Top Banner

of 118

Rancangan Teknis Penambangan Batubara

Mar 07, 2016

Download

Documents

Skripsi tentang perancangan penambangan Batubara
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARADI PIT 1 PT DEWA RUCI MANDIRI, KECAMATAN

    SEBUKU, KABUPATEN NUNUKAN UTARA,PROVINSI KALIMANTAN UTARA

    SKRIPSI

    Oleh :

    ADHITYA ANGGA WIJAYANPM : 112090151

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANYOGYAKARTA

    2014

  • RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARADI PIT 1 PT DEWA RUCI MANDIRI, KECAMATAN

    SEBUKU, KABUPATEN NUNUKAN UTARA,PROVINSI KALIMANTAN UTARA

    SKRIPSI

    Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dariUniversitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

    Oleh :

    ADHITYA ANGGA WIJAYANPM : 112090151

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANYOGYAKARTA

    2014

  • RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARADI PIT 1 PT DEWA RUCI MANDIRI, KECAMATAN

    SEBUKU, KABUPATEN NUNUKAN UTARA,PROVINSI KALIMANTAN UTARA

    Oleh :

    ADHITYA ANGGA WIJAYANPM : 112090151

    Disetujui untukProgram StudiTeknik Pertambangan

    Fakultas Teknologi Mineral

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran YogyakartaTanggal : 26 Agustus 2014

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Dr.Ir. Waterman SB.MT Ir. Yanto Indonesianto.MSc

  • The terms, the mining plan, and final pit limits should not be taken seriously. Prices change, costchange, desired production changes, and new information may be obtained about the ore-body

    ~DONALD K. GILL SURFACE MINING~

  • iv

    RINGKASAN

    PT Dewa Ruci Mandiri (PT DRM) memiliki luas WIUP Operasi Produksi I(581Ha) dan II (149,9Ha). Berdasarkan kegiatan penambangan yang telahdilakukan oleh PT DRM di WIUP I, jumlah cadangan batubara sudah semakinmenipis, oleh karena itu PT DRM akan melanjutkan kegiatan penambangan didaerah penelitian yaitu pit 1 WIUP II, sehingga dibutuhkan suatu rancangan teknispenambangan dengan stripping ratio (SR) maksimum13:1 yang dapat memenuhitarget produksi batubara sebesar 15.000ton/bulan serta jumlah peralatan mekanisyang digunakan.

    Metode penelitian meliputi studi literatur melalui buku-buku dan arsipperusahaan (laporan studi kelayakan); penelitian di lapangan untuk memperolehdata eksplorasi, pemboran dan peralatan mekanis; pengolahan data menggunakansoftware minescape dan melakukan perhitungan kebutuhan alat mekanis.

    Penelitian ini menghasilkan rancangan penambangan dengan cadanganbatubara 135.684ton, overburden 1.476.511bcm dan SR rata-rata 11:1. Rencanakegiatan penambangan dilakukan selama 9 bulan dengan rincian: bulan ke-1,pengupasan overburden sebesar 187.229bcm dan batubara yang diambil sebesar16.272ton dengan SR 12:1; bulan ke-2, pengupasan overburden sebesar187.339bcm dan batubara yang diambil sebesar 15.491ton dengan SR 12:1; bulanke-3, pengupasan overburden sebesar 193.318bcm dan batubara yang diambilsebesar 15.857ton dengan SR 12:1; bulan ke-4, pengupasan overburden sebesar181.316bcm dan batubara yang diambil sebesar 15.903ton dengan SR 11:1; bulanke-5, pengupasan overburden sebesar 165.930bcm dan batubara yang diambilsebesar 16.184ton dengan SR 10:1; bulan ke-6, pengupasan overburden sebesar162.362bcm dan batubara yang diambil sebesar 14.921ton dengan SR 11:1; bulanke-7, pengupasan overburden sebesar 154.373bcm dan batubara yang diambilsebesar 15.219ton dengan SR 10:1; bulan ke-8, pengupasan overburden sebesar154.755bcm dan batubara yang diambil sebesar 15.264ton dengan SR 10:1; bulanke-9, pengupasan overburden sebesar 89.889bcm dan batubara yang diambilsebesar 10.573ton dengan SR 9:1.

    Pengupasan dan pengangkutan overburden pada bulan ke-1 sampai bulanke-4 menggunakan 5 backhoe PC400LCSE-7 dan 17 dumptruck Nissan 320CWB,pada bulan ke-5 menggunakan 4 backhoe PC400LCSE-7 dan 17 dumptruckNissan 320CWB, pada bulan ke-6 sampai bulan ke-9 menggunakan 4 backhoePC400LCSE-7 dan 15 dumptruck Nissan 320CWB. Penggalian dan pengangkutanbatubara menggunakan 1 backhoe PC200-7SEF dan 5 dumptruck Nissan320CWB.

    Analisis dari hasil penelitian dilakukan dan dapat diambil kesimpulan yaitu:arah kemajuan penambangan dari selatan ke utara; target produksi pada bulan ke-6 belum tercapai; terdapat waktu tunggu pada backhoe PC200-7SEF; alat gali danmuat overburden sudah serasi.

  • vABSTRACT

    PT Dewa Ruci Mandiri (PT DRM) is a private national coal miningcompany which is located in Sub-district of Sebuku, District of North Nunukan,Province of North Kalimantan with first mining consesion area 581ha and secondconsesion area 149.9ha. PT DRM will continue mining activities to the secondconsesion mining area specifically pit 1 which is research area, because coalreserve in first mining consesion area is getting slight. In order to mine secondconsesion area, mine plan design with average stripping ratio 13:1 to reach coalproduction 15,000ton/month and the number of heavy equipment is needed.

    Research methods include literature study from books and feasibility studyof PT DRM; field research to obtain exploration data, coring data, and heavyequipment; data processing are using software minescape and heavy equipmentcalculation.

    Result of this research are mine plan design with coal reserve 135,684ton,overburden 1,476,511bcm, and average stripping ratio 11:1. Mining activities willbe conducted in 9 months with details of first month stripping overburden187,229bcm, coal production 16,272ton, and stripping ratio 12:1; second monthstripping overburden 187,339bcm, coal production 15,491ton, and stripping ratio12:1; third month stripping overburden 193,318bcm, coal production 15,857ton,and stripping ratio 12:1; fourth month stripping overburden 181,316bcm, coalproduction 15,903ton, and stripping ratio 11:1; fifth month stripping overburden165,930bcm, coal production 16,184ton, and stripping ratio 10:1; sixth monthstripping overburden 162,362bcm, coal production 14,921ton, and stripping ratio11:1; seventh month stripping overburden 154,373bcm, coal production15,219ton, and stripping ratio 10:1; eighth month stripping overburden154,755bcm, coal production 15,264ton, and stripping ratio 10:1; ninth monthstripping overburden 89,889bcm, coal production 10,573ton, and stripping ratio9:1.

    Overburden stripping and hauling from first to fourth month is using 5backhoe PC400LCSE-7 and 17 dumptruck Nissan 320CWB, fifth month is using4 backhoe PC400LCSE-7 and 17 dumptruck Nissan 320CWB, from sixth to ninthmonth is using 4 backhoe PC400LCSE-7 and 15 dumptruck Nissan 320CWB.Coal loosening and hauling is using 1 backhoe PC200-7SEF and 5 dumptruckNissan 320CWB. Soil dozing in wastedump use 1 buldozer Komatsu D155AX-5.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yangtelah memberikan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judulRancangan Teknis Penambangan Batubara Pada PT Dewa Ruci Mandiri Di Pit1 Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan Utara Kalimantan Utara ini dapatdiselesaikan.

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaTeknik pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

    Skripsi ini disusun berdasarkan data dan informasi hasil penelitian di PTDewa Ruci Mandiri, Nunukan Utara, Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakandari tanggal 1 April sampai 30 April 2013.

    Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakuniversitas, antara lain :

    1. Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc, selaku Rektor Universitas PembangunanNasional Veteran Yogyakarta.

    2. Dr. Ir. Dyah Rini Ratnaningsih, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi

    Mineral.

    3. Ir. Inmarlinianto, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan4. Dr.Ir. Waterman, SB, MT, selaku Dosen Pembimbing I5. Ir. Yanto Indonesianto, MSc, selaku Dosen Pembimbing II.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmupengetahuan khususnya di bidang pertambangan.

    Yogyakarta, 22 Agustus 2014 Penulis,

    Adhitya Angga Wijaya

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................ viDAFTAR ISI............................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ixDAFTAR TABEL....................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi

    BAB

    I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ........................................................................ 11.2. Tujuan Penelitian .................................................................... 21.3. Batasan Permasalahan............................................................. 21.4. Metode Penelitian.................................................................... 21.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 3

    II TINJAUAN UMUM ......................................................................... 4

    2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah.............................................. 42.2. Keadaan Iklim ......................................................................... 62.3. Keadaan Geologi Daerah Penelitian ....................................... 62.4. Kondisi Umum Daerah Penelitian .......................................... 10

    III DASAR TEORI ................................................................................ 113.1. Penaksiran Cadangan Menggunakan Perangkat Lunak

    Minescape ............................................................................... 113.2. Rancangan Teknis Penambangan............................................ 143.3. Rancangan Timbunan.............................................................. 193.4. Rancangan Jalan Angkut ........................................................ 233.5. Penjadwalan Produksi ............................................................. 283.6. Peralatan Mekanis ................................................................... 29

    IV RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN.................................. 334.1. Penaksiran Cadangan .............................................................. 334.2. Rancangan Teknis Penambangan............................................ 36

  • viii

    4.3 Rancangan Penimbunan ......................................................... 394.4. Rancangan Jalan Angkut......................................................... 414.5 Penjadwalan Produksi Batubara dan Overburden................... 464.6. Kebutuhan Peralatan Mekanis................................................. 51

    V PEMBAHASAN ............................................................................... 555.1. Penaksiran Cadangan dan Penentuan Arah Penambangan ...... 555.2. Pengaruh Rancangan Penambangan Terhadap Rencana

    Produksi Batubara .................................................................... 575.3. Kebutuhan dan Keserasian Alat Mekanis ................................... 59

    VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 616.1. Kesimpulan ........................................................................... 616.2. Saran......................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 62

    LAMPIRAN ............................................................................................... 63

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR Halaman2.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian ......................... 52.2 Grafik Curah Hujan Rata-Rata 2003-2012 ................................... 62.3 Grafik Jumlah Hari Hujan Rata-Rata 2003-2012 ......................... 62.4 Peta Geologi Wilayah Penelitian ................................................. 82.5 Stratigrafi Wilayah Penelitian ...................................................... 93.1 Triangulasi Topografi .................................................................. 123.2 Prisma-Prisma Triangular ............................................................ 133.3 Metode Strip Mining .................................................................... 153.4 Bagian-Bagian Jenjang ................................................................ 173.5 Working Bench dan Safety Bench ................................................ 183.6 Overall Slope Angle ..................................................................... 183.7 Penggambaran Crest dan Toe ...................................................... 193.8 Valley Fill atau Crest Dump ........................................................ 213.9 Terrace Dump .............................................................................. 223.10 Down Hill Dozing ........................................................................ 223.11 Float Dozing ................................................................................ 233.12 Trench Dozing .............................................................................. 233.13 Rancangan Lebar Jalan Angkut Dua Jalur ................................... 243.14 Lebar Jalan pada Tikungan .......................................................... 243.15 Kemiringan Melintang (Cross Slope) pada Jalan ........................ 273.16 Kemiringan Jalan Angkut pada Tanjakan .................................... 284.1 Penampang Endapan Batubara .................................................... 354.2 Dimensi Lereng Penambangan .................................................... 374.3 Dimensi Lereng Timbunan .......................................................... 405.1 Blok Penaksiran Sumberdaya dan Cadangan .............................. 56

  • xDAFTAR TABEL

    TABEL Halaman

    3.1 Radius Tikungan Minimum .......................................................... 263.2 Angka Superelevasi yang Direkomendasikan .............................. 273.3 Fill factor ...................................................................................... 293.4 Job Efficiency Excavator .............................................................. 304.1 Penjadwalan Produksi Batubara dan Overburden ........................ 424.2 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 1....... 434.3 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 2....... 444.4 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 3....... 454.5 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 4....... 464.6 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 5....... 474.7 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 6....... 484.8 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 7....... 494.9 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 8....... 504.10 Jumlah Batubara dan Overburden Terbongkar pada Bulan 9....... 514.11 Jenis Peralatan Tambang .............................................................. 524.12 Waktu Kerja Alat/Bulan .............................................................. 524.13 Produksi dan Kebutuhan Peralatan Mekanis ............................... 535.1 Rencana Produksi Batubara dan Overburden .............................. 575.2 Hubungan Kebutuhan Alat Mekanis dan Match Factor .............. 59

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    A. DATA PEMBORAN EKSPLORASI BATUBARADI WIUP 149HA PT DEWA RUCI MANDIRI ............................... 64

    B. REKOMENDASI GEOTEKNIK UNTUK JENJANGPENAMBANGAN DAN PENIMBUNAN PT DRM ....................... 66

    C. SPESIFIKASI ALAT GALI DAN MUAT ...................................... 67D. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT ..................................................... 69E. SPESIFIKASI ALAT GUSUR ......................................................... 71F. RANCANGAN GEOMETRI JALAN ANGKUT ........................... 72

    G. LEBAR MINIMUM FRONT PENAMBANGAN ........................... 77H. PERHITUNGAN WAKTU KERJA TAMBANG ........................... 79I. PERHITUNGAN PENGEMBANGAN MATERIAL ...................... 81

    J. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT MUATDAN ALAT ANGKUT BATUBARA ............................................. 83

    K. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT MUATDAN ALAT ANGKUT OVERBURDEN ......................................... 85

    L. PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT ................................ 87M. PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT ANGKUT ........................... 89N. PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT GUSUR ............................... 92O. PERHITUNGAN FAKTOR KESERASIAN (MATCH FACTOR) .. 93P. PETA TOPOGRAFI DAERAH PENELITIAN................................ 94Q. PETA LOKASI TITIK BOR DAERAH PENELITIAN................... 95R. PETA KONTUR STRUKTUR FLOOR SEAM F ............................ 97S. PETA RESGRAPHIC PENAKSIRAN SUMBERDAYA ................ 98T. PETA RESGRAPHIC PENAKSIRAN CADANGAN ..................... 99U. PETA RANCANGAN PENAMBANGAN ...................................... 100

    V. PENAKSIRAN CADANGAN DAN PENJADWALANPRODUKSI ...................................................................................... 101

  • 1BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangPT Dewa Ruci Mandiri (PT DRM) merupakan perusahaan swasta nasional

    yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Berdasarkan Surat KeputusanBupati Nunukan nomor 188.45/70/II/2012 tentang persetujuan peningkatan IzinUsaha Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan OperasiProduksi pada tanggal 21 Februari 2012 dengan kode wilayah KWP13 6405 3 032010 031, PT Dewa Ruci Mandiri memiliki Wilayah Ijin Usaha Pertambangan(WIUP) Operasi Produksi seluas 149,9Ha yang berlokasi di Desa Sebakis,Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan Utara, Provinsi Kalimantan Utara.

    Berdasarkan hasil survei lapangan dan kegiatan pemboran eksplorasidijumpai seam batubara sebanyak satu seam, yaitu seam F dengan ketebalanberkisar antara 0,32-1,48m dengan arah umum penyebaran relatif selatan-utara,dengan kemiringan (dip) 8-150 ke arah timur, dan memiliki nilai kalori 7.282-7.344kal/gr (adb). Litologi yang ditemukan di daerah penelitian sebagian besarberupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara.Berdasarkan Peta Geologi Regional areal konsesi PT Dewa Ruci Mandiritermasuk dalam Formasi Meliat dan Formasi Naintupo.

    Berdasarkan hasil penambangan yang telah dilakukan oleh PT Dewa RuciMandiri pada WIUP I (581Ha), jumlah cadangan Batubara yang dimiliki padawilayah tersebut sudah semakin menipis, oleh karena itu PT Dewa Ruci Mandiriakan melanjutkan penambangan pada daerah penelitian yaitu WIUP II (149,9Ha)dimulai dari pit 1, sehingga dibutuhkan suatu rancangan penambangan yangterencana dan terarah. Rancangan teknis penambangan ini nantinya akan dipakaisebagai acuan dalam operasi penambangan, yang meliputi kegiatan land clearing,pengupasan lapisan penutup (overburden), penggalian batubara, dan penimbunanoverburden (waste dump).

  • 21.2 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

    1) Membuat suatu rancangan teknis penambangan batubara dengan nilaistriping ratio rata-rata 13:1 berdasarkan model geologi batubara.

    2) Membuat penjadwalan produksi batubara pada bentuk-bentukpenambangan (mineable geometries) yang mampu memenuhi targetproduksi sebesar 15.000ton/bulan.

    3) Menghitung kebutuhan alat muat dan angkut per bulan berdasarkan targetproduksi 15.000ton/bulan.

    1.3 Batasan MasalahPerancangan teknis penambangan batubara ini memiliki batasan masalah :

    1) Perancangan teknis penambangan hanya dilakukan di pit 1 pada seambatubara yang memiliki ketebalan 0,5m.

    2) Bulan 1-5 overburden akan ditimbun dengan metode crest dump di pit 9areal konsesi 581Ha dengan jarak 500m dari lokasi daerah penelitian,perancangan timbunan overburden dilakukan pada bulan 6-9.

    3) Jenis peralatan mekanis yang digunakan sesuai dengan inventaris PTDewa Ruci Mandiri yaitu backhoe PC400LCSE-7, backhoe PC200-7SEF,dumptruck Nissan 320CWB, dan bulldozer Komatsu D155AX-5.

    4) Perancangan sistem penyaliran tidak dilakukan.5) Analisis yang dilakukan dibatasi oleh lingkup teknis dan tidak

    menganalisis segi ekonomi serta lingkungan.

    1.4 Metode PenelitianMetode penelitian yang dilakukan adalah:

    1) Studi LiteraturStudi literatur yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori yangberhubungan dengan perancangan dan peralatan mekanis melalui buku-buku dan arsip perusahaan (laporan studi kelayakan).

    2) Pengumpulan data lapanganData yang diperoleh berupa data primer yang merupakan data yangdiambil langsung dari pengukuran dan pengamatan di lapangan meliputi

  • 3data singkapan batubara dan waktu edar alat mekanis dan data sekunderseperti data curah hujan, peta topografi dan geologi regional, laporanpelaksanaan pemboran dan data pemboran eksplorasi.

    3) Pengolahan data yaitu:a) Membuat model topografi (peta topografi).b) Melakukan intepretasi dan korelasi data lubang bor dengan

    menggunakan perangkat lunak minescape dan auto cad.c) Melakukan pemodelan geologi lapisan batubara menggunakan

    perangkat lunak minescape.

    d) Menyeleksi wilayah penambangan yang memiliki nilai SR13:1menggunakan perangkat lunak minescape.

    e) Perhitungan produksi alat muat dan alat angkut.4) Analisis hasil pengolahan data yaitu:

    a) Analisis penaksiran cadangan batubara menggunakan perangkat lunakminescape.

    b) Analisis penjadwalan produksi batubara sesuai target produksi danstripping ratio menggunakan perangkat lunak minescape.

    c) Analisis kebutuhan dan keserasian alat muat dan alat angkut.5) Kesimpulan

    Membuat sebuah kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan.

    1.5 Manfaat PenelitianMenghasilkan suatu rancangan teknis penambangan batubara yang aman,

    terencana dan terarah dan diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalammelakukan kegiatan penambangan sehingga target produksi dengan nilai strippingratio yang diinginkan dapat tercapai.

  • 4BAB IITINJAUAN UMUM

    2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah7)

    Daerah penelitian berada di atas Wilayah Izin Usaha Pertambangan(WIUP) Operasi Produksi seluas 149,9Ha. Secara administrasi daerah kegiatanpenelitian termasuk dalam wilayah Desa Sebakis diantara Desa Sekikilan danDesa Semunad, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan Utara, ProvinsiKalimantan Utara dan berbatasan langsung dengan Desa Kalun Sayan pada bagianutara, Desa Pembeliangan pada bagian timur, Desa Tetaban pada bagian barat,

    dan Desa Apas pada bagian selatan. Secara astronomis terletak pada: 4550,54655,9LU dan 1171041,431171153,04BT (lihat Gambar 2.1).Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nunukan nomor 188.45/70/II/2012 tentangpersetujuan peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin UsahaPertambangan Operasi Produksi pada tanggal 21 Februari 2012 dengan kodewilayah KWP13 6405 3 03 2010 031.

    Wilayah penelitian yang berada di Provinsi Kalimantan Utara ini dapatditempuh dari Jakarta melalui rute sebagai berikut:a. dengan menggunakan pesawat udara dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta

    menuju Bandara Sepinggan Balikpapan dalam waktu kurang lebih 2 jam,b. perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat udara dari Bandara

    Sepinggan Balikpapan menuju ke Bandara Juwata Tarakan dengan waktutempuh kurang lebih 1 jam,

    c. dari Bandara Juwata Tarakan dilanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Tarakandan melalui jalur air menuju ke Pelabuhan Nunukan dengan menggunakanspeedboat, rute ini ditempuh selama 3 jam,

    d. selanjutnya dari Pelabuhan Nunukan menuju Sungai Sebakis (jetty PTDewa Ruci Mandiri) ditempuh selama 1 jam menggunakan speedboat,

    e. dilanjutkan dengan perjalanan darat sejauh 9km dengan waktu tempuh15menit menuju ke wilayah penelitian.

  • 5Gambar 2.1Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

  • 62.2 Keadaan Iklim7)

    Daerah penelitian mempunyai iklim tropis sangat basah dengan suhu rata-rata 27-300C. Berdasarkan data curah hujan tahunan dari stasiun meteorologi dangeofisika, iklim di wilayah penelitian adalah termasuk tipe A (sangat basah).

    Curah hujan rata-rata per tahun pada periode 2003-2012 sebesar207,76mm/tahun, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi padabulan Mei yaitu 305,19mm/bulan, sedangkan rata-rata bulanan terendah terjadipada bulan Februari sebesar 127,8mm/bulan (lihat Gambar 2.2 dan Gambar 2.3).

    Sumber : BMKG Kabupaten Nunukan-Kalimantan TimurGambar 2.2

    Grafik Curah Hujan RataRata Tahun 2003 2012

    Sumber : BMKG Kabupaten Nunukan-Kalimantan TimurGambar 2.3

    Grafik Jumlah Hari Hujan RataRata Tahun 2003 20122.3 Keadaan Geologi Daerah Penelitian7)

    2.3.1 Fisiografi.Keadaan morfologi daerah penelitian terdiri dari morfologi perbukitan

    gelombang lemah dan perbukitan bergelombang sedang-kuat dengan satu sungaiutama yang mengalir dari barat ke timur yaitu Sungai Sebakis. Morfologi

    050

    100150200250300350

    Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    Curah

    hujan

    05

    10152025

    Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

    Hari h

    ujan

  • 7perbukitan gelombang lemah pada umumnya ditemui di bagian selatan daerahpenelitian dengan ketinggian berkisar 36-63meter dari permukaan laut.

    Lokasi pertambangan batubara PT Dewa Ruci Mandiri sebagian besararealnya merupakan hutan sekunder tua, hutan sekunder muda dan sebagian besarmerupakan areal Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan jenis tanaman fastgrowing species seperti jenis Acacia mangium.2.3.2 Stratigrafi.

    Berdasarkan pengamatan hasil pengeboran di lapangan dan mengacu padaciri stratigrafi regional, maka seluruh daerah penyelidikan termasuk dalamFormasi Meliat (Tmm) dan Formasi Naintupo (Tomn) (lihat Gambar 2.4). AdapunFormasi Meliat dan Formasi Naintupo dapat diuraikan sebagai berikut:1. Formasi Meliat (Tmm).

    Formasi ini terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan serpihandengan sisipan batubara, berstruktur lapisan, bioturbasi dan mengandungbintal batugamping, kandungan fosil terdiri dari Globigerina bullodesobliquus, Opercilna sp, Flosculinella bernensis, berumur Miosen Tengah(Purnamaningsih, 1990). Formasi ini diduga diendapkan pada lingkunganlaut dangkal sampai delta atau paralik, dengan ketebalan 100-800 meter.Formasi Meliat ditindih selaras oleh Formasi Tabul (lihat Gambar 2.5).

    2. Formasi Naintupo (Tomn).Formasi ini terdiri dari perselingan napal, batupasir, dan batulempungdengan sisipan batugamping dan konglomerat. Kandungan fosil terdiri dariForaminifera besar dan kecil yaitu Lepidocyclina sp, (Eulepidina)Ephipiodes Jones, dan Chapman, Lepidocyclina sp, SpiroclypeusMargartiatus (Schlumberger), Operculina sp, Lepidocyclina SumatrensisBrady, Cycloclypeus sp, Amphistegina sp, Globigerina CF Selli danEponides. Formasi ini berumur Oligosen-Miosen Awal dan diendapkan didaerah laut dangkal (Purnamaningsih, 1990). dengan ketebalan sekitar500-700 meter. Lokasinya di Naintupo daerah Tidung, Sebuku KalimantanUtara. Formasi ini ditindih secara selaras oleh Formasi Meliat (lihatGambar 2.5).

  • 8Gambar 2.4Peta Geologi Wilayah Penelitian

    Kemungkinan adanya lapisan batubara di daerah diperoleh berdasarkan informasidari singkapan yang diperoleh di lapangan. Pemetaan geologi permukaan didaerah penelitian belum dilakukan secara detil. Kegunaan peta geologi adalah

  • 9untuk mengetahui secara jelas struktur geologi yang berkembang, sehinggamemudahkan untuk perancangan tambang terutama untuk rancangan kemantapanlereng.

    Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT. Dewa Ruci MandiriGambar 2.5

    Stratigrafi Wilayah Penelitian

    2.3.3 Struktur Geologi.Berdasarkan peta geologi regional, Kabupaten Nunukan Utara termasuk

    kedalam cekungan Kalimantan Timur atau yang biasa dikenal juga dengansebutan Cekungan Tarakan (IBS, 2006). Cekungan Tarakan berlangsung dalambeberapa tahapan yang mempengaruhi pengendapan sedimen pada area tersebut.Konfigurasi secara struktural sudah dimulai oleh rifting sejak eosen awal,menyebabkan perkembangan dari graben-graben dan horst-horst yangtersesarkan. Pada graben-graben ini terdapat sedimen-sedimen tertua pada sub-

  • 10

    cekungan ini, seperti Formasi Subsembakung yang terkompaksi kuat.Secara Geologis daerah penelitian terletak di dalam zona Cekungan

    Tarakan dengan Sub Cekungan Tidung. Bagian utara dibatasi oleh tinggiansemporna yang terletak sedikit di utara perbatasan Indonesia-Malaysia. Sebelahselatan Punggungan Mangkalihat memisahkan Cekungan Tarakan dan CekunganKutai. Arah barat dari cekungan meliputi kawasan daratan sejauh 60-100km daritepi pantai, formasi-formasi tersier secara berturut-turut dari yang muda sampai keyang tua tersingkap mendekati kompleks batuan pra-tersier yang terlipat kuat didaerah Tinggian Kuching. Arah timur batas cekungan belum diketahui denganpasti.

    Struktur geologi yang terbentuk di daerah penelitian adalah struktur sesar,baik sesar mayor, maupun sesar minor. Arah sesar mayor adalah relatif barat-timur hingga baratdaya-timurlaut. Struktur geologi umum Sungai Semayam-Simenggaris berupa perlipatan (Sinklin Simenggaris) dan sesar-sesar mendatarMenganan Semayam, daerah penelitian dipengaruhi oleh sistem sesar mendatarmengiri yang terletak relatif di utara dan selatan daerah penelitian, sehingga gaya-gaya yang bekerja menghasilkan perlipatan dan sesar-sesar mendatar.2.4 Kondisi Umum Daerah Penelitian7)

    Status yang dimiliki oleh PT Dewa Ruci Mandiri adalah tahap operasiproduksi. Kegiatan penambangan sudah dilakukan oleh PT Dewa Ruci Mandirisejak tahun 2009 pada areal konsesi I (581Ha), jumlah batubara yang telahdiambil sebesar 582.135ton dengan produksi 15.000ton/bulan. Selain kegiatanoperasi produksi, PT Dewa Ruci Mandiri juga telah melakukan kegiataneksplorasi pada areal konsesi II (149,9Ha) berupa pemetaan singkapan danpemboran. Berdasarkan hasil pemodelan data singkapan dan pemboran yang telahdilakukan, PT Dewa Ruci Mandiri memiliki 8 seam batubara yaitu seam A, B, C,D, P, P1, E, dan F.

    Sesuai dengan hasil survei lapangan dan kegiatan pemboran eksplorasipada pit 1 terdapat satu seam batubara, yaitu seam F. Ketebalan seam F berkisarantara 0,32-1,48m dengan arah umum penyebaran relatif selatan-utara, dengankemiringan (dip) 8-150 ke arah timur, dan memiliki nilai kalori 7.282-7.344kal/gr(adb). Overburden pada pit 1 terdiri dari batupasir dan batulempung.

  • 11

    BAB IIIDASAR TEORI

    3.1 Penaksiran Cadangan Menggunakan Perangkat Lunak Minescape1)

    Untuk melakukan perhitungan volume cadangan menggunakan perangkatlunak minescape, dibutuhkan data-data yang nantinya akan diolah yaitu:a. Data topografi berupa data hasil survey lapangan yang masih berupa

    koordinat (easting dan northing) dan ketinggian.b. Data pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor,

    elevasi titik bor, kedalaman lubang bor, ketebalan dan nama seambatubara.

    c. Data pemboran litologi, yang meliputi: nama titik bor, kedalaman lapisanatas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), nama seam batubara, dankode litologi.

    d. Koordinat batas wilayah penambangan.Pengolahan data dimulai dengan pembuatan model topografi dengan

    memasukan data dari lapangan berupa titik-titik koordinat dan ketinggian daerahpenelitian, kemudian dilakukan interpolasi data sehingga terbentuk garis-gariskontur yang selanjutnya dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membuattriangle file topografi.

    Setelah pembuatan model topografi, dilanjutkan dengan pemodelanendapan batubara dengan mengolah data pemboran collar dan pemboran litologi,yang menghasilkan gambaran subcrop lines batubara berupa garis-garis yangmenghubungkan out crop dengan bagian floor batubara pada lapisan di bawahtopografi. Subcrop lines ini berguna untuk menentukan arah dan batas daripenyebaran batubara. Pemodelan geologi selanjutnya dilakukan dengan membuatkontur struktur batubara lapisan atas (roof) dan lapisan bawah (floor) kemudiandilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk triangle file dari roof danfloor.

  • 12

    Penaksiran cadangan batubara menggunakan perangkat lunak minescapedilakukan dengan membatasi daerah penaksiran yaitu daerah di dalam bataswilayah penambangan yang memiliki nilai stripping ratio kurang dari nilaimaksimal yang ditentukan dengan menggambarkan polygon pembatas, kemudiandilakukan projection dari polygon tersebut menjadi bentuk desain geometripenambangan berupa pit. Pit ini selanjutnya dilakukan pemodelan tiga dimensidengan membuat triangle file dari pit tersebut.

    Penaksiran jumlah volume lapisan tanah penutup (overburden) dan volumebatubara menggunakan metode reserve triangle by triangle pada minescape.Metode penaksiran cadangan ini menggunakan triangle files yang sudah dibuatsebelumnya (topografi, floor, roof, dan pit). Triangle files diekstrak sehinggadidapat data X, Y dan Z dari masing-masing triangle files yang jumlahnya sangatbanyak. Proses ini dilakukan dengan membuat suatu jaring segitiga yangmenghubungkan tiga titik berdekatan (lihat Gambar 3.1). Segitiga tersebut berupasegitiga sembarang dan menghubungkan setiap data titik asli, sehingga tidak adasegitiga yang saling berpotongan dengan segitiga lainnya. Hal ini memungkinkanuntuk menghitung volume antara suatu triangle file dengan triangle file lainnya.

    sumber: penulisGambar 3.1

    Triangulasi Topografi

    Volume pit dihitung dengan membagi daerah yang dibatasi permukaanatas triangle file topografi (lihat Gambar 3.1) dan permukaan bawah triangle filepit penambangan menjadi prisma-prisma triangular (lihat Gambar 3.2), sedangkanuntuk menghitung volume seam dibatasi dengan permukaan atas triangle file roofdan permukaan bawah triangle file floor dari seam tersebut.

  • 13

    Perhitungan volume dilakukan dengan menghitung luas permukaan darisegitiga hasil triangulasi (lihat persamaan 3.1), kemudian dilakukan perhitungannilai dari tebal rata-rata dari prisma triangular (lihat persamaan 3.2), nilai volumedidapat dari hasil perkalian dari luas segitiga dikalikan dengan tebal rata-rata(lihat persamaan 3.3).

    Hasil dari perhitungan cadangan ini berupa report file yang didalamnyaterdapat berbagai informasi seperti luas area pit, ketebalan overburden, ketebalanseam, volume overburden, volume seam, dan tonase batubara terbongkar.

    sumber: penulisGambar 3.2

    Prisma-Prisma Triangular= = ( )( ) 1 2 ( )( ) 1 2 ( )( )1 2 ( )( )= ( )( ) 1 2 ,, ........................ (3.1)= ........................................................................................................... (3.2)= ............................................................................................. (3.3)

    Tampak Atas

  • 14

    3.2 Rancangan Teknis Penambangan3.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penambangan4).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan yakni:a. Kondisi topografi

    kondisi topografi lokasi penambangan merupakan salah satu parameterpenting dalam pemilihan metode penambangan batubara secara terbuka.Metode penambangan yang diterapkan untuk kondisi topografi yangberupa perbukitan akan berbeda dengan metode penambangan yangditerapkan untuk kondisi topografi yang relatif datar.

    b. Kondisi endapan batubarakondisi endapan batubara akan mempengaruhi pemilihan metodepenambangan, bentuk endapan batubara, kemiringan endapan batubaraserta kedalaman dari endapan batubara yang akan berpengaruh terhadapketebalan lapisan overburden.

    c. Ketebalan lapisan overburden dan interburdenendapan batubara yang terletak cukup dalam akan menyebabkan lapisanoverburden atau interburden pada daerah penambangan menjadi tebal.Lapisan overburden yang tebal akan mempengaruhi pemilihan metodepenambangan terutama menyangkut batas endapan batubara yang masihdapat ditambang secara ekonomis.

    3.2.2 Metode Penambangan Strip Mine4).Strip Mine merupakan tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada

    endapan batubara yang lapisannya mendatar dan dekat dengan permukaan tanah.Metode ini diterapkan di banyak tempat salah satunya di Garzweiler, Jerman (lihatGambar 3.3). Alat yang digunakan dapat berupa alat yang bersifat mobile atau alatpenggalian yang dapat membuang sendiri seperti bucket wheel excavator dandragline. Untuk pemilihan metode ini perlu diperhatikan bahwa:a. Bahan galian relatif mendatar dan cukup kompak.b. Bahan galian tabular, berlapis.c. Kemiringan relatif (lebih cocok untuk horizontal atau sedikit miring).d. Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung break even stripping ratio dan

    teknologi peralatan yang digunakan).

  • 15

    sumber: Google, coal mining at Garzweiler, GermanyGambar 3.3

    Metode Strip Mining3.2.3 Parameter-parameter Rancangan Penambangan2).a. Kondisi topografi

    kondisi topografi lokasi penambangan merupakan satu parameter pentingdalam rancangan penambangan batubara. Metode penambangan yangditerapkan untuk kondisi topografi yang berupa perbukitan akan berbedadengan metode penambangan yang diterapkan untuk kondisi topografiyang datar.

    b. Kemiringan jenjangpada awalnya sebuah desain pit dibuat dengan overall slope sebesar 45dan kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi geoteknik dari materialyang ada dalam pit tersebut. Menurut Robert, Hook and Fish (1972)sebaiknya kemiringan lereng kurang dari 60 pada kedalaman 65m dankurang dari 40 pada kedalaman 300m.

    c. Tinggi jenjangmenurut Kepmen Pertambangan dan Energi No.555.K/26/M.Pe/1995,tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yangmengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus :

    (i) Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual.(ii) Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara mekanik.(iii) Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan dengan menggunakan

    clamshell, dragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis kecualimendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

    d. Lebar jenjanglebar jenjang ditentukan berdasarkan faktor keamanan. Tujuan pembuatanjenjang adalah untuk menahan tanah atau batuan yang runtuh.

  • 16

    Pembersihan berkala pada jenjang ini dilakukan menggunakan bulldozerkecil atau motor grader.

    e. Kedalaman pit bottompenentuan pit bottom (dasar pit) dipengaruhi oleh banyak faktor, sepertinaiknya biaya produksi dan pengangkutan, nilai bahan galian yangditambang, ukuran dan jumlah cadangan, serta kapasitas produksi. Bataskedalaman penambangan dapat dioptimalkan menggunakan prosedur-prosedur optimalisasi design seperti Lerchs and Grossman.

    f. Jalan angkut (haul road)faktor ini biasanya mengikuti proses design setelah kedalaman pit bottomdidefinisikan. Jalan angkut dirancang mulai pit bottom (jenjang palingatas) kemudian mengikuti naiknya (turun) jenjang ke arah permukaan (pitbottom) dengan gradien (kemiringan) berkisar antara 8-10%. Jalan angkutini dapat berupa jalan lingkar yang melingkar keatas melalui dinding pitatau hanya melalui salah satu dinding pit (kemungkinan dikarenakankekuatan material pada dinding tersebut).

    3.2.4 Rancangan Geometri Penambangan2).Geometri penambangan meliputi lebar, panjang, dan tinggi jenjang.

    Ukuran panjang dan lebar jenjang ditentukan oleh metode pembongkaran material(menggunakan alat mekanis atau peledakan), pola gerak alat muat dan alat angkut,letak alat muat dan alat angkut yang digunakan dalam waktu yang bersamaanpada saat penambangan, sasaran produksi, serta rencana pemanfaatan lahan bekastambang. Dimensi jenjang akan mempengaruhi jumlah bahan galian yang dapatditambang, kestabilan lereng dan keamanan penambangan.

    Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan geometripenambangan:a. Tinggi jenjang disesuaikan dengan rencana geometri peledakan yang

    diterapkan atau jangkauan alat galinya. Tinggi jenjang adalah jarak yangdiukur tegak lurus dari lantai jenjang (toe) hingga ujung jenjang bagianatas (crest). Tinggi jenjang yang dibuat sangat dipengaruhi oleh sifat fisikdan mekanik batuan, rencana dimensi pembongkaran, serta peralatanmekanis yang digunakan.

  • 17

    b. Lebar jenjang disesuaikan dengan sasaran produksi dan keadaan topografilokasi penambangan. Lebar jenjang adalah jarak horizontal yang diukurdari ujung lantai jenjang sampai batas belakang lantai jenjang. Lebarminimum yang akan dibuat harus dapat menampung material hasilbongkaran/peledakan dan peralatan yang digunakan. Lebar jenjangminimum sangat dipengaruhi:1. Jenis dan kemampuan alat mekanis.2. Posisi kerja dari peralatan yang beroperasi di lantai yang sama.3. Lebar dari tumpukan material hasil pembongkaran.4. Pemanfaatan lahan bekas tambang.5. Target produksi yang harus dicapai.Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal,

    dan lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Bagian-bagian jenjang adalahsebagai berikut:a. Crest dan toe

    merupakan bagian tepi atas (crest) dan bagian tepi bawah (toe). Crest padajenjang penambangan yang berada pada bagian jalan (ramp) umumnyadiberi timbunan tanah untuk pengaman (safety berm) (lihat Gambar 3.4).

    sumber: googleGambar 3.4

    Bagian-Bagian Jenjangb. Jenjang kerja (working bench)

    jenjang kerja merupakan bagian dari jenjang yang berfungsi sebagaitempat bekerja bagi peralatan tambang (lihat Gambar 3.5).

  • 18

    sumber: googleGambar 3.5

    Working Bench dan Safety Benchc. Overall slope angle

    merupakan sudut kemiringan dari keseluruhan jenjang yang dibuat padafront (muka kerja) penambangan. Kemiringan ini diukur dari crest palingatas sampai dengan toe paling akhir dari front penambangan (lihat Gambar3.6).

    sumber: googleGambar 3.6

    Overall Slope AngleMetode penggambaran jenjang penambangan dapat dilakukan dengan

    beberapa cara, antara lain:a. Penggambaran garis ketinggian lantai (toe) dan atap (crest) menggunakan

    dua jenis garis, misalnya tipis dan tebal, putus-putus dan penuh atau duawarna yang berbeda. Gambar peta yang dihasilkan cenderung lebih rumit(lihat Gambar 3.7).

    b. Penggambaran mengunakan ketinggian titik jenjang (bench centerline

  • 19

    drawing) untuk mewakili suatu jenjang, sehingga hanya diperlukan satugaris saja untuk menggambarkan suatu jenjang di peta. Letak kontur initepat ditengah-tengah antara lokasi toe dan crest.

    c. Penggambaran garis-garis kontur di luar pit ditandai dengan elevasisebenarnya dan kontur di dalam pit digambarkan menggunakan garis crestdan toe dengan membedakan warna garis crest dan toe tersebut.

    sumber: googleGambar 3.7

    Penggambaran Crest dan Toe3.3 Rancangan Timbunan4)

    Perancangan timbunan merupakan upaya penentuan lokasi timbunan,kapasitas volume atau tonasenya, metode penimbunan, dan waktu pelaksanaannya,baik untuk material yang berharga (stockyard dan stockpile) maupun tidakberharga (waste dump).

    Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidakberharga harus mempertimbangkan parameter rancangan timbunan, antara lain:a. Sudut lereng timbunan (angle of repose).

    Batuan kering ROM (run of mine) pada umumnya mempunyai angle ofrepose 34370. Sudut ini dipengaruhi tinggi timbunan, ketidakteraturanbongkah batuan dan kecepatan dumping.

    b. Faktor pengembangan material (swell factor).Faktor pengembangan sangat dipengaruhi oleh metode pembongkarannyadan jenis materialnya. Swell factor untuk batuan keras pada umumnyabernilai 30-45% yaitu 1m3 material insitu akan mengembang menjadi 1,3

  • 20

    1,45m3 material lepas (loose material). Loose material dapat dipadatkansekitar 515% menggunakan compactor. Material yang ditumpahkan olehdump truck akan menjadi lebih kompak (padat) bila dibandingkan materialyang ditumpahkan oleh belt conveyor.

    c. Jarak dari pit limit.Jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk suatu jalan angkutantara pit limit dan lokasi timbunan. Kestabilan pit akibat adanya timbunanharus diperhitungkan. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman pitakan mengurangi resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng.

    d. Tanjakan ke arah puncak (crest) waste dump.Menurut Bohnet dan Kunze dalam Waterman SB (2011)merekomendasikan sedikit tanjakan ke arah dump crest denganpertimbangan penyaliran dan keamanan. Limpasan air hujan dirancangmenjauhi crest. Dump truck harus menggunakan tenaga mesin untukmenuju crest dan bukan meluncur bebas, hal ini akan mengurangi resikokendaraan yang diparkir meluncur dari puncak waste dump.

    3.3.1 Lokasi Penimbunan.Penentuan lokasi penimbunan material didasarkan pada jenis material

    yang ditimbun dan maksud dari penimbunan material. Berdasarkan jenis materialdan maksud penimbunannya, lokasi penimbunan antara lain:a. Stockpile

    merupakan suatu timbunan yang digunakan untuk menyimpan materialberharga yang akan diolah atau material berharga yang akan digunakankembali.

    b. Stockyardmerupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan batubara yangtelah diproses (crushing and washing) dan batubara yang akan dijual.stockyard biasanya terletak dekat dengan pelabuhan.

    c. Waste dumpmerupakan suatu timbunan yang digunakan untuk menimbun materialoverburden atau material tidak berharga yang harus digali dari lokasipenambangan untuk memperoleh material berharga. Waste dump biasanya

  • 21

    ditempatkan di daerah yang tidak dilakukan kegiatan penambangan atau diarea bekas penambangan pada metode back filling. Pemilihan lokasi dariwaste dump dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lokasi dan ukuran pit,topografi, volume overburden, batas konsesi pertambangan, persyaratanreklamasi, dan peralatan penanganan material.

    3.3.2 Jenis Timbunan.Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidak

    berharga, dapat dilakukan dengan beberapa jenis timbunan, antara lain:a. Valley fill atau crest dump.

    Jenis timbunan valley fill atau crest dump (lihat Gambar 3.8) dapatditerapkan di daerah yang mempunyai topografi curam. Dalam pembuatantimbunan perlu ditetapkan elevasi puncaknya (crest) sehingga truk yangmembawa muatan berjalan menuju elevasi tersebut dan menumpahkanmuatan ke lembah membentuk timbunan berdasarkan angle of repose.Jarak pengangkutan truk pada awal penambangan akan lebih panjang.Pemadatan diperlukan untuk memenuhi persyaratan reklamasi.

    sumber: googleGambar 3.8

    Valley Fill atau Crest Dumpb. Terrace dump atau timbunan yang dirancang ke atas (dalam lift).

    Jenis timbunan terrace dump (lihat Gambar 3.9) diterapkan jika kondisitopografinya tidak begitu curam. Jenis timbunan ini dibangun dari bawahke atas dengan tinggi lift disesuaikan dengan rekomendasi jenjangpenimbunan. Kerugian cara ini adalah jarak angkut yang lebih panjanguntuk perluasan lift pada saat memulai suatu lift baru. Keuntungan darijenis timbunan ini, lift-lift yang dibangun berikutnya terletak lebih ke

    21

    ditempatkan di daerah yang tidak dilakukan kegiatan penambangan atau diarea bekas penambangan pada metode back filling. Pemilihan lokasi dariwaste dump dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lokasi dan ukuran pit,topografi, volume overburden, batas konsesi pertambangan, persyaratanreklamasi, dan peralatan penanganan material.

    3.3.2 Jenis Timbunan.Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidak

    berharga, dapat dilakukan dengan beberapa jenis timbunan, antara lain:a. Valley fill atau crest dump.

    Jenis timbunan valley fill atau crest dump (lihat Gambar 3.8) dapatditerapkan di daerah yang mempunyai topografi curam. Dalam pembuatantimbunan perlu ditetapkan elevasi puncaknya (crest) sehingga truk yangmembawa muatan berjalan menuju elevasi tersebut dan menumpahkanmuatan ke lembah membentuk timbunan berdasarkan angle of repose.Jarak pengangkutan truk pada awal penambangan akan lebih panjang.Pemadatan diperlukan untuk memenuhi persyaratan reklamasi.

    sumber: googleGambar 3.8

    Valley Fill atau Crest Dumpb. Terrace dump atau timbunan yang dirancang ke atas (dalam lift).

    Jenis timbunan terrace dump (lihat Gambar 3.9) diterapkan jika kondisitopografinya tidak begitu curam. Jenis timbunan ini dibangun dari bawahke atas dengan tinggi lift disesuaikan dengan rekomendasi jenjangpenimbunan. Kerugian cara ini adalah jarak angkut yang lebih panjanguntuk perluasan lift pada saat memulai suatu lift baru. Keuntungan darijenis timbunan ini, lift-lift yang dibangun berikutnya terletak lebih ke

    21

    ditempatkan di daerah yang tidak dilakukan kegiatan penambangan atau diarea bekas penambangan pada metode back filling. Pemilihan lokasi dariwaste dump dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lokasi dan ukuran pit,topografi, volume overburden, batas konsesi pertambangan, persyaratanreklamasi, dan peralatan penanganan material.

    3.3.2 Jenis Timbunan.Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidak

    berharga, dapat dilakukan dengan beberapa jenis timbunan, antara lain:a. Valley fill atau crest dump.

    Jenis timbunan valley fill atau crest dump (lihat Gambar 3.8) dapatditerapkan di daerah yang mempunyai topografi curam. Dalam pembuatantimbunan perlu ditetapkan elevasi puncaknya (crest) sehingga truk yangmembawa muatan berjalan menuju elevasi tersebut dan menumpahkanmuatan ke lembah membentuk timbunan berdasarkan angle of repose.Jarak pengangkutan truk pada awal penambangan akan lebih panjang.Pemadatan diperlukan untuk memenuhi persyaratan reklamasi.

    sumber: googleGambar 3.8

    Valley Fill atau Crest Dumpb. Terrace dump atau timbunan yang dirancang ke atas (dalam lift).

    Jenis timbunan terrace dump (lihat Gambar 3.9) diterapkan jika kondisitopografinya tidak begitu curam. Jenis timbunan ini dibangun dari bawahke atas dengan tinggi lift disesuaikan dengan rekomendasi jenjangpenimbunan. Kerugian cara ini adalah jarak angkut yang lebih panjanguntuk perluasan lift pada saat memulai suatu lift baru. Keuntungan darijenis timbunan ini, lift-lift yang dibangun berikutnya terletak lebih ke

  • 22

    belakang sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle)mendekati sudut yang dibutuhkan untuk reklamasi.

    sumber: googleGambar 3.9

    Terrace Dump

    3.3.3 Cara Penimbunan.Material dibawa ke lokasi penimbunan yang sudah ditentukan kemudian

    ditangani oleh alat bantu untuk melakukan penempatan dan pemadatannya. Alatbantu dalam kegiatan ini adalah bulldozer. Bulldozer akan menggusur overburdenyang telah ditumpahkan oleh dump truck. Pada pelaksanaannya, bulldozer bekerjadengan beberapa cara sesuai kondisi yang ada, antara lain:a. Down hill dozing.

    Pada metode ini bulldozer selalu mendorong ke bawah, jadi mengambilkeuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan(lihat Gambar 3.10).

    Gambar 3.10Down Hill Dozing7)

    b. High wall atau float dozing.Bulldozer menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galianmenjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng curam. Sebelum

    22

    belakang sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle)mendekati sudut yang dibutuhkan untuk reklamasi.

    sumber: googleGambar 3.9

    Terrace Dump

    3.3.3 Cara Penimbunan.Material dibawa ke lokasi penimbunan yang sudah ditentukan kemudian

    ditangani oleh alat bantu untuk melakukan penempatan dan pemadatannya. Alatbantu dalam kegiatan ini adalah bulldozer. Bulldozer akan menggusur overburdenyang telah ditumpahkan oleh dump truck. Pada pelaksanaannya, bulldozer bekerjadengan beberapa cara sesuai kondisi yang ada, antara lain:a. Down hill dozing.

    Pada metode ini bulldozer selalu mendorong ke bawah, jadi mengambilkeuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan(lihat Gambar 3.10).

    Gambar 3.10Down Hill Dozing7)

    b. High wall atau float dozing.Bulldozer menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galianmenjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng curam. Sebelum

    22

    belakang sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle)mendekati sudut yang dibutuhkan untuk reklamasi.

    sumber: googleGambar 3.9

    Terrace Dump

    3.3.3 Cara Penimbunan.Material dibawa ke lokasi penimbunan yang sudah ditentukan kemudian

    ditangani oleh alat bantu untuk melakukan penempatan dan pemadatannya. Alatbantu dalam kegiatan ini adalah bulldozer. Bulldozer akan menggusur overburdenyang telah ditumpahkan oleh dump truck. Pada pelaksanaannya, bulldozer bekerjadengan beberapa cara sesuai kondisi yang ada, antara lain:a. Down hill dozing.

    Pada metode ini bulldozer selalu mendorong ke bawah, jadi mengambilkeuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan(lihat Gambar 3.10).

    Gambar 3.10Down Hill Dozing7)

    b. High wall atau float dozing.Bulldozer menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galianmenjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng curam. Sebelum

  • 23

    seluruh tanah habis meluncur ke lereng, bulldozer harus direm agar tidakterjungkir (lihat Gambar 3.11).

    Gambar 3.11Float Dozing7)

    c. Trench atau sloat dozing.Bulldozer yang menggusur melalui satu jalan yang sama akanmenyebabkan terbentuk semacam dinding pada kiri dan kanan bilah yangdisebut spillages, sehingga pada pendorongan tanah berikutnya tidak adatanah yang keluar dari samping bilah (lihat Gambar 3.12).

    Gambar 3.12Trench Dozing7)

    3.4 Rancangan Jalan Angkut2)

    Pada umumnya pola akses material tambang dibagi menjadi dua, yaitupengangkutan overburden ke lokasi penimbunanan (waste dump) danpengangkutan batubara ke lokasi pengolahan (crushing plan). Akses material inimemerlukan rancangan jalan angkut. Ada beberapa geometri jalan angkut yangharus dipenuhi untuk menunjang kelancaran kegiatan pengangkutan.3.4.1 Lebar Jalan.

    Lebar jalan angkut dibagi dua, yaitu :a. Lebar pada jalan lurus.

    Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan padaRule of Thumb yang dikemukakan AASHTO (American Association of State

    23

    seluruh tanah habis meluncur ke lereng, bulldozer harus direm agar tidakterjungkir (lihat Gambar 3.11).

    Gambar 3.11Float Dozing7)

    c. Trench atau sloat dozing.Bulldozer yang menggusur melalui satu jalan yang sama akanmenyebabkan terbentuk semacam dinding pada kiri dan kanan bilah yangdisebut spillages, sehingga pada pendorongan tanah berikutnya tidak adatanah yang keluar dari samping bilah (lihat Gambar 3.12).

    Gambar 3.12Trench Dozing7)

    3.4 Rancangan Jalan Angkut2)

    Pada umumnya pola akses material tambang dibagi menjadi dua, yaitupengangkutan overburden ke lokasi penimbunanan (waste dump) danpengangkutan batubara ke lokasi pengolahan (crushing plan). Akses material inimemerlukan rancangan jalan angkut. Ada beberapa geometri jalan angkut yangharus dipenuhi untuk menunjang kelancaran kegiatan pengangkutan.3.4.1 Lebar Jalan.

    Lebar jalan angkut dibagi dua, yaitu :a. Lebar pada jalan lurus.

    Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan padaRule of Thumb yang dikemukakan AASHTO (American Association of State

    23

    seluruh tanah habis meluncur ke lereng, bulldozer harus direm agar tidakterjungkir (lihat Gambar 3.11).

    Gambar 3.11Float Dozing7)

    c. Trench atau sloat dozing.Bulldozer yang menggusur melalui satu jalan yang sama akanmenyebabkan terbentuk semacam dinding pada kiri dan kanan bilah yangdisebut spillages, sehingga pada pendorongan tanah berikutnya tidak adatanah yang keluar dari samping bilah (lihat Gambar 3.12).

    Gambar 3.12Trench Dozing7)

    3.4 Rancangan Jalan Angkut2)

    Pada umumnya pola akses material tambang dibagi menjadi dua, yaitupengangkutan overburden ke lokasi penimbunanan (waste dump) danpengangkutan batubara ke lokasi pengolahan (crushing plan). Akses material inimemerlukan rancangan jalan angkut. Ada beberapa geometri jalan angkut yangharus dipenuhi untuk menunjang kelancaran kegiatan pengangkutan.3.4.1 Lebar Jalan.

    Lebar jalan angkut dibagi dua, yaitu :a. Lebar pada jalan lurus.

    Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan padaRule of Thumb yang dikemukakan AASHTO (American Association of State

  • 24

    Highway and Transportation Official). (lihat persamaan 3.4)= (( + 1)(0,5 ))............................................. (3.4)Keterangan :

    Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m).n = Jumlah jalur.Wt = Lebar alat angkut total (m).

    Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur, nilai 0,5artinya adalah lebar dari alat angkut yang digunakan dari ukuran aman masing-masing kendaraan di tepi kiri-kanan jalan (lihat Gambar 3.13).

    Gambar 3.13Rancangan Lebar Jalan Angkut Dua Jalur2)

    b. Lebar pada jalan tikungan.Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada

    jalan lurus (lihat Gambar 3.14). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungandihitung berdasarkan pada:1. Lebar jejak ban alat angkut.2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan

    belakang pada saat membelok.3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.4. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.

    Gambar 3.14Lebar Jalan pada Tikungan2)

    24

    Highway and Transportation Official). (lihat persamaan 3.4)= (( + 1)(0,5 ))............................................. (3.4)Keterangan :

    Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m).n = Jumlah jalur.Wt = Lebar alat angkut total (m).

    Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur, nilai 0,5artinya adalah lebar dari alat angkut yang digunakan dari ukuran aman masing-masing kendaraan di tepi kiri-kanan jalan (lihat Gambar 3.13).

    Gambar 3.13Rancangan Lebar Jalan Angkut Dua Jalur2)

    b. Lebar pada jalan tikungan.Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada

    jalan lurus (lihat Gambar 3.14). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungandihitung berdasarkan pada:1. Lebar jejak ban alat angkut.2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan

    belakang pada saat membelok.3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.4. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.

    Gambar 3.14Lebar Jalan pada Tikungan2)

    24

    Highway and Transportation Official). (lihat persamaan 3.4)= (( + 1)(0,5 ))............................................. (3.4)Keterangan :

    Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m).n = Jumlah jalur.Wt = Lebar alat angkut total (m).

    Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur, nilai 0,5artinya adalah lebar dari alat angkut yang digunakan dari ukuran aman masing-masing kendaraan di tepi kiri-kanan jalan (lihat Gambar 3.13).

    Gambar 3.13Rancangan Lebar Jalan Angkut Dua Jalur2)

    b. Lebar pada jalan tikungan.Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada

    jalan lurus (lihat Gambar 3.14). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungandihitung berdasarkan pada:1. Lebar jejak ban alat angkut.2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan

    belakang pada saat membelok.3. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.4. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.

    Gambar 3.14Lebar Jalan pada Tikungan2)

  • 25

    Lebar jalan angkut pada tikungan dapat dihitung menggunakan persamaanberikut:

    W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ............................................................... (3.5)C = Z = (U + Fa + Fb) ..................................................................... (3.6)

    Keterangan :

    W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m).N = Jumlah jalur.U = Jarak jejak roda alat angkut (m).Fa = Lebar juntai depan (m).Fb = Lebar juntai belakang (m).C = Jarak antara dua alat angkut yang akan bersimpangan (m).Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m).3.4.2 Radius tikungan.

    Jari-jari tikungan berhubungan langsung dengan bentuk dan kontruksi alatangkut yang digunakan. Jari-jari tikungan jalan angkut perlu juga harus memenuhikeselamatan kerja di tambang atau memenuhi faktor keamanan yaitu jarakpandang bagi pengemudi di tikungan, baik horizontal maupun vertikal terhadapkedudukan suatu penghalang pada jalan tersebut yang diukur dari matapengemudi. Untuk kecepatan rencana 80km/jam berlaku f=-0,00065V+0,192dan untuk kecepatan rencana 80-112km/jam berlaku f=-0,00125V+0,24. Untukmengetahui jari-jari tikungan dapat digunakan persamaan berikut:

    R = V2 / [127(e + f)] ............................................................................. (3.7)Keterangan :

    R = jari-jari tikungan (m).V = kecepatan rencana (km/jam).e = superelevasi (m/m).f = koefisien gesekan.

    Untuk menentukan jari-jari tikungan minimum pada jalan angkut besarnyatergantung pada berat alat angkut yang akan melewati jalan angkut tersebut.Semakin berat alat angkut yang digunakan maka jari-jari tikungan yangdibutuhkan semakin besar. Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui radiusminimum tikungan berdasarkan berat kendaraan menurut Hustrulid(1995).

  • 26

    Tabel 3.1Radius Tikungan Minimum2)

    KlasifikasiBerat Kendaraan

    Berat Kendaraan(lbs)

    Radius TikunganMinimum

    (ft)1 < 100.000 192 100-200.000 243 200-400.000 314 >400.000 39

    3.4.3 Superelevasi.Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk

    oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaankemiringan. Tujuan dibuat superelevasi pada daerah tikungan jalan angkut yaituuntuk menghindari atau mencegah kendaraan tergelincir keluar jalan atauterguling atau berguna untuk mengimbangi gaya sentrifugal (gaya mendorongkeluar) sewaktu kendaraan melintasi tikungan, dan menambah kecepatan.Berdasarkan teori Atkinson D.I.C. pada kondisi jalan kering, nilai superelevasimemiliki harga maksimum yaitu 90mm/m sedangkan pada kondisi jalan penuhlumpur atau licin, nilai superelevasi terbesar adalah 60mm/m. Kemiringantikungan tersebut tergantung tajamnya tikungan dan kecepatan maksimalkendaraan yang diijinkan pada waktu melintasi tikungan. Secara matematiskemiringan tikungan jalan merupakan perbandingan antara tinggi jalan denganlebar jalan. Untuk menentukan besarnya kemiringan tikungan jalan dihitungberdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan dengan koefisien friksinya. Persamaanyang digunakan untuk menghitung superelevasi yaitu:

    tan = V/R.G...................................................................................... (3.8)Keterangan :

    V =Kecepatan kendaraan saat melewati tikungan.R =Radius tikungan.G =Gravitasi bumi (9,8m/s2).

    Besarnya nilai superelevasi untuk beberapa jari-jari tikungan denganberbagai variasi kecepatan alat angkut dapat bermacam-macam, untuk itupenentuan superelevasi selain dengan menggunakan rumus juga dapat dilakukandengan penggunaan tabel seperti ditunjukan pada Tabel 3.2.

  • 27

    Tabel 3.2Angka Superelevasi yang Direkomendasikan (meter/meter)2)

    Radius Kecepatan kendaraan (km/jam)Lingkaran (m) 24 32 40 48 >56

    15 4%30 4% 4%45 4% 4% 5%75 4% 4% 4% 6%90 4% 4% 4% 5% 6%180 4% 4% 4% 4% 5%300 4% 4% 4% 4% 4%

    Berdasarkan Tabel 3.2 terdapat angka superelevasi yang sama untukkecepatan dan jari-jari yang berbeda, hal ini disebabkan oleh nilai koefisien gesekyang berbeda untuk kombinasi kecepatan dan jari-jari tikungan, atau dengan katalain dapat dikatakan bahwa untuk melintasi tikungan dengan jari-jari tikungan dankecepatan yang berbeda, maka gaya sentrifugal yang dialami oleh alat angkut jugaakan berbeda. AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai superelevasiyaitu 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,010 dan 0,012 untuk kegiatan perencanaan. Daerahtambang yang topografinya berupa pegunungan umumnya mengambil nilai 0,02karena kendaraan bergerak relatif lambat.3.4.4 Kemiringan Melintang (Cross Slope).

    Untuk menghindari agar disaat hujan air tidak tergenang pada jalan, makapembuatan kemiringan melintang (cross slope) dilakukan dengan cara membuatbagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan (lihat gambar 3.15). Nilaiyang umum dari kemiringan melintang (cross slope) yang direkomendasikanadalah sebesar 20-40mm/m jarak bagian tepi jalan ke bagian tengah/pusat jalan.

    Gambar 3.15Kemiringan Melintang (Cross Slope) pada Jalan2)

  • 28

    3.4.5 Kemiringan Jalan pada Tanjakan.Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan salah satu faktor penting

    yang harus dicermati dalam suatu perancangan jalan tambang karena akanmempengaruhi kinerja alat angkut yang melewatinya. Kemiringan jalan angkut(lihat Gambar 3.16) biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan () 1%berarti jalan tersebut naik 1m pada jarak mendatar sejauh 100m. Kemiringan(grade) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

    Grade () = Arc Tgx

    h

    ...................................................................... (3.9)

    Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baikoleh alat angkut besarnya kurang dari 10%. Akan tetapi untuk jalan naik maupunturun pada daerah perbukitan, lebih aman menggunakan kemiringan jalanmaksimum sebesar 8%.

    sumber: googleGambar 3.16

    Kemiringan Jalan Angkut pada Tanjakan3.5 Penjadwalan Produksi 2)

    Proses penjadwalan produksi batubara dapat dilakukan setelah dilakukanpenaksiran seluruh cadangan batubara yang memenuhi stripping ratio. Penaksirancadangan batubara untuk penjadwalan produksi dilakukan dengan perhitunganmundur atau push back terhadap batasan wilayah penambangan (pit limit) yangtelah ditentukan. Hasil dari penaksiran jumlah volume lapisan tanah penutup(overburden), volume lapisan batuan antar seam batubara (interburden), danjumlah volume batubara untuk proses penjadwalan produksi disesuaikan dengantarget produksi dan kualitas batubara terutama kadar kalori.

    Berdasarkan perhitungan penjadwalan produksi diperoleh jumlah produksilapisan tanah penutup (overburden), lapisan batuan antar seam batubara(interburden), sehingga dapat dilakukan penjadwalan penimbunan waste dump,

    h

    x

    A B

    h = beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)x = jarak datar antara dua titik yang diukur (m) = sudut kemiringan jalan pada tanjakan (o)

  • 29

    dan dilakukan perancangan geometri waste dump secara bertahap untuk setiapperiodenya.

    Penjadwalan produksi tambang dinyatakan dalam periode waktu tertentuyang meliputi data: tonase batubara dan volume overburden), kualitas (kalori),dan pemindahan semua material dari tambang tersebut. Asumsi awal yangdiperlukan untuk menentukan penjadwalan produksi adalah:a. Tingkat produksi dapat berubah atau meningkat berdasarkan waktu.b. Penjadwalan sering dibuat untuk memenuhi target kualitas batubara bila

    terdapat kalori yang beragam.3.6 Peralatan Mekanis7)

    Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alattersebut ketika dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan.3.6.1 Produksi Alat Muat (Backhoe).

    Produksi alat muat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:= ....................................................................(3.10)Keterangan:

    Pm = Produksi alat muat (lcm/jam).Ctm = Waktu edar alat muat (menit).Cb = Kapasitas bucket alat muat (m3).Ff = Fill factor (%) (lihat Tabel 3.3).EU = Efisiensi kerja (%) (lihat Tabel 3.4).

    Tabel 3.3Fill Factor (PC78 ~ PC1800)7)

    Excavating Condition Ff

    Easy Excavating 1,1 ~ 1,2

    Average Excavating 1,0 ~ 1,1

    Rather Difficult Excavating 0,8 ~ 0,9

    Difficult Excavating 0,8 ~ 0,9

  • 30

    Tabel 3.4Job Efficiency Excavator7)

    Excavating Condition EU

    Good 0,83

    Average 0,75

    Rather Poor 0,67

    Poor 0,58

    3.6.2 Produksi Alat Angkut (Dump Truck).Produksi alat angkut dapat dihitung menggunakan persamaan:= ......................................................................(3.11)

    Keterangan:

    Pa = Produksi alat angkut (LCM/jam).Cta = Cycle time alat angkut (menit).Cb = Kapasitas bak(m3).Ff = Fill factor.

    KE = Efisensi kerja alat (%).n = Jumlah isian.

    3.6.3 Kebutuhan Alat.Kebutuhan alat mekanis dapat dihitung menggunakan persamaan:

    Jumlah alat yang dibutuhkan = .........................................(3.12)3.6.4 Faktor Keserasian Alat (Match Factor)7)

    Dalam pemilihan truck, kapasitas yang dipilih harus seimbang dengan alatmuatnya (4-5 kali curah). Jika perbandinganya kurang proporsional maka adakemungkinan alat muat banyak menunggu atau sebaliknya alat angkut yangmenunggu. Untuk menyatakan keserasian kerja antara alat muat dan alat angkutdapat dilakukan dengan cara menghitung faktor keserasian alat muat dan angkut(match factor) yaitu menggunakan persamaan:= ..........................................................................(3.13)Keterangan:

    Na = jumlah alat angkut, (buah).

  • 31

    Nm = jumlah alat muat, (buah).Ctm = waktu edar (cycle time) alat muat.Cta = waktu edar (cycle time) alat angkut.Nilai yang dihasilkan dari persamaan di atas akan disimpulkan menjadi 3, yaitu:a. MF1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerjakurang dari 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

    3.6.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat7)

    Faktorfaktor yang mempengaruhi produksi alat muat dan angkut:a. Waktu Edar.

    Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alatuntuk melakukan suatu daur kerja. Semakin kecil waktu edar alat, makaproduksinya akan semakin tinggi.1. Waktu edar alat muat.

    Untuk menghitung waktu edar alat muat berupa excavator dapatmenggunakan persamaan 3.14.Ctm = t1 + t2 + t3 + t4........................................................................(3.14)Keterangan:

    t1 = Waktu untuk menggali.

    t2 = Waktu untuk berputar dengan muatan.t3 = Waktu menumpahkan muatan ke dalam bak alat angkut.t4 = Waktu berputar tanpa muatan.

    2. Waktu edar alat angkut.Untuk menghitung waktu edar alat muat berupa dump truck dapatmenggunakan persamaan berikut:Cta = t1 + t2 + t3 + t4 + t5 + t6 ..........................................................(3.15)Keterangan:

    t1 = Waktu untuk mengambil posisi siap untuk dimuati (spooting).

  • 32

    t2 = Waktu diisi muatan.t3 = Waktu mengangkut muatan.

    t4 = Waktu mengambil posisi untuk menumpahkan.t5 = Waktu menumpahkan.t6 = Waktu kembali kosong.

    b. Kondisi Tempat Kerja.Tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat untuk pencapaian

    sasaran produksi tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitaspekerja yang berada di sekitarnya. Tempat kerja yang luas akan memperkecilwaktu edar alat karena tersedia cukup tempat untuk berbagai kegiatan, sepertikeleluasaan tempat untuk berputar, mengambil posisi sebelum melakukanpemuatan maupun untuk tempat penimbunan sehingga produksi dari alat mekanisdapat maksimal.c. Faktor Pengisian Alat Muat dan Alat Angkut

    Faktor pengisian (fill factor) alat muat dan alat angkut merupakanperbandingan antara volume isi nyata dari bucket atau bak truk dengan volumepada spesifikasi alat yang dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi faktorpengisian maka semakin tinggi volume nyata dari alat tersebut. Parameter yangmempengaruhi nilai dari faktor pengisian adalah kandungan air, ukuran material,kelengketan material dan keterampilan operator.Faktor pengisian dapat dihitung menggunakan persamaan:= 100% ................................................................................(3.16)Keterangan:

    Ff = Fill factor / faktor pengisian bucket (%).Vn = Volume bucket nyata (m3).Vt = Volume teoritis bucket berdasarkan spesifikasi (m3).

  • 33

    BAB IVRANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN

    Saat ini PT Dewa Ruci Mandiri telah melakukan kegiatan penambanganyang dimulai dari tahun 2009 dengan target produksi sebesar 15.000ton/bulandan striping ratio maksimum13:1. Dari hasil eksplorasi PT Dewa Ruci Mandiripada daerah penelitian, dijumpai 1 seam yakni seam F yang nantinya akandilakukan perancangan teknis penambangan pada daerah tersebut. Sebelummembuat rancangan teknis penambangan diperlukan beberapa hal yang perludiidentifikasi dan diamati, sehingga rencana teknis penambangan dapat dikerjakansecara realistis dan berkesinambungan dengan pekerjaanpekerjaan penambanganbaik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.

    4.1. Penaksiran Cadangan4.1.1 Pemodelan Topografi.

    Berdasarkan data koordinat lokasi WIUP PT Dewa Ruci Mandiri dapatdibentuk suatu poligon yang membatasi wilayah penambangan PT Dewa RuciMandiri dengan luas 149,9Ha.

    PT Dewa Ruci Mandiri akan melakukan penambangan di wilayahpenambangan 149,9Ha sebanyak empat pit; pit 1, pit 2, pit 3 dan pit 4. Sedangkanbatasan wilayah penelitian hanya pada pit 1 wilayah penambangan 149,9Hadengan luas 20,4Ha. Pemodelan permukaan topografi (surface topografi) hanyadilakukan pada daerah pit 1.

    Rona awal kontur permukaan dari daerah penelitian berupa perbukitanbergelombang lemah dengan ketinggian 36-63mdpl dan kemiringan lereng 5_35o.Data topografi diperoleh dengan melakukan pemetaan topografi. Hasil daripemetaan topografi berupa titik-titik koordinat dan ketinggian, kemudiandilakukan interpolasi menggunakan perangkat lunak minescape, sehinggamembentuk garis-garis kontur (lihat Lampiran P), dilanjutkan dengan pemodelanbentuk tiga dimensi, dengan pembuatan triangle file atau bidang-bidang yangmenghubungkan antar garis-garis kontur topografi.

  • 34

    Setelah dilakukan pemodelan tiga dimensi dari bentuk surface topografidaerah penelitian, maka diperoleh bidang yang kemudian akan digunakan sebagaipembatas dalam penaksiran cadangan maupun proyeksi model struktur geologibatubara di daerah penelitian.4.1.2 Pemodelan Geologi Lapisan Batubara.

    Seam batubara yang dilakukan pemodelan adalah seam F pada bagianyang memiliki ketebalan 0,5-1,48m, dengan arah umum penyebaran batubarayaitu relatif selatan-utara, dan kemiringan ke arah timur berkisar antara 8-150.Dalam perancangan tambang pada daerah penelitian tidak dilakukan pemodelanpada seam batubara yang memiliki ketebalan kurang dari 0,5m, hal inidikarenakan alat mekanis yang akan digunakan untuk melakukan pembongkarandan pemuatan batubara memiliki dimensi bucket yang lebarnya diatas 0,5m.

    PT Dewa Ruci Mandiri telah melakukan pemboran sebanyak 31 lubangbor untuk menganalisis lapisan endapan batubara di pit 1 (lihat Lampiran Q.1).Pemodelan dari endapan tersebut dilakukan dengan mengkorelasi danmemproyeksikan data pemboran menggunakan perangkat lunak minescape. Datapemboran yang dibutuhkan untuk pemodelan dibagi menjadi dua yakni:a. Data pemboran collar.

    Data pemboran collar, meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor,ketinggian titik bor, dan kedalaman lubang bor. Data survei berguna untukmemberikan informasi tentang lokasi titik-titik bor, sehingga dapatdigambarkan pada lokasi penelitian. Data collar akan dikorelasikandengan data pemboran litologi dengan indeks penghubung pada kolomnama lubang bor (lihat lampiran A.1).

    b. Data pemboran litologi.Data pemboran litologi meliputi: nama titik bor, batas kedalaman lapisanatas (roof), batas kedalaman lapisan bawah (floor), ketebalan seam, namaseam batubara yang didapat dari hasil log bor, dan kode litologi. Pada datalitologi pemboran, terdapat nama seam dan tebal lapisan serta kedudukanlapisan batubara yang akan diinterpretasikan hingga mendapatkan modelgeologi struktur endapan batubaranya (lihat lampiran A.2).Berdasarkan data pemboran collar dan litologi yang diperoleh, dapat

    ditentukan arah penyebaran batubara dan dilakukan pembatasan area penaksiran

  • 35

    cadangan batubara. Dalam penelitian kali ini, pemodelan geologi batubaramenggunakan perangkat lunak minescape, dan akan dihasilkan pemodelan berupakontur struktur dari floor batubara (lihat Lampiran R).

    Berikut adalah salah satu contoh bentuk model endapan batubara yangberada di pit 1 (lihat Gambar 4.1).

    Gambar 4.1Penampang Endapan Batubara (lihat lampiran Q.2)

    4.1.3 Pembatasan wilayah penaksiran.Dalam pembatasan wilayah daerah penelitian yang akan dilakukan

    penaksiran sumberdaya dan cadangan batubara, dengan menggambarkan poligonyang melingkupi subcrop line batubara dan daerah yang berbatasan dengankonsesi pertambangan PT Dewa Ruci Mandiri. Untuk melakukan penaksiransumberdaya yang lebih detil, dilakukan pembatasan yang berjarak 500m, 350m,dan 250m dari titik bor terluar. Pada jarak 250 m dari titik bor terluar, diperolehhasil penaksiran sumberdaya terukur (measured coal resource)(lihat Lampiran S).

    Penaksiran cadangan Batubara, dibatasi oleh pit limit penambangan dan pitbottom penambangan yang menghasilkan penaksiran cadangan terbukti (provedcoal resource). Untuk memenuhi standar sebagai cadangan terbukti harusdilakukan kajian kelayakan terhadap semua faktor terkait dan apabila telahterpenuhi maka hasil kajian dapat dinyatakan layak.4.1.4 Pembagian blok penaksiran.

    Pembagian blok penaksiran wilayah penelitian pertama kali dibagi menjadisatu blok besar (hasil dari pembatasan wilayah penaksiran cadangan batubara).Dengan menggunakan perangkat lunak minescape, pada daerah tersebut dilakukananalisis tingkat striping ratio yang telah ditentukan yaitu 13:1.

    Blok yang membatasi daerah penaksiran cadangan dibagi lagi menjadiblok-blok kecil berukuran 50mx50m, untuk menghasilkan perhitungan yang lebihdetil. Penamaan blok-blok ini diurutkan dari arah selatan ke utara menyesuaikan

  • 36

    dengan arah kemenerusan lapisan batubara (strike) dan dip. Penamaan blok ini,secara otomatis terbentuk pada saat pembuatan panel, strip dan block. Pada daerahpenelitian, penamaan panel dimulai dari P01-P13, dan penamaan strip dimulaidari S01-S04, sedangkan block merupakan perpotongan antara strip dan panel,sehingga nama block pertama kali ialah: S01P01, dan nama block kedua ialahS01P02 dan seterusnya (lihat Lampiran T). Penentuan elevasi batas bawah sebesar20mdpl, sedangkan batas atas pada 63mdpl yang merupakan topografi tertinggi.Perangkat lunak minescape mengakumulasi jumlah cadangan batubaraberdasarkan blok dan elevasi sehingga penjadwalan produksi batubara dapatdibuat dengan terperinci berdasarkan blok dan elevasi (lihat lampiran V).4.1.5 Hasil Penaksiran Cadangan Batubara.

    Pada klasifikasi sumberdaya yang mengacu pada amandemen 1- SNI 13-5014-1998. Tahap eksplorasi rinci, memperhatikan aspek geologi moderat, dandilakukan kajian kelayakan terhadap semua faktor terkait sebagai cadanganterbukti, maka klasifikasi sumberdaya batubara pada daerah penelitian dapatdinyatakan sebagai kategori cadangan terbukti dengan relative density batubararata-rata adalah 1,3ton/m3, diperoleh tonase batubara sebesar 135.684ton, denganjumlah overburden sebesar 1.476.511bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio11:1.

    4.2 Rancangan Teknis Penambangan4.2.1 Pemilihan Sistem Penambangan.

    Di wilayah penelitian yang memiliki bentuk bentang alam berupaperbukitan bergelombang lemah dengan ketinggian topografi berkisar antara 36-63mdpl dan kemiringan endapan batubara 8-15o, maka jenis penambangan yangcocok diterapkan di daerah ini adalah sistem tambang terbuka dengan metodestrip mine.

    4.2.2 Penentuan arah penambangan.Penentuan arah penambangan pada lokasi penelitian ini di mulai dari arah

    selatan ke utara. Hal ini ditentukan agar pada awal penambangan mempermudahdalam proses penimbunan overburden dengan metode crest dump ke wastedumparea yaitu pit 9 areal 581Ha yang terletak di sebelah baratdaya dari daerahpenelitian, dan pada akhir penambangan dapat dilakukan penimbunan overburden

  • 37

    dengan metode backfilling di bagian selatan dari rancangan penambangan pit 1.Ketebalan overburden pada bagian selatan rancangan bukaan tambang

    relatif lebih kecil dibandingkan bagian utara, sehingga proses pembongkaranbatubara dapat dilakukan lebih cepat dan target produksi pada awal penambangandapat tercapai.4.2.3 Geometri Lereng Penambangan.

    Pembuatan jenjang penambangan dilakukan pada semua bagian utara,timur dan selatan pit penambangan. Geometri jenjang penambangan dibuatberdasarkan rekomendasi studi geoteknik yang dilakukan PT Dewa Ruci Mandiri,yaitu untuk tinggi jenjang 10m, lebar jenjang akhir 4m, single slope 60o danoverall slope 50o (lihat Gambar 4.2).

    Gambar 4.2Dimensi Lereng Penambangan

    Rancangan teknis penambangan didasarkan pada topografi awal danbentuk endapan geologi batubara pada daerah penelitian denganmempertimbangkan faktor ruang kerja alat. Daerah yang direncanakan untukditambang harus dapat dijangkau oleh peralatan tambang yang digunakan dandapat bekerja secara aman dengan mempertimbangkan adanya jalan masuk kedaerah yang akan dilakukan penambangan.

    Tinggi JenjangLebar Jenjang

    Single slope

    Overall slope

  • 38

    4.2.4 Rancangan Bukaan Tambang (Pit Design).Dalam melakukan perancangan teknis penambangan akan dipengaruhi

    beberapa faktor penting antara lain:a. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang sebesar 10meter.b. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang sebesar 4meter.c. Sudut kemiringan jenjang keseluruhan (overall slope) yaitu 50.d. Sudut lereng jenjang (single slope) sebesar 600.e. Sasaran produksi batubara per bulan sebesar 15.000ton/bulan.f. Stripping ratio rata-rata 13:1.

    Rancangan penambangan diawali dengan merancang bentuk final pit,kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bentuk penambangan per bulan sesuaidengan kapasitas produksi per bulan. Rancangan bentuk penambangan yangdibuat harus mempertimbangkan faktor ruang kerja alat. Lokasi yangdirencanakan akan ditambang harus dapat dijangkau oleh alat mekanis, sehinggadiperlukan minimal satu jalan masuk (acces road) ke lokasi penambangan.4.2.5 Tahapan Kegiatan Penambangan.

    Tahapan kegiatan penambangan dalam sistem tambang terbuka denganmetode strip mine meliputi:a. Pembersihan lahan (land clearing).

    Kegiatan pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasilokasiyang akan ditambang secara tambang terbuka, karena vegetasi yang adamerupakan pohon-pohon dengan diameter kecil dan kebanyakan semakbelukar maka pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozeruntuk menggali dan mendorong dengan memanfaatkan blade dan tenagadorong yang besar.

    b. Pengupasan tanah penutup.Kegiatan pengupasan tanah penutup dalam kegiatan penambangandilakukan dalam beberapa pekerjaan antara lain :1) Pengupasan tanah pucuk (top soil).Pengupasan lapisan tanah pucuk yang banyak mengandung bahanbahanorganik hasil pelapukan yang menyuburkan tanah, dilakukan setelah landclearing. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan menggunakan excavatordan bulldozer. Lapisan top soil didorong dan dikumpulkan pada lokasi

  • 39

    tertentu dekat dengan daerah kegiatan bulldozer, kemudian dimuatmenggunakan excavator dan diangkut dengan dumptruck ke tempatpenyimpanan tanah pucuk. Timbunan tanah subur ini nantinyadimanfaatkan pada saat melakukan pekerjaan reklamasi.2) Penggalian dan pemindahan lapisan penutup.Penggalian tanah penutup dilakukan dengan menggunakan excavatordibantu dengan bulldozer apabila lapisannya keras. Untuk material lemahsampai sedang langsung dilakukan penggalian dan pemuatan kedumptruck. Bila ditemukan material keras terlebih dahulu diberai denganmenggunakan ripperdozer, kemudian digali dan dimuat dengan excavator.

    c. Penggalian Batubara (coal getting).Penggalian batubara akan dilakukan pada area yang terlebih dahulu telahdilakukan pengupasan lapisan tanah penutupnya. Penggalian batubaradilakukan sesuai dengan target produksi yaitu 15.000ton/bulanmenggunakan excavator.

    d. Pengangkutan.Pengangkutan overburden dan batubara dilakukan dengan menggunakandump truck yang kemudian dibawa menuju lokasi penimbunan wastedump untuk overburden dan stockpile yang berada di jetty milik PT DewaRuci Mandiri untuk batubara.

    4.3 Rancangan Penimbunan.Agar proses penambangan dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi

    hal-hal yang tidak diinginkan misal longsor, khususnya pada proses penimbunanoverburden maka pembuatan rancangan teknis penimbunan sangat penting (lihatGambar 4.3).Pembuatan rancangan penimbunan material overburden akan dipengaruhibeberapa faktor penting antara lain:a. Lokasi penimbunan, yaitu pada waste dump.b. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang penimbunan sebesar 5m.c. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang penimbunan sebesar 10m.d. Sudut lereng tunggal penimbunan dari overburden sebesar 350.e. Sudut lereng keseluruhan penimbunan dari overburden sebesar 250.

  • 40

    Gambar 4.3Dimensi Lereng Timbunan

    4.4 Rancangan Jalan Angkut.Perancangan jalan angkut dalam sebuah kegiatan penambangan

    berperan sangat penting, karena dengan desain jalan angkut yang benar akansangat menunjang kelancaran dari kegiatan penambangan tersebut.4.4.1 Lebar Jalan Lurus.

    Semakin lebar jalan angkut maka akan semakin aman dan lancar lalulintas alat angkut dalam kegiatan pengangkutan tetapi akan semakin besar pulabiaya yang dibutuhkan baik dalam masa konstruksi maupun perawatan. Lebarjalan angkut minimum yang diperlukan harus disesuaikan dengan lebar dari alatangkut terbesar yang akan melintas pada jalan tersebut serta banyaknya jalur yangakan digunakan. Lebar jalan ini dapat memungkinkan lalu lintas dua arah danjalur untuk dump truck yang akan menyusul. Lebar dump truck terbesar yang akanmelewati jalan tambang akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan lebarminimum jalan angkut. Mengacu pada spesifikasi alat angkut Nissan DieselCWB320 yang memiliki lebar keseluruhan 2,49m, maka lebar minimal jalanangkut yang aman sebesar 9m (lihat lampiran F).4.4.2 Lebar Jalan Tikungan.

    Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalanlurus atau juga pada kondisi khusus yang dirasa memerlukan lebar jalan yanglebih. Dalam membuat tahapan rancangan penambangan, lebar jalan tikunganyang akan digunakan sebesar 14m (lihat lampiran F).4.4.3 Jari-Jari Tikungan.

    Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jari-jari pada tikungan jalanangkut antara lain dimensi dari alat angkut yang digunakan, radius belokan dari

    Tinggi JenjangLebar Jenjang

    Single slope

  • 41

    alat mekanis yang melewati jalan tersebut dan kecepatan rencana dari alattersebut, dengan kecepatan rencana 40km/jam maka didapat nilai jari-jaritikungan sebesar 27m (lihat lampiran F).4.4.4 Cross Slope.

    Maksud dari pembuatan cross slope adalah agar jika terdapat air padabadan jalan, baik itu yang berasal dari air hujan, maupun air yang digunakanuntuk perawatan jalan, maka air tersebut akan mengalir pada tepi jalan, sebabjika air tersebut menggenang dapat mengakibatkan kerusakan jalan. Dengan jalanyang selalu dalam kondisi baik maka proses pengangkutan baik batubara maupunoverburden tidak terganggu. Besarnya cross slope yang digunakan adalah40mm/m (untuk jalan angkut tambang) (Hustrulid, 1995) dengan lebar jalanangkut 9m, maka ketinggian melintang 0,18m (lihat lampiran F).4.4.5 Superelevasi.

    Superelevasi merupakan kemiringan jalan yang terbentuk oleh batas antaratepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan ketinggian.Berdasarkan pada kondisi jalan kering, nilai superelevasi merupakan angkamaksimum yaitu 90mm/m (lihat lampiran F).4.4.6 Kemiringan Jalan.

    Jalan kendaraan tambang memiliki kemiringan tertentu yang bertujuanuntuk bergerak ke ketinggian yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah, agarkendaraan yang melewati jalan yang menanjak dapat melaju dengan baik makabesarnya kemiringan jalan maksimum yang digunakan adalah 10% (lihat lampiranF).

    4.5 Penjadwalan Produksi Batubara dan OverburdenCadangan batubara tertambang di pit 1 sebesar 135.684ton dengan volume

    lapisan tanah penutup (overburden) sebesar 1.476.511bcm. Umur tambangditentukan berdasarkan perhitungan cadangan tertambang yakni 135.684tondibagi dengan target produksi Batubara per bulan yaitu 15.000ton, sehingga umurtambang pit 1 adalah 9 bulan.

    Nilai stripping ratio (SR) maksimum yang ditetapkan untuk penambanganbatubara PT Dewa Ruci Mandiri adalah 13:1. Nilai ini ditentukan berdasarkanperhitungan break even stripping ratio (BESR) yang dilakukan PT DRM.

  • 42

    Penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi jumlah produksibatubara berdasarkan target produksi tiap bulan. Penjadwalan produksi batubaraantara lain meliputi: perencanaan jumlah batubara tertambang, jumlah overburdenyang harus di bongkar, waktu pelaksanaan, batas wilayah bukaan tambang (pitlimit), arah kemajuan tambang, jalan angkut pada bukaan tambang (ramp), desaingeometris penambangan.

    Penjadwalan dilakukan dengan cara membagi daerah pit limitpenambangan menjadi blok-blok dengan ukuran 50mx50m. Pembagian bloktersebut bertujuan untuk mempermudah sequence atau pushback pengupasanoverburden dan sequence atau pushback produksi batubara. Tahap pembuatanjenjang awal penambangan bulan pertama dimulai dari S01P01 hingga S03P06(bagian Selatan) pit 1 mengarah ke Utara, selanjutnya penggalian sesuai denganurutan penambangan yang telah ditentukan (lihat Lampiran V). Rencanapenambangan akan diterangkan secara bulanan (lihat Tab