Page 1
RANCANG BANGUN VENTILASI OTOMATIS MENGGUNAKAN
SENSOR SUHU DAN SENSOR CAHAYA BERBASIS
MIKROKONTROLER
Raden fadlan efendi1 , Bulkis Kanata, ST., MT.2 Budi Darmawan, ST.,M.Eng.3
1)Alumni Program Studi Teknik Elektro , Fakultas Teknik, Universitas Mataram 2)Dosen Program Studi Teknik Elektro , Fakultas Teknik, Universitas Mataram 3)Dosen Program Studi Teknik Elektro , Fakultas Teknik, Universitas Mataram
[email protected]
Abstract
Automatic ventilation using temperature sensors and light sensors will be very useful for users by being applied in everyday life. Therefore, in this study, it was designed according to the user's needs in order to control the temperature and light intensity so that the air entering the user's room feels comfortable.
This research uses Arduino Uno as the brain, BME280 sensor to measure room temperature, and BH1750 sensor to measure light intensity. The data from the two sensors is processed by Arduino to get the temperature and light intensity values of the room to drive the DC motor to open the ventilation lid and will be displayed on the LCD. Based on the overall performance of the tool can work well.
Keywords: Arduino uno, temperature sensor, light sensor, DC motor, LCD
Abstrak
Ventilasi otomatis menggunakan sensor suhu dan sensor cahaya akan sangat
bermanfaat bagi para pengguna dengan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, dirancang dengan sesuai kebutuhan pengguna agar bisa
mengontrol suhu dan intensitas cahaya supaya udara yang masuk kedalam kamar pengguna
terasa nyaman.
Penelitian ini menggunakan Arduino Uno sebagai otaknya, sensor BME280 untuk
mengukur suhu kamar, dan sensor BH1750 untuk mengukur intensitas cahaya. Data dari
kedua sensor diolah oleh Arduino untuk mendapatkan nilai suhu dan intensitas cahaya
ruangan untuk menggerakan motor DC untuk membuka tutup ventilasi dan akan di tampilkan
di LCD. Berdasarkan kinerja alat secara keseluruhan dapat bekerja dengan baik.
Kata kunci: Arduino uno, sensor suhu, sensor cahaya, motor DC, LCD
Page 2
1. Latar Belakang Otomatisasi sudah
tidak terdengar asing lagi di telinga
masyarakat. Sistem ini hampir menyentuh
seluruh lini kehidupan manusia yang serba
kompleks dan dinamis. Hal ini diperlukan
untuk memudahkan kehidupan manusia
dalam menjalankan dan mempertahankan
hidupnya. sebagai contoh, saat ini
banyaknya bermunculan perangkat
“smarthome” yang digandrungi oleh
masyarakat dikarenakan kepraktisan yang
ditimbulkan oleh perangkat ini dalam
penggunaannya. Pengguna hanya perlu
memasang perangkat ini, dan semua akan
berjalan otomatis. Pengguna tidak perlu
mengendalikan peralatan elektronik lagi
secara manual, dan pemantuan kondisi
ruangan yang bisa diatur secara otomatis
tidak perlu ada campur tangan dari
manusia itu sendiri. Itulah definisi kata
“smart” yang ditujukan oleh penggunaan
sistem otomatisasi.
Kondisi ruangan menentukan
kesehatan manusia yang menempati
ruangan tersebut. Udara yang tidak
tersirkulasi dapat mengganggu kesehatan,
menimbulkan lebih banyak penyakit yang
artinya mengganggu manusia dalam
beraktifitas. Suhu yang tidak cocok
menyebabkan lebih banyak masalah yang
tidak hanya ditanggung oleh manusia, tapi
juga oleh benda mati. Sebagai contoh,
ruangan yang bersuhu panas dan dingin
menyebabkan penjamuran pada furniture
yang ditempatkan pada ruangan tersebut.
Lebih banyak kecoa, tungau, tikus, dan
sebangsanya yang membawa lebih banyak
kerugian daripada manfaat untuk manusia
yang menempatinya.
Salah satu cara untuk mengatasinya
adalah dengan membuat sirkulasi udara
menjadi lebih baik. Setiap rumah di
Indonesia pasti memiliki setidaknya 1
ventilasi untuk masing – masing ruangan.
Dengan adanya ventilasi, udara yang ada
di suatu ruangan bisa bersirkulasi dengan
udara dilingkungan sekitar sehingga
membuat suhu ruangan menjadi lebih
kondusif dan nyaman ditempati serta
kesehatan lebih terjaga.
Ventilasi yang digunakan di rumah –
rumah Indonesia biasanya berjenis
terbuka-langsung, menyebabkan udara
masuk kedalam secara bebas kedalam
ruangan, terbebas dari apapun kondisi
lingkungan luar. Ini menyebabkan masalah
baru, begitu banyak udara yang masuk
menyebabkan kondisi ruangan yang
tadinya kondusif dan nyaman ditempati
malah sebaliknya, membuat manusia tidak
nyaman menempatinya. Suhu udara yang
terlalu dingin yang tidak sesuai malah
mendatangkan penyakit yang lebih banyak
lagi.
Sebagai salah satu solusinya untuk
permasalahan diatas adalah dengan
memasang penutup pada ventilasi.
Sehingga yang menempati bisa
Page 3
menentukan kondisi ruangan yang dia
inginkan. Jika ruangan tersebut dirasa oleh
penghuninya dingin dan panas,
penghuninya bisa membuka ventilasi dan
membiarkan udara segar masuk untuk
menyesuaikan suhu. Dan sebaliknya, jika
dirasa dingin, penghuni bisa menutup
ventilasi untuk menjaga suhu.
Namun, timbul satu permasalahan
lagi. Terkadang penghuninya terlalu malas
untuk melakukannya. Bahkan tidak mau
ambil pusing untuk melakukannya.
Daripada hanya membuang energi untuk
melakukan itu semua, lebih baik
penghuninya membiarkan kondisi ruangan
itu apa adanya. Yang artinya penghuninya
tidak memikirkan kondisi kesehatannya
yang lambat laun akan berdampak pada
aktifitas penghuni itu sendiri.
Dikarenakan menjamurnya otomatisasi
yang diterapkan pada hampir semua lini
kehidupan, maka penulis berinisiatif untuk
mengangkat masalah tersebut dan
melakukan inovasi terhadap masalah yang
timbul pada masyarakat dengan
menerapkan otomatisasi. Sehingga penulis
mengangkat judul “Rancang Bangun
Ventilasi Otomatis Menggunakan Sensor
Suhu Berbasis Mikrokontroler” untuk
diangkat sebagai salah satu topik yang
akan diteliti.
2. Tijuan Pustaka Masruchin dan
Widayanti (2010), telah melakukan
penelitian dengan judul “sistem kendali
suhu ruangan dengan mikrokontroler
AT89S51” Telah dibuat dan dirancang
sistem penghangat ruangan pada sistem
kendali suhu ruang berbasis
Mikrokontroler AT89S51 di
Laboratorium Elektronika Laboratorium
Terpadu UIN Sunan Kalijaga. Sistem
kendali ini merupakan suatu sistem
pengontrol untuk mengendalikan suhu
yang ada dalam ruangan dengan
menggunakan mikrokontroler AT89S51
dengan pengindra sensor suhu LM35 serta
tampilan informasi suhu akan ditampilkan
oleh LCD. Program yang digunakan
dalam sistem ini menggunakan bahasa
program assembly. Sistem ini dapat
mengendalikan suhu antara 24 ˚C- 28 ˚C
sesuai dengan yang diprogramkan.
Triyanto (2014), telah melakukan
penelitian dengan judul “Perancangan Alat
Pengendali Temperatur Ruangan Server
Berbasis Mikrokontroler Atmega8535”.
Telah dibuat Sistem Pengendali
Temperatur Ruangan Server
Menggunakan Sensor Suhu LM35
Berbasis Mikrokontroler. Sistem ini
merupakan suatu sistem pemantau serta
kontrol otomatis temperatur ruangan.
Sistem ini terdiri atas perangkat keras
dan perangkat lunak. Perangkat keras
terdiri atas sebuah mikrokontroler 8535,
Page 4
sensor LM35, LCD (Liquid Cristal
Display), Perangkat lunak pada sistem ini
dibuat dengan menggunakan program
bahasa assembly. Program aplikasi ini
bekerj a pada saat dinyalakan maka
inisilisasi hardware dilakukan kemudian
menampilkan temperatur yang terdeteksi
oleh LM35 pada LCD. Pengaturan jika
temperatur diatas 30° C maka hanya 1
FAN Motor DC yang menyala dan jika
temperatur diatas 35° C maka 2 FAN
Motor DC menyala. Saat keadaan normal
dibawah 30° C FAN Motor DC OFF.
Maka alat pengendali temperatur tersebut
berfungsi dengan baik.
Siagian (2018), telah melakukan
penelitian dengan judul “Perancangan
Sistem Monitoring Suhu Dan Kendali
Mesin Pendingin Otomatis Berbasis
Mikrokontroler”. Pada penelitian ini dibuat
Pemantauan suhu dan pengendalian mesin
pendingin ruangan sangat tidak efektif
untuk dilakukan secara manual pada
gedung bertingkat yang terdiri dari banyak
ruangan. Penelitian ini dilakukan untuk
merancang alat pemantau suhu dan
pengendali mesin pendingin otomatis
melalui computer yang terhubung secara
online menggunakan modul
mikrokontroler dan komponen LM35DZ
sebagai sensor suhu yang dipasang pada
setiap ruangan. Data hasil identifikasi
suhu dari sensor dikirimkan ke database
local melalui modul Mikrokontroler.
Pemantauan suhu dan pengendalian
mesin pendingin dilakukan melalui web
browser dengan mengakses halaman
antarmuka PHP menggunakan komputer.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa suhu
ruangan dapat ditampilkan di web
browser dengan tingkat akurasi 90%.
Mesin pendingin dapat menyala atau mati
secara otomatis dengan prosentase
keberhasilan 93%.
Nizar (2015), Telah melakukan
penelitian dengan judul “Rancang bangun
sistem ventilasi dan pencahayaan otomatis
pada smart home berbasis mikrokontroler
atmega 328 menggunakan metode fuzzy
mamdani”. Dalam penelitian ini
merancang sebuah sistem ventiliasi dan
pencahayaan otomatis menggunakan
sensor LM35 dan sensor LDR (Light
Dependent Resistor). Sensor LM35 ini
digunakan untuk mengetahui tempratur
suatu objek atau runagan dalam bentuk
besaran elektrik untuk membuka tutup
ventilasi sedang sensor LDR (Light
Dependent Resistor) digunakan untuk
mengukur itensitas cahaya berupa lampu.
Penelitian ini menggunakan mtode fuzzy
mamdani.
3. Langkah Langkah Penelitian
Pada bagaian ini akan membahas
mengenai penjadwalan kegiatan dan
perancangan alat ventilasi dan
pencahayaan otomatis berbasis
Page 5
mikrokontroler. Penelitian ini dilakukan di
rumah peneliti dalam jangka waktu satu
semester, mulai dari Desember 2020
samapai mei 2021.
1.Membuat konsep perancangan alat
tempat sampah pintar berbasis Arduino
Uno menggunakan sensor suhu BME280
dan sensor cahaya BH1750.
2. Mencari dan mempelajari materi yang
terkait dengan perancangan alat yang
dibuat sehingga memudahkan dalam
penelitian
3. Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam penelitian.
4. Melakukan perancangan perangkat
keras yang digunakan dalam penelitian
5. Melakukan pengujian dari setiap
perangkat keras yang akan digunakan, jika
bekerja dengan baik atau tidak.
6. Melakukan pembuatan program sistem
pengendalian
7. Melakukan pengujian dari program
sistem pengendalian yang akan dibuat jika
gagal akan dievaluasi jika sudah bekerja
dengan baik maka lanjut tahap selanjutnya.
8. Melakukan pengujian sistem
pengendalian yang sudah bekerja dengan
baik dan mulai mengambil data.
4. Perancangan Sistem
Untuk membentuk sistem yang
baik maka diperlukan sebuah blok diagram
sistem, dimana dengan blok diagram
sistem ini maka penulis dapat
mengidetifikasi perangkat elektronik apa
saja yang akan digunakan pada sistem
nantinya.
Komponen elektronik yang
digunakan adalah sensor suhu (BME280),
mikrokontroler ATMega328p, driver
motor DC, motor DC, limit switch. Untuk
lebih jelasnya perahatikan Gambar 3.2
dibawah ini.
Gambar 3.2 Blok Diagram Perancangan Sistem
5. perancangan perangkat keras
Gambar 3.3 Perancangan Prangkat Keras
Perancangan perangkat keras
meliputi, perancangan rangkaian sensor
suhu (BME280) dan sensor cahaya
(BH1750), rangkaian driver motor DC,
Page 6
dan rangkaian sistem minimum arduino
UNO.
Sensor BME280 dan sensor
BH1750 mendeteksi suhu dan cahaya,
ketika suhu panas dan cahaya terang
sensor akan mengirim informasi ke
mikrokontroler sebagai parameter kondisi
untuk ventilasi otomatis. Dengan
parameter yang ditentukan, ventilasi dapat
bekerja secara otomatis untuk membuka
dan menutup sesuai keadaan suhu dan
cahaya lingkungan sekitar sesuai dengan
yang diinginkan.
Gambar 3.4 skematik sensor BME280
Program yang akan di gunakan
oleh mikrokonroler tidak ditulis secara
langsung melainkan ditulis terlebih dahulu
dalam diagram alir (flowchart). Dalam
penyusunan program untuk mikrokontroler
harus diperhatikan logika yang dipakai
agar program dapat berjalan dengan baik.
Kesalahan dalam penulisan logika suatu
program, akan menyebabkan kesalahan
dari hasil keluaran program tersebut.
Sebelum menulis program, harus
ditentukan masalah yang akan diselesaikan
untuk membantu melacak kebenaran
logika suatu program. Berikut flowchart
dari sistem buka tutup ventilasi otomatis
dibawah ini:
Gambar 3.5 Flowchart program
Program akan aktif menggunakan
input-an analog dan digital. Pada tahap
pertama adalah jika sensor BME280
mendeteksi suhu diatas 28oC dan sensor
BH1750 mendeteksi intensitas cahaya
dibawah 40 lux maka otomais ventilasi
akan stand-by. Kemudian jika sensor
BME280 suhunya kurang atau sama
dengan 28oC dan sensor BH1750
mendeteksi cahaya kurang atau sama
dengan 40 lux, maka motor akan bergerak
untuk menutup ventilasi dan ventilasi akan
berhenti dengan sendirinya ketika limit
switch tertekan oleh ventilasi. Jika tidak,
nilai sensor BME280 suhunya lebih dari
28oC, kondisi suhu panas dan sensor
BH1750 intensitas cahaya kurang darai 40
lux, maka motor akan bergerak membuka
ventilasi dan akan berheti dengan
sendirinya ketika limit switch tertekan oleh
ventilasi. Setandar suhu 28oC dan cahaya
Page 7
40 lux hanya sebuah setandar uji coba
yang digunakan dalam Tugas Akhir ini.
6. Hasil pengujian Alat
Rancang bangun prototipe
merupakan suatu rancangan alat yang
dikhususkan untuk bekerja dibagian
dalam ruangan, alat yang bekerja dalam
ruangan yaitu papan pengembang
(Arduino), sensor suhu, sensor cahaya,
driver motor, motor DC, dan limit switch,
sedangkan alat yang bekerjaa diluar
ruangan LCD seperti yang di tunjukana
pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 rancang bangun ventilasi
Pada Gambar 4.1 diatas merupakan
tampilan gambar rancang bangun ventilasi
otomatis yang sudah didesain. Untuk
melakukan percobaan perancangan sistem
ventilasi otomatis berdasarkan suhu dan
kecerahan berbasis mikrokontroler
nantinya akan dilakukan buka tutupnya
ventilasi secara otomatis berdasarkan suhu
dan dapat mendeteksi kecerahan ruangan.
7. Hasil Pengujian Sensor Suhu
BME280
Pengujian sensor suhu ini
dilakukan dengan memberikan catu 5 volt
pada sensor, ketika sensor sudah aktif
maka langkah selanjutnya adalah menguji
sensor dengan cara membaca data saat
sensor di aktifkan apakah sensor bisa
membaca suhu, kelembaban, dan tekanan
ruangan tersebut. Pengujian dilakukan
dengan memasukkan contoh program
pengujian sensor suhu BME280 dan
menampilkan hasil pembacaan sensor
secara keseluruhan berikut adalah contoh
script program yang digunakan untuk
melakukan pengujian sensor. #include <BME280I2C.h> #include <Wire.h> #define SERIAL_BAUD 115200 BME280I2C bme; void setup(){ Serial.begin(SERIAL_BAUD); while(!Serial) {} Wire.begin(); while(!bme.begin()){ Serial.println("Could not find BME280 sensor!"); delay(1000); } switch(bme.chipModel()){ case BME280::ChipModel_BME280: Serial.println("Found BME280 sensor! Success."); break; case BME280::ChipModel_BMP280: Serial.println("Found BMP280 sensor! No Humidity available."); break; default: Serial.println("Found UNKNOWN sensor! Error!"); } } void loop(){ printBME280Data(&Serial);
Page 8
delay(500); } void printBME280Data(Stream* client){ float temp(NAN), hum(NAN), pres(NAN); BME280::TempUnit tempUnit(BME280::TempUnit_Celsius); BME280::PresUnit presUnit(BME280::PresUnit_Pa); bme.read(pres, temp, hum, tempUnit, presUnit); client->print("Temp: "); client->print(temp); client->print("°"+ String(tempUnit == BME280::TempUnit_Celsius ? 'C' :'F')); client->print("\t\tHumidity: "); client->print(hum); client->print("% RH"); client->print("\t\tPressure: "); client->print(pres); client->println(" Pa"); delay(1000); }
Tabel data hasil sensor suhu BME280
Dari data table 4.1 dapat dianalisa
bahwa untuk menentukan error dari dua
hasil yang didapatkan digunakan rumus
sebagai berikut:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡ℎ𝑟𝑒𝑚𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡ℎ𝑟𝑒𝑚𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑥 100
Hasil pengujian yang ditampilkan
pada table 4.1 menunjukkan hasil
pengukuran suhu yang didapatkan
menunjukkan error rata-rata sebesar 2,33
perbedaan pengukuran ini terjadi karena
proses pembulatan hasil pada sensor dan
proses kalibrasi, artinya untuk sensor
BME280 yang di kalibrasi dengan
thermometer terbilang cukup bagus.
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat
dilihat bahwa sensor BME280 dapat
bekerja dengan baik, dilihat dari sensor
yang mampu mengirimkan hasil
pembacaan menuju papan pengembang
yang ditampilkan melalui serial monitor.
Ada pun hasil pembacaan yang
ditampilkan meliputi suhu, kelembaban,
dan tekanan udara. Dapat disimpulkan
bahwa sensor dapat bekerja sesuai dengan
yang diharapkan.
8. Pengujian sensor cahaya BH1750
Pengambilan data dan pengujian
sensor cahaya BH1750 dalam membaca
atau medeteksi lux cahaya dapat dilakukan
dengan memasukkan contoh program
pengujian sensor cahaya BH1750 dan
menampilkan hasil pembacaan sensor
berikut adalah contoh script program yang
digunakan untuk melakukan pengujian
sensor. #include <Wire.h> #include <BH1750.h> BH1750 lightMeter; void setup(){
Page 9
Serial.begin(9600); Wire.begin(); lightMeter.begin(); Serial.println(F("BH1750 Test begin")); } void loop() { float lux = lightMeter.readLightLevel(); Serial.print("Light: "); Serial.print(lux); Serial.println(" lx"); delay(1000); }
Data hasil Sensor cahaya
Dari data table 4.2 dapat dianalisa
bahwa untuk menentukan error dari dua
hasil yang didapatkan digunakan rumus
sebagai berikut:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑙𝑢𝑥 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑙𝑢𝑥 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑥 100
Hasil pengujian yang ditampilkan
pada table 4.2 menunjukkan hasil
pengukuran cahaya yang didapatkan
menunjukkan error rata-rata sebesar 19,46
perbedaan pengukuran ini terjadi karena
proses pembulatan hasil pada sensor dan
proses kalibrasi, artinya untuk sensor
BH1750 yang di kalibrasi dengan lux
meter terbilang cukup bagus.
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat
dilihat bahwa sensor BH1750 dapat
bekerja dengan baik, dilihat dari sensor
yang mampu mengirimkan hasil
pembacaan menuju papan pengembang
yang ditampilkan melalui serial monitor.
Ada pun hasil pembacaan yang
ditampilkan adalah jumlah lux cahaya
yang diterima dimana sensor tersebut
diujikan. Dapat disimpulkan bahwa sensor
dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan.
hasil pengujian sistem pada pagi hari
Tabel 4.3 merupakan tabel hasil pengujian
sistem keseluruhan yang pengambilan
datanya dilakukan pada pagi hari. Pada
tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa
pengambilan data langsung disertakan
dengan gambar foto LCD untuk sensor
suhu thermometer, foto LCD alat dan
Page 10
screenshot data lux meter. Pengujian
dilakukan dengan cara membandingkan
hasil pengukuran suhu termomete dengan
pengukuran sensor dan data sensor lux
meter.
Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat
bahwa pada hasil pengukuran pada data
pertama yang diambil pada jam 09.00 pagi
didapatkan hasil yaitu hasil suhu
pengukuran sensor 27,56oC dan cahaya
30,00 lux dan data pembanding
thermometer 28,1oC dan cahaya 24 lux dan
kondisi pentilasi terbuka, dapat dilihat
bahwa data sensor dengan data yg
sebenarnya cukup kecil yaitu selisih
0,54oC untuk sensor suhu dan 6 lux untuk
cahaya.
Pada data pertama dari table 4.3
dapat lihat kondisi ventilasi terbuka
dengan data sensor seperti ditabel
dikarenakan suhu yang cukup ideal untuk
ruangan yaitu kurang lebih 28oC dan data
cahaya yang kecil sehingga ventilasi
terbuka untuk memberikan cahaya ke
ruangan dan menormalkan suhu.
Selanjutnya pada pengambilan data lain
dilakukan dengan jeda 5 menit dari data
pertama dengan data sebelumnya mulai
dari jam 09.00 sampai dengan jam 10.10
sebanyak 15 kali pengambilan sampel
data. Dapat dilihat bahwa ventilasi semua
terbuka karena suhu pagi hari yang cukup
dingin dan cahaya yang redup sehingga
ventilasi terbuka.
hasil pengujian sistem di siang hari
Table 4.5 adalah table hasil
pengujian sistem keseluruhan yang
dilakukan pada sore hari dimulai pada jam
15.55 sampai jam 17.05 dengan sampel
diambil sebanyak 15 data. Setiap
pengambilan sampel data menggunakan
interval atau selisih waktu 5 menit sekali
dari data sebelumnya. Pada tabel diatas
dapat dilihat bahwa selisih data
pengukuran dengan data sebenarnya cukup
kecil sehingga persen errornya cukup
kecil. Data pertama pengukuran pada
waktu sore dapat dilihat pada tabel diatas
yaitu 30,84oC dan suhu thermometer yaitu
31,3oC dan cahaya ukur 21,67 lux
sedangkan cahaya lux meter 19 dengan
kondisi ventilasi terbuka.
Pada hasil pengkuran tabel 4.5
didapatkan kondisi ventilasi semua dalam
kondisi terbuka karena suhu yang cukup
panas yaitu rata-rata melebihi suhu ideal
kamar yaitu 28oC, dan nilai lux yang tidak
stabil karena kondisi ruangan yang kadang
gelap dan dan terang disebabkan oleh
Page 11
cahaya yang masuk dari ventilasi kadang
terang dan kadang redup.
9. Kesimpulan
Dari hasil pengujian alat ventilasi
otomatis, dapat ditarik beberapa
kesimpulas sebagai berikut:
1. Pada pengujian sensor suhu
didapatkan nilai suhu ruangan 27oC
sampai 30oC sedangkan untuk sensor
cahaya didapatakan nilai sebesar 12,5
lux sampai 58,33 lux.
2. Pada pengujian ini bisa dilihat suhu
tertinggi berada pada pengujian disore
hari dikarnakan pengambila data
dilakukan dari pukul 15.55 WITA
sampai 17.05 WITA sedangkan nilai
suhu terendah berada pada pengujian
pada pagi hari dikarnakan
pengambilan data dilakukan pada
pukul 09.00 WITA dan Pada
pengujian nilai intensitas cahaya
ruangan tertinggi pada pengujian
disiang hari dikarnakan pengambilan
data dilakukan dari pukul 11.15 WITA
sampai 12.25 WITA, seadangkan nilai
intensitas cahaya ruangan terendah
didapatkan pada sore hari.
3. Pengujian secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa dua kali kondisi
ventilasi tertutup didapatkan dipagi
hari pada pukul 09.00 WITA dan
09.10 WITA, dikarnakan nilai suhu
ruangan dibawah 28oC dengan nilai
27,56oC sedangkan untuk nilai
intensitas cahaya ruangan dibawah 40
lux dengan nilai yang di dapatakan
sebesar 30 lux.
10. saran
1. Penelitian ini bisa dikembangkan
lebih lanjut dengan menambah
jumlah sensor maupun
menggunkan algoritma yang lain
dalam pengoprasiaanya.
Daftar Pustaka
Admin .2019. Interfacing / Programming
Sensor Cahaya BH1750 dengan
Arduino https://www.nn-
digital.com/blog/2019/11/10/interfa
cing-programming-sensor-cahaya-
bh1750-dengan-arduino/ (diakses
22-02-2021)
Faudin, A. 2017. Tutorial Arduino
mengakses driver motor L298N
https://www.nyebarilmu.com/tutori
al-arduino-mengakses-driver-
motor-l298n/ (diakses 15-02-2021)
Faudin, A. 2019. Tutorial Mengakses
Module Sensor BME280
https://www.nyebarilmu.com/tutori
al-mengakses-module-sensor
bme280/#:~:text=Module%20Sens
or%20BME280%20merupakan%2
0modul,yang%20di
akses%20menggunakan%20interfa
ce%20i2c. (diakses 05-01-2021)
Page 12
Kho, D. 2020. Pengertian Motor DC dan
Prinsip Kerjanya
https://teknikelektronika.com/peng
ertian-motor-dc-prinsip-kerja-dc-
motor/ (diakses 10-02-2021)
King, F. 2018. Bagian dan Fungsi Pada
Board Arduino.
https://fungkynotes.blogspot.com/2
018/04/bagian-dan-fungsi-pada-
board-arduino.html# (diakses 25-
01-2021)
Masruchin., Widayanti. 2010. system
kendali suhu ruangan dengan
mikrokontroler AT89S51. UIN
Sunan Kalijaga.
Nizar, M. .2015. Rancang Bangun sistem
ventilasi dan pencahayaan
otomatis pada smarthome berbasis
mikrokontroler ATmega 328
menggunakan metode logika fuzzy
mamdani.
Putra, R, P. 2013. Rancang Bangun
Instalasi Listrik Otomatis Berbasis
Mikrokontroler Arduino
Roghib. 2018. Program LCD i2c.
Universitas Gajah Mada
https://mikrokontroler.mipa.ugm.ac
.id/2018/10/02/program-lcd-
i2c/#:~:text=LCD%20adalah%20m
edia%20tampilan%20yang,yang%2
0baik%20dan%20cukup%20banya
k.&text=Karena%20itu%2C%20di
gunakan%20driver%20khusus,saja
%20yaitu%20SDA%20dan%20SC
L. (diakses 12-02-2021)
Siagian, H. 2018. Perancangan Sistem
Monitoring Suhu Dan Kendali
Mesin Pendingin Otomatis
Berbasis Mikrokontroler.
Universitas Prima Indonesia.
Suprianto. 2015. Limit Switch (Saklar
Pembatas)
http://blog.unnes.ac.id/antosupri/li
mit-switch-saklar-
pembatas/(diakses 17-02-2021)
Triyanto, R. 2014. Perancang Alat
Penegndali Temperatur Ruangan
Server Berbasis Mikrokontroler
ATMEGA8535. STMIK Nusa
Mandiri.