Top Banner
RANGKUMAN MATERI PSIKOLOGI UMUM Written By IMM Tarbiyah on Rabu, 28 September 2011 | 09.39
72

Rangkuman Materi Psikologi Umum

Feb 17, 2016

Download

Documents

Desta Oryza

KESMAS
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Rangkuman Materi Psikologi Umum

RANGKUMAN MATERI PSIKOLOGI UMUMWritten By IMM Tarbiyah on Rabu, 28 September 2011 | 09.39

Page 2: Rangkuman Materi Psikologi Umum

PSIKOLOGI

1. Pengertian1. George A. Miller dalam bukunya Psycology and communication: “Psycology is the

science that attempts to describe, predict and control mental and bahavioral events” (psikologi adalah ilamu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku)

2. Roberts Woodworth dan Marquis DG dalam bukunya Psycology: “Psycology is the scientific studies of individual activities relations to the inveronment” (psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).

2. Pendekatan-pendekatan Terhadap Psikologi1. Pendekatan Neorobiologi

Pada pokoknya, kejadian-kejadian psikologi tergambat dalam kebiasaan yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Suatu pendekatan terhadap studi manusia berusaha menghubungkan perilaku dengan hal-hal yang terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem syaraf, pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan kegiatan mental. Contoh: perubahan yang terjadi dalam sistem saraf karena adanya proses belajar mengenai hal yang baru.

2. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)

Dengan pendekatan ini, seorang ahli psikologi mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.

3. Pendekatan kognitif

Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa kita bukanlah penerima rangsangan yang pasif, otak kita secara aktif mengolah informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan kategori baru.

4. Pendekatan Psikoanalitik

Dasar pemikiran teori freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita berasal dari proses yang tidak disdari (unconscious processes) yang dimaksud dengan proses yang tidak disadari ialah pemikiran, rasa takut, keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi membawa pengaruh terhadap perilakunya. Ia percaya bahwa banyak dari implus pada masa kanak-kanak yang dilarang dan dihukum oleh para orang tua dan masyarakat berasal dari naluri pembawaan (innate instine)

5. Pendekatan Fenomenologis

Page 3: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Memusatkan perhatian pada pengalaman subjektif. Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadian mengenai dunia dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya.

3. Ruang Lingkup Psikologi Kontemporer

Bidang-bidang psikologi antara lain:

1. Psikologi eksperimental dan fisiologi2. Psikologi perkembangan, psikologi sosial, dan psikologi kepribadian3. Psikologi klinis dan penyuluhan4. Psikologi sekolah dan pendidikan5. Psikologi industri dan rekayasa

INGATAN (MEMORY)

Perbedaan-perbedaan dalam ingatan

1. Tahapan ingatan

Kekuatan ingatan minor dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahapan encoding

Anda mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang diucapkan ke dalam kode yang diterima ingatan dan anda menempatkan kode tersebut dalam ingatan

2. Tahapan penyimpanan (storage stage)

Anda mempertahankan atua menyimpan nama itu selama waktu antara kedua pertemuan tadi

3. Tahapan mengingat kembali (retrieval stage)

Anda dapat mendapatkan kembali nama itu dari penyimpanan pada waktu pertemuan kedua

2. Jenis Ingatan1. Ingatan jangka pendek

1. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk dapat menyimpan informasi ke dalam ingatan jangka pendek, harus memperhatikan informasi tersebut. Karena kita sangat selektif tentang apa yang kita perhatikan, ingatan jangka pendek

Page 4: Rangkuman Materi Psikologi Umum

kita hanya berisi apa yang dipilih. Hal ini berarti bahwa sebagian besar dari apa yang telah terlihat oleh kita tidak pernah memasuki ingatan jangka pendek dan tentu saja tidak akan mungkin dapat digunakan untuk pengingat kembali di kemudian hari.

2. Penyimpanan (storage)

Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan pendek ialah bahwa ingatan ini mempunyai kapasitas yang terbatas. Batas rata-ratanya adalah 7 butir lebih atau kurang dua (7 ± 2). Sebagian orang dapat menyimpan paling sedikit 5 butir, yang lainnya dapat menyimpan 9. Jumlah tertinggi merupakan rentang ingatan subjek (subject’s memory span)

Dengan adanya kapasitas yang begitu pasti kita cenderung memandang ingatan jangka pendek sebagai sebuah kotak mental yang mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang memasuki ingatan jangka pendek masuk ke dalam masing-masing slot. Selama jumlah butir tidak melebihi jumlah slot kita akan dapat mengingat butir-butir dengan sempurna. Ketika semua slot sudah terisi dan sebuah butir baru akan masuk, salah satu butir lama harus pergi. Butir yang baru menggantikan butir yang lama.

3. Pengingatan Kembali (retrieval)

Pengingatan kembali disusun dalam tiga tahapan

1. Subjek memasukkan stimulus probe ke dalam suatu bentuk yang dapat dibandingkan dengan butir-burit yang sudah tersimpan dalam ingatan jangka pendek

2. Subjek membandingkan kede yang berurutan dengan setiap butir yang ada dalam ingatan pendek

3. Subjek mulai dengan memberikan sebuah respon yang berakibat pada ditekannya tombol “ya” atau “tidak”

2. Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup.

1. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik atau visual, melainkan tampaknya didasarkan pada pegertian akan butir-butir tersebut. Jika kita menghafal suatu kata yang panjang dan mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit kemudian, kita pasti akan membuat kekeliruan. Sebagian kata-kata yang keliru itu mempunyai pengertian yang sama dengan kata-kata yang benar. Misalnya jika kata “lekas” dalam daftar mungkin kita akan keliru ingat dengan kata “cepat”.

Page 5: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Pengkodean melalui pengertian, tampaknya menghasilkan ingatan yang terbaik. Dan semakin mendalam atau lengkap seorang menyerap pengertian, semakin baik ingatan yang terjadi. Maka, kalau kita harus mengingat satu hal dalam sebuah buku teks kita akan mengingatnya lebih baik, jika kita memusatkan pikiran pada pengertiannya dan bukan pada kata-kata yang tercantum dan semakin mendalam dan menyeluruh kita menghayati maknanya semakin baik kita mengingatnya.

2. Penyimpanan dan pengingatan kembali (storage and retrieval)

Banyak kasus mengenai proses lupa dari ingatan jangka panjang ini tampaknya merupakan akibat dari tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu bukan karena tidak adanya informasi itu sendiri. Maka, ingatan yang lemah dapat mencerminkan kegagalan pengingatan kembali dan bukan merupakan kegagalan penyimpanan informasi. Oleh karena itu penting diketahui faktor yang meningkatkan dan menurunkan pengingatan kembali.

1. Faktor yang meningkatkan pengingatan kembali ialah mengorganisasi dalam penyimpanan dan memastikan bahwa konteks informasi yang diingat kembali sama dengan konteks informasi di mana kita memasukkan pesan dalam ingat.

2. Faktor yang menurunkan pengingat kembali ialah interferensi

INTELEGENSI

1. Pengertian Intelegensi

Alfred Binet, dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes inteligensi, mengemukakan pendapatannya bahwa inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan yaitu:

1. Direction, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan2. Adaptation, kemampuan untuk mendapatkan adaptasi terhadap masalah yang

dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah3. Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik baik terhadap masalah yang dihadapi

maupun terhadap dirinya sendiri

Pengertian inteligensi, menurut Whitherington, mempunyai ciri-ciri hakiki berikut:

1. Cepat, makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan2. Cekatan biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan, dengan mudah dan ringkas

menjelaskan sesuatu3. Tepat sesuai dengan tuntutan keadaan

Page 6: Rangkuman Materi Psikologi Umum

2. Ciri-ciri Pelaku Inteligensi

Menurut Effendi dan Praja, ciri-ciri tingkah laku yang inteligensi adalah sebagai berikut:

1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang inteligensi selalu terarah pada tujuan2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkordinasi, tidak acak-acakan3. Physical well taned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga

dan tangkas4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang fleksibel, tidak statis dan kaku5. Success oriented bahavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang,

penuh kepercayaan akan sukses6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya

dan bermanfaat bagi orang lain7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan

luas serta jiwa yang terbuka

Page 7: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Distribusi Normal tingkat kecerdasan

IQ / tingkat kecerdasan Deskripsi Verbal Persentase Populasi dalam Setiap Kelompok

0 – 1920 – 4950 – 6970 – 7980 – 8990 – 109110 – 119120 – 129130 – 139140 – 179180 ke atas

IdiotEmbicileMoronInferiorBodohNormalPandai

SuperiorSangat superior

GiftedGenius

1-2615461883-1

KEPRIBADIAN

1. Definisi Kepribadian

Kata kepribadian (personality) berasal dari kata latin: persona. Kata persona menunjukan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya.

Alport mendefinisikan kepribadian yaitu bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, sehingga tidak akan ada dua orang yang bertingkah laku sama, karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri.

1. Teori-teori Kepribadian

1. Teori kepribadian psikoanalisis

Dalam mencoba memahami sistem kepribadian manusia, freud, membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Ketiga sistem itu yaitu:

1. Id, bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis2. Ego, mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara

yang diterima masyarakat3. Superego (hati nurani) memiliki standar moral pada individu

Page 8: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Selanjutnya, teori frud mengenai dinamika kepribadian, menyatakan bahwa terdapat sejumlah energi psikis (libido) yang konstan untuk setiap individu. Teori ini berpendapat bahwa dorongan id yang tidak bisa diterima dapat menimbulkan kecemasan, yang bisa diturunkan oleh mekanisme pertahanan. Kemudian, teori feud mengenai perkembangan kepribadian menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual (seperti oral, onal, falik) dan harus memecahkan konflik oedipal.

2. Teori-teori Sifat (Trait Theories)

Yang dimaksud dengan teori-teori sifat pada dasarnya meliputi “psikologi individu” Gordon Williard Allport “Psikologi Konstitusi William Sheldon” “teori faktor” Roymond (attell). Teori-teori ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories).

Bagi Allport, sifat adalah sesuatu yang sesungguhnya eksis namun tidak terlihat. Itu terletak dalam bagian tertentu dalam sifat saraf. Meskipun tidak terlihat, kita bisa merasakan kehadirannya dengan mengamati konsistensi dari perilaku seseorang.

Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition) sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya, kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu.

3. Teori kepribadian Behaviorisme

Menurut skinner, individu adalah organisme yang memperoleh pembendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Kemudian, skinner menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Kemudian banyak diantaranya dipelajari oleh social learning theoritist, yaitu:

1. Pengekangan fisik (physical restraints)2. Bantuan fisik (physical aids)3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)5. Melakukan respons-respons lain (perforning alternative responses)6. Menguatkan diri secara positif (positive self reinforcement)7. Menghukum diri sendiri (self punishment)

2. Teori Psikologi Kognitif

Pandangan tori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran. Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor di luar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran manusia.

3. Tipe-tipe Kepribadian

Page 9: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi 4 golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. Yaitu:

1. Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga

2. Sanguinicus (sanguinisi) yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan waja yang berseri-seri, periang, dan bersikap optimistis

3. Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya selalu tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4. Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penarik darah dan sukar mengenalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

Menurut Jung, tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

1. Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat

2. Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya pada “aku” nya

PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latinperceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata persepsi biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial dan persepsi interpersonal.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaigu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devita, persepsi ialah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Gulo mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Yusuf menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Pareekmemberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data.

2. Proses Persepsi

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari merubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:

Page 10: Rangkuman Materi Psikologi Umum

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sbeagai reaksi

Jadi, proses persepsi ialah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. Dalam definisi pesepsi dikemukakan Pareek di atas, mencakup beberapa segi atau proses yaitu:

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan / data diseleksi. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu yaitu faktor intern dan eksternal.

1. Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi1. Kebutuhan psikologis2. Latar belakang3. Pengalaman4. Sikap dan kepercayaan umum5. Penerimaan diri

2. Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi1. Intensitas2. Ukuran3. Kontras4. Gerakan5. Ulangan6. Keakraban7. Sesuatu yang baru

Sementara itu, Devito menyebutkan enam proses yang mempengaruhi persepsi yaitu teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri, aksentuasi perseptual, primasi – resensi, konsistensi dan stereotip

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni:

Page 11: Rangkuman Materi Psikologi Umum

1. Pengelompokan

Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan antara lain:

1. Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok2. Kedekatan, hal-hal yang dekat antara satu dengan yang lain juga dikelompokkan

menjadi satu3. Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum

lengkap2. Bentuk timbul dan latar

Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangkaian / gejala lainnya berada di latar belakang.

3. Kematangan persepsi

Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan.

5. Proses pengecekan

Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain mengenai persepsi mereka.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya.

3. Perkembangan Perseptual

Peneliti mengenai perkembangan persepsi mempelajari sampai tingkat mana kapasitas pesepsi si diturunkan dan sampai tingkat mana dipelajari oleh pengelaman. Menurut Atkinson untuk menentukan kapasitas turunan, para penelitia mempelajari kapasitas diskriminasi bayi dengan menggunakan metode melihat preferensial dan visual-evoked potential. Ketajaman penglihatan, yang penting untuk pengenalan, meningkat secara cepat selama 6 bulan pertama kehidupan dan kemudian meningkat lebih lambat sampai mencapai tingkat dewasa antara usia 1-5 tahun. Persepsi kedalaman mulai tampak pada sekitar

Page 12: Rangkuman Materi Psikologi Umum

usia 3 bulan, tetapi tidak sepenuhnya terbentuk sampai sekitar usia 6 bulan. Kokonstanan mulai berkembang pada usia 6 bulan, tetapi tidak sepenuhnya berkembang selama bertahun-tahun.

4. Fungsi dan Sifat-sifat Dunia Persepsi1. Fungsi Persepsi

Penelitian tentang persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan menentukan jenis objek tersebut. Menurut atkinson dkk, untuk melokalisasi objek, kita terlebih dahulu harus menyegregasikan objek kemudian mengorganisasikan objek menjadi kelompok.

2. Sifat-sifat Dunia Persepsi

1. Sifat-sifat umum dunia persepsi1. Dunai persepsi mempunyai sifat ruang2. Dunai persepsi mempunyai dimensi waktu3. Dunai persepsi itu berstruktur menurut berbagai objek prsepsi4. Dunai persepsi adalah suatu dunia yang penuh dengan arti

2. Sifat-sifat yang khusus bagi masing-msing indra tersendiri.

Di antara sifat-sifat terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-indra, merah dan kuning termasuk kelompok yang berlainan dengan asam dan asin, suatu keseluruhan sifat sensoris yang khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu modalitas yang khusus bagi mata, bunyi bagi telinga.

5. Persepsi dan Sensasi

Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi, atau dalam bahasa Inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Benyamin B Wolman menyebut sensasi sebagai pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.

Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak, meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda.

6. Persepsi dan Kognisi

Page 13: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Persepsi, kognisi, penalaran dan perasaan sesungguhnya berlangsung secara simultan, dan kebanyakan dari apa yang disebut pemikiran, impian, bayangan, berkhayal, belajar dan semacamnya merupakan kombinasi unsur-unsur persepsi, kognisi, penalaran dan perasan tersebut.

Secara singkat, persepsi (perception) dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan. Penalaran (reason) adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan pada tingkat pembentukan kegiatna psikolotis. Perasaan (feeling) adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognisi atau konseptual.

7. Dunia Persepsi Sebagai Dunia Bentuk

Robert Fontz adalah pelopor dalam bidang ini dengan satu peneuan yang ia beri nama “alat preferensi visual”. Ia memberi alasan bahwa kita pada bayi diperlihatkan dua pola secara bersamaan dan si bayi lebih menyukai pola yang satu dibandingkan dengan yang lain, ia seharusnya dapat membedakan pola tersebut. Ia merancang sebuah dipan untuk bayi, yang disebut “bilik pandangan”. Di atas dipan itu bisa diperlihatkan dua pola kartu berbeda, ia menghitung berapa lama tiap bayi memandang tiap-tiap pola.

Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Obejk-objek ini kurang lebih berdiri sendiri mengandung struktur di dalamnya dan mempunyai batas-batas di luarnya. Dengan kata lain, objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah yang terutama memungkinkan kita untuk mengenal dan mengingat kembali objek-objek tersebut yang memungkinkan kita mengorientasikan diri dan sebagainya.

DIRI, KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI

1. Diri (Self)

William James, menanamkan diri cermin itu sebagai “diri publik” (public self atau me) yang dibedakannya dari “diri pribadi atau “aku” (private self atau I). Jadi, menurut James ada dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berfikir dan berkehendak (subjective self).

Akan tetapi, teori James yang menggunakan dua diri ini, menurut Sarwono, sulit dikembangkan lebih lanjut karena baik dalam praktek maupun dalam penelitian-penelitian, sulit dibedakan antara dua diri itu. Oleh karena itu dalam pandangan Sarwono, teori-teori yang timbul kemudian menggunakan salah satu dari konsep itu saja, yaitu self (diri) atau ego (aku) atau menggabungkan kedua konsep itu dalam satu konsep yang lebih menyeluruh yaitu kepribadian.

Dalam pandangan para ahli psikologi, ego selain lebih luas dari self, juga lebih bersifat hakikat, lebih inti dari pada pribadi manusia, sedangkan self adalah lebih sebagai perwujudan fungsional daripada ego.

1. Konsep Diri (Self Concept)

Page 14: Rangkuman Materi Psikologi Umum

1. Diri sebagai bangunan konsep

Dalam kaitan ini, kita dapat melihat sekurangnya lima aspek dari diri, yakni:

1. Fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung di dalamnya. Walaupun banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran daripada tentang tubuh mereka sendiri.

2. Didi-sebagai-proses. Suatu aliran akal pikiran emosi dan perilaku kita yang konstan. Apabila kita mendapat suatu masalah, memberikan respons secara emosional, membuat suatu rencana untuk memecahkannya dan kemudian melakukan tindakan, semua peristiwa tersebut adalah bagian dari diri-sebagai-proses.

3. Diri-sosial, terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons secara umum terhadap orang lain dan masyarakat. Dalam masyarakat kita memainkan peran tertentu dan kita mengidentifikasi diri dengan peran tersebut secara kuat.

4. Konsep-diri adalah apa yang terlintas dalam pikiran saat anda berpikir tentnag “saya”, masing-masing kita melukis sebuah gambaran mental tentang diri sendiri, dan meskipun gambaran ini mungkin sangat tidak realistis, hal tersebut tetap milik kita dan berpengaruh besar pada pemikiran dan perilaku kita.

5. Cita-diri, apa yang anda inginkan. Cita diri merupakan faktor yang paling penting dari perilaku anda. Lebih jauh lagi, cita-diri anda akan menentukan konsep-diri anda, dengan mengukur prestasi anda yang sebenarnya dibandingkan dengan cita-diri yang membentuk konsep-diri anda.

2. Hakikat konsep diri

Menurut Jalaluddin Rakhmat, walupun konsep diri merupakan tema utama psikologi humanistik yang muncul belakangan ini. Pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai William James. James membedakan antara “The I” diri yang sadar dan aktif, menurut James ada dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana yang dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak (subjective self).

Lalu, apakah konsep diri itu? Siapakah saya? Apakah saya? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan mengandung konsep diri yang terdiri atas:

1. Citra-diri (self-image). Bagian ini merupakan deskripsi sederhana, misalnya saya seorang pelajar, saya seorang kakak dan sebagainya

2. Penghargaan-diri (self esteem). Bagian ini meliputi suatu penilaian, suatu perkiraan, mengenai kepantasan-diri (self worth), misal saya peramah, saya pintar dan sebagainya.

Jadi konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.

3. Bagaimana kosep diri terbentuk?

Page 15: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan yang paling dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya. Ini menghasilkan konsep diri sekunder.

Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang di sekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu, tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial yang disandang seorang individu. Struktur peran dan status sosial merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu satu dan individu lain, individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok.

4. Proses perkembangan konsep diri

Pada dasarnya, pengembangan konsep diri merupakan proses yang relatif pasif. Pada pokoknya anda berperilaku dengan cara tertentu dan mengamati reaksi orang lain terhadap perilaku Anda. Hal ini tidak perlu berupa proses pemikiran, bahkan sering kali terjadi melalui berbagai kesempatan yang tersedia. Mead dan Cooley yakin bahwa konsep diri merupakan sesuatu cerminan cara yang disajikan orang lain sebagai tanggapan kepada kita. Kesan pribadi seseorang merupakan cerminan cara yang dipikirkan orang tersebut mengenai reaksi orang lain kepadanya selama masa kecilnya.

Ada 2 hal yang mendasari perkembangan konsep diri kita yaitu:

3. Pengalaman kita secara situasional

Segenap pengalaman yang datang pada diri kita tidak seluruhnya mempunyai pengaruh kuat pada diri kita. Jika pengalaman-pengalaman itu merupakan sesuatu yang sesuai dan konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional dapat kita terima. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut tidak konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional tidak dapat kita terima.

4. Interaksi kita dengan orang lain

Pandangan kita terhadap diri sediri adalah dasar dari konsep diri kita dan untuk memperoleh pengertian mengenai diri kita tersebut dapat dilakukan melalui interaksi dengan orang lain yang tentunya disertai persepsi dan kesadaran kita tentang cara orang lain tersebut melihat kita dan reaksi mereka terhadap kita.

5. Faktor yang mempengaruhi konsep diri

Menurut William Brooks ada empat faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu:

1. Self Apprasial – Viewing self asan objct

Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri

Page 16: Rangkuman Materi Psikologi Umum

2. Reaction and Response of others

Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita, misalnya saja dalam berbagai perbincangan masalah sosial

3. Roles you play – role taking

Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita.

4. Reference groups

Yang dimaksud adalah kelompok yang kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri kita.

1. Penyesuaian Diri

1. Apakah penyesuaian diri itu?

Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri dan kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri. Karena itu tidaklah heran bila dikemukakan istilah maladjustment, artinya tidak ada penyesuaian. Menurut Musthofa Fahmi, penyesuaian adalah suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.

2. Bentuk-bentuk penyesuaian diri

1. Yang adaptive

Sering disebut dengan istilah adaptasi. Bentuk ini lebih bersifat badani. Artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.

2. Yang adjustive

Bentuk ini bersangkutan dengan kehidupan psikis kita, karena tersangkutnya kehidupan psikis dalam penyesuaian yang adjustive ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan tingkah laku.

3. Reaksi-reaksi penyesuaian diri1. Rasionalisasi (rationalization)

Ini terjadi bila seorang individu berupaya memberi penjelasan yang menyenangkan (rasional) penjelasan untuk perilaku yang khusus dan sering tidak diinginkan.

Page 17: Rangkuman Materi Psikologi Umum

2. Kompensasi (compensation)

Kita merujuk pada konsep konpensasi ketika membicarakan suatu situasi saat orang-orang dengan perasaan ketidakcukupan berusaha sendiri dengan upaya tambahguna mengatasi perasaan-perasaan tidak aman.

3. Negativisme (negativism)

Adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada orang-orang / objek-objek lain

4. Kepasrahan (resignation)

Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan mendalam yang sangat kuat, yang adakalanya dialami oleh individu-individu.

5. Pelarian (flight)

Reaksi ini boleh jadi dikacaukan dengan kepasrahan. Namun, pelarian mencakup sesuatu yang lebih jauh, yakni melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan atau kegelisahan.

6. Represi (represion)

Jika tanpa diketahui seseorang mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari kesadarannya

7. Kebodohan-semu (pseudostupidity)8. Pemikiran obsesif (obsessive thinking)

Merujuk pada perilaku seseorang yang memperbesar semua ukuran realistik dari masalah / situasi yang dialami

9. Pengalihan (displacement)

Proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian dialihkan ke arah objek-objek lain daripada ke arah sumber pokok kekecewaan

10. Perubahan (conversion)

REFERENSI BUKU

Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi I, Jakarta: Erlangga, 1983.

Drs. Alex Sobur, M.Si, Psikologi Umum, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003

Page 18: Rangkuman Materi Psikologi Umum
Page 19: Rangkuman Materi Psikologi Umum

psikologi umum

[Tulisan ini merupakan bentuk review buku dari karya Drs. Alex Sobur, M.Si.; Psikologi Umum; Dalam Lintas Sejarah; diterbitkan oleh Pustaka Setiap Bandung tahun 2003]

 

Ternyata, apa yang dikatakan Rita L. Atkinson, memang ada benarnya. Psikolog dari Universitas California ini bilang, tidak ada orang pada masa kini yang dapat mengaku tidak mengenal psikologi; psikologi, bagaimana pun, telah menyentuh semua aspek kehidupan Anda. Contoh gampangnya, bagaimana cara dosen mengajar sewaktu Anda menjadi mahasiswa, mempengaruhi cara Anda mengajar mahasiswa-mahasiswa Anda sekarang, atau, bagaimana cara orang tua mengasuh Anda, mempengaruhi cara Anda mengasuh anak-anak Anda sendiri, kini, atau pun nanti.

Karena psikologi mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan kita, penting juga kirannya bagi mereka yang tidak bermaksud memperdalam diri dalam disiplin ilmu ini sekadar mengetahui fakta-fakta dasarnya. Pelajaran psikologi dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang sebab-sebab mangapa, misalnya, orang berpikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan, dan memberikan pandangan untuk menilai sikap dan reaksi yang Anda lakukan sendiri.

Singkatnya, psikologi penting bagi mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan bersama orang lain. Psikologi dibutuhkan atau dipelajari oleh mereka, yang dalam tugas dan jabatannya akan bekerja bersama orang lain. Itulah inti kegunaan psikologi.Kegunaan kini justru dianggap penting. Belum pernah dalam sejarah kegunaan begitu diutamakan seperti era kita sekarang. “Berguna” sering disamakan dengan “bernilai” begitu saja. Tendensi ini, meminjam ungkapan Bertens (1993), dapat disebut utilitarisme. Sikap utilitaristis ini merupakan suatu sikap modern yang khas. Dalam masyarakat tradisional dahulu, sikap ini tidak dikenal; atau kalaupun dikenal, hanya kebetulan dan insindental; bukan sistematis dan menyeluruh. Utilitarisme menekankan hubungan antara “means” dan “end”, antara sarana dan tujuan. Kita harus mempergunakan sarana tertentu, jika ingin mencapai suatu tujuan.

Agaknya, dalam pokok bahasan nanti, Anda dipaksa atau terpaksa untuk “mengakrabi” soal jiwa dan badan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian dan kejasmanian. Pertanyaan konkret mengenai hubungan kejasmanian dan kerohanian saja sudah memperlihatkan kebingungan dengan masalah,

Page 20: Rangkuman Materi Psikologi Umum

apakah mesti dirumuskan sebagai soal “badan dan jiwa”, ataukah sebagai masalahbody and mind (Campbell, 1984)? Ataukah lebih baik hubungan the self and its brain (Popper & Eccles, 1977)? Atau mungkin hubungan man and beast (Midgley, 1980)? Apakah badan itu sama dengan kepriaan-wanitaan (Maas, 1979)?Andaikan selama ini Anda menyebut “ilmu jiwa” untuk memakai kata “psikologi”, yang harus saya katakan awal-awal adalah, betapa sukarnya mengenal jiwa manusia karena sifatnya yang abstrak. Wajarlah jiwa Thomas Alva Edison berkata “My mind is incapable of cenceiving such a thing as a soul”. Pikiran saya tidak mampu untuk memahami hal seperti jiwa. Meskipun begitu, satu-satunya cara yang dapat kita lakukan adalah mengobservasikan perilakunya, walaupun perilaku tidak merupakan pencerminan jiwa secara keseluruhan.

Begitulah, bab pertama buku ini dengan pertanyaan tentang untuk apa kita belajar psikologi, karena saya yakin bahwa pengetahuan psikologi tidak hanya penting bagi para mahasiswa psikologi, tetapi penting diketahui semua orang. Karena itu, pada bagian pertama pula saya coba jelaskan keterkaitan antara psikologi dan ilmu-ilmu lain.

Bab kedua, menyangkut pembahasan ihwal sejarah perkembangan psikologi, sejak ilmu ini masih merupakan bagian dari filsafat, sampai menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Bab tersebut juga mencoba mengidentifikasi berbagai aliran psikologi yang muncul, mulai dari aliran psikologi yang disebut psikologi strukturalisme, yang dimotori Wilhem Wundt pada pertengahan abad ke-19, sampai aliran behaviorisme, sebuah aliran yang didirikan oleh John B. Watson, pada tahun 1913, dan kemudian digerakkan oleh Skinner.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan pokok bahasan bab ketiga. Tema ini pada intinya ingin menjelaskan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan individu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada bab 4 dijelaskan tentang apa yang diartikan sebagai inteligensi atau kecerdasan. Uraian pada bab ini mencoba mengidentifikasi, misalnya, apakah perilaku tertentu itu tergolong perilaku pandai atau tidak pandai? Ternyata, kemudian timbul kesulitan karena kita secara salah menganggap bahwa kecerdasan atau inteligensi merupakan suatu “benda”. Pada bab ini juga disinggung mengenai bakat: apakah sebetulnya yang diartikan dengan istilah “bakat” (Aptitude)? Apa bedanya dengan “kemampuan” (Ability) dan “kapasitas” (capacity)? Apa pula bedanya dengan “prestasi” (achievement)? Kemudian juga dijelaskan mengenai “apakah bakat itu?” serta ciri-ciri anak berbakat.Dua bab berikutnya (bab 5 & 6) mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan teori-teori berpikir dan belajar. Ini saya anggap penting sebab berpikir juga mencakup banyak aktivitas mental. Adapun belajar demikian kompleksnya, sehingga apabila orang menganggap beberapa macam perilaku yang berbeda sebagai belajar, tampak bahwa pendefinisian belajar menjadi sangat kabur, karena di dalamnya tercakup semua perilaku tersebut.

Soal motivasi dibahas di bab 7. psikologi mengajukan pertanyaan tentang motivasi, karena psikologi ingin mengerti gejala-gejala psikis yang menjadi objek ilmu jiwa ini. Bab 8 menjelaskan ihwal kepribadian. “Kepribadian” itu, ibarat tenaga listrik, secara samar-samar kita tahu apa artinya namun apabila hendak memaparkan seluruh maknanya, kita seolah kehilangan akal. Ini pula yang menyebabkan demikian

Page 21: Rangkuman Materi Psikologi Umum

banyak definisi mengenai kepribadian; sampai-sampai Allport, dalam sebuah bukunya, mendaftarkan tidak kurang dari lima puluh definisi kepribadian yang berbeda.

Tiga bab berikutnya, masing-masing membahas tentang sikap dan prasangka (bab 9), emaosi (bab 10), dan persepsi (bab 11). Apakah sikap Anda terhadap tersedianya senjata api untuk masyarakat umum? Itulah salah satu contoh pertanyaan yang diajukan seorang ahli psikologi dalam menjelaskan tentang hakikat sikap. Dari contoh pertanyaan ini saja, orang biasanya memberikan jawaban yang variatif: pendapat, keyakinan, perasaan, resep (preferensi tingkah laku atau tujuan tingkah laku, pernyataan fakta, dan pernyataan mengenai tingkah laku mereka sendiri. Mereka memberikan tanggapan yang sangat kognitif dan afektif. Prasangka itu sendiri, oleh para ahli psikologi, diartikan sebagai suatu istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan (unfavourable attitude) yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok lain berikut anggota-anggotanya, yang didasarkan atas norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap orang-orang di luar kelompoknya.Dlam hal emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori. Salah satu teori menyebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologis. Teori lain berpendapat bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untu mengatasi keadaan genting, orang-orang primitif yang membuat respons semacam itu bisa survive dalam perjuangan hidupnya. Lalu, dari mana emosi timbul? Dari pikiran atau dari tubuh? Agaknya, tak seorang pun yang bisa menjawabnya dengan pasti.Selanjutnya, berkaitan dengan soal “persepsi” maka inilah sesungguhnya yang merupakan sumber pengetahuan kita tentang dunai. Dalam hubungan ini, ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi.

Dan, konsep diri, dan penyesuaian diri merupakan pokok bahawan penutup dalma buku ini. Kita semua ingin mengenal diri sendiri secara lebih baik, karena kita mengendalikan pikiran dan perilaku sebagian besar sampai batas memahami diri sendiri-sebatas menyadari siapa kita.

Begitulah gambaran singkat tentang buku ini. Meskipun buku yang tengah Anda baca ini merupakan hasil sebuah pergulatan yang sangat panjang dan melelahkan, saya belum merasa begitu puas karena masih demikian banyak hal-hal yang tidak kita ketahui tentang jiwa manusia beserta segenap perilaku yang menyertainya.

Page 22: Rangkuman Materi Psikologi Umum
Page 23: Rangkuman Materi Psikologi Umum

PSIKOLOGI UMUM

PSIKOLOGI UMUM

A.        PENDAHULUAN

            Dunia modrn dewasa ini,  tidak bisa  luput  dari  pengetahuan tentang psikogi.  Dahulu dunia  ini hanya  berkompetisi   lewat  otot  dan  kemampuan  untuk  bertahan  dari  ganasnya   lingkungan,  dan   itu hanya   berupa   kemampuan   untuk   bertahan   dari   gangguan   binatang   buas   dan   kemampuan   untuk bertahan dari kelaparan. Penyakit yang muncul pada saat itu, orang cenderung hanya pada penyakit fisik saja.   Beranjak   dari   itu,   era   pun   berubah,  masuk   lah   pada   era   yang   pada   abad   dua   puluh   orang menyebutnya dengan era teknologi informasi. Pada era ini manusia sudah mulai dihadapkan pada masa, di  mana   tantangan  hidup  tidak  hanya  berupa  perjuangan   fisik,   tetapi   juga  menuntut   kemampuan pertahanan  psikis,   sehingga  memunculkan  banyak  penyakit  yang  tidak  diketahui  penyebabnya.  Dan belakangan  di   ketahui  penyakit   yang  muncul  adalah  akibat   terganggunya  kesehatan  psikis   sehingga menimbulkan penyakit fisik (psikosomatik).

            Dan waktu pun terus berputar, meninggalkan masa-masa dahulu dan pengetahuan pun berlalu dan semakin berkembang. Era pun berganti nama, jika sebelumnya ada yang mengatakan era globalisasi dan teknologi  informasi,  maka dewasa ini  pemahaman itu sudah ditinggalkan. Kecenderungan orang sekarang   menyebut   masa   sekarang   adalah   era   konsep.   Sehingga   jika   dahulu   orang   yang   mampu bertahan dan menang melawan hidup adalah orang yang menguasai dunia teknologi informasi maka dia lah   yang  akan  menjadi   pemenang.  Namun  pemahaman   itu   sudah  ditinggalkan.   Karena  orang  yang menguasai teknologi pun banyak yang lalai  dan terjatuh, Akibat penyalahgunaan teknologi  informasi yang tidak bijak.  Sehingga orang, dewasa ini  menyebut era sekarang adalah era konsep. Maksudnya siapa yang mempunyai konsep yang jelas dan memahami berbagai konsep yang ada maka dia lah yang akan suvive, dan menang melawan tantangan hidup yang kian garang ini.

            Beralih dari itu, ketat dan sengitnya persaingan hidup, mengakibatkan banyak perobahan. Dan akibat lainnya adalah munculnya banyak penyakit baik penyakit pisik maupun penyakit psikis, sehingga banyak   juga  memunculkan   disiplin   ilmu   dan   pengobatan   yang   bersifat   psikis.   Seperti   psiko   klinis, kesehatan   mental,   psikoterapi,   konseling,   dan   masih   banyak   lagi.   Dan   satu   hal   yang   tidak   bisa dihindarkan adalah bahwa jika ingin menguasai ilmu tersebut, gerbang utama yang harus dilalui adalah menguasai pengantar psikologi atau psikologi umum.

Page 24: Rangkuman Materi Psikologi Umum

DAFTAR ISI

      A. PENDAHULUAN_ 1

            DAFTAR ISI_2

B.     PENGERTIAN PSIKOLOGI_ 3

1.      Aliran Psikologi_ 4

2.      Metode Psikologi_ 19

3.      Teori Psikologi_ 22

C.     PRILAKU MANUSIA_ 25

D.    MANUSI dan LINGKUNGAN_ 29

1.      Pengertian manusia _ 29

2.      Pengertian lingkungan_ 29

3.      Manusia dan Perkembangan_ 30

4.      Faktor Endogen ( dalam diri)  dan eksogen  (Lingkungan) _34

E.     PERSEPSI_ 34

F.      PERHATIAN, PENGAMATAN DAN INGATAN_  37

G.    BELAJAR_ 40

H.    BERFIKIR_ 41

I.       INTELEGENSI_  41

J.       PERASAAAN DAN EMOSI_ 44

K.    MOTIVASI_ 45

L.     SIKAP_ 48

DAFTAR KEPUSTAKAAN_ 50

Page 25: Rangkuman Materi Psikologi Umum

B.     PENGERTIAN PSIKOLOGI

            Menurut asal  katanya psikologi bersal dari  bahasa yunani,  yakni dari  kata psyche  yang berarti jiwadan logos  yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti  ilmu jiwa. Namun arti  “ ilmu jiwa” menimbulkan pemahaman yang sangat kabur karena objek dari ilmu jiwa tersebut tidak ril. Sangat kabur dan tidak bisa diteliti secara empiris. Karena jiwa adalah unsur yang berada dalam diri manusia yang wujudnya tidak bisa di pegang, di raba dan dilihat, hanya bisa di rasakan keberadaannya. Karena jiwa begitu kabur maka banyak menimbulkan pemahaman dan pengartian di kalangan pakar psikologi.

            Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:

1. Pengertian psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid  13 (1990),  Psikologi  adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

2. Pengertian psikologi  menurut Dakir (1993),  psikologi  membahas  tingkah  laku manusia  dalam hubungannya dengan lingkungannya.

3. Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam   hubungannya   dengan   lingkungan.   Tingkah   laku   terbuka   adalah   tingkah   laku   yang   bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

            Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwapengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan   yang   mempelajari   gejala-gejala   kejiwaaan   manusia   yang   teraplikasi   dalam  tingkah lakunya,   baik   sebagai   individu  maupun   dalam   hubungannya   dengan   lingkungannya.   Tingkah   laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

1.       Aliran Psikologi

Psikologi sebagai sebuah ilmu akan selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya mazhab-mashab dan teori-teori baru yang bermunculan. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-teori  sebelumnya.  Memang, patut diakui  bahwa titik pandang (teori)  dalam psikologi  tidak ada yang sempurna,  sehingga terbuka kesempatan bagi   ilmuwan untuk memberikan kritik  dan masukan ataupun penyempurnaan dari teori yang sudah ada.

            Dalam tulisan  ini penulis akan membahas beberapa aliran dalam psikologi, yakni Psikoanalisa, Behaviorisme, Humanistik (Holistik), Psikologi Gestalt, Psikologi Positif, Psikologi Transpersonal dan Psikologi lintas Budaya (Cross Culture Psychology).

a.      Psikoanalisis

Page 26: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama asli Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun Freud dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan Freud berbarengan dengan ramainya teori The Origin of Species karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).

            Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot, neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.

            Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.

            Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:

1. Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata;

2. Superego,   adalah   berisi   kaidah   moral   dan   nilai-nilai   sosial   yang   diserap   individu   dari lingkungannya;

3. Ego, adalah pengawas realitas.

            Sebagai  contoh adalah berikut   ini:  Anda adalah seorang bendahara yang diserahi  mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang   tahu!”.   Sedangkan ego berkata:”Cek   dulu,   jangan-jangan   nanti   ada   yang   tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan!”.            Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).

Page 27: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya).

Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di kantor misalnya).

Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).

b.      Behaviourisme

            Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.

            Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadiconditioned stimulus.

            Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas.

Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).

c.       Psikologi Humanistis

            Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme. Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.

Page 28: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Salah satu bagian dari humanistic adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos = makna). Pandangan ini berprinsip:

1)      Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun;

2)      Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri;

3)       Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.

            Frankl mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp konsentrasi Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia mengalami dan menyaksikan penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda, yaitu para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar biasa serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan seseorang memberi makna pada hidupnya. Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan berdasarkan situasi-situasi berikut ini:

a. Ketika seseorang menemukan dirinya (self-discovery). Sa’di (seorang penyair besar dari Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah masjid di Damaskus. Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada seorang penceramah yang berbicara dengan senyum gembira.

Kemudian tampaklah olehnya bahwa penceramah tersebut tidak memiliki sepasang kaki. Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa mengapa ia sedih kehilangan sepatunya sementara ada orang yang masih bisa tersenyum walau kehilangan kedua kakinya.

b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa makna ketika seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang mendapatkan tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun ia harus pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan kelimpahan materi namun di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul dengan anak-anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mundur dari pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama keluarganya. Pada saat itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.

c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia merasakan suatu makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh apapun. Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang mampu mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita menjadi bermakna.

d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas, seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat besar dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu untuk memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami makna yang luar biasa dalam hidupnya.

e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang).Transendensi adalah pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan kita.

Page 29: Rangkuman Materi Psikologi Umum

d.      Psikologi Gestalt

            Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah persegi panjang maka hal ini dapat dipahami dan dijelaskan sebagai persegi panjang berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas ini tidak bisa dijelaskan sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan.

            Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.

            Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt.

            Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan.Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model wunditian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.

            Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika.

            Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika.

Page 30: Rangkuman Materi Psikologi Umum

e.       Psikologi Transpersonal

            Kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui dan persona berarti topeng. Secara etimologis, transpersonal berarti melampaui gambaran manusia yang kelihatan. Dengan kata lain, transpersonal berarti melampaui macam-macam topeng yang digunakan manusia.

             Menurut John Davis, psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang menghubungkan psikologi dengan spiritualitas. Psikologi transpersonal merupakan salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologi dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam budaya dan agama. Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah nondualitas (nonduality), suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (misal: tiap-tiap manusia) adalah bagian dari keseluruhan alam semesta. Penyatuan kosmis dimana segala-galanya dipandang sebagai satu kesatuan.

            Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian tentang psikologi kesehatan pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh Abraham Maslow (Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat lagi setelah terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun 1969 dimasa disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual manusia.

            Penelitian mengenai gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, exctasy, keadaran ruhaniah, pengalaman transpersonal, aktualisasi dan pengalaman transpersonal mulai dikembangkan. Aliran psikologi yang memfokuskan diri pada kajian-kajian transpersonal menamakan dirinya aliran psikologi transpersonal dan memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat setelah psikoanalisis, behaviourisme dan humanistic. Psikologi transpersonal memfokuskan diri pada bentuk-bentuk kesadaran manusia, khususnya taraf kesadaran ASCs (Altered States of Consciosness). Sejak 1969, ketika Journal of Transpersonal Psychology terbit untuk pertamakalinya, psikology mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian yang dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, ekstasi, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman spiritual dan kecerdasan spiritual (Zohar,2000).

            Aliran psikologi Transpersonal ini dikembangkan oleh tokoh psikologi humanistic antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistic. Sebuah definisi kekemukakan oleh Shapiro yang merupakan gabungan dari pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji tentang poitensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.

            Menurut Maslow pengalaman keagamaan meliputi peak experience, plateu, dan farthes reaches of human nature. Oleh karena itu psikologi belum sempurna sebelum memfokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal. Maslow menulis (dalam Zohar, 2000). “I should say also that I consider Humanistic, Third Force psychology, to be trantitional, a preparation for still higher Fourth Psychology, a transpersonal, transhuman centered in the cosmos rather than in human needs and interest, going beyond humanness, identity, self actualization, and the like”.

Page 31: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau transcendental diri manusia. Hal inilah yang membedakan konsep manusia antara psikologi humanistic dengan psikologi transpersonal. McWaters (dalam Nusjirwan, 2001) membuat sebuah diagram yang berbentuk lingkaran dimana setiap lingkaran mewakili satu tingkat berfungsinya menusia dan tingkat kesadaran diri manusia.

            Tiap tingkat dari bagian diatas menunjukan tingkat fungsi dan tingkat kesadaran manusia. Lingkaran 1,2 dan 3 yang berturut-turut mewakili aspek fisikal, aspek emosional dan aspek intelektual dari kekuatan batin individu. Lingkaran 4 menggambarkan pengintegrasian dari lingkaran 1, 2 dan 3 yang memungkinkan individu berfungsi secara harminis pada tingkat pribadi. Keempat lingkaran ini termasuk dalam kawasan personal manusia.Tingkatan berikutnya termasuk dalam kategori wilayah transpersonal manusia. Lingkaran 5 mewakili aspek intuisi. Pada aspek ini mulai samara-samar menyadari bahwa ia bisa mempersepsi tanpa perantara panca indra (extra sensory perception). Lingkaran 6 mewakili aspek energi psikis (kekuatan bathiniah) di mana individu secara jelas menghayati dirinya sebagai telah mentransedir/melewati kesadaran sensoris dan pada saat yang sama menyadari pengintegrasian dirinya dengan medan-medan energi yang lebih besar. Fenomena-fenomena para psikologi dapat dialami pada tingkat kesadaran ini. Lingkaran 7 mewakili bentuk penghayatan paling tinggi-penyatuan mistis atau pencerahan, dimana diri seseorang mentransendir dualintas dan menyatu dengan segala yang ada. Melewati ke tujuh tingkat yang disebutkan itu, dikatakan lagi tingkat pengembangan potensial dimana semua tingkat dihayati secara simultan.

            Konsep dari McWater ini dapat menjelaskan bagaimana seseorang mencapai kualitas diri melalui metode tafakur. Ketika seseorang berada pada fase pertama dalam bertafakur berarti dia berada pada dunia fisik yaitu pengetahuan yang didapat dari fungsi indera. Sebuah kejadian akan dipresepsi secara empiris yang langsung melalui pendengaran, penglihatan atau alat indera lainnya, atau secara tidak langsung seperti pada fenomena imajinasi, pengetahuan rasional yang abstrak, yang sebagaian pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan emosi. Jika seseorang memperdalam cara melihat dan mengamati sisi-sisi keindahan, kekuatan, dan keistimewaan lainnya yang dimiliki sesuatu, berarti ia telah berpindah dari pengetahuan yang indrawi menuju rasa kekaguman ( tadlawuk) dimana pada tahap ini adalah tahap bergejolaknya perasaan, disini kita melihat bahwa tahap ini sesuai dengan tahap kedua dari McWater yaitu emosional. Pada tahap selanjutnya, dengan bertafakur aktiitas kognitif seseorang muali delibtkan, disinilah tafakur sangat berperan dalam proses pengintegrasian ketiga komponen tadi yaitu fisik, dmosi dan intelektual.

            Kemudian jika hasil pengintegrasian seseorang ini ditransendensikan kepada Allah maka kualitas seseorang tadi akan meningkat dari personal menuju transpersonal. Badri (1989) mencontohkan seseorang yang sudah pada tahap transpersonal ini “perasaan kagum manusia terhadap keindahan dan keagungan penciptaan serta perasaan kecil dan hina di tengah malam, yang ia saksikan merupakan fitrah yang sudah diberikan Allah kepada manusia untuk dapat melihat semua yang ada di langit dan di bumi sehingga ia dapat menemukan sang pencipta, merasakan khusuk terhada-Nya, dan dapat menyembah-Nya. Baik karena takut atau karena cinta”. Dari ungkapan tersebut dapat dita lihat bahwa

Page 32: Rangkuman Materi Psikologi Umum

seseorang yang mengakui bahwa keindahan itu adalah ciptaan Allah maka berarti dia sudah memasuki dunia transpersonal.

f.       Psikologi Positif

            Psikologi yang berkembang dewasa ini dapat disebut sebagai psikologi negatif, karena berkutat pada sisi-negatif manusia. Psikologi, karena itu, paling banter hanya menawarkan terapi atas masalah-masalah kejiwaan. Padahal, manusia tidak hanya ingin terbebas dari problem, tetapi juga mendambakan kebahagiaan. Adakah psikologi jenis lain yang menjawab harapan ini?

            Martin Seligman, seorang psikolog pakar studi optimisme, memelopori revolusi dalam bidang psikologi melalui gerakan Psikologi Positif. Berlawanan dengan psikologi negatif, sains baru ini mengarahkan perhatiannya pada sisi-positif manusia, mengembangkan potensi-potensi kekuatan dan kebajikan sehingga membuahkan kebahagiaan yang autentik dan berkelanjutan.

            Dalam buku revolusioner yang ditulis dengan gaya populer ini, Seligman memperkenalkan prinsip-prinsip dasar Psikologi Positif, ciri-ciri kebahagiaan yang autentik, dan faktor-faktor pendukungnya. Dengan metode-metode praktis yang dirumuskannya, Anda dapat memanfatkan temuan-temuan terbaru dari sains kebahagiaan untuk mengukur dan mengembangkan kebahagiaan dalam hidup Anda.

            Psikologi positif adalah cabang baru psikologi yang bertujuan diringkas pada tahun 2000 oleh Martin Seligman dan Mihaly Csikszentmihalyi “Kami percaya bahwa psikologi positif akan muncul fungsi manusia yang mencapai pemahaman ilmiah dan efektif untuk membangun berkembang dalam individu, keluarga, dan masyarakat. Psikologi positif mencari” untuk mencari dan membina jenius dan bakat “, dan” untuk membuat kehidupan normal lebih memuaskan “, tidak hanya untuk mengobati penyakit mental. Pendekatan ini telah menciptakan banyak menarik di sekitar subjek, dan pada tahun 2006 studi di Universitas Harvard yang berjudul “Psikologi Positif” menjadi kursus semester yang paling populer semester.

            Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick Fromm mengembangnak teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia. Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun penelitian ini telah banyak dikritik. Teori ini lebih berfokus pada kepuasan dengan sumber filosofismenya keagamaan dan psikologi humanistik.

            Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dan selama ini yang kita ketahui, bidang psikologi selalu menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab orang mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain. Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang.

Page 33: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Tetapi selami ini kita mengenal yang nama nya psikologi positif, yaitu lebih menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/buruk. Sebelumnya, psikologi biasanya selalu menekankan apa yang salah pada manusia, seperti soalan stress, depresi, kegelisahan dan lain lain.

           

            Itulah sebabnya, ada aliran baru dalam dunia psikologi, dan menyebutnya sebagai psikologi positif. Menurut Seligman, “Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis yang hanya berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada kelebihan manusia.

            Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam dunia psikologi. Sejak dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang bermasalah. Sejak awal mula munculnya aliran psikologi (mashab behaviorisme), manusia dipandang sebagai suatu mekanik yang penuh dengan banyak masalah. Mashab ini kemudian melihat masalah yang ada pada manusia, belum lagi dengan mashab psikoanalisis yang melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab penderitaan yang ada saat ini. Apapun itu, psikologi yang berkembang selama bertahun-tahun lamanya lebih memedulikan kekurangan ketimbang kelebihan yang ada pada manusia. Itulah sebabnya psikologi yang berkutat pada masalah sering disebut sebagai psikologi negatif.

            Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Sebelumnya, psikologi lebih banyak membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi negatif, seperti marah, benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S. Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif biasanya diabaikan atau tidak ditekankan, hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena emosi negatif jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa nyaman yang subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya, pada saat kita marah, maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan sebagainya. Ada suatu penelitian mengatakan bahwa marah adalah emosi yang dipelajari, sehingga dia akan cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.

            Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan, kelemahan atau gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau memperkaya, serta untuk memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.

            Jadi intinya saat ini kita sudah mengenal yang nama nya psikologi positif, ada baiknya kita merubah diri kita sedikit demi sedikit. Sebisa mungkin kita lebih mengeluarkan emosi positif kita dibandingkan emosi negatif kita. Maka hasilnya pun akan positif.

Page 34: Rangkuman Materi Psikologi Umum

g.      Psikologi Lintas Budaya (Cross Culture Psychology)

            Kata budaya sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling sering budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa atau etnis. Kata budaya juga kadang dikaitkan dengan seni, musik, tradisi-ritual, atau peninggalan-peninggalan masa lalu. Sebagai sebuah entitas teoritis dan konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berperilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan sekelompok orang. Sebagai sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki kehidupan sendiri, ia terus berubah dan tumbuh, akibat dari pertemuan-pertemuan dengan budaya lain, perubahan kondisi lingkungan, dan sosiodemografis. Budaya adalah produk yang dipedomani oleh individu-individu yang tersatukan dalam sebuah kelompok. Budaya menjadi pengikat dan diinternalisasi individu-individu yang menjadi anggota suatu kelompok, baik disadari maupun tidak disadari.

            Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia.

            Oleh karena itu, pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.

Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya dan perilaku sosial, Ekologi – budaya – sosialisasi – kepribadian – perilaku.

            Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu.

            Pada umumnya penelitian psikologi lintas budaya dilakukan lintas negara atau lintas etnis. Artinya sebuah negara atau sebuah etnis diperlakukan sebagai satu kelompok budaya. Dari sisi praktis, hal itu sangat berguna. Meskipun hal tersebut juga menimbulkan persoalan, apakah sebuah negara bisa diperlakukan sebagai satu kelompok budaya bila didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya indonesia? Dalam posisi seperti itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa indonesia menjadi dasar untuk menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam satu kelompok budaya. Pada akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan pengelompokan budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis, bahasa, atau wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau malah kurang relevan.

Page 35: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Sebuah definisi mengenai budaya dalam konteks psikologi lintas budaya diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam psikologi lintas budaya. Culture as the set of attitudes, values, belifs, and behaviors shared by a group of people, but different for each individual, communicated from one generation to the next (Matsumoto, 1996). Definisi Matsumoto dapat diterima karena definisi ini memenuhi semua perdebatan sebelumnya; budaya sebagai gagasan, baik yang muncul sebagai perilaku maupun ide seperti nilai dan keyakinan, sekaligus sebagai material, budaya sebagai produk (masif) maupun sesuatu (things) yang hidup (aktif dan menjadi panduan bagi individu anggota kelompok. Selain itu, definisi tersebut menggambarkan bahwa budaya adalah suatu konstruk sosial sekaligus konstruk individu.

            Psikologi lintas budaya adalah cabang psikologi yang (terutama) menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Dalam arti sempit, penelitian lintas budaya secara sederhana hanya berarti dilibatkannya partisipasian dari latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya perbedaan antara para partisipan tersebut.

            Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu) (Matsumoto, 2004).

            Menurut Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Pengertian ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok, yaitu keragaman perilaku manusia di dunia, dan kaitan antara perilaku individu dengan konteks budaya, tempat perilaku terjadi. Terdapat beberapa definisi lain (menekankan beberapa kompleksitas), antara lain:

a.       Menurut Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.

b.      Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike, 1973) menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.

c.       Triandis (1980) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.

            Setiap definisi dari masing-masing ahli di atas, menitikberatkan ciri tertentu, seperti misalnya pertama, gagasan kunci yang ditonjolkan ialah cara mengenali hubungan sebab-akibat antara budaya dan perilaku. Kedua, berpusat pada peluang rampat (generalizabiliti) dari pengetahuan psikologi yang

Page 36: Rangkuman Materi Psikologi Umum

dianut. Ketiga lebih menitikberatkan pengenalan berbagai jenis pengalaman budaya. Kempat, mengedepankan persoalan perubahan budaya dan hubungannya dengan perilaku individual. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa psikologi lintas budaya adalah psikologi yang memperhatikan faktor-faktor budaya, dalam teori, metode dan aplikasinya.

2.           Metode Psikologi

Psikologi resmi berdiri sebagai disiplin ilmu pada tahun 1879, yakni setelah didirikannya labolatorium oleh wilhem wundt di leipzig di jerman.

Metode-metode dalam penelitian psikologi ( sarwono,1982:13-17) :

1.      Metode eksperimen;

2.      Observasi alamiah;

3.      Sejarah kehidupan;

4.      Wawancara;

5.      Pemeriksaan psikologis

1.         Metode Eksperimen

            Metode   ini   adalah   metode   yang   digunakan   dalam   meneliti   aspesk   psikis   manusia   dengan melakukan serangkaian percobaan di  labolatorium.Peneliti mempunyai  kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya.

2.         Observasi Ilmiah

            Pada  observasi   ilmiah,   suatu  hal  pada   situasi-situasi   yang  ditimbulkan  tidak  dengan   sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.

3.         Sejarah Kehidupan

            Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.

Page 37: Rangkuman Materi Psikologi Umum

4.         Wawancara

   Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang diperiksa itu   dapat  menemukan   isi   hatinya   itu   sendiri,   pandangan-pandangannya,   pendapatnya   dan   lain-lain sedemikian   rupa   sehingga   orang   yang   mewawancarai   dapat   menggali   semua   informasi   yang dibutuhkan. Keuntungan interview dibandingkan dengan angket yaitu:

a.       Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas.

b.      Interviwer (penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwee ( responden yang ditanyai).

c.       Terdapat  interaksi  langsung berupa face to facesehingga diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.

5.         Pemeriksaan Psikologi

            Dalam   bahasa   populernya   pemeriksaan   psikologi   disebut   juga   dengan   psikotes   Metode   ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain   dari   orang   yang   diperiksa   itu.  Metode   Psikologi   Perkembangan   Pada   Metode   Psikologi Perkembangan memiliki 2 metode, yaitu metode umum dan metode khusus. pada metode umum ini pendekatan   yang   dipakai   dengan   pendekatan   longitudinal,   transversal,   dan   lintas   budaya.   Dari pendekatan   ini   terlihat  adanya  data  yang  diperoleh   secara   keseluruhan  perkembangan  atau  hanya beberapa   aspek   saja   dan   bisa   juga   melihat   dengan   berbagai   faktor   dari   bawaan   dan   lingkungan khususnya kebudayaan.  Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode yang akan diselidiki dengan   suatu   proses   alat   atau   perhitungan   yang   cermat   dan   pasti.   Dalam   pendekatan   ini   dapat digunakan dengan pendekatan eksperimen dan observasi. Psikologi kontemporer Diawali pada abad ke 19,  dimana   saat   itu  berkembang  2   teori   dalam menjelaskan  tingkah   laku,   yaitu:   Psikologi   Fakultas Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi   terkotak-kotak  dalam beberapa  ‘fakultas’   yang  meliputi berpikir,  merasa,  dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas. Kita mengingat melalui subfakultas memori,  pembayangan  melalui   subfakultas   imaginer,  dan  sebagainya.  Psikologi  Asosiasi  Bagian  dari psikologi   kontemporer   abad   19   yang  mempercayai   bahwa   proses   psikologi   pada   dasarnya   adalah asosiasi   ide yaitu bahwa ide masuk melalui  alat  indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

   Dan dalam buku lain penulis menemukan para ahli juga menggunakan beberapa metode alain seprti, yakni metode angket. Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal 

Page 38: Rangkuman Materi Psikologi Umum

membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.

 Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang   diajukan,   lalu   menjawabnya   secara   tertulis   pula.   Jawaban-jawabannya   akan   dianalisis   untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.

Dilakukan   dengan   cara  menganalisis   hasil   karya   seperti   gambar   -   gambar,   buku   harian   atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang.

Metode   Statistik ,Umumnya   digunakan   dengan   cara  mengumpulkan   data   atau   materi   dalam penelitian lalu mengadakan penganalisaan terhadap hasil; yang telah didapat.

4.      Teori-teori Psikologi

a.      Teori Biologis

Menurut   David   O.   Sears, Psikologi   Sosial (1985:11)   Manusia   dilahirkan   dengan   berbagai karakteristik   biologis   yang   membedakannya   dengan   hewan   dan   sesamanya.   Dalam   tingkat   paling sederhana, karakteristik ini membatasi kemungkinan perilaku manusia dan rangsangan yang muncul. Manusia tidak dapat terbang, mereka dapat makan daging, mereka cukup kuat dan memiliki kecakapan fisik   yang   relative   setara   dengan   hewan   dan   sebagainya.   Manusia   juga   cerdas,   memiliki   bahasa (kemampuan  untuk  mengembangkannya),  memiliki   daya   ingat   yang  baik,   dan  umur   yang  panjang. Mereka  memiliki   pendengaran  dan  penglihatan  yang  baik,   tetapi   hanya  mampu  bereaksi   terhadap rentang suara dan cahaya yang terbatas. Daftar karakteristik bawaan dapat diperbanyak, tetapi yang jelas sifat-sifat ini mempengaruhi perilaku sosial, diantaranya :

1.      Naluri

Ada pendapat bahwa manusia memiliki naluri untuk menjadi agresif. Konrad Lorenz dan juga ahli lain mengemukakan pendapat bahwa dorongan agresif ada di didalam diri  manusia sejak lahir  dan tidak dapat  diubah.  Pemikiran  bahwa  agresi  bersifat  naluriah  tidak  banyak  membantu  usaha  memahami mengapa   Anton   merampok   atau   menembak   polisi,   kecuali   menyatakan   bahwa   potensi   agresi merupakan  bagian  dari   sifat  manusia.   Pemikiran   itu  tidak  membantu  usaha  kita   untuk  memahami mengapa Anton menjadi penjahat dan polisi itu tidak.

Tetapi bagaimanapun juga, pandangan ini merupakan salah satu cara memandang perilaku manusia.

2.      Perbedaan Genetik

Page 39: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Secara umum bahwa penyebab semua perilaku,   termasuk  perilaku  sosial,  dapat  diketahui  dari   sifat biologis   seseorang   dari   susunan   genetik,   dari   karakteristik   bawaan,   dari   karakteristik   fisik   yang berkembang sejak lahir, atau dari pertumbuhan fisik sementara seperti yang disebabkan oleh produksi hormone atau  perangsangan  otak.  Para  ahli  psikologi   sosial  beranggapan  hanya   sedikit  mekanisme perilaku bawaan atau naluriah yang ada di dalam diri manusia.

b.      Teori Belajar Sosial

Menurut   John  W.   Santrock   (1995:46)   beberapa   psikologi   yakin   bahwa   para   behavioris   pada dasarnya benar ketika mereka mengatakan perkembangan dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh pengalaman-pengalaman lingkungan. Teori belajar sosial (social learning theory) ialah pandangan para pakar   psikologi   yang   menekankan   perilaku,   lingkungan,   dan   kognisi   sebagai   faktor   kunci   dalam perkembangan.  Para   teoritis  belajar   sosial  mengatakan  kita  tidak  seperti   robot  yang  tidak  memiliki pikiran, yang tanggap secara mekanis kepada orang lain didalam lingkungan kita.

c.       Teori Kognitif

Pokok  pikiran  utama   pendekatan   kognitif   dalam  psikologi   sosial   adalah  perilaku   seseorang tergantung pada caranya mengamati situasi sosial. Dan hukum mengenai persepsi sosial sangat mirip dengan hukum persepsi objek.  Secara spontan dan otomatis orang yang mengorganisasikan persepsi, pikiran dan keyakinannya tentang situasi sosial ke dalam bentuk yang sederhana dan bermakna.

Prinsip kognitif yang sederhana merupakan dasar bagi sejumlah teori penting dalam psikologi sosial. Attribution theory (teori attribusi), yang dikembangkan oleh Harold Kelley dan kawan-kawannya, terutama berkaitan dengan bagaimana kita menginterpretasikan kausalitas.

Menurut   Shelley   E.   Taylor, Psikologi   Sosial (2009)   pendekatan   kognitif   berbeda   dengan pendekatan belajar dalam dua hal. Pertama,pendekatan kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini ketimbang pada pengalaman masa lalu.

 Kedua, pendekatan   kognitif   lebih   memerhatikan   arti   penting   persepsi   atau   interpretasi seseorang terhadap suatu situasi,  bukan pada “realitas”  objektif  dari  situasi  sebagaimana disaksikan oleh pengamat netral

Menurut Bimo Walgito, Psikologi Sosial (2003:99) dalam teori ini, proses kognitif menjadi dasar dari   timbulnya   prasangka.   Hal   ini   berkaitan   dengan   kategorisasi   dan   ingroups   lawan   outgroup. Kategorisasi   merupakan   persepsi   kelompok   dengan   kelompok   lain,   dan   memasukkan   apa   yang dipersepsi itu kedalam suatu kategori tertentu. Sedangkan ingroup lawan outgroup apabila kategorisasi kita (us) dan  mereka (them).   Seseorang  dalam  suatu   kelompok  merasa  dirinya   sebagai   ingroup  dan orang lain dalam kelompok lain outgroup. Dalam ingroup adanya beberapa dampak yang dapat timbul, yaitu :  

a.       Anggota   ingroup   mempersepsi   anggota   ingroup   yang   lain   lebih   mempunyai   kesamaan   apabila dibandingkan dengan anggota outgroup.

Page 40: Rangkuman Materi Psikologi Umum

b.      Kategorisasi ingroup dan outgroup mempunyai dampak bahwa ingroup lebih faforit dari pada outgroup.

c.       Bahwa seseorang dalam ingroup memandang outgroup lebih homogin daripada ingroup baik dalam hal kepribadian maupun dalam hal-hal yang lain.

d.      Teori Insentif / Pertukaran Sosial

Menurut David O. Sears, Psikologi Sosial (1985:14) Pendekatan umum yang ketiga memandang perilaku   sebagai   suatu   sesuatu  yang  ditentukan  oleh   insentif  yang   tersedia  bagi  bermacam-macam tindakan.  Orang  bertindak  berdasarkan   keuntungan  dan  kerugian  yang  mereka  peroleh  dari   setiap perilaku. Kembali pada anton, dia memperkirakan bahwa bila dia melarikan diri, dia akan dikejar dan bahkan ditembak, yang menambah pertimbangan adanya insentif negatif. Dia mungkin berpikir bahwa dengan menembak polisi itu, dia akan dapat melepaskan diri dengan membawa uang yang merupakan insentif positif dan bukan insentif negatif. Analisis insentif benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang mendukung   dan   mengurangi   kemungkinan   munculnya   perilaku   tertentu,   dan   berdasarkan   hal   itu meramalkan bagaimana seseorang akan berperilaku.

Menurut   Shelley  E.   Taylor, Psikologi   Sosial (2009)  prinsip  pertukaran   sosial   didasarkan  pada gagasan teori belajar dan teori pengambilan keputusan. Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi antar-orang dari segi keuntungan dan kerugian yang dipertukarkan individu.

Dalam   kasus   ini,   kepentingan   kedua   belah   pihak   bertamu   dalam   interaksi   kerjasama   dan sahabat. Teori pertukaran sosial tertutama berguna untuk menganalisis situasi tawar-menawar dimana dua pihak harus mencapai kesepakatan meski kepentingan mereka berbeda.

C.    PRILAKU MANUSIA

            Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat,sikap ,emosi ,nilai ,etika , kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.

Menurut   Bimo   Walgito, Psikologi   Sosial (2003:127)   perilaku   merupakam   suatu   individu   atau organisme yang timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun internal. Ada ahli yang memandang bahwa perilaku sebagai respons terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organism seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilaku, hubungan stimulus dan   respons   seakan-akan  tidak  mempunyai   kemampuan  untuk  menentukan  perilakunya,  hubungan stimulus dan respons seakan-akan bersifat mekanistis.

Page 41: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran.

Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia :

1. Genetika;

2. Sikap, adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu;

3. Norma sosial,  adalah pengaruh tekanan sosial;

4.  Kontrol perilaku pribadi, adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.Ruang lingkup Prilaku Manusia

            Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:

1)       Pengetahuan (Knowledge)

            Pengetahuan   adalah  hasil   penginderaan  manusia,   atau  hasil   tahu   seseorang  terhadap  obyek melalui indera yang dimilikinya.

2)       Sikap (Attitude)

            Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

3)       Tindakan atau praktik (Practice)

            Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.

            Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya dua bentuk tanggapan, yakni:

1)       Respondent   Response atau   reflexive   response,   ialah   tanggapan   yang   ditimbulkan   oleh   rangsangan-rangsangan   tertentu.   Rangsangan   yang   semacam   ini   disebut eliciting stimuli karena   menimbulkan tanggapan yang relatif tetap.

Page 42: Rangkuman Materi Psikologi Umum

2)        Operant  Response atau Instrumental   Response,   adalah   tanggapan  yang  timbul  dan  berkembangnya sebagai   akibat   oleh rangsangantertentu,   yang   disebut reinforcing   stimuli atau reinforcer.   Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.

Perilaku Sehat            Menurut Becker . Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan           (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi  :

1. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

2. Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan Cobb  mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala(asymptomatic stage)”.

            Menurut Skinner  perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan 49kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati(observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Page 43: Rangkuman Materi Psikologi Umum

D.    MANUSIA DAN LINGKUNGAN

1. Pengertian Manusia

            Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait  dan berinteraksi  dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal  balik positif maupun negatif.

            Manusia   adalah   makhluk   yang   terbukti   berteknologi   tinggi.   Ini   karena   manusia   memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun   ini   bukanlah   pengukuran   yang  mutlak,   namun   perbandingan  massa   otak   dengan   tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.

            Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu   menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagaihomo   sapiens (bahasa   latin   untuk   manusia)   yang   merupakan   sebuah   spesies   primata   dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.

            Manusia   juga   sebagai   mahkluk   individu   memiliki   pemikiran-pemikiran   tentang   apa   yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.

2. Pengertian Lingkungan

            Lingkungan adalah suatu media dimana makhuk hidup tinggal,  mencari  penghidupannya,  dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks.

            Kehidupan  manusia  tidak   bisa   dipisahkan  dari   lingkungannya.   Baik lingkungan   alam  maupun lingkungan   sosial   .   Kita   bernapas  memerlukan   udara   dari   lingkungan   sekitar.   Kita  makan,  minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Page 44: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Pengertian lain dari lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.  

            Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada disekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara , meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada disekitar.

            Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial . Lingkungan   sosial   inilah   yang   membentuk   sistem   pergaulan   yang   besar   peranannya   dalam membentuk  kepribadian seseorang.

3)      Manusia dan Perkembangan

            Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan

pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian

periode atau fase perkembangan.

            Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai berikut:

Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa pertengahan dan akhir anak anak, masa

remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.

            Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan

suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pada setiap periode

tahap tahap perkembangan manusia dalam buku Life-Span Development oleh John Santrock:

a.       Periode Prakelahiran (prenatal period) ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.

b.      Masa Bayi (infacy) ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.

c.       Masa Awal Anak Anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu

Page 45: Rangkuman Materi Psikologi Umum

berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.

d.      Masa Pertengahan Dan Akhir Anak-Anak (middle and late childhood)ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

e.       Masa Remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

f.        Masa Awal Dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

g.      Masa Pertengahan Dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia

kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk

memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya

menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam

berkarir.

h.      Masa Akhir Dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia

enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas

berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri

dengan peran peran sosial baru.

4.      Faktor Endogen (Dalam Diri) dan Eksogen (Lingkungan)

            Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga saat dilahirkan. Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor bawaan. Sebagai faktor

Page 46: Rangkuman Materi Psikologi Umum

keturunan yang merupakan penaran dari gen yang diturunkan, maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya. Ini berarti bahwa keadaan atau sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya.

            Kita mengenal bahwa faktor-faktor endogen yang nampak pada saat individu itu dilahirkan, adalah adanya sifat-sifat tertentu yang berhubungan dengan faktor kejasmanian, misalnya warna kulit, warna dan jenis rambut, rupa wajah, golongan darah, dan sebagainya. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah begitu saja, dan merupakan faktor dasar dalam ciri fisik individu.

            Disamping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat pembawaan yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak.

            Karakter atau watak merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil bawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat konstan, sedangkan watak atau karakter lebih bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan.

            Selain itu individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat (atitude). Bakat bukanlah sesuatu yang telah jadi dan terbentuk pada pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi-potensi saja. Supaya potensi tersebut teraktualisasikan dibutuhkan kesempatan untuk mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Disinilah dukungan lingkungan yang baik diperlukan dalam perkembangan individu.

            Faktor eksogen ialah faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, kejadian alam sekitar, pendidikan, dan sebagainya. Umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan pengaruhnya secara paksa kepada individu. Lingkungan hanya menyediakan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu. Apakah individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tersebut atau tidak tergantung kepada individu yang bersangkutan. Lain halnya dengan pendidikan yang bersifat aktif, penuh tanggung jawab, dan secara sistematik memang mengarahkan pada pengembangan potensi-potensi atau bakat-bakat yang ada pada individu sesuai dengan tujuan pendidikan.

E.             PERSEPSI

Page 47: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Menurut   Alex   Sobur, Psikologi   Umum, (2003:445)   Secara   etimologis,   persepsi   dalam   bahasa inggris perception berasal   dari   bahasa   Latinperceptio, dari percipere, yang   artinya   menerima   atau mengambil. Persepsi menurut para ahli yaitu:

Menurut De Vito (1997:75) dalam buku Alex Sobur, persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Menurut Yusuf (1991:108) menyebut persepsi   sebagai  “pemaknaan  hasil  pengamatan”.  Gulo   (1982;207)  mendefenisikan  persepsi   sebagai proses  seseorang  menjadi  sadar  akan segala  sesuatu  dalam  lingkungannya  melalui   indra-indra  yang dimilikinya.   Rahkmat   (1994:51)   menyatakan   bahwa   persepsi   adalah   pengalaman   tentang   objek, peristiwa,   atau   hubungan-hubungan   yang   diperoleh   dengan   menyimpulakan   impormasi   dan menafsirkan pesan.

            Jadi, dapat disimpullkan bahwa Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

            Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia.  

            Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

            Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan defenisi persepsi  adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

            Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsimerupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

a. Fisiologis.  Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas 

Page 48: Rangkuman Materi Psikologi Umum

indera untuk mempersepsi  pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi  terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk  fisik  dan  fasilitas  mental  yang  ada pada suatu obyek.  Energi  tiap orang berbeda-beda   sehingga   perhatian   seseorang   terhadap   obyek   juga   berbeda   dan   hal   ini   akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual   vigilance   yang   digerakkan   untuk   mempersepsi.   Perceptual   vigilance   merupakan kecenderungan   seseorang   untuk  memperhatikan   tipe   tertentu   dari   stimulus   atau   dapat   dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah.  Faktor   ini  dapat  dilihat  dari  bagaimana kuatnya  seseorang   individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman  dan   ingatan.   Pengalaman  dapat  dikatakan   tergantung  pada   ingatan  dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f. Suasana   hati.   Keadaan   emosi   mempengaruhi   perilaku   seseorang,   mood   ini   menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat  mempengaruhi  bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal  yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :a. Ukuran  dan  penempatan  dari   obyek   atau   stimulus.   Faktor   ini  menyatakan  bahwa   semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus.  Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion   atau   gerakan.   Individu   akan   banyak   memberikan   perhatian   terhadap   obyek   yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Page 49: Rangkuman Materi Psikologi Umum

F.     PERHATIAN, PENGAMATAN DAN INGATAN

1.        Perhatian

Perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses perhatian   membantu   efisiensi   penggunaan   sumberdaya mental yang   terbatas   yang   kemudian   akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi juga terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama   pada  masa   anak.  Groover  menyebutkan   bahwa   faktor   yang  memengaruhi   persepsi   dan ingatan   adalah   perhatian   (attention).   Perhatian  merupakan   aktivitas  menjaga   sesuatu   tetap  dalam pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian, yaitu:

1.      Perhatian selektif (Selective Attention)

Perhatian   selektif   terdapat   pada   situasi   dimana   seseorang  memantau   beberapa   sumber   informasi sekaligus.  Penerima   informasi  harus  memilih   salah   satu   sumber   informasi   yang  paling  penting  dan mengabaikan   yang   lainnya.   Faktor-faktor   yang   memengaruhi   perhatian   selektif   adalah   harapan, stimulus,   dan   nilai-nilai.   Penerima   informasi  mengharapkan   sebuah   sumber   tertentu  menyediakan informasi   dan   memberikan   perhatian   lebih   pada   sumber   tersebut,   memilih   stimulus   yang   paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting.

2.      Perhatian terfokus (Focused Attention)

Perhatian  terfokus  mengacu  pada situasi  dimana seseorang  diberikan  beberapa   input  namun harus fokus   pada   satu   input   saja   selama   selang  waktu   tertentu.   Penerima   informasi   berfokus  pada   satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.

3.      Perhatian terbagi (Divided Attention)

Perhatian   terbagi   terjadi   ketika   penerima   informasi   diharuskan  menerima   informasi   dari   berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.

4.      Perhatian yang terus menerus (Sustained Attention)

Perhatian terus menerus dilakukan penerima  informasi  yang harus melihat  sinyal  atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.

Page 50: Rangkuman Materi Psikologi Umum

5.      Kurang perhatian (Lack of Attention)

Kurang   perhatian   merupakan   situasi   dimana   penerima   informasi   tidak   berkonsentrasi   terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat   menimbulkan   situasi   kurang   perhatian   adalah   pekerjaan   dengan   siklus   pendek,   sedikit membutuhkan  pergerakan tubuh,   lingkungan yang hangat,  kurangnya   interaksi  dengan pekerja   lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.

2.        Pengamatan

            Manusia memiliki indera untuk mengalami segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Dari hasil   pengematan   itu   tinggallah   kesan   atau   tanggapan.  Proses   berfungsinya   alat   indera   terhadap sesuatu   akan  mengenai   indera  manusia.   Karena  manusia   itu  merupakan  makhluk   yang   aktif  maka manusia   terhadap   situasi   lingkungan   itu   bersifat   responsible.   Manusia   secara   normal   akan   selalu mencari  objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi  kebutuhannya secara sadar maupun secara tidak sadar.

Tiap  manusia   dalam  memperoleh   tanggapan   itu  tidak   sama,  hal   ini   dipengaruhi  macam  tipe tanggapan manusia, yaitu :

1.      Tipe visual, artinya manusia itu mempunyai ingatan yang baik/kuat dari apa yang dilihat.

2.      Tipe auditif, artinya manusia memiliki ingatan yang kuat dari apa yang didengar.

3.      Tipe motorik, artinya manusia mempunyai ingatan yang kuat dari rangsangan yang bergerak.

4.      Tipe tekstual, artinya manusia mempunyai ingatan yang baik dari apa yang diraba.

5.      Tipe   campuran,   artinya   semua   indera  memiliki   kemampuan   yang   seimbang,   sehingga   pada  waktu seseorang pada waktu seseorang mengindera menggunakan semua indera.

3.        Ingatan

Yaitu   suatu   daya   yang   dapat   menerima,   meyimpan,   dan   memproduksi   kembali kesan-kesan/tanggapan/pengertian ( Abu Ahmadi, 2004:26). Memory/ingatan kita dipengaruhi oleh :

1.      Sifat seseorang.

2.      Alam sekitar.

3.      Keadaan jasmani.

4.      Keadaan rohani (jiwa).

Page 51: Rangkuman Materi Psikologi Umum

5.      Umur manusia.

Ingatan itu digolongkan menjadi 2, yaitu :

1.        Daya ingatan yang mekanis, artinya kekuatan ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang diperoleh dari penginderaan.

2.        Daya   ingatan   logis,   artinya   daya   ingatan   itu   hanya   untuk   tanggapan-tanggapan   yang  mengandung pengertian.

Ganguan ingatan manusia :

1.      Lupa;

2.      Amnesia;

3.      Paramnesia;

4.      Dayayu;

5.      Jemais yu;

6.      Depersonalis;

7.      Derealis.

G.    BELAJAR

            Belajar adalah suatu aktifitas dimana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dala perilaku  atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Page 52: Rangkuman Materi Psikologi Umum

            Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar  sesuatu jika dia  dapat menunjukkan perubahan perilakunya.  Menurut teori   ini  dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Stimulus adalah apa saja  yang diberikan guru kepada pelajar,   sedangkan respon berupa reaksi  atau tanggapan  pelajar   terhadap  stimulus  yang  diberikan  oleh  guru  tersebut.  Proses  yang   terjadi  antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif ,  afektif , dan/atau psikomotor .

            Tidak   terbatas   hanya   penambahan   pengetahuan   saja.   Sifat   perubahannya   relatif   permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

            Perubahannya   tidak   harus   langsung   mengikuti   pengalaman   belajar.   Perubahan   yang   segera terjadi  umumnya tidak dalam bentuk perilaku,   tapi   terutama hanya dalam potensi  seseorang untuk berperilaku.Perubahan   terjadi   akibat   adanya   suatu   pengalaman   atau   latihan.   Berbeda   dengan perubahan serta-merta akibat reflex  atau perilaku yang bersifat naluriah.Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau hukuman - sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.

H.    BERPIKIR

Berpikir ( Abu Ahmadi, 2004:31).   adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita. Berpikir itu merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita berpikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita. Dalam pikiran   kita  memerlukan   alat   yaitu   akal (ratio). Hasil   berpikir   itu   dapat   diwujudkan  dengan  bahasa. Inteligensi yaitu suatu kemampuan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan tepat. Proses yang dilewati dalam berpikir, yaitu :

1.      Proses pembentukan pengertian, yaitu kita menghilangkan ciri-ciri umum dari sesuatu, sehingga tinggal cirri khas dari sesuatu tersebut.

2.      Pembentukan   pendapat,   yaitu   pikiran   kita   menggabungkan   (menguraikan)   beberapa   pengertian, sehingga menjadi tanda masalah itu.

3.      Pembentukan keputusan, yaitu pikiran kita menggabung-gabungkan pendapat tersebut.

Page 53: Rangkuman Materi Psikologi Umum

4.      Pembentukan kesimpulan, yaitu pikiran kita menarik keputusan-keputusan dari keputusan yang lain. 

I.       INTELEGENSI

a.        Pengertian Inteligensi

Menurut   W   Stren,   dalam   Abu   Ahmadi   (2004:   33)   adalah   suatu   daya   jiwa   untuk   dapat menyesuaikan  diri   dengan  dengan   cepat   dan   tepat   dalam  situasi   yang  baru. Inteligensi   erat   sekali dengan kata “intelek”, sebab keduanya berasal dari kata Latin yang sama, yaitu intellegere, yang berarti memahami. Sehubungan dengan pengertian inteligensi ini, ada yang mendefinisikan inteligensi sebagai : “Kemampuan untuk berpikir secara abstrak” (Terman); “Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Colvin); ada pula yang mendefinisikan inteligensi sebagai “Intelek plus pengetahuan” (Henmon); “Teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra (Hunt).

Inteligensi atau kecerdasan merupakan suatu  kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.

 Inteligensi   ini   diperoleh   manusia,   dan   sejak   itulah   potensi   inteligansi   ini   mulai   berfungsi mempengaruhi  tempo dan kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuai dirinya dengan lingkungannya.

b.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi

Untuk   membahas   faktor-faktor   apa   saja   yang   mempengaruhi   inteligensi,   kita   selalu   ditarik kedalam kontroversi Bawaan vs Lingkungan. Kedua faktor tersebut memberikan sumbangan yang sangat berarti pada perkembangan inteligensi.

a)      Pengaruh Faktor Bawaan

b)      Pengaruh Faktor Lingkungan

Berbagai faktor emosional juga dianggap bisa menyebabkan naik turunnya angka IQ. Namun, para peneliti  berpendapat  bahwa perubahan   IQ,  mungkin  disebabkan   taraf  kecerdasan  yang  sebenarnya mamang sudah berubah.  Dan menurut  mereka,  peningkatan atau penurunan  ini  disebabkan banyak atau kurangnya rangsangan dari lingkungan.  

d.      Ciri-ciri Perilaku Inteligensi

Penjelasan  yang   lebih   jelas   mengenai   ciri-ciri   tingkah   laku   atau   perilaku   inteligensi   ini dikemukakan Ngalim Purwanto. Dikatakan, suatu perbuatan dapat dianggap inteligensi, bila memenuhi syarat antara lain :

Page 54: Rangkuman Materi Psikologi Umum

a)      Masalah yang dihadapi, sedikit banyak merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.

b)      Perbuatan inteligensi, sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.

c)      Masalah yang dihadapi, harus mengandung tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.

d)     Keterangan pemecahanya harus dapat diterima oleh masyarakat.

e)      Perbuatan inteligensi seringkali menggunakan daya mengabstraksi.

f)       Perbuatan inteligensi bercirikan kecepatan.

g)      Membutuhkan   pemutusan   perhatian   dan   menghindarkan   persamaan   yang   mengganggu   jalanya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Ciri-ciri   tingkah   laku   inteligensi  berikut   ini,   sedikit   banyak  bisa  memperjelas   atau  menambah pendapat Whiherington dan pendapat Purwanto.

Menurut  Effendi  &  Praja (   2006:54),  beberapa   ciri  tingkah   laku  yang   inteligensi   ialah   sebagai berikut :

a)      Tingkah laku yang inteligensi, selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.

b)      Tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat-alat yang diperlukan dalam suatu pemecahan masalah berada dalam suatu koordinasi.

c)      Memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas atau lincah.

d)     Tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang baru.

e)      Tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, dan penuh kepercayaan akan sukses.

f)       Tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.

g)      Tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.

h)      Tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.

Dengan   demikian,   dapatlah   disebut   bahwa   inteligensi   adalah   kesempurnaan   perbuatan kecerdasan. Yang dimaksud kecerdasan ialah kecerdasan (activity) yang efisien.

Page 55: Rangkuman Materi Psikologi Umum

J.      PERASAAN DAN EMOSI

Dalam  mempelajari   “perasaan”,   para   ahli   tidak  mengadakan   pembedaan   yang   tegas   dengan emosi.  Ada  perasaan-perasaan  yang   sebentar  menghilang,   tetapi   ada  pula  perasaan-perasaan  yang bertahan lama. Suatu perasaan yang sukar dihilangkan disebut perseverasi.

Cliffords T Morgan menyatakan  (1986:335)  dalam M Darwis Hude (2006: 7) menyatakan bahwa  “ emotion is ahard term to definne”. Menurut Atkinson ( 1991: 74) dalam M Darwis Hude (2006: 7) emosi adalah istilah yang merujuk pada keadaan dimana perubahan faali menyeluruh terjadi dengan intensitas yang amat kuat, sedangkan perasaan feeling berlangsung dengan intensitas yang lebih ringan.

Descartes mengemukakan  emosi-emosi dasar sebanyak enam macam, yakni :

a)      Desire ( keinginan )

b)      Hate ( benci )

c)      Wonder ( kagum )

d)      Sorrow ( kesedihan )

e)      Love ( cinta )

f)        Joy  ( kegembiraan )

Semua emosi dasar tersebut, dengan bertambahnya usia dan bertambahnya pengalaman, akan berkembang menjadi berbagai emosi yang lebih kompleks melalui proses conditioning dan diferensiasi.

Page 56: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Menurut teori tentang James-Lange, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsang-rangsang yang datang dari luar. Jadi, kalau seseorang misalnya melihat seekor harimau, maka reaksinya adalah peredaban darah makin

Perbedaan antara perasaan dan emosi  tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak  jelas  batasnya.  Pada suatu saat  tertentu,  suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai  perasaan, tetapi  dapat juga dikatakan sebagai sebagai emosi. Oleh karena   itu,   yang  dimaksudkan  dengan  emosi  di   sini   bukan   terbatas  pada diri   seseorang  yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).

K.    MOTIVASI

Motivasi   (motivation) (Sarwono,1982:   26) : adalah   keseluruhan   dorongan,   keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku. Seberapapun perbedaan para ahli dalam mendefenisikan  motivasi,   namun   dapat   dipahami   bahwa  motivasi  merupakan   akumulasi   daya   dan kekuatan   yang   ada   dalam   diri   seseorang   untuk   mendorong,   merangsang,   menggerakkan, membangkitkan dan member harapan pada tingkah laku. Motivasi menjadi pengarah dan pembimbing tujuan   hidup   seseorang,   sehingga   ia  mampu  mengatasi   superioritas   yang   lebih   baik.  Makin   tinggi motivasi  hidup seseorang maka makin  tinggi  pula   intensitas  tingkah  lakunya,  baik  secara kuantitatif maupun kualitatif.

Dengan kata lain, motivasi adalah suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku. Menurut para ahli, konstruk teoritis ini  meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi),  pengarahan (direksi), serta tujuan (intensif  global) dari  perilaku. Dan karena tingkah laku manusia yang hendak dimengerti oleh psikologi,   sebab-musababnya   disebut   “motif”   atau   “motivasi”,  mengingat  manusia   adalah  makhluk berbudi. Karena itu, Nico Syukur Diater OFM memakai “motif” tersebut sebagai “penyebab psikologis yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan seorang manusia”. Menurut Dister, penyebab ini bersifat kausal dan sekalug final. Artinya, manusia melakukan perbuatannya, baik karena terdorong maupun tertarik. Yang khususnya diselidiki psikologi ialah kebutuhan dan keinginan manusia, baik keinginan yang disadari maupun yang tidak disadari. 

a.      Teori-teori tentang Motivasi

Motivasi  adalah bidang yang amat sering dipelajari  oleh para psikologi.   Ini  dapat  dimengerti karena  pengetahuan  akan determinan  perilaku   ini  akan  banyak  membantu  dalam meramalkan  dan mengendalikan dampak-dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia.

a.      Teori Instink

Instink   adalah   suatu   disposisis   (kecenderungan)   yang   ditentukan   secara   genetis   untuk   berperilaku dengan cara tertentu bila dihadapkan pada rangsang-rangsang tertentu. William James beranggapan 

Page 57: Rangkuman Materi Psikologi Umum

bahwa sebagian besar perilaku manusia ditentukan oleh instink. Ia bahkan berpendapat bahwa perilaku yang dibawa sejak lahir pada saat manusia lebih daripada binatang.

Meskipun demikian, tidak berarti teori motivasi yang mendasarkan diri pada instink lalu menjadi pupus. Kritik untuk teori   ini  datang dari  ahli-ahli  yang melihat  budaya atau  lingkungan sebagai  determinan utama dari perilaku.

b.      Homeostatis = Teori Drive vs Teori Arousal

Teori drive didasarkan   atas   determinan-determinan   yang   sifatnya   biologis.   Hull   dan   kawan-kawan berpendapat bahwa bila tubuh organism kekurangan zat tertentu, seperti lapar atau haus, maka akan timbul suatu kebutuhan yang menciptakan ketegangan dalam tubuh. Homeostatis ini merupakan tujuan dari perilaku bermotif. Teori Arousal yang dipelopori oleh Elizabeth Duffy dan kawan-kawan mempunyai pendapat tentang homeostatis yang berbeda dari teori drive.

Menurut mereka, organisme tidak selalu berusaha menghilangkan ketegangan, tetapi justru sebaliknya organism sering kali berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya.

c.       Teori Atribusi

Teori   atribusi   tidak   melandaskan   pemikirannya   pada   determinan-determinan   biologis   melainkan psikologis dan lingkungan. Menurut teori ini, bagaimana seseorang menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya akan menentukan perilakunya.

d.      Teori Harapan

Victor   E.   Vroom,   pencetus   teori   harapan,   dan   para   pendukungnya   beranggapan   bahwa   motivasi merupakan   produk   kombinasi   antara   besarnya   keinginan   seseorang   untuk   mendapatkan   hadiah tertentu (valensi), besarnya kemungkinan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan (harapan), dan   keyakinannya   bahwa   prestasinya   tersebut   akan   menghasilkan   hadiah   yang   ia inginkan (Instrumentalitas). Teori harapan mempunyai banyak implikasi praktis dan banyak digunakan dibidang manajemen organisasi. 

e.       Aktualisasi Diri

Carl   Rogers   dan   Abraham   H.   Maslow   adalah   pencetus   pandangan   yang   bersifat  kognitif-humanistik.  Mereka   menolak   hubungan   antara stimulus (rangsang)   dan respons yang   bersifat mekanistik.  Mereka  beranggapan  bahwa  manusia   adalah  makhluk   rasional,   oleh  karena   itu,   setiap rangsang akan mengalami proses kognitif sebelum terjadinya suatu respons.

Roger beranggapan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh (yang disebutnya) the actualizing tendency, yaitu suatu kecenderungan inheren manusiayang mengembangkan kapasitasnya sedemikian rupa guna memelihara dan mengembangkan diri.  Motivasi yang timbul akibat kecenderungan ini meningkatkan kemandirian dan mengembangkan kreativitas.

f.        Teori Motif Berprestasi

Page 58: Rangkuman Materi Psikologi Umum

Konsep motif berprestasi mula-mula dikemukakan oleh Henry Murray dalam bukunya Explorations in Personality. Beliau membagi kebutuhan-kebutuhan manusia ke dalam 17 kategori.

Diantaranya adalah kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan berafiliasi/berteman. Konsep-konsep ini dipakai untuk menggambarkan kepribadian seseorang dalam rangka suatu diagnosa yang sifatnya klinis.

1)      Kebutuhan berprestasi dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan . N-ach, seperti juga kebutuhan-kebutuhan lain dalam teori Mc. Clelland, merupakan hasil dari suatu proses belajar.

2)      Kedua kebutuhan lain, yaitu n-power dan n-aff kurang banyak diteliti disbanding n-ach. N-power terlihat dari perilaku individu yang selalu berusaha menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri.   N-aff   terlihat   pada   perilaku   individu   yang   menyukai   kumpul-kumpul   bersama   orang   lain, membina hubungan baik, dan menjalin hubungan-hubungan baru.

g.      Motivasi Takut Berprestasi

Menurut  Atkinson,  terhadap dua tipe manusia yang perilakunya mengarah pada prestasi.  Kelompok yang   pertama   adalah   orang-orang   yang   lebih   termotivasi   untuk   berprestasi   daripada  menghindari kegagalan. Kelompok kedua adalah mereka yang lebih termotivasi oleh ketakutan akan gagal. Kelompok pertama   dan   kedua   mempunyai performance (prestasi)   yang   berbeda   pada   tugas-tugas   yang mempunyai derajat kesulitan yang bervariasi.

L.     SIKAP

a.      Pengertian Sikap

Menurut Alex Sobur, Psikologi Umum (2003:361) Sikap merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam psikologi, khususnya psikologi sosial, para ahli tidak selalu sepakat mengenai pengertian atau definisi. Ada beberapa pengertian tentang sikap, yaitu :

1.      Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan. Dimana pengalaman sikap bukan sekedar suasana hati yang disebabkan oleh stimulus dari luar. Suatu persoalan atau objek dikatakan merupakan bagian dari pengalaman.

2.      Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.  Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap.

3.      Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.

Menurut   Bimo  Walgito, Psikologi   Sosial (2003:127)   sikap   itu  merupakan   organisasi   pendapat, keyakinan   seseorang  mengenaiobjek   atau   situasi   yang   relatif   ajeg,   yang   disertai   adanya   perasaan 

Page 59: Rangkuman Materi Psikologi Umum

tertentu,  dan  memberikan  dasar   kepada  orang   tersebut  untuk  membuat   respons   atau  berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilahnya. Sikap juga merupakan pandangan atau perasaan, tetapi sikap cenderung bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek.

Menurut   Gerungan, Psikologi   Sosial (2004:160)   attitude   (sikap)   merupakan   kesediaan   beraksi terhadap suatu hal yang senantiasa terarahkan kepada suatu hal, suatu objek. Jadi sikap itu terarahkan pada benda-benda, orang-orang, tetapi juga peristiwa-peristiwa, lembaga-lembaga, dan norma-norma.

b.      Teori Pembentukan Sikap

Menurut Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (2002:170) sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Sikap tumbuh dan   berkembangan   dalam   basis   sosial   yang   tertentu.   Di   dalam   perkembangannya   sikap   banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group.

Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan   pengaruh   atau   lingkungan   yang   diterima.   Sikap   tidak   akan   berbentuk   tanpa   interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu obyek.

c.       Persesuaian: Proses Perubahan Sikap

Pembentukan   dan   perubahan   sikap   tidak   terjadi   dengan   sendirinya.   Sikap   terbentuk   dalam hubungannya dengan suatu objek, orang kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antara individu, hubungan   di   dalam   kelompok,   komunikasi   surat   kabar,   terdapat   banyak   kemungkinan   yang mempengaruhi timbulnya sikap.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap, yaitu :

a)      Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh- pengaruh yang datang dari luar;

b)      Faktor ekstern yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.

Page 60: Rangkuman Materi Psikologi Umum

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

__________. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

___________. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

_________. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Fauzi, Ahmad.  1999. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Hude,  M Darmis. 2006. Emosi. Jakarta: Erlangga.

Rahmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi komunikasi. Bandung: rosda

Sarwono, Sarlito Wiraman. 2002. Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: Balai Pustaka.

____________. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi.