlah
Setelah Uji
Coba (butir)
Nomor butir
soal yang tidak
digunakan
Angka Kriteria
40 25
4, 6, 7 , 15, 23,
24, 26, 28, 29,
31, 32, 33, 38,
39,40
0,81091932 tinggi
63
B. Deskripsi Data
1. Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Data kemampuan awal matematika siswa diperoleh melalui tes. Untuk
mengetahui kemampuan awal matematika yang dimiliki siswa, data yang
diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata ( gabmX ) dan
standar deviasi ( gabks ). Untuk gabkgabkk sXX21
+³ kemampuan awal matematika
dikategorikan tinggi, untuk kategori sedang jika
gabkgabkkgabkgabk sXXsX21
21
+<<- , sedangkan gabkgabkk sXX21
-£
kemampuan awal matematika dikategorikan rendah.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
=gabkX 68,0625 dan gabks = 8,0573. Sehingga untuk kX > 72,0912 dikategorikan
kemampuan awal matematika tinggi, 0912,7203385,64 ££ kX dikategorikan
kemampuan awal matematika sedang dan untuk kX < 64,03385 dikategorikan
kemampuan awal matematika rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, untuk
kelompok eksperimen terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori kemampuan
awal tinggi, 21 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal sedang dan 9
siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal matematika rendah. Sedangkan
untuk kelompok kontrol terdapat 10 siswa termasuk dalam kategori kemampuan
awal matematika tiggi, 20 siswa termasuk dalam kategori kemampuan awal
sedang dan 10 siswa termasuk dalam kemampuan awal matematika rendah.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30)
2. Data Motivasi Belajar Matematika Siswa
Data minat belajar matematika siswa diperoleh melalui angket. Untuk
mengetahui minat belajar yang dimiliki siswa, data yang diperoleh
dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan rata-rata ( mX ) dan standar
deviasi ( gabms ). Untuk gabmgabmm sXX21
+³ motivasi belajar dikategorikan tinggi,
64
untuk kategori sedang jika gabmgabmmgabmgabm sXXsX21
21
+<<- , sedangkan
gabmgabmm sXX21
-£ motivasi belajar dikategorikan rendah.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa =gabmX
78,5 dan gabms = 8,859. Sehingga untuk mX > 82,9295 dikategorikan motivasi
belajar tinggi, 9295,820705,74 ££ mX dikategorikan motivasi belajar sedang dan
untuk mX < 74,0705 dikategorikan motivasi belajar rendah. Berdasarkan data
yang diperoleh, untuk kelompok eksperimen terdapat 11 siswa termasuk dalam
kategori motivasi belajar tinggi, 17 siswa termasuk dalam kategori motivasi
belajar sedang dan 12 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar rendah.
Sedangkan untuk kelompok kontrol terdapat 11 siswa termasuk dalam kategori
motivasi belajar tinggi, 19 siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar sedang
dan 10 siswa termasuk kategori motivasi belajar rendah. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30)
3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Data prestasi belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai tes akhir materi pokok SPLDV setelah obyek peneliti diberi perlakuan
dengan metode pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD, sementara kelompok kontrol dengan metode
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan data prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
SPLDV kemudian ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rerata
( X ), median (Me), modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi
jangkauan (J) dan deviasi standar (s). Data hasil tes prestasi belajar siswa dan
deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 4.4
65
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pokok
SPLDV Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi Kelompok
X Mo Me Skor min Skor maks J s
Eksperimen 77,325 73 76,5 63 93 30 8,0587
Kontrol 67,25 70 68 53 78 25 6,4001
Keterangan : X : rataan J : jangkauan
Mo : modus s : standar deviasi
Me : median
C. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen
Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Uji
keseimbangan ini diambil dari nilai rapot matematika siswa kelas VIII semester
ganjil tahun pelajaran 2008/2009 kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.5 Rataan dan Variansi Nilai Rapot Semester Ganjil
Kelompok Jumlah (siswa) Rataan Variansi
Eksperimen 40 64,625 113,15641
Kontrol 40 64,325 165,4053
Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel terlebih dahulu
diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan awal
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji Kesimpulan
1. Eksperimen 0.0755 0,1400 H0 tidak ditolak Normal
2. Kontrol 0,1390 0,1400 H0 tidak ditolak Normal
66
Dari tabel tampak bahwa harga Lhit untuk masing-masing sampel tidak
melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak yang berarti masing-masing sampel
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32).
Selain itu, juga dilakukan uji homogenitas dengan tujuan untuk
mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Hasil uji homogenitas kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas
Sumber 2obsc 2
tabelc Keputusan Uji Kesimpulan
Kemampuan Awal 1,3197 3,841 H0 tidak ditolak Homogen
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
2obsc = 1,3197 sedangkan 2
tabelc untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 21;05,0c =
3,841. Karena 2obsc = 1,3197 < 2
1;05,0c = 3,841 maka H0 tidak ditolak. Hal ini
berarti kedua kelompok tersebut homogen.(Perhitungan selengkapnya pada
Lampiran 32)
Data yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah nilai rapot mata
pelajaran matematika siswa kelas VII semester genap dari sampel yang digunakan
sebagai obyek penelitian. Kelompok eksperimen menggunakan kelas VIII C
dengan jumlah siswa 40 siswa diperoleh rerata 64,625 dan variansi 113,15641.
Sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan kelas VIII E dengan jumlah
siswa 40 siswa diperoleh rerata 64,325 dan variansi 165,4053.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t diperoleh
tobs = 0,1137. Karena tobs = 1,4534 DKÏ = {t | t < – 1,960 atau t > 1,960}, maka
H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berasal dari dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat
ditarik kesimpulan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam
keadaan seimbang. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33).
67
2. Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk melakukan uji normalitas masing-masing sampel digunakan
metode Lilliefors. Dengan menggunakan metode Lilliefors diperoleh harga
statistik uji untuk taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai
berikut:
Tabel 4. 8 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sumber Lmaks Ltab Keputusan
Uji
Kesimpulan
1. Eksperimen 0,1103 0,1400 H0 tidak
ditolak Normal
2. Kontrol 0,1196 0,1400 H0 tidak
ditolak Normal
3. Motivasi Belajar Tinggi 0,1574 0,1832 H0 tidak
ditolak Normal
4. Motivasi Belajar Sedang 0,1301 0,1477 H0 tidak
ditolak Normal
5. Motivasi Belajar Rendah 0,1221 0,1832 H0 tidak
ditolak Normal
6. Kemampuan Awal
Matematika Tinggi
0,1402 0,19 H0 tidak
ditolak Normal
7. Kemampuan Awal
Matematika Sedang
0,1319 0,1384 H0 tidak
ditolak Normal
6. Kemampuan Awal
Matematika Rendah
0,0982 0,195 H0 tidak
ditolak Normal
Dari tabel tampak bahwa harga L = Maksimal {| F (zi) - S (zi) |} pada
kelompok eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi, motivasi belajar
sedang, motivasi belajar rendah, kemampuan awal matematika tinggi, kemampuan
awal matematika sedang, kemampuan awal matematika rendah tidak melebihi
harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti masing-masing sampel
68
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35).
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang
homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini
digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada
Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Homogenitas
Sumber 2obsc 2
tabelc Keputusan Uji Kesimpulan
Model Pembelajaran 1,94 3,841 H0 tidak ditolak Homogen
Motivasi Belajar Siswa 0,2837 5,991 H0 tidak ditolak Homogen
Kemampuan Awal
Matematika Siswa 4,7787 5,991 H0 tidak ditolak
Homogen
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
2obsc = 1,94 sedangkan 2
tabelc untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 21;05,0c = 3,841.
Karena 2obsc = 1,94 < 2
1;05,0c = 3,841 maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kedua
kelompok tersebut homogen.
Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi,
sedang, dan rendah adalah 2obsc = 0,2837 sedangkan 2
tabelc untuk tingkat
signifikansi 0,05 adalah 22;05,0c = 5,991. Karena 2
obsc = 0,2837 < 22;05,0c = 5,991
maka H0 tidak ditolak.
Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan kemampuan awal
matematika belajar tinggi, sedang, dan rendah adalah 2obsc = 4,7787 sedangkan
2tabelc untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 2
2;05,0c = 5,991. Karena 2obsc = 4,7787
< 22;05,0c = 5,991 maka H0 tidak ditolak.Hal ini berarti kedua kelompok tersebut
homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36).
69
D. Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama
disajikan pada Tabel 4. 10 berikut:
Tabel 4. 10 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK Dk RK obsF aF Keputusan
A 1487,852969 1 1487,853 27,0023
3,98 H0 ditolak
B 57,7853672 2 28,8927 0,5244
3,148 H0 tidak ditolak
C 139,2688 2 69,6344 1,2638
3,148 H0 tidak ditolak
AB 67,4169232 2 33,7085 0,6118
3,148 H0 tidak ditolak
AC 47,0999144 2 23,55 0,4274
3,148 H0 tidak ditolak
BC 356,5753928 4 89,1438 1,6178
2,528 H0 tidak ditolak
ABC 100,6592312 4 25,1648 0,4567
2,528 H0 tidak ditolak
Galat 3416,2556 62 55,101
Total 5672,914198 79
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa :
1. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak.
Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode
pembelajaran ekspositori pada materi pokok SPLDV.
2. Pada efek utama kolom (B), H0B tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai motivasi belajar matematika tinggi, motivasi belajar matematika
sedang, dan motivasi belajar matematika rendah pada materi pokok SPLDV.
Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
70
3. Pada efek utama kolom (C), H0C tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai kemampuan awal belajar matematika tinggi, kemampuan awal
belajar matematika sedang, dan kemampuan awal belajar matematika rendah
pada materi pokok SPLDV. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh
kemampuan awal matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa pada pokok bahasan SPLDV.
4. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak.
Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika berbeda
(tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang
sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang
diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang
dan rendah tidak ada perbedaan prestasi pada materi pokok SPLDV, dan hal
yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar
yang lebih tinggi dan siswa dengan motivasi belajar lebih rendah baik
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori.
5. Pada efek utama interaksi (AC), H0AC tidak ditolak.
Hal ini berarti siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika berbeda
(tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang
sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang
diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai kemampuan awal
matematika tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi, pada
materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori.
Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa
dengan kemampuan awal matematika yang lebih tinggi dan siswa dengan
kemampuan awal matematika lebih rendah baik menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran ekspositori.
71
6. Pada efek utama interaksi (BC), H0BC tidak ditolak.
Hal ini berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda antara siswa yang
mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV
dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika sedang dan rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal
matematika tinggi mempunyai prestasi belajar yang tidak berbeda antara siswa
yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok
SPLDV dan hal yang sama berlaku pada siswa yang mempunyai kemampuan
awal matematika sedang dan rendah.
7. Pada efek utama interaksi (ABC), H0ABC tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi
belajar matematika siswa dan kemampuan awal belajar matematika siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 37).
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Dari perhitungan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.10
diperoleh 0,05;1;74a F 3.981 0023,27 F =>= , sehingga H0A ditolak. Hal ini berarti ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran ekspositori pada materi pokok
SPLDV.
Berdasarkan rataan marginal (pada siswa-siswa yang diberi metode STAD
adalah 77,325 sedangkan pada siswa-siswa yang diberi metode ekspositori adalah
67,25) sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi
metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa-siswa yang
diberi metode ekspositori. Hal ini disebabkan karena metode STAD memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya adanya interaksi antara siswa melalui diskusi
untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan ketrampilan siswa dan
72
juga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan
metode STAD menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada
metode ekspositori pada subpokok bahasan SPLDV.
2. Hipotesis Kedua
Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.12
diperoleh 0,05;4;62b F 3,148 0,5244 F =<= , sehingga H0B tidak ditolak sehingga tidak
perlu dilakukan uji pasca anava. Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi,
motivasi belajar matematika sedang, dan motivasi belajar matematika rendah pada
materi pokok SPLDV.
Keputusan BH 0 tidak ditolak dimungkinkan karena adanya faktor lain
yang tidak terkontrol selama penelitian yaitu pada saat pengisian angket turut
mempengaruhi hasil nilai angket misalnya pengisian jawaban tidak sesuai dengan
kondisi sebenarnya yang dialami oleh siswa dan siswa cenderung mengisi angket
dengan kondisi yang positif semua. Hal ini akan mempengaruhi skor angket yang
diperoleh siswa. Padahal pada saat pengisian angket telah diarahkan agar angket
tersebut diisi sesuai dengan kondisi siswa yang sebenarnya dan tidak akan
mempengaruhi nilai prestasi siswa tersebut.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.12 diperoleh 0,05;4;62c F 3.131 2638,1 F =<= , maka H0C tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Hal ini berarti tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika
tinggi, kemampuan awal matematika sedang, dan kemampuan awal matematika
rendah pada materi pokok SPLDV.
73
Keputusan H0C tidak ditolak dimungkinkan karena siswa yang mempunyai
kemampuan awal matematika lebih tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran
kurang sungguh-sungguh sehingga prestasi belajar yang diperoleh sama dengan
siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika lebih rendah. Akibatnya
siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah mempunyai
prestasi tidak berbeda (mengalami peningkatan yang sama).
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.10 diperoleh Fab = 0,6118 < 3,148 = F0,05;4;62, maka H0AB tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB
berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika berbeda (tinggi,
sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang sama dengan
metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang diberi metode
STAD, antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan rendah tidak
ada perbedaan prestasi pada materi pokok SPLDV, dan hal yang sama berlaku
pada metode ekspositori. Dengan kata lain tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa
dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori.
Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran konvensional mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk
tiap kategori motivasi belajar siswa. Dan juga tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan motivasi belajar yang lebih tinggi dan siswa
dengan motivasi belajar lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor materi, suasana pembelajaran di
kelas dan juga tingkat intelegensi siswa dimungkinkan lebih menentukan
74
kemampuan siswa untuk memahami suatu permasalahan sehingga siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi dengan tingkat intelegensi yang relatif rendah
hasil prestasi belajarnya juga rendah. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD di
kelas eksperimen, hampir semua siswa dengan berbagai motivasi belajar yaitu
tinggi, sedang, maupun rendah ikut tertarik dan termotivasi dalam memperhatikan
penjelasan guru di depan kelas. Akibatnya, setiap siswa dengan motivasi belajar
tinggi, sedang, maupun rendah mengalami peningkatan prestasi yang sama.
Sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori
muncul keluhan siswa bahwa materi yang diberikan kurang menarik dan
membosankan. Faktor materi yang sulit dan pembelajaran yang kurang menarik,
mengakibatkan siswa dengan berbagai motivasi belajar yaitu tinggi, sedang,
maupun rendah berperilaku sama di dalam kelas sehingga apabila ada peningkatan
prestasi belajar dimungkinkan hanya terjadi pada beberapa siswa dengan motivasi
belajar tinggi. Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan dan
bagaimana pun motivasi belajar matematika siswa, tidak mempengaruhi prestasi
belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Grafik Interaksi Antara Metode
Pembelajaran dan Motivasi Belajar Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman
432.
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.10 diperoleh Fac = 0,4274 < 3,148 = F0,05;4;62, maka H0AC tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB
berarti Hal ini berarti siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika
berbeda (tinggi, sedang, rendah), metode STAD juga akan memberikan efek yang
sama dengan metode ekspositori pada materi pokok SPLDV, dan siswa yang
diberi metode STAD, antara siswa yang mempunyai kemampuan awal
matematika tinggi, sedang dan rendah tidak ada perbedaan prestasi, pada materi
pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada metode ekspositori. Dengan kata
lain tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan
kemampuan awal matematika yang lebih tinggi dan siswa dengan kemampuan
awal matematika lebih rendah baik menggunakan metode pembelajaran kooperatif
75
tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
pembelajaran ekspositori.
Hal ini dikarenakan oleh kurang disiplinnya siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol,
yang mengakibatkan ada sebagian siswa yang kurang perhatian pada materi yang
disampaikan. Yang mengakibatkan siswa dengan berbagai kemampuan awal
matematika yaitu tinggi, sedang, maupun rendah mempunyai prestasi yang tidak
jauh berbeda sehingga apabila ada peningkatan prestasi belajar dimungkinkan
hanya terjadi pada beberapa siswa dengan kemampuan awal matematika tinggi.
Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan dan bagaimana
pun kemampuan awal matematika siswa, tidak mempengaruhi prestasi belajar
siswa pada materi pokok SPLDV. Grafik Interaksi Antara Metode Pembelajaran
dan Kemampuan Awal Matematika Siswa dapat dilihat pada halaman 433.
6. Hipotesis Keenam
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.12 diperoleh Fbc = 1,6178 < 2,528 = F0,05;4;62, maka H0BC tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0BC
berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi mempunyai
prestasi belajar matematika yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai
motivasi tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama
berlaku pada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan
rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi mempunyai
prestasi belajar yang tidak berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi,
sedang dan rendah pada materi pokok SPLDV dan hal yang sama berlaku pada
siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika sedang dan rendah..
Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas
eksperimen maupun pada pembelajaran konvensional di kelas kontrol, siswa yang
mempunyai kemampuan awal lebih tinggi lebih mempunyai motivasi yang lebih
tinggi. Hal ini terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang
76
mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi, mereka lebih aktif
(sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran dan aktif mengerjakan soal
maupun bertanya) mengikuti kegiatan pembelajaran dari pada siswa yang
mempunyai kemampuan awal matematika lebih rendah. Sehingga siswa yang
mempunyai kemampuan awal matematika lebih tinggi mempunyai prestasi belajar
yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih
rendah.
Akibatnya siswa yang mempunyai kemampuan awal matematika tinggi
mempunyai motivasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai
kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa yang mempunayai kemampuan
awal matematika sedang mempunyai motivasi yang lebih tinggi dari pada siswa
yang mempunyai kemampuan awal matematika rendah. Grafik Interaksi Antara
Motivasi Belajar Matematika dan Kemampuan Awal Matematika Siswa dapat
dilihat pada halaman 434.
7. Hipotesis Ketujuh
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel 4.10 diperoleh Fabc = 0,4567 < 2,528= F0,05;2;62, maka H0ABC tidak ditolak
sehingga tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0ABC
berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok SPLDV.
Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda untuk tiap
kategori motivasi belajar siswa dan kemampuan awal matematika siswa.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor materi, suasana pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, apapun model pembelajaran yang digunakan, bagaimana pun
motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal matematika tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV. Selain itu
adanya variabel bebas lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang
77
memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar matematika siswa
yang tidak terkontrol oleh peneliti.
78
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada metode pembelajaran ekspositori pada
materi pokok SPLDV.
2. Motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah tidak
memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada materi pokok
SPLDV.
3. Kemampuan awal matematika siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun
rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada
materi pokok SPLDV.
4. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda
untuk tiap kategori motivasi belajar siswa pada materi pokok SPLDV.
5. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda
untuk tiap kategori kemampuan awal matematika siswa pada materi pokok
SPLDV.
6. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal
matematika tinggi mempunyai prestasi yang tidak berbeda dengan siswa
yang mempunyai motivasi belajar matematika dan kemampuan awal
matematika rendah pada materi pokok SPLDV.
7. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
79
metode pembelajaran ekspositori mempunyai prestasi yang tidak berbeda
untuk tiap kategori motivasi belajar matematika siswa dan kemampuan awal
matematika siswa pada materi pokok SPLDV.
B. Implikasi
Berdasar atas kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, penulis
akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada
materi pokok SPLDV. Dengan kata lain, motode pembelajaran yang digunakan
akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok
SPLDV. Hal tersebut berkenaan oleh beberapa hal yaitu
a. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan yaitu adanya
interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah akan
meningkatkan ketrampilan siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang
kurang pandai akan memperoleh manfaat malalui aktivitas tersebut, siswa
menjadi lebih kritis, siswa lebih aktif bertanya dan membangun pengetahuan
berdasar pengalaman mereka sendiri kemudian memberi makna pada
pengetahuan itu.
b. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki
motivasi belajar matematika dan kemampuan awal matematika tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan pada saat proses
belajar mengajar berlangsung banyak faktor yang mempengaruhi siswa
ataupun dari luar diri siswa seperti kondisi sosial ekonomi siswa, latar
belakang keluarga dan lingkungan.
c. Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada subpokok
80
bahasan SPLDV baik untuk siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika dan kemampuan awal matematika kategori tinggi, sedang
maupun rendah
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik
dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar
yang dicapai siswa pada subpokok bahasan SPLDV. Pengajaran dengan metode
pembelajaran STAD dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai
alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada
subpokok bahasan SPLDV. Selain itu, Usaha guru dalam membantu siswa
meningkatkan prestasi belajarnya tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain kemampuan awal siswa dan
motivasi belajar matematika yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain itu
guru perlu memperhatikan komponen lain yang mempengaruhi proses pencapaian
prestasi belajar siswa, antara lain tingkat intelegensi, aktivitas belajar siswa, minat
belajar siswa, kedisiplinan siswa, latar belakang dan lingkungan siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang
peneliti dapat sampaikan yaitu:
1. Bagi guru
Kepada guru matematika penulis memberikan saran agar pada subpokok
bahasan SPLDV, pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dapat
dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain
itu hendaknya guru memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar siswa, misalnya aktivitas belajar, motivasi
belajar siswa, kondisi sosial ekonomi, latar belakang dan lingkungan, sehingga
dapat dicari alternatif dalam membentuk pola pembelajaran dalam kelas yang
mengakibatkan prestasi siswa meningkat..
81
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya memperkaya sumber belajar. Guru bukan satu-satunya
sumber belajar, namun siswa harus menambah referensi tentang materi yang
dipelajari dari sumber yang lain, baik media cetak seperti buku-buku bacaan
maupun media elektronik seperti internet. Hal ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.
3. Bagi Peneliti Lain
Dalam penelitian ini metode pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar
matematika dan kemampuan awal matematika siswa. Bagi para calon peneliti
yang lain mungkin dapat melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi,
karakteristik cara berpikir, kreativitas, aktivitas, minat siswa, dan lain-lain. Untuk
peneliti lain yang akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
hendaknya lebih matang dalam persiapan, terutama kepastian alokasi waktu yang
akan dipakai untuk penelitian.
82
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Faqih. 2008. MengenalTeoriKontruktivisme. http: // ahmad faqih multiply. com/ journal/ item/. 3 Juni 2009
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press . 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press
Ballantine, J dan Larres, P. 2007. Cooperative Learning: A Pedagogy to Improve Students Generic Skill?. Journal Education & Training. v49, n2, p 126-137.
Dimyati, Dr dan Mudjiono, Drs. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Hamzah B. Uno. 2007. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta :
PT. Bumi Aksara Masijdo, I 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta : Kanisius Oemar Hamalik. 2001. Proes Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara Paul Saptono. 1996. Konstruktivisme dan Dampaknya terhadap Pendidikan. http:
// www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/11/18/0236.html. 3 Juni 2009 Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: UNS Press Ruseffendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi
com / 2008 / 05 / 03/ ketercapaian prestasi belajar/. 2 Mei 2009 Samo. 2009. Student’s Perceptions About The Symbols, Letters And Sign And
Algebra And How Do These Affect Their Learning Of Algebra : A Case Study In A Government Girl Secondary School Karaci. International Journal Of Matematics Theaching and learning. http://www.Cimt.Plymouth.ac.uk/journal/Samo.pdf.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
83
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
. 1995. Matematika 2b untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Jakarta: Balai Pustaka Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice.
Boston: Asiman and Schuster Co. Soejadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jendral Penidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sudirman. 2007. Cerdas Aktif Matematika Pelajaran Matematika Untuk SMP.
Jakarta : Ganeca Exact Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta. . 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Sunarto. 2009. Pengertian Metode Ekspositori. http :// sunartombs. wordpress.
com/ 2009/ 03/ 09 / pengertian-metode-ekspositori /. 2 mei 2009 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Winkel, W S. 1996 . Psikologi Pengajaran . Jakarta : Gramedisa Widiasarana Indonesia