RANCANGAN AKUSTIK RUANG MUSIK
A. Sifat Akustik Ruang yang Mempengaruhi Kualitas
MusikKarakteristik akustik ruang yang mempengaruhi kualitas bunyi
dari musik yang disajikan dalam ruangan adalah : 1. Bentuk dan
Volume AuditoriumBila musik memberi kesan sepertinya disajikan
dalam ruang yang kecil dan akrab, maka auditorium mempunyai
keakraban akustik, dan biasanya tidak dibatasi ukurannya. Bila
auditorium mempunyai volume yang relatif besar bagi penonton,
dengan dinding yang kebanyakan adalah pemantul bunyi, maka ruang
dikatakan hidup. 2. Pengaruh RT (waktu dengung)Bila RT dikendalikan
dengan benar, kepenuhan nada yang menyenangkan akan tercatat.
Kepenuhan nada yang berlebihan membuat bunyi tersebut kabur dan
tidak menyenangkan. Ketegasan dan kepenuhan nada punya hubungan
yang terbalik, artinya ruang dengan derajat kejelasan tinggi punya
RT yang pendek dan sebaliknya. 3. Keseimbangan
(balance)Keseimbangan (balance) diperoleh lewat permukaan pemantul
bunyi dan permukaan difusi bunyi yang banyak sekeliling sumber
bunyi. Pengendalian keseimbangan merupakan tanggung jawab
dirigen.4. Daya campur (perpaduan)Bila musik dicampur dengan baik
sebelum mencapai pendengar, sehingga bunyi diterima secara
harmonis, maka ujung pengirim auditorium dikatakan mempunyai daya
campur yang baik. Dinding dinding orkestra yang reflektif dan
difusif mengendalikan paduan. Bila panggung orkestra atau ruang
bawah orkestra terlampau lebar, maka ia akan kehilangan perpaduan
yang baik.5. Kebebasan dari bisingKebebasan dari bising artinya
reduksi bising eksterior dan interior sampai tak terdengar atau
minimum yang dapat diterima, adalah satu persyaratan auditorium
untuk musik yang paling penting.
Kualitas akustik ruang lain yang penting adalah kebebasan yang
sempurna dari cacat akustik, seperti gema, pemusatan bunyi,
distorsi, dan banyangan bunyi.
B. Pengaruh Akustik Ruang pada MusikSifat sifat akustik ruang
berpengaruh pada tahap proses musik terdiri atas :1. Pada
komposisiPemusik atau pemain tunggal biasanya menyesuaikan
penampilan mereka dengan kualitas auditorium mereka bermain, karena
keberhasilan mereka sebagian besar tergantung pada akustik ruang
tersebut.2. Pada pergelaran (produksi)Penonton atau kritikus musik
dipengaruhi oleh kualitas akustik auditorium dalam menilai
pergelaran musik, dalam menentukan kecocokan mereka terhadap musik
dan untuk pergelaran musik.3. Pada pendengaranMusik membutuhkan RT
yang lebih panjang daripada pidato, karena bunyi musik hidup lebih
lama daripada sukukata pembicaraan.
C. Pertimbangan pertimbangan Akustik dalam Rancangan Auditorium
MusikDisamping persyaratan umum, perhatian harus diberikan pada
butir butir sebagai berikut :1. RT (waktu dengung) harus selalu
merupakan kompromi yang ditetapkan dengan teliti. RT yang
dikendalikan dengan hati hati akan menambah kepenuhan nada dan akan
membantu kekerasan, ketegasan, dan difusi.2. Ketegasan akan
memuaskan bila kesenjangan waktu tunda mula mula tidak lebih dari
20m sekon.3. Mengadakan persediaan dan distribusi nada nada rendah
yang cukup untuk daerah pendengar yang luas (lebih dari 2500 tempat
duduk).4. Untuk memperoleh kualitas bunyi yang merata pada seluruh
daerah penonton, balkon tidak boleh menonjol terlampau dalam ke
rongga udara.5. Gema akan jelas bila RT pendek dan difusi tidak
cukup.6. Frekuensi bunyi dalam akustik ruang musik berjangkauan
lebih luas dibandingkan jangkauan untuk pembicaraan (30 12.000
hertz)
D. Bentuk LantaiBentuk lantai auditorium yang digunakan untuk
musik biasanya mrngambil salah satu atau kombinasi bentuk bentuk,
yang dijelaskan di bawah ini :1. Lantai empat persegiLantai bentuk
ini adalah bentuk lantai yang histories, dengan unsur tradisi yang
menonjol dan masih digunakan dengan berhasil. Pemantulan silang
antara dinding dinding sejajar menyebabkan bertambahnya kepenuhan
nada, suatu segi akustik ruang yang sangat diinginkan pada ruang
musik.2. Lantai bentuk kipasLantai bentuk ini membawa penonton
lebih dekat ke sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi
balkon.3. Lantai bentuk tapal kudaLantai bentuk ini menggambarkan
pengaturan tradisional rumah rumah opera. Keistimewaannya adalah
kotak kotak yang berhubungan yang satu diatas yang lain.4. Bentuk
lantai melengkungBentuk lantai ini biasanya dihubungkan dengan atap
kubah yang sangat tinggi. Lantai melengkung harus dihindari, karena
kekurangan - kekurangan akustiknya.5. Bentuk lantai tak
teraturBentuk lantai ini dapat membawa penonton sangat dekat sumber
bunyi. Bentuk ini dapat menjamin keakraban akustik dan ketegasan,
karena permukaan yang digunakan untuk menghasilkan pemantulan
dengan waktu tunda singkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam
keseluruhan rancangan arsitektur.
Studio Acusticum, Multipurpose ConcertHallMenikmati musik tentu
bukanlah hal yang baru. Dalam menikmati penampilan musik tentu saja
mengutamakan kenyamanan pendengaran, baru kemudian ada aspek visual
dan juga kondisi termal ruangan yang juga perlu diperhatikan.
Selama ini di Indonesia penampilan musik sangatlah identik dengan
sistem pengeras suara (sound reinforcement system). Padahal untuk
beberapa tipe musik, seperti musik klasik, tentu suara murni dari
alat musik akan jauh lebih baik dibandingkan melalui sistem
pengeras suara. Penampilan musik tanpa penggunaan sistem pengeras
suara tentu bisa dicapai dengan pengondisian akustik yang tepat
dari ruang tempat pertunjukan. Bagi Anda yang belum pernah
merasakannya mungkin tidak percaya jika ada pertunjukan musik yang
tidak menggunakan sistem pengeras suara, di Inonesia sudah ada
Usmar Ismail Hall, saya sarankan untuk mencicipi penampilan
disana.Kondisi akustik ruangan merupakan hal yang diperhatikan di
awal perancangan ruang, yakni sebelum dibangunnya ruang tersebut.
Perancangan akustik ruangan tentu saja berawal dari fungsi ruangan
tersebut. Jika ruangan tersebut dimaksudkan untuk menikmati musik
klasik tentu nilai optimum dari parameter akustik yang harus
dicapai akan berbeda dengan musik jazz.Perbedaan tipe (genre) musik
maka akan membutuhkan kondisi akustik ruangan yang berbeda pula.
Berbeda pula jika dimaksudkan untuk mendengarkan orang berbicara
atau pidato dan teater. Pada dasarnya perancangan akustik ini
dilakukan dengan memanfaatkan karakter suara yang berupa
gelombang.Suara dapat dipantulkan, diserap, ditransimisikan,
merambat dalam dinding, dan mengalami defraksi. Hal-hal tersebut
yang kemudian dimanfaatkan untuk menentukan bahan dasar pembentuk
permukaan ruang. Dengan penggunaan reflektor, tentu suara
diharapkan bisa memantul hingga mencapai penonton yang berada jauh
dari panggung, hal ini tentu memerlukan sudut yang tepat. Kondisi
akustik yang ingin dicapai adalah level (tingkat kekerasan) suara
yang merata di seluruh area penonton, level suara yang cukup yakni
tidak terlalu kencang ataupun tak terdengar, nilai waktu tunda yang
optimal, tidak terjadi cacat akustik, dan tidak terganggu oleh
bising. Nilai waktu tunda (reverberation time) adalah waktu yang
dibutuhkan suara untuk meluruh dalam ruangan. Bayangkan jika
gamelan dimainkan di dalam ruangan luas yang kosong dimana waktu
dengung sangat tinggi, maka suara gamelan akan terdengar bercampur
dan seakan tak habis-habis di udara. Sedangkan pada kondisi ruangan
yang sama, paduan suara bernyanyi disana mungkin terasa lebih enak
didengar. Parameter ini yang perlu dipenuhi nilai optimumnya oleh
kondisi akustik berdasarkan genre musiknya.Perancangan akustik
ruangan yang dilakukan di awal berdasarkan tujuan penggunaan ruang
membuat adanya keterbatasan penggunaan ruang.Studio Acusticum di
Pitea, Swedia, dijadikan sebagai multipurpose concert hall.
Perancangan akustik Studio Acusticum dilakukan oleh Tunemalm
Akustik dengan bantuan dari Lulea University of Technology.Studio
Acusticum memiliki kapasitas sekitar 600 kursi dengan bentuk dasar
berupa shoe box Kota Pitea memiliki tradisi yang kuat untuk
menggunakan elemen kayu pada bangunan. Di sisi lain penggunaan kayu
sebagai penutup permukaan ruang sangat baik sebagai reflektor.
Sehingga penggunaan kayu pada Studio Acusticum sangat
menguntungkan.
Gambar 1. Studio AcusticumAwalnya konsep perancangan
multipurpose concert hall ini karena adanya kebutuhan dari Musical
School of Pitea yang ingin memiliki hall yang dapat mengakomodasi
berbagai genre musik. Namun kualitas akustik yang diharapkan harus
tetap memenuhi standar internasional. Penggunaan sistem elektronik
tidak cukup tepat untuk diterapkan di Studio Acusticum. Penggunaan
absorber merupakan jalan lain untuk dilakukan, hanya saja sulit
memperoleh absorber yang memeiliki koefisien absorbsi merata pada
seluruh frekuensi.Concert hall yang diinaugurasi pada tahun 2007
ini pada akhirnya menggunakan konsep adjustable ceiling,
dimanalangit-langit dapat diubah ketinggiannya. Langit-langit dapat
ditinggikan atau direndahkan 5m, sehingga volume ruangan dapat
berubah hingga 30%. Volume ruangan ini akan sangat memengaruhi
nilai dari waktu dengung. Semakin tinggi langit-langit, semakin
besar volume ruangan, maka waktu dengung yang dihasilkan akan
semakin panjang, begitu sebaliknya. Selain itu terdapat juga gorden
di belakang panggung dan dinding samping yang dapat diturunkan
untuk mencapai waktu dengung yang singkat pada musik yang
menggunakan sistem pengeras suara.Permukaan dinding sangatlah
difusif, selain itu di atas panggung juga terdapat reflektor
berbentuk curva untuk mendukung pantulan suara ke arah
penonton.
Gambar 2. Permukaan dinding difusif dan kayuHasil pengukuran
yang dilakukan disana menunjukkan bahwa pengubahan ketinggian dari
langit-langit hanya mempengaruhi nilai waktu dengung dan tingkat
kejelasan (clarity). Dimana tingkat kejelasan meningkat seiring
menurunnya waktu dengung. Di luar itu, tidak ada kondisi akustik
yang berubah seiring ketinggian langit-langit. Sehingga tingat
kekerasan suara (loudness) tidak akan berubah dan juga tetap
merata. Namun ketika gorden diturunkan, maka tingkat kekerasan
suara akan turun drastis karena sifatnya yang absorbtif.
Gambar 3. Tiga kondisi pengukuranKonsep adjustable ini akan
sangat bermanfaat jika diterapkan pada gedung kesenian di
Indonesia. Mengingat beragamnya musik setiap adat di Indonesia yang
tentu akan membutuhkan parameter akustik yang berbeda pula. Semoga
nanti akan ada gedung kesenian yang mampu mengakomodasi kebutuhan
parameter akustik setiap musik tradisional Indonesia.
RANCANGAN AKUSTIK RUANG PIDATO
Perkembangan bisnis sistem tata suara dan juga peranan ilmu
akustik untuk menunjang perkembangan rancangan arsitektur dan
interior bagi ruangan yang dimanfaat untuk menunjang performansi
sistem tata suara, pada saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup
menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan bertambah banyaknya
kebutuhan akan ruangan home theatre baik itu di ibukota maupun di
kota-kota besar lainnya. Perkembangan perangkat sistem tata suara
yang menunjang home theatre inipun, menjadi pemicu bagi peningkatan
minat dan kebutuhan para pengemar audio khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Perkembangan budaya karaoke pun menambah gairah
perkembangan kebutuhan akan ruangan yang memiliki kondisi akustik
yang memadai untuk kebutuhan tersebut.Apapun bentuk dan jenis
ruangan atau venue yang membutuhkan perancangan akustik yang tepat,
semestinya memiliki objektif untuk menghasilkan medan suara yang
sesuai dengan tujuan dan maksud pemanfaatan ruangan atau venue
tersebut. Sebelum membicarakan objektif tersebut, perlu kita pahami
bersama mekanisme dari terjadinya suara dan juga medan suara di
dalam ruangan.
Gambar 1. Komponen utama terjadinya suaraPada Gambar 1, secara
sederhana digambarkan bahwa akustik atau terjadinya suara itu
menyangkut 3 komponen utama yaitu sumber suara, ruangan/medium dan
penerima. Jika salah satu dari ketiga komponen utama tersebut tidak
ada, maka suara pun tidak ada. Ketiga komponen utama akustik ini
memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan diukur baik itu
secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian objektif
tentunya berdasarkan kepada besaran2 yang bersifat objektif yaitu
besaran-besaran fisika, misalnya besaran sound pressure level dari
sumber suara, besaran waktu dengung ruangan atau juga directivity
dari mikrophone (dalam hal ini mikrophone bertindak sebagai
penerima suara). Sementara itu penilaian subjektif pada umumnya
berdasarkan kepada subjective preference dari orang yang
menilainya, meskipun penilaian yang dilakukan tersebut sering juga
didasarkan kepada besaran-besaran fisika, misalnya seseorang lebih
menyukai speaker A dibandingkan dengan speaker B akibat adanya
perbedaan karakteristik frekwensi atau juga perbedaan karakteristik
dinamiknya. Objektif perancangan akustikTujuan atau objektif dari
perancangan akustik suatu venue, baik itu indoor maupun outdoor,
semestinya menyertakan dan memperhitungkan juga ketiga
karakteristik objektif komponen utama akustik tersebut. Pada
umumnya, apapun perancangan akustik yang dilakukan, apakah itu
perancangan tata suara lengkap, tanpa memberikan acoustics
treatment pada venue di luar ruangan, maupun perancangan akustik
ruangan, misalnya perancangan akustik ruang home theatre atau
studio rekaman, maka tujuan atau objektifnya adalah menghasilkan
medan suara yang optimal dan tepat yang dapat didengarkan oleh
pendengarnya. Medan suara yang didengarkan oleh pendengar ini
tentunya memiliki karakteristik yang ditentukan oleh
besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu karakteristik fisika
dari medan suara.Karakteristik medan suara yang diterima pendengar
dapat dibagi menjadi komponen yang bersifat temporal, yaitu besaran
yang dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu. Disamping itu ada juga
komponen yang bersifat spatial, yaitu besaran yang dapat dinyatakan
dengan dimensi ruang. Jika penerimanya adalah manusia atau orang,
bukan mikrophone untuk perekaman misalnya, maka karakteristik medan
suara yang diterima itu dapat dinyatakan dengan 4 parameter utama
yaitu :1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran
ini dinyatakan dengan besaran dBA. 2. Waktu tunda pantulan awal
(initial delay time), yaitu waktu tunda yang terjadi antara suara
langsung dan suara pantulan, 3. Waktu dengung subsequent
(subsequent reverberation time), yaitu waktu dengung yang
berhubungan satu-satu dengan posisi sumber suara dan penerima dan
4. Korelasi silang sinyal antar kedua telinga (inter-aural cross
correlation, IACC), yaitu besaran yang menyatakan adanya perbedaan
sinyal suara yang diterima di telinga kiri dan kanan pendengar.
Tiga parameter utama dari 1 sampai 3 di atas adalah parameter yang
bersifat temporal dan besaran ini dapat diukur dengan menggunakan
satu channel pengukuran saja, misalnya menggunakan sound level
meter atau frequency analyser 1 channel. Disamping itu, ketiga
parameter tersebut memiliki karakteristik yang juga sangat
tergantung kepada frekwensi. Sementara parameter utama yang keempat
adalah besaran yang bersifat spatial dan hanya dapat diukur dengan
menggunakan instrumen dual channel dengan memanfaatkan dummy head.
Hal ini disebabkan karena manusia memiliki dua buah telinga yang
posisinya sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi adanya ruang
dan juga dapat melokalisasikan posisi dari sumber suara. Adanya
ke-empat parameter utama akustik ini, bukan hanya berlaku bagi
medan suara di dalam ruangan (indoor) tetapi juga berlaku untuk
sistem tata suara di luar ruangan (outdoor).Dari penjelasan di
atas, maka objektif perancangan akustik, baik indoor maupun
outdoor, termasuk juga perancangan sistem tata suara dari studio
rekaman sampai kepada gedung konser, sudah semestinya dapat
memanfaatkan keempat parameter utama ini. Kebutuhan atau tujuan
yang dikehendaki oleh klien atau owner dari ruangan atau venue
mesti diterjemahkan ke dalam besaran objektif dari keempat
parameter tersebut. Sebagai contoh, jika klien menginginkan agar
ruangan dapat digunakan sebagai auditorium tanpa menggunakan musik
misalnya, maka perancangan akustik mesti menerjemahkan kebutuhan
medan suara bagi pembicaraan/pidato ini ke dalam besaran-besaran
keempat parameter tersebut. Perancang mesti menentukan suatu posisi
yang disebut dengan design point dimana di posisi ini nilai besaran
keempat parameter tersebut mesti dirancang berada pada nilai yang
optimum, bagi tujuan pemanfaatan ruangan atau venue tersebut. Jika
ruangan atau venue tersebut cukup luas, maka dapat dibuatkan
rancangan mapping dari besaran keempat parameter tersebut, terutama
sekali di daerah dimana penonton atau audience berada.Setelah
propose nilai keempat parameter tersebut disetujui, dimengerti dan
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien atau owner, termasuk
juga perlu dikonsultasikan dan didiskusikan tentang appearance dari
design interior atau venue set up nya, maka besaran keempat
parameter ini dapat diterjemahkan kembali ke dalam besaran2 fisika
yang sesuai dan berhubungan dengan arsitektur dan juga design
interior. Besaran-besaran itu, misalnya volume ruangan, luas
ruangan, ketinggian langit-langit, karakteristik akustik permukaan
dinding langit-langit dan juga semua bidang permukaan di dalam
ruangan atau di daerah venue tersebut. Besaran-besaran inilah yang
mesti diimplementasikan oleh pelaksana/kontraktor dan juga sound
engineer di lapangan. Setelah pelaksanaan implementasi rancangan
hampir selesai, maka perlu dilakukan pengukuran untuk mengetahui
sejauh mana kondisi objektif di lapangan sudah mendekati atau
sesuai dengan besaran-besaran yang dipropose. Apabila masih terjadi
penyimpangan antara kondisi riil dengan kondisi propose, maka
dengan tepat dan cermat pelaksana dilapangan dapat melakukan
perbaikan-perbaikan, bahkan dapat memberikan usulan perubahan
rancangan kepada perancangnya. Perubahan atau modifikasi rancangan
inipun perlu juga untuk dikonsultasikan dan didiskusikan terlebih
dahulu dengan klien ataupun owner. Sebelum seluruh hasil pekerjaan
akhir dari treatment acoustics diserah-terimakan kepada klien atau
owner, kembali perlu dilakukan pengukuran parameter-parameter
tersebut, dimana hal ini akan menunjukkan sejauh mana kesesuaian
antara karakteristik objektif dari hasil rancangan dengan
karakteristik hasil implementasi rancangan. Dengan demikian maka
akan dapat dihindari judgement yang sangat bersifat subjective dan
juga menunjukkan quality product dari seluruh proses perancangan
akustik tersebut.Impulse ResponseSalah satu tool yang cukup baik
dan memadai untuk melakukan verifikasi besaran2 keempat parameter
akustik seperti yang dijelaskan di atas adalah impulse response.
Untuk kondisi akustik di dalam ruangan, fenomenanya dapat
dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2 berikut ini.Di dalam setiap
ruangan, maka sinyal suara yang dihasilkan oleh sumber suara akan
diterima oleh pendengar atau penerima suara, setelah sinyal suara
tersebut menjalar di dalam ruangan. Sinyal suara ini akan mengalami
semua proses penjalaran gelombang mekanis di dalam ruangan seperti
pantulan, penyerapan dan transmisi oleh permukaan ruangan disamping
juga pembelokan gelombang suara oleh permukaan tertentu. Pada
posisi penerima, sinyal suara dari sumber suara tersebut diterima
dalam bentuk suara langsung dinyatakan dengan L pada Gambar 2,
suara pantulan yang dinyatakan dengan P dan juga suara dengung yang
dinyatakan dengan D. Akibat sifat penjalaran suara yang berupa
penjalaran gelombang mekanis dengan kecepatan penjalaran yang
jauh-jauh lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan cahaya, maka
pada penerimaan ketiga jenis suara tadi akan diterima dengan
susunan waktu yang berbeda-beda. Jika sinyal dari sumber suara
berupa sinyal impulse yaitu sinyal dengan daya yang cukup besar --
idealnya secara matematis dayanya tidak berhingga-- dan memiliki
waktu kejadian yang sangat pendek --idealnya waktu kejadiannya
mendekati nol detik-- maka pada penerima akan diterima urutan
sinyal impulse yang berjumlah tidak berhingga. Sekuensial sinyal
inilah yang disebut dengan response impulse. Pada masa lalu,
sebagai sinyal pemicu impulse digunakan letusan balon atau ledakan
pistol kosong, tetapi pada saat ini dengan perkembangan teknologi
digital signal processing, maka digunakanlah suatu sinyal digital
yang disebut dengan sinyal maximum length sequence, MLS. Dengan
memanfaatkan teknologi digital signal processing tersebut, sinyal
impulse yang diterima di kedua telinga pendengar dapat diukur dan
hasil proses ini disebut dengan binaural impulse response. Dari
binaural impulse response inilah, parameter IACC dapat ditentukan.
Tentang fenomena alami dan arti dari IACC ini dan juga hubungannya
dengan masalah spatialisasi atau kesan ruang pada medan suara, akan
penulis jelaskan dikesempatan lain. Sebelumnya perlu juga untuk
dinyatakan bahwa implementasi konsep IACC ini juga ikut menentukan
pengembangan konsep home theatre yang saat ini sudah ada.
Gambar 2. Terjadinya suara langsung (L), pantulan awal (P) dan
dengung (D) di dalam suatu ruangan
RANCANGAN AKUSTIK STUDIO
Studio rekaman pada dasarnya terdiri atas dua ruang penting
yaitu ruang perekaman musik atau speech dan ruangkontrol. Untuk
mendapatkan hasil rekaman yang memadai, studio rekaman memerlukan
kualitas akustik ruang yangmemenuhi standar. Oleh karena itu, pada
tugas akhir ini dilakukan perancangan akustik ruang dari studio
rekamantersebut.
Metode yang dipakai dalam perancangan adalah penentuan nilai
Sound Transmission Class (STC) dari bahan yang akandipakai untuk
dinding pembatas ruang. Dengan menghitung nilai Transmission Loss
(TL) dari selisih antara bising latarbelakang dan nilai Noise
Criteria standar untuk ruang studio rekaman, kemudian dihitung
nilai STC dengan plotting TLper frekuensi dengan kontur standar
STC.. Bahan penyerap bunyi pada ruang ditentukan dari tabel
referensi sampaimemenuhi standar waktu dengung optimum ruangan
DalamRancangan akustik studio, ruangan yang digunakan terutama
adalah untuk penangkapan bunyi dari mikrofon yang merupakan masalah
khusus, Yang diatur oleh persyaratan yang sangat teknis.Sebagai
tambahan terhadap dasar- dasar akustik umum dan rekomendasi seperti
akustik pada auditorium, akustik pada gereja, akustik panggung
konser dll yang juga berlaku unutuk rancangan studio, persyaratan
akustik ruang harus disesuaikan dengan ketepatan yang lebih besar
dan isolasi yang luar biasa harus disediakan melawan bising, dan
getaran yang diinginkan. perhitungan akustik yang dibutuhkan
digunakan pada jangkauan frekuensi yang lebih luas, yaitu dari 63
Hz sampai biasanya 8000 Hz.
Persyaratan AkustikKarena studio berbentuk mata rantai akustik
yang penting antara sumber bunyi dan mikrofon, perhatian khusus
harus diberikan pada persyaratan- pesyaratan berikut dalam
rancangannya. Adapun persyaratan persyaratan sebagai berikut:1.
Ukuran dan bentuk studio yang obtimum harus diadakan.2. Derajat
difusi yang tinggi harus di jamin.3. Karakteristik dengung yang
ideal harus diadakan4. Cacat akustik harus di cegah sama
sekali.
Elemen akustik studioRuang Studio: Banyak penyerap di ruang
kontrol (bisa dikombinasikan dengan penyebar) dan kombinasi
penyerap=penyebar di ruang live.