Page 1
xv
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL
WILAYAH RAWAN BANJIR BERBASIS WEB
( STUDI KASUS: KABUPATEN SERANG, BANTEN )
Oleh:
IBADURRAHMAN ASSHIDDIQI
108093000063
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
Page 6
xx
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Februari 2013
Ibadurrahman Asshiddiqi
Nim: 108093000063
Page 7
xxi
ABSTRAK
IBADURRAHMAN ASSHIDDIQI, Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial
Wilayah Rawan Banjir. Studi Kasus : Kabupaten Serang, Banten (Dibawah
Bimbingan BAKRI LA KATJONG dan QURROTUL AINI)
Banjir merupakan kata yang populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir,yang
bahkan cenderung meningkat tiap tahunnya, baik frekuensinya, luasannya,
kedalamannya, maupun durasinya. Banjir yang terjadi akan menimbulkan
kerugian, baik itu kerugian materi maupun kerugian jiwa. Dengan curah hujan
yang cukup tinggi, kabupaten serang termasuk kedalam wilayah yang berpotensi
untuk terjadinya banjir. Ada beberapa Faktor yang mempengaruhi suatu daerah
dapat dikatakan kedalam wilayah rawan banjir, yaitu dari tingkat curah hujan
yang tinggi, kontur dari daerah tersebut serta daerah aliran sungai (das). Penelitian
ini bertujuan untuk merancang serta membangun SIG itu sendiri. Adapun studi
kasus dari penelitian ini adalah peta wilayah rawan banjir berbasis web dengan
wilayah kabupaten serang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan
harapan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat mengenai bencana banjir.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah, peta yang dihasilkan dapat
memberikan informasi mengenai wilayah rawan banjir yang berada di kabupaten
serang serta informasi yang ditampilkan dapat disampaikan secara interaktif
berbasis web dengan kemampuan Sistem Informasi Geografis. Dengan bantuan
SIG, dapat memudahkan dalam menganalisa dan pengambilan keputusan.
OpenGeo Suite Merupakan sebuah framework yang dapat menampilkan,
menyajikan serta memberikan fitur yang interaktif terhadap peta yang akan
disajikan sesuai dengan kebutuhan. Sistem informasi spasial wilayah rawan banjir
berbasis web ini dibangun dengan menggunakan metode pengembangan sistem
RAD, dengan tools UML dan perangkat lunak OpenGeo Suite. Dengan adanya
Sistem Informasi Spasial Wilayah Rawan Banjir Berbasis Web dapat memberikan
informasi tentang wilayah yang rawan akan bencana banjir serta dapat
meminimalisir kerugian maupun dampak yang dihasilkan oleh bencana banjir.
Kata Kunci: OpenGeo Suite, banjir, curah hujan, das, kontur, SIG, V Bab + 116
Halaman + 41 Gambar + 15 Tabel + Daftar Pustaka + Lampiran, 2013
Page 8
xxii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada
junjungan baginda Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabatnya,
semoga kita menjadi pengikutnya yang kelak mendapatkan syafa’at di akhirat
kelak. Amin .
Adapun judul penulsan skripsi ini adalah “Rancang Bangun Sistem
Informasi Spasial Wilayah Rawan Banjir Berbasis Web ( Studi Kasus :
Kabupaten Serang, Banten ) “. Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari
masih belum sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis.
Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang
memberikan dukungan , bimbingan, pengarahan dan bantuan kepada penulis.
Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan ilmiah ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr.Ir. Syopiansyah Jaya Putra, MSIS selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
2. Ibu Nur Aeni Hidayah sebagai Ketua Program Studi Sistem Informasi.
Page 9
xxiii
3. Bapak Bakri La Katjong, MT, M.Kom selaku dosen pembimbing, yang
telah memberikan segala daya dan upaya untuk memudahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Qurrotul Aini, MT selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar serta
perhatian memberikan masukan kepada penulis.
5. Para Staff BNPB, yang dengan bijaksana telah membantu penulis dalam
mendapatkan segala informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
6. Bapak Mulyanto Darmawan dari Bakosurtanal yang dengan ikhlas serta
kerendahan hatinya membantu dalam menyediakan data - data peta.
7. Kedua Orang Tua ku (Embay Sobariah & Amrullah) yang tidak pernah
lepas berdoa mendukung penulis untuk bisa menyelesaikan penelitian ini,
serta terima kasih untuk segala materi yang selama ini diberikan hingga
akhir. Adik-adikku (Muhammad Iqbal & Ratu Permata Karimah) yang
telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
8. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang
penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan ketulusan yang
telah diberikan kepada penulis.
Jakarta, 4 Februari 2013
Ibadurrahman Asshiddiqi
Page 10
xxiv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada
junjungan baginda Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabatnya,
semoga kita menjadi pengikutnya yang kelak mendapatkan syafa’at di akhirat
kelak. Amin .
Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang
memberikan dukungan, bimbingan, pengarahan dan bantuan kepada penulis. Oleh
karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Al-Habib Taufik Bin Muhammad Boftem yang telah memberikan nasehat,
semangat, serta motifasi dan doa kepada penulis
2. Spesial untuk Ziyadah Fitriana (Ndut) yang selalu menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi, membantu serta memberikan semangat dan
perhatiannya kepada penulis
3. All base SIB dan GIS 2008 untuk canda, tawa, serta semangatnya
Akhir kata terima kasih atas segala bantuan dan keceriaannya yang selalu
teringat di benak penulis.
Jakarta, 4 Februari 2013
Ibadurrahman Asshiddiqi
Page 11
xxv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN … ................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... ............................................................................. xix
DAFTAR SIMBOL ... ................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... ... 4
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
1.4.1 Tujuan Penelitian................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Penelitian............................................................... 6
1.5 Metode Penelitian dan Penelitian Sebelumnya ............................ 8
1.5.1 Metode Pengumpulan Data................................................. 8
Page 12
xxvi
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem............................................ 8
1.5.3 Penelitian Sebelumnya ……………………………………. 9
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (GIS) ........................ 11
2.1.1 Konsep Dasar Sistem ........................................................ 11
2.1.2 Konsep Dasar Informasi .................................................... 12
2.1.3 Konsep Dasar Sistem Informasi ........................................ 12
2.1.4 Geografis ............................................................................. 13
2.2 Sistem Informasi Geografis .......... ............................................. 14
2.2.1 Definisi SIG ..................................................................... 14
2.2.2 Komponen SIG ................................................................... 16
2.2.3 Kemampuan SIG …. .......................................................... 17
2.3 Data ………………………………………………..……………. 18
2.3.1 Data dan Informasi Geografis ........................................... 18
2.3.2 Jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis ..................... 19
2.3.3 Model Data Sistem Informasi Geografis ... ........................ 20
2.3.3.1 Titik (Point) …..... ................................................ 21
2.3.3.2 Garis (Line) ………………….. ............................. 21
2.3.3.3 Poligon (Area) ………….. .................................... 21
2.3.4 Peta dan Pemetaan ................ ........................................... 22
2.3.4.1 Pengertian Peta …… ............................................. 22
Page 13
xxvii
2.3.4.2 Jenis-jenis Peta ………………………….. ............ 22
2.3.4.3 Skala Peta …. ....................................................... 23
2.4 Konsep Dasar SIG Berbasis Web ................................................ 24
2.4.1 Arsitektur Umum Aplikasi Pemetaan di Web ................... 26
2.5 Konsep Dasar Pengembangan Sistem Informasi ......................... 28
2.5.1 Konsep Dasar Pengembangan Sistem ................................. 28
2.5.2 Pengembangan Sistem dengan RAD ................................ 29
2.5.2.1 Konsep Dasar RAD .............................................. 29
2.5.2.2 Tiga Fase Dalam RAD ….. ................................... 29
2.5.2.3 Keuntungan Menggunakan RAD .. ........................ 30
2.6 Konsep Dasar UML ................................................................ 31
2.6.1 Definisi UML .................................. ................................. 31
2.6.2 Diagram UML ................................................................. 31
2.6.3 Sistem Manajemen Basis Data ......................................... 35
2.6.4 Basis Data ................................................................... 36
2.6.5 Model Basis Data Relasional ............................................ 37
2.7 Pendekatan Dalam Membangun Sistem Informasi ..................... 38
2.7.1 Perangkat Lunak dalam Pembuatan Sistem ...................... 38
2.7.2 PostgreSQL dan PostGIS .................................................. 38
2.7.3 ArcGIS ............. ................................................................ 40
2.7.4 MySQL ......... ................................................................... 43
2.7.5 OpenGeo Suite . ................................................................ 43
2.7.5.1 OpenGeo Arsitektur ............................................. 44
Page 14
xxviii
2.7.5.2 OpenGeo Suite Enterprise dan Community .......... 45
2.7.5.3 Komponen OpenGeo Suite .................................... 46
2.7.6 Adobe Dreamweaver ......................................................... 50
2.7.7 Internet ............................................................................. 50
2.7.8 PHP ... ............................................................................... 51
2.8 Analisis Data .............................................................. .................. 52
2.8.1 Pengertian Bencana .......................................................... 52
2.8.2 Penanggulangan Bencana ................................................. 53
2.8.3 Banjir ................................................................................ 53
2.8.3.1 Pengertian Banjir .................................................. 53
2.8.3.2 Pengertian Rawan Banjir ....................................... 53
2.8.3.3 Penyebab Banjir .................................................... 54
2.8.3.4 Klasifikasi Wilayah Rawan Banjir......................... 56
2.8.3.5 Kawasan Potensi Banjir ........................................ 57
2.8.4 Definisi Hujan .................................................................... 58
2.8.4.1 Definisi Curah Hujan ............................................ 59
2.8.4.2 Klasifikasi Hujan .................................................. 59
2.8.4.3 Pola Umum Curah Hujan ...................................... 60
2.9 Parameter yang digunakan .......................................................... 61
2.9.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................. 61
2.9.2 Curah Hujan Tahunan ........................................................ 61
2.9.3 Kontur Tanah ..................................................................... 62
2.10 Penentuan Bobot Pada Parameter ...... ..................................... 66
Page 15
xxix
2.10.1 Penentuan Skor Pada Parameter ..................................... 67
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 68
3.2 Bahan dan Perangkat Penelitian ................................................. 68
3.2.1 Bahan ............................................................................. 68
3.2.2 Perangkat ...................................................................... 69
3.2.3 Tahap Penelitian ............................................................ 70
3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 72
3.3.1 Studi Literatur ............................................................... 72
3.3.2 Observasi ........................................................................ 72
3.3.3 Wawancara ..................................................................... 73
3.4 Metode Pengembangan Sistem ................................................ 73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Requirement Planning ................................................................ 78
4.1.1 Profil BPBD ..................................................................... 78
4.1.1.1 Fungsi Organisasi ............................................... 78
4.1.1.2 Struktur Organisasi .............................................. 80
4.1.2 Tahap Identifikasi Sistem ................................................. 84
4.1.2.1 Identifikasi Kebutuhan ......................................... 84
4.1.2.2 Identifikasi Masalah .............................................. 84
4.1.2.3 Tujuan Pengembangan Sistem ............................... 85
Page 16
xxx
4.1.3 Sistem Yang Berjalan ....................................................... 85
4.1.4 Sistem Yang Diusulkan .................................................... 86
4.2 Tahap Perancangan Proses ....................................................... 86
4.2.1 Use Case Diagram ........................................................... 87
4.2.2 Activity Diagram ........................................................... 91
4.2.3 Sequence Diagram .......................................................... 92
4.2.4 Statechart Diagram .......................................................... 99
4.2.5 Class Diagram … ............................................................. 102
4.2.5 Rancangan Interface ........................................................ 102
4.2.6 Pemrograman ................................................................. 108
4.2.7 Pengujian ........................................................................ 108
4.2.8 Evaluasi Sistem .............................................................. 110
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 112
5.2 Saran ................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 113
Page 17
xxxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rata-rata Curah Hujan Bulanan Kabupaten Serang …. …………… 3
Gambar 1.2 Tahapan Metode RAD (Rapid Application Development) ………. 9
Gambar 2.1 Komponen SIG ……………………………………………………. 16
Gambar 2.2 Skala Grafik ……………………………………………………….. 24
Gambar 2.3 Arsitektur umum aplikasi peta berbasis web ……………………… 26
Gambar 2.4 Thin Vs Thick system pada Client Server ………………………… 28
Gambar 2.5 Fase di dalam RAD ……………………………………………….. 30
Gambar 2.6 Diagram Model Use Case ................................................................ 32
Gambar 2.7 Tampilan komponen work space ArcMap pada ArcGIS ………..... 42
Gambar 2.8 Tampilan Dashboard dari OpenGeo Suite ……………………….. 44
Gambar 2.9 Arsitektur Standar OpenGeo ……………………………………… 45
Gambar 2.10 Tampilan PostGIS Admin pada OpenGeo Suite ………………... 46
Gambar 2.11 Tampilan Aplikasi Web GeoServer ……………………………... 48
Gambar 2.12 Tampilan Aplikasi Web GeoEditor ……………………………… 48
Gambar 2.13 Tampilan aplikasi Web Styler …………………………………… 49
Gambar 2.14 Tampilan aplikasi Web GeoExplorer …………………………… 50
Gambar 2.15 Alur Php …………………………………………………………. 52
Gambar 2.16 Pembentukan garis kontur dengan membuat proyeksi tegak garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi …………… 64
Gambar 2.17 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai ... 65
Gambar 2.18 Kerapatan garis kontur pada daerah sangan curam ……………. 65
Page 18
xxxii
Gambar 2.19 Kerapatan garis kontur pada curah dan punggung bukit ……….. 65
Gambar 2.20 Kerapatan garis kontur pada bukit dan cekungan ……………… 66
Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian …………………………………….. …..71
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Serang ............................... 80
Gambar 4.2 Use Case Diagram SIG Wilayah Rawan Banjir …………………. 87
Gambar 4.3 Activity Diagram SIG Wilayah Rawan Banjir …………………… 91
Gambar 4.4 Sequence Diagram Terima Data …………………………………. 92
Gambar 4.5 Sequence Diagram Import Shape File …………………………… 93
Gambar 4.6 Sequence Diagram Login GeoServer ……………………………. 94
Gambar 4.7 Sequence Diagram Import dan Publish Data ……………………. 95
Gambar 4.8 Sequence Diagram Login GeoExplorer ………………………….. 96
Gambar 4.9 Sequence Diagram Membengun Peta ……………………………. 97
Gambar 4.10 Sequence Diagram Menampilkan Web Rawan Banjir …………. 98
Gambar 4.11 Statechart Diagram Import to PostGIS ………………………… 99
Gambar 4.12 Statechart Diagram Publish Data ……………………………… 100
Gambar 4.13 Statechart Diagram Membangun Peta …………………………..101
Gambar 4.14 Class Diagram …………………………………………………..102
Gambar 4.15 Halaman Layer Utama / Index …………………………………. 103
Gambar 4.16 Halaman Layer Visi & Misi ……………………………………. 103
Gambar 4.17 Halaman Layer Gallery ………………………………………… 104
Gambar 4.18 Halaman Layer Peta ……………………………………………. 104
Gambar 4.19 Halaman Layer Chat …………………………………………… 105
Gambar 4.20 Halaman Layer Help ………………………………………….... 105
Page 19
xxxiii
Gambar 4.21 Halaman Dashboard Admin …………………………………….106
Gambar 4.22 Halaman Data Store ……………………………………………..106
Gambar 4.23 Halaman Edit Peta ………………………………………………107
Gambar 4.24 Halaman Edit Style Peta ………………………………………...107
Page 20
78
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Curah Hujan Tahunan ………………………………………… 2
Tabel 1.2. Perbandingan Penelitian Sebelumnya …………………. …………... 9
Tabel 2.1. Perangkat Lunak Pendukung PostGIS ……………………………… 39
Tabel 2.2. Spesifikasi Pengguna OpenGeo Suite ……………………………… 46
Tabel 2.3. Klasifikasi Daerah Rawan Banjir …………………………………... 56
Tabel 2.4. Skoring Parameter Curah Hujan Tahunan (BMG) ………………… 62
Tabel 2.5. Penentuan Bobot pada Parameter ………………………………….. 67
Tabel 4.1 Spesifikasi Use Case Membuat Peta rawan banjir …………………. 87
Tabel 4.2 Spesifikasi Use Case Menambahkan data, peta dan konfigurasi layer.88
Tabel 4.3 Spesifikasi Use Case Mengedit database, polygon, line pada peta ... 88
Tabel 4.4 Spesifikasi Use Case Mengedit Style Peta …………………………..89
Tabel 4.5 Spesifikasi Use Case Informasi Wilayah Rawan Banjir …………...90
Tabel 4.6 Tabel pengujian metode Black Box ..................................................109
Tabel 4.7 Tabel pengujian metode White Box pada perangkat keras ................110
Tabel 4.8 Tabel pengujian metode White Box pada perangkat lunak ………….110
Page 21
79
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Wawancara
Lampiran B. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 8 Tahun
2011 tentang Standardisasi Data Kebencanaan
Lampiran C.
Lampiran D.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 4 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 3 Tahun
2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
Lampiran E. Print Out Source Code Sistem Informasi Geografis Peta Prakiraan
Daerah Penangkapan Ikan Berbasis Web (Studi Kasus: Kawasan
Wilayah Maluku Papua)
Lampiran F.
Lampiran G
Print Out Graphic User Interfaces (GUI) Rancang Bangun Sistem
Informasi Spasial Wilayah Rawan Banjir Berbasis Web (Studi Kasus:
Kabupaten Serang, Banten)
Surat Menyurat
Page 22
80
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten serang merupakan wilayah yang mempunyai curah hujan yang
cukup tinggi, yaitu berkisar 3,92 mm/ hari. Kabupaten Serang memiliki luas
wilayah 1.724,09 km². Secara geografis terletak pada posisi koordinat antara
105º7' - 105º22' Bujur Timur dan 5º50' - 6º21' Lintang Selatan. Kabupaten Serang
merupakan wilayah dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0
sampai 1.778 m di atas permukaan laut. Fisiografi Kabupaten Serang dari arah
utara ke selatan terdiri dari wilayah rawa pasang surut, rawa musiman, dataran,
perbukitan dan pegunungan. Bagian utara merupakan wilayah yang datar dan
tersebar luas sampai ke pantai, kecuali sekitar Gunung Sawi, Gunung Terbang
dan Gunung Batusipat. Bagian selatan sampai ke barat, Kabupaten Serang
berbukit dan bergunung antara lain sekitar Gunung Kencana, Gurung Karang dan
Gunung Gede.
Page 23
81
Data dari BMKG menunjukkan bahwa iklim di wilayah Kabupaten Serang
termasuk tropis dengan musim hujan antara November–April dan musim kemarau
antara Mei–Oktober. Curah hujan rata-rata 3,92 mm/hari, serta dari aspek
geologis, geografis dan morfologis, Kabupaten Serang merupakan salah satu
kawasan yang rawan terhadap bencana banjir. Berdasarkan data curah hujan di
Kabupaten Serang menunjukkan bahwa Kabupaten Serang berpotensi menjadi
wilayah rawan banjir. Data curah hujan kabupaten serang dapat dilihat pada Tabel
1.1 serta pada Gambar 1.1
Tabel 1.1 Data Curah Hujan Tahunan
KECAMATAN HUJAN_THN
Anyar 88
Baros 132
Bojonegara 94
Carenang 104
Cikande 42
Cikeusal 35
Cilegon 109
Cinangka 166
Ciomas 160
Cipocok Jaya 76
Ciruas 124
Ciwandan 54
Kasemen 64
Kopo 20
Kragilan 87
Kramatwatu 96
Mancak 79
Pabuaran 120
Padarincang 232
Pamarayan 157
Petir 54
Pontang 70
Pulo Merak 89
Serang 67
Tantakan 110
Page 24
82
Gambar 1.1. Rata-rata Curah Hujan Bulanan Kabupaten Serang
Tingginya tingkat curah hujan serta buruknya drainase yang ada, tidak
mampunya daerah aliran sungai menampung jumlah air yang mengalir dapat
menyebabkan banjir maupun genangan air, terlebih kondisi kontur tanah cukup
landai yang dapat mengakibatkan air hujan tidak dapat mengalir dengan
semestinya. Pentingnya penanggulangan masalah banjir tidak hanya dilakukan
dengan cara konvensional. Dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat sekarang ini, perlu adanya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi, menguasai IPTEK khususnya
dalam bidang teknologi serta memiliki wawasan IT, terutama bisa mengatasi
masalah banjir dengan bantuan analisa spasial yang sekarang ini sering disebut
dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) serta dengan bantuan Web dalam hal
penyampaian informasi menjadi lebih bermanfaat.
Tirtayasa 35
Walantaka 134
Waringinkurung 86
Cibeber 120
Curug 50
Page 25
83
SIG merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk
menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali informasi–
informasi geografis atau keruangan dengan bantuan data atribut dan data spasial.
Saat sekarang ini SIG berkembang sangat pesat, banyak terapan ilmu memakai
manfaat dari sistem informasi itu sendiri. Dalam bidang Geologi dan bencana
alam, manfaat dari SIG dapat membantu user menganalisa area atau wilayah
mana saja yang rawan bencana banjir. Hal ini sangat berguna bagi penulis
khususnya, pemerintah sebagai pembuat keputusan dan masyarakat pada
umumnya dalam menganalisis dan melihat informasi tentang daerah penyebaran,
serta dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dibuat wilayah rawan banjir
berbasis Sistem Informasi Geografis yang mampu membantu kebutuhan para
pemegang kebijakan. Keputusan yang lebih cepat dan akurat diharapkan dapat
diambil oleh para pemegang kebijakan dengan terdapatnya database berbasis
Sistem Informasi Geografis yang informatif. Untuk memperkecil ruang lingkup
penelitian maka penyusunan informasi hanya dilakukan untuk wilayah rawan
banjir di Kabupaten Serang. Maka penulis memilih judul penelitian “Rancang
Bangun Sistem Informasi Spasial Wilayah Rawan Banjir Berbasis Web (Studi
Kasus: Kabupaten Serang, Banten)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka permasalahan yang diajukan adalah:
Page 26
84
1. Bagaimana merancang dan membangun sistem informasi spasial berbasis
Web wilayah rawan banjir di Kabupaten Serang?
2. Bagaimana menyajikan informasi spasial dan nonspasial wilayah rawan
banjir kepada masyarakat?
1.3. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penulis membatasi kegiatan pada:
1. Analisis Spasial penyebaran wilayah rawan banjir di Kabupaten Serang,
Banten dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang
diintegrasikan dengan Analisa Spasial Multi Kriteria hanya dibatasi pada
kriteria ataupun parameter seperti Daerah Aliran Sungai, Kontur, serta
Curah hujan tahunan.
2. Aplikasi yang dipakai yaitu ArcView, ArcGIS dan OpenGeo Suite.
ArcView dan ArcGIS yang berisikan informasi dan atribut serta data–data
tentang banjir dengan menggunakan parameter seperti peta administrasi
Kabupaten Serang, Banten, data curah hujan tahunan, landuse serta kontur
tanah. Sementara OpenGeo berfungsi sebagai antarmuka dalam hal
penyampaian informasi geografis berbasis Web.
3. Metode pengembangan sistem menggunakan metode RAD (Rapid
Application Development)–UML.
4. Tahapan pembangunan sistem hanya sampai pada tahap pengujian sistem
dan tidak sampai pada tahap operasional dan pemeliharaan sistem.
Page 27
85
1.4. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1. Tujuan Penelitian
1. Terwujudnya sebuah Sistem Informasi Spasial Wilayah Rawan Banjir
yang dapat memberikan kemudahan kepada semua pihak agar dapat
mengetahui informasi mengenai wilayah rawan banjir pada Kabupaten
Serang, Banten.
2. Memberikan informasi wilayah rawan banjir yang diharapkan dapat
meningkatkan kewaspadaan bagi masyarakat sekitar sehingga dapat
mengantisipasi terjadinya banjir di kemudian hari.
1.4.2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1)
Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
b. Kesempatan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan.
c. Bagi masyarakat umum mendapatkan informasi mengenai wilayah
yang merupakan rawan banjir.
2. Bagi Universitas
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya
dan sebagai bahan evaluasi.
Page 28
86
b. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam studi
lebih lanjut oleh peneliti lainnya.
3. Instansi dan Pemerintah
3.1. Bagi BNPB
a. Dengan dibangunnya sistem informasi spasial berbasis web ini,
dapat membantu memudahkan pemerintah pusat dalam memantau
situasi serta perkembangan yang berada di daerah-daerah di
Indonesia.
b. Memperoleh data-data mengenai wilayah yang termasuk kedalam
kategori rawan banjir.
3.2. Bagi BPBD
a. Dengan dibangunnya sistem informasi spasial berbasis web ini,
dapat membantu memudahkan pemerintah Kabupaten Serang
khususnya BPBD untuk memberikan informasi daerah yang
merupakan wilayah rawan banjir dalam bentuk data spasial berupa
peta.
b. Dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten
untuk melakukan kebijakan-kebijakan terkait penanganan wilayah
rawan banjir.
Page 29
87
4. Bagi Masyarakat Umum
a. Memberikan informasi spasial kepada masyarakat akan daerah
rawan banjir pada wilayah di Kabupaten Serang
b. Dapat menjadi sebuah perkiraan bagi masyarakat umum khususnya
masyarakat di Kabupaten Serang untuk meningkatkan
kewaspadaan ketika musim penghujan datang.
1.5. Metode Penelitian dan Penelitian Sebelumnya
Pada penulisan skripsi ini diperlukan data dan informasi yang lengkap
guna mendukung penelitian, metodologi tersebut yaitu :
1.5.1. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan metode
observasi, wawancara dan literature. Adapun tiga metode tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Observasi
Pengumpulan informasi dengan cara pengamatan atau peninjauan
langsung terhadap wilayah rawan banjir
b) Wawancara
Melakukan wawancara kepada Staff BPBD Kabupaten Serang.
c) Studi Literatur
Mengumpulkan data-data sekunder dan menelaah data yang
diperoleh dari perpustakaan atau pustaka baik berupa artikel, buku,
Page 30
88
majalah, jurnal, maupun sumber informasi lainnya yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.
1.5.2. Metode Pengembangan Sistem
Dalam perancangan sistem ini, penulis menerapkan metode RAD (Rapid
Application Development), tahapan RAD dapat dijelaskan pada Gambar 1.2
Gambar 1.2 Tahapan Metode RAD (Rapid Application Development)
RAD merupakan metodologi dengan pendekatan Object Oriented (OO)
menggunakan notasi Unified Modelling Language (UML).
1.5.3. Penelitian Sebelumnya
Perbandingan antara yang dilakukan dengan sebelumnya dapat dilihat
pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Penelitian Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil
Gatot
Irianto, PhD
(2002)
Peta Wilayah
Rawan Banjir
dan Genangan
- Peringatan dini akan bencana
banjir
- Sebagai bentuk laporan
pemerintah
Survei dan
Wawancara
(responden)
- Zonasi wilayah rawan/endemic
kebanjiran dan genangan secara
akurat
- Penyusunan Strategi alokasi
bantuan tanggap darurat
- Kecenderungan perubahan
magnitude banjir dan genangan
dalam das akibat perubahan
lahan
Trihono
Kadri
Penerapan Sistem
Informasi
- Integrasi SIG dengan model
Hidrolika Sungai
Survey dan
Wawancara
- Memprediksi volume limpasan
dan aliran puncak banjir melalui
Page 31
89
(2007) Geografis Dalam
Untuk Mereduksi
Kerugian Akibat
Banjir
kondisi langsung permukaan
tanah pada hujan dengan periode
ulang
Murdiyanto
(2010)
Simulasi Daerah
Banjir
Menggunakan
Sistem Informasi
Geografis di
Kabupaten
Sragen
- Bagaimana merancang dan
membuat website simulasi
daerah banjir menggunakan
sistem informasi geografis di
kabupaten sragen sebagai
model acuan untuk
penanggulangan banjir..
Survei dan
Wawancara
(responden)
- Mensimulasikan genangangan air
yang berada pada desa-desa di
selatan sungai bengawan solo
berdasarkan kontur tanah
- Pencarian rute terpendek jalan
yang tidak terkena banjir
D. Mioc et
all (2008)
Early Warning
and Mapping For
Flood Disaster
- Monitoring bencana banjir
serta memetakan wilayah
rawan banjir melalui citra
satelit
Library
Research
- Memetakan wilayah rawan banjir
dengan data citra satelit sebagai
perbandingan agar dapat
memberikan peringatan dini
tentang wilayah rawan banjir
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini, pembahasan yang penulis sajikan terbagi dalam lima
bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi uraian tentang latar belakang penulisan skripsi, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dari
penelitian ini.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang digunakan untuk mendukung
penelitian ini dan menguraikan pengertian untuk pembahasan pada bab
selanjutnya.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang dibuat dan
menyajikan dalam bentuk grafik serta gambar.
BAB IV: PEMBAHASAN
Page 32
90
Bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang dibuat dan
menyajikannya dalam bentuk grafik serta gambar.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang
direkomendasikan untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Page 33
91
2.1. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (GIS)
2.1.1. Konsep Dasar Sistem
Sistem menurut Jogiyanto (2005) memiliki definisi suatu kumpulan dari
elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Elemen-
elemen yang saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk suatu
kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem dapat tercapai. Elemen-elemen yang
dimaksud merupakan definisi yang lebih luas.
Sistem menurut Prahasta (2005) dapat di definisikan sebagai sekumpulan
objek, ide, berikut saling keterhubungannya (inter-relasi) dalam mencapai tujuan
atau sasaran bersama. Lebih detail lagi Rober dan Michael di dalam Prahasta
(2005) menyatakan sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling
berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah
dengan pembatas yang jelas.
Selanjutnya dalam Wikipedia, sistem berasal dari bahasa Latin (systēma)
dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah
sekumpulan benda yang memiliki hubungan diantara mereka.
Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem memiliki
pengertian sekumpulan objek, elemen-elemen, komponen-komponen yang saling
terkait dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2. Konsep Dasar Informasi
Page 34
92
Menurut Jogianto (2005), memiliki definisi suatu data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih bermanfaat bagi penggunanya. Pengertian
lain mengenai informasi menurut Kadir dalam Prahasta (2005) adalah data yang
telah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang,
manajer, staf, atau orang lain di dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2005), informasi bersumber dari berbagai macam
data. Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian
dan kesatuan nyata. Informasi pada saat ini memiliki peran yang penting untuk
mengambil suatu keputusan, karena informasi menjadi bahan pertimbangan dan
masukan yang digunakan oleh para pengambil keputusan dalam membuat suatu
kebijakan-kebijakan (keputusan) di dalam organisasi.
Dari pengertian tersebut diambil kesimpulan bahwa informasi merupakan
data yang telah diproses (diolah) menjadi bentuk yang lebih berguna dan
bermanfaat bagi penerimanya atau penggunanya untuk mengambil suatu
keputusan. Data sendiri pun merupakan bahan untuk membentuk suatu informasi.
2.1.3 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem informasi menurut Leitch dan Davids dalam Jogiyanto (2005)
adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat menejerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-
laporan yang diperlukan.
Page 35
93
Sedangkan menurut Budihar dalam Prahasta (2005), adalah suatu sistem
manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi
operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
Kesimpulan dari berbagai definisi/pengertian mengenai sistem informasi
adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk pengambilan keputusan
berdasarkan informasi dari data-data yang telah diolah sebelumnya.
2.1.4. Geografis
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan
dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas
permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (" bumi ")
dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan"). Dengan semakin berkembangnya
konsep dan cakupan geografi, maka geografi dapat diartikan sebagai suatu
cakupan studi mengenai permukaan bumi terutama dalam hal keanekaragaman
area permukaan bumi dan hubungannya sebagai tempat tinggal manusia.
Menurut Prahasta (2005), Geografis memiliki istilah lain, yaitu spasial
(keruangan) dan Geospasial. Ketiga istilah ini memiliki pengertian yang sama di
dalam konteks SIG. Penggunaan kata “Geografis” mengandung pengertian suatu
persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Geografi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari masalah-masalah bumi secara luas dalam hubungannya dengan
keruangan.
2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.2.1. Definisi SIG
Page 36
94
Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan
dari tiga unsur pokok: sistem, informasi, dan geografis. Dengan melihat unsur-
unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi dan SIG
merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur ”Informasi Geografis”.
Penggunaan kata Geografis” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai
bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Istilah ”Informasi Geografis”
mengandung pengertian informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang
terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui. Dengan
memperhatikan pengertian Sistem Informasi, maka SIG merupakan ”suatu
kesatuan formal yang terdiri atas berbagai sumber daya fisik dan logika yang
berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi”.
Dalam Prahasta (2005), terdapat berbagai macam pengertian mengenai
SIG. Antara lain menurut Arronoff dalam Prahasta (2005) mendefinisikan SIG
sebagai suatu sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena
dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk
dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki
empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a)
masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis
dan manipulasi data dan (d) keluaran.
Menurut Basic dalam Prahasta (2005) SIG adalah kombinasi perangkat
keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola
Page 37
95
(manage), menganalisa, memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data
deskriptif) dengan akurasi kartografi.
SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
pemasukkan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan dan keluaran informasi
geografis berikut atribut-atributnya. Berikut subsistem dalam SIG :
1. Data Masukan : subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan
data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam
mengkonversi format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan
oleh SIG.
2. Data Keluaran : subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran
seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk file komputer maupun
dokumentasi seperti: tabel, grafik, peta dan lain-lain.
3. Data Manajemen : subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun
atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
diupdate, dan diedit.
4. Data Manipulasi dan Analisis : subsistem ini menentukan informasi-informasi
yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa SIG merupakan
suatu sistem yang menggunakan komputer untuk memasukkan, mengelola
(penyimpanan dan pemanggilan data), manipulasi dan analisis, serta menyajikan
Page 38
96
informasi secara geografis berikut dengan deskripsi dari keadaan geografis suatu
wilayah untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.
2.2.2. Komponen SIG
Menurut Gistus dalam Prahasta (2005), komponen SIG dibagi menjadi
empat komponen, di antaranya perangkat keras, manajemen, data dan informasi,
serta perangkat lunak.
Gambar 2.1 Komponen SIG
Keterangan:
1. Perangkat Keras : perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah
komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.
2. Perangkat Lunak : SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun
secara modular dimana basisdata memegang peranan kunci. Setiap subsistem
diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari
beberapa modul.
3. Data dan Informasi Geografi : SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data
dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-
importnya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara
Dat
a
SIG
Manajemen
Perangkat
Keras
Data dan
Informasi Geografis
Perangkat Lunak
Page 39
97
langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan
data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
4. Manajemen : suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua
tingkatan.
Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah
CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya.
Sedangkan komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah
data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo dan lain-lain.
Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan laporan
yang digunakan, dan manajemen merupakan komponen yang berkaitan dengan
perkembangan dan penguasaan teknologi. Kombinasi yang benar antara keempat
komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan
Sistem Informasi Geografis.
2.2.3. Kemampuan SIG
Berdasarkan dari berbagai macam pengertian mengenai SIG, dapat dilihat
secara eskplisit mengenai kemampuan SIG. Berikut adalah kemampuan-
kemampuan SIG menurut Prahasta (2005) yang diambil dari beberapa definisi
mengenai SIG:
a. Memasukkan dan mengumpulkan data geografis
b. Mengintegrasikan data geografis
c. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografis
d. Menyimpan dan memanggil kembali data geografis
Page 40
98
e. Merepresentasikan atau menampilkan data geografis
f. Mengelola data geografis
g. Memanipulasi data geografis
h. Menganalisa data geografis
i. Menghasilkan keluaran (output) data geografis dalam bentuk-bentuk: peta
tematik (view dan layout), tabel, grafik (chart) laporan (report), dan lainnya
baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.
2.3. Data
Data adalah bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang
disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa, aktivitas,
konsep dan objek-objek penting lainnya. (Prahasta, 2005).
2.3.1. Data dan Informasi Geografis
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-importnya dari
perangkat–perangkat lunak yang lain maupun secara langsung dengan cara
mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari table-
tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
Berikut ini diungkapkan beberapa alasan dasar mengenai kebutuhan SIG
di antaranya:
1. Penanganan data geospasial sangat buruk
2. Peta dan statistik sangat cepat kadaluarsa
3. Data dan informasi sering tidak akurat
Page 41
99
4. Tidak ada pelayanan penyediaan data
5. Tidak ada pertukaran data.
Fungsi-fungsi dari Sistem Informasi Geografis (SIG) antara lain:
1. Sistem Informasi Geografis sebagai bank data geografis
2. Sistem Informasi Geografis sebagai sarana bantu pengambilan keputusan
3. Sistem Informasi Geografis sebagai sarana pengendalian operasional dan
pemantauan.
2.3.2. Jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis
Menurut Aranof (1989) data dalam SIG dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu data spasial (keruangan) dan data non-spasial (atribut). Penjelasan
dari masing-masing jenis data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data Spasial
Data spasial adalah data mengenai tata ruang (menyangkut titik
koordinat). Setiap bagian dari data tersebut selain memberikan gambaran
tentang suatu fenomena, juga selalu dapat memberikan informasi mengenai
lokasi dan juga persebaran dari fenomena tersebut dalam suatu ruang
(wilayah). Yang termasuk kedalam data spasial adalah data raster dan vektor.
Model data raster (organisasi sel) adalah model data yang berupa
image. Model data raster akan disimpan dalam bentuk grid, dimana setiap grid
mewakili data tertentu. Dalam struktur data raster nilai setiap parameter yang
dibahas dibangun untuk setiap sel dalam suatu ruang yang teratur.
Model data vektor adalah model data yang didefinisikan dalam suatu
bentuk titik, garis, poligon dan sejenisnya. Model data vektor digunakan untuk
Page 42
100
obyek yang memerlukan posisi akurat. Pendekatannya adalah meletakkan
posisi akurat titik, garis, dan poligon yang digunakan untuk menggambarkan
obyek. Model vektor mengasumsikan posisi koordinat secara matematis
dengan tepat.
b. Data Non Spasial (Data Atribut)
Data non spasial adalah data yang mendeskripsikan data grafis yang
berisi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif misalnya data jumlah
penduduk, jumlah taman, jumlah rumah sakit, dan sebagainya. Data kualitatif
misalnya nama, alamat, nama jalan, dan sebagainya.
Data atribut akan tersimpan dalam bentuk tabel, yang kemudian
disebut dengan data tabular. Data ini disimpan dalam bentuk tabel didalam
database dan dapat di join-kan pada peta dengan pola titik tertentu atau simbol
tertentu.
Dalam mengelola data dan informasi atribut didalam SIG tidak
semudah yang kita bayangkan, untuk melakukanya diperlukan pemahaman
yang baik mengenai konsep-konsep sistem manajemen basisdata (Database
Management System–DBMS).
2.3.3 Model Data Sistem Informasi Geografis
Menurut Barus (1999), Semua fitur pada muka bumi bisa di
representasikan oleh tiga identitas yaitu: titik, garis dan poligon. Fitur-fitur beserta
atributnya dikumpulkan dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai,
bangunan, jalan, laut, batas administrasi merupakan contoh-contoh layer.
2.3.3.1Titik (Point)
Page 43
101
Objek titik dalam peta mempunyai makna mewakili lokasi dan tidak ke
unsur lain. Tetapi kenampakan yang tidak berdimensi ini akan berbeda jika
dilakukan pembesaran, yang berarti menjadi objek area. Dalam hal ini ukuran
skala pengamatan pemetaan akan mempengaruhi penampilan ukuran objek dalam
database. Pada skala tertentu kelompok objek tertentu akan hilang untuk
penyimpanan dalam database.
2.3.3.2.Garis (Line)
Objek garis (juga diistilahkan dengan ujung, lengkungan, dan polyline)
dalam kehidupan antara lain jalur jalan, pipa, yang muncul terpisah dan tidak
berkaitan satu dengan yang lainnya. Walaupun demikian unsur garis tersebut
merupakan unsur kelompok yang lebih besar, misalnya aliran sungai kecil dapat
dikaitkan dengan sungai yang lebih besar hingga akhirnya dalam ruang lingkup
daerah sungai. Ada beberapa sifat yang perlu diperhatikan mengenai sifat objek
garis ini antara lain: panjang (misalnya untuk jarak), kelengkungan (untuk
sungai), dan orientasi (untuk sumber daya mineral)
2.3.3.3.Poligon (Area)
Objek poligon (area) dapat diidentifikasi untuk objek yang alami dan
buatan manusia, yang berarti keberadaan objek tidak dikaitkan dengan tinggi. Unit
spasial poligon dapat bersifat alami seperti danau, pulau atau tipe tanah, atau
buatan seperti batas kecamatan. Batas-batas ini dapat tidak jelas, mempunyai
banyak sifat, berubah sesuai waktu, bervariasi sesuai definisi, dan dapat juga tidak
dapat diamati langsung. Unit poligon ini penting untuk studi sosial-ekonomi,
inventaris sumber daya alam dan penggunaan lahan. Sifat-sifat yang dikaitkan
Page 44
102
dengan unsur area antara lain adalah perkembangan area, ukuran keliling, daerah
tumpang tindih, dan lain-lain.
2.3.4. Peta dan Pemetaan
2.3.4.1Pengertian Peta
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal
2005) Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi
lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan
keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
2.3.4.2.Jenis-jenis Peta
Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam
persoalan (maksud dan tujuan), jenis-jenis peta tersebut dapat digolongkan
seperti:
1. Menurut Jenisnya:
1. Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara atau ortofoto
yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda. Peta ini meliputi peta
foto yang sudah direktifikasi dan peta ortofoto.
2. Peta garis adalah peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia
dalam bentuk titik, garis, dan luasan. Peta ini terdiri atas peta topografi dan
peta tematik.
2. Menurut Skalanya
1. Peta skala besar (1:50.000 atau lebih kecil, misalnya 1:25.000).
2. Peta skala kecil (1:500.000 atau lebih besar).
Page 45
103
3. Menurut Fungsinya
1. Peta umum, yang antara lain memuat jalan, bangunan, batas wilayah, garis
pantai, dan elevasi. Peta umum skala besar dikenal sebagai peta topografi,
sedangkan yang berskala kecil berupa atlas.
2. Peta tematik, yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut
tunggal atau hubungan atribut.
3. Kart, yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical.
4. Menurut Macam Persoalan, adapun peta yang dapat diklasifikasikan menurut
macam persoalan (maksud dan tujuan), antara lain meliputi: peta kadaster,
peta geologi, peta tanah, peta ekonomi, peta kependudukan, peta iklim, dan
peta tata guna tanah.
2.3.4.3. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarangan di peta
dengan jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan
ukuran yang sama). (Arham, 2008)
1. Skala numeris
Digambarkan dalam bentuk 1 : 50.000 (numeric skala) atau 1/ 50.000.
Artinya 1 satuan panjang di peta sama dengan 50.000 satuan panjang di
lapangan misalkan 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm (0.5 km) di
lapangan.
2. Skala dengan kalimat
Biasanya digunakan untuk peta – peta buatan Inggris atau negara – negara
bekas jajahan. Bentuknya adalah 1 inch to 1 mile (1 : 63.660).
Page 46
104
3. Skala grafis
Skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang
menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.
Gambar 2.2 Skala Grafik
Macam-macam peta berdasarkan skala peta di antaranya :
1. Peta skala sangat besar > 1:10.000
2. Peta skala besar 1:10.000 < 1:100.000
3. Peta skala sedang 1:100.000 - < 1:1.000.000
4. Peta skala kecil >= 1:1.000.000
2.4. Konsep Dasar SIG Berbasis Web
Website merupakan bentuk aplikasi sistem informasi terdistribusi yang
berbasis hypertext dengan menggunakan konsep hyperlink. Website juga
merupakan aplikasi jaringan yang mendukung terlaksananya HTTP (Hypertext
Transfer Protocol) dalam suatu jaringan internet.
Sedangkan aplikasi sistem informasi geografis yang dapat dijalankan
dalam web browser baik yang berada pada satu jaringan gelobal (internet)
Page 47
105
maupun yang hanya berbasis jaringan lokal (intranet) namun memiliki dan
terkonfigurasi pada jaringan web server dikenal dengan WebGIS atau SIG
berbasis web. SIG berbasis web mendukung penggunaan aplikasi web dalam
melakukan operasi SIG. SIG berbasis web terdiri atas beberapa komponen yang
saling terkait, dan gabungan antara desain grafis, pemetaan, peta digital dengan
analisis spasial, pemrograman komputer dan database (Prahasta 2007).
Menurut Prahasta (2007), SIG berbasis web memiliki beberapa kelebihan
dan kelemahan, yaitu:
A. Kelebihan:
1. Penempatan data terpusat pada satu tempat.
2. Biaya pengadaan hardware dan software menjadi lebih murah.
3. Lebih mudah digunakan (user friendly).
4. Adanya akses yang luas terhadap data dan fungsi.
B. Kelemahan:
1. Cepat lambatnya suatu akses bergantung pada spesifikasi komputer yang
dimiliki baik pada server maupun client. Selain itu juga bergantung pada
koneksitas internet, traffic web site, dan efisiensi data.
2. Resolusi atau tampilan monitor (display) perlu diatur agar sesuai dengan
tampilan web.
2.4.1. Arsitektur Umum Aplikasi Pemetaan di Web
Bentuk umum arsitektur aplikasi berbasis peta di web dapat di lihat pada
Gambar 2.3
Page 48
106
Gambar 2.3. Arsitektur umum aplikasi peta berbasis web
Pada gambar di atas, interaksi antara klien dengan server berdasar
scenario request dan respon. Web browser di sisi klien mengirim request ke
server web. Karena server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta,
maka request berkaitan dengan pemrosesan peta akan diteruskan oleh server web
server ke server aplikasi dan Mapserver. Hasil pemrosesan akan dikembalikan
lagi melalui server web, terbungkus dalam bentuk format HTML atau applet.
Arsitektur aplikasi pemetaan di web dibagi menjadi dua pendekatan
sebagai berikut:
Thin Client
Thin client adalah sebuah komputer client yang bergantung pada server
untuk melakukan pengolahan data, dapat berupa dedicated thin client terminal
atau PC biasa yang menggunakan perangkat lunak thin client untuk mengirim
input keyboard dan mouse ke server dan menerima output dari server ke layar
thin client tersebut. Thin client tidak memproses data apapun, melainkan hanya
proses user interface (UI) saja. Data hasil pemrosesan kemudian dikirim ke klien
dalam format standar HTML, yang di dalamnya terdapat file gambar dalam format
standar (misalnya GIF, PNG, maupun JPG) sehingga dapat dilihat menggunakan
Page 49
107
sembarang web browser. Kelemahan utama pendekatan ini adalah
keterbatasannya interaksi dengan user yang kurang fleksibel
Thick Client
Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi klien
menggunakan beberapa teknologi seperti kontrol ActiveX2 atau applet. Kontrol
ActiveX atau applet akan dijalankan di klien untuk memungkinkan web browser
menangani format data yang tidak dapat ditangani oleh web browser dengan
kemampuan standar. Dengan adanya pemrosesan di klien, maka transfer data
antara klien dengan web server akan berkurang. Tidak seperti pada pendekatan
thin client, data akan dikirim ke klien dalam bentuk data vektor yang
disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali akan dilakukan di sisi
klien. Dengan cara demikian, pengembang aplikasi dapat lebih fleksibel dalam
menentukan prosedur interaksi aplikasi dengan user. Kelemahan dari pendekatan
ini, harus ada tambahan aplikasi yang dipasang di komputer klien (kontrol
ActiveX atau applet tadi).
Pemrosesan data dilakukan di sisi client, data dikirim dari server ke client
dalam bentuk data vektor yang disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran
kembali dilakukan di sisi client. Cara ini menjadikan user dapat berinteraksi lebih
interaktif dan fleksibel.
Page 50
108
Gambar 2.4 Thin Vs Thick sistem pada Client Server
2.5. Konsep Dasar Pengembangan Sistem Informasi
2.5.1. Konsep Dasar Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem informasi sering disebut sebagai proses
pengembangan sistem (System Development Process). Dalam mengembangkan
suatu sistem tentunya harus mampu didukung oleh personal-personal yang
kompeten di bidangnya (Jogiyanto, 2005).
Proses pengembangan sistem terdiri dari proses standar atau langkah yang
dapat digunakan pada semua proyek pengembangan sistem. Meskipun proses
bisnis pada masing-masing organisasi berbeda, mereka memiliki karakteristik
umum yang sama, yaitu kebanyakan proses poengembangan sistem pada
organisasi mengikuti pendekatan problem-solving. Berikut ini adalah langkah
problem-solving secara umum:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Memahami dan menganalisis masalah
3. Mengidentifikasi solusi yang diharapkan
4. Mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang tebaik
Page 51
109
5. Merancang solusi yang telah dipilih
6. Mengimplementasikan solusi yang telah dipilih
7. Mengevaluasi hasil (jika masalah tidak terpecahkan, kembali ke langkah 1
dan 2). (Whitten, 2004)
Pengembangan sistem (System Development) dapat berarti menyusun
suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan
atau memperbaiki sistem yang telah ada. (Jogiyanto, 2000)
2.5.2. Pengembangan Sistem dengan RAD (Rapid Application Development)
2.5.2.1.Konsep Dasar Rapid Application Development (RAD)
Rapid Application Development adalah suatu pendekatan berorientasi
objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode
pengembangan serta perangkat-perangkat lunak (Kendall dan Kendall, 2003).
Rapid Application Development (RAD) menggunakan pemodelan berorientasi
objek.
2.5.2.2.Tiga Fase dalam RAD
Tiga fase dalam RAD yaitu: (Kendall dan Kendall, 2003)
1. Requirement Planning
Dalam tahap ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem yaitu
dengan mengidentifikasi kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi
untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternatif
pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku sistem
dan juga untuk mengetahui aktifitas apa saja yang ada dalam sistem tersebut.
Page 52
110
2. Workshop Design
Tahap ini mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang terbaik.
Kemudian membuat desain proses bisnis dan desain pemrograman untuk data-
data yang telah didapatkan dan dimodelkan dalam arsitektur sistem informasi.
3. Implementation
Setelah Workshop Design dilakukan, selanjutnya sistem diimplementasi
(coding) ke dalam bentuk yang dimengerti oleh mesin yang diwujudkan dalam
bentuk program atau unit program. Tahap implementasi sistem merupakan
tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Software yang
digunakan adalah software Web server, bahasa pemrograman dan tools
perangkat lunak untuk database. Selain itu juga membutuhkan Software untuk
desain interface dan software-software untuk editor, kemudian mengevaluasi
sistem informasi yang telah dibuat.
Requirement Planning Design Workshop Implementation
Gambar 2.5. Fase di dalam RAD
2.5.2.3.Keuntungan Menggunakan RAD
Menurut (McLeod, R. & Schell, G. 2007) ada beberapa keuntungan dalam
pengembangan sistem dengan menggunakan RAD adalah sebagai berikut:
a. Proses pengiriman menjadi lebih mudah, hal ini dikarenakan proses
pembuatan lebih banyak menggunakan potongan-potongan script.
Identified
Objectives and
Informations
Requirement
Work With
Users to
Design
System
Build The
System
Introduced
The New
System
Page 53
111
b. Mudah untuk diamati karena menggunakan model prototype, sehingga user
lebih mengerti sistem yang dikembangkan.
c. Lebih fleksibel karena pengembang dapat melakukan proses desain ulang
pada saat yang bersamaan.
d. Keterlibatan user semakin meningkat karena merupakan bagian dari tim
secara keseluruhan.
e. Mempercepat waktu pengembangan sistem secara keseluruhan karena
cenderung mengabaikan kualitas.
f. Tampilan yang lebih standar dan nyaman dengan bantuan software-software
pendukung.
2.6. Konsep Dasar Unified Modelling Language (UML)
2.6.1. Definisi UML
Menurut Whitten (2004), UML adalah suatu konvensi pemodelan yang
digunakan untuk menentukan atau menggambarkan sebuah system piranti lunak
yang terkait dengan objek. UML juga merupakan sebuah pendekatan model untuk
(1) mempelajari objek-objek yang ada untuk melihat apakah objek tersebut dapat
digunakan kembali atau dimodifikasi yang akan digabungkan dengan objek yang
ada untuk membuat aplikasi bisnis.
2.6.2. Diagram UML
UML menawarkan diagram yang dikelompokkan menjadi lima perspektif
berbeda untuk memodelkan suatu sistem. Diagram UML menyajikan perspektif
Page 54
112
yang berbeda mengenai sistem informasi. Bagian berikut menjelaskan berbagai
diagram UML beserta pengertiannya (Whitten, 2004).
a. Use Case Diagram
Use Case Diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara
sistem dengan sistem eksternal dan pengguna. Dengan kata lain, secara grafis
menggambarkan siapa yang akan menggunakan sistem dan dengan cara apa
pengguna mengharapkan untuk berinteraksi dengan sistem (Whitten, 2004)
System
Use Case 1
Use Case 2
Use Case 3
Actor 1
Actor 3
Actor 2
Gambar 2.6. Diagram Model Use Case
Sebuah use case diagram melukiskan :
1. Actor
Actor merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengguna
aplikasi atau apapun yang berinteraksi dengan sistem untuk mengolah
informasi. Actor bisa berupa orang, hardware atau sistem informasi lain yang
berinteraksi dengan use case.
2. Use Case
Use case menggambarkan fungsi sistem dari perspektif user eksternal dengan
cara yang mereka pahami. Use case dibuat berdasarkan proses-proses yang
Page 55
113
dilakukan untuk kepentingan actor untuk menggambarkan apa yang dikerjakan
oleh aplikasi, bukan bagaimana aplikasi mengerjakannya (logical).
3. Relationship
Relationship dilukiskan sebagai garis lurus antara dua simbol pada use case
diagram. Makna dari relationship berbeda, tergantung pada bagaimana garis
lurus digambarkan dan apa jenis simbol yang dihubungkan. Berikut ini adalah
perbedaan relationship pada use case diagram :
a) Association
Association merupakan relationship antara actor dengan use case,
digambarkan sebagai sebuah garis lurus tanpa putus antara actor dan use case.
b) Extends
Extends digunakan untuk menggambarkan hubungan antara use case yang
menunjukkan bahwa satu use case merupakan fungsionalitas dari use case
yang lain jika kondisi atau syarat tertentu terpenuhi.
c) Uses (Includes)
Hubungan uses menggambarkan bahwa satu use case seluruhnya meliputi
fungsionalitas dari use case lainnya
d) Depends On
Hubungan depends on sangat membantu untuk mengetahui use case mana yang
memiliki ketergantungan pada use case lainnya yang bertujuan untuk
menentukan urutan dalam pengembangan use case.
Page 56
114
e) Inheritance
Hubungan inheritance terjadi ketika dua atau lebih actor menggunakan use
case yang sama. Setiap use case pada use case diagram dijelaskan secara detail
pada documenting abstract and extension use case narrative. (Whitten, 2004)
b. Use Case Narrative
Deskripsi tekstual kegiatan bisnis dan bagaimana pengguna akan berinteraksi
dengan sistem dalam menyelesaikan suatu tugas. Berbeda degnan use case
diagram, use case desain sistem menggunakan sebuah narasi dari pandangan
pengguna sistem, use case desain sistem lebih bersifat percakapan (dialog)
c. Activity Diagram
Secara grafis digunakan untuk menggambarkan rangkaian aliran aktivitas
baik proses bisnis atau use case. Diagram ini juga dapat digunakan untuk
memodelkan action yang akan dilakukan saat sebuah operasi di eksekusi dan
memodelkan hasil dari action tersebut.
d. Class Diagram
Diagram ini menunjukkan kelas objek yang menyusun sistem juga hubungan
antara kelas tersebut. Class diagram mendeskripsikan jenis-jenis objek dalam
sistem dan berbagai macam hubungan interaksi diantara mereka.
e. Sequence Diagram
Secara grafis menggambarkan bagaimana objek berinteraksi dengan satu
sama lain melalui pesan pada eksekusi sebuah use case atau operasi. Diagram ini
mengilustrasikan bagaimana pesan terkirim dan diterima diantara objek.
Page 57
115
f. Statechart Diagram
Digunakan untuk memodelkan behavior objek khusus yang dinamis.
Diagram ini mengilustrasikan siklus hidup objek, berbagai keadaan yang dapat
diasumsikan oleh objek dan event-event yang menyebabkan objek beralih dari
satu state ke state lain.
2.6.3. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Manajemen Basis-Data (Data Base Management System/ DBMS)
adalah perangkat lunak sistem yang memungkinkan para pemakai membuat,
memelihara, mengontrol, dan mengakses basis data dengan cara praktis dan
efisien. DBMS dapat digunakan untuk mengakomodasikan berbagai macam
pemakai yang memiliki kebutuhan akses yang berbeda-beda. DBMS pada
umumnya menyediakan fasilitas atau fitur-fitur yang memungkinkan data dapat
diakses dengan mudah, aman, dan cepat. Beberapa fitur yang secara umum
tersedia adalah:
Keamanan : DBMS menyediakan sistem pengamanan data sehingga tidak
mudah diakses oleh orang yang tidak memiliki hak akses.
Independensi : DBMS menjamin independensi antara data dan program,
data tidak bergantung pada program yang meng-akses-nya, karena struktur
data-nya dirancang berdasarkan kebutuhan informasi, bukan berdasarkan
struktur program. Sebaliknya program juga tidak bergantung pada data,
sehingga walaupun struktur data diubah, program tidak perlu berubah.
Konkruensi/ data sharing : data dapat diakses secara bersamaan oleh
beberapa pengguna karena manajemen data dilaksanakan oleh DBMS.
Page 58
116
Integritas : DBMS mengelola file-file data serta relasi-nya dengan tujuan
agar data selalu dalam keadaan valid dan konsisten
Pemulihan : DBMS menyediakan fasilitas untuk memulihkan kembali file-
file data ke keadaan semula sebelum terjadi-nya kesalahan (error) atau
gangguan baik kesalahan perangkat keras maupun kegagalan perangkat
lunak.
Kamus/ katalog sistem : DBMS menyediakan fasilitas kamus data atau
katalog sistem yang menjelaskan deskripsi dari field-field data yang
terkandung dalam basisdata.
Perangkat Produktivitas : DBMS menyediakan sejumlah perangkat
produktivitas sehingga memudahkan para pengguna untuk menarik manfaat
dari database, misalnya report generator (pembangkit laporan) dan query
generator (pembangkit query/ pencarian informasi).
Menurut Prahasta (2004). DBMS adalah tempat penyimpanan data beserta
user interface-nya yang dipersiapkan untuk memanipulasi dan administrasi
basisdata. Dengan demikian, menurut sumber ini, DBMS juga dianggap sebagai
sistem perangkat lunak.
2.6.4. Basis Data
Menurut Kendall dan Kendall (2003), basis data tidak hanya merupakan
kumpulan file, basis data adalah pusat sumber data yang dipakai oleh banyak
pemakai untuk berbagai aplikasi. Inti dari basis data adalah Database
Management System (DBMS), yang membolehkan pembuatan, modifikasi dan
pembaharuan basis data, mendapatkan kembali data, dan membuat laporan.
Page 59
117
Tujuan basis data:
1. Memastikan bahwa data dapat dipakai di antara pemakai untuk berbagai
aplikasi
2. Memelihara data baik keakuratan maupun kekonsistenannya
3. Memastikan bahwa semua data yang diperlukan untuk aplikasi sekarang dan
yang akan datang akan disediakan dengan cepat
4. Membolehkan basis data untuk berkembang dan kebutuhan pemakai untuk
berkembang
5. Membolehkan pemakai untuk membangun pandangan personalnya tentang
data tanpa memperhatikan cara data disimpan secara fisik.
2.6.5. Model Basis Data Relasional
Sebagai model basis data yang paling terkenal dan sering
diimplementasikan didalam DBMS, model relasional sangat banyak digunakan di
dalam sistem perangkat lunak SIG. Beberapa diantara DBMS yang menggunakan
model basis data relasional adalah (Prahasta 2009):
1. Dbase (*.dbf) – digunakan dalam ArcView GIS beserta beberapa perangkat
lunak SIG lainnya yang berbasiskan data spasial berformat shapefile.
2. INFO – digunakan dalam Arc/Info.
3. Oracle – digunakan oleh Arc/Info, Geovision, dan lainnya.
4. Empress – digunakan oleh System/9.
Page 60
118
2.7. Pendekatan Dalam Membangun Sistem Informasi
2.7.1.Perangkat Lunak dalam Pembuatan Sistem
Menurut Hariyanto (2008) dalam arti sempit perangkat lunak adalah
program yang dijalankan di suatu pemroses. Perangkat lunak dalam arti lebih luas
terdiri dari program-program yang di-eksekusi komputer dalam beraneka ukuran
dan arsitektur, dokumen-dokumen berupa hard-copy dan bentuk-bentuk maya,
dan data berupa angka-angka dan teks juga representasi informasi gambar, video,
dan audio.
Pada saat ini, sudah banyak tersedia (baik yan komersial maupun yang non-
komersial (open source) tool atau perangkat lunak yang berfungsi baik hanya
sebagai ”map server” di dalam (arsitektur) aplikasi web maupun sekedar
pendukung dalam menampilkan unsur-unsur spasial yang terdapat di dalam view
kedalam aplikasi browser internet. Perangkat lunak tersebut dengan masing-
masing karakter yang khas
2.7.2. PostgreSQL dan PostGIS
Menurut Obe dan Hsu (2011) PostgreSQL adalah suatu sistem manajemen
hubungan obek dalam suatu basis data atau lebih dikenal dengan Object-
Relational Database Management System (ORDBMS). PostGreSQL pertama kali
dikembangkan oleh Barkly, University of California pada tahun 1982. Saat ini
PostGreSQL berada di bawah lisensi BSM-style dan dikembangkan secara gratis
oleh berbagai komunitas database di seluruh dunia.
PostgreSQL memiliki ketangguhan dan kemampuan pengolahan data yang
cukup baik sehingga sistem basis data ini banyak digunakan untuk pembanguna
Page 61
119
database baik berbasis web maupun berbasis desktop. PostgreSQL dapat diunduh
secara gratis melalui situs http://www.postgresql.org.
Kelebihan lain dari PostgreSQL adalah adanya ekstensi yang mampu
mendukung spesifikasi penggunaan yang beragam. Salah satu ekstensi dari
PostgreSQL adalah PostGIS. PostGIS merupakan ekstensi yang mampu
mendukung pengelolaan data spasial atau berbasis keruangan untuk aplikasi
sistem informasi geografis. Dijelaskan pula bahwa PostGIS merupakan DBMS
yang didukung oleh tiga kelebihan dari pada PostgreSQL di antaranya: spatial
types, indexes, dan functions.
PostGIS telah menjadi basis data spasial yang digunakan secara luas oleh
para penggunanya. PostGIS juga menjadi program penyimpanan data nomor tiga
yang selalu mengalami perkembangan dengan sangat baik. PostGIS didukung
pula oleh beberapa perangkat lunak open source dan berbayar dari sisi server
maupun desktop. Berikut adalah tabel perangkat lunak yang mendukung
penggunaan PostGIS:
Tabel 2.1. Perangkat Lunak Pendukung PostGIS
Open/Free Closed/Proprietary
Loading/Extracting
Shp2Pgsql
ogr2ogr
Dxf2PostGIS
Web-Based
Mapserver
Loading/Extracting
Safe FME Desktop
Translator/Converter
Web-Based
Ionic Red Spider (now ERDAS)
Cadcorp GeognoSIS
Page 62
120
GeoServer (Java-based WFS / WMS -
server )
SharpMap SDK - for ASP.NET 2.0
MapGuide Open source (using FDO)
Desktop
uDig
QGIS
mezoGIS
OpenJUMP
OpenEV
SharpMap SDK for Microsoft.NET 2.0
ZigGIS for ArcGIS/ArcObjects.NET
GvSIG
GRASS
Iwan Mapserver
MapDotNet Server
MapGuide Enterprise (using FDO)
ESRI ArcGIS Server 9.3+
Desktop
Cadcorp SIS
Microimages TNTmips GIS
ESRI ArcGIS 9.3+
Manifold
GeoConcept
MapInfo (v10)
AutoCAD Map 3D (using FDO)
2.7.3. ArcGIS
Berdasarkan ESRI Development, perangkat lunak ArcGIS merupakan
perangkat lunak SIG yang baru dari ESRI, yang memungkinkan user dalam
memanfaatkan data dari berbagai format data. Dengan ArcGIS user dapat
memanfaatkan fungsi desktop maupun jaringan dan dapat memakai fungsi pada
level ArcView, ArcEditor, ArcInfo dengan fasilitas ArcMap, ArcCatalog dan
ArcToolbox.
Page 63
121
ArcGIS merupakan sistem yang lengkap untuk pembuatan, pelayanan dan
penggunaan informasi geografis. Software GIS ini merupakan koleksi yang
terpadu untuk membangun atau membuat sistem informasi geografis yang
lengkap sesuai kebutuhan, dalam desktop, server, web. Apapun kebutuhan analisis
keruangan, mengatur data spasial yang banyak atau menghasilkan peta-peta yang
secara kartografi terpenuhi sebagai pembuat keputusan, ArcGIS bisa digunakan
sebagai salah satu dasar untuk semua kebutuhan Sistem Informasi yang bersifat
Geografis. Fitur yang terdapat dalam ArcGIS mendukung fungsi-fungsi ArcGIS
seperti manage data, analisa, display dan pembuatan peta.
ArcGIS merupakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG)
berbasis sistem operasi Windows yang dikembangkan oleh ESRI (GCAN 2007).
ArcGIS terdiri dari ArcMap, ArcCatalog, ArcGlobe, ArcReader, dan ArcScene.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bagian ArcGIS diatas:
a. ArcMap merupakan bagian dari perangkat lunak ArcGIS yang dapat
melakukan pengolahan data, menampilkan data, pembuatan peta dan cetak
peta.
b. ArcCatalog merupakan bagian dari perangkat lunak ArcGIS yang berfungsi
sebagai katalog data, pembaca file, pengaturan sistem koordinat dan
metadata.
c. ArcGlobe merupakan bagian dari perangkat lunak ArcGIS yang mendukung
visualisasi multiresolusi data global dalam tampilan 3D .
Page 64
122
d. ArcReader merupakan bagian dari perangkat lunak ArcGIS yang
memudahkan pengguna ketika harus menampilkan, explore, dan mencetak
data.
Berikut adalah komponen work space ArcMap pada perangkat lunak ArcGIS.
Gambar 2.7. Tampilan komponen work space ArcMap pada ArcGIS
1. Menu Bar
Sekumpulan menu utama Adobe Illustrator seperti File, Edit, dll.
2. Tool Bar & Option Bar
Tool Bar adalah sekumpulan tool yang digunakan untuk mengolah elemen
grafis, sedangkan Option Bar adalah Sekumpulan properti/pengaturan untuk
objek yang aktif.
3. Tabel of Content
Sekumpulan objek yang tersusun menjadi layer di dalam ArcMap.
4. Data Frame
Sebagai area kerja dari ArcMap.
Page 65
123
2.7.4. MySQL
Menurut Sidik (2003), MySQL dikembangkan oleh sebuah perusahaan
Swedia bernama MySQL AB, yang pada saat itu bernama TcX Data Konsult AB
sekitar tahun 1994-1995. MySQL sudah ada sejak 1979. MySQL termasuk jenis
RDBMS (Relational Database Management System). MySQL digunakan oleh
banyak portal-portal internet sebagai basis data dari informasi yang ditampilkan
pada situs web. Kepopuleran MySQL dimungkinkan karena kemudahannya untuk
digunakan, cepat secara kinerja query, dan mencukupi untuk kebutuhan basis data
perusahaan-perusahaan skala menengah dan kecil. Istilah seperti tabel, baris, dan
kolom tetap digunakan dalam MySQL. Sebuah basis data yang terdapat pada
MySQL mengandung satu atau beberapa tabel yang terdiri dari sejumlah baris dan
kolom.
2.7.5. OpenGeo Suite
OpenGeo Suite adalah salah satu dari perangkat lunak open source
pengembangan dan pengorganisasian sistem informasi geografis berbasis web.
OpenGeo Suite terdiri dari PostGIS sebagai DBMS, GeoServer yang merupakan
server yang menghubungkan database dengan sistem, GeoWebCache sebagai
accelerator yang mengintegrasikan kebutuhan mengenai skala peta yang akan
digunakan, OpenLayers sebagai map controls untuk melihat dan melakukan
editing terhadap tampilan peta bebasis Javascript, dan GeoExt geospatial web
yang memberikan kemudahan dalam pembuatan tampilan web GIS (OpenGeo
2009). Berikut adalah tampilan dashboard dari OpenGeo Suite.
Page 66
124
Gambar 2.8. Tampilan Dashboard dari OpenGeo Suite
2.7.5.1.OpenGeo Arsitektur
Dengan menggunakan OpenGeo kita dapat menciptakan sebuah arsitektur
web yang saling terhubung satu sama lain. Arsitektur OpenGeo dapat melayani
konfigurasi data dari database, dapat menyimpan dan memanipulasi data
menggunakan algoritma yang sebelumnya hanya tersedia pada perangkat lunak
GIS yang mahal, dan dapat membangun aplikasi desktop yang dapat diakses
melalui web browser.
Arsitektur OpenGeo terdiri atas lima komponen open source yakni,
penyimpanan: PostGIS/ PostgreSQL database spasial, aplikasi server: GeoServer,
aplikasi cache: GeoWebCache, kerangka antarmuka pengguna: GeoExt/ ExtJS,
user interface komponen peta: OpenLayers. Berikut adalah gambaran standar dari
arsitektur OpenGeo:
Page 67
125
Gambar 2.9. Arsitektur Standar OpenGeo
Di bagian bawah arsitektur OpenGeo terdapat database (PostGIS) atau file
berbasis sistem penyimpanan, di tengahnya terdapat (GeoServer dan
GeoWebCache), dan ada lapisan user interface di bagian atas (OpenLayers dan
GeoExt).
2.7.5.2.OpenGeo Suite Enterprise Edition dan Community Edition
OpenGeo memiliki dua tipe edisi yang berbeda, yakni Enterprise Edition
(edisi berbayar) dan Community Edition (edisi tidak berbayar). Adapun spesifikasi
pengguna dari kedua edisi OpenGeo Suite tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut
Page 68
126
Tabel 2.2. Spesifikasi Pengguna OpenGeo Suite
OpenGeo Suite Enterprise Edition OpenGeo Suite Comminity Edition
Direkomendasikan bagi organisasi yang
mencari jaminan perangkat lunak open
source komersial dengan kemampuan
yang terjamin dengan harga yang
terjangkau.
Direkomendasikan bagi organisasi yang
membutuhkan kontak langsung dengan
ahli perangkat lunak, pelatihan, dan
konsultasi.
Direkomendasikan bagi pengguna yang
menginginkan kenyamanan dengan
paket installer yang mudah.
Direkomendasikan bagi organisasi yang
membutuhkan waktu respon tercepat
pada saat terdapat laporan bug.
Direkomendasikan bagi Pengembang
dan pengguna dengan keahlian teknis.
Direkomendasikan bagi mereka yang
nyaman bekerja langsung dengan
komunitas open source.
Direkomendasikan bagi mereka yang
nyaman dengan segala hal yang baru,
dengan fitur tidak didukung, atau belum
teruji.
Bagus untuk pengguna yang memiliki
waktu yang cukup dan keahlian untuk
mengeksplorasi segala kemungkinan
yang bisa didapat dengan OpenGeo
Suite.
2.7.5.3.Komponen OpenGeo Suite
Berikut ini adalah komponen-komponen yang terdapat di dalam OpenGeo
Suite yang berperan sebagai penunjang dari Sistem Informasi Wilayah Rawan
Banjir dari sisi server (OpenGeo 2009):
1. PostGIS
Page 69
127
PostGIS adalah perluasan ke sistem object-relational database PostgreSQL
yang memungkinkan obyek GIS (Sistem Informasi Geografis) untuk
disimpan dalam database. PostGIS didukung dengan indeks keruangan
GiST-based R-Tree yang berfungsi menganalisis dan pengolahan objek GIS.
Gambar 2.10. Tampilan PostGIS Admin pada OpenGeo Suite
2. GeoServer
GeoServer merupakan perangkat lunak server open source yang ditulis
dalam bahasa pemrograman Javascript yang memungkinkan pengguna untuk
berbagi dan mengedit data geospasial. Dirancang untuk interoperabilitas,
sehingga mampu menerbitkan data dari sumber data utama spasial.
Page 70
128
Gambar 2.11 Tampilan Aplikasi Web GeoServer
3. GeoEditor
GeoEditor adalah aplikasi JavaScript berbasis web untuk mengedit fitur
geografis. Toolset GeoEditor meminimalkan biaya pengembangan data dan
pemeliharaan tanpa mengorbankan integritas data. Dengan aplikasi ini, Anda
dapat mengedit semua jenis data vektor, termasuk atribut, ketika disajikan
melalui Layanan Fitur Web (WFS) protokol.
Gambar 2.12 Tampilan Aplikasi Web GeoEditor
4. Styler
Page 71
129
Styler memberikan kemudahan dalam proses styling GIS untuk web. Styler
memungkinkan pengguna untuk membuat peta dengan tampilan dan nuansa
aplikasi yang dibutuhkan. Pengguna diberikan kemudahan karena pada
prosesnya tidak lagi harus berhubungan dengan kode XML secara langsung.
Dibangun sepenuhnya dengan JavaScript dan memanfaatkan OpenLayers
dan GeoExt, penekanan Styler pada standar terbuka dan desain fleksibel
membuat proses perancangan peta yang Anda inginkan terasa lebih mudah
dan efisien.
Gambar 2.13 Tampilan Aplikasi Web Styler
5. GeoExplorer
GeoExplorer adalah aplikasi web yang disediakan untuk penyusunan dan
publish peta. Segala kemudahan yang ada di dalamnya menjadikan proses
finishing pembuatan web GIS terasa lebih cepat. GeoExplorer juga
mendukung pengintegrasian dengan peta host seperti Google Maps, Open
Street Map dan Google Earth.
Page 72
130
Gambar 2.14 Tampilan Aplikasi Web GeoExplorer
2.7.6. Adobe Dreamweaver
Menurut Ruvalcaba (2002) dreamweaver adalah editor WYSIWYG (atau
dalam istilah yang lebih sederhana, sebuah editor ”apa yang anda lihat itulah yang
anda dapat”). Macromedia Dreamweaver merupakan program penyunting
halaman web.
Macromedia Dreamweaver termasuk editor profesional untuk
perancangan, pengkodean, pengembangan website, halaman web, dan aplikasi
web. Dreamweaver menyediakan tools yang sangat membantu dalam pembuatan
web yang powerfull. Berbagai fitur visual editing pada Dreamweaver membantu
membuat halaman web dengan cepat tanpa harus menuliskan satu baris kode.
2.7.7. Internet
Secara etiomologis, Internet berasal dari bahasa inggris yakni inter berarti
antar dan net berarti jaringan sehingga dapat diartikan hubungan antar jaringan.
Internet adalah suatu media informasi komputer global yang terhubung dengan
jaringan–jaringan komputer lokal maupun regional. Internet sebagai media
Page 73
131
transportasi untuk penyimpanan informasi dalam file atau dokumen pada
komputer lainnya. Internet digolongkan sebagai media komunikasi internasional
dalam penggunaan servis komputer.
Sedangkan menurut pakar internet Onno. W. Purbo, “Internet dengan
berbagai aplikasinya seperti Web, VoIP, E-Mail pada dasarnya merupakan media
yang digunakan untuk mengefesiensikan proses komunikasi”
2.7.8. PHP
PHP (akronim dari PHP Hypertext Preprocessor) yang merupakan bahasa
pemrogramman berbasis web yang memiliki kemampuan untuk memproses data
dinamis. Berbeda dengan HTML yang hanya bias menampilkan konten statis,
PHP bisa berinteraksi dengan database, file dan folder, sehingga membuat PHP
bisa menampilkan konten yang dinamis dari sebuah website. Blog, Toko Online,
CMS, Forum, dan Website Social Networking adalah contoh aplikasi web yang
bisa dibuat oleh PHP.
PHP adalah bahasa scripting, bukan bahasa tag-based seperti HTML. PHP
termasuk bahasa yang cross-platform, ini artinya PHP bisa berjalan pada sistem
operasi yang berbeda-beda (Windows, Linux, ataupun Mac). Program PHP ditulis
dalam file plain text (teks biasa) dan
mempunyai akhiran “.php”.
PHP dikatakan sebagai sebuah server-side embedded script language
artinya sintaks-sintaks dan perintah yang kita berikan akan sepenuhnya dijalankan
oleh server tetapi disertakan pada halaman HTML biasa. Aplikasi-aplikasi yang
Page 74
132
dibangun oleh PHP pada umumnya akan memberikan hasil pada web browser,
tetapi prosesnya secara keseluruhan dijalankan di server.
Pada prinsipnya server akan bekerja apabila ada permintaan dari client.
Dalam hal ini client menggunakan kode-kode PHP untuk mengirimkan
permintaan ke server (dapat dilihat pada gambar dibawah). Ketika menggunakan
PHP sebagai server-side embedded script language maka server akan melakukan
hal-hal sebagai berikut :
Membaca permintaan dari client/browser
Mencari halaman/page di server
Melakukan instruksi yang diberikan oleh PHP untuk melakukan modifikasi
pada halaman/page.
Mengirim kembali halaman tersebut kepada client melalui internet atau
intranet
Gambar 2.15 Alur Php
2.8. Analisis Data
2.8.1. Pengertian Bencana
Menurut BAKORNAS (Badan Koordinasi Nasional) (2007), Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia
dan atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian
Page 75
133
harta benda, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2.8.2. Penanggulangan Bencana
Adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan, meliputi kegiatan
pencegahan, penjinakan (mitigasi) dan kesiap-siagaan pada saat terjadi bencana,
rehabilitasi dan rekonstruksi pada saat setelah bencana terjadi.
2.8.3. Banjir
2.8.3.1 Pengertian Banjir
Banjir adalah genangan yang terjadi akibat curah hujan yang tidak
sepenuhnya mampu diserap ke dalam tanah serta akibat terhambatnya aliran pada
saluran pembuangan baik alami maupun hasil perbuatan manusia.
Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relative tinggi dan tidak
dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan
dan kiri serta menimbulkan genangan / aliran dalam jumlah yang melebihi normal
dan mengakibatkan kerugian pada manusia.
Sedangkan menurut Dinas Perhubungan Umum (DPU) (2005), pengertian
Banjir adalah suatu keadaan aliran sungai di mana permukaan airnya lebih tinggi
daripada lahan bagian atas dari tebing sungai (bantaran sungai) atau dalam
pengertian umum dapat dikatakan bahwa debit yang terjadi lebih besar daripada
debit normal, walau tidak sampai meluap.
2.8.3.2 Pengertian Rawan Banjir
Menurut DPU rawan banjir adalah daerah atau suatu wilayah yang
mempunyai potensi besar terhadap bahaya banjir atau terjadinya genangan–
Page 76
134
genangan air. Potensi tersebut dapat dilihat dari kondisi resapan, kontur daerah,
curah hujan, kondisi saluran–saluran air, jenis kegiatan yang ada serta tingkat
kepadatan penduduknya. Daerah rawan banjir adalah kawasan yang potensial
untuk dilanda banjir yang diindikasikan dengan frekuensi terjadinya banjir
(pernah atau berulang kali).
2.8.3.3.Penyebab Banjir
Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002) banjir dan genangan yang terjadi
di suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab–sebab berikut ini :
1. Perubahan tata guna lahan (land use) di Daerah Aliran Sungai (DAS).
2. Pembuangan sampah.
3. Erosi dan sedimentasi.
4. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/ drainase.
5. Perencanaan system pengendali banjir tidak tepat.
6. Curah hujan.
7. Pengaruh fisiografis atau geofisik sungai.
8. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.
9. Pengaruh air pasang.
10. Penurunan tanah dan rob.
11. Tidak berfungsinya sistem drainase lahan.
12. Bendung dan bangunan air.
13. Kerusakan bangunan pengendali banjir.
Page 77
135
Bilamana diklasifikasikan oleh tindakan manusia dan yang disebabkan
oleh alam maka penyebab di atas dapat disusun sebagai berikut. Yang termasuk
sebab–sebab banjir karena tindakan manusia adalah:
1. Perubahan tata guna lahan (land use).
2. Pembuangan sampah.
3. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/ drainase.
4. Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat.
5. Penurunan tanah atau rob.
6. Tidak berfungsinya drainase lahan.
7. Bendung dan bangunan air.
8. Kerusakan bangunan pengendali banjir.
Yang termasuk sebab–sebab alami di antaranya adalah :
1. Erosi dan sedimentasi.
2. Curah hujan.
3. Pengaruh fisiografi/ geofisik sungai.
4. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.
5. Pengaruh air pasang.
6. Penurunan tanah atau rob.
7. Drainase lahan.
Ada 4 strategi dasar menurut Grigg (1996) untuk pengelolaan daerah
banjir yang meliputi :
1. Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan
tata guna lahan).
Page 78
136
2. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti
penghijauan
3. Modifikasi dampak banjr dengan penggunaan teknik mitigasi seperti asuransi,
penghindaran banjir (flood proofing).
4. Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol
(waduk) atau normalisasi sungai.
2.8.3.4.Klasifikasi Wilayah Rawan Banjir
Pengklasifikasian daerah rawan bencana banjir dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.3. Klasifikasi Daerah Rawan Banjir.
NO Klasifikasi Keterangan
1 Sangat Rawan Daerah atau kawaswan yang dilanda banjir jika setiap
terjadi hujan dengan volume kecil hingga besar serta
banjir kiriman dari hulu akan selalu kebanjiran.
2 Rawan Derah atau kawasan yang dilanda banjir dan diindikasikan
dengan frekuensi terjadinya banjir (pernah atau berulang
kali)
3 Agak Rawan Daerah atau kawasan jika setiap terjadinya hujan volume
besar dan terjadi apabila ada banjir besar saja
4 Potensial Rawan Daerah atau kawasan yang dilanda banjir dengan
persentase sangat kecil jika terjadi hujan dengan intensitas
sangat besar
5 Tidak Rawan Daerah atau kawasan yang tidak akan pernah banjir
Sumber: BNPB
Page 79
137
Adapun daerah yang bias dikatakan rawan mungkin bias terjadi dengan
belum adanya sistem pengendalian banjir. Seperti belum adanya tanggul, pompa
air serta topografi yang mudah tempat air tergenang.
2.8.3.5.Kawasan Potensi Banjir
1. Daerah Pesisir / Pantai
Daerah pesisir pantai menjadi rawan banjir desebabkan daerah tersebut
merupakan dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau sama
dengan elevasi air laut pasang rata–rata (Mean Sea Level / MSL), dan menjadi
tempat bermuaranya sungai – sungai, apalagi bila ditambah dengan dimungkinkan
terjadinya badai angin topan di daerah tersebut.
2. Daerah Dataran Banjir (Floodplain Area)
Daerah dataran banjir (floodplain area) adalah daerah dataran rendah di
kiri dan kanan alur sungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relatif
datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan
daerah tersebut rawan terhadap banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena
hujan lokal di daerah tersebut.
3. Daerah Sempadan Sungai
Daerah Sempadan Sungai merupakan daerah rawan bencana banjir yang
disebabkan oleh pola pemanfaatan ruang budi daya untuk hunia dan kegiatan
tertentu.
4. Daerah Cekungan
Daerah cekungan merupakan daerah yang relative cukup luas baik di
daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah
Page 80
138
rawan bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan
mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.
2.8.4. Definisi Hujan
Menurut BMKG hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-
partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah
maka disebut hujan, akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah
karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat
didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ketanah dalam
rangkaian proses hidrologi.
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari
awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan
asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap
air dari udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau
inchi namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam
satuan millimeter (mm).
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang
datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu
liter.
Page 81
139
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu
tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini
sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
2.8.4.1.Definisi Curah Hujan
Pengertian curah hujan menurut kamus istilah meteorologi adalah tebal
lapisan curahan air hujan yang jatuh (kalau hujan berupa salju atau es, merupakan
tebal lapisan air salju atau es), yang terkumpul di atas permukaan datar, tanpa
adanya penambahan atau pengurangan terhadap air hujan itu.
Curah hujan di suatu daerah tidaklah selalu sama dengan di daerah lain.
Ada suatu daerah yang pada akhir tahun hujannya mulai meningkat tinggi dan
mencapai puncaknya dan pertengahan tahun mencapai titik terendahnya.
Sebaliknya, di daerah lain pada akhir tahun hujannya mencapai titik terendah,
sedangkan pada pertengahan tahun mencapai titik tertingginya.
2.8.4.2.Klasifikasi Hujan
1. BMKG
Didalam BBMG wilayah II terdapat dua klasifikasi tentang curah hujan per
bulan yang digunakan, yaitu menurut Oldeman :
a. Bulan Basah (Curah hujan > 200 mm)
b. Bulan Lembab (Curah hujan berkisar antara 100-200 mm)
c. Bulan Kering (Curah hujan kurang dari < 100 mm)
Dan klasifikasi menurut Boenma, yaitu :
1. Bulan Basah (Curah hujan > 150 mm)
Page 82
140
2. Bulan Kering (Curah hujan < 150 mm)
(Sumber : Data Primer)
2.8.4.3.Pola Umum Curah Hujan
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak
geografis. Secara rinci, pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih
banyak daripada pantai sebelah timur.
2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian
timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT yang
dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak
adalah Jawa Barat.
3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan
umumnya berada pada ketinggian antara 600–900 m di atas permukaan laut.
4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim
pancaroba. Demikian juga halnya di daerah rawa-rawa yang besar.
Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur, seperti :
a. Pantai barat pulau Sumatera sampai Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada
bulan November.
b. Lampung–Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada
bulan Desember.
c. Jawa bagian utara, Bali, NTB dan NTT pada bulan Januari–Februari.
Page 83
141
d. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara dan Maluku Tengah,
musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei–Juni. Pada saat itu, daerah lain
sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan di Indonesia barat dan
timur terletak pada kira-kira 1200 Bujur Timur.
Rata-rata curah hujan di Indonesia setiap tahunnya tidak sama, namun
masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000–3000 mm/tahun. Begitu pula
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak
sama.
2.9. Parameter yang digunakan
2.9.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime)
sungai yang menjadi alur pengatur (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan
dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau river
basin. Sehingga batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang punggung
pegunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang
lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah
(catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang
berada di bawah daerah tadah.
2.9.2. Curah Hujan Tahunan
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang
Page 84
142
datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu
liter.
Potensi Banjir yang terjadi belakangan ini ditentukan oleh curah hujan.
Perubahan iklim menyebabkan pula hujan berubah di mana saat ini hujan yang
terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan
ini saluran–saluran air yang ada sekarang ini tidak mampu lagi menampung
besarnya aliran air di permukaan.
Jadi yang dilihat hanya melihat sebesar apakah curah hujan melebihi
batasan kondisi banjir suatu tempat, serta meliputi data pendampingnya
bagaimana daya perembesannya air hujan terhadap permukaan tanah.
Data curah hujan tahunan ini didapatkan dari pos pemantau hujan yang
ada di beberapa titik di Kabupaten Serang, Banten. Berikut ini adalah tabel
mengenai scoring parameter pada curah hujan menurut BMG.
Tabel 2.4. Skoring Parameter Curah Hujan Tahunan (BMG)
No Kriteria (mm3 = millimeter kubik) Skor
1 > 281 5
2 211 – 280 4
3 141 – 210 3
4 71 – 140 2
5 <70 1
2.9.3. Kontur Tanah
Menurut Heywood (2002), kontur adalah sebuah garis pada peta topografi
yang menghubungkan titik-titik dari ketinggian yang sama dan biasanya
Page 85
143
digunakan untuk mewakili bentuk dari permukaan bumi. Nama lain dari garis
kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis lengkung horizontal. Garis
kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis
kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan
bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta
umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur juga akan
mengalami pengecilan sesuai skala peta. Dengan memahami bentuk-bentuk
tampilan garis kontur pada peta, maka dapat diketahui bentuk ketinggian
permukaan tanah, yang selanjutnya dengan bantuan pengetahuan lainnya bisa
diinterpretasikan pula informasi tentang bumi lainnya.
Garis kontur (Contour–line) adalah garis khayal pada peta yang
menghubungkan titik–titik dengan ketinggian yang sama. Garis kontur disajikan
di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah, juga
untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata–rata), irisan profil
memanjang permukaan tana terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan
galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian
vertikal garis proyek atau bangunan. Gambaran dari garis kontur dapat dilihat
pada gambar 2.16–2.20
Page 86
144
Gambar 2.16. Pembentukan garis kontur dengan membuat proyeksi tegak garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi
Adapun sifat-sifat dari garis kontur ini adalah sebagai berikut:
a. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling
berpotongan.
b. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah yang landai
lebih jarang.
c. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu garis.
d. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke
bagian yang lebih rendah. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam
membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
e. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan
kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian
yang lebih tinggi.
f. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur yang
menutup-melingkar.
Page 87
145
g. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.
h. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat dihubungkan
dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
Gambar 2.17 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Gambar 2.18 Kerapatan garis kontur pada daerah sangan curam
Gambar 2.19 Kerapatan garis kontur pada curah dan punggung bukit
Page 88
146
Gambar 2.20 Kerapatan garis kontur pada bukit dan cekungan
2.10. Penentuan Bobot Pada Parameter
Faktor yang diperlukan dalam penentuan bobot ini adalah mencari
parameter apa yang paling berpengaruh terjadinya banjir. Dalam hal ini di
Kabupaten Serang, Banten, curah hujan menjadi faktor yang paling penting,
karena kurangnya daerah resapan air akan berpengaruh terjadinya banjir, dan
dilanjutkan dengan curah hujan yang tinggi serta kemiringan yang landai akan
menyebabkan daerah tersebut bisa dikatakan daerah yang sangat rawan banjir.
Pengaruh curah hujan yang cukup tinggi terhadap terjadinya banjir, maka
parameter ini memiliki nilai bobot yang paling tinggi (3) dibandingkan dengan
parameter lain, sedangkan kontur tanah memiliki bobot (2) karena pengaruhnya
terhadap banjir berada di bawah parameter curah hujan, dan daerah aliran sungai
mempunyai bobot (1) karena pengaruhnya terhadap banjir paling kecil
dibandingkan dua parameter lainnya. Berikut ini adalah tabel 2.5 yang
menerangkan tentang penentuan bobot pada tiap parameter.
Page 89
147
Tabel 2.5. Penentuan Bobot pada Parameter (BMKG)
Parameter Bobot
Curah Hujan Tahunan 3
Kontur Tanah 2
Daerah Aliran Sungai 1
2.10.1. Penentuan Skor Pada Parameter
Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui penyebaran daerah rawan
banjir dengan menentukan klasifikasi–klasifikasi yaitu sangat rawan, rawan, agak
rawan, potensial rawan, tidak rawan. Dengan menggunakan parameter
penggunaan lahan, curah hujan tahunan, kemiringan tempat. Pengolahan data
yang dahulu dilakukan adalah menentukan parameter dengan memberikan skor
pada kriteria yang ada dalam parameter. Yaitu dengan menggunakan metode
ranking (ranking method), nilai tersebut adalah antara 1–5, di mana 5 merupakan
nilai kerawanan tertinggi dan 1 merupakan nilai kerawanan terendah tergantung
pada skor pada masing–masing kriteria. 1 adalah paling sedikit pengaruhnya dan 5
adalah faktor yang paling utama (Pramojanee et al: 2001).
Penentuan skor :
5 : Sangat Rawan
4 : Rawan
3 : Agak Rawan
2 : Potensial Rawan
1 : Tidak Rawan
Page 90
148
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metodologi yang digunakan di dalam proses
penelitian hingga pada pengembangan sistem, di awali dengan gambaran umum
penelitian, metode pengumpulan data, hingga sampai pada metode pengembangan sistem.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian dalam melakukan penelitian
untuk merancang dan membangun sistem informasi spasial wilayah rawan banjir (Studi
kasus: Kabupaten Serang, Banten):
Lokasi penelitian : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Waktu Penelitian : 5 April 2012 s.d selesai
Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat
3.2. Bahan dan Perangkat Penelitaian
3.2.1. Bahan
Page 91
149
Dalam perancangan dan pembangunan sistem informasi spasial wilayah rawan
banjir berbasis web (Studi kasus: Kabupaten Serang, Banten), bahan yang digunakan
adalah:
1. Data spasial berupa Administrasi kabupaten serang, kontur kabupaten serang, Peta
Genangan kab serang, serta DAS dengan proyeksi geografi (longitude latitude), skala
1:200.000 dan dengan koordinat UTM yang diperoleh dari Kementrian Pekerjaan
Umum (DAS), Peta Administrasi Kabupaten Serang (BMKG), serta Kontur
Kabupaten Serang (BAKOSURTANAL)
2. Data non spasial (tabular) berupa data Curah hujan tahunan terhitung dari tahun 1990
sampai 2008 yang berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) serta data pendukung lainnya untuk proses analisis data.
3.2.2. Perangkat
Perangkat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu satu buah PC,
dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Perangkat keras:
a. Processor 2.40 GHz
b. Memory 4 GB
c. Monitor 14” resolusi 1366 x 768
d. Harddisk 320 GB
2. Perangkat Lunak:
a. Operating System: Windows 7
b. Spatial Package: Aplikasi ArcGIS 9.3, Arcview 3.3
c. Web Package:
1. Adobe Dreamweaver CS4
2. OpenGeo Suite 2.5
Page 92
150
d. DBMS package: PostgreSQL dan PostGIS
3.2.3. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan tahapan pengumpulan data dan identifikasi
kebutuhan pengguna. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi di
BNPB dan BMKG. Sedangkan identifikasi pengguna dilakukan untuk kebutuhan
pengguna terhadap sistem yang sedang dirancang. Setelah tahapa ini selesai, penelitian
dilanjutkan ke tahapan perancangan SIG berbasis web dengan menggunakan OpenGeo
Suite. SIG berbasis web ini kemudian akan menampilkan wilayah rawan banjir yang
berada di kabupaten serang. Yang telah dikonversi ke format basis data spasial PostGIS.
Hasil akhir dari seluruh proses tahapan ini adalah SIG berbasis web yang menampilkan
wilayah rawan banjir untuk kawasan kabupaten serang. Gambar 3.1 berikut adalah
gambaran tahapan dari alur kegiatan pada penelitian perancangan dan pembangunan
sistem informasi spasial wilayah rawan banjir.
Page 93
151
Pengumpulan Data dan
Identifikasi Kebutuhan
Pengguna
Mulai
Perancangan SIG
Berbasis Web
dengan OpenGeo
Suite
Pembobotan
Interpolate
GridBuffer
D
Data Curah
Hujan Tahunan &
Titik Pos Hujan
*.dbf
Kontur tanah kab
serang *.shp
Data Peta
DAS *.shp
Peta kontur
*.shp
Rancangan SIG
Berbasis Web
Overlay
Konversi ke
Format *.sql
Peta Rawan
Banjir pada
daerah
aliran sungai
*.shp
D
Peta Curah
Hujan Tahunan
*.shp
Basisdata spasial
dengan PostGIS
Peta Rawan
Banjir *.shp
SIG Berbasis Web
Testing
Selesai
Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian
Page 94
152
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi ini diperlukan data-data informasi yang lengkap sebagai
bahan yang dapat mendukung kebenaran materi yang disampaikan. Oleh karena itu
sebelum melakukan penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan riset dari data-data yang
memiliki hubungan dengan penelitian ini, serta mengumpulkan data tersebut dengan
metode:
3.3.1. Studi Literatur
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan referensi yang dijadikan sebagai acuan
dalam perancangan sistem informasi spasial wilayah rawan banjir. Referensi-referensi
tersebut berasal dari buku-buku pegangan maupun publikasi hasil penelitian (baik cetak
maupun web) yang berhubungan dengan sistem informasi spasial wilayah rawan banjir.
Terdapat pula lampiran Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
dalam hal standardisasi data kebencanaan serta Undang–undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).
3.3.2. Observasi
Metode observasi yang dilakikan adalah observasi partisipatif, Yaitu dengan
mencoba melibatkan diri pada situasi tertentu. Hal ini dilakukan agar pemrolehan data
dan informasi menjadi lebih mudah.
Dalam kegiatan ini diperoleh data-data sekunder yang nantinya akan dibutuhkan
di dalam pengembangan sistem.
3.3.3. Wawancara
Page 95
153
Metode wawancara yang digunakan adalah metode terstruktur. Tujuan dari
wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui prosedur dan kegiatan
pengolahan data yang selama ini dilakukan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kinerja dari sistem yang bejalan sampai saat ini dan jika ada keinginan untuk
mengembangkan, seperti apa sistem yang diinginkan oleh pihak BPBD dalam
menginformasikan wilayah Rawan Banjir ke depan. Wawancara dilakukan dengan staff
bagian BPBD. Hasil wawancara terdapat di lampiran A
3.3.4. Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan untuk mengembangkan
sistem ini yaitu metode pengembangan RAD (Rapid Application Development).
Sedangkan tools yang digunakan adalah notasi UML (Unified Modelling Language)
menggunakan teori Whitten yang merupakan pemodelan berorientasi objek. Metode RAD
terdiri dari tiga fase pengembangan yaitu :
1) Reqcuirement Planning
Dalam fase ini terdiri dari dua tahap yaitu :
1.1 Pengumpulan data dan syarat-syarat informasi, yaitu tahap mengumpulkan data-
data hasil observasi dan wawancara untuk dapat mempermudah dalam
identifikasi sistem, diantaranya yaitu :
a. Profil BPBD
Data mengenai sejarah berdirinya BPBD, Visi Misi BPBD dan Struktur
Organisasi yang ada di BPBD.
b. Data mengenai sistem yang berjalan.
Berisi data dan informasi mengenai sistem yang digunakan oleh BPBD
dalam menginformasikan wilayah rawan banjir.
Page 96
154
1.2 Identifikasi Sistem untuk Menyelesaikan Masalah di BPBD yaitu:
a. Identifikasi masalah pada sistem yang lama.
Tahap dimana analyst melakukan analisa dan identifikasi masalah apa saja
yang dihadapi dengan menggunakan sistem yang lama.
b. Identifikasi tujuan sistem yang baru
Tahap mengidentifikasi apa saja tujuan yang ingin dicapai dengan sistem
yang baru untuk menyelesaikan atau mengatasi masalah yang ada pada
penggunaan sistem yang lama.
c. Identifikasi kebutuhan sistem yang baru
Tahap mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk
membangun sistem yang baru. Kebutuhan inputnya, kebutuhan proses dan
kebutuhan output yang diinginkan berupa informasi wilayah rawan banjir.
2) Workshop Design
Fase ini dilakukan untuk merancang sistem baru yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang ada pada proses menginformasikan wilayah rawan banjir.
Tahapan yang dilakukan dalam fase ini meliputi :
2.1 Tahap Perancangan Proses
Tahap ini terdiri dari perancangan diagram-diagram dari sistem yang dibuat
yaitu diagram use case, activity diagram, dan sequence diagram.
a. Use Case Diagram,
Use case diagram menggambarkan interaksi antara user (pengguna)
sebuah sistem dengan sistemnya sendiri melalui sebuah cerita bagaimana
sebuah sistem dipakai
Page 97
155
b. Class Diagram
Class diagram mendeskripsikan jenis-jenis objek dalam sistem dan
berbagai macam hubungan interaksi diantara mereka.
c. Activity Diagram
Merupakan teknik untuk mendiskripsikan logika prosedural, proses bisnis
dan aliran kerja. Activity diagram memiliki peran seperti halnya flowchart,
akan tetapi perbedaannya activity diagram bisa mendukung perilaku
paralel sedangkan flowchart tidak bisa.
d. Sequence Diagram
Digunakan untuk menggambarkan perilaku pada sebuah scenario.
Scenario adalah urutan langkah-langkah yang menerangkan antara
pengguna dan sistem dimana setiap scenario menggambarkan urutan
kejadian.
e. Statechart Diagram
Digunakann untuk memodelkan behavior objek khusus yang dinamis.
2.2 Tahap Perancangan User Interface
Tahap ini merupakan tahap merancang tampilanan antar muka yang digunakan
user untuk berinteraksi dengan sistem informasi geografis berbasis web.
3) Implementation
Page 98
156
Setelah workshop design dilakukan, selanjutnya sistem diimplementasikan ke
dalam bentuk yang dimengerti oleh mesin yang diwujudkan dalam bentuk program
atau unit program. Fase ini tediri dari dua tahap yaitu:
a. Tahap persiapan data, pada penelitian ini data yang telah terkumpul disesuaikan
terlebih dahulu format serta tipe datanya. Hal ini dilakukan agar data dapat dioleh
lebih lanjut dengan perangkat lunak yang telah ditentukan.
b. Tahap pembangunan sistem, diawali dengan meng-input seluruh data spasial ke
dalam database PostGIS, kemudian dilanjutkan dengan meng-import data spasial
yang berada pada database PostGIS ke dalam geoserver, mengatur susunan layer
pada peta, meng-export peta hingga menjadi web GIS (seluruh proses ini dilakukan
dengan terlebih dahulu menjalankan dashboard OpenGeo Suite), dan diakhiri
dengan meng-capture serta menyusunnya hingga menjadi tampilan animasi dengan
menggunakan bahasa pemrograman java script.
c. Tahap Pengujian Sistem, untuk menjamin sistem dapat berjalan dengan optimal.
Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan metode black box. Dalam tahap
ini digunakan XAMPP yang meliputi Apache sebagai web server untuk
menjalankan web html yang menjadi pengantar dari sisem informasi geografis
yang di buat.
Page 99
157
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Requirement Planning
4.1.1 Profil BPBD
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah salah satu wadah
pelaksanaan kegiatan–kegiatan BNPB yang terdapat di daerah–daerah, bertujuan untuk
lebih terfokus pada daerah yang menjadi bagiannya masing–masing dalam hal
penanggulangan bencana, pemberian bantuan bencana, maupun penyampaian informasi
bencana. Adapun visi dan misi dari BPBD Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
a. Visi
Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana
Page 100
158
b. Misi
1. Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko
2. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal
3. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinir, dan menyeluruh.
4.1.1.1Fungsi Organisasi
Fungsi dari BPBD adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,
rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang– undangan.
3. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana.
4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
5. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.
6. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Walikota
setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana.
7. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
8. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
9. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang–
undangan.
Page 101
159
4.1.1.2 Struktur Organisasi
Page 102
160
Struktur organisasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah dapat dilihat
pada gambar 4.1 :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Serang
Adapun Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Serang adalah :
Page 103
161
1. Kepala Pelaksana
1) Kepala pelaksana melaksanakan sistem pengendalian intern di
lingkungan masing–masing
2) Kepala pelaksana bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan
bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan
tugas bawahan.
3) Kepala pelaksana dalam melaksanakan tugas, melakukan pembinaan,
pengawasan dan memberikan sangsi terhadap pelanggaran yang di
lakukan oleh aparatur satuan organisasi dibawahnya sesuai peraturan
perundang – undangan.
2. Kepala Sekretariat
Mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan
pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya dan kerjasama.
1. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi program perencanaan dan
perumusan kebijakan di lingkungan BPBD
2. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum dan
peraturan perundang–undangan, organisasi, tata laksana, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, keuangan, perlengkapan dan rumah
tangga
3. Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protocol
4. Fasilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah penanggulangan
bencana
5. Pengumpulan data dan informasi penanggulangan bencana
6. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana.
3. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Page 104
162
Mempunyai tugas membantu Kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
prabencana serta pemberdayaan masyarakat.
1. Perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat
2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan
masyarakat
3. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di
bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta
pemberdayaan masyarakat
4. Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
prabencana serta pemberdayaan masyarakat
4. Seksi Kedaruratan dan Logistik
Mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik.
1. Perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan
logistik.
Page 105
163
3. Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat
4. Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
5. Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat,
penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
5. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan
penanggulangan bencana pada pasca bencana
1. Perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca
bencana
2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan
bencana pada pasca bencana
3. Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
pasca bencana
4. Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana.
4.1.2 Tahap Identifikasi Sistem Untuk Menyelesaikan Masalah
4.1.2.1 Identifikasi Kebutuhan
Mengidentifikasi kebutuhan merupakan langkah awal pada tahap perencanaan
sistem. Dari hasil penelitian diperoleh kebutuhan yang diharapkan, diantaranya adalah:
Page 106
164
1. Kebutuhan akan sistem pendistribusian informasi yang dapat
mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra digital), atribut
(tabel sistem basis data), dan properties penting dalam bentuk lainnya.
2. Sistem informasi yang dirancang diharapkan dapat tersaji secara
interaktif, mudah, efektif, dan efisien dalam penggunaannya.
3. Diharapkan sistem yang dirancang tidak hanya dapat digunakan oleh
para pegawai BPBD tetapi juga bisa dilihat oleh masyarakat luas.
4.1.2.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan pada sistem yang berjalan selama ini. Adapun
hasil dari identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Output berupa data yang dihasilkan dari pemantauan melalui media
massa dan hanya terdokumentasi sebagai dokumen file baik berupa
hardcopy dan softcopy.
2. Pendistribusian informasi wilayah rawan banjir masih secara manual.
3. Adapun pendistribusian data melaui web milik BPBD hanya mampu
memberikan dalam format text.
4.1.2.3 Tujuan Pengembangan Sistem
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
tujuan dari pengembangan sistem adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan sistem memberikan informasi wilayah rawan banjir (dalam
kasus ini adalah kabupaten serang) secara tekstual maupun spasial.
2. Kemampuan sistem dalam memvisualisasikan informasi wilayah rawan
banjir tersebut ke dalam bentuk tampilan web spasial yang representatif
dan mudah dalam penggunaannya.
3. Mempermudah pendistribusian informasi ke masyarakat luas
Page 107
165
4.1.3 Sistem Yang Berjalan
Setelah melihat berbagai kebutuhan yang didapat dari hasil penelitian yang
dilakukan penulis dalam menganalisa beberapa masalah pada sistem yang ada, terdapat
beberapa kelemahan, diantaranya adalah :
1. Data yang terdapat pada BPBD masih berupa data mentah yang belum
maksimal
2. Tidak adanya data spasial sebagai visualisasi data lokasi-lokasi wilayah
rawan banjir.
3. Terbatasnya informasi yang diberikan kepada masyarakat.
4.1.4 Sistem yang Diusulkan
Solusi yang ditawarkan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut adalah
dengan menerapkan pengembangan sistem informasi geografis wilayah rawan banjir
berbasis web. Berikut adalah fungsi-fungsi yang diusulkan di dalam sistem informasi
geografis wilayah rawan banjir berbasis web:
1. Memberikan informasi wilayah rawan banjir baik secara tabular maupun
spasial.
2. Dapat memvisualisasikan hasil pengolahan dan analisis wilayah rawan
banjir dalam bentuk tampilan peta yang representatif dan interaktif.
3. Adanya fungsi editing yang memungkinkan pengguna dari sisi server
untuk melakukan input dan manipulasi data dengan leluasa.
4. Menggunakan OPENGEO SUITE sebagai frame work, dengan harapan
sistem yang dihasilkan dapat dioperasikan dengan mudah.
Page 108
166
5. Memberikan informasi lebih terperinci kepada masyarakat mengenai
wilayah rawan banjir
4.2 Tahap Perancangan Proses
Tahap perancangan sistem bertujuan untuk mencari hasil optimal dari SIG
berbasis web yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang telah
disampaikan dalam tahapan perencanaan dan analisis. Dalam tahap ini digunakan
beberapa tools (alat) untuk mendeskripsikan rancangan sistem yang diusulkan, diatarnya
adalah pada gambar 4.2 sampai dengan gambar 4.12:
4.2.1 Use Case Diagram
Gambar 4.2 Use Case Diagram SIG Wilayah Rawan Banjir
Mengedit database, polygon, line
pada peta (from Use Cases)
Menambahkan data, peta,
konfigurasi layer (form Use Cases)
<<uses>>
Print/Download (from include Use
Cases)
User Public
Mengedit Style pada Peta (from
Use Cases)
<<uses>>
Admin
Membuat Peta Rawan Banjir
<<uses>>
Informasi Wilayah Rawan Banjir
(from Use Cases)
<<extend>>
BPBD (form
Actors)
Page 109
167
Spesifikasi Use Case Diagram Wilayah Rawan Banjir dapat dilihat pada tabel
4.1- 4.5
Tabel 4.1 Spesifikasi UseCase Membuat Peta rawan banjir
Spesification Description
Use Case Name Membuat Peta rawan banjir
Actor BPBD
Brief Description Membuat Peta rawan banjir
Scenario Use case ini menggambarkan ketika actor membuat peta
wilayah rawan banjir terbaru untuk selanjutnya akan di
tambahkan kedalam sistem
Event 1. Actor membuat peta wilayah rawan banjir
2. Actor menyimpan data di sistem
Post Condition peta wilayah rawan banjir disimpan sistem
Tabel 4.2 Spesifikasi Use Case Menambahkan data, peta dan konfigurasi layer
Spesification Description
Use Case Name Menambahkan data, peta dan konfigurasi layer
Actor Admin
Brief Description Menambahkan data, peta dan konfigurasi layer
Scenario Use case ini menggambarkan Admin menambahkan data, peta
serta konfigurasi layer kedalam sistem
Page 110
168
Event Actor Menambahkan data, peta dan konfigurasi layer
Post Condition Penambahan data, peta dan konfigurasi layer berhasil.
Tabel 4.3 Spesifikasi Use Case Mengedit database, polygon, line pada peta
Spesification Description
Use Case Name Mengedit database, polygon, line pada peta
Actor Admin
Brief Description Mengedit database, polygon, line pada peta
Scenario Use case ini menggambarkan ketika actor mengedit database,
polygon, line pada sistem
Event 1. Actor menyimpan data / peta wilayah rawan banjir ke
dalam directory masing-masing
2. Actor mengedit database peta, baik polygon maupun
line yang baru ke dalam DBMS (PostGIS)
3. Penempatan database peta ke DBMS (PostGIS) berhasil
4. Actor menempatkan database peta dalam server
(GeoServer)
5. Penempatan database ke dalam server (GeoServer)
berhasil
Post Condition Pengeditan database, polygon, line pada peta berhasil dilakukan
Tabel 4.4 Spesifikasi Use Case Mengedit Style Peta
Spesification Description
Page 111
169
Use Case Name Mengedit Style Peta
Actor Admin
Brief Description Mengedit style peta dengan menggunakan data peta yang
terdapat pada server (GeoServer)
Scenario Use case ini menggambarkan ketika actor mengedit style peta
agar urutan peta tepat serta dapat ditampilkan ke dalam web
Event 1. Actor melakukan pengurutan peta
2. Actor melakukan pewarnaan peta sesuai dengan
standarisasi dari BNPB
3. Actor meng-export tampilan peta
Post Condition Tampilan peta selesai dibuat
Tabel 4.5 Spesifikasi Use Case Informasi Wilayah Rawan Banjir
Spesification Description
Use Case Name Informasi Wilayah Rawan Banjir
Actor User Public
Brief Description Actor melihat serta menerima informasi mengenai wilayah
rawan banjir dengan menggunakan alat bantu (tools) yang telah
disediakan
Scenario Use case ini menggambarkan ketika actor men gakses web gis
yang berisikan informasi mengenai wilayah rawan banjir
Page 112
170
Event 1. Actor memilih / mengklik menu peta pada web gis
2. Sistem menampilkan tampilan web GIS wilayah rawan
banjir
3. Actor menggunakan alat bantu (tools) yang tersedia
4. Sistem menerima akses dan menyampaikan informasi
yang diinginkan
Post Condition Informasi mengenai Wilayah Rawan Banjir berhasil diperoleh
4.2.2 Activity Diagram
Page 113
171
Gambar 4.3 Activity Diagram SIG Wilayah Rawan Banjir
BPBD
Membuat Peta
Rawan Banjir
Memberikan Data Peta
Rawan Banjir
Menambahkan data /
peta kedalam sistem
Mengedit Database,
Polygon, line pada peta
Mengedit Style
Peta
Menampilkan Informasi
Wilayah Rawan Banjir
Informasi Wilayah
Rawan Banjir
Lihat
Peta Rawan
Banjir
Print Peta HelpBantuan
Admin User Public
Ya
Tidak
Page 114
172
4.2.3 Sequence Diagram
Gambar 4.4 Sequence Diagram Terima Data
: Sub Bidang Pengawasan
dan Kebencanaan
Con Terima
Data
Data Directory: BPBD
2.1 Simpan (Peta Rawan Banjir)
1. Memberikan Data Peta Rawan Banjir
2. Kirim Peta Rawan Banjir
2.2 Tersimpan (Peta Rawan Banjir)
2.1.1 Tersimpan (Peta Rawan Banjir)
Page 115
173
Gambar 4.5 Sequence Diagram Import Shape File
Tampilan Dashboard
Open Geo SuiteTampilan Shape File to
PostGIS Importer
Con Import
Shape File
Peta Rawan
banjir
:BPBD
8. Kirim (peta rawan banjir)
13. Kirim Pesan (Gagal)
14. Kirim Pesan (Gagal)
16. Kirim Pesan (Berhasil)
17. Kirim Pesan (Berhasil)
20. Kirim (Configuration Detail)
21. Import (Configuration Detail)
22. Kirim Pesan (Gagal)
23. Kirim Pesan (Gagal)
25. Kirim Pesan (Berhasil)
26. Kirim Pesan (Berhasil)
1. Tampilan Dashboard ()
2. Start ()3. Starting ()
4. Starting (Berhasil)
5. Klik PostGIS import Shape File ()
6. Tampilan Shape File to PostGIS Importe ()
7. Tentukan Peta Rawan Banjir
9. Input Connection Detail ()
10. Kirim (Connection Detail)11. Test Connection (Connection Detail)
12. Test Connection (Connection Detail)
15. Kirim Pesan Gagal
18. Kirim Pesan (Berhasil)
19. Input Configuration Detail ()
24. Kirim Pesan (Gagal)
27. Kirim Pesan Berhasil ()
Page 116
174
Tampilan Dashboard
Open Geo Suite
Tampilan Geo
Server
Con Login Admin:Admin
6. Tampilkan Geo Server ()
9. Cek Login (Username, Password) 10. Cek Login (Username, Password)
11. Kirim Pesan (Gagal)
12. Kirim Pesan (Gagal)
14. Kirim Pesan (Berhasil)
15. Kirim Pesan (Berhasil)
1. Tampilan Dashboard ()
2. Start ()
3. Starting ()
4. Starting (Berhasil)
5. Klik GeoServer Configure ()
7. Login (Username, Password)
8. Kirim Login (Username, Password)
13. Kirim Pesan (Gagal)
16. Kirim Pesan (Berhasil)
Page 117
175
Gambar 4.6 Sequence Diagram Login GeoServer
Page 118
176
Gambar 4.7 Sequence Diagram Import dan Publish Data
Tampilan Geo
Server
Con Import dan
Publish Data
Peta Rawan
Banjir
: Admin
6. Kirim Data (Data Connection)
7. Cek Validasi (Data Connection)
8. Cek Validasi (Data Connection)
9. Kirim Pesan (Gagal)
10. Kirim Pesan (Gagal)
12. Kirim Pesan (Valid)
13. Kirim Pesan (Valid)
18. Kirim Data (Data Configuration)
22. Kirim Data Publishing
23. Cek Validasi (Data Configuration, Data Publishing)
24. Kirim Pesan (Gagal)
26. Simpan Data (Valid)
27. Kirim Pesan (Berhasil)
28. Kirim Pesan (Berhasil)
1. Klik Import Data ()
2. Tampilan Form Import From Data Source ()
3. Klik PostGIS
4. Tampilkan Form Create PostGIS Connection ()
5. Input Data Connection ()
11. Kirim Pesan (Gagal)
14. Kirim Pesan (Valid)
15. Klik Publish Data ()
16. Tampilkan Form Configuration ()
17. Input Data Configuration ()
19. Klik Publish ()
20. Tampilkan Form Publishing ()
21. Input Data Publishing ()
25. Kirim Pesan (Gagal)
29. Kirim Pesan (Berhasil)
Page 119
177
Gambar 4.8 Sequence Diagram Login GeoExplorer
Tampilan Dashboard
OpenGeo Suite
Tampilan Geo
Explorer
Con Login Admin: Admin
8. Kirim Login (Username, Password)
14. Kirim Pesan (Berhasil)
1. Tampilkan Dashboard ()
2. Start ()3. Starting ()
4. Starting Berhasil
5. Klik Geo Explorer Launch ()6. Tampilkan Geo Explorer ()
7. Login (Username, Password)
9. Cek Login (Username, Password)10. Cek Login (Username, Password)
11. Kirim Pesan (Gagal)12. Kirim Pesan (Gagal)
13. Kirim Pesan (Gagal)
15. Kirim Pesan (Berhasil)
16. Kirim Pesan (Berhasil)
Page 120
178
Tampilkan Geo
Explorer
Con Membangun
Peta
Peta Rawan
Banjir
: Admin
11. Kirim Pilihan (Tools)
12. Add (Tools)
13. Preview (Tools)
15. Publish (URL)
16. Kirim Pesan (URL)
17. Kirim Pesan (URL)
1. Klik Add Layers ()
2. Tampilkan Jendela Available Layers ()
3. Pilih Layers () 4. Kirim Pilihan (Layers)5. Add (Layers)
6. Preview (Layers)
7. Preview (Layers)
8. Klik Export Map ()
9. Tampilkan Jendela Export Map ()
14. Preview (Tools)
18. Kirim Pesan (URL)
Page 121
179
Gambar 4.9 Sequence Diagram Membengun Peta
Gambar 4.10 Sequence Diagram Menampilkan Web Rawan Banjir
Con Tampilkan Web
Rawan Banjir
Con Gunakan Web
Rawan Banjir
Peta Rawan
Banjir
: User Public
1. Mengunjungi Web Rawan Banjir ()
2. Klik Menu Peta ()
3. Tampilkan Web Rawan Banjir ()4. Klik Layer Switcher ()
5. Pilih Layer Peta ()
6. Tampilkan Peta ()
Page 122
180
4.2.4 Statechart Diagram
Page 123
181
Gambar 4.11 Statechart Diagram Import to PostGIS
Dashboard
OpenGeo Suite
Jendela Import
ShapeFile
PostGIS
Configurati
on
Import
Berhasil
/ Klik Import Shapefile
/ Pilih Shapefile
/ Import
/ Login
Page 124
182
Dashboard
OpenGeo Suite
Web
GeoServer
Homepage
GeoServer
/ Klik Geo Server Configuration
Input from Data
Source
PostGIS
/ Klik Import Data
/ Klik PostGIS
Daftar Shapefile yang ada pada
Database yang DItentukan
Shapefile
Publish
/ Login
/ Pilih Shapefile
/ Publish Shapefile
Page 125
183
Gambar 4.12 Statechart Diagram Publish Data
Page 126
184
Dashboard
OpenGeo Suite
Web
GeoExplorer
Homepage
GeoExplorer
Jendela Available
Layers
/ Klik GeoExplorer Launch
/ Klik Add Layers
Susunan
Layers
Peta Wilayah
Rawan Banjir
/ Pilih Layer Peta Curah hujan, Kontur, dan Das
/ Export Map
/ Login
Page 127
185
Gambar 4.13 Statechart Diagram Membangun Peta
Page 128
308
4.2.5 Class Diagram
Gambar 4.14 Class Diagram
4.2.6 Rancangan Interface SIS Wilayah Rawan banjir
Sebagain besar tampilan interface dari sistem ini adalah bawaan dari perangkat
lunak OpenGeo Suite yang telah menyediakan kemudahan di dalam pengelolaan dan
pengolahan data dari sisi server. Oleh karena itu, penelitian ini hanya memanfaatkan
sistem yang telah diberikan oleh OpenGeo Suite. Di bawah ini adalah gambaran
Graphical User Interface (GUI) dari sistem yang akan di bangun.
1. Desain Antar Muka User
a) Rancangan Layar Home (Layar Utama / Index).
Page 129
309
Gambar 4.15 Halaman Layer Utama / Index
b) Rancangan Layer Visi & Misi
Gambar 4.16 Halaman Layer Visi & Misi
Page 130
310
c) Rancangan Layer Gallery
Gambar 4.17 Halaman Layer Gallery
d) Rancangan Layer Peta
Gambar 4.18 Halaman Layer Peta
Page 131
311
e) Rancangan Layer Chat
Gambar 4.19 Halaman Layer Chat
f) Rancangan Layer Help
Gambar 4.20 Halaman Layer Help
Page 132
312
g) Rancangan Dashboard Admin
Gambar 4.21 Halaman Dashboard Admin
h) Rancangan Data Store
Gambar 4.22 Halaman Data Store
Page 133
313
i) Rancangan Edit Peta
Gambar 4.23 Halaman Edit Peta
j) Rancangan Edit Style Peta
Gambar 4.24 Halaman Edit Style Peta
Page 134
314
4.2.6 Pemrograman (coding)
Pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang disebut dengan implemetasi
perangkat lunak atau coding. Tahap mengimplementasikan hasil rancangan ke dalam
baris-baris kode program yang dimengerti oleh komputer.
Dalam perancangan aplikasi spasial ini terdapat bebebrapa langkah pembuatan
program ( coding ) diantaranya yaitu :
1. Pembuatan peta dengan menggunakan arcview 3.3 disertai dengan
atribut dari masing-masing peta yang telah di dapat dari berbagai
instansi.
2. Pembuatan data spasial dengan format (.xml) dilakukan
berdasarkan data-data spasial (.shp) dengan menggunakan
framework OpenGeo Suite.
3. Pembuatan webgis wilayah rawan banjir.
4. Pembuatan web dengan menggunakan perangkat lunak perangkat
lunak Macromedia Dreamweaver MX 2004, Notepad ++ untuk
source code program dilampirkan pada halaman lampiran.
4.2.8 Pengujian
Dalam pengujian sistem dapat dilakukan dengan metode Black Box dan White
Box
a. Metode Black Box
Metode ujicoba black box memfokuskan pada keperluan fungsional dari
software. Karena itu ujicoba black box memungkinkan pengembang software untuk
membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional
Page 135
315
suatu program. Di bawah ini merupakan beberapa contoh tabel dari hasil uji coba
menggunakan metode black box.
Tabel 4.6 Tabel pengujian metode Black Box
N
o
Rancangan Input /
Output
Hasil yang diharapkan
1
.
Membuka Program Masuk ke dalam Menu Utama
2
.
Klik Menu Home →
index
Menampilkan Menu Utama
3 Klik Menu Visi &
Misi
Menampilkan Halaman Visi & Misi
3
.
Klik Menu Gallery Menampilkan Gambar – gambar kegiatan
BPBD
4
.
Klik Menu Peta Menampilkan Peta wilayah rawan bajir
5
.
Klik Menu Chat Menampilkan interface chatting
6 Klik Menu Help Menampilkan informasi bantuan
mengenai tools yang ada pada menu peta
Page 136
316
b. Metode White Box
Pada tahap white box ini dilakukan terhadap sistem dengan memperhatikan
source code dan struktur internal software untuk mengidentifikasi bagian dalam suatu
software.
Tabel 4.7 Tabel pengujian metode White Box pada perangkat keras
Spesifikasi Perangkat Keras
Prosesor Kecepatan 2,40 Ghz
Memori 2038 Mb
Ukuran Harddisk Sisa kapasitas kosong 20 Gb
Kartu VGA 512 Mb
Tabel 4.8 Tabel pengujian metode White Box pada perangkat lunak
Spesifikasi Perangkat Lunak
Sistem Operasi WindowsVista Home Premium,
Windows7 dan Windows XP Profesional
2002 SP2
Browser Mozila Firefox, Google Chrome,
opera, dan flock
Hasil Baik
Page 137
317
4.2.9 Evaluasi Sistem
Setelah dilakukan pengujian tahapan selanjutnya adalah melakukan evaluasi
sistem oleh user dalam hal ini administrator selaku pengguna sistem dari sisi server.
Evaluasi dilakukan setelah peneliti melakuan demo aplikasi terlebih dahulu kemudian
user mencoba aplikasi secara penuh dan diakhiri dengan pemberian tanggapan oleh user.
Secara garis besar poin-poin hasil dari evaluasi yang dilakukan dengan user diantaranya
adalah:
1. Aplikasi secara prinsip dapat diterapkan dalam menyajikan informasi
bencana banjir namun belum dapat dikatakan optimal.
2. Pengaplikasiannya diharapkan dilakukan minimal oleh user yang family
ar dengan sistem terkomputerisasi.
Page 138
318
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Sistem Informasi Spasial dibangun menggunakan sistem WebBase dengan
menggunakan OpenGeo Suite yang didukung oleh teknologi PHP dan
MySQL serta tools extension seperti Spatial Analyst, X Tools, Surface,
Interpolate Grid serta Geoprocessing yang memudahkan pemerintah
maupun user/ masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai
wilayah rawan banjir di Kabupaten Serang.
b. Sistem Informasi Spasial wilayah rawan banjir berbasis web ini dapat
menunjang dalam hal penanganan wilayah–wilayah yang rawan akan
bencana banjir di wilayah Kabupaten Serang.
5.2 Saran
Page 139
319
Adapun saran yang kiranya dapat membantu untuk membuat aplikasi ini
menjadi lebih baik adalah sebagai berikut:
a) Untuk pengembangan selanjutnya, agar aplikasi ini dapat terhubung
dengan citra satelit melalui media mobile/ handset untuk memudahkan
dalam hal mengakses web wilayah rawan banjir kapanpun dan
dimanapun.
DAFTAR PUSTAKA
Aranof S. 1989. Geographic Information Systems: a management perspective.
WDL Publications. Ottawa Canada
Arham, Zainul. 2008. Modul Kuliah Sistem Informasi Geografis. Jakarta.
Aziz, M. ST dan Pujiono, S. 2006. SIG Berbasis Dekstop dan Web. Gava Media.
Yogyakarta
Bakosurtanal. 2005. Peta Rupa Bumi Lembar Kabupaten Serang. Cibinong
Barus, B. 1999. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS.
Bandung
BNPB. 2004. Data dan Informasi Bencana. Jakarta
Page 140
320
Fahmudin Agus dan Widianto (2004). Petunjuk Praktik Konservasi Tanah
Pertanian Lahan Kering “. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF
Southeast Asia.
Hariyanto B. 2008. Dasar Informatika dan Ilmu Komputer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hidayat. Rahmad. 2008. Skripsi. analisa spasial penyebaran daerah rawan bencana
banjir studi kasus DKI Jakarta. Jakarta
Irianto. Gatot. 2002. Peta Wilayah Rawan Banjir dan Genangan. Jakarta.
Jogiyanto. 2000. Dasar Ilmu Komputer. Yogyakarta: Andi
Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi
Kadir. Abdul . 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi
Kadri. Trihono. 2007. Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam untuk
Mereduksi Kerugian Akibat Banjir. Yogyakarta
Kendall. K. Julie E. Kendall. 2003. Analisa dan Perancangan Sistem. Jakarta: PT
Prenhallindo
Kodoatie, J.R dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberapa Masalah dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Malczewiski. Jacek. 1999. GIS and Multicriteria Decision Analisys. New York : John
wiley & sons, inc.
Manalu, Johannes, Kustiyo, I Made Parsa dan Surlan. 2005. Pembuatan Kontur
dari Data DEM SRTM untuk Inventarisasi Sumber Daya Alam. ITS
Mcleod, R., & Schell, G. (2007).Management Information Systems. 10 th Edition.
New Jersey:Pearson Prentice Hall.
Page 141
321
Mioc, D, Nickerson, et al. 2008. Early Warning And Mapping For Flood
Disaster. Beijing
OpenGeo Product. 2010. Tutorial OpenGeo Suite.
Peraturan Daerah Kabupaten Serang No 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Serang.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 4 Tahun 2008
tentang Rencana Penanggulangan Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 8 Tahun 2011
tentang Standardisasi Data Kebencanaan
Prahasta E. 2001. Sistem Informasi Geografis : konsep – konsep dasar informasi
geografis. Bandung: Informatika bandung
Prahasta E. 2002. SIstem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung. Informatika
Bandung
Prahasta E. 2004. SIstem Informasi Geografis: Tools dan Plug-ins. Bandung. Informatika
Bandung
Prahasta E. 2005. Konsep-konsep Dasar SIstem Informasi Geografis. Bandung
Informatika
Prahasta E. 2007. SIstem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung. Informatika
Bandung
Prahasta E. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif
Geodesi & Geomatika). Bandung: Informatika.
Puspitawati, Lilis. 2008. Metode, Tahap-tahap dan Analisis pengembangan sistem
informasi. Jakarta
Ruvalcaba, Zak. 2002. Penuntun 10 menit Macromedia Dreamweaver 4. Zak
Ruvalcaba
Page 142
322
Sanjaya H. 2005. Membangun WebGIS yang portable dengan ALOV Map.
Sidik, B. MySQL. Bandung: Informatika. 2005
Siswoko, Dipl. HE. Ir. 2002. Banjir, Masalah banjir dan upaya mengatasinya.
http://www.turatea-berita.blogspot.com.
Skelton, Sarah and Panda, S Sudhansu. 2009. Geo-Spatial Technology use to
model flooding potential in chestatee river watershed. University of
Georgia.
Whitten, Jetfery L. (2004). Metode Desain & Analisis Sistem Edisi 6. ANDI &
Mc Graw Hill Education. Yogyakarta.
Wibowo, Agus. 2005. Aplikasi SIG untuk Kesesuaian Lahan Tambak. Jeneponto
Workshop III - Banten Province Environmental Strategy (BPES) – WJEMP
LINK
Anonim.http://andisaputra50.blogspot.com/2011/01/tugas-makalah-sistem-manajemen-
basis.html. Diakses tanggal 23 Juni 2012: 05.30 PM
Anonim. http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/09/pengertian-mysql/. Diakses
tanggal 23 Juni 2012: 06.05 PM
Anonim.http://www.geoplane.com/downloads/Receiver_Manuals/Mapping/GeoExplorer
%20II%20Operation%20Manual.pdf. Diakses tanggal 25 Juni 2012: 12.30 PM
Anonim. http://www.geoplane.com/trimble/pdfs/geoexplorer3.pdf. Diakses tanggal 13
Agustus 2012: 08.00 PM
La An. 2007. Faktor penyebab banjir. http://mbojo.wordpress.com Diakses tanggal 16
Oktober 2012: 09.40 PM
Page 143
323
LAMPIRAN A
WAWANCARA
Page 144
324
WAWANCARA
Narasumber : Ibu Rahmawati
Jabatan : Staff Data Pencemaran Lingkungan
Penanya : Siti Halimatusya’diyah
Tanggal : 15 Mei 2011
Tema : Prosedur sistem dan data yang ada.
Tujuan : Mengetahui sistem yang berjalan dalam mengelola data -
data industri serta pencemaran yang dimiliki oleh BPLH
Hasil Wawancara :
Penanya : Di bagian data pencemaran lingkungan ini apa saja yang
menjadi lingkupnya ?
Narasumber : Bagian data pencemaran ini khusus bagian yang menangani
pemantauan terhadap keadaan lingkungan serta pencemaran
yang terjadi di Jakarta baik berasal dari udara maupun air yang
di hasilkan dari industri dan kendaraan.
Penanya : Apakah BPLH dalam pemantauan ini sifatnya independen
atau bekerja sama dengan pihak lain ?
Narasumber : Dalam pemantauan ini BPLH melakukan secara independen,
seperti industri yang tidak terikat oleh departemen
perindustrian, karena disini BPLH memiliki kewenangan yang
Page 145
325
berbeda oleh karena itu data - data yang dimiliki oleh BPLH
pun merupakan data-data yang khusus dalam pemantauan
BPLH dan tidak bersifat nasional.
Penanya : Bagaimana untuk pemantauan industri - industri yang ada di
BPLH?
Narasumber : Untuk saat ini BPLH masih melakukan perbaikan - perbaikan
terhadap industri yang berada dalam pemantauan BPLH, masih
ada beberapa industri di DKI Jakarta yang belum masuk dalam
pemantauan ini, industri - industri melakukan pelaporan kepada
BPLH dalam satu tahun sebanyak dua kali yaitu setiap 6 bulan
sekali.
Penanya : Apa saja yang menjadi pemantauan industri - industri tersebut ?
Narasumber : Dari pihak BPLH akan mengirimkan berupa form industri
sebagai pelaporan bahwa industri tersebut masih berjalan, form
industri tersebut berisikan detail keterangan perusahaan tersebut
serta berisi tentang pemantauan data pencemaran terhadap baku
emisi bahan - bahan kimia yang dihasilkan oleh cerobong -
cerobong yang dimiliki perusahaan. Industri melakukan
pengecekan terhadap bahan kimia yang dihasilkan berdasarkan
standart yang telah ditetapkan.
Penanya : Standar apa yang digunakan BPLH dan bagaimana proses dari
pengukuran tersebut ?
Page 146
326
Narasumber : Ada beberapa standart yang digunakan diantaranya SK Gubernur
DKI Jakarta No.670 / 2000 , Peraturan Menteri No. 7 / 2007 dan
Keputusan – 03 / BAPEDAL / 09 / 1995 ini merupakan standart
baku mutu terhadap nilai baku emisi terhadap beberapa bahan
kimia. Prosedurnya adalah BPLH memberikan form pengukuran
bahan kimia sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan untuk
masing-masing industri, kemudian hasil pengukuran itu akan
diverifikasi oleh bagian data pencemaran untuk melihat apakah
hasil pengukuran tersebut sesuai dengan baku mutu atau melebihi.
Penanya : Bagaimana user mengetahui informasi hasil data - data tersebut ?
Narasumber : Selama ini data - data tersebut hanya tersimpan dalam data-data
bagian pencemaran, dan industri serta instansi yang mengetahui
informasi data - data tersebut, sehinggaa belum ada penyampaian
informasi secara umum. Serta dalam pendataan ini masih bersifat
manual.
Penanya : Adakah sampai saat ini data-data tersebut tervisualisasikan
sehingga memudahkan dalam pemantauan data ?
Narasumber : belum ada visualisasi terhadap data - data titik tersebut,masih
murni dalam bentuk berkas saja.
Intisari wawancara
Berdasarkan dari pertanyaan - pertanyaan tersebut, maka penulis menyimpulkan
bahwa sistem yang berjalan masih dilakukan secara manual dan tidak adanya
Page 147
327
pendokumentasian hasil output yang baik, sehingga masyarakat atau pihak yang
menjadi sasaran penerima output tersebut kesulitan mendapatkan informasi
tentang data - data rawan bencana banjir.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah sistem yang dapat dijadikan
tempat untuk mengumpulkan, menganalisis dan mengvisualisasikan hasil dari
data - data bencana banjir tersebut.
Page 148
328
LAMPIRAN B
PERATURAN KEPALA BNPB NO 8
TAHUN 2011
Page 149
329
LAMPIRAN C
PERATURAN KEPALA BNPB NO 4
TAHUN 2008
Page 150
330
LAMPIRAN D
SOURCE CODE PROGRAM
Page 151
308
SOURCE CODE
Index
<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML
1.0 Strict//EN"
"http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-
strict.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<meta http-equiv="content-type" content="text/html;
charset=utf-8" />
<title>BPBD Serang</title>
<meta name="keywords" content="" />
<meta name="description" content="" />
<link href="style.css" rel="stylesheet" type="text/css"
media="screen" />
<link rel="icon" href="gallery/images/bpbd.ico">
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/jsapi"></script>
<script type="text/javascript">google.load("elements",
"1", {packages: "transliteration"});</script>
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/cse/t13n?form=cse-
search-
box&t13n_langs=pa%2Car%2Cml%2Cen%2Ckn%2Cs
r%2Csa%2Cne%2Chi%2Cru%2Cgu%2Cmr%2Cta%2C
ti%2Cfa"></script>
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/coop/cse/brand?form=cse-
search-box&lang=en"></script>
</head>
<body>
<div id="wrapper">
<div id="logo">
<h1>Badan Penanggulangan
Bencana Daerah</h1>
<p><em> Kabupaten
Serang</em></p>
</div>
<hr />
<!-- end #logo -->
<div id="header">
<div id="menu">
<ul>
<li
class="current_page_item"><a href="index.php"
class="first">Home</a></li>
<li><a
href="visi_misi.php">Visi & Misi</a></li>
<li><a
href="gallery.php">Gallery</a></li>
<li><a
href="Peta.php">Peta</a></li>
<li></li>
<li><a
href="komentar/chat.php">Chat</a></li>
<li><a href="help.php">Help</a></li>
</ul>
</div>
<!-- end #menu -->
<div id="search">
<form
action="http://www.google.com/cse" id="cse-search-
box">
<div>
<input type="hidden" name="cx" value="partner-
pub-2069536687365993:9998642887" />
<input type="hidden" name="ie" value="UTF-8" />
<input type="text" name="q" size="27" />
<input type="submit" name="sa" value="Search" />
</div>
</form>
</div>
<!-- end #search -->
</div>
<!-- end #header -->
Page 152
309
<!-- end #header-wrapper -->
<div id="page">
<div id="page-bgtop">
<div id="sidebar">
<ul>
<li>
<h2>Facebook</h2>
<iframe
src="https://www.facebook.com/bnpb.indonesia"
scrolling="no" frameborder="0"
style="border:none; width:168px; height:180px" >
target="_blank"</iframe>
</li>
<li>
<h2>Partners</h2>
<ul>
<li><a href="http://www.bmkg.go.id"
target="_blank"><img src="images/link/logo-
bmkg_70_90.png" /></a></li>
<li><a href="http://www.bnpb.go.id"
target="_blank"><img
src="images/link/bnpb_74_74.jpg" width="86"
/></a></li>
<li><a href="http://bantenprov.go.id"
target="_blank"><img src="images/link/logo-
banten_110_50.jpg" /></a></li>
<li><a href="http://bpbdbanten.org/"
target="_blank"><img src="images/link/logopng-
bpbdbnten_200_40.png" width="170" /></a></li>
<li><a
href="http://www.taganabanten.com/"
target="_blank"><img src="images/link/head-
1ok_170_50.jpg" /></a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<!-- end #sidebar -->
<div id="content">
<div class="post1">
<h2
class="title"><a href="#">Selamat Datang Di Website
BPBD Kab. Serang</a>
</h2>
<div
class="entry">
<p>Dengan
memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Serang
sebagai badan yang bergerak dalam penyelenggaraan
penanganan bencana baik pra-bencana, Tanggap
Darurat dan pasca bencana, telah mewujudkan suatu
program dan kegiatan sebagai bahan informasi dalam
bentuk website.</p>
<p> Website
ini di susun sebagai bahan kajian Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yang nantinya
diharapkan menjadi tolak ukur kebijakan yang akan
diberikan pada BPBD Kabupaten Serang propinsi
Banten sehingga dalam kiprahnya dapat memberikan
pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat yang
membutuhkannya.</p>
<p> Semoga
tujuan dan harapan kami untuk mewujudkan pelayanan
prima terhadap masyarakat akan segera tercapai,
amin.</p>
</div>
</div>
<div class="post">
<h2
class="title">Listrik Padam 3 Hari, Korban Banjir di
Serang Kewalahan</a></h2>
<p> </p>
<div class="entry">
<p><span
class="news">SERANG - Warga korban banjir di dua
Page 153
310
RW di Desa Undar Andir, Kecamatan Kragilan,
Kabupaten Serang, Banten, mengeluh listrik yang
dipadamkan sejak Sabtu 14 Januari lalu, hingga hari ini
belum menyala. Padahal air sudah surut.</span>
</p>
<p><span
class="news"><a href="berita_tes.php"
class="more">Read More »</a></span></p>
</div>
</div>
<div class="post">
<h2
class="title">Banjir Serang, Tiga Orang
Tewas</a></h2>
<p> </p>
<div class="entry">
<p>Liputan6.com,
Serang: Badan Penangulangan Bencana Daerah Banten
mencatat, sedikitnya 10 ribu warga dievakuasi dalam
musibah banjir di Serang, Banten. Tiga di antaranya
meninggal dunia. Dua pengungsi mengalami luka
berat.</p>
<a href="berita2.php" class="more">Read
More »</a>
</div>
</div>
</div>
<!-- end #content -->
<div id="sidebar">
<ul>
<li>
<h2>Twitter</h2>
<script charset="utf-8"
src="http://widgets.twimg.com/j/2/widget.js"></script>
<script>
new TWTR.Widget({
version: 2,
type: 'profile',
rpp: 2,
interval: 30000,
width: 'auto',
height: 300,
theme: {
shell: {
background: '#333333',
color: '#ffffff'
},
tweets: {
background: '#000000',
color: '#ffffff',
links: '#4aed05'
}
},
features: {
scrollbar: false,
loop: false,
live: false,
behavior: 'all'
}
}).render().setUser('BNPB_Indonesia').start();
</script>
</li>
<li>
<h2>Partners</h2>
<ul>
<li><a
href="http://www.rickyswebtemplates.com"
target="_blank"><img src="images/link/logo.jpg"
width="145" height="40" /></a></li>
<li><a href="http://google.co.id"
target="_blank"><img
Page 154
311
src="images/link/Google_mette_in_palio_10_Galaxy_
Nexus_ma_non_in_Italia_6.jpg" width="145"
height="40" /></a></li>
<li><a
href="https://www.facebook.com/bnpb.indonesia"
target="_blank"><img src="images/link/images.jpg"
width="86" height="46" /></a></li>
<li><a
href="https://twitter.com/bnpb_indonesia"
target="_blank"><img src="images/link/images (1).jpg"
width="84" height="61" /></a></li>
<li><a href="http://basarnas.go.id"
target="_blank"><img
src="images/link/banner_link_anim.jpg" width="126"
height="55" /></a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<!-- end #sidebar -->
<div style="clear:
both;"> </div>
</div>
</div>
<!-- end #page -->
<div id="footer-bgcontent">
<div id="footer">
<p>Copyright 2012 bpbdserang.
All rights reserved. </p>
</div>
</div>
<!-- end #footer -->
</div>
</body>
</html>
Visi & Misi
<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML
1.0 Strict//EN"
"http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-
strict.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<link rel="icon" href="gallery/images/bpbd.ico">
<meta http-equiv="content-type" content="text/html;
charset=utf-8" />
<title>BPBD Serang</title>
<meta name="keywords" content="" />
<meta name="description" content="" />
<link href="style.css" rel="stylesheet" type="text/css"
media="screen" />
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html;
charset=iso-8859-1" />
<link rel="stylesheet"
href="gallery/css/jd.gallery.css" type="text/css"
media="screen" charset="utf-8" />
<script
src="gallery/scripts/mootools-1.2.1-core-yc.js"
type="text/javascript"></script>
<script
src="gallery/scripts/mootools-1.2-more.js"
type="text/javascript"></script>
<script
src="gallery/scripts/jd.gallery.js"
type="text/javascript"></script>
<script
src="gallery/scripts/jd.gallery.transitions.js"
type="text/javascript"></script>
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/jsapi"></script>
<script type="text/javascript">google.load("elements",
"1", {packages: "transliteration"});</script>
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/cse/t13n?form=cse-
search-
box&t13n_langs=pa%2Car%2Cml%2Cen%2Ckn%2Cs
r%2Csa%2Cne%2Chi%2Cru%2Cgu%2Cmr%2Cta%2C
ti%2Cfa"></script>
Page 155
312
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/coop/cse/brand?form=cse-
search-box&lang=en"></script>
</head>
<body>
<div id="wrapper">
<div id="logo">
<h1>Badan Penanggulangan
Bencana Daerah</h1>
<p><em> Kabupaten
Serang</em></p>
</div>
<hr />
<!-- end #logo -->
<div id="header">
<div id="menu">
<ul>
<li><a
href="index.php" class="first">Home</a></li>
<li
class="current_page_item"><a
href="visi_misi.php">Visi & Misi</a></li>
<li ><a
href="gallery.php">Gallery</a></li>
<li><a
href="Peta.php">Peta</a></li>
<li></li>
<li><a
href="komentar/chat.php">Chat</a></li>
<li><a href="help.php">Help</a></li>
</ul>
</div>
<!-- end #menu -->
<div id="search">
<form
action="http://www.google.com/cse" id="cse-search-
box">
<div>
<input type="hidden" name="cx" value="partner-
pub-2069536687365993:9998642887" />
<input type="hidden" name="ie" value="UTF-8" />
<input type="text" name="q" size="27" />
<input type="submit" name="sa" value="Search" />
</div>
</form>
</div>
<!-- end #search -->
</div>
<!-- end #header -->
<!-- end #header-wrapper -->
<div id="page">
<div id="page-bgtop">
<div id="sidebar">
<ul>
<li>
<h2>Facebook</h2>
<iframe
src="https://www.facebook.com/bnpb.indonesia"
scrolling="no" frameborder="0"
style="border:none; width:168px; height:180px" >
target="_blank"</iframe>
</li>
<li>
<h2>Partners</h2>
<ul>
<li><a href="http://www.bmkg.go.id"
target="_blank"><img src="images/link/logo-
bmkg_70_90.png" /></a></li>
Page 156
313
<li><a href="http://www.bnpb.go.id"
target="_blank"><img
src="images/link/bnpb_74_74.jpg" width="86"
/></a></li>
<li><a href="http://bantenprov.go.id"
target="_blank"><img src="images/link/logo-
banten_110_50.jpg" /></a></li>
<li><a href="http://bpbdbanten.org/"
target="_blank"><img src="images/link/logopng-
bpbdbnten_200_40.png" width="170" /></a></li>
<li><a
href="http://www.taganabanten.com/"
target="_blank"><img src="images/link/head-
1ok_170_50.jpg" /></a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<!-- end #sidebar -->
<div id="content">
<div class="post1">
<h2>Visi
& Misi BPBD Kabupaten Serang</h2>
<div class="entry">
<ul>
<p> </p>
<p><h2>VISI</h2></p>
<p> </p>
<ul>
<li><h3>Terwujudnya SKPD yang handal
bencana sebagai landasan memperlancar terwujudnya
kota serang yang global dan
berwawasan
lingkungan yang madani</h3>
</li>
</ul></ul>
<ul>
<p> </p>
<p><h2>MISI</h2></p>
<p> </p>
<ul>
<li><h3>Mencegah Terjadinya
Bencana</h3></li>
<li><h3>Cepat merespon saat terjadinya
bencana</h3></li>
<li><h3>Sigap memulihkan situasi pasca
terjadinya bencana</h3></li>
</ul></ul>
</ul>
</div>
</div>
</div>
<!-- end #content -->
<div id="sidebar">
<ul>
<li>
<h2>Twitter</h2>
<script
charset="utf-8"
src="http://widgets.twimg.com/j/2/widget.js"></script>
<script>
new TWTR.Widget({
version: 2,
type: 'profile',
rpp: 2,
interval: 30000,
width: 'auto',
height: 300,
theme: {
Page 157
314
shell: {
background: '#333333',
color: '#ffffff'
},
tweets: {
background: '#000000',
color: '#ffffff',
links: '#4aed05'
}
},
features: {
scrollbar: false,
loop: false,
live: false,
behavior: 'all'
}
}).render().setUser('BNPB_Indonesia').start();
</script>
</li>
<li>
<h2>Partners</h2>
<ul>
<li><a
href="http://www.rickyswebtemplates.com"
target="_blank"><img src="images/link/logo.jpg"
width="145" height="40" /></a></li>
<li><a href="http://google.co.id"
target="_blank"><img
src="images/link/Google_mette_in_palio_10_Galaxy_
Nexus_ma_non_in_Italia_6.jpg" width="145"
height="40" /></a></li>
<li><a
href="https://www.facebook.com/bnpb.indonesia"
target="_blank"><img src="images/link/images.jpg"
width="86" height="46" /></a></li>
<li><a
href="https://twitter.com/bnpb_indonesia"
target="_blank"><img src="images/link/images (1).jpg"
width="84" height="61" /></a></li>
<li><a href="http://basarnas.go.id"
target="_blank"><img
src="images/link/banner_link_anim.jpg" width="126"
height="55" /></a></li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<!-- end #sidebar -->
<div style="clear:
both;"> </div>
</div>
</div>
<!-- end #page -->
<div id="footer-bgcontent">
<div id="footer">
<p>Copyright 2012 bpbdserang.
All rights reserved. </p>
</div>
</div>
<!-- end #footer -->
</div>
</body>
</html>
Dashboard. Php
<?php
session_start();
include "koneksi.php";
error_reporting(0);
Page 158
315
if (empty($_SESSION['username']) AND
empty($_SESSION['password'])){include "form.php";}
else{
?>
<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML
1.0 Transitional//EN"
"http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-
transitional.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html;
charset=utf-8" />
<title>Dashboard - Admin Template</title>
<link rel="stylesheet" type="text/css"
href="css/theme.css" />
<link rel="stylesheet" type="text/css"
href="css/style.css" />
<script>
var StyleFile = "theme" + document.cookie.charAt(6)
+ ".css";
document.writeln('<link rel="stylesheet"
type="text/css" href="css/' + StyleFile + '">');
</script>
<!--[if IE]>
<link rel="stylesheet" type="text/css" href="css/ie-
sucks.css" />
<![endif]-->
</head>
<body>
<div id="container">
<div id="header">
<h2> Admin Area</h2>
<div id="topmenu">
<ul>
<li class="current"><a
href="dashboard.php">Dashboard</a></li>
<li><a href="peta.html">Edit Peta</a></li>
</ul>
</div>
</div>
<div id="top-panel">
<div id="panel" >
<?php
$sql = mysql_query("SELECT * FROM tadmin
WHERE id_admin = '$_SESSION[id_admin]'");
while ($data = mysql_fetch_array($sql))
{
$username = $data['username'];
}
?>
<h2>Selamat Datang <?php echo "$username";
?>!</h2>
<?php
if ($_SESSION[level] == "super_admin") { echo
"Kamu login sebagai Super Admin <a href='logout.php'
title='Keluar!'>Keluar</a>"; }
if ($_SESSION[level] == "admin"){echo "Kamu login
sebagai admin <a href='logout.php'
title='Keluar!'>Keluar</a>";}
if ($_SESSION[level] == "user"){echo "Kamu login
sebagai user <a href='logout.php'
title='Keluar!'>Keluar</a>";}
if ($_SESSION[level] == ""){echo "Kamu tidak
memiliki akses kesini!";}
?>
</div>
</div>
<div id="wrapper">
<div id="content">
<div id="rightnow">
Page 159
316
<p
class="youhave">Laporan Sementara Data Grafik dari
hasil Analisis<strong></strong>
</p>
</div>
<div id="infowrap">
<div id="infobox">
<h3>Graphics Sebaran Kejadian
Bencana</h3>
<p><img src="img/grafik.jpg"
width="360" height="279" /></p>
</div>
<div id="infobox" class="margin-left">
<h3>Graphic Perbandingan Jumlah
Bencana </h3>
<p><img src="img/grapic.jpg" alt="a"
width="372" height="282" /></p>
</div>
</div>
</div>
<div id="sidebar">
<ul>
<li><h3><a href="dashboard.php"
class="house">Dashboard</a></h3>
</li
><li>
<h3><a href="users.html"
class="manage">Edit Peta</a></h3>
</li>
</ul>
</div>
</div>
<div id="footer">
<div id="credits">
Copyright by <a
href="http://www.bloganje.com">Bloganje</a> Edited
By Diqza
</div>
<div id="styleswitcher">
</div><br />
</div>
</div>
</body>
</html>
<?php } ?>
Chat. Php
<?
<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML
1.0 Strict//EN"
"http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-
strict.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<meta http-equiv="content-type" content="text/html;
charset=utf-8" />
<title>BPBD Serang</title>
<meta name="keywords" content="" />
<meta name="description" content="" />
<link rel="icon" href="gallery/images/bpbd.ico">
<link href="style.css" rel="stylesheet" type="text/css"
media="screen" />
<script language="JavaScript1.2">
<!--
/*
Page 160
317
Screen resolution detecter script: By JavaScript Kit
(www.javascriptkit.com) More free scripts here! Note:
Credit must stay intact for use.
*/
var correctwidth=1024
var correctheight=768
if
(screen.width<correctwidth||screen.height<correctheight
)
document.write("This webpage is bested viewed with
screen resolution "+correctwidth+"*"+correctheight+"
or above. Your current resolution is
"+screen.width+"*"+screen.height+". If possible, please
change the resolution!")
//-->
</script>
<script type="text/javascript">google.load("elements",
"1", {packages: "transliteration"});</script>
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/cse/t13n?form=cse-
search-
box&t13n_langs=pa%2Car%2Cml%2Cen%2Ckn%2Cs
r%2Csa%2Cne%2Chi%2Cru%2Cgu%2Cmr%2Cta%2C
ti%2Cfa"></script>
<script type="text/javascript"
src="http://www.google.com/coop/cse/brand?form=cse-
search-box&lang=en"></script>
</head>
<body>
<div id="wrapper">
<div id="logo">
<h1>Badan Penanggulangan
Bencana Daerah<span></span></h1>
<p><em> Kabupaten
Serang</em></p>
</div>
<hr />
<!-- end #logo -->
<div id="header">
<div id="menu">
<ul>
<li><a
href="index.php">Home</a></li>
<li><a
href="visi_misi.php">Visi & Misi</a></li>
<li><a
href="gallery.php">Gallery</a></li>
<li
class="current_page_item"><a
href="Peta.php">Peta</a></li>
<li></li>
<li><a
href="komentar/chat.php">Chat</a></li>
<li><a href="help.php">Help</a></li>
</ul>
</div>
<!-- end #menu -->
<div id="search">
<form
action="http://www.google.com/cse" id="cse-search-
box">
<div>
<input type="hidden" name="cx" value="partner-
pub-2069536687365993:9998642887" />
<input type="hidden" name="ie" value="UTF-8" />
<input type="text" name="q" size="27" />
<input type="submit" name="sa" value="Search" />
</div>
</form>
</div>
<!-- end #search -->
</div>
<!-- end #header -->
Page 161
318
<!-- end #header-wrapper -->
<div id="page">
<div id="page-bgtop">
<iframe style="border: none;" height="750"
width="920"
src="http://localhost:8080/geoexplorer/viewer/#maps/4"
></iframe>
<!-- end #sidebar -->
<!-- end #content -->
<!-- end #sidebar -->
<div style="clear:
both;"> </div>
</div>
</div>
<!-- end #page -->
<div id="footer-bgcontent">
<div id="footer">
<p>Copyright 2012 bpbdserang.
All rights reserved. </p>
</div>
</div>
<!-- end #footer -->
</div>
</body>
</html>
?>
Page 162
309
LAMPIRAN E
GUI
Page 163
310
LAMPIRAN
TAMPILAN APLIKASI
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL
WILAYAH RAWAN BANJIR BERBASIS WEB
( STUDI KASUS: KABUPATEN SERANG, BANTEN )
Page 165
1
ACCOUNT USER
1. Halaman Utama User
2. Halaman Visi dan Misi
3. Halaman Gallery
4. Halaman Peta
5. Halaman Chat
6. Halaman Help
Page 166
2
7. Halaman Login
8. Halaman Admin
9. Halaman Data Store
10. Halaman Edit Peta
11. Halaman Edit Style Peta
Page 167
2
LAMPIRAN F
SURAT