Top Banner
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK JAKARTA 2015
47

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Mar 12, 2019

Download

Documents

phungcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA

PUBLIK

JAKARTA 2015

Page 2: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...
Page 3: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. Bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dimanfaatkan dan

dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

b. bahwa upaya pemanfaatan dan penggunaan bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang salah satunya diselenggarakan melalui Budidaya Tanaman dengan

dukungan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat;

c. bahwa penyelenggaraan Budidaya Tanaman perlu diarahkan

kepada Sistem Budidaya Tanaman yang optimal, bertanggung jawab, dan lestari untuk penyediaan pangan,

sandang, papan, kesehatan, estetika, industri dan energi dalam negeri;

d. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dalam bidang penyelenggaraan Budidaya Tanaman yang efisien,

berkeadilan dan berkelanjutan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Budidaya Tanaman;

Mengingat: Pasal 20, dan Pasal 22D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Page 4: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Budidaya Tanaman adalah usaha terstruktur dan terencana dalam pengembangan dan pemeliharaan tanaman agar memberikan hasil dan manfaat secara ekonomi dan

berkelanjutan. 2. Sistem Budidaya Tanaman adalah pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, permodalan, sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan budidaya tanaman untuk memenuhi kebutuhan pangan,

sandang, papan, pakan, kesehatan, industri dan energi di dalam negeri serta memperbesar ekspor secara optimal,

bertanggung jawab, dan berkelanjutan. 3. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom. 5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggungjawabnya

terkait dengan pertanian.

6. Sumber Daya Genetik adalah bahan dari tanaman yang mengandung unit fungsional pewarisan sifat yang mempunyai nilai nyata ataupun potensial.

7. Prasarana adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

8. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

9. Benih adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau

mengembangbiakkan tanaman. 10. Organisme Pengganggu Tanaman adalah semua organisme

yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau

menyebabkan kematian tanaman. 11. Bahan Pelindungan Tanaman adalah bahan kimia sintetis,

bahan alami atau bukan sintetis, jasad hidup, dan bahan

lainnya yang digunakan untuk melindungi tanaman budidaya.

12. Pemuliaan Tanaman yang selanjutnya disebut Pemuliaan adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau

Page 5: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk dengan memafaatkan

ilmu, teknologi, dan seni untuk menghasilkan varietas baru yang lebih baik.

13. Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,

daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama.

14. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun

berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/ keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan,

lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan

masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

15. Standarisasi adalah proses merencanakan, merumuskan,

menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan.

16. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada penyelenggara Budidaya Tanaman, proses, dan produk.

17. Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang pertanian.

18. Badan Usaha Budidaya Tanaman adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia yang

menyelenggarakan Budidaya Tanaman sebagai kegiatan usahanya.

19. Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

20. Pembudidaya Tanaman selanjutnya disebut Pembudidaya,

adalah Petani dan kelompok Petani, atau badan usaha yang menyelenggarakan Budidaya Tanaman.

21. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air Irigasi untuk menunjang kegiatan Budidaya Tanaman.

22. Introduksi Sumber Daya Genetik yang selanjutnya disebut Introduksi adalah memperkenalkan sumber daya genetik unggul ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia untuk kepentingan pemuliaan tanaman dan Budidaya Tanaman.

23. Rencana Induk Budidaya Tanaman adalah perencanaan secara menyeluruh penyelenggaraan Budidaya Tanaman yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan

Page 6: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

nasional, pembangunan daerah, dan pembangunan sektoral.

24. Pupuk adalah bahan organik, anorganik, hayati atau mikroba yang berperan dalam peningkatan kesuburan

tanah dan menyediakan unsur hara bagi keperluan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pasal 2

Sistem Budidaya Tanaman dilaksanakan berasaskan:

a. kedaulatan;

b. kemandirian; c. kebermanfaatan;

d. Keterpaduan; e. kebersamaan; f. daya saing;

g. keberlanjutan; h. efisiensi berkeadilan;

i. kelestarian fungsi lingkungan; dan j. kearifan lokal.

Pasal 3

Sistem Budidaya Tanaman dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. mengelola dan mengembangkan sumber daya budidaya

pertanian secara optimal, bertanggung jawab, dan berkelanjutan;

b. meningkatkan dan memperluas penyediaan hasil tanaman untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pakan, kesehatan, industri dan energi di dalam negeri serta

memperbesar ekspor; c. meningkatkan daya saing bangsa; d. mendorong perluasan dan pemerataan berusaha dan

kesempatan kerja; e. memberikan perlindungan kepada Pembudidaya dan

konsumen hasil Budidaya Tanaman; f. meningkatkan pendapatan dan taraf hidup Pembudidaya;

dan

g. meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.

Pasal 4

Ruang lingkup pengaturan dalam Undang-Undang ini meliputi:

a. penyelenggaraan urusan pemerintahan; b. rencana induk budidaya tanaman; c. pengembangan sumber daya;

d. pembangunan prasarana; e. penyediaan sarana produksi;

Page 7: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

b. penyelenggaraan Budidaya Tanaman; c. peran serta masyarakat; dan

d. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

BAB II

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Pasal 5

(1) Pemerintah berwenang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanaman.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri.

(3) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Menteri melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan Budidaya Tanaman.

Pasal 6

(1) Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) Pemerintah bersama-sama Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan

masing-masing menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanaman

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Budidaya

Tanaman yang ruang lingkupnya lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah.

(3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanaman yang ruang lingkupnya lintas kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah provinsi.

(4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Budidaya Tanaman yang ruang lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah

kabupaten/kota.

(5) Ketentuan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan

pemerintahan di bidang Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.

BAB III

RENCANA INDUK BUDIDAYA TANAMAN

Pasal 7

(1) Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional disusun sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional

Page 8: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(2) Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional disusun dengan memperhatikan:

a. daya dukung lingkungan;

b. rencana tata ruang wilayah;

c. kondisi sosial ekonomi kewilayahan;

d. kecenderungan perubahan lingkungan global; dan

e. usulan provinsi.

(3) Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional memuat:

a. visi, misi, dan strategi;

b. sasaran dan pentahapan;

c. pengembangan sumber daya; dan

d. pembangunan sarana dan prasarana.

(4) Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh lima) tahun.

Pasal 8

(1) Menteri menyusun Rencana Induk Budidaya Tanaman

nasional.

(2) Penyusunan Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan

kementerian dan/atau lembaga terkait.

(3) Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

(1) Kepala Daerah menyusun Rencana Induk Budidaya Tanaman daerah.

(2) Rencana Induk Budidaya Tanaman Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Rencana Induk Budidaya Tanaman nasional, memperhatikan kearifan lokal dan melibatkan peran serta masyarakat.

(3) Rencana Induk Budidaya Tanaman daerah disusun dengan memperhatikan:

a. daya dukung lingkungan daerah;

b. rencana tata ruang wilayah daerah;

c. kondisi sosial ekonomi kewilayahan;

d. kecenderungan perubahan lingkungan global; dan

e. keserasian kebijakan antar daerah.

(4) Rencana Induk Budidaya Tanaman Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Page 9: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

BAB IV

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Bagian Kesatu

Sumber Daya Alam

Paragraf 1

Sumber Daya Genetik

Pasal 10

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan Sumber Daya Genetik bagi penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Dalam pengelolaan Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah dapat melibatkan peran serta masyarakat.

(3) Pengelolaan Sumber Daya Genetik dilakukan melalui kegiatan eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan evaluasi.

(4) Pengelolaan Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk melindungi, melestarikan, memperkaya, memanfaatkan, dan mengembangkan

Sumber Daya Genetik secara lestari dan berkelanjutan.

(5) Pengelolaan Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 11

(1) Kegiatan eksplorasi Sumber Daya Genetik dilakukan untuk mencari, mengumpulkan, serta meneliti jenis varietas lokal tertentu.

(2) Kegiatan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mengamankan dan menyelamatkan varietas-varietas lokal dari kepunahan akibat penggunaan

varietas-varietas unggul baru secara intensif.

(3) Kegiatan eksplorasi dilakukan antara lain pada :

a. daerah sentra produksi;

b. daerah produksi tradisional;

c. daerah terisolir;

d. daerah lereng-lereng gunung;

e. daerah pulau terpencil;

f. daerah masyarakat adat;

g. derah yang menggunakan komoditas Budidaya Tanaman sebagai makanan pokok;

h. daerah epidemik organisme pengganggu tanaman; dan/atau

Page 10: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

i. daerah transmigrasi lama dan baru.

Pasal 12

(1) Kegiatan konservasi Sumber Daya Genetik dilakukan

dengan cara:

a. in situ; dan

b. ex situ.

(2) Kegiatan konservasi Sumber Daya Genetik in situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan

dengan mengamankan tempat tumbuh alamiah Sumber Daya Genetik.

(3) Pemerintah menetapkan kawasan konservasi Sumber Daya Genetik in situ sebagai suaka alam dan kawasan pelestarian alam.

(4) Suaka alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diwujudkan dalam bentuk cagar alam dan suaka

margasatwa.

(5) Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diwujudkan dalam bentuk taman nasional, taman

hutan raya dan taman wisata alam.

Pasal 13

(1) Kegiatan konservasi Sumber Daya Genetik ex situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersifat aktif

dan dilaksanakan dengan cara memindahkan suatu varietas ke tempat pemeliharaan baru di luar habitat alamiahnya.

(2) Tempat pemeliharaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. kebun koleksi;

b. tempat penyimpanan benih;

c. tempat penyimpanan kultur jaringan;

d. tempat penyimpanan kultur serbuk sari; dan

e. tempat penyimpanan kultur bagian tanaman yang

lainnya.

(3) Dalam rangka konservasi Sumber Daya Genetik ex situ, Pemerintah membangun bank gen koleksi benih.

Pasal 14

(1) Bank gen koleksi benih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) berfungsi memberikan layanan permintaan benih kepada pengguna dalam jumlah tertentu

untuk tujuan penelitian atau Pemuliaan Tanaman.

Page 11: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(2) Pembangunan bank gen koleksi benih dapat dilakukan bekerja sama dengan lembaga penelitian pada perguruan

tinggi.

Pasal 15

(1) Karakterisasi Sumber Daya Genetik antara lain :

a. mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai

ekonomis; dan

b. mengidentifikasi ciri khas dari suatu varietas tanaman.

(2) Karakterisasi Sumber Daya Genetik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi karakter morfologis, karakter agronomis, karakter fisiologis, penanda biokimia,

dan penanda molekular.

(3) Evaluasi Sumber Daya Genetik bertujuan untuk :

a. mengidentifikasi kandungan senyawa gizi; dan

b. mengetahui reaksi varietas tanaman terhadap cekaman faktor biotik dan faktor abiotik.

(4) Kegiatan karakterisasi dan evaluasi Sumber Daya Genetik dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam rangka mempermudah upaya pemanfaatan plasma nutfah.

(5) Kegiatan karakterisasi dan evaluasi Sumber Daya Genetik dilakukan untuk menghasilkan sumber daya genetik yang berasal dari sifat-sifat potensial yang siap digunakan dalam

program pemuliaan tanaman.

Pasal 16

(1) Dalam rangka penyelenggaraan budidaya tanaman Pemerintah melakukan inventarisasi, pendaftaran,

pendokumentasian, dan pemeliharaan Sumber Daya Genetik bagi penyelenggaraan Budidaya Tanaman diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(2) Inventarisasi, pendaftaran, pendokumentasian, dan pemeliharaan Sumber Daya Genetik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan peran serta masyarakat.

(3) Dalam rangka inventarisasi, pendaftaran,

pendokumentasian, dan pemeliharaan Sumber Daya Genetik, Pemerintah membangun sistem informasi sumber

daya genetik.

(4) Data pada sistem informasi Sumber Daya Genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimanfaatkan untuk

kepentingan penelitian, pengembangan dan penentuan kebijakan.

Page 12: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 17

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong pengayaan

sumber daya genetik bagi penyelenggaraan Budidaya Tanaman melalui introduksi Sumber Daya Genetik.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan kemudahan perizinan dan penggunaan fasilitas penelitian milik pemerintah untuk pengayaan sumber daya genetik

nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memasukkan, mendatangkan atau memindahkan

Sumber Daya Genetik baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

(4) Tanaman introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dijadikan sebagai bahan Pemuliaan Tanaman atau

digunakan dalam penyelenggaraan Budidaya Tanaman sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, petani, Badan Usaha

dan masyarakat dapat melakukan Introduksi Sumber Daya Genetik.

(2) Introduksi Sumber Daya Genetik yang berasal dari luar

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dilakukan dalam bentuk

benih atau materi induk.

(3) Ketentuan tentang Introduksi Sumber Daya Genetik, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 19

(1) Pemerintah mengatur pemasukan dan pengeluaran sumber

daya genetik ke dan dari dalam negara Republik Indonesia.

(2) Setiap Orang dilarang mengeluarkan sumberdaya genetik

tanaman yang terancam punah dan/atau yang dapat merugikan kepentingan nasional tanpa ijin menteri.

(3) Ketentuan atas pengeluaran sumberdaya genetik diatur

lebih lanjut dengan peraturan Menteri.

Pasal 20

(1) Sumber daya genetik yang menghasilkan produk yang memiliki ciri khas terkait wilayah geografis tertentu

dilindungi kelestarian dan pemanfaatannya dengan hak indikasi geografis.

(2) Ketentuan atas hak indikasi geografis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Page 13: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Paragraf 2

Lahan dan Tata Ruang

Pasal 21

(1) Lahan Budidaya Tanaman terdiri atas lahan terbuka dan lahan tertutup.

(2) Lahan Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa tanah dan/atau media tanam lainnya.

(3) Lahan terbuka meliputi sawah, ladang, kebun, gambut,

dan rawa.

(4) Lahan tertutup meliputi rumah kaca dan bangunan

berstruktur.

Pasal 22

(1) Pembukaan dan/atau pengolahan lahan Budidaya

Tanaman dilakukan dengan menggunakan teknik penyiapan lahan yang ramah lingkungan, dan tidak

mengganggu kepentingan umum.

(2) Teknik penyiapan lahan yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk :

a. Mempertahankan kesuburan tanah;

b. Menjamin pengembalian unsur hara;

c. Mencegah erosi permukaan tanah; dan

d. Membantu pelestarian lingkungan.

Pasal 23

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan informasi mengenai kesesuaian agroekosistem tanaman bagi

penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Agroekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kesesuaian lahan, iklim, sosial ekonomi, dan

lingkungan.

Pasal 24

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membina, memfasilitasi dan mengawasi perlindungan, pemeliharaan,

pemulihan dan peningkatan fungsi lahan Budidaya Tanaman.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah membina, memfasilitasi dan mengawasi pemanfaatan lahan untuk keperluan Budidaya Tanaman dengan memperhatikan

kesesuaian dan kemampuan lahan maupun pelestarian lingkungan hidup.

Page 14: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(3) Pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai kawasan budidaya dalam rencana tata

ruang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tata ruang.

Pasal 25

(1) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

bertanggungjawab melindungi kawasan Budidaya Tanaman yang ditetapkan dalam rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) untuk pengembangan

Budidaya Tanaman secara berkelanjutan.

(2) Perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan

perubahan kawasan Budidaya Tanaman untuk keperluan lain dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hasil Budidaya Tanaman secara nasional.

Paragraf 3

Iklim dan Perubahan Iklim

Pasal 26

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab memantau, mengevaluasi, memprakirakan, mendokumentasikan, dan memetakan pola iklim untuk

penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Pemantauan, evaluasi, prakiraan, dokumentasi, dan

pemetaan pola iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkelanjutan.

(3) Pola iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi

curah hujan, suhu, sinar matahari, kelembaban udara serta arah dan kecepatan angin.

Pasal 27

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab

mempublikasikan informasi pola iklim secara terbuka kepada masyarakat sebagai acuan perencanaan Budidaya Tanaman.

(2) Publikasi informasi pola iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap bulan melalui media elektronik,

media cetak dan media komunikasi lainnya.

Pasal 28

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pembinaan, fasilitasi dan pengawasan langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Page 15: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(2) Mitigasi terhadap perubahan iklim dilakukan dengan mengurangi emis gas rumah kaca melalui:

a. penggunaan teknologi yang mengurangi emisi gas rumah kaca;

b. menggunakan sumber energi secara lebih efisien;

c. meningkatkan penyerapan karbon oleh tanaman; dan

d. mengurangi penebangan hutan.

(3) Adaptasi terhadap perubahan iklim dilakukan dengan :

a. pengembangan teknik Budidaya Tanaman yang sesuai dengan kondisi banjir dan kekeringan;

b. implementasi dan pengembangan kalender tanam sebagai pedoman bagi Petani dalam memutuskan pola

dan waktu tanam yang sesuai dengan kondisi iklim dan spesifikasi lokasi;

c. perbaikan dan penyesuaian jaringan Irigasi;

d. implementasi gerakan hemat air;

e. penggunaan dan pengembangan varietas tanaman yang

toleran terhadap kekeringan, banjir dan salinitas;

f. mendorong Budidaya Tanaman yang ramah lingkungan; dan

g. optimalisasi pemanfaatan rawa lebak.

Pasal 29

Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dukungan infrastruktur dan prasarana bagi penyelenggara Budidaya

Tanaman perorangan skala kecil dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Paragraf 4

Sumber Daya Air dan Tata Guna Air

Pasal 30

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan mengatur pemanfaatan air untuk Budidaya Tanaman

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab:

a. memberikan dukungan ketersediaan air untuk

penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

b. menetapkan rencana alokasi dan penggunaan air untuk

penyelenggaraan Budidaya Tanaman secara efisien dan berkeadilan.

Pasal 31

(1) Pengaturan pemanfaatan sumber daya air untuk Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)

Page 16: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

diselenggarakan melalui pengembangan dan pengelolaan jaringan Irigasi.

(2) Pengembangan jaringan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pembangunan jaringan Irigasi baru

dan/atau peningkatan jaringan Irigasi yang sudah ada.

(3) Pengelolaan jaringan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi

jaringan Irigasi.

Pasal 32

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengembangan dan pengelolaan jaringan Irigasi sesuai

dengan tanggung jawab dan wewenang masing-masing.

(2) Pengembangan dan pengelolaan jaringan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan Petani

dan Kelompok Petani.

(3) Dalam rangka mengakomodasi keterlibatan Petani dan

Kelompok Petani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan perkumpulan Petani pengguna air.

(4) Perkumpulan Petani pengguna air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) beranggotakan semua Petani yang mendapat manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari dari

pengelolaan air dan jaringan Irigasi yang paling sedikit meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, pemilik kolam

ikan yang mendapat air dari jaringan Irigasi.

Pasal 33

(1) Tata guna air dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan air serta meningkatkan penyediaan air untuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Penyelenggaraan tata guna air dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan air Irigasi, ketersediaan air

Irigasi dan optimalisasi pengelolaan sumber daya air.

Bagian Kedua

Sumber Daya Manusia

Paragraf 1

Petani dan Kelembagaan Tani

Pasal 34

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan pembinaan dan pemberdayaan Petani dalam

menyelenggarakan Budidaya Tanaman.

Page 17: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(2) Pembinaan dan pemberdayaan Petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :

a. pendidikan dan pelatihan;

b. penyuluhan dan pendampingan;

c. penyediaan fasilitas pembiayaan, jaminan, dan asuransi;

d. kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan

informasi; dan

e. pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Budidaya Tanaman

Pasal 35

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab mendorong dan memfasilitasi Petani untuk membentuk kelompok.

(2) Pembentukan kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas kesamaan kepentingan, kesamaan

kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumber daya, serta keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya.

Pasal 36

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab

untuk melakukan pembinaan, fasilitasi dan pengawasan kelompok petani dengan memperhatikan kearifan lokal dan

peraturan perundang-undangan.

(2) Pembinaan, fasilitasi dan pengawasan kelompok petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan agar dapat

memberikan manfaat bagi kesejahteraan anggota.

Pasal 37

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab mendorong dan memfasilitasi kerja sama kelompok petani

dengan Badan Usaha, dan badan usaha lain.

(2) Fasilitasi dan dorongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. mencari mitra kerja sama;

b. menyusun pola dan skema kerja sama; dan

c. mengawasi pelaksanaan kerja sama.

Page 18: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Paragraf 2

Tenaga Kerja Pertanian

Pasal 38

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Usaha bertanggung jawab meningkatkan keahlian dan

keterampilan tenaga kerja pertanian untuk memenuhi standar kompetensi kerja nasional indonesia.

(2) Peningkatan keahlian dan keterampilan tenaga kerja

pertanian dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan secara berjenjang dan berkelanjutan.

(3) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi kompetensi yang terakreditasi.

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama lembaga sertifikasi kompetensi yang terakreditasi dapat

melaksanakan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Pasal 39

(1) Pemerintah menetapkan standar kompetensi kerja nasional Indonesia bidang Budidaya Tanaman..

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah membina dan mengawasi badan usaha yang terakreditasi yang

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pertanian.

(3) Tenaga kerja pertanian yang telah memenuhi standar

kompetensi kerja nasional Indonesia diberikan sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang standarisasi dan penilaian kesesuaian.

Pasal 40

(1) Penyelenggara Budidaya Tanaman wajib mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja pertanian dalam negeri.

(2) Pemanfaatan tenaga kerja pertanian luar negeri dapat

dilakukan dalam hal terbatasnya sumber daya manusia dalam negeri yang mempunyai keahlian dan kemampuan

tertentu di bidang Budidaya Tanaman.

(3) Pemanfaatan tenaga kerja pertanian luar negeri harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang ketenagakerjaan.

Page 19: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Paragraf 3

Penyuluh Pertanian

Pasal 41

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyelenggarakan penyuluhan bagi penyelenggara

Budidaya Tanaman

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah membentuk kelembagaan penyuluhan sebagai wadah para penyuluh

dalan menjalankan tugas dan fungsinya.

(3) Masyarakat dan pelaku usaha dapat berperan serta dalam

menyelenggarakan penyuluhan dengan membentuk kelembagaan penyuluhan swadaya dan kelembagaan penyuluhan swasta.

(4) Penyelenggaraan penyuluhan Budidaya Tanaman dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Paragraf 4

Pembiayaan

Pasal 42

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan dengan tingkat bunga yang

sesuai untuk Pelaku Budidaya.

(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk:

a. pemberian pinjaman;

b. penyertaan modal; dan/atau

c. hibah.

BAB V

PEMBANGUNAN PRASARANA

Bagian Kesatu

Standardisasi dan Sertifikasi

Paragraf 1

Standardisasi

Page 20: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 43

(1) Menteri melakukan perencanaan, pembinaan, pengawasan standarisasi dan sertifikasi di bidang Budidaya Tanaman.

(2) Standarisasi dan sertifikasi diselenggarakan dalam wujud SNI, spesifikasi teknis, sertifikasi proses, pedoman tata cara.

Pasal 44

(1) Menteri dapat menetapkan pemberlakuan SNI, spesifikasi teknis, dan atau pedoman tata cara.

(2) Pemberlakuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk:

a. Keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan.

b. Pelestarian fungsi lingkungan hidup.

c. Peningkatan efisiensi dan kinerja

d. Peningkatan daya saing

Pasal 45

(1) Menteri mengawasi seluruh pemberlakuan SNI, spesifikasi

teknis, dan atau pedoman tata cara.

(2) Menteri berkoordinasi dengan menteri terkait setiap sarana Budidaya Tanaman yang beredar yang tidak memenuhi

SNI, spesifikasi teknis, dan atau pedoman tata cara yang diberlakukan secara wajib.

Paragraf 2

Sertifikasi

Pasal 46

(1) Sertifikasi meliputi sertifikasi sarana produksi, proses

penyelenggaraan budidaya, dan sertifikasi hasil Budidaya Tanaman.

(2) Sertifikasi yang dimaksud memenuhi persyaratan standar nasional, regional, dan internasional.

(3) Pemerintah menerapkan standar nasional Indonesia

terhadap hasil Budidaya Tanaman impor.

Pasal 47

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan pembinaan dan fasilitasi terhadap

penyelenggara budidaya perseorangan untuk dapat memenuhi persyaratan sertifikasi sebagaimana yang dimaksud di atas.

Page 21: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(2) Lembaga sertifikasi yang dapat melakukan sertifikasi harus terdaftar di Komite Akreditasi Nasional.

(3) Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pengawasan proses sertifikasi di wilayah Republik

Indonesia.

Bagian Kedua

Infrastruktur

Pasal 48

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya infrastruktur bagi penyelenggaraan Budidaya Tanaman

(2) Infrastruktur sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:

a. Fasilitas jaringan sumber daya air;

b. Fasilitas jaringan transportasi;

c. Fasilitas jaringan jalan usaha tani;

d. Fasilitas jaringan energi dan kelistrikan;

e. Fasilitas jaringan komunikasi; dan

f. Fasilitas pasar.

(3) Penyediaan Infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:

a. Pengadaan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

yang pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah;

b. Pola kerja sama antara Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan perseorangan, Badan

Usaha, dan badan usaha lainnya; dan

c. Pengadaan yang dibiayai sepenuhnya oleh perseorangan atau Badan Usaha.

Bagian Ketiga

Pengembangan Teknologi

Pasal 49

(1) Dalam rangka mengembangkan inovasi dan teknologi Budidaya Tanaman, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

bertanggung jawab melakukan penelitian dan pengembangan secara berkesinambungan.

(2) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilarang membahayakan kesehatan manusia, merusak keanekaragaman hayati, dan mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Page 22: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(3) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan cara bekerja sama

dengan lembaga penelitian, lembaga pendidikan, pelaku budidaya, dan/atau masyarakat.

(4) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa bantuan pendanaan dan fasilitasi bagi lembaga penelitian, lembaga pendidikan, pelaku budidaya,

dan/atau masyarakat.

Bagian Keempat

Informasi

Pasal 50

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah membangun sistem informasi Budidaya Tanaman untuk mendukung

penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Sistem informasi Budidaya Tanaman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berbasis teknologi informasi yang dapat diakses secara terbuka.

(3) Sistem informasi Budidaya Tanaman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :

a. sarana produksi;

b. prasarana produksi;

c. kesesuaian agroklimat;

d. pedoman budidaya;

e. pola iklim dan pola tanam;

f. luas tanam dan luas panen; dan

g. perkembangan harga.

Pasal 51

(1) Dalam rangka pembangunan sistem informasi Budidaya

Tanaman Kelompok petani dan Badan Usaha Budidaya Tanaman wajib menyampaikan informasi mengenai

kegiatan Budidaya Tanaman.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengelola informasi mengenai kegiatan Budidaya Tanaman menjadi data yang

digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Sistem Informasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan pengelolaan informasi pada ayat (2) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Page 23: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(4) Dalam hal kelompok petani dan Badan Usaha Budidaya Tanaman tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif.

BAB VI

PENYEDIAAN SARANA PRODUKSI

Bagian Kesatu

Benih

Pasal 52

(1) Benih yang digunakan untuk penyelenggaraan Budidaya

Tanaman berasal dari varietas unggul dan bermutu.

(2) Pengembangan varietas unggul dilakukan melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Pasal 53

(1) Pemerintah mendorong perorangan, badan penelitian dan pengembangan pemerintah, perguruan tinggi, dan Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan Pemuliaan Tanaman.

(2) Pemerintah menyediakan dan melindungi sumber daya genetik yang dibutuhkan untuk Pemuliaan Tanaman.

(3) Pemerintah meningkatkan kapasitas Petani dan Badan

Usaha untuk melakukan Pemuliaan Tanaman.

(4) Pemerintah memberikan fasilitas perlindungan terhadap

varietas yang dikembangkan oleh Petani perorangan.

(5) Fasilitas perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa pembebasan biaya perlindungan varietas

tanaman.

Pasal 54

Dalam hal varietas tanaman yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi rekayasa genetik, pendaftaran

peredarannya harus memenuhi persyaratan keamanan hayati sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 55

(1) Varietas hasil Pemuliaan Tanaman dalam negeri dan

introduksi yang akan diedarkan harus dilakukan pendaftaran kepada pemerintah.

(2) Dalam proses pendaftaran dilakukan pengujian sesuai

dengan kaidah Pemuliaan Tanaman.

Page 24: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(3) Dalam hal varietas yang dihasilkan oleh Petani perorangan maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara aktif

melakukan pendaftaran atas varietas yang akan diedarkan.

(4) Tata cara pendaftaran varietas diatur dengan Peraturan

Menteri.

Pasal 56

(1) Benih yang diedarkan merupakan benih dari varietas unggul yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah melalui proses sertifikasi.

(2) Pemerintah bertanggung jawab membina produsen/penangkar benih agar mampu menghasilkan

benih yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan

(3) Dalam hal benih yang dihasilkan Petani perorangan, maka

Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara aktif memfasilitasi proses sertifikasi.

Pasal 57

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan

pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penggunaan benih.

(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Fungsional Pengawas Benih Tanaman.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 58

(1) Setiap Orang yang memasukkan benih ke dalam dan/atau mengeluarkan benih keluar wilayah negara Republik

Indonesia harus mendapatkan izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan

mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan benih dalam negeri.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemberian izin pemasukan

benih ke dalam dan/atau pengeluaran benih ke luar wilayah negara Republik Indonesia diatur dengan

Peraturan Menteri.

Page 25: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Bagian Kedua

Pupuk

Pasal 59

(1) Pupuk yang diproduksi dan/atau diedarkan oleh setiap Orang wajib memenuhi jenis dan standar mutu.

(2) Jenis dan standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Pemerintah dan dilaksanakan melalui sertifikasi produk.

(3) Penetapan jenis dan standar mutu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) paling sedikit memperhatikan kesesuaian dengan kondisi iklim, kondisi lahan, keamanan bagi

Pembudidaya Tanaman, ramah lingkungan, dan tidak mengganggu kepentingan umum.

Pasal 60

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin

ketersediaan pupuk sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 57 ayat (1) sesuai dengan kebutuhan dan harga keekonomian.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran pupuk.

Pasal 61

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan

pembinaan dan fasilitasi produksi pupuk organik berbasis bahan baku setempat.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling

sedikit meliputi pendidikan, pelatihan, dan/atau penyuluhan bagi Petani dan kelompok tani serta produsen pupuk organik.

(3) Fasilitasi produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi pemberian pembiayaan, bantuan

dan hibah teknologi dan sarana produksi.

Pasal 62

(1) Pemerintah mendorong penggunaan pupuk produksi dalam negeri oleh Pembudidaya Tanaman.

(2) Dalam rangka mendorong penggunaan pupuk produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah memberikan fasilitas berupa subsidi harga,

potongan harga, dan kredit pembelian.

Page 26: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 63

(1) Penggunaan pupuk harus disesuaikan dengan

karakteristik tanah, kebutuhan tanaman, keberlanjutan penyelenggaraan Budidaya Tanaman, tidak merusak

lingkungan, dan mengganggu kepentingan umum.

(2) Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan terhadap tata cara penggunaan dan

penyimpanan pupuk.

(3) Ketentuan lebih lanjut terhadap pembinaan, pengaturan, dan pengawasan terhadap tata cara penggunaan dan

penyimpanan pupuk diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

Bahan Perlindungan Tanaman

Pasal 64

(1) Bahan perlindungan tanaman yang diperjualbelikan di

wilayah Republik Indonesia wajib memenuhi standar mutu, terdaftar, terjamin efektifitasnya, aman terhadap manusia dan lingkungan hidup, serta diberi label

(2) Bahan perlindungan tanaman dapat berupa pestisida nabati, agensia hayati, dan pestisida berbasis bahan kimia anorganik.

(3) Bahan perlindungan tanaman yang digunakan disesuaikan dengan jenis organisme pengganggu, tingkat serangan,

hasil pertumbuhan tanaman, kondisi lingkungan, dengan menjaga keberlanjutan penyelenggaraan Budidaya Tanaman, kelestarian lingkungan, dan tidak mengganggu

kepentingan umum.

(4) Penyelenggaraan Budidaya Tanaman dilaksanakan dengan mengutamakan penggunaan bahan perlindungan tanaman

yang diproduksi dalam negeri.

Pasal 65

(1) Pemerintah menetapkan standar mutu bahan perlindungan tanaman yang diedarkan.

(2) Pemerintah menjamin ketersediaan bahan perlindungan tanaman sesuai dengan kebutuhan, standar mutu, dan

standar harga.

(3) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran bahan perlindungan tanaman.

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan dan fasilitasi produksi bahan perlindungan tanaman untuk penyelenggara Budidaya Tanaman dalam

kelompok berbasis pada bahan baku setempat.

Page 27: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 66

(1) Pemerintah melarang produksi dan peredaran bahan perlindungan tanaman yang dianggap berbahaya bagi

penyelenggaraan Budidaya Tanaman, merusak lingkungan, mengganggu kesehatan manusia dan mengganggu kepentingan umum.

(2) Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan terhadap tata cara penggunaan dan penyimpanan bahan perlindungan tanaman.

(3) Setiap Orang dilarang menawarkan dan mempromosikan pestisida kimia anorganik secara langsung kepada Petani

dengan memberi informasi dan/atau pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan.

Bagian Keempat

Alat dan Mesin Pertanian

Pasal 67

(1) Alat dan mesin untuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman

yang diperjualbelikan di wilayah Republik Indonesia wajib memenuhi standar mutu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai standar

mutu

(2) Alat dan mesin pertanian dapat berupa peralatan yang

dioperasikan dengan motor penggerak atau tanpa motor penggerak untuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman seperti traktor, pompa air, robot, alat kontrol, alat aplikasi

bahan perlindungan tanaman, alat aplikasi pupuk (fertigasi), alat panen dan pascapanen, serta alat Irigasi

(3) Alat dan mesin yang digunakan untuk penyelenggaraan

Budidaya Tanaman mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan dan fasilitasi pengadaan dan penggunaan alat dan mesin untuk penyelenggaraan Budidaya Tanaman

BAB VII

PENYELENGGARAAN BUDIDAYA TANAMAN

Bagian Kesatu

Pelaksana Budidaya Tanaman

Page 28: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Paragraf 1

Pembudidaya Tanaman

Pasal 68

(1) Penyelenggaraan Budidaya Tanaman dilakukan oleh petani, kelompok petani, atau Badan Usaha yang didirikan

dan berkedudukan hukum di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Badan Usaha sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

a. Koperasi;

b. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah; dan

c. Perusahaan Swasta.

(3) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c hanya dapat menyelenggarakan Budidaya

Tanaman pada skala usaha menengah dan besar.

(4) Skala usaha menengah dan besar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan Peraturan Perundang-

undangan.

(5) Pemerintah dapat menugaskan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2) huruf b untuk melakukan kerja sama dengan petani, kelompok petani, dan koperasi.

Paragraf 2

Badan Usaha Budidaya Tanaman

Pasal 69

(1) Pemerintah mendorong penanaman modal dengan

mengutamakan penanaman modal dalam negeri di bidang usaha Budidaya Tanaman.

(2) Penanaman modal dalam negeri di bidang usaha Budidaya Tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk Badan Usaha Budidaya Tanaman.

Pasal 70

(1) Jenis usaha Budidaya Tanaman meliputi :

a. usaha dalam proses produksi;

b. usaha dalam penanganan pascapanen; dan

c. usaha terpadu dalam proses produksi dan penanganan pascapanen.

Page 29: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

(2) Jenis usaha budidaya tanaman dengan skala besar dan menengah wajib memperoleh izin dari Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah

(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mendorong dan

memfasilitasi proses perijinan bagi petani sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 71

(1) Luas lahan untuk usaha dalam proses produksi paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektar.

(2) Penetapan luas lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada :

a. ketersediaan, kesesuaian dan kemampuan lahan; dan

b. pelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya konservasi tanah.

(3) Penguasaan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 72

(1) Penanaman modal asing hanya dilakukan pada badan

usaha besar dengan kepemilikan paling banyak 30 % (tiga puluh persen).

(2) Untuk Budidaya Tanaman pangan pokok tertutup bagi

penanaman modal asing.

Bagian Kedua

Tahapan Penyelenggaraan Budidaya

Paragraf 1

Pembukaan, Pengolahan Lahan, dan Penggunaan Media Tanam

Pasal 73

(1) Pembukaan dan pengolahan lahan wajib memperhatikan

kelestarian lingkungan hidup, kepentingan umum, dan keberlanjutan usaha Budidaya Tanaman.

(2) Setiap Orang dilarang melakukan pembukaan lahan untuk

penyelenggaraan Budidaya Tanaman dengan cara membakar lahan, tumbuhan dan/atau benda lain yang ada

di atasnya atau melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kebakaran lahan yang mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Page 30: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 74

(1) Penyiapan media tanaman wajib menggunakan bahan yang

mampu menghasilkan produk yang aman, ramah lingkungan, memperhatikan keselamatan dan kesehatan

Pembudidaya Tanaman, kepentingan umum dan keberlanjutan Sistem Budidaya Tanaman.

(2) Setiap Orang dilarang menggunakan media tanaman dan

bahan yang menyebabkan pencemaran lingkungan, menganggu keselamatan dan Pembudidaya, kepentingan umum, dan keberlanjutan Sistem Budidaya Tanaman.

Paragraf 2

Penanaman dan pola tanam

Pasal 75

Pemerintah menyediakan informasi mengenai kesesuaian agroklimat/karakter-karakter agronomi dan iklim yang sesuai

bagi pertumbuhan dan perkembangan varietas.

Pasal 76

Pemerintah menyediakan pedoman mengenai pelaksanaan pola tanam dan teknik penanaman yang menjaga keberlanjutan penyelenggaraan Budidaya Tanaman, meningkatkan

pendapatan pelaku Budidaya Tanaman, serta tidak merusak lingkungan, dan merugikan kepentingan umum.

Paragraf 3

Pemanfaatan Air

Pasal 77

(1) Pemerintah melakukan pembinaan, pengaturan, dan

pengawasan penggunaan air untuk Budidaya Tanaman sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah menyediakan pembinaan dan fasilitasi jaringan Irigasi dalam areal Budidaya Tanaman bagi Petani.

(3) Pemerintah mendorong dan membina terbentuknya

kelembagaan pengguna air dalam satu jaringan Irigasi secara berjenjang.

Page 31: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Paragraf 4

Pemeliharaan Tanaman

Pasal 78

(1) Pemeliharaan tanaman harus menjamin keberlangsungan Budidaya Tanaman, menjaga kelestarian lingkungan, dan tidak mengganggu kepentingan umum.

(2) Pemerintah memberikan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan agar penyelenggaraan pemeliharaan tanaman sesuai dengan tujuan.

Paragraf 5

Perlindungan Tanaman

Pasal 79

(1) Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu.

(2) Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah.

Pasal 80

Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48,

dilaksanakan melalui kegiatan berupa:

a. pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke

dalam dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b. pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; dan

c. eradikasi organisme pengganggu tumbuhan.

Pasal 81

(1) Dalam pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 80, setiap Orang atau Badan Usaha dilarang menggunakan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggu kesehatan dan/atau mengancam keselamatan

manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam dan/atau lingkungan.

(2) Ketentuan mengenai penggunaan sarana dan/atau cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 32: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 82

Setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang

dimasukkan ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dan dikeluarkan dari wilayah Negara

Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina tumbuhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 83

(1) Setiap Kelompok Petani atau Badan Usaha yang memiliki atau menguasai tanaman wajib melaporkan adanya

serangan organisme pengganggu tumbuhan pada tanamannya kepada pejabat yang berwenang dan yang

bersangkutan harus mengendalikannya.

(2) Apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan

eksplosi, Pemerintah bertanggung jawab menanggulanginya bersama masyarakat.

Pasal 84

(1) Pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannya eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda

lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan.

(2) Eradikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya dan mengancam

keselamatan tanaman secara meluas.

Pasal 85

(1) Kepada pemilik yang tanaman dan/atau benda lainnya dimusnahkan dalam rangka eradikasi dapat diberikan

kompensasi.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan hanya atas tanaman dan/atau benda lainnya

yang tidak terserang organisme pengganggu tumbuhan tetapi harus dimusnahkan dalam rangka eradikasi.

(3) Ketentuan mengenai tata cara eradikasi dan kompensasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Page 33: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Paragraf 6

Panen dan pascapanen

Pasal 86

(1) Panen dilaksanakan melalui teknik budidaya tanaman yang baik dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, menekan kehilangan dan kerusakan hasil serta

terjaminnya standar mutu.

(2) Dalam pelaksanaan panen, setiap Orang atau Badan Usaha dilarang menggunakan teknik, sarana dan

prasarana yang dapat mengganggu kesehatan, menimbulkan kerusakan lingkungan, dan mengganggu

kepentingan umum.

(3) Pemerintah memberikan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan penyelenggaraan budidaya tanaman sampai

panen.

(4) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat

memberikan bantuan kepada petani dan kelompok petani yang mengalami gagal panen sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pasal 87

(1) Pascapanen dilaksanakan untuk mempertahankan mutu

hasil, menekan kehilangan dan kerusakan hasil, memperpanjang daya simpan, dan meningkatkan nilai

tambah.

(2) Pascapanen meliputi kegiatan pengumpulan, pemilahan, pembersihan, pengkelasan, perlakuan untuk

memperpanjang daya simpan, standarisasi mutu, dan pengangkutan hasil.

(3) Pemerintah menentukan standar mutu dan komoditas

tanaman yang harus memenuhi standar mutu tersebut serta melakukan pengawasan dalam penerapannya.

(4) Pemerintah melakukan pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan penanganan pascapanen.

(5) Pembinaan, fasilitasi, dan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) paling sedikit meliputi:

a. pendidikan dan pelatihan penanganan pascapanen;

b. standarisasi dan sertifikasi pascapanen; dan

c. penyediaan sarana dan prasarana pascapanen.

Page 34: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

BAB VIII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 88

(1) Pemerintah mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Bentuk peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) paling sedikit meliputi:

a. penyusunan perencanaan;

b. penelitian dan pengembangan;

c. pemberdayaan petani dan kelompok tani;

d. pengembangan sistem informasi; dan

e. pengembangan kelembagaan.

f.

BAB IX

PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN

Pasal 89

(1) Pemerintah bertanggung jawab melakukan pembinaan untuk pengembangan sumber daya manusia Budidaya

Tanaman.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit melalui:

a. penyesuaian kurikulum dan fasilitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di bidang Budidaya

Tanaman;

b. pemberian insentif seperti anugerah kekayaan intelektual luar biasa kepada setiap orang yang

menunjukkan prestasi, produktif dan kinerja yang tinggi dalam bidang Budidaya Tanaman.

Pasal 90

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan

pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan Budidaya Tanaman.

(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan di bidang Budidaya

Tanaman yang dilaksanakan oleh Pembudidaya.

(3) Pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan di bidang penyelenggaraan budidaya tanaman yang dilaksanakan

oleh pembudidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:

a. perencanaan Budidaya Tanaman;

Page 35: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

b. tenaga kerja Budidaya Tanaman;

c. pemanfaatan sumber daya alam;

d. tata guna air;

e. penggunaan benih;

f. penggunaan pupuk dan bahan pelindungan tanaman;

g. pengendalian hama terpadu; dan

h. panen dan pascapanen;

(4) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat dari unit kerja di bawah Menteri dan/atau lembaga terakreditasi

yang ditunjuk oleh Menteri.

(5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara bersama-sama

atau sesuai dengan kewenangan masing-masing melaksanakan pengawasan dan pengendalian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan Budidaya Tanaman diatur

dengan Peraturan Menteri.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 91

(1) Setiap badan usaha yang melanggar ketentuan dalam Pasal 19 ayat (2), Pasal 40 ayat (1), Pasal 59 ayat (1), Pasal 64

ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 73 ayat (1) dan Pasal 74 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda administratif;

c. penutupan sementara;

d. pembekuan izin usaha, dan/atau

e. pencabutan izin usaha

(2) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi

administratif dan besaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 92

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 73 ayat (2) diancam dengan pidana penjara

Page 36: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak 10 (sepuluh) miliar rupiah;

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Orang mati atau luka berat, pelaku

diancam dengan pidana paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak 15 (lima belas) miliar rupiah.

Pasal 93

Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 68 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama

1 (satu) tahun 4 (empat) bulan dan pidana denda paling banyak Rp 145.000.000,00

Pasal 95

Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

Pasal 76 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp

100.000.000,00

Pasal 96

Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 82 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp

200.000.000,00

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 97

(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

(2) Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan perundang-undangan

yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

(3) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang

ini diundangkan.

Page 37: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 98

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap Orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal ...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN...

Page 38: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

I. UMUM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 33 mengamanatkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalam wilayah negara Republik Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dimanfaatkan dan dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bentuk dari upaya

pemanfaatan dan penggunaan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah negara Republik Indonesia yang salah satunya diselenggarakan melalui Budidaya Tanaman dengan dukungan sumber daya

manusia dan sumber daya buatan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Penyelenggaraan Budidaya Tanaman perlu diarahkan

kepada Sistem Budidaya Tanaman yang optimal, bertanggung jawab, dan berkelanjutan untuk penyediaan pangan, sandang, papan, kesehatan, estetika, pakan industri dan energi di dalam negeri dan memperbesar

ekspor.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang telah berlaku selama 23 tahun terakhir sudah tidak sesuai dengan

perkembangan kebutuhan masyarakat dalam bidang penyelenggaraan Budidaya Tanaman yang efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. Perubahan

perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan masyarakat yang lebih demokratis, bergesernya sebagian kewenangan pemerintah pusat ke daerah sebagai konsekuensi diterbitkannya undang-undang yang terkait

baik langsung maupun tidak langsung dengan pengaturan budidaya tanaman.

Lingkungan strategis di dalam negeri sudah berbeda dibandingkan ketika UU SBT diundangkan dan akan terasa berubah terutama yang terkait dengan peningkatan kebutuhan hasil Budidaya Tanaman yang mencakup

pangan, sandang, papan, kesehatan, estetika, pakan industri dan energy oleh karena peningkatan jumlah, kemampuan ekonomi dan perubahan tatanan social penduduk Indonesia, ditengah makin berkurangnya

ketersediaan lahan, dan berkembangnya teknologi baru. Tantangan perubahan lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap penyelenggaraan

Budidaya Tanaman adalah perubahan iklim yang menyebabkan cuaca extrim dan telah dirasakan merubah keseimbangan lingkungan serta merugikan penyelenggaraan Budidaya Tanaman. Lingkungan external yang

dapat berpengaruh terhadap penyelenggaraan Budidaya Tanaman seperti globalisasi, kerjasama internasional dan sistem perdagangan bebas.

Dalam rangka mencapai tujuan mulia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, agar kepentingan bangsa dan Negara Indonesia dan Petani sebagai pelaku utama penyelenggaraan Budidaya Tanaman dapat dilindungi, dan dikembangkan,

serta hal lain yang dapat mengganggu kepentingan bangsa dan negara serta

Page 39: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

tercapainya tujuan Budidaya Tanaman dapat diatur sebaik-baiknya. Perubahan tersebut menyebabkan banyak perubahan makna, susunan, dan

kandungan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang meliputi dihilangkannya Bab Pengusahaan, Penyerahan Tugas dan Urusan Pembatuan, serta Penyidikan,

yang digantikan dengan Bab Penyelenggaraan Pemerintahan, Pengembangan Sumberdaya, dan Pembangunan Prasarana.

Untuk pengaturan lebih lengkap pada Bab Penyelenggaraan Pemerintahan ditambahkan pasal-pasal mengenai kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan Budidaya Tanaman; pada Bab

Pengembangan Sumberdaya ditambahkan pasal-pasal mengenai Sumberdaya Genetik, serta Iklim dan Perubahan Iklim, Tenaga Kerja Pertanian, dan Pembiayaan; dan pada Bab Pembangunan Prasarana

ditambahkan pasal-pasal mengenai Sertifikasi dan Standarisasi, Pengembangan Teknologi, dan Sistem Informasi. Pada pasal pasal yang lain

dilakukan perubahan agar dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan strategis saat dan ini dan perubahannya dimasa mendatang.

Melalui perubahan ini diharapkan tujuan penyelenggaraan Budidaya

Tanaman untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya budidaya pertanian secara optimal, bertanggung jawab, dan berkelanjutan; meningkatkan dan memperluas penyediaan hasil tanaman untuk

memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, estetika, pakan, industri dan energi di dalam negeri dan memperbesar ekspor; meningkatkan

daya saing bangsa yang terkait kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan; mendorong perluasan dan pemerataan berusaha dan kesempatan kerja; memberikan perlindungan kepada Petani, pelaku usaha, dan

konsumen hasil budidaya tanaman; meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan pelaku usaha bidang produksi pertanian; serta

meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah bahwa

pelaku budidaya tanaman memiliki kemerdekaan dan kebebasan serta dengan kesadaran penuh untuk menentukan pilihan jenis komoditas dan tanaman yang dibudidayakan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah bahwa

pelaku budidaya tanaman memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan praktik budidaya tanaman yang baik, baik secara sendiri maupun bermitra dengan pihak lain.

Huruf c

Page 40: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Yang dimaksud dengan “asas kebermanfaatan” adalah penyelenggaraan Budidaya Tanaman harus memberikan

manfaat bagi kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat,

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan adalah Sistem

Budidaya Tanaman diselenggarakan secara terpadu mulai dari sistem input, proses produksi, panen sampai dengan pasca

panen.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah Sistem

Budidaya Tanaman diselenggarakan secara harmonis oleh Petani, Kelompok Petani dan Badan Usaha.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “dayasaing” adalah penyelenggaraan budidaya tanaman harus menghasilkan produk unggul yang

memiliki kemampuan bersaing di pasar domestik dan pasar internasional.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah sistem budidaya tanaman diselenggarakan dengan prinsip-prinsip adil secara sosial, efesien secara ekonomi, dan berkesinambungan

secara ekologi.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas efisiensi berkeadilan” adalah sistem budidaya tanaman menjunjung tinggi prinsip efesiensi ekonomi yang memberi manfaat kepada pelaku secara adil dan

beradab.

Huruf i

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian fungsi lingkungan hidup adalah sistem budidaya tanaman harus menggunakan sarana, prasarana, tata cara dan teknologi yang menjunjung

tinggi keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “asas kearifan lokal” adalah

penyelenggaraan budidaya tanaman harus memperhatikan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya serta nilai-nilai luhur

yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat setempat.

Page 41: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat 1

Yang dimaksud dengan “in situ” adalah kegiatan konservasi

Sumber Daya Genetik dilakukan di dalam lokasi konservasi.

Yang dimaksud dengan “ex situ” adalah kegiatan konservasi

Sumber Daya Genetik dilakukan di luar lokasi konservasi, termasuk di dalam laboratorium dan kebun percobaan lain

Ayat 2

Cukup jelas

Ayat 3

Cukup jelas

Ayat 4

Cukup jelas

Ayat 5

Cukup jelas

Ayat 6

Cukup jelas

Ayat 7

Cukup jelas

Ayat 8

Yang dimaksud dengan “Bank Gen” adalah koleksi benih dan

penampungan Sumber Daya Genetik yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan budidaya sewaktu-waktu.

Ayat 9

Page 42: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Cukup jelas

Ayat 10

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Cukup jelas

Ayat 3

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Page 43: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Yang dimaksud dengan “rawa lebak” adalah lahan yang sebagian besar berupa rawa dan tergenang air hampir sepanjang waktu.

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Page 44: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Cukup jelas

Page 45: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Cukup jelas

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pelindungan tanaman” adalah alat

yang berupa sprayer dan fumigator.

Yang dimaksud dengan “APLIKASI PUPUK” adalah alat yang

berupa fertigasi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Cukup jelas

Pasal 71

Cukup jelas

Pasal 72

Cukup jelas

Pasal 73

Cukup jelas

Pasal 74

Cukup jelas

Pasal 75

Cukup jelas

Pasal 76

Cukup jelas

Pasal 77

Cukup jelas

Page 46: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 78

Cukup jelas

Pasal 79

Cukup jelas

Pasal 80

Cukup jelas

Pasal 81

Cukup jelas

Pasal 82

Cukup jelas

Pasal 83

Cukup jelas

Pasal 84

Cukup jelas

Pasal 85

Cukup jelas

Pasal 86

Cukup jelas

Pasal 87

Cukup jelas

Pasal 88

Cukup jelas

Pasal 89

Cukup jelas

Pasal 90

Cukup jelas

Pasal 91

Cukup jelas

Pasal 92

Cukup jelas

Pasal 93

Cukup jelas

Pasal 94

Cukup jelas

Pasal 95

Cukup jelas

Pasal 96

Cukup jelas

Pasal 97

Cukup jelas

Page 47: RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN …dpd.go.id/upload/lampiran/sbt.pdfSISTEM BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. ...

Pasal 98

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR …….