Top Banner

of 43

Rancangan Penelitian

Mar 02, 2016

Download

Documents

Nanin Handayani

Nanin Handayani
110210302020
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

RANCANGAN PENELITIANMAKALAH

disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Bidang StudyOleh

Nanin Handayani110210302020PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Rancangan (Disain) Penelitian.

Makalah ini berisikan tentang informasi tentang definisi rancangan penelitian, fungsi dan tujuan rancangan penelitian, dasar dan komponen rancangan penelitian, ciri rancangan penelitian, dan sebagainya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Rancangan Penelitian.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.Jember, 9 Oktober 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iiiBAB 1. PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan 2BAB 2. PEMBAHASAN 42.1. Pengertian Rancangan (disain) penelitian 42.2. Fungsi dan tujuan rancangan (disain) penelitian 72.3. Dasar dan komponen rancangan penelitian 72.4. Ciri rancangan penelitian 8

2.5. Rancangan (disain) dalam merencanakan penelitian 9

2.6. Rancangan(disain) pelaksanaan penelitian 10

2.7. Unsur-unsur rancangan penelitian 13

2.8. Cara melakukan pemilihan disain atau rancangan penelitian 14

2.9. Jenis-jenis rancangan penelitian 15

2.10. Kekeliruan dan kelemahan dalam menyusun rancangan penelitian 37BAB 3. PENUTUP 393.1. Kesimpulan 393.2. Saran 39DAFTAR PUSTAKA 40BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Disain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Pola disain penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan masing - masing, namun prinsip umumnya memiliki banyak kesamaan. Disain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Sebuah disain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelitian yang efektif dan efisien. Disain penelitian memiliki fungsi sebagai cetak biru (blue print) bagi peneliti. Seorang peneliti sosial menghadapi banyak kendala jika dia memulai penelitiannya tanpa suatu rencana penelitian tertentu. Untuk meminimalkan masalahnya, ada beberapa keputusan yang harus dibuat sebelum memulai penelitiannya. Disain penelitian juga berfungsi untuk menetapkan batas-batas dari kegiatan penelitian dan memungkinkan peneliti menyalurkan energinya dalam beberapa arah yang spesifik.

Rancangan penelitian yang baik memiliki kriteria : 1. kesederhanaan (symplicity). Perlakuan dan metode semudah mungkin dengan tetap mempertahankan obyektivitas, 2. Derajat ketepatan (degree of precision). Memberi peluang mengukur perbedaan yang ada pada perlakuan-perlakuan menurut derajat ketepatan yang diinginkan peneliti, 3. Ketiadaan galat sistematis. Harus dirancang agar setiap unit percobaan menerima perlakuan dengan peluang sama besar agar hasilnya tidak bias, 4. Kisaran keabsahan kesimpulan selebar-lebarnya. Peningkatan kisaran keabsahan kesimpulan dapat diperoleh melalui : memperbanyak ulangan menurut waktu atau ruang dan merancang perlakukan secara faktorial (berbagai taraf perlakuan atau tingkat faktor lainnya. 5. Kalkulasi derajat ketidakpastian (degree of uncertainty). Memungkinkan peneliti menghitung kemungkinan (peluang) terjadinya hasil pengamatan yang menyimpang. Karekteristik dari disain penelitian yaitu di bentuk berdasarkan metode ilmiah, dapat dilaksanakan dengan data dan teknik yang ada, cocok untuk tujuan penelitian dalam artian harus menjamin validitas penemuan untuk memecahkan masalah, harus ada orisinalitas dalam membuat disain yang inventif sifatnya, ada keindahan dalam disain, dalam artian bahwa disain tersebut seimbang,disain harus cocok dengan biaya penelitian, dan dengan kemampuan sumber manusia (Nazir, 2003:92).1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah di antaranya adalah sebagai berikut.1.Apakah pengertian rancangan (disain) penelitian?2.Apakah tujuan dan fungsi pembuatan rancangan (disain) penelitian?

3.Bagaimana dasar dan komponen rancangan (disain) penelitian?

4.Apakah ciri rancangan (disain) penelitian?

5.Bagaimana rancangan (disain) dalam merencanakan penelitian?

6.Bagaimana rancangan (disain) pelaksanaan penelitian?

7.Apakah unsur-unsur dalam pembuatan rancangan (disain) penelitian?

8. Bagaimana cara melakukan pemilihan rancangan (disain) penelitian?9. Apakah jenis-jenis rancangan (disain) penelitian?10. Apakah kekeliruan dan kelemahan dalam menyusun (disain) penelitian?

1.3 TujuanTujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang:1.pengertian rancangan (disain) penelitian;2.tujuan dan fungsi pembuatan rancangan (disain) penelitian;

3.dasar dan komponen rancangan (disain) penelitian;

4.ciri rancangan (disain) penelitian;

5.rancangan (disain) dalam merencanakan penelitian;

6.rancangan (disain) pelaksanaan penelitian;

7.unsur-unsur dalam pembuatan rancangan (disain) penelitian;8. cara melakukan pemilihan rancangan (disain) penelitian;

9. jenis-jenis rancangan (disain) penelitian;10.kekeliruan dan kelemahan dalam menyusun (disain) penelitian.

BAB 2. PEMBAHASAN2.1Pengertian Rancangan (Disain) Penelitian

Disain atau rancangan penelitian dalam arti luas yaitu semua proses dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sedangkan dalam arti sempit rancangan penelitian adalah pelaksanaan rencana tentang bagaimana mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data. Rancangan penelitian adalah sebagai model pendekatan penelitian yang sekaligus juga merupakan rancangan analisis data. Di samping itu dengan adanya rancangan penelitian, penentuan sampel sudah diberi arah oleh rancangan penelitiannya.Berikut dipaparkan beberapa definisi rancangan penelitian menurut pendapat ahli:

1) disain penelitian adalah semua proses yang di perlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, disain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, disain penelitian mencangkup proses-proses berikut.

a) Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.b) Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan hubungan dengan penelitian sebelumnya.c) Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dan tujuan, luas jangkau (scope), dan hipotesis untuk di uji.d) Membangun penyelidikan atau percobaan.e) Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel.f) Memilih prosedur dan teknik sampling yang di gunakan.g) Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

h) Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosesing data.

i) Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta Inferensi statistik. j) Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran-saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Proses disain penelitian terdiri atas dua bagian, yaitu :

1) perencanaan penelitian, dan;2) pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian.

Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah, sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. Proses selebihnya merupakaan tahaap operasional dari penelitian ( Nazir, 2003:84).

2) disain penelitian merupakan cara untuk mendapatkan dan menganalisa data dengan tujuan tertentu yang dapat dijadikan pedoman oleh peneliti untuk menetapkan langkah-langkah penelitian (Nursalam 2003).3) disain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa disain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas (Sarwono 2006).4) disain penelitian secara luas adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen disain dapat mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian. Sedang dalam arti sempit, disain penelitian merupakan penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan disain yang baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana mengukurnya, dst. (Sukardi, 2004 : 184).5) disain penelitian merupakan rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar - ancar kegiatan yang akan dilaksanakan (Suharsimi Arikunto 2006: 51). 6) rancangan atau disain penelitian adalah kerangka untuk mengadakan penelitian yang di dalamnya tercakup penjelasan secara terperinci mengenai tipe disain penelitian yang memuat prosedur yang sangat di butuhkan dalam upaya memperoleh informasi serta mengolahnya dalam rangka memecahkan masalah (Freddy Rangkuti, 1997: 15). 7) disain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, disain penelitian disebut disain eksperimental. Disain eksperimen dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal (Mc Millan dalam Ibnu Hadjar,1999:102).

Jadi, disain penelitian adalah sebuah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data.

2.2Tujuan Dan Fungsi Pembuatan Rancangan (Disain) PenelitianTujuan pembuatan rancangan penelitian adalah :

Esensi/ tujuan rancangan penelitian adalah mengupayakan optimasi secara berimbang antara validitas internal dan validitas eksternal suatu penelitian. Istilah berimbang antara validitas internal dan eksternal ini perlu ditekankan karena diketahui bahwa mengupayakan validitas internal secara penuh akan dapat menurunkan validitas eksternal, dan demikian juga sebaliknya (Aditya, 2010).Sedangkan fungsi disain (rancangan) penelitian adalah sebagai berikut.

1) Sebagai cetak biru (blue print) bagi peneliti. Seorang peneliti sosial menghadapi banyak kendala jika dia memulai penelitiannya tanpa suatu rencana penelitian tertentu. Untuk meminimalkan masalahnya, ada beberapa keputusan yang harus dibuat sebelum memulai penelitiannya. Sebagai contoh jika dia memilih untuk meneliti sejumlah orang secara langsung, beberapa pertimbangan yang mungkin ada:a) suatu diskripsi tentang populasi yang dituju yang informasinya ingin diperoleh;

b) beberapa metode sampling yang dipergunakan untuk memperoleh unsur- unsurnya;c) ukuran sampel;d) prosedur-prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan;e) caracara yang mungkin untuk menganalisis dan yang telah terkumpul;f) akan atau tidaknya menggunakan uji statistik dan jika menggunakan yang mana.2) Menetapkan batas-batas dari kegiatan penelitian dan memungkinkan peneliti menyalurkan energinya dalam beberapa arah yang spesifik.3) Untuk mengantisifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam pelaksanaan penelitian.

2.3 Dasar Dan Komponen Rancangan (Disain) Penelitian Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak, serta dapat pula di jadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian. Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberi pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan di ambil (Margono, 1997:100). Agar rancangan dapat memperkirakan hal-hal apa yang akan di lakukan dan dipegang selama penelitian, perumusannya harus memperhatikan kriteria sebagai berikut :1) komprehensif, artinya mencangkup semua hal yang penting yang berkenaan dengan kegiatan penelitian, misalnya masalah dan latar belakangnya, tujuan dan kegunaannya, sumber data, dan sarana prasarana dan sebagainya;2) disusun secara sistematis logis sehingga memberi kemungkinan kemudahan bagi peneliti dalam melaksanakan dan bagi orang lain dalam melakukan penilaian;3) harus dapat memerkirakan sejauh mana hasil yang akan di peroleh, serta usaha-usaha yang mungkin di lakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien.

Berdasar perumusan dalam penyusunan rancangan penelitian, maka komponen suatu rancangan penelitian meliputi :a) masalah;

b) bentuk atau jenis data yang di butuhkan;

c) tujuan penelitian;

d) kepentingan penelitian / signifikasi; e) masalah sampling;

f) masalah jadwal kegiatan;

g) masalah organisasi kegiatan dan alokasi biaya;

h) hipotesis penelitian;

i) teknik pengumpulan data;

j) teknik pengolahan data;

k) pola dan sistematika laporan;Komponen rancangan penelitian telah di ketahui, maka untuk kepentingan praktis, suatu rancangan penelitian harus di susun secara sistematis, mengikuti suatu pola tertentu, sebagaimana yang berlaku di lingkungan di mana peneliti merencanakan proyek penelitian (Margono, 1997: 101).

2.4Beberapa Ciri Rancangan (Disain) PenelitianDisain penelitian tidak pernah di lihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi di lihat dari segi baik atau tidak baik saja. Karena disain juga mencangkup rencana studi, maka di dalamnya selalu ada trade off antara kontrol atau tanpa kontrol, antara objektivitas dengan subjektivitas. Disain tergantung dari derajat akurasi yang di inginkan, level pembuktian dari tingkat perkembangan bidang ilmu yang bersangkutan. Disain yang tepat sekali tidak ada. Hipotesis di rumuskan bisa dalam bentuk alternatif-alternatif. Disain yang di pilih biasanya merupakan kompromi, yang banyak di tentukan oleh banyak pertimbangan-pertimbangan praktis (Nazir, 2003:85).

Disain yang ideal sekurang-kurangnya harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suchman dalam Nazir, 2003:92).

1) Di bentuk berdasarkan metode ilmiah.

2) Dapat di laksanakan dengan data dan teknik yang ada.

3) Cocok untuk tujuan penelitian, dalam artian harus menjamin validitas penemuan untuk memecahkan masalah.

4) Harus ada orisinalitas dalam mebuat disain yang inventif sifatnya.

5) Ada keindahan dalam disain, dalam artian bahwa disain tersebut seimbang.

6) Disain harus cocok dengan biaya penelitian dan dengan kemampuan sumber manusia. 2.5 Rancangan (Disain) Dalam Merencanakan Penelitian

Disain dalam merencanakan penelitian dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan di ketahui, dalam memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu masalah. Dari sini pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang disain yang akan di buat untuk penelitian yang akan di kembangkan. Disain penelitian yang digunakan harus sesuai dengan situasi, kondisi dan harus mengikuti metode penelitian. Pemilihan disain biasanya di mulai ketika seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Akan tetapi, aspek yang paling penting adalah berkenaan dengan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan ke dalam fenomena-fenomena yang di amati dan apakah metode penelitian yang akan di pilih akan dapat menjamin di perolehnya data yang di perlukan untuk menguji hipotesis tersebut. Sampai pada tarif ini, si peneliti di hadapkan kepada pilihan metode yang akan di pakai dalam penelitian. Apakah akan digunakan metode survei yaitu metode penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta. Metode yang juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani masalah serupa sehingga hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa datang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus maupun dengan menggunakan sample. Selain metode survei dalam merencanakan penelitian juga dapat menggunakan metode eksperimen, ataukah metode kualitatif yang tidak berstruktur. Juga telah dapat di pertimbangkan apakah dengan biaya yang tersedia serta keterampilan dari orang-orang yang akan di libatkan dalam penelitian sudah cukup tersedia untuk melaksanakan penelitian.(Nazir, 2003:85)Disain untuk perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat di peroleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis, maupun dalam membuat kesimpulan. Disain rencana penelitian yang baik akan dapat men-terjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Tiap langkah dari disain perencanaan penelitian memerlukan pengambilan keputusan yang tepat oleh si peneliti. Keputusan yang di ambil harus merupakan kompromi antara penggunaan metode ilmiah yang sangat sukar dan kondisi sumber yang tersedia. Kompromi kompromi ini dapat menghasilkan rencana penelitian yang cocok dengan masyarakat ilmiah setempat serta taraf pengembangan ilmu itu sendiri (Nazir, 2003:86).2.6Rancangan (Disain) Pelaksanaan Penelitian

Disain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamataan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing, dan memproses data yang di kumpulkan (Nazir, 2003:86). Dalam pelaksanaan penelitian termasuk juga proses analisis data serta membuat pelaporan. Suchman dalam Nazir (2003) disain dalam pelaksanaan penelitian di bagi atas: 1) disain sampel;

2) disain alat (instrumen);

3) disain administrasi, dan disain analisis.

2.6.1 Disain Sampel

Disain sampel yang akan di gunakan dalam operasional penelitian amat tergantung dari pandangan efisiensi. Dalam disain sampling ini termasuk :

1) mendefinisikan populasi;

2) menentukan besarnya sampel; dan3) menentukan sampel yang representatif.

Definisi dari sampling sangat bergantung pada hipotesis. Dalam menentukan besar sampel pemilihannya perlu di hubungkan dengan tujuan penelitian serta banyaknya variabel yang ingin di kumpulkan.Merencanakan disain dari disain sampling di perlukan teknik-teknik untuk memperoleh sampling yang representatif. Terdapat perbedaan pendapat apakah sampling yang di ambil harus probability sampling, atau judgemental sampling, tetapi perbedaan di atas baru perlu di pertimbangkan untuk disesuaikan dengan kesimpulan yang akan di ambil serta inferensi statistik yang akan di buat. Kombinasi dari kedua teknik sampling di atas dapat juga di laksanakan.Jika metode penelitian yang di pilih adalah metode eksperimental, maka dalam masalah disain sampling, penekanan lebih di arahkan kepada pemilihan disain percobaan yang cocok. Pemilihan disain percobaan ini si peneliti selalu di tuntut oleh derajat akurasi yang ingin di capai, validitas yang ingin di peroleh serta error yang ingin di minimisasikan. Kondisi homogenitas dari media percobaan juga menentukan disain percobaan mana yang lebih baik dan lebih efisien untuk di gunakan.2.6.2 Disain dari Instrumen atau Alat

Alat di sini adalah alat untuk mengumpulkan data. Walau metode penelitian apa saja yang di gunakan, masalah disain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan sekali dalam pengujian hipotesis. Alat yang di gunakan dapat saja berstruktur (seperti check list dari questionair atau schedule), kurang berstruktur seperti interview guide ataupun suatu outline biasa didalam mencatat pengamatan langsung. Pemilihan alat harus di evaluasikan sebaik mungkin sehingga alat tersebut cocok dengan informasi yang di inginkan untuk memperoleh data yang cukup reliabel. Kecuali dalam penelitian percobaan, maka alat yang di gunakan dalam penelitian sosial sukar menjamin terdapatnya validitas mutlak dari observasi data. Satu alat bisa saja untuk satu kegunaan, tetapi menjadi tidak valid untuk tujuan yang lain. Secara umum disain dari alat harus di evaluasikan sebelum di gunakan untuk dapat menjamin efisiensi dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang di perlukan untuk menguji hipotesis.2.6.3 Disain analisis

Secara ideal disain analisis sudah di kerjakan lebih dahulu pengumpulan data di mulai, jika disain dalam memformulasikan hipotesis sudah cukup baik, maka disain analisis secara paralel dapat di kembangkan dari disain merumuskan hipotesis tersebut. Hipotesis tersebut di anggap baik jika ia konsisten dengan analisis yang akan di buat.Disain hipotesis juga harus sudah dispesifikasikan hubungan-hubungan dasar yang akan di analisis. Analisis hubungan-hubungan antara variabel bebas dan variabel dependen, maka variabel lain yang mempengaruhi kedua variabel di ats perlu juga di analisis.

Hipotesis merupakan titik tolak analisis, tetapi pemikiran imaginatif serta pikiran-pikiran asli akan muncul dalam analisis dan di sesuaikan dengan data yang tersedia. Dalam analisis, si peneliti akan mencocokkan hipotesis data, menambah yang kurang, mengurangi yang lebih. Walaupun demikian lukisan akhir yang di hasilkan oleh analisis harus menyerupai gambaran yang di lukiskan oleh hipotesis Alat-alat yang di gunakan untuk membantu analisis di perlukan dalam disain analisis. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisis harus di pilih sebaik-baiknya. Pengunaan statistik sebagai alat analisis telah sangat berkembang, tetapi dalam analisis yang di lakukan jangan di lupakan asumsi-asumsi dasar yang di tempelkan pada penggunaan statistik tersebut, serta ke arah mana inferensi tersebut akan di buat (Nazir, 2003:87).

2.7Unsur- Unsur Rancangan (Disain) Penelitian

Format/disain/rancangan penelitian bagi masing-masing lembaga mempunyai pola tertentu yang telah di bakukan, perbedaan ini tidak perlu di perdebatkan sepanjang secara ilmiah dapat di pertanggung jawabkan. Sebagai acuan untuk menyusun rancangan penelitian menurut Naresh (1994) dapat terperinci sebagai berikut :

1) Judul penelitian

Judul penelitian harus ada dalam rancangan penelitian karna judul merupakan cermin dari keseluruhan rancangan penelitian dan merupakan wajah dari penelitian yang di lakukan.2) Perumusan Permasalahan

Permasalahan merupakan suatu kajian yang harus tercantum karena pada permasalahan inilah yang di gunakan sebagai aspirasi peneliti dalam penelitian. Permasalahan yang akan di cantumkan pada rancangan penelitian merupakan permasalahan yang harus di cari oleh peneliti di lapangan.3) Latar belakang Penelitian

Pada latar belakang ini penulis harus mencermati fenomena di lapangan yang benar-benar terjadi, sehingga peneliti mempunyai banyak argumen mengapa judul penelitian ini di angkat untuk diteliti.

4) Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian harus sejalan (konsisten) dengan judul penelitian, dengan hipotesa yang ada dan dengan problematika yang di angkat dalam penelitian. Sedangkan manfaat penelitian hendaknya di cantumkan secara jelas sesuai hasil temuan penelitian.

5) Tinjauan Pustaka

Hendaknya di kemukakan berbagai teori yang relevan dengan penelitian yang akan di lakukan, dan perlu juga di cantumkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan di teliti sehingga dapat di gunakan sebagai acuan berpikir, begitu juga tentang konsep operasional variabel yang akan di teliti.

6) Hipotesis

Seorang peneliti perlu menyimpulkan hasil penelitian yang bersifat dugaan, dugaan tersebut perlu di uji kebenarannya melalui kajian analisis yang di gunakan dalam penelitian. Jenis hipotesis menurut Pramono Setiadi Akbar (1998 :38) dapat di golongkan menjadi dua yang pertama, hipotesis kerja yang di mulai dengan kalimat terdapat hubungan, kedua hipotesis nihil yang di mulai dengan kalimat Tidak terdapat hubungan.

7) Metodologi penelitian

Metodologi penelitian, isi dan muatannya adalah menjabarkan sampel populasi, karakter populasi, banyaknya populasi, berikut menjabarkan smapel penelitian meliputi teknik pengambilan, penentuan besarnya sampel, kemudian menjelaskan tentang data yang akan di teliti dan metode analisis data.

8) Daftar Pustaka

Daftar pustaka yang di cantumkan dalam rancangan penelitian adalah sementara (kemungkinan bisa bertambah). Daftar pustaka ini merupakan salah satu indikasi bahwa penelitian sudah menyiapkan diri dengan landasan teori berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti.

Rincian dari unsur-unsur rancangan penelitian tersebut, mutlak harus tercantum pada rancangan penelitian sebab unsur tersebut merupakan kajian pokok yang harus di kuasai oleh calon peneliti, sehingga mudah untuk mengaplikasikan dalam penelitian yang sesungguhnya (saat melakukan penelitian di lapangan). (Yousda, 1993:29).

2.8Pemilihan Rancangan (Disain) Penelitian

Bermacam-macam disain penelitian, ketika akan memilih disain mana yang paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban- jawaban tersebut merupakan acuan dalam menentukan disain penelitian. Burns dan Grovers (Nursalam, 2003: 80) telah mengidentifikasi seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan disain penelitian, yaitu :

1) Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi tertentu?2) Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?3) Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?4) Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?5) Apakah sampel akan diseleksi secara random?6) Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok?7) Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?8) Berapa jumlah masing-masing kelompok?9) Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?10) Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?11) Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time?12) Apakah variable sudah diidentifikasi?13) Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variable?14) Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi?15) Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau kelompok?

16) Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan penelitian.(Aditya, 2010).2.9Jenis-Jenis Rancangan (Disain) PenelitianPengelompokan disain percobaan yang menyeluruh belum dapat di buat dewasa ini, karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis disain penelitian sesuai dengan kondisi dari ilmuan itu sendiri (Nazir 2003:88).

1) Jenis-Jenis Disain (Rancangan) Penelitian Menurut Para AhliMenurut McGrath dalam Nazir (2003:88), membagi disain penelitian atas lima, yaitu: percobaan dengan kontrol, studi, survei, investigasi, dan penelitian tindakan. Sedangkan Barnes dalam Nazir (2003:88) membagi disain penelitian atas:1) studi sebelum- sesudah dengan kelompok kontrol;2) studi sesudah saja dengan kelompok kontrol;3) studi sebelum- sesudah dengan satu kelompok;4) studi sesudah saja tanpa kontrol dan;5) percobaan ex post de facto.Sedang Selltiz, et. Al. Dalam Nazir (2003:88) membagi disain penelitian menjadi atas tiga, yaitu:1) disain untuk studi eksploratif dan formulatif,2) disain untuk studi deskriptif, dan3) disain untuk studi menguji hipotesis kausal.

Shah (1972) mencoba membagi disain penelitian menjadi 6 jenis, yaitu :1) disain untuk penelitian yang ada terkontrol;2) disain untuk studi deskriptif dan analitis;3) disain untuk studi lapangan;4) disain untuk studi dengan di mensi waktu;5) disain untuk studi evaluatif-nonevaluatif;6) disain dengan menggunakan data primer atau sumber data sekunder.

2.9.1Disain Penelitian yang Ada Kontrol

Disain ini adalah disain percobaan atau disain bukan percobaan. Kedua disain tersebut mempunyai kontrol. Disain percobaan, beberapa variabel di kontrol dan beberapa merupakan kontrol. Dalam percobaan, si peneliti mengadakan manipulasi terhadap beberapa variabel atau faktor yang merupakan fenomena yang menyebabkan munculnya hasil yang sedang di teliti. Disain percobaan ini biasanya di pakai untuk meneliti fenomena natura. Di lain pihak, terdapat kesulitan untuk mengadakan percobaan jika objeknya adalah manusia. Ppercobaan sejati tidak bisa di lakukan. Karena itu si peneliti mengadakan percobaan semu dengan kontrol yang tidak berapa ketat. Kontrol ini dapat di lakukan dengan randomisasi, manipulasi melalui pemilihan kelompok yang mempunyai sifat atau karakter yang berbeda dan dengan mengontrol secara statistik. Karena kelompok kontrol di tentukan secara alamiah tanpa manipulasi, maka sukar di pastikan apakah adanya hubungan secara statistik antara fenomena memang di sebabkan oleh variabel yang sedang di teliti atau oleh variabel luar lainnya.2.9.2Disain Penelitian Deskriptif-Analitis

Penelitian yang noneksperimental dapat di bagi atas penelitian deskriptif dan penelitian analitis. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Disain studi deskriptif ini, termasuk disain untuk studi formulatif dan eksploratif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Studi deskriptif juga termasuk :

1) studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu;2) studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas.

Di samping penelitian deskriptif, terdapat juga disain untuk penelitian analitis. Walaupun sangat kecil perbedaan antara studi deskriptif dan analitis, tetapi pada studi analitis, analisis di tunjukkan untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tenang hubungan-hubungan. Berbeda dengan penelitian eksperimen, pada disain penelitian analitis ini, analisis di kerjakan berdasarkan data ex post pasto. Disain studi analisis lebih banyak di batasi oleh keperluan-keperluan pengukuran, dan mengehndaki suatu disain yang menggunakan model seperti pada disain percobaan.

Sesuai dengan metode penelitian, maka disain deskriptif dan analisis dapat di bagi pula atas tiga, yaitu: disain studi historis, disain studi kasus, dan disain survei. Seperti sudah di jelaskan, metode penelitian sejarah mencakup empat aspek, yaitu : mencari material historis, menguji secara kritis asal dan keaslian sumber sejarah, serta validitas dari sumber tersebut memberikan interpretasi dan pengelompokan dari fakta-fakta, serta hubungannya dengan formulasi serta melukiskan hasil penemuan. (Gee, 1950).

Disain studi kasus, unit sosial selalu di lihat sebagi suatu keseluruhan, apakah unit tersebut adalah perorangan, keluarga ataupun kelompok sosial lainnya. Penelitian biasanya mencakup hubungan-hubungan atau proses, seperti krisis dalam keluarga, pembentukan kesetiakawanan, masalah penyesuaian terhadap penyakit dan sebagainya. Sedangkan disain untuk survei mengikuti pola percobaan dengan kontrol statistik ataupun dengan analisis korelasi atau regresi, dalam menentukan tingkat hubungan yang terjadi.2.9.3Disain Penelitian Lapangan atau Bukan

Disain percobaan dapat di lihat dari sudut apakah penelitian tersebut merupakan setting dengan menggunakan lapangan atau tidak. Disain penelitian sejarah, misalnya kurang menggunakan penelitian lapangan, karena banyak kerja penelitian di lakukan untuk mencari dokumen-dokumen di museum, perpustakaan dan sebagainya. Sebaliknya, disain untuk penelitian percobaan lebih banyak di lakukan di lapangan. Keadaan serta tingkat kontrol yang dapat di lakukan juga di pengaruhi oleh ada- tidaknya kerja lapangan dalam penelitian.

Pada metode sejarah, kerja di lapangan hanya merupakan sebagian kerja dari penelitian seluruhnya. Walaupun teknik dalam metode kasus dan metode sejarah hampir bersamaan, tetapi secara relatif, disain studi kasus lebih banyak melakukan kerja lapangan di bandingkan dengan metode sejarah.

Metode survei menggunakan kombinasi dari teknik yang mencakup sampel yang cukup besar sampai teknik pengamatan yang kurang formal dengan sampel kecil dan kualitatif, ataupun studi yang cukup intensif mengenai suatu fenomena. Metode survei di laksanakan di lapangan, karena disain untuk penelitian survei sangat bergantung dari pemilihan responden, pemilihan alat mengumpulkan data, prosedur-prosedur yang di laksanakan serta kondisi di lapangan.

Disain percobaan dengan mempertimbangkan ada tidaknya penelitian lapangan sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kontrol dalam mengumpulkan data. Peneliti dapat membuat kontrol yang ketat pada percobaan laboratorium. Kemampuan memakai kontrol sedikit berkurang jika disain percobaan di lakukan di lapangan , kontrol boleh di katakan tidak ada sama sekali jika disain nonexperimental di lakukan bukan sepenuhnya di lapangan dalam mengumpulkan data seperti disain metode sejarah.2.9.4 Disain Hubungan Penelitian dalam Hubungan dengan Waktu

Penelitian percobaan dan penelitian menggunakan metode sejarah memakai disain di mana penyelidikan di lakukan dalam suatu interval waktu tertentu. Akan tetapi dalam disain survei, masalah waktu yang di gunakan dalam mengumpulkan data perlu sekali di perhatikan. Jika data di kumpulkan dengan cara cross section, maka penelitian di namakan one time cross sectional study. Akan tetapi, jika data di kumpulkan untuk suatu periode tertentu, dan responden yang di gunakan pada periode lain adalah kelompok yang tidak serupa dengan kelompok pada pengumpulan data pertama, maka disain tersebut di namakan disain studi panel. Jika data di kumpulkan pada lebih dari dua titik waktu dengan menggunakan kelompok responden yang sama, maka disain studi dinamakan studi longitudinal, jika data yang di kumpulkan beberapa kali dengan interval yang reguler yang memakai suatu interval yang reguler yang memakai suatu interval yang lama, maka penelitian tersebut di namakan studi time series, atau suatu trend. Studi trend, disain yang di gunakan adalah membuat perbandingan antar kelompok percobaan sebelumnya, dengan kelompok kontrol sesudah itu. Masalah dalam disain ini timbul karena sukar mengamat perubahan-perubahan internal dan check-ing di batasi dengan hanya mencocokkan kelompok kontrol dengan kelompok percobaan.2.9.5 Disain dengan Tujuan Evaluatif atau Bukan

Suatu horizon penelitian, maka dapat di pikirkan suatu penelitian yang melulu dengan tujuan mengumpulkan pengetahuan atau penelitian dasar, dan pada ujung horizon lain adanya penelitian tindakan yang bertujuan terapan yang hasilnya dengan segera di perlukan untuk merumuskan kebijakan. Kemudian terdapat pula suatu penelitian yang di namakan evaluatif, yang merupakan penelitian yang berhubungan keputusan administratif terhadap hasil aplikasi hasil penelitian. Suchman (1967) , memberi definisi penelitian evaluatif sebagai penentuan (apakah berdasarkan opini, catatan, subjektif, atau objektif) hasil (apakah baik atau tidak baik, sementara atau permanen, segera ataupun ditunda) yang di peroleh dengan beberapa kegiatan (suatu program, sebagian program, dan sebagainya) yang di buat untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau performance. Orientasi dari penelitian evaluatif adalah asesmen atau appraisal dari kualitas dan kuantitas kegiatan serta meneliti faktor-faktor yang membuat kegiatan tersebut berhasil. Penelitian evaluatif ini, peneliti harus membuat disain sehingga pertanyaan tentang kualitas dan kuantitas upaya, hasil upaya, hasil dari upaya, efisiensi, spesifikasi mengapa dan bagaimana program tersebut sukses dan sebagainya. Disain penelitian hampir menjurus kepada model percobaan sebelum-dan-sesudah pengukuran dari kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Disain harus berisi analisis, bisa di lapangan atau tidak di lapangan. Disain penelitian evaluatif harus selalu mengenai perubahan yang terjadi menurut waktu.Walaupun tujuan dari penelitian evaluatif dan penelitian nonevaluatif sangat berbeda, tetapi signifikasinya hasil penelitian harus dinyatakan menurut standar ilmiah yang berlaku.

2.9.6 Disain Penelitian dengan Data Primer/Sekunder

Sebagian besar dari tujuan disain penelitian adalah untuk memperoleh data yang relevan, dapat di percaya, valid. Dalam mengumpulkan data, maka si peneliti dapat bekerja sendiri untuk mengumpulkan data atau menggunakan data orang lain. Jika data primer, maka si peneliti dapat menggunakan teknik dan alat untuk mengumpulkan data seperti observasi langsung (participant atau nonparticipant), menggunakan informan, menggunakan questionair, schedule atau interview guide dan sebagainya. Jika data yang di inginkan adalah data primer, maka disain yang di buat harus menjamin pengumpulan data yang efisien dengan alat atau teknik serta karakteristik dari responden. Jika peneliti ingin menggunakan data skunder, maka si peneliti harus mengadakan evaluasi sumber, keadaan data sekundernya, dan juga si peneliti harus menerima limitasi-limitasi dari data tersebut. Hal ini lebih-lebih di perlukan jika di inginkan untuk memperoleh data mengenai masa yang lampau.Disain penelitian merupakan perpaduan antara keputusan dan revisi, di mana suatu keputusan yang di ambil selalu di iringi dengan pengaruh adanya keseimbangan dalam proses. Sudah terang, tiap keputusan harus di sandarkan kepada metode ilmiah, tetapi menterjemahkan keputusan tersebut dalam suatu prosedur operasional yang khas memerlukan seni dan keterampilan (Nazir, 2003:92). 2) Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan Pendekatan Penelitian Yang di GunakanSecara mendasar, sejalan dengan pendekatan penelitian yang di gunakan yang mempunyai tujuan berbeda, disain atau rancangan penelitian di bedakan menjadi dua yaitu kuantitatif dan kualitatif. Meskipun kedua disain mempunyai fungsi yang sama, prosedur operasional yang di tempuh kedua berbeda. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya masing-masing disain akan di bahas secara terpisah (Hadjar 1996:103).1) Disain Penelitian Kuantitatif

Perencanaan disain yang baik akan meningkatkan kualitas hasil penelitian kuantitatif. Dengan kualitas yang menyakinkan, penjelasan tentang hasil penelitian hanya akan dapat di hubungkan dengan faktor-faktor yang ada dalam penelitian. Hal ini dapat di capai bila peneliti mampu mengontrol faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi atau mempunyai kontribusi untuk menjelaskan hasil-hasilnya. Bila tidak ada kontrol terhadap variabel lain, maka hasilnya tidak dapat hanya di hubungkan dengan faktor-faktor penelitian atau dengan kata lain hasilnya bias. Hal ini karena faktor-faktor lain mempunyai kontribusi untuk menjelaskan hasil tersebut. Misalnya, suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa tes masuk yang di buat oleh panitia dapat di jadikan prediktor yang efektif terhadap prestasi belajar mahasiswa. Bila dalam penelitian tersebut peneliti tidak mempertimpangkan faktor lain maka hasil tersebut tidak dapat hanya diatribusikan kepada tes masuk. Hal ini sangat mungkin bahwa faktor-faktor lain seperti IQ, hasil belajar di SLTA dan motivasi belajar, juga mempunyai kontribusi untuk menjelaskan prestasi belajar mahasiswa. Penjelasan hasil penelitian yang mungkin di berikan oleh faktor-faktor yang berada di luar penelitian ini di sebut dengan hipotesis tandingan atau rival hypotesis (McMillan dan Schumer,1989). Hipotesis ini terjadi karena adanya kesalahan dalam disain.

Pada dasarnya, disain dalam penelitian kuantitatif meliputi penentuan pemilihan subyek dari mana informasi atau data akan di peroleh, teknik yang di gunakan untuk mengumpukan data, prosedur yang akan di tempuh untuk pengumpulan, serta perlakuan yang akan di selenggarakan (khususnya untuk penelitian eksperimental). Hipotesis tandingan merupakan ancaman terhadap kualitas dalam merancang atau mendisain suatu penelitian, peneliti harus sedapat mungkin menekan kesalahan yang mungkin ada dalam sumber-sumber tersebut. Kesalahan tersebut terjadi di antaranya karena subyek bias, instrumen yang tidak reliabel dan valid, kondisi pengumpulan data, tidak adanya kontrol variabel yang ketat.

Subyek yang bias sebagai sumber kesalahan dapat terjadi karena teknik pemilihan yang kurang tepat sehingga subyek tidak dapat mencerminkan populasi dari mana ia di pilih. Untuk mengurangi kesalahan ini dapat di lakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yang paling baik adalah penggunaan acak. Acak ini di harapkan dapat di gunakan pada pemilihan kelompok subyek dari populasi yang lebih luas atau pembagian kelompok untuk pemberian perlakuan tertentu. Acak berguna untuk mengurangi kesalahan yang berkaitan dengan karakteristik subyek dalam kelompok yang berbeda sehingga memungkinkan untuk menggeneralisasikan hasilnya terhadap kelompok yang lebih luas (populasi).

Selanjutnya, instrumen yang tidak reliabel dan valid juga dapat menjadi sumber kesalahan karena tidak dapat menghasilkan data yang terpecaya. Instrumen yang tidak valid tidak dapat mengukur karakteristik subyek yang di maksudkan untuk diukur sehingga hasil yang di peroleh akan bias, tidak mencerminkan kenyataan(karakteristik) yang sebenarnya. Sedang instrumen yang tidak reliabel tidak dapat menghasilkan ukuran yang sama bila di lakukan pengulangan sehingga hasil tersebut cenderung bersifat acak dan tidak konsisten. Reliabelitas dan validitas instrumen dapat di tingkatkan dengan beberapa cara di antaranya dengan penggunaan instrumen yang berbeda untuk mengukur perilaku yang sama, memperjelas kriteria pengukuran, dan memperbanyak butir.

Kondisi pengumpulan data dapat menjadi sumber kesalahan bila dalam pelaksanaannya terjadi variasi. Variasi kondisi ini dapat menjadi sumber kesalahan karena dapat mempengaruhi perilaku subyek. Misalnya, seorang peneliti menyelediki perbedaan prestasi belajar siswa yang di ajarkan dengan metode ceramah dan diskusi. Bila tes untuk salah satu kelompok di berikan pagi hari dan yang lain siang hari kondisi tes (dalam hal ini waktu) sangat mungkin mempengaruhi hasilnya karena kemampuan konsentrasi siswa sudah berbeda. Untuk mengatasi kesalahan seperti ini, dapat di lakukan dengan mengusahakan kondisi yang relatif sama untuk kedua kelompok misalnya tes sama-sama di berikan pada pagi atau siang hari.

Terakhir tidak adanya kontrol variabel juga dapat menjadi sumber kesalahan. Kesalahan yang mungkin timbul dari tidak adanya kontrol variabel ini adalah penafsiran hasilnya yang sulit di lakukan karena kompleksnya variabel yang berkenaan dengan manusia. Dengan hanya memfokuskan pada variabel tertentu berarti peneliti telah mengabaikan variabel lain yang mungkin juga mempunyai dalam menjelaskan hasil penelitian. Karena tidak semua variabel dapat atau mungkin di kontrol, peneliti harus berusaha mencari faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil atau kesimpulan untuk di kontrol dan di pertimbangkan dalam penafsiran hasilnya.

Peneliti juga harus memperjelas prosedur yang di gunakan untuk mengumpulkan data penelitiannya. Hal ini meliputi dimana (kelas biasa, laboratorium), kapan (waktu,hari,bulan), dan bagaimana (oleh siapa, alat bantu),data akan di kumpulkan. Agar tidak menghasilkan data yang bias,prosedur yang di gunakan harus standarisasikan. Di samping itu,dalam laporan prosedur tersebut harus di jelaskan sedetil mungkin sehingga memungkinkan peneliti lain untuk menguji validitas atau replikasi.A. Validitas Disain Kuantitatif

Konsep yang sangat penting dan terkait dengan masalah disain adalah validitas, yaitu seberapa jauh penjelasan ilmiah tentang suatu fenomena sesuai dengan kenyataan. Validitas dapat di bedakan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Validitas internal mengacu pada seberapa jauh apa yang di amati, di ukur, dan di analisis sesuai dengan kenyataan. Validitas eksternalmengacu pada kemampuan generalisasi hasil atau dengan kata lain, seberapa jauh hasil serta kesimpulan dapat di terapkn untuk memahami populasi serta setting yang lebih luas. Namun demikian nilai tingkat generalisasi tidak sama antara satu jenis penelitian dan jenis lain. Bagi penelitian tertentu, generalisasi ini mungkin sangat penting, tetapi tidak selalu demikian untuk yang lain.

1) Validitas Eksternal

Validitas Eksternal mengacu pada kemampuan generalisasi hasil-hasil penelitian, yakni seberapa jauh hasil-hasil tersebut dapat di terapkan untuk memahami kelompok yang lebih luas yang berada di luar subyek penelitian. Dalam mengevaluasi kualitas hasil penelitian, ada tiga macam kriteria validitas yang dapat di jadikan kriteria yaitu : populasi, ekologi, dan konstrak .a) Validitas populasi

Mengacu pada seberapa jauh hasil yang dapat di generalisasikan pada individu di luar subyek atau sampel. Karena subyek mempunyai karakteristik yang mungkin sangat berkaitan dengan variabel penelitian, maka hasil penelitian hanya valid untuk di generalisasikan pada kelompok individu di luar penelitian yang memiliki karakteristik relatif sama. Akan tetapi, hasil tersebut kurang valid untuk di generalisasikan kepada kelompok yang mempunyai karakteristik yang tidak serupa. Misalnya, suatu program pembelajaran telah di coba di terapkan di SMA unggulan dengan hasil sangat mengesankan. Karena subyek dalam sekolah unggulan mempunyai karakteristik yang berbeda (misalnya kecerdasan, latar belakang sosial, motivasi, rasa percaya diri, dan biaya pendidikan) dari siswa di SMA biasa, maka validitas hasil program tersebut masih di pertanyakan untuk bisa di generalisasikan ke semua SMA. Dengan demikian, berdasarkan kriteria ini, suatu hasil penelitian valid untuk suatu kelompok tertentu tapi tidak untuk kelompok lain.b) Validitas ekologi

Mengacu pada seberapa jauh hasil-hasil penelitian dapat di generalisasikan pada kondisi lain di luar penelitian. Kondisi penelitian ini dapat meliputi keadaan alamiah variabel bebas dan terikat, waktu pelaksanaan, lingkungan fisik, efek kehadiran peneliti dan lain-lain. Karena kondisinya mempunyai pengaruh terhadap hasil penelitian, maka hasil-hasil tertentu hanya valid untuk di generalisasikan pada kondisi yang serupa dan kurang valid untuk kondisi yang lain. Bisanya kondisi ini kurang memdapatkan perhatian dari peneliti atau pembaca sehingga sering kali pemahaman atau kesimpulannya dapat menyesatkan karena tidak mempertimbangkan kondisi penelitian yang sebenarnya memiliki efek terhadap hasil.c) Validitas konstrak

Mengacu pada seberapa jauh hasil-hasil penelitian dapat di netralisasikan untuk memahami fenomena yang kompleks, lebih luas dari dari konstrak yang di pakai dalam penelitian. Bila penelitian yang di lakukan tidak mengukur seluas mungkin komponen-komponen yang berada dalam cakupan konstrak maka hasilnya kurang valid untuk di generalisasikan untuk memahami konstrak secara utuh. Misalnya suatu penelitian menyelidiki keberagaman siswa suatu sekolah. Bila keberagaman tersebut hanya di ukur dengan aktivitas ibadah dan kegiatan keagamaan di sekolah, maka hasil penelitian tersebut kurang valid untuk dapat mencerminkan semua komponen-komponen keberagaman lain, misalnya sikap,keyakinan, dan ideologi, yang juga tercakup dalam konstrak keberagaman. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut hanya valid untuk mencerminkan aktivitas ibadah dan kegiatan keagamaan, tetapi tidak valid untuk mencerminkankonstrak keberagamaan (Hadjar, 1996).

2) Validitas internal

Validitas internal mengacu pada seberapa jauh apa yang akan di amati, diukur, dan di analisis sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, seberapa jauh berbagai variabel yang mungkin mempunyai pengaruh terhadap hasil penelitian dapat di kontrol. Berbagai variabel tersebut menjadi sumber kesalahan yang dapat mengancam validitas hasilnya. Oleh karena itu,validitas ini akan meningkat bila sumber kesalahan yang dapt mengancam validitas hasilnya. Oleh karena itu, validitas ini akan meningkat bila sumber-sumber kesalahan tersebut dapat di kenali dan di kontrol, baik melalui perlakuan tertentu atau teknik statistik. Di antara sumber-sumber yang dapat menguranfgi validitas adalah moralitas, kematangan regresi statistik, testing, seleksi, dan instrumentasi.a) Mortalitas

Mengacu pada gugurnya keikutsertaan atau pengunduran diri subyek secara sistematis dari penelitian. Hal ini merupakan ancaman terhadap validitas terutama bagi penelitian yang memerlukan waktu lama atau longitudinal. Tidak ikut sertanya subyek yang demikian menyebabkan informasi yang di peroleh dari subyek yang demikian menyebabkan informasi yang di peroleh dari subyek pada saat pengukuran terakhir tidak bis mencerminkan perkembangan yang sebenarnya karena hanya terbatas. Misalnya, seorang peneliti menyelidiki perkembangan kemampuan membaca anak-anak usia sd di pedesaan, dengan mengambil sampel anak-anak dari kelas satu dan mengikuti perkembangannya sampai kelas enam. Bila selama pendidikan tersebut kurang valid untuk mencerminkan perkembangan kemampuan baca anak-anak, karena tidak semua anak yang mengikuti penelitian di ukur kemampuannya pada tahap-tahap akhir. b) KematanganMengacu pada perubahan pada diri subyek dengan berlalunya waktu. Hal ini akan menjadi ancaman bagi validitas, khususnya untuk penelitian yang memerlukan proses. Ancaman tersebut terjadi bila perubahan pada diri subyek tersebut juga mempunyai kontribusi untuk menerangkan hasil penelitiannya.

c) Regresi statistikDapat menjadi ancaman bagi validitas hasil suatu penelitian karena adanya kecenderungan skor subyek yang memiliki nilai tinggi atau rendah akan lebih mendekati nilai mean bila di lakuak tes kedua. Hal ini terutama di lakukan untuk mengukur perubahan yang terjadi dengan cara menggunakan analisis statisik regresi antara hasil tes awal dan akhir. Dengan demikian adanya efek regresi ini, hasil analisis semakin sulit untuk mendapatkan hasil yang signifikan.

d) Testing Di sini mengacu pada penggunaan tes awal (pre test) dan tes akhir(post test) untuk mengukur perubahan akibat dari suatu perlakuan. Pemberian tes dapat mempengaruhi hasil, misalnya dengan mengikuti tes awal seorang subyek akan dapat mengenali model dan materi tes. Materi tersebut dapat mengarahkan subyek pada materi yang penting sehingga dalam proses perlakuan akan mendapatkan perhatiannya, dan tentu saja hal ini berpengaruh pada tes akhir. Di samping itu bila subyek dapat mengingat kembali tes awal, maka hasil tes akhir juga akan terpengaruh. Bila hal ini terjadi, maka validitas pengukuran terancam.

e) Seleksi

Mengacu pada pemilihan kelompok subyek yang tidak dapt di lakukan secara acak. Kelompok yang demikian seringkali mempunyai perbedaan sistematis yang pada gilirannya dapat menjadi sumber ancaman karena kan berpengaruh terhadap hasilnya. Misalnya, bila suatu eksperimen menggunakan subyek sukarela hasilnya mungkin kurang valid untuk di bandingkan dengan kelompok kontrol, karena kesukarelaan itu sendiri sudah menunjukkan perbedaan misalnya motivasi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.f) InstrumentasiMengacu pada perubahan yang terjadi pada alat pengumpul data. Hal ini dapat terjadi, terutama dalam pengumpulan data dengan wawancaraatau observasi. Misalnya, bila pewawancara semakin lelah mungkin ia tidak dapat menjaga situasi komunikatif yang terstandar sehingga respon yang di berikan oleh subyekpun akan sulit menghasilkan informasi yang sebenarnya. Begitu juga, seorang observer yang telah jenuh mungkin hasil perekamannya akan kurang valid. Bila hal ini terjadi, maka hasil penelitian kurang dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya.(Hadjar, 1996:105).

B. Jenis- Jenis Disain Kuantitatif

Berdasarkan disainnya, penelitian kuantitatif dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: deskriptif, eksperimental, dan ex post facto. Masing masing disain tersebut cocok untuk jenis pertanyaan penelitian atau masalah tertentu, tetapi tidak yang lain.berikut ini akan di ulas secara singkat masing-masing jenis tersebut, dengan penekanan pada konsep dasar masing-masing jenis tersebut.1) Disain Deskriptif

Jenis disain penelitian deskriptif di maksudkan untuk mendapatkan deskripsi tentang suatu kenyataan atau menguji hubungan antar kenyataan yang telah ada atau telah terjadi pada subyek. Peneliti tidak melakukan manipulasi perlakuan atau penempatan subyek dalam disain ini. Secara garis besar, ada tiga macam disain dalam kelompok ini: sederhana, korelasional, dan diferensial.

a) Disain Deskriptif Sederhana

Biasanya cukup di sebut deskriptif saja, di maksudkan untuk mendapatkan informasi tentang karakter suatu kenyataan sebagaimana adanya. Kenyataannya tersebut di pelajari secara tersendiri tanpa di kaitkan atau di hubungkan secara inferensial dengan kenyataan lain. Deskripsi ini akan menambah pemahaman tentang kenyataan yang di selidiki. Hal ini di lakukan dengan menggunakan hitungan angka terhadap karakter yang memang sudah ada pada diri individu atau kelompok subyek. Peneliti itu hanya sekedar melakukan pengukuran terhadap kenyataan sebagaiman adanya, tanpa melakuakn manipulasi perlakuan atas subyek. Untuk mendapatkan informasi tentang suatu suatu kenyataan dari jumlah individu yang besar(populasi), biasanya di gunakan disain sigi, dengan hanya memilih jumlah individu yang kecil dari kelompok tersebut. Pertanyaan yang tipikal dengan disain ini adalah : berapa kali rata-rata mahasiswa terhadap kebijaksanaan pemerintah tentang NKK/BKK?Bagaimana hasil Ebtanas siswa- siswa yang yang belajar di sekolah favorit dan non favorit?b) Disain Deskriptif Korelasional

Sebagaimana deskriptif sederhana, disain ini juga menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi perlakuan atau subyek. Fokus yang menjadi perhatian dari disain ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara dua fenomena atau lebih. Di sebut sebagai disain korelasional karena dalam pelaksanaannya menggunakan teknik analisis statistik yang dinamakan korelasi. Korelasi tersebut menyatakan tingkat hubungan antara variabel yang di selidiki.

Ada dua macam korelasi, yaitu positif dan negatif. Korelasi positif terjadi bila penyebaran skor pada satu variabel (kenyataan) di ikuti secara konsisten oleh penyebaran skor pada variabel yang lain dengan arah yang yang sama, yakni sekor tinggi pada satu variabel di ikuti oleh skor tinggi pada variabel lain sedang skor rendah di ikuti pula oleh skor rendah. Sedang korelasi negatif terjadi bila arah peneybaran skor kedua variabel secara konsisten berlawanan arah, yakni skor tinggi dari suatu variabel di ikuti oleh skor rendah dari variabel lain dan sebaliknya skor rendah di ikuti oleh skor tinggi. Penelitian korelasi dapat di bedakan menjadi dua berdasarkan arah hubungannya: prediktif,(satu arah, dapat di tentukan variabel mana yang datang lebih dulu) dan relasional(dua arah, tidak dapat di tentukan variabel mana yang datang lebih dulu).c) Disain Deskriptif Diferensial

Disain ini di gunakan untuk menyelidiki perbedaan suatu kenyataan yang terjadi pada dua kelompok berbeda. Bentuk saling sderhana dari disain jenis ini adalah penyelidikan yang memusatkan pada perbedaan antara kinerja (performance) antara dua kelompok dalam suatu variabel terikat (kenyataan yang di bandingkan ). Disain deskriptif tidak ada manipulasi terhadap perlakuan maupun subyek karena apa yang terjadi sudah ada pada subyek dan bukan untuk tujuan penelitian. 2) Disain Eksperimental

Disain eksperimental, peneliti melakukan manipulasi terhadap perlakuan (treatment) yang di berikan kepada subyek. Peneliti melakukan kontrol terhadap apa yang akan di alami oleh subyek dengan cara memberi atau tidak memberi kondisi atau perlakuan tertentu secara sistematis. Dengan adanya kontrol tersebut, peneliti dapat membandingkan kelompok subyek yang mendapatkan perlakuan dan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan. Perbandingan tersebut di maksudkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara perlakuan yang di manipulasi dan hasil yang terukur. Bila dari analisis ternyata terdapat perbedaaan hasil yang signifikan antara kedua kelompok, maka dapat di simpulkan bahwa perlakuan yang di manipulasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap keluaran(outcame) atau hasil yang di peroleh subyek. Disain eksperimental ada beberapa macam yaitu sejati,singkat dan semu.

a) Disain eksperimental sejati

Disain eksperimental sejati dan semu sama-sama menggunakan kelompok yang berbeda. Perbedaan utama antara kedua macam disain eksperimental tersebut adalah dalam hal penugasan/ penempatan(assignment) individu subyek ke dalam kelompok yang akan di bandingkan. Dalam disain eksperimental sejati pembagian kelompok di lakuakan dengan cara penempatan acak(random assignment), di mana setiap individu subyek mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota masing-masing kelompok. Penetapan acak ini lebih meyakinkan, terutama bila subyeknya cukup banyak, bahwa antara subyek dalam masing-masing kelompok tidak ada perbedaan yang berarti sbelum di beri perlakuan yang di selidiki. Dengan demikian hasil yang di peroleh hasnya bisa di hubungkan dengan perlakuan yang di berikan terhadap subyek, bukan karena danmya perbedaan antara subyek yang belum di beri perlakuan.

b) Eksperimen semu

Disain eksperimental sejati, penempatan subyek kedalam kelompok yang di bandingkan dlam disain eksperimental semu tidak di lakukan secara acak. Individu subyek sudah berada dalam kelompok yang sudah di bandingkan sebelum adanya penelitian yang tidak di maksudkan untuk tujuan eksperimen. Mereka diorganisasikan dalam kelompoknya untuk tujuan lain, misalnya siswa yang berada dalam kelas atau sekolah biasa. Namun demikian dalam disain ini yang di berikan manipulasi perlakuan, yakni dengan cara memberikan perlakuan eksperimental terhadap sebagian kelompok (kelas, sekolah), sebagai kelompok eksperimen dan memberikan perlakuan biasa terhadap sebagian kelompok yang lain sebagi kelompok kontrol. Sebagaiaman disain eksperimental sejati, disain eksperimental semu juga dimaksudkan untuk menyelidiki pengaruh langsung(sebab-akibat) dari perlakuan atau kondisi yang di manipulasi.c) Disain eksperimental subyek tunggal

Disain eksperimental subyek tunggal tidak membandingkan hasil subyek dari kelompok yang berbeda. Alih-alih disain ini mengunakan satu kelompok(biasanya hanya kecil) atau individu subyek yang sama. Mereka di beri perlakuan yang berbeda dalam waktu yang berbeda. Tahap pertama subyek di beri perlakuan seperti biasanya. Peneliti melakukan pengamatan yang seksama terhadap apa yang terjadi pada subyek dan melakukan pengukuran terhadap hasil perlakuan tersebut. Kemudian pad tahap kedua subyek di beri perlakuan eksperimental dan menjaga kestabilan kondisi subyek dengan cara mempengaruhi hasilnya. Hal ini di mksudkan agar kondisi subyek tetap sama kecuali dalam perlakuan. Sebagaimana pada tahap pertama peneliti melakukan pengamatan yang seksama terhadap apa ya g terjadi pada subyek dan juga melakuan pengukran hasilnya. Setelah itu peneliti membandingkan hasil pengamatan yang telah di lakukannya terhadap subyek dalam perlakuan yang berbeda tersebut(tahap pertama dan kedua). Dengan demikian peneliti dapat memperoleh kesimpulan tentang pengaruh dan perlakuan yang di manipulasi tersebut.d) Disain eksperimental perlakuan tunggal

Disain eksperimental perlakuan tunggal tidak memanipulasi perlakuan yang di berikan. Alih-alih peneliti memberikan perlakuan yang sama terhadap kelompok subyek yang berbeda. Pengelompokan individu subyek tidak di lakuakan secara acak, tetapi di dasarkan pada perbedaaan faktor yang menjadi fokus peneylidikan, misalnya bakat akademik (verbal,numerikal) dan kemadirian (independen dan dependen). Tujuan dari disain ini adalah untuk meneylidiki apakah suatu perlakuan eksperimenmempunyai pengaruh yamng berbeda terhadap kelompok yang berbeda. Dalam hal ini subyek(kelompok)yang di libatkan harus mempunyai kondisi yang relatif sama kecuali dalam faktor yang di jadikan dasar pengelompokan.e) Disain ex post pasto

Disain ini digunakan untuk menjajagi kemungkinan adanya hubungan kausal (sebab-akibat) antara variabel yang tidak dapat di manipulasi oleh peneliti. Peneliti membandingkan dua kelompok subyek atau lebih yang relatif sama kecuali dalam faktor tertentu yang menjadi fokus dari penyelidikan. Berbeda dari disain eksperimental di mana apa yang terjadi pada subyek telah di manipulasi oleh peneliti, disain ex post pasto memfokuskan penyelidikannya pada apa yang telah terjadi pada subyek. Peneliti kemudian menjajagi adanya perbedaan hasil dari hasil kedua kelompok yang berbeda tersebut. Bila ternyata hasil yang di peroleh berbeda, maka peneliti dapat dapat menyimpulkan bahwa perbedaan tersebut di sebabkan oleh perbedaan faktor yang menjadi fokus penelitiannya. Misalnya, peneliti tertarik untuk menyelidiki pengaruh pola asuh anak (di asuh oleh orang tua tunggal [bapak atau ibu saja] dan di asuh oleh oleh kedua orang tua ) terhadap perilaku sosial. Karena pola asuh tersebut tidak dapat di manipulasi, misalnya kita tidak boleh memperlakukan agar seorang anak di asuh oleh salah satu orang tuanya (bapak saja atau ibu saja) atau di asuh oleh kedua orang tuanya maka tidak mungkin di lakukan eksperimen. Dengan demikian disain ex post facto yang cocok. Dalam hal ini peneliti hanya mengidentifikasi anak-anak yang di asuh oelh orang tua tunggal dan mereka yang di asuh oleh kedua orang tua yang mempunyai latar belakang faktor lain yang relatif sama. Kemudian subyek di beri tes perilaku sosial untuk mengetahui apakah anak yang di asuh oleh satu orang tua mendapatkan nilai yang berbeda dari mereka yang di asuh oleh kedua orang tua (Hadjar, 1996:107).2)Disain Penelitian Kualitatif

Paradigma, proses, metode, dan tujuannya berbeda, penelitian kualitatif memiliki model disain yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Tidak ada pola baku tentang format disain penelitian kualitatif, sebab ; (1) instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, sehingga masing-masing orang bisa memiliki model disain sendiri sesuai seleranya, (2) proses penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga sulit untuk dirumuskan format yang baku, dan (3) umumnya penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau fenomena tertentu, sehingga sulit untuk dirumuskan format disain yang baku.

Rancangan penelitian kualitatif (qualitative approach), Dalam dunia pendidikan dimaksudkan untuk meneliti proses pendidikan baik dalam lingkup intern maupun ekstern sekolah. Rancangan penelitian kualitatif ini berbeda dengan kuantitatif, penelitian ini bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna dilapangan. (Aditya, 2010).

a) Bentuk-Bentuk Rancangan Penelitian Kualitatif1) Grounded Theory (Teoretisasi Data)Rancangan teori grounded merupakan prosedur penelitian kualitatif yang sistematik, dimana peneliti melakukan generalisasi satu teori yang menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi mengenai suatu topik pada level konseptual yang luas. Tujuan grounded theory yaitu untuk menentukan kondisi yang memunculkan sejumlah tindakan/interaksi yang berhubungan dengan suatu fenomena dan akibatnya. Dalam dunia pendidikan teori ini digunakan untuk meneliti bagaimana proses kegiatan pengajaran, proses bimbingan, pengelolaan kelas/manajemen kelas, dan bagaimana hubungan antara guru dan siswa di sekolah.2) Rancangan Penelitian Etnografik

Rancangan penelitian etnografik merupakan prosedur penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisa, dan menginterprestasi pola prilaku, kepercayaan, dan bahasa bersama dari sekelompok budaya yang berkembang pada seluruh waktu. Dalam lingkungan pendidikan penelitian ini dirancang untuk meneliti tentang bagaimana kurikulum yang diterapkan, serta metode apa yang digunakan guru untuk mengajar.3) Rancangan Penelitian Naratif

Seorang peneliti mendeskripsikan kehidupan individual, mengumpulkan dan menceritakan informasi tentang kehidupan individu-individu, serta melaporkannya secara naratif tentang pengalaman-pengalaman mereka. Dalam bidang pendidikan misalnya, meneliti bagaimana perkembangan psikososial anak didik serta aktifitas-aktifitasnya baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. 4) Rancangan Study Kasus

Penelitian dalam rancangan study kasus dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/subyek yang diteliti. Penelitian ini lebih mementingkan proses dari pada hasil, lebih mementingkan konteks dari pada suatu variabel khusus, lebih ditunjukan untuk menemukan sesuatu dari pada kebutuhan konfirmasi.

Penelitian ini menganalisa bagaimana keadaan individu peserta didik, dalam persoalan sosialnya maupun pola kehidupannya baik dalam hal pergaulan maupun sikap di dalam masyarakat.5) Rancangan Metode Campuran

Penelitian metode campuran, peneliti mengkombinasikan data kuantitatif dengan data kualitatif, yaitu untuk menerangkan dan mengeksplor problem penelitian dengan cara terbaik. Rancangan metode ini merupakan prosedur untuk mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu penelitian tunggal, dan untuk menganalisa dan melaporkan data ini berdasarkan prioritas, sekuensi, dan level integrasi informasi. Biasanya rancangan ini ditujukan dalam pengisian hasil studi/nilai akhir sekolah, menganalisis nilai siswa, serta untuk menentukan pengembangan diri masing-masing siswa selama mengkuti pembelajaran.6) Rancangan Penelitian Tindakan (Action Research)Penelitian ini memanfaatkan data kuantitatif dengan data kualitatif seperti metode campuran, akan tetapi fokusnya lebih merupakan terapan. Tujuan penelitian ini dalam dunia pendidikan adalah untuk meningkatkan praktek pendidikan dan pengajaran dimana guru melaksanakannya berkaitan dengan problem yang mereka hadapi dalam setting sekolah. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran rancangan penelitian tindakan merupakan prosedur sistematik yang dipakai oleh guru (atau peneliti) untuk mengumpulkan data kuantitatif dan atau data kualitatif tentang cara-cara mereka bekerja, bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana baiknya siswa belajar.(Yousda, 2010).

3) Format Rancangan Penelitian KualitatifDunia Pendidikan konteks pendekatan kualitatif, elemen dan unsur-unsur utama sebagai isi (content) dari rancangan penelitian pada umumnya adalah: konteks penelitian (latar belakang masalah); fokus kajian atau pokok persoalan yang hendak diteliti; tujuan penelitian; ruang lingkup dan setting penelitian (latar alamiah penelitian itu dilakukan); perspektif teoritik (fenomena sosial) dan kajian pustaka; serta metode yang digunakan.

Adapun format rancangan penelitian kualitatif ada beberapa versi, akan tetapi format di sini sebagai modifikasi, sehingga mudah diaplikasikan. Oleh (Yousda, 1993) Sistematikannya adalah sebagai berikut:1) judul;

2) konteks Penelitian;3) fokus Kajian;4) tujuan Penelitian;5) ruang lingkup dan setting penelitian;6) perspektif teoritik dan kajian pustaka;7) metode penelitian;8) pendekatan;9) unit Analisis;10) pengumpulan dan Analisis Data;11) keabsahan data;12) jadwal kegiatan penelitian;13) anggaran penelitian;14) daftar kepustakaan.2.10Kekeliruan Dan Kelemahan Menyusun Rancangan PenelitianKekeliruan dan kelemahan yang biasa terjadi dalam menyusun rancangan penelitian dapat terperici sebagai berikut.A. Kekeliruan Penyusunan Rancangan Penelitian

Kekeliruan dalam menyusun rancanganj penelitian yang di lakukan oleh calon peneliti di sebabkan.1) Calon peneliti hanya terfokus pada judul penelitian tanpa memperhatikan permaslahan pokok dalam penelitian. Sehingga tidak bisa menguasai rencana penelitiannya dengan benar, dan ada kecenderungan judul yang di ajukan sama sekali tidak mewakili permasalahan yang di teliti.

2) Sistematika rancangan penelitian yang di susun oleh calon peneliti seolah-olah mereka menyusun laporan sehingga rencana yang di ajukan tidak menjelaskan mengapa permasalahan itu di angkat menjadi judul penelitian. Oleh sebab itu, calon peneliti harus menyadari bahwa disain penelitian merupakan kerangka pikir dan peunjuk arah untuk melakukan penelitian yang akurat. B. Kelemahan penyusunan rancangan penelitian

Adapun penyebab terjadinya kelemahan yang di lakukan oleh calon peneliti di sebabkan:

1) kurangnya dukungan teori yang mapan, akibatnya dasar teori yang di gunakan sebagai landasan untuk mennetukan variabel-variabel yang akan di teliti, sehingga variabel yang akan di teliti kurang memenuhi konsep teori.(keterkaitan antara variabel dan teori kurang relevan);2) kurangnya dukungan pengetahuan metodologi, akibatnya disain penelitian yang di susun kurang memenuhi syarat yang pada gilirannya akan menyebabkna hasil penelitiannya kurang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.

kekeliruan dan kelemahan dalam menyusun rancangan penelitian, Untuk mengatasi dengan cara calon peneliti harus mampu mempelajari dan menguasai unsur-unsur dalam penyusunan rancangan penelitian (Djaja, 2011).

BAB 3. PENUTUP3.1KesimpulanDisain atau rancangan penelitian dalam arti luas yaitu semua proses dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sedangkan dalam arti sempit rancangan penelitian adalah pelaksanaan rencana tentang bagaimana mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data. Pembuatan disain bertujuan untuk menguji atau menemukan ilmu pengetahuan, memperoleh dana untuk membiayai penemuan baru, membantu mengatasi atau memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dan menyelesaikan tugas akhir sekolah atau tugas akhir di perguruan tinggi. Kriteria yang harus di perhatikan dalam perumusan rancangan penelitian adalah kompherensif, disusun secara sistematis logis dan harus dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan di peroleh. Disain penelitian tidak pernah di lihat sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi di lihat dari segi baik atau tidak baik saja. Pemilihan disain biasanya di mulai ketika seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya. Disain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamataan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing, dan memproses data yang di kumpulkan. Format/disain/rancangan penelitian bagi masing-masing lembaga mempunyai pola tertentu yang telah di bakukan, perbedaan ini tidak perlu di perdebatkan sepanjang secara ilmiah dapat di pertanggung jawabkan.

3.2 Saran

Di harapkan semoga pembaca khususnya caloncalon pendidik dapat memahami dan mengerti akan pentingnya rancangan (disain) penelitian sebagai fasilitas bagi tujuan penelitian.

DAFTAR PUSTAKASumber Buku

Djaja, Sutrisno. 2012. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Jember: Universitas Jember.

Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT rajaGrafindo Persada.

Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yousda, Amirman, I., Ine dan Arifin, Zainal. 1993. Penelitian Dan Statistik Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Internet

Aditya, Dodiet.2010. Validitas penelitian . Politeknik kesehatan Surakarta [serial online]http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/09/hand-out-rancangan-penelitian-2009-2010-final.pdf. (di akses tanggal 07 oktober 2013)Kuntjoo. 2009. Metodologi Penelitian.[serial online]http://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf. (di akses tanggal 27 september 2013)