RANULA
BAB IPENDAHULUAN
Rongga mulut setiap harinya dibasahi oleh 1000 hingga 1500 ml
saliva. Kesehatan lapisan mukosa mulut dan faring serta fungsi
penguyahan, deglutisi (proses pencernaan makanan sejak masuk ke
rongga mulut hingga mencapai esophagus), bergantung pada cukupnya
aliran saliva. Saliva berasal dari 3 pasang glandula saliva mayor,
yaitu glandula parotis, glandula sublingualis dan glandula
submandibularis dan sejumlah glandula saliva minor pada mukosa dan
submukosa bibir, palatum dan lidah (Gordon W. Pedersen).Glandula
parotis terletak pada bagian samping, di atas musculus masseter.
Ductus parotis, misalnya ductus stensen, dengan panjang 5 sampai 6
cm, bermula dari aspek anterior glandula, melintasi masseter,
menembus musculus buccinators dan memasuki rongga mulut pada regio
molar pertama atau molar kedua rahang atas (Gordon W.
Pedersen).Glandula submandibularis terletak di bawah corpus
mandibula dan menempati segitiga yang dibentuk oleh venter
posterior dan anterior musculi digastrici. Ductus-nya keluar dari
perluasan glandula submandibularis yang melintasi batas posterior
dari musculus mylohyoideus dan memasuki rongga atau ruang
sublingual. Ductus Wharton dengan panjang kurang lebih 6 cm,
melintas di bagian anterior dan berakhir dalam lubang saluran di
dasar mulut, tepat di samping frenulum lingualis (Gordon W.
Pedersen).Glandula sublingualis menempati rongga sublingual bagian
anterior dan karena itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari
sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang
terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa
anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus
submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus Bartholin)
yang berhubungan dengan ductus submandibularis (Gordon W.
Pedersen).Glandula saliva minor terletak dalam jumlah besar pada
submukosa atau mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian
posterior palatum durum dan mukosa bukal (Gordon W. Pedersen).Dalam
keadaan normal glandula saliva ini terus menerus mengeluarkan
saliva melalui saluran yang bermuara di dalam rongga mulut sesuai
dengan kebutuhan. Bilamana karena suatu sebab, terjadi hambatan
maupun penyumbatan baik sebagian maupun total, maka akan terjadi
bendungan atau stagnasi saliva yang merupakan retensi saliva dan
pada suatu saat akan berubah menjadi kista.Mengingat kista ini
terjadinya karena retensi saliva di dalam saluran saliva yang
abnormal, maka kista jenis ini digolongkan sebagai kista retensi.
Bila terjadi pada ductus glandula saliva mayor, kista ini disebut
ranula. Ranula dapat terjadi pada semua umur dan lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria (drg. Iskandar Atmadja).
Ranula jarang sekali terjadi. Dalam salah satu penelitian
terhadap 1303 kista pada glandula saliva, hanya ada 42 ranula yang
terjadi. Perbandingan laki-laki dan perempuan dalam hal terjadinya
ranula adalah 1:1,3. Umumnya yang sering terkena pada dekade kedua
dan ketiga kehidupan, dengan rentang usia 3-61 tahun (Ryan L Van De
Graaff).BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva
mayor yang terdapat pada dasar mulut. Dan akan berakibat
pembengkakan di bawah lidah yang berwarna kebiru-biruan (drg.
Sugito, MH).
Ranula merupakan fenomena retensi duktus pada glandula
sublingualis (yang kadang-kadang menunjukkan adanya lapisan
epitel), dengan gambaran khas pada dasar mulut. Mukosa di atasnya
terlihat tipis, meregang dan hampir transparan. Pembesaran yang
disebabkan oleh cairan ini kadang menyebabkan terangkatnya lidah
khususnya pada anak-anak (Gordon W. Pedersen).Ranula berasal dari
kata latin : Rana, yang berarti katak. Dinamakan ranula, karena
ranula tersebut menonjol mirip perut katak. Bila kista tersebut
menjadi sangat besar pada dasar mulut, suara penderita dapat
menjadi croacking seperti suara katak (Aswin Rahardja).Istilah
ranula digunakan untuk menggambarkan mucocele yang timbul pada
dasar mulut. Biasanya unilateral dan menyebabkan pembengkakan biru
translusens yang mirip dengan perut katak (Mervyn Shear).
B. Klasifikasi RanulaRanula diklasifikasikan menjadi 2 tipe,
yaitu :
1. Ranula superficial atau simple ranulaMerupakan kista retensi
yang sesungguhnya. Besarnya terbatas pada dataran oral musculus
mylohyoideus (Aswin Rahardja).
Tampak sebagai suatu pembengkakan lunak, dapat ditekan, timbul
dari dasar mulut. Kista ini dindingnya dilapisi epitel dan terjadi
karena obstruksi ductus glandula saliva (Robert P. Langlais &
Craig S. Miller).
Gambar Simple Ranula2. Ranula dissecting atau plunging ranula
atau ranula profundaMerupakan pseudokista, terjadinya karena
ekstravasasi (kebocoran) saliva pada jaringan, pada sepanjang otot
dan lapisan fasia dasar mulut dan leher. Ekstravasasi (kebocoran)
tersebut disebabkan karena trauma yang kecil, dimana tidak pernah
diingat oleh penderita (Aswin Rahardja).
Kista ini menerobos di bawah musculus mylohyoideus dan
menimbulkan pembengkakan submental. Kista jenis ini dindingnya
tidak dilapisi epitel (Robert P. Langlais & Craig S.
Miller).
Gambar Plunging ranulaC. Etiologi dan Patofisiologi Ranula
Ranula telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Banyak teori
yang diajukan untuk mengetahui asalnya. Hippocrates dan Celcius
mengatakan bahwa kista berasal dari proses inflamasi yang
sederhana. Pare mensugestikan berasal dari glandula pituitary yang
menurun dari otak ke lidah. Ada juga yang mensugestikan bahwa kista
tersebut berasal dari degenerasi myxomatous glandula saliva. Teori
yang terakhir mengatakan bahwa kista terjadi karena Obstruksi
ductus saliva dengan pembentukan kista atau ekstravasasi
(kebocoran) saliva pada jaringan yang disebabkan karena trauma.
Obstruksi ductus tersebut dapat disebabkan karena calculus atau
infeksi (Aswin Rahardja).
Pada tahun 1973 Roediger dan rekannya dapat membuktikan bahwa
terjadinya ranula oleh adanya penyumbatan ductus glandula saliva
sehingga terjadi penekanan sepanjang dinding saluran. Bila ada
daerah yang lemah akan pecah dan terjadi lagunar (bulatan-bulatan
kecil), yang merupakan retensi saliva yang lambat laun menjadi
kista ekstravasasi (kebocoran) pada ductus glandula sublingualis
atau submandibularis, yang kadang-kadang dapat ramifikasi
(percabangan) secara difus ke leher (Mervyn shear).
Menurut Robert P. Langlais & Craig S. Miller, Ranula
terbentuk sebagai akibat terhalangnya ductus saliva yang normal
melalui ductus ekskretorius mayor yang membesar atau terputus dari
glandula sublingualis (ductus Bartholin) atau glandula
submandibularis (ductus Wharton), sehingga melalui rupture ini
saliva keluar menempati jarigan disekitar ductus tersebut.
Walau terjadinya ranula yang ditulis dalam literature hingga
saat ini masih simpang siur, namun diperkirakan karena :
1. Adanya penyumbatan sebagian atau total sehingga terjadi
retensi saliva sublingualis atau submandibularis 2. Karena suatu
trauma
3. Adanya peradangan atau myxomatous degenerasi ductus glandula
sublingualis(drg. Iskandar Atmadja).
D. Gambaran Klinis RanulaTanda dan Gambaran Klinis ranula adalah
sebagai berikut :
Adanya benjolan simple pada dasar mulut, mendorong lidah ke
atas.
Gambar Ranula besar yang mengangkat lidah
Umumnya unilateral, jarang bilateral.
Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru
kemerah-merahan.
Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak.
Gambar Ranula seperti mata katak Pembengkakan selain intra oral
dapat juga extra oral.
Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi.
Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan maupun
menelan.
Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri, cairan
keluar, mengempes kemudian timbul atau kambuh kembali.
Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan
plunging ranula benjolan terletak lebih dalam, bisa menyebar ke
dasar otot mylohyoid, daerah submandibular, ke leher bahkan ke
mediastinum
(drg. Iskandar Atmadja).E. Diagnosis RanulaLangkah-langkah yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis ranula:
1. Melakukan anamnesa lengkap dan cermat
Secara visual Bimanual palpasi intra dan extra oral Punksi dan
aspirasi2. Melakukan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiologis
dengan kontras media, tanpa kontras media tidak berguna
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsi
(drg. Iskandar Atmadja)
Simple Ranula gambaran kliniknya relatif lebih khas sehingga
diagnosa mudah ditegakkan. Tampak sebagai suatu tonjolan berdinding
tipis, licin, kebiruan dan transparan. Pada palpasi terasa lunak
dan fluktuasi. Kista ini terletak dibawah lidah, pada bagian depan
mulut (Aswin Rahardja).
Plunging ranula lebih sulit menegakkan diagnosanya, karena
gambarannya mirip dengan banyak struktur kistik atau pembengkakan
glandula yang lain pada leher. Tidak ada tes diagnostik khusus
untuk membedakan lesi-lesi tersebut. Maka diagnosa plunging ranula
hanya tergantung pada adanya hubungan anatomi kista dengan glandula
saliva dan gambaran histopatologis dinding kista sesudah eksisi
(Quick & Lowell, 1977).Gambaran histopatologis simple ranula
yaitu dinding kista dilapisi epitel, sedangkan plunging ranula
dinding kista tanpa dilapisi epitel (Aswin Rahardja).
F. Differential Diagnosis Ranula 1.Differential Diagnosis Ranula
superficial atau simple ranulaa. Batu kelenjar liur (Sialolith)
Pembentukan batu terjadi karena pengerasan kompleks kalsium di
dalam glandula saliva yang dapat menyumbat ductus saliva sehingga
menyebabkan pembengkakan di dasar mulut. Penyumbatan aliran saliva
oleh batu akan mengakibatkan pembengkakan dasar mulut yang keras,
nyeri dan sakit (Robert P. Langlais & Craig S. Miller).
Gejala klinis yang khas adalah rasa sakit yang hebat pada saat
makan, menelan dan disertai adanya pembengkakan glandula saliva dan
sangat peka jika di palpasi. (Dona Sari Nasution).
Gambar Sialolithb. Kista DermoidTerjadi akibat pembengkakan
jaringan lunak yang berasal dari degenerasi kistik dari epitel yang
terjebak selama perkembangan embrionik. Kista dermoid dapat
dijumpai di mana saja di kulit, tetapi mempuyai kecenderungan
timbul di dasar mulut. Secara klasik tampak seperti kubah, tidak
sakit, muncul di dasar mulut. Mukosa di atasnya merah muda, lidah
sedikit terangkat dan palpasi memberi konsistensi seperti adonan.
Pasien mengeluh sukar makan dan bicara (Robert P. Langlais &
Craig S. Miller).
Gambar Kista dermoidc. HemangiomaHemangioma adalah tumor jinak
vaskuler yang sering terjadi pada rongga mulut. Etiologinya diduga
berhubungan dengan abnormalitas proliferasi dari sel-sel endotelium
(Steven Brett Sloan).Gambaran Hemangioma menyerupai kista ranula
yang menunjukkan adanya pembuluh darah (Gordon W. Pedersen).
Gambar Hemangioma
2. Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula
atau ranula profundaa. LaryngoceleLaryngocele adalah penonjolan
selaput lendir laring (kotak suara). Terjadi karena tekanan
intralaringeal meningkat. Laryngocele yang menonjol ke arah luar
(Laryngocele eksterna) menyebabkan benjolan di leher. Penderita
juga bisa mengalami disfagia (gangguan menelan), batuk atau
merasakan adanya sesuatu di tenggorokannya. Pada CT scan,
Laryngocele tampak licin dan berbentuk seperti telur. (Raden
Fahmi).
Gambar Laryngoceleb. SialadenitisTerjadi karena peradangan dari
glandula saliva dengan gambaran klinis :
Malnutrition Mulut terasa kering
Rasa sakit pada mulut atau wajah, terutama ketika makan
Kulit kemerahan di samping wajah atau leher
Pembengkakan pada wajah terutama di depan telinga, di bawah
rahang, atau di bawah lidah.
(damayanti,dkk)
Gambar Sialadenitisc. Abses leher
Abses leher merupakan kumpulan nanah dari infeksi di ruang
antara struktur leher. Terjadi karena infeksi bakteri atau virus
dikepala atau leher. Gejala yang ditimbulkan yaitu :
a. Demam
b. Merah, bengkak tenggorokan, sakit, kadang-kadang hanya
satu
sisi.
c. Tonjolan di bagian belakang tenggorokan
d. Nyeri leher
e. Sakit telinga
f. Tubuh sakit
g. Panas dingin
h. Kesulitan menelan, berbicara atau bernapas
(Anonim, http://www.chp.edu)
Gambar Abses leherd. Kista Kelenjar Paratiroid atau TiroidKista
ini berisi cairan bening atau darah dan biasanya bermanifestasi
sebagai massa leher tanpa gejala. Epitel kista ini berbentuk kubus
atau kolumnar (Sachin Wani & Ziyun Hao).
Gambar Kista Tiroid
H. Penatalaksanaan RanulaDalam kasus ranula, ahli bedah mulut
dapat merekomendasikan marsupialisasi atau eksisi, dimana ranula
diincisi untuk membuat outlet pada kista retensi kelenjar liur
sehingga cairan dapat dikeluarkan (S. E. Smith).
Berikut ini penjelasan tentang prosedur marsupialisasi serta
komplikasi yang ditimbulkan.1. Tehnik Operasi :
a. Menjelang operasi Penjelasan kepada penderita dan keluarganya
mengenai tindakan operasi yang akan dijalani serta resiko
komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan
dari penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent).
Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan
operasi.
Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi. Antibiotika
profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi
dengan Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis.b.
Tahapan operasi Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam
narkose umum dengan intubasi nasotrakheal kontralateral dari lesi,
atau kalau kesulitan bisa orotrakeal yang diletakkan pada sudut
mulut serta fiksasi-nya kesisi kontralateral, sehingga lapangan
operasi bisa bebas.
Posisi penderita telentang sedikit head-up (20-250) dan kepala
menoleh kearah kontralateral, ekstensi (perubahan posisi kepala
setelah didesinfeksi).
Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon
steril di orofaring. Desinfeksi lapangan operasi luar dengan
Hibitane-alkohol 70% 1:1000
Mulut dibuka dengan menggunakan spreader (alat pembuka) mulut,
untuk memudahkan mengeluarkan lidah maka bisa dipasang teugel (alat
penyangga) untuk pada lidah dengan benang sutera 0/1.
Lakukan eksisi bentuk elips pada mukosa dasar mulut dan pilih
yang paling sedikit vaskularisasi-nya, kemudian rawat perdarahan
yang terjadi, lakukan sondase atau palpasi, sebab kadang ada
sialolithiasis, atau sebab lain sehingga menimbulkan sumbatan pada
saluran kelenjar liur sublingual. Tepi eksisi dijahit dengan Dexon
0/3 agar tidak menutup lagi.
Apabila masih teraba kista maka bisa dilakukan memecahkan septa
yang ada sehingga isinya bisa ter-drainase. Pada kista yang cukup
besar setelah dievaluasi tidak ada kista lagi maka bisa dipasang
tampon pita sampai keujungnya dipertahankan sampai 5 hari sebagai
tuntunan epitelialisasi pada permukaan kista tadi dan tidak
obliterasi lagi.
Apabila didapat sebagian ranula dibawah musculus mylohyoid, maka
memerlukan pendekatan yang lebih bagus dari ekstra oral. Dan yang
perlu diperhatikan adalah nervus hipoglossus, nervus lingualis.
Evaluasi ulang untuk perdarahan yang terjadi.
Lapangan operasi dicuci dengan kasa-PZ steril, luka operasi yang
diluar ditutup dengan kasa steril dan di hipafiks (perekat).
Tampon orofaring diambil, sebelum ekstubasi.
(Anonim, http://bedahunmuh.wordpress.com)2. Komplikasi operasi
yang dapat terjadi, yaitu :
a. Perdarahan
b. Kerusakan nervus hipoglosus atau nervus lingualisc.
Infeksi
d. Fistel orokutan pada operasi yang pendekatannya intra dan
extra oral
e. Residif
Residif ketika kelenjar saliva yang terlibat tidak terpotong
mecapai 50%. Angka ini menurun jika kelenjar saliva tersebut
dipotong.
(Ryan L Van De Graaff; Anonim,
http://bedahunmuh.wordpress.com)Pada pasien langka yang tidak dapat
mentoleransi pembedahan, terapi radiasi adalah terapi alternatif.
(Ryan L Van De Graaff).BAB IIICASE REPORT
Laporan Kasus : RANULAOleh :
Dr. Suman Jaishankar, Dr. Manimaran, Dr. Kannan, Dr. Christeffi
MabelJIADS VOL -1 Issue 3 July - September,2010ABSTRAK:
Menurut definisi ranula adalah rongga yang berisi mukus dan
merupakan mucocele yang terletak di dasar mulut yang berhubungan
dengan kelenjar sublingual. Nama "ranula" telah berasal dari kata
latin "Rana" yang berarti "katak". Pembengkakan menyerupai perut
atau kantung udara pada katak. Ranula memiliki karakteristik
besarnya (> 2 cm) dan muncul sebagai pembengkakan berbentuk
kubah tegang berfluktuasi, biasanya di lantai lateral rongga mulut.
Makalah ini mebahas tentang laporan kasus ranula di dasar mulut
yang telah berhasil dilakukan perawatan dengan eksisi ranula
bersama dengan kelenjar sublingual.
PENDAHULUAN:
Menurut Hippocrates dan Celcius, melaporkan bahwa ranula ialah :
1) Secara teoritis, pembentukan ranula terjadi akibat dari
obstruksinya saluran ekskresi yang disertai dengan ekstravasasi dan
akumulasi saliva ke dalam jaringan. 2) akumulasi mukos dalam
jaringan ikat disekitarnya membentuk pseudokista yang tidak
memiliki epitel lining. 3) analisis membuktikan terdapat
konsentrasi protein dan amylase yang tinggi terhadap sekresi dari
asini musinous pada kelenjar sublingual. Kandungan protein yang
tinggi dapat menimbulkan reaksi inflamasi yang intens dan mediator
dalam pembentukan pseudokista.
Banyak metode pada penatalaksanaan untuk ranula. Telah
dijelaskan dalam literatur, ranula dapat dilakukan eksisi ranula
saja, eksisi ranula beserta kelenjar sublingual , marsupialisa dan
cryosurgery.
Perawatan definitif ranula sekarang ialah eksisi beserta
kelenjar sublingual yang didukung dengan studi terbaru.LAPORAN
KASUS:
Seorang pasien pria berusia 22 tahun datang ke departemen rawat
jalan dengan keluhan utama pembengkakan tanpa rasa sakit di bawah
lidah di sisi kanan, selama satu bulan terakhir. Pasien
mengungkapkan bahwa pembengkakan secara bertahap meningkat. Tidak
ada rasa sakit dan terdapat riwayat perawatan endodontik pada gigi
46.
Pada pemeriksaan terdapat pembengkakan berwarna kebiruan dan
berfluktuasi dengan ukuran 1x2 cm yang terlihat di dasar mulut
berdekatan dengan gigi 46 dan 47. Pembengkakan berkonsistensi lunak
dan tidak ada debit yang ditimbulkan.
Pada pemeriksaan, seorang 1x 2 cm kebiruan pembengkakan
berfluktuasi terlihat di dasar mulut berdekatan dengan 46, 47
wilayah. Pembengkakan itu tidak lembut, lembut konsistensi dan
tidak ada pembuangan yang ditimbulkan.
Pada hubungan temauan klinis, kasus ini sementara di diagnose
sebagai ranula. Pasien melakukan pemeriksaan radiografi dan
mengungkapkan bahwa tidak ada obstruksi. Setelah pemeriksaan pra
operasi selanjutnya dilakukan eksisi ranula beserta kelenjar
sublingul dengan menggunakan anestesi lokal. pasien timbul
paresthesi. Pasien tetap dibawah pengawasan dan diberikan resep
renerve tab (1 OD) serta ditindak lanjuti setiap minggu dan secara
bertahap sensasi dari parasthesi berkurang.
DISKUSI :
Ranula adalah pembengkakan yang terjadi didasar mulut. Umumnya
berbatas jelas, kenyal, kista berwarna kebiruan yang ditutupi oleh
lapisan epithelium yang tipis.
Penyebab pembentukan ranula ialah trauma pada dasar mulut,
operasi daerah leher yang dapat membuat pecah kelenjar sublingual
atau menyebabkan penyumbatan saluran kelenjar sublingual yang
menghasilkan mucus.
Ranula diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu simple ranula
dan plunging ranula. Simple ranula lebih umum terjadi daripada
plunging ranula. Simple ranula terbentuk akibat terkumpulnya mucus
secara lokal pada dasar mulut. Pada plunging ranula mucus terkumpul
pada daerah leher antara submandibula dan submentale dengan atau
tanpa hubungan intra oral yang terkait.
Perlu dipertimbangkan kemungkinan plunging ranula pada pasien
dengan ambang rasa nyeri tinggi yang terdapat pembengkakan servikal
yang ukurannya semakin membesar secara bertahap, terutama jika ada
riwayat trauma lisan, termasuk prosedur bedah mulut atau
lainnya.Diagnosis ranula didasarkan terutama pada pemeriksaan
klinis dan terkadang pada komputerisasi tomografi atau temuan
pencitraan resonansi magnetik untuk lesi plunging. Jika ada
keraguan tentang diagnosis, aspirasi mucus dari lesi dan penentuan
laboratorium konten amilase harus membuat diagnosis ranula
jelas.
Diagnosis banding dari ranula termasuk abses, kista dermoid, dan
lesi vaskular. Diagnosis banding dari plunging ranula termasuk
kista branchial, tiroglosus saluran kista, kista epidermal, Higroma
kistik, malformasi arteri, limfadenopati, abses atau tumor jaringan
lunak.
Berikut adalah beberapa metode yang berbeda dari perawatan untuk
ranula. Ini termasuk eksisi ranula melalui pendekatan intraoral
atau servikal, marsupialisasi, eksisi intra oral kelenjar
sublingual dan drainase lesi, dan eksisi lesi dengan kelenjar
sublingual.
Modalitas pengobatan terbaru seperti OK-432 di uji pada beberapa
pasien. Tapi, karena obat ini tidak tersedia secara luas dan efek
samping seperti demam dan rasa sakit ditemui pada tempat bekas
suntikan, obat ini menjadi tidak populer. Inovatif, metode lain
yang sederhana non-bedah adalah penggunaan toksin botulinum tipe A
untuk mengobati ranula.
Sialoendoscopy adalah metode baru yang menjanjikan untuk
digunakan dalam diagnosis, pengobatan dan manajemen pasca operasi
dari sialadenitis, sialolithiasis dan penyakit kelenjar ludah
obstruktif lainnya.
KESIMPULAN
Pengobatan yang efektif gangguan kelenjar ludah memerlukan
diagnosis yang akurat dari penyakit tertentu. Kemajuan baru di
bidang imaging, membantu dokter dalam membuat diagnosa yang tepat.
Karena cedera pada saraf lingual dan saluran sublingual adalah
komplikasi potensial yang terkait dengan prosedur bedah, pencarian
modalitas pengobatan alternatif terus.
KESIMPULAN
Ranula merupakan suatu kista retensi dengan gambaran khas pada
dasar mulut.
Dikenal dua tipe klinik ranula, yaitu ranula superficial atau
simple ranula dan plunging ranula atau ranula dissecting atau
ranula profunda. Simple ranula letaknya terbatas pada dataran oral
musculus mylohyoideus, sedangkan plunging ranula menerobos di bawah
musculus mylohyoideus dan bisa menyebar ke daerah submandibular, ke
leher bahkan ke mediastinum
Ranula terbentuk sebagai akibat terhalangnya ductus glandula
saliva mayor, bisa akibat dari penyumbatan, trauma atau adanya
peradangan.
Gambaran klinis ranula yaitu adanya benjolan simple pada dasar
mulut berwarna biru kemerah-merahan, berdinding tipis transparan,
gambaran seperti perut katak. Tidak ada rasa sakit kecuali meradang
atau infeksi. Bila benjolan membesar dapat menganggu bicara, makan
maupun penelanan. Pada simple ranula benjolan terletak superficial
sedangkan pada plunging ranula benjolan terletak lebih dalam
sehingga dapat menimbulkan pembengkakan submental
Untuk menegakkan diagnosis ranula perlu dilakukan beberapa
langkah yaitu anamnesa lengkap dan cermat secara visual, bimanual
palpasi intra dan extra oral, punksi dan aspirasi. Kemudian
dilakukan juga pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan
radiologis dan mikroskopis untuk mendukung diagnosis ranula.
Differential Diagnosis Ranula superficial atau simple ranula
:
1. Batu kelenjar liur (Sialolith)
2. Kista dermoid3. Hemangioma
Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula
atau ranula profund :1. Laryngocele2. Sialadenitis3. Abses
leher
4. Kista Kelenjar Paratiroid atau TiroidPenatalaksanaan ranula
biasanya dilakukan tindakan bedah yang dinamakan
marsupialisasi.DAFTAR PUSTAKA
Acevedo, Jason L; Shah, Rahul K. Cystic Hygroma. Diakses tanggal
16 Januari 2015. Online: www.emedicine.medscape.comAnonim. 2008.
Neck abscess. Diakses tanggal 16 Januari 2015. Online: .
http://www.chp.edu/CHP/P02051.Anonim. 2010. Eksisi dan
Marsupialisasi Ranula. Diakses tanggal 17 Januari 2015. Online:
http://www.bedahunmuh.wordpress.com.Atmadja, Iskandar.
Marsupialisasi Ranula. Forum Ilmiah 1984 FKG Universitas Trisakti.
Jakarta. 1984. h: 567-569.
Damayanti; Husodo, Noto; Setijono. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.
Jakarta.
Fahmi, Raden. 2010. Laringokel. Diakses tanggal 17 Januari 2015.
Online:
http://community.um.ac.id/showthread.php?61160-Laringokel.Graaff,
Ryan L Van De. 2010. Ranulas and Plunging Ranulas. Diakses tanggal
17 Januari 2015. Online: http://www.emedicine.com.
Langlais, Robert P; Mille, Craig S. Atlas Berwarna Kelainan
Rongga Mulut Yang Lazim. Hipokrates. Jakarta. 1984. h: 40.Nasution,
Dona Sari. 2008. Dukungan Radiografi Dalam Menegakkan Diagnosa
Sialolitiasis Pada Anak-Anak. Diakses tanggal 17 Januari 2015.
Online:
http://www.repository.usu.ac.id/handle/123456789/7972.Pedersen,
Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC. Jakarta. 1996. h:
279-280, 284-289.
Quick, AC; Lowell, SH. 1977. Ranula and the Sublingual salivary
glands,. Arch. Otolaryngol 103 : 397-400.
Rahardja, Aswin. Dua Tipe Ranula: Diagnosis dan Terapi. Kongres
Nasional xvii. Ujung Pandang. 1989. h: 567-568.
Shear, Mervyn. Kista Rongga Mulut. Edisi ke-2. EGC. Jakarta.
1998. h: 196-197.
Sloan, Steven Brett. 2010. Oral hemangioma. Diakses tanggal 18
Januari 2015. Online: http://www.emedicine.medscape.com.Smith, S E.
2010. What is Ranula. Diakses tanggal 18 Januari 2015. Online:
http://www.wisegeek.com.Sugito, MH. Kista. Dental Study Club. FKG.
UGM. Jogjakarta. 1981. h: 6.Wagner, Andrew L. 2010. Pleomorphic
Parotid Adenoma Imaging. Diakses tanggal 18 Januari 2015. Online:
http://www.emedicine.com.Wani, Sachin; Hao, Ziyun. 2005. Atypical
cystic adenoma of the parathyroid gland. Diakses tanggal 18 Januari
2015. Online: http://www.medscape.com.PAGE 19