BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air adalah sumber daya alam yang sangat
vital, yang mutlak diperlukan bagi hidup dan kehidupan manusia.
Salah satu sumberdaya perairan yang memiliki potensial dalam
pemanfaatannya adalah waduk. Waduk adalah danau buatan atau kolam
besar tempat penyimpanan air sediaan untuk berbagai kehidupan.
fungsi waduk secara prinsip ialah menampung air saat debit tinggi
untuk di gunakan saat debit rendah.Waduk merupakan tempat pada muka
lahan untuk menampung air pada musim basah sehingga air itu dapat
dimanfaatkan pada musim kering. Air yang di simpan dalam waduk
terutama berasal dari aliran permukaan dan di tambah dengan yang
berasal dari air hujan. Waduk merupakan suatu piranti untuk
membenahi daur hidrologi atau neraca air suatu wilayah sehingga
lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan penduduk (Notohadiprawiro
2006). Kutarga et al. (2008) mengatakan bahwa waduk dan danau
berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk
keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku,
sebagai tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta penyuplai
tanah.Waduk Ciwaka adalah salah satu waduk yang terletak di desa
Pengampelan Walantaka Kota Serang. Keberadaan Waduk Ciwaka dinilai
sangat penting dalam menciptakan keseimbangan hidrologis atau tata
air permukaan antara lain bermanfaat untuk air irigasi, air baku
domestik, pengendalian banjir dan konservasi. Waduk Ciwaka memiliki
luas 4,5 hektar dengan kedalaman air rata-rata 2 meter dan memiliki
daya tampung 90.000 (DSDAP 2015).Plankton adalah mahluk (tumbuhan
atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang di
dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas
hingga selalu terbawa hanyut oleh arus (Nontji 2008). Ketersediaan
plankton di perairan di pengaruhi oleh kandungan nutrien dan
kondisi fisika-kimia perairan. Semakin tinggi kandungan nutrien di
suatu perairan maka kelimpahan plankton di perairan tersebut akan
semakin tinggi. Sagala (2009) mengatakan bahwa kesuburan suatu
perairan antara lain dapat dilihat dari keberadaan organisme
planktonnya, karena plankton dalam suatu perairan dapat
menggambarkan tingkat produktivitas perairan tersebut. Faktor
fisika-kimia perairan terutama unsur hara nitrat dan fosfat sangat
berpengaruh pada pertumbuhan plankton. Jika terjadi pencemaran oleh
kedua unsur tersebut dapat mengakibatkan peledakan jumlah populasi
plankton tertentu yang bisa mengeluarkan zat toksin kedalam
perairan. Hal tersebut sangat merugikan bagi organisme yang ada
disekitarnya (Wibisono 2005 dalam Siregar 2009). Simanjuntak (2009)
mengatakan bahwa zat hara merupakan bahan makanan bagi plankton
yang berasal dari limbah industri. Berbagai aktivitas manusia yang
berlangsung di sekitar Waduk Ciwaka antara lain budidaya KJA
(Keramba Jaring Apung) dan kegiatan domestik dapat mengubah faktor
fisika-kimia perairan. Perubahan faktor fisika-kimia tersebut akan
mempengaruhi keberadaan plankton di dalam ekosistem perairan yang
selanjutnya juga akan mempengaruhi biota air lainnya. Namun sejauh
ini belum diketahui keanekaragaman plankton di daerah Waduk Ciwaka
dan bagaimana hubungan keanekaragaman plankton tersebut dengan
nilai parameter fisika-kimia di Waduk Ciwaka.
1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
:1. Apakah jenis-jenis plankton yang terdapat di Waduk Ciwaka?2.
Bagaimana hubungan plankton dengan parameter fisika-kimia perairan
di Waduk Ciwaka?
1.3 TujuanTujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengidentifikasi komunitas plankton serta hubungannya dengan
parameter fisika-kimia perairan.
1.4 ManfaatHasil dari penelitian ini di harapkan bermanfaat
untuk :a) Memberikan informasi tentang keanekaragaman plankton di
Waduk Ciwaka Kota Serang Provinsi Banten.b) Memberikan informasi
yang berguna bagi instansi terkait tentang kondisi perairan di
Waduk Ciwaka Kota Serang Provinsi Banten.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 WadukWaduk menurut pengertian umum merupakan tempat pada
muka lahan untuk menampung air pada musim basah sehingga air itu
dapat dimanfaatkan pada musim kering. Air yang di simpan dalam
waduk terutama berasal dari aliran permukaan dan di tambah dengan
yang berasal dari air hujan. Waduk merupakan suatu piranti untuk
membenahi daur hidrologi atau neraca air suatu wilayah sehingga
lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan penduduk (Dradjad 2006).
Kutarga et al. (2008) mengatakan bahwa waduk dan danau berperan
sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk keperluan
sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai
tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta penyuplai
tanah.Waduk termasuk kedalam jenis danau yang dibedakan berdasarkan
proses terjadinya danau yaitu danau buatan. Danau buatan (waduk)
adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia untuk keperluan dan
tujuan-tujuan tertentu seperti berkaitan dengan kepentingan
pengadaan listrik tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi.
Sedangkan danau alam terbentuk secara alami karena tenaga alam
tanpa adanya campur tangan manusia. Berikut jenis danau alami
berdasarkan proses terbentuknya (Samadi 2007).a. Danau Tektonik
yaitu danau yang terjadi akibat adanya proses tektonik yang
mengakibatkan dislokasi lapisan batuan, seperti lipatan dan
patahan. Pada muka Bumi yang mengalami pemerosotan diisi oleh
air.b. Danau Vulkanik yaitu danau yang terletak pada bekas lubang
kepundan (kawah) sebuah gunung api.c. Danau Tektonvulkanik yaitu
danau yang terbentuk dari gabungan proses tektonik dan vulkanik.d.
Danau Karts yaitu danau yang terbuat akibat pelarutan batu kapur
yang membentuk cekungan-cekungan yang terisi air.e. Danau Glasial
yaitu danau yang terbentuk akibat erosi oleh gletser. Jenis danau
glasial banyak dijumpai di wilayah sekitar kawasan iklim
kutub.Berdasarkan tingkat kesuburannya, waduk dapat
diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut (Effendi 2003).a.
Oligotrifik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu
perairan dengan produktivitas primer dan biomassa yang rendah.
Perairan ini memiliki kadar nitrogen dan fosfor rendah, namun
cenderung jenuh dengan oksigen.b. Mesotrofik (unsur hara dan
produktivitas sedang), yaitu perairan dengan produktivitas primer
dan biomassa sedang. Perairan ini merupakan peralihan antara
oligotrofik dan eutrofik.c. Eutrofik (kaya unsur hara dan
produktivitas tinggi), yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan
tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini memiliki
kecerahan yang rendah dan kadar oksigen pada lapisan hipolimnion
dapat lebih kecil dari 1 mg/liter.
Tabel 1. Tingkat Kesuburan Danau dan Waduk Berdasarkan Kadar
Beberapa Parameter Kualitas AirParameterKlasifikasi Kesuburan
OligotrofikMesotrofikEutrofik
1. Fosfor total (mg/liter)< 1010 20> 20
2. Nitrogen total (mg/liter)< 200200 500> 500
3. Klorofil (mg/liter)< 44 10> 10
4. Kecerahan secchi disk (m)> 42 4< 2
5. Persentase kadar oksigen saturasi pada lapisan
hipolimnion> 8010 80< 10
6. Produksi fitoplankton (g C//hari)7 2575 250350 700
Sumber: Novotny dan Olem (1994) dalam Effendi (2003)2.2
PlanktonHutabarat dan Evans (1985) dalam Tuwo (2013) mengatakan
bahwa plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekologi
perairan tawar, kemudian dikatakan bahwa plankton merupakan salah
satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya
terombang-ambing oleh arus perairan. Suthers dan Rissik (2008)
mengatakan bahwa plankton adalah biota yang berukuran kecil (dari
mikron hingga cm) hidup di air dan hanyut mengikuti arus mulai dari
yang tidak kasat mata seperti bakteri hingga yang terlihat mata
yaitu ubur-ubur.Sunarto (2008) mengatakan bahwa plankton terdiri
dari dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu
organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non
fotosintetik atau zooplankton. Fitoplankton adalah tumbuhan
mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk filamen atau berbentuk
rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik).
Prabandani (2007) mengatakan bahwa fitoplankton berperan sebagai
salah satu bioindikator yang mampu menggambarkan kondisi suatu
perairan, kosmopolit dan perkembangannya bersifat dinamis karena
dominasi satu spesies dapat diganti dengan lainnya dalam interval
waktu tertentu dengan kualitas perairan yang tertentu pula.
Perubahan kondisi lingkungan perairan akan menyebabkan perubahan
pula pada struktur komunitas komponen biologi, khususnya
fitoplankton. Daniel (2007) menyatakan bahwa fitoplankton merupakan
tumbuhan planktonik yang mengandung klorofil dan mampu
berfotosintesis, menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat
dan oksigen. Karena kemampuannya tersebut fitoplankton dapat
disebut sebagai produsen primer. Sedangkan menurut Asmara (2005)
zooplankton sebagai konsumen pertama yang menghubungkan
fitoplankton dengan karnivora kecil maupun besar, yang sangat
mempengaruhi rantai makanan di dalam perairan.
(b)(a)
Gambar 1. Beberapa Jenis plankton; (a) fitoplankton dan (b)
zooplankton
Basmi (1995) dalam Siregar (2009) mengatakan bahwa plankton
dapat dikelompokan berdasarkan beberapa hal, yakni:1. Nutrien pokok
yang dibutuhkan, terdiri atas:a. Fitoplankton, yakni plankton
nabati (> 90% terdiri dari algae) yang mengandung klorofil yang
mampu mensintesa nutrien anorganik menjadi zat organik melalui
proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar surya.b.
Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang
tidak mempunyai pigmen fotosintesis dan memperoleh nutrisi dan
energi dari sisa organisme lain yang telah mati.c. Zooplankton,
yakni plankton hewani yang makanannya sepenuhnya tergantung pada
organisme-organisme lain yang masih hidup maupun partikel-partikel
sisa organisme, seperti detritus dan debris. Disamping itu plankton
ini juga mengkonsumsi fitoplankton.2. Berdasarkan lingkungan
hidupnya terdiri atas:a. Limnoplankton, yakni plankton yang hidup
di air tawar.b. Haliplankton, yakni plankton yang hidup di laut.c.
Hipalmyroplankton, yakni plankton yang hidup di air payau.d.
Heleoplankton, yakni plankton yang hidupnya di kolam.3. Berdasarkan
ada tidaknya sinar di tempat mereka hidup, terdiri atas:d.
Hipoplankton, yakni plankton yang hidupnya di zona afotik.e.
Epiplankton, yakni plankton yang hidupnya di zona eufotik.f.
Bathiplankton, yakni plankton yang hidupnya dekat dasar perairan
yang juga umumnya tanpa sinar. Baik hipoplankton maupun
bathiplankton terdiri dari zooplankton seperti Mysid dari jenis
Crustaceae dan hewan-hewan planktonis yang tidak membutuhkan
sinar.4. Berdasarkan asal usul plankton, ada plankton yang hidup
dan berkembang dari perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari
luar, terdiri atas:a. Autogenik plankton, yakni plankton yang
berasal dari perairan itu sendiri.b. Allogenik plankton, merupakan
plankton yang datang dari perairan lain.
Berdasarkan habitatnya menurut Setiadi (1999) plankton di
kelompokan sebagai berikut:1. Plankton baharia. Plankton oseanik :
plankton yang hidup di luar paparan benua.b. Plankton neritik :
plankton yang hidup di atas paparan benua (mulut sungai, perairan
pantai dan perairan lepas pantai).c. Plankton air payau : plankton
yang hidup di perairan salinitas rendah (0,5 30,0 ppt)2. Plankton
air tawarArinardi (1957) dalam Sediadi (1999) mengatakan bahwa
semua plankton yang hidup di perairan dengan salinitas kurang dari
0,5 ppt.
2.3 Parameter Kualitas AirFaktor abiotik (fisik-kimia) perairan
yang mempengaruhi kehidupan plankton antara lain :2.3.1 SuhuCahaya
matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan
perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan ini berlangsung
secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas
perairan memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih
kecil dari pada lapisan bawah. Kondisi ini pada perairantergenang
akan menyebabkan terjadinya stratifikasi thermal pada kolom air.
Suhu sangat berperan mengendalikan ekosistem perairan. Organisme
akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang
di sukai bagi pertumbuhannya. Menurut hukum Vant Hoffs kenaikan
suhu sebesar 10C (hanya pada kisaran suhu yang masih di tolerir)
akan mengingkat aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari
organisme sebesar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu juga menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan
selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi
2003).Soetjipta (1993) dalam Iswadi (2008) mengatakan bahwa suhu
yang dapat di tolerir oleh organisme pada suatu perairan berkisar
antara 20C sampai dengan 30C, selanjutnya Isnansetyo dan
Kurniastusi (1995) dalam Yazwar mengatakan suhu yang sesuai dengan
fitoplankton berkisar antara 25-30C sedangkan suhu untuk
pertumbuhan dari zooplankton berkisar antara 15-35C.
2.3.2 KecerahanKecerahan air tergantung pada warna kekeruhan.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang di tentukan
secara visual dengan menggunakan Secchi disk. Secchi disk
diciptakan untuk menghitung tingkat kekeruhan air secara
kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu
nilai yang dikenal dengan kecerahan Secchi disk (Jeffries dan Mills
1996 dalam Effendi 2003).Secara vertikal, kecerahan akan
mempengaruhi intensitas cahaya yang akan menentukan tebalnya
lapisan eufotik. Dalam distribusi fitoplankton, faktor cahaya
sangat penting karena intensitas cahaya sangat diperlukan dalam
proses fotosintesis (Arfiati 1992 dalam Apridayanti 2008).
2.3.3 Derajat Keasaman (pH)Secara umum nilai pH menggambarkan
seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan.
Perairan dengan nilai pH=7 adalah netral, pH7 di katakan kondisi
perairan bersifat basa (Effendi 2003). Sutika (1989) dalam Armita
(2011) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion H dalam air
merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi
atau rendahnya pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu
kondisi gas-gas dalam air seperti , konsentrasi garam-garam
karbonat dan bikarbonat serta proses dekomposisi bahan organik di
dasar perairan.Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH akan
mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses
nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Novotny dan Olem 1994
dalam Effendi 2003).
2.3.4 Oksigen Terlarut (DO)Kandungan oksigen terlarut merupakan
banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut
merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem
perairan, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian
besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat
dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen
di dalam air terdapat pada suhu 0C, yaitu sebesar 14,16 mg/l .
Konsentrasi menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air.
Peningkatan suhu menyebabkan konsentrasi oksigen menurun dan
sebaliknya suhu yang semakin rendah meningkatkan konsentrasi
oksigen terlarut (Barus 2001 dalam Yazwar 2008).Kadar oksigen
terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence)
massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent)
yang masuk ke badan air (Effendi 2003).
2.3.5 Nitrat Effendi (2003) mengatakan bahwa Nitrat () adalah
bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama
bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam
air dan bersifat stabil. Senyawa ini di hasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrogen di
perlukan untuk membran sel dan untuk sumber protein seperti enzim.
Nitrogen di perairan merupakan hal terpenting bagi kualitas air.
Unsur hara tersebut konsentrasinya biasa meningkat di perairan
karena adanya aktivitas manusia melalui pembuangan limbah (Suthers
dan Rissik 2008). Effendi (2003) mengatakan bahwa Nitrogen dalam
bentuk gas dapat di manfaatkan oleh organisme akuatik, akan tetapi
nitrogen dalam perairan tidak dalam bentuk gas. Di perairan,
nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrat () termasuk
dalam nitrogen anorganik selain amonia (), amonium (), nitrit ()
dan molekul nitrogen ().
2.3.6 Fosfat (Fosfat merupakan unsur penting dalam air. Fosfat
terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi
dalam air tanah dan akhirnya akan masuk kedalam sistem perairan
terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama air
hujan masuk ke sistem perairan (Barus 2004 dalam Siregar
2009).Fosfor berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya
yang terdapat pada ATP (Adenosine Triphospate) dan ADP (Adenosine
Diphosphate). Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam
ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di perairan.
Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus
mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum
dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat. Setelah masuk kedalam
tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat anorganik mengalami
perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri
bersifat tidak larut dan mengendap didasar perairan. Pada saat
terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini
mengalami reduksi menjadi ion besi valensi dua (ferro) yang
bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga
meningkatkan keberadaan fosfat diperairan (Effendi 2003).
2.4 Penelitian TerdahuluPenelitian yang dilakukan oleh Daniel
(2006) dengan judul Struktur Komunitas Fitoplankton di Estuari
Sungai Brantas, Jawa Timur. Pada penelitian tersebut menjelaskan
bahwa berdasarkan hasil identifikasi fitoplankton yang di ambil
dari perairan estuari Sungai Brantas pada pengamatan ke-1 (Maret
2006), komunitas fitoplankton memiliki komposisi yang terdiri dari
4 kelas dan 31 genus. Keempat kelas fitoplankton hasil pengamatan
tersebut adalah kelas Bacillariophyceae (20 genus), Chlorophyceae
(7 genus), Cyanophyceae (2 genus) dan Dinophyceae (2 genus).
Sedangkan pada pengamatan ke-2 (Juli 2006) komunitas fitoplankton
memiliki komposisi yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah jenis 26
genus. Ketiga kelas fitoplankton hasil pengamatan tersebut adalah
kelas Bacillariophyceae (20 genus), kelas Cyanophyceae (3 genus)
dan Dinophyceae (3 genus). Kelimpahan fitoplankton di estuari
Sungai Brantas pada bulan Maret 2006 berkisar antara 1534 23515
sel/l kemudian pada bulan Juli 2006 berkisar antara 10424 1219824
sel/l. Kelimpahan fitoplankton yang mendominasi di setiap bulannya
yaitu dari kelas Bacillariophyceae. Tingginya kelimpahan plankton
pada bulan Juli 2006 dibanding dengan Maret 2006 disebabkan
pengaruh musim, yaitu musim hujan pada bulan Maret 2006 dan musim
kemarau pada bulan Juli 2006. Pengaruh musim hujan pada bulan Maret
2006 menyebabkan debit aliran sungai meningkat sehingga menyebabkan
kekeruhan pada estuari Sungai Brantas. Hal ini dapat dilihat dari
nilai kecerahan yg cenderung rendah (0,25 1 m). Tingginya kekeruhan
dan pengaruh debit aliran air yang tinggi menyebabkan proses
fotosintesis fitoplankton terhambat sehingga pertumbuhan
fitoplankton tidak normal. kandungan nutrien yang di ukur pada
estuari Sungai Brantas yaitu konsentrasi nitrat pada bulan Maret
2006 berkisar antara 11,03 43,14 mol/l dan pada bulan Juli 2006
berkisar antara 6,42 14,35 mol/l. Kandungan ortofosfat pada bulan
Maret 2006 berkisar antara 0,322 2,95 mol/l sedangkan pada bulan
Juli 2006 berkisar antara 3,26 13,67 mol/l. Beberapa pengukuran
parameter kualitas air yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton
yaitu kecerahan pada bulan Maret 2006 berkisar antara 0,25 1 m dan
pada bulan Juli 2006 berkisar antara 0,15 0,9 m. Kemudian suhu pada
bulan Maret 2006 berkisar antara 29-33C dan pada bulan Juli 2006
berkisar antara 25,2 28C. Nilai pH berkisar antara 6,1 7,9 pada
bulan Maret 2006 dan 7 8,3 pada bulan Juli 2006.Penelitian yang
dilakukan oleh Handayani dan Patria (2005) yaitu Komunitas
Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Pada hasil
penelitian tersebut menjelaskan bahwa pada umumnya tidak terdapat
perbedaan yang mencolok antara sifat fisika-kimiawi di perairan
Waduk Krenceng antara lain bulan November 2002 dengan bulan Maret
2003, terutama pada suhu (29,98 dan 29,43C) dan pH (7,96 dan 7,58).
kecerahan di perairan Waduk pada bulan November 2002 sebesar 106,63
cm, sedangkan pada bulan Maret 2003 sebesar 52,48 cm. Oksigen
terlarut (DO) pada bulan November 2002 sebesar 7,76 mg/l dan pada
bulan Maret 2003 terjadi peningkatan menjadi 10,78 mg/l.
Konsentrasi nitrat dan ortofosfat pada bulan November (2002)
sebesar 0,85 mg/l dan 0,30 mg/l, sedangkan pada bulan Maret (2003)
konsentrasi nitrat dan ortofosfat sebesar 0,27 mg/l dan 0,04 mg/l.
Hasil identifikasi zooplankton yang tercatat pada bulan November
2002 dan Maret 2003 sebanyak 13 jenis, termasuk dalam 3 kelas
masing-masing Crustacea (5 jenis), Rotifera (6 jenis) dan Rhizopoda
(2 jenis). Kelimpahan tertinggi zooplankton pada bulan November
2002 terjadi pada kelas Rotifera terutama jenis Keratela sp. di
ikuti dengan Trichocera sp. dan Brachionus sp. Sedangkan kelas
Crustacea untuk jenis Eucyclops sp. Pada bulan Maret 2003,
kelimpahan zooplankton tertinggi adalah kelas Rhizopoda terutama
jenis Difflugia sp., sedangkan jenis lain yang kelimpahannya cukup
tinggi adalah Pompholyx sp. dari kelas Rotifera. Jumlah Kelimpahan
zooplankton pada bulan November 2002 sebesar 170.000 ind/l (12
jenis), sedangkan pada bulan Maret 2003 kelimpahannya mencapai
960.000 ind/l (13 jenis). Berdasarkan data kelimpahan fitoplankton
yang di ambil pada waktu dan tempat yang sama pada bulan November
2002 dan Maret 2003 maka adanya perbedaan perubahan kelimpahan
fitoplankton dan zooplankton. Pada bulan November 2002 kelimpahan
zooplankton rendah dan kelimpahan fitoplankton tinggi. Hal tersebut
dapat diterangkan dengan teori perbedaan kecepatan pertumbuhan oleh
Nielsen bahwa populasi fitoplankton akan lebih cepat memperbanyak
diri dibandingkan zooplankton. Pada bulan Maret 2003 saat
kelimpahan zooplankton tinggi maka kelimpahan fitoplankton rendah.
Rendahnya kelimpahan fitoplankton tersebut kamungkinan berkaitan
dengan efek pemangsaan oleh zooplankton. Zooplankton tersebut di
duga sebagai kelompok herbivora sehingga zooplankton melimpah
terjadi penurunan fitoplankton. Penelitian yang di lakukan oleh
Purnama (2014) adalah Hubungan Keanekaragaman Plankton Dengan
Kualitas Air di Perairan Situ Cibanten Kabupaten Serang. Hasil
pengujian parameter fisika-kimia perairan Situ Cibanten yaitu suhu
yang terukur berkisar antara 24,3 25,3C. Kecerahan Situ Cibanten
masih menunjukan tingkat kecerahan yang tinggi pada setiap stasiun
pengamatannya yaitu 100%. Penyebab dari tingkat kecerahan yang
tinggi pada saat pengambilan data dilapangan dikarenakan kondisi
perairan Situ Cibanten masih terbilang jernih, sebab perairan
tersebut merupakan situs ekologi yakni sumber mata air yang masih
terjaga kemurniannya. Hasil pengukuran oksigen terlarut berkisar
antara 2,64 5,7 mg/l dengan rata-rata 4,02 mg/l. Pengukuran derajat
keasaman (pH) berkisar antara 6,25 6,81. Dari hasil identifikasi
pada semua plankton pada Situ Cibanten ditemukan 71 genus plankton
yang terdiri dari 69 genus fitoplankton dan 2 genus zooplankton
dengan jumlah total 2013 individu. Pada masing-masing titik
pengambilan sample, jumlah genus tertinggi adalah Navicula dengan
jumlah 928 individu, kemudian Fragillaria dengan jumlah 220
individu, lalu Gomphonema dengan jumlah 159 individu, Diatoma
dengan 117 individu, Nitzchia dengan 85 individu, selanjutnya
Synedra dengan 77 individu. Untuk genus lainnya jumlah total
individu pada setiap sampel 30 individu. Genus paling merata
keberadaannya pada setiap sampel yakni Navicula dari kelas
Bacillariophyceae dan Fragillaria dari kelas Fragilariophyceae.
Nilai indeks keanekaragaman antar titik pengambilan sampel di
perairan Situ Cibanten yaitu berkisar antara 0,57 1,09 dengan
rata-rata 0,77. Jadi berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon
Wiener kriteria kualitas perairan Situ Cibanten termasuk dalam
kategori tercemar ringan sampai tercemar berat (H = 0,57
1,09).Penelitian yang di lakukan oleh Yazwar (2008) yaitu
Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air
Parapat Danau Toba. Hasil pengukuran sifat fisika-kimia perairan
yang di uji yaitu suhu berkisar antara 24,61 26,59C. Kemudian
kecerahan berkisar antara 4,29 7,94m. Nilai derajat keasaman (pH)
pada perairan Danau Toba berkisar antara 7,30 7,41. Oksigen
terlarut pada perairan Danau Toba yaitu berkisar antara 6,80 7,20
mg/l. Pada pengujian fosfat yang terukur di perairan Danau Toba
berkisar antara 0,23 0,35 mg/l, sedangkan kandungan nitrat di
peraian Danau Toba berkisar antara 10,29 15,47 mg/l. Berdasarkan
hasil pengukuran parameter fisika-kimia di perairan Danau Toba
stasiun II memiliki nilai tertinggi di bandingkan stasiun I dan III
karena terdapat budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung.
Pada stasiun I di dapatkan nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan
frekuensi kehadiran tertinggi dari genus Trichocera kelas
Monogononta sebesar 126 ind/l. Hal ini di sebabkan karena genus
dari filum Rotifera ini dapat beradaptasi dengan faktor
fisika-kimia lingkungan yang relatif memiliki kandungan nutrisi
atau zat-zat organik yang cukup tinggi. Nilai kelimpahan, kepadatan
relatif dan frekuensi kehadiran terendah pada stasiun I adalah dari
genus Bacillaria kelas Bacillariophyceae, genus Pleurodiscus kelas
Chlorophyceae dan dari genus Chlorobotrys kelas Xantophyceae
sebesar 18,14 ind/l. Ketiga kelas ini merupakan kelompok
fitoplankton. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan
misalnya suhu sebesar 26,59C yang tidak mendukung keberadaan
plankton tersebut. Pada stasiun II nilai kelimpahan, kepadatan
relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi adalah dari genus
Diaptomus sebesar 81,63 ind/l dan terendah adalah dari genus
Coscinodiscus yaitu 18,14 ind/l. Hal ini kemungkinan karena kondisi
lingkungan yang kurang sesuai bagi pertumbuhan genus tersebut.
Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran
tertinggi plankton pada stasiun III adalah dari genus Ulothrix
sebesar 108,84 ind/l. Genus ini merupakan kelompok fitoplankton
yang memiliki kelimpahan tertinggi karena disebabkan oleh faktor
lingkungan yang mendukung. Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan
frekuensi kehadiran terandah plankton pada stasiun III adalah dari
genus Sphaeroplea dan genus Pleurodisus yaitu sebesar 18,14 ind/l.
Hal ini kemungkinan karena kondisi lingkungan yang kurang sesuai
bagi pertumbuhan genus tersebut. Berdasarkan hasil uji analisis
korelasi antara faktor fisika-kimia perairan berbeda tingkat
korelasi, arah dan signifikansinya. Nitrat dan fosfat berkorelasi
negatif dengan keanekaragaman dan kelimpahan plankton, sedangkan
kecerahan dan DO berkorelasi positif. Berkorelasi negatif artinya
naiknya nilai faktor fisika-kimia perairan akan menyebabkan
menurunnya keanekaragaman dan kelimpahan plankton, sedangkan
berkorelasi positif artinya semakin tinggi nilai suatu faktor
fisika-kimia perairan makan akan di ikuti oleh tingginya tingkat
keanekaragaman dan kelimpahan plankton.
BAB 3METODOLOGI
3.1 Waktu dan TempatPenelitian dilakukan pada bulan Juni 2015 di
Waduk Ciwaka Kota Serang, Banten. Identifikasi plankton dilakukan
di Laboratorium Budidaya Perikanan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa serta pengujian beberapa parameter kualitas air di
lakukan di Laboratorium Pengujian Kualitas Air Dinas Sumber Daya
Air dan Pemukiman Provinsi Banten.
3.2 Alat dan BahanAlat dan bahan yang di gunakan dalam
penelitian ini yaitu plankton net, sechidisk, spektrofotometer, DO
meter, pH meter, termometer, mikroskop, sedgewick rafter, pipet
tetes, botol sampel, kertas label, GPS dan alat tulis.
3.3 Metode PenelitianMetode yang di gunakan dalam penelitian ini
yaitu menggunakan metode survei, dengan melakukan pengambilan
sampel air dari 3 stasiun yang telah di tentukan. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan 4 kali ulangan dalam selang 7
hari setiap ulangan.Penentuan lokasi pengambilan sampel pada Waduk
Ciwaka Kota Serang di lakukan pada 3 stasiun yakni lokasi stasiun 1
dekat dengan inlet waduk, stasiun 2 lokasi KJA (Keramba Jaring
Apung) dan lokasi stasiun 3 dekat dengan outlet.
Gambar 2. Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel
3.4 Metode Pengambilan Data3.4.1 Sumber Data1. Data primer ini
yaitu sumber data asli yang di dapatkan melalui observasi langsung
di lokasi Waduk Ciwaka dengan cara meneliti langsung parameter yang
dapat di amati di lokasi waduk.2. Data sekunder yaitu data yang di
dapat melalui berbagai sumber atau kajian pustaka serta acuan dari
peneliti lain. Data sekunder juga di dapatkan melalui kumpulan data
primer yang yang telah di sajikan menjadi informasi. Data sekunder
yang di butuhkan yaitu data mengenai waduk, plankkton, dan
parameter fisika-kimia perairan.
3.4.2 Prosedur penelitianProsedur penelitian yang akan di
lakukan sebagai berikut :1. Parameter biologisPengukuran parameter
biologis (plankton) dilakukan dengan mengambil sampel air pada
setiap stasiun. Waktu pengambilan sampel air dilakukan antara pukul
08.00 10.00 WIB. Sampel air di saring kumulatif sebanyak 30 liter
menggunakan jaring plankton (plankton net). Sampel air yang
mengandung plankton tersebut dimasukan ke dalam botol sampel.2.
Parameter fisika dan kimiawi perairanPengukuran kualitas perairan
yang di teliti secara langsung di lokasi Waduk Walantaka Kota
Serang meliputi parameter yang terdiri dari suhu, kecerahan,
Derajat Keasaman (pH) dan Oksigen terlarut (DO) serta pengukuran
skala laboratorium pada kadar Nitrat dan Posfat.a. SuhuPengukuran
temperatur air dilakukan dengan menggunakan termometer yang
dimasukan ke permukaan perairan.b. KecerahanPengukuran kecerahan
dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang dimasukan ke dalam
badan air hingga pertama kali tidak tampak kemudian ukur panjang
tali dan dicatat sebagai (cm). Secchi disk diturunkan lebih dalam
lagi hingga benar-benar tidak tampak lalu tarik secara perlahan
hingga pertama kali tampak kemudian ukur panjang tali dan catat
sebagai (cm). Rata-rata hasil pengukuran tersebut merupakan nilai
kecerahan perairan, dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Kecerahan (m) =
c. Derajat Keasaman (pH)Pengukuran pH air dilakukan dengan
menggunakan pH meter yang dimasukan ke permukaan perairan.
d. Oksigen Terlarut (DO)Oksigen terlarut (DO) diukur dengan
menggunakan DO meter. Sampel air diambil kemudian di masukan ke
dalam botol dan di lakukan pengukuran oksigen terlarut dengan
menggunakan DO meter.e. Nitrat Pengujian kadar nitrat di ukur
dengan metode SNI 06-2480-1991 menggunakan alat spektrofotometer
secara brusin sulfat.f. Fosfat (Pengujian kadar fosfat ( di ukur
dengan metode SNI 06-6989.31-2004 menggunakan alat spektrofotometer
secara asam askorbat.
Tabel 2. Parameter pengukuranParameterSatuanMetodeLokasi
Pengamatan
1. Biologi (Plankton) Identifikasi
Kelimpahan-
Ind/LMikroskop, Buku IdentifikasiMikroskopLaboratorium
Laboratorium
2. Fisika Suhu KecerahanCcmTermometerSecchi Diskin situin
situ
3. Kimia pH DO Nitrat Fosfat-mg/Lmg/Lmg/LSNI 06-6989.11-2004SNI
06-2425-1991SNI 06-2480-1991SNI 06-6989.31-2004in situin
situLaboratoriumLaboratorium
3. Identifikasi planktonIdentifikasi plankton dilakukan dengan
cara mengamati sampel air pada sedgewick rafter menggunakan
mikroskop. Plankton yang di temukan setelah itu di identifikasi
berdasarkan pada buku Planktonologi (Sachlan 1982) dan The Marine
And Fresh Water Plankton (Davis 1995).
3.5 Analisis DataMetode analisis yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu analisis kelimpahan plankton (kelimpahan populasi),
indeks keanekaragaman dan hubungan plankton dengan kualitas
air.3.5.1 Kelimpahan PlanktonPerhitungan kelimpahan plankton
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kelimpahan setiap genus
tertentu yang ditemukan selama pengamatan. Nilai kelimpahan
plankton dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Eaton et al.
1995 dalam Fuadi 2013).
Keterangan :N= kelimpahan plankton (ind/L)Vt= volume yang
tersaring (30 ml)Vd= volume yang diambil (L)Asr= luas sedgewick
rafter (1000 )Aa= luas lapang pandang mikroskop ()Vsr= volume
sedgewick rafter (ml)
3.5.2 Indeks KeanekaragamanKeanekaragaman plankton dihitung
dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener.
Keterangan :H= indeks keanekaragaman Shannon-Wienerni= jumlah
individu spesies ke-iN= jumlah individu seluruh spesiespi= proporsi
individu jenis ke-i
3.5.3 Hubungan Plankton Dengan Kualitas AirHubungan antara
kualitas air terhadap nilai keanekaragaman plankton akan dihitung
menggunakan analisa korelasi Pearson dengan metode komputerisasi
SPSS ver. 16.
DAFTAR PUSTAKA
Apridayanti E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan
Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. [TESIS]. Semarang: Program
Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. 95 hlm
Armita D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air Di Daerah
Budidaya Rumput Laut Dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut,
Di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten
Takalar. [SKRIPSI]. Makasar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanudin. 62 hlm
Asmara A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton Dengan
Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu. [SKRIPSI]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 91 hlm
Daniel. 2007. Struktur Komunitas Fitoplankton di Estuari Sungai
Brantas, Jawa Timur. [SKRIPSI]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 83 hlm
[DSDAP] Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman. 2015. Situ/ Waduk
Ciwaka
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kansius.
Handayani S dan Patria MP. 2005. Komunitas Zooplankton di
Perairan Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Makara Sains 9(2):
75-82
Iswadi. 2009. Keragaman Plankton di Lagun Pembuangan Limbah Cair
PT. Pupuk Iskandar Muda dan PT. Asean Aceh Fertilizer. Jurnal
Biologi Edukasi 1(1): 43-46
Kutarga ZW, Nasution Z, Tarigan R dan Sirojuzilam. 2008.
Kebijakan Pengelolaan Danau dan Waduk Ditinjau Dari Aspek Tata
Ruang. Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah 3(3):
150-156
Nontji A. 2008. Plankton Laut. Jakarta: LIPI Press.
Notohadiprawiro T, Sukodarmodjo S, dan Dradjad M. 2006. Beberapa
Fakta dan Angka Tentang Lingkungan Fisik Waduk Wonogiri dan
Kepentingannya Sebagai Dasar Pengelolaan. Repro: Ilmu Tanah
Universitas Gajah Mada.
Prabandani D, Muntalif BS, dan Sabar A. 2007. Komposisi Plankton
di Perairan Waduk Saguling, Jawa Barat. Lingkungan Tropis, Edisi
Khusus Agustus 2007: 51-59
Sagala EP. 2009. Potensi Komunitas Plankton Dalam Mendukung
Kehidupan Komunitas Nekton di Perairan Rawa Gambut, Lebak Jungkal
di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI),
Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Edisi Khusus
Desember 2009 (D) 9:12-11
Samadi. 2007. Geografi SMA Kelas 1. Jakarta: Yudhistira.
Sediadi A. 1999. Ekologi Dinoflagellata. Oseana 24(4): 21-30
Simanjuntak M. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika
Terhadap Distribusi Plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka
Belitung. Jurnal Perikanan 11(1): 31-45
Siregar MH. 2009. Studi Keanekaragaman Plankton di Hulu Sungai
Asahan Porsea. [SKRIPSI]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. 76 hlm
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi
Ekosistem Laut. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Padjadjaran. Bandung. 41 hlm
Suthers IM dan Rissik D. 2009. Plankton A Guide To Their Ecology
And Monitoring For Water Quality. Australia: CSIRO Publishing.
Tuwo AF. 2013. Inverstasi Plankton Yang Berada di Sungai Pami.
[SKRIPSI]. Papua: Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Negeri Papua Manokwari. 73 hlm
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan
Kualitas Air di Parapat Danau Toba. [TESIS]. Medan: Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Sumatera Utara. 84 hlm10