Top Banner
Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di Denpasar Ringkasan Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menemukan pola pergeseran bahasa Bali pada wilayah pakai bahasa. Tujuan khususnya meliputi 1) pemetaan keanekaragaman bahasa di Denpasar dan 2) aspek-aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi pergeseran bahasa Bali di Denpasar. Lokasi penelitian ini adalah di Denpasar dan dapat dibedakan menjadi empat titik berbeda, yaitu dari wilayah Denpasar Barat, Timur, Utara, dan Selatan. Data dijaring menggunakan metode observasi dan survey dengan penyebaran kuesioner, dibantu dengan wawancara, dan teknik catat. Sample penelitian ini adalah penduduk etnis bali dan etnis lainnya yang tinggal di denpasar untuk memetakan keanaekaragaman bahasa. Penutur bahasa Bali kalangan remaja dan dewasa dipilih dengan menggunakan teknik quota untuk menetapkan jumlah anggota sampel tiap golongan yaitu masing-masing sebanyak 20 orang untuk setiap wilayah. Data dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantatif, kemudian disajikan dengan metode formal dan informal. Dengan menggunakan teori pilihan bahasa, teori Analisis ranah dan teori ragam bio linguistik diharapkan dapat ditarik generalisasi pola pemetaan keanakaragaman bahasa dan model pergeseran bahasa Bali. Model pergeseran ini sangat signifikan untuk diketahui agar sistem dan mekanisme kebertahanan, pemertanan dan pewarisan bahasa Bali baik yang dilakukan pada ranah formal maupun informal dapat dilakukan dengan maksimal dan dalam upaya juga mempertahankan diversitas kultural dengan tetap menjaga identitas etnis masyarakat multibahasa. Kata kunci: pemetaan keananekaragaman bahasa, pergeseran bahasa, analisis ranah, ragam bio linguistik, pilihan bahasa
23

Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

Mar 31, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di Denpasar

Ringkasan

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menemukan pola pergeseran

bahasa Bali pada wilayah pakai bahasa. Tujuan khususnya meliputi 1) pemetaan

keanekaragaman bahasa di Denpasar dan 2) aspek-aspek sosial dan budaya yang

mempengaruhi pergeseran bahasa Bali di Denpasar. Lokasi penelitian ini adalah di

Denpasar dan dapat dibedakan menjadi empat titik berbeda, yaitu dari wilayah

Denpasar Barat, Timur, Utara, dan Selatan. Data dijaring menggunakan metode

observasi dan survey dengan penyebaran kuesioner, dibantu dengan wawancara, dan

teknik catat. Sample penelitian ini adalah penduduk etnis bali dan etnis lainnya yang

tinggal di denpasar untuk memetakan keanaekaragaman bahasa. Penutur bahasa Bali

kalangan remaja dan dewasa dipilih dengan menggunakan teknik quota untuk

menetapkan jumlah anggota sampel tiap golongan yaitu masing-masing sebanyak 20

orang untuk setiap wilayah. Data dianalisis menggunakan metode kualitatif dan

kuantatif, kemudian disajikan dengan metode formal dan informal. Dengan

menggunakan teori pilihan bahasa, teori Analisis ranah dan teori ragam bio linguistik

diharapkan dapat ditarik generalisasi pola pemetaan keanakaragaman bahasa dan

model pergeseran bahasa Bali. Model pergeseran ini sangat signifikan untuk diketahui

agar sistem dan mekanisme kebertahanan, pemertanan dan pewarisan bahasa Bali baik

yang dilakukan pada ranah formal maupun informal dapat dilakukan dengan maksimal

dan dalam upaya juga mempertahankan diversitas kultural dengan tetap menjaga

identitas etnis masyarakat multibahasa.

Kata kunci: pemetaan keananekaragaman bahasa, pergeseran bahasa, analisis ranah,

ragam bio linguistik, pilihan bahasa

Page 2: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

2

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam konsep sosiolinguistik, perubahan bahasa, pergeseran bahasa, dan

pemertahanan bahasa adalah tiga hal sangat bersinggungan dan tidak dapat

dipisahkan. Perlu diketahui bahwa pergeseran bahasa ini merujuk pada pemilihan

bahasa yang pada akhirnya merujuk pada perubahan acuan bahasa secara perlahan;

berbeda dengan perubahan bahasa yang memerlukan proses yang cukup lama untuk

dapat digolongkan sebagai sebuah perubahan, seperti contoh bahasa Inggris yang

ratusan tahun lalu pada karya sastra Shakespeare lebih dikenal dengan Old English

saat ini.

Dalam tahapan pergeseran bahasa yang terjadi pada komunitas yang

bermigrasi, penuturnya akan mengalami tahapan bilingual bawahan dahulu, dimana

kemampuan bahasa ibunya masih lebih tinggi dari bahasa lain, sebelum nantinya

menuju pada tahap bilingual setara, dan akhirnya menuju pada bilingual bawahan

kembali, tapi dengan posisi kemampuan bahasa ibu lebih rendah dari bahasa lain

(Chaer, 2004: 144). Melihat fenomena masyarakat penutur bahasa Bali saat ini,

mayoritasnya (kalangan remaja dan anak) dapat digolongkan sebagai bilingual bawah

yang kemampuan bahasa Balinya tergolong lebih rendah dari bahasa Indonesia,

seiring dengan besarnya pengaruh bahasa Indonesia pada tingkat pendidikan dan

komunikasi antar etnis, serta semakin menurunnya kemampuan penutur bahasa Bali

membedakan dan menggunakan tingkat tutur dalam bahasa Bali, yang saat ini

umumnya dipahami dalam dua tingkatan (halus dan kasar) dari awalnya empat tingkat

tutur yang berbeda.

Saat pergeseran bahasa terjadi, pergeseran tersebut selalu condong ke bahasa

yang lebih dominan dalam sebuah kelompok penutur, karena kelompok dominan

tersebut tidak perlu mempertimbangkan penggunaan bahasa minoritas. Maka dari itu,

bahasa yang dominan ini dapat diasosiasikan dengan pemerolehan status dan tingkat

sosial yang lebih tinggi (Holmes, 1992: 61). Pada pergeseran bahasa, terdapat dua hal

yang membatasi pergeseran tersebut, antara lain adalah pembentukan bentuk

Page 3: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

3

pergeseran yang didasari atas kemampuan bahasa penutur itu sendiri, dan bentuk-

bentuk yang timbul akibat pengaruh dari kebijakan sosial komunitas penutur tersebut

(Winford, 2003: 247). Pada bahasa Bali, salah satu faktor yang dapat diamati dengan

jelas adalah kentalnya pengaruh fonologis bahasa Bali yang mengakibatkan

pergeseran bahasa awalnya akan tetap menggunakan dialek bahasa Bali.

BAB II. STUDI PUSTAKA

Pada hasil studinya, Bramono (2012) menyimpulkan bahwa pergeseran bahasa

adalah sebuah fenomena yang timbul dalam upaya pemertahanan bahasa, dimana

loyalitas bahasa dari penutur memiliki peran yang sangat penting. Faktor

industrialisasi dan migrasi (urbanisasi atau transmigrasi) merupakan faktor penting

dalam pergeseran bahasa. Penelitian Mueller (2009) pada pergeseran bahasa di Jawa

ke bahasa Indonesia mengemukakan hasil bahwa secara konkrit, pergeseran bahasa ini

terjadi karena status bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mewakilkan

aspirasi segenap warga negara, meningkatnya pergerakan sosial dari lapisan

masyarakat yang berusaha meraih status sosial yang lebih tinggi, dan berkembangnya

kondisi bahasa komunitas-komunitas menjadi dwibahasa. Cohn (2014) juga

menegaskan bahwa persoalan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah

berkembang seiring dengan menurunnya pemertahanan bahasa-bahasa daerah.

Dampak pergerakan ini akan semakin mengarahkan Indonesia ke masyarakat

monolingual. Hal ini semakin mendorong pergeseran bahasa-bahasa daerah kearah

bahasa Indonesia, dimana pergeseran bahasa ini terjadi oleh masing-masing penutur;

mengingat berubahnya pilihan bahasa penutur tersebut bergantung dari komunitasnya

masing-masing.

Abtahian (2016) mengemukakan bahwa selama penelitiannya di Indonesia,

metode pendekatan pada tingkatan komunitas akan lebih bermanfaat dalam upaya

mengetahui pergeseran bahasa, karena analisa pergeseran bahasa memerlukan studi

lebih mendalam pada komunitas bahasa dan faktor sosial dari setiap penutur bahasa

tersebut. Faktor sosial yang berlaku di Indonesia ini dibagi menjadi enam, yaitu umur,

urbanisasi, indeks perkembangan, pendidikan, agama, dan gender. Faktor-faktor sosial

Page 4: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

4

ini tidak dapat digabungkan dalam melakukan analisa, namun dapat diurutkan

berdasarkan besarnya pengaruh terhadap pergeseran bahasa, mulai dari umur, gender,

faktor demografi sosial (seperti desa dan kota), grup etnis, dan agama. Penelitian

Masruddin (2013) pada masyarakat Wotu (Sulawesi Selatan) juga menyebutkan

bahwa umur dan mobilisasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pergeseran

bahasa. Secara sosiolinguistik, faktor kedwibahasaan dan sikap bahasa juga memiliki

dampak yang besar terhadap pergeseran bahasa. Salah satu temuannya

mengemukakan bahwa kasus kedwibahasaan dapat hilang begitu saja apabila orang

tua salah satu penutur memutuskan untuk tidak mengajarkan dua (atau lebih) bahasa

pada keturunannya atas pertimbangan kepentingan seperti ekonomi, pendidikan,

mayoritas sosial, dll.

Lebih rincinya, Suzanne (2003) dan Khadidja (2013) menyebutkan bentuk

pendekatan analisa text (discourse analysis) dari pergeseran bahasa adalah

ditemukannya bentuk alih kode dan pinjaman (borrowing) dalam tindak tutur.

Perbedaan antara alih kode dan pinjaman dalam pilihan bahasa dapat dijelaskan

melalui tindak tutur, dimana alih kode mengacu pada pergeseran penuh bahasa diikuti

dengan kembalinya pilihan tersebut ke bahasa semula, sedangkan pinjaman adalah

proses dimana suatu unit bahasa telah terintegrasi penuh ke dalam bahasa lain

(Grosjean, 2013: 18). Melihat dari penjelasan tersebut, pendekatan ragam bio

linguistik yang bersifat domestikalisasi (menambahkan unit bahasa) dapat dikatakan

sebagai sebuah bentuk dari pinjaman yang telah berterima; jauh setelah berterimanya

sebagai bentuk serapan.

Dalam konteks ini, salah satu contoh bahasa Bali yang dapat diteliti melalui

pendekatan ragam bio linguistik adalah kata onda, seperti dalam kalimat ibi kija tepuk

melali negakin onda? (kemana jalan-jalan kemarin saya lihat mengendarai sepeda

motor?) Kata onda yang secara sekilas merupakan serapan dari Honda (sebuah merek

sepeda motor yang cukup terkenal karena tingginya penjualan sekitar tahun 1980-

1990), dapat diteliti lebih lanjut dengan mempertimbangkan bergantinya pemahaman

penutur akan konsep sepeda motor, yang mengacu pula pada jarangnya penggunaan

sepeda motor dan sebagai bentuk yang membedakan antara sepeda motor secara

umum dengan bentuk motor lainnya. Contoh ini juga dapat mengacu pada tingginya

Page 5: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

5

pergeseran bahasa pada tingkat tutur umum; tingkat kepara dalam bahasa Bali.

Tingkat tutur pada bahasa Bali tidak dapat dipisahkan dari perannya dalam

menegaskan tingkat sosial masyarakat Bali itu sendiri. Suarjana dalam Tika dkk

(2015) menegaskan bahwa stratifikasi sosial masyarakat Bali pada umumnya

dibedakan menjadi dua yaitu secara tradisional dan modern. Secara tradisional, yang

dimasukkan sebagai golongan atas adalah orang-orang yang berstatus tri wangsa

(Brahmana, Wesia, dan Sudra). Sementara itu, yang dimasukkan dalam golongan

bawah adalah wangsa jaba. Apabila ditinjau secara modern, pembagian stratifikasi

masyarakat Bali dapat digolongkan kembali dalam golongan atas berupa tri wangsa

dan jaba; sedangkan golongan bawah juga terdiri atas tri wangsa dan jaba. Hal ini

mengacu pada fenomena bahwa secara modern kedua golongan masyarakat baik tri

wangsa maupun jaba memiliki peluang yang sama untuk menempati golongan atas

maupun golongan bawah. Dengan demikian, status sosial seseorang diklasifikasikan

secara prgamatis; tidak semata-mata karena kelahiran atau keturunan, tetapi juga

karena jabatan atau kedudukan, finansial dan yang lainnya. Persoalan pergeseran

bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau bahasa lainnya

yang terjadi di Bali harus dapat dibedakan dengan pemilihan register (tingkat

kesopanan), yang telah dijelaskan Suastra dkk (2016) dengan menyebutkan bahwa

tingkat tutur Bahasa Bali dapat menyiratkan tingkatan sosial dari masyarakatnya.

Diantara empat tingkat tuturnya; seperti basa Alus Singgih, Alus Madya, Alus Sor, dan

Kepara, penggunaan basa Alus untuk tingkat sosial masyarakat atas, kerap kali

diketahui dengan langsung bertanya informasi terkait penutur tersebut (nama, tempat

tinggal, atau keluarga).

Dalam kesopanan penutur, beberapa hal yang pada umumnya dapat

mempengaruhi kesopanan tersebut adalah perbedaan kekuatan (tingkat sosial), jarak,

dan tingkat kepentingannya (Scollon, 2001: 52). Maka dari itu, dalam penelitian

terhadap bahasa Bali yang sangat erat kaitannya dengan tingkatan bahasa, berbagai

kondisi dan tingkat sosial dari penutur akan sangat mempengaruhi hasil penelitian.

Seorang penutur akan lebih mudah memahami bahasa atau dialek seseorang yang

mereka suka atau hormati; umumnya terjadi pada kelompok orang-orang yang

berhubungan dekat (Holmes, 1992: 345). Lebih jauhnya, analisa dan pendekatan

Page 6: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

6

melalui ragam bio linguistik terhadap pergeseran bahasa akan dapat mengungkap

aspek-aspek sosial yang mempengaruhi kemampuan bahasa penutur tersebut dan

selanjutnya melatar belakangi perubahan bahasa yang terjadi. Secara umum,

pendekatan melalui ragam bio linguistik akan terbagi menjadi dua seiring dengan

berkembangnya lingkungan komunitas penutur tersebut, yaitu penambahan unit

bahasa tertentu dan bergesernya; atau bahkan menghilangnya unit bahasa tertentu

secara perlahan.

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan terdahulu berkaitan dengan

fenomena kontak bahasa dan perkembangan bahasa pada daerah daerah yang

heterogen.

Peta jalan penelitian (roadmap penelitian) adalah sebagaimana bagan berikut.

BAB III. METODE PENELITIAN

Kajian

Sekarang

Suastra, dkk (2016) Sikap Bahasa Penutur Sasak dan Sumbawa di Bali

Tika, dkk (2015) Bahasa dan Kategori Sosial pada Masyarakat Bali, Sasak, dan

Sumbawa

Malini (2011)- Pemertahanan Bahasa Ibu pada Generasi Muda di Bali

PEN

ELIT

IAN

SEB

ELU

MN

YA

Untuk mengetahui dan menganalisis 1) tingkatan

pergeseran bahasa Bali dari ragam bio linguistik dan 2)

aspek sosial dan budaya terhadap pergeseran bahasa

Bali.

1.

T

U

J

U

A

N

L

U

A

R

A

N

N

Dihasilkannya publikasi dalam artikel

nasional terakreditasi

Page 7: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

7

Penelitian ini menggunakan metode gabungan dari penelitian kualitatif dan

kuantitatif. Data utama diperoleh melalui proses wawancara dan mencatat. Metode

penelitian ini meliputi proses pengumpulan data (beserta transkripsi data apabila

diperlukan) dan analisa data.

Penelitian ini berdasarkan filosofi fenomenologis. Paradigma ini

mengarahkan alur penelitian pada sebuah pendekatan yang kualitatif. Perolehan data

penggunaan bahasa setiap penduduk tidak dapat diperoleh secara langsung, karena

kegunaan data yang tidak cukup signifikan bagi pusat data di daerah. Maka dari itu,

penelitian akan merujuk pada daerah-daerah asal penutur, dengan mempertimbangkan

bahasa ibu di daerah asal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian

ini adalah sebagai berikut.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Denpasar yang terbagi atas empat wilayah, yaitu

Denpasar Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tempat-tempat yang disasar akan lebih

didasarkan pada intensitas interaksi multibahasa, utamanya pemukiman penduduk-

penduduk pendatang. Pemilihan ini didasarkan pada adanya kemungkinan penggunaan

bahasa Bali antar penutur pendatang untuk memungkinkan diperolehnya data yang

heterogen, namun secara karakteristik tergolong homogen.

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data primer

penelitian ini yaitu kemampuan, pemilihan, dan pemertahanan bahasa yang digunakan

oleh penutur bahasa etnis pendatang di Denpasar. Data ini akan diklasifikasikan

berdasarkan tiga ruang lingkup tersebut dan berdasarkan lokasi pemerolehan data.

Jumlah responden adalah sebanyak 50 orang untuk setiap wilayah, dengan total 200

responden. Data yang diambil dari responden adalah data lisan mengenai sikap

penggunaan bahasa Bali dan data tulisan terhadap kemampuan bahasanya untuk

memperoleh contoh langsung pergeseran bahasa dari sudut pandang ragam bio

linguistik. Data sekunder penelitian ini adalah a) hasil survei sosiolinguistik dan b)

Page 8: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

8

informasi mengenai situasi kebahasaan, kebudayaan dan tradisi masyarakat Bali saat

ini.

3.3 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian diperlukan beberapa

instrumen, yang terdiri dari instrumen utama dan instrumen tambahan. Instrumen

utama dari penelitian ini adalah peneliti, dimana hal ini akan memungkinkan metode

partisipasi dalam observasi. Untuk menjaga validitas dan relibilitas data dan agar

penelitian berjalan pada jalur yang sesuai dengan tujuan, sebagai bahan triangulasi

digunakan beberapa alat pengumpul data dan sebagai instrumen tambahan digunakan

kuesioner survei linguistik. Daftar pertanyaan disusun dengan membuat pertanyaan yang

khusus, kongkret, dan sesuai dengan konteks. Sumber-sumber pertanyaan tersebut

dimodifikasi dan disesuaikan dengan kepentingan penelitian ini.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Keragaman Etnis (Bio-Cultural Diversity) di Denpasar

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Denpasar

(https://denpasarkota.bps.go.id/), data diklasifikasikan dalam jumlah populitas, agama,

dan desa/banjar di Denpasar. Berdasarkan jumlah populasi, angka tertinggi

ditunjukkan oleh Sesetan pada Denpasar Selatan, Sumerta Klod pada Denpasar Timur,

Pemecutan Klod pada Denpasar Barat, dan Ubung Kaja pada Denpasar Utara. Lebih

lanjut, data berdasarkan agama menunjukkan diversitas pemeluk agama tertinggi pada

Denpasar Selatan dan Denpasar Barat. Menurut jumlah desa/banjar, jumlah desa adat

paling rendah terdapat pada Padangsambian, sedangkan jumlah banjar adat paling

rendah terdapat pada Dauh Puri Kaja. Tabel-tabel berikut adalah rangkuman data dari

BPS Denpasar:

Page 9: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

9

Tabel 1. Data BPS Populasi Denpasar

Tabel 2. Data BPS Pemeluk Agama di Denpasar

Page 10: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

10

Tabel 3. Data BPS Jumlah Banjar di Denpasar

Secara umum, jumlah penduduk dapat dikaitkan dengan jumlah pemeluk

agama untuk memperoleh gambaran awal mengenai persebaran etnis. Lebih lanjutnya,

jumlah Banjar dan Desa adat maupun dinas di suatu kecamatan dapat mempengaruhi

perkembangan etnis tersebut. Dengan mengaitkan ketiga tabel tersebut, gambaran

awal mengenai tingginya keragaman etnis di setiap kecamatan mengarah pada tiga

fokus penelitian yaitu: (1) tingginya jumlah penduduk pada Sesetan, Sumerta Klod,

Pemecutan Klod, dan Ubung Kaja; (2) Tingginya kemungkinan keragaman etnis di

Denpasar Barat dan Selatan; dan (3) Tingginya kemungkinan perkembangan etnis di

daerah Dauh Puri Kaja.

Namun setelah meneliti lebih lanjut, data di lapangan menunjukkan hasil yang

lebih terperinci menurut jumlah pendatang. Berdasarkan data yang didapatkan dari

kantor Camat seluruh Denpasar, Desa yang memiliki jumlah pendatang tertinggi

adalah Kesiman Kertalangu untuk wilayah Denpasar Timur, Padangsambian Kaja

untuk Denpasar Barat, Sesetan untuk Denpasar Selatan, dan Ubung Kaja untuk

wilayah Denpasar Utara. Melalui proses analisa data di masing-masing kantor camat

tersebut, perbandingan jumlah penduduk dan pendatang dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 11: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

11

IV.1.1. Denpasar Timur

Secara geografis, Denpasar Timur berbatasan dengan desa Batubulan,

kecamatan Sukawati, kabupaten Gianyar. Kondisi ini menunjukkan adanya penduduk

pendatang dan pengaruh dari budaya dan bahasa penutur daerah lain ataupun bahasa

Bali dari wilayah Gianyar. Menurut keragaman etnis dan bahasanya, jumlah

pendatang menandakan tingginya frekwensi interaksi antar etnis. Dampak yang dapat

terlihat adalah tingginya jumlah pendatang pada desa yang berbatasan dengan

kabupaten Gianyar; yaitu desa Kesiman Kertalangu, seperti yang terlihat pada tabel

dibawah ini.

TOTAL

L P L+P L P L+P

1 Dangin Puri Kelod 9306 8854 18160 2 3 5 18165

2 Sumerta Kauh 3482 2954 6436 1 1 2 6438

3 Kel. Kesiman 5078 4823 9901 9 7 16 9917

4 Kesiman Petilan 4374 3734 8108 0 0 0 8108

5 Kesiman Kertlangu 7576 6557 14133 32 28 60 14193

6 Kel. Sumerta 3880 3558 7438 0 0 0 7438

7 Sumerta Kaja 3712 3637 7349 0 0 0 7349

8 Sumerta Kelod 6737 5775 12512 0 0 0 12512

9 Kel. Dangin Puri 3412 3366 6778 3 7 10 6788

10 Kel. Penatih 4895 4794 9689 3 0 3 9692

11 Penatih Dangin Puri 2988 2873 5861 9 9 18 5879

Jumlah 55440 50925 106365 59 55 114 106479

No. Desa/KelurahanPenduduk Awal Penduduk Pendatang

Tabel 4. Jumlah Penduduk Denpasar Timur

Sesuai dengan data yang telah diperoleh di lapangan, diketahui bahwa titik

pertemuan etnis yang terlihat dari banyaknya jumlah pendatang di desa Kesiman

Kertalangu, terdapat pada dusun Tohpati. Dari 50 responden yang digunakan, jumlah

etnis yang tersebar menunjukkan bahwa lebih dari 50% mayoritas etnis pendatang

adalah dari etnis Jawa. Pemetaan lebih lanjut di lapangan mengungkapkan bahwa

sebanyak 3% dari total responden dilibatkan kedalam keragaman bahasa karena

responden yang bersangkutan tidak lahir di Bali, dan telah lama bermukim di luar

Bali, sehingga menemui kesulitan dalam penggunaan Bahasa Bali.

Page 12: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

12

Beberapa pemetaan lebih lanjut yang dapat mempengaruhi keragaman bahasa

pada lingkungan ini adalah keragaman pekerjaan yang digeluti, dimana jumlah setara

berkisar 30% digeluti pada lapangan pekerjaan swasta, wiraswasta, dan pekerjaan

lainnya. Seiring dengan meratanya lapangan pekerjaan ini, kisaran usia responden

adalah dominan diatas 31 tahun. Hasil ini berdampak pada keberadaan bahasa Bali

sebagai bahasa mayoritas di Denpasar, yaitu banyaknya angka dari responden yang

memilih tidak mempelajari bahasa Bali. Sebanyak 74% dari responden yang memilih

untuk tidak mempelajari bahasa Bali ini merupakan hubungan yang menunjukkan

rendahnya kemungkinan tingkat perubahan bahasa pada rentang umur tertentu.

IV.1.2. Denpasar Barat

Denpasar Barat berbatasan dengan kecamatan Kuta Utara, kabupaten Badung.

Kondisi ini menunjukkan adanya penduduk pendatang dan pengaruh dari budaya dan

bahasa penutur daerah lain ataupun bahasa Bali dari wilayah Kuta. Melalui data serupa

yang didapatkan pada Denpasar Barat, dimana desa Padangsambian Kaja yang

berbatasan dengan Kuta memiliki jumlah pendatang yang tinggi, dapat merujuk pada

asumsi dimana pendatang tetap memilih daerah perbatasan untuk mempermudah akses

dari pusat kota dan daerah-daerah yang berpotensi memiliki lapangan pekerjaan yang

terjamin. Pengaruh ini menandakan adanya hubungan antara daerah pemukiman yang

luas dan potensi lapangan pekerjaan bagi persebaran etnis dan bahasanya. Secara

lengkap, data penduduk pendatang pada Denpasar Barat tercatat sebagai berikut.

Page 13: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

13

TOTAL

L P L+P L P L+P

1 Kelurahan Dauh Puri 5239 5013 10252 9 6 15 10267

2 Desa Dauh Puri Kangin 1918 1907 3825 4 3 7 3832

3 Desa Dauh Puri Klod 7590 6881 14471 5 2 7 14478

4 Desa Dauh Puri Kauh 8896 8214 17110 5 7 12 17122

5 Kelurahan Pemecutan 9593 9395 18988 5 8 13 19001

6 Desa Pemecutan Klod 18143 17044 35187 5 12 17 35204

7 Kelurahan Padangsambian 11191 10999 22190 0 0 0 22190

8 Desa Padangsambian Kaja 6367 6377 12744 5 15 20 12764

9 Desa Padangsambian Klod 10621 10538 21159 3 9 12 21171

10 Desa Tegal Kerta 7821 7594 15415 2 1 3 15418

11 Desa Tegal Harum 5374 5054 10428 2 3 5 10433

Jumlah 92753 89016 181769 45 66 111 181880

No. Desa/KelurahanPenduduk Awal Penduduk Pendatang

Tabel 5. Jumlah Penduduk Denpasar Barat

Merujuk pada perolehan data di desa Padangsambian Kaja, tingkat pertemuan

etnis tertinggi terdapat pada wilayah kompleks Swamandala dan lingkungan seputaran

jalan Kebo Iwa. Pada lingkungan tersebut, walaupun mayoritas etnis terbesar sebesar

76% tetap etnis Jawa, namun terdapat pemerataan 5% masing-masing etnis Sunda dan

Sasak, serta 10% etnis lainnya. Pemerataan ini menunjukkan tingginya keberterimaan

etnis pendatang di masyarakat lingkungan ini.

Berdasarkan kondisi lingkungan dan potensi lapangan pekerjaan pada

lingkungan Padangsambian Kaja, terdapat 22% tingkat usia responden antara 19-20

tahun dan antara 25-26 tahun. Angka ini mendukung tingginya angka lapangan

pekerjaan swasta, yang bertumpu pada pariwisata. Sebanyak 68% pekerjaan swasta

yang digeluti oleh responden juga menjelaskan tingginya mayoritas pemilihan bahasa;

60% lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari

mereka. Hasil ini menjelaskan tingginya pemertahanan bahasa Indonesia, dimana 84%

memilih tidak mempelajari bahasa Bali walaupun bahasa ini adalah bahasa mayoritas.

Selain itu, hasil ini juga merupakan angka tertinggi dari rendahnya pengaruh terhadap

bahasa mayoritas apabila dibandingkan dengan kecamatan lain. Maka dari itu,

lapangan pekerjaan dapat berdampak besar pada pergeseran bahasa, dimana bahasa

Page 14: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

14

mayoritas daerah tertentu pun dapat dikesampingkan selama bahasa lain dapat

membantu komunikasi pada situasi kerja.

IV.1.3. Denpasar Selatan

Menurut lokasi, Denpasar Selatan juga berbatasan dengan kecamatan Kuta

Utara, kabupaten Badung. Namun wilayah Denpasar Selatan merupakan kecamatan

terluas di Denpasar yang mencakup pulau Serangan dan beberapa lokasi-lokasi

penting yang mencakup wilayah perkantoran pemerintahan kota, wilayah pemukiman

yang berperan besar terhadap penduduk pendatang, dan besarnya potensi lapangan

pekerjaan pada desa-desa seperti Renon, Sanur, atau Panjer. Berdasarkan pengamatan

awal mengenai hubungan daerah pemukiman dengan potensi lapangan pekerjaan,

tingginya penduduk pendatang ditunjukkan pada desa Sesetan yang memiliki akses

termudah sebagai jalan utama yang menghubungkan semua desa-desa lainnya. Asumsi

ini mengacu pada data penduduk pendatang Denpasar Selatan dibawah ini.

TOTAL

L P L+P L P L+P

1 Kelurahan Sanur 4774 4347 9121 2 5 8 9129

2 Kelurahan Renon 5389 5595 10984 9 9 18 11002

3 Kelurahan Panjer 10163 9701 19864 12 10 22 19886

4 Kelurahan Sesetan 14397 14060 28457 21 25 46 28503

5 Kelurahan Pedungan 11300 11388 22688 8 11 19 22707

6 Kelurahan Serangan 1937 1886 3823 0 1 1 3824

7 Desa Sanur Kaja 4120 3773 7893 0 0 0 7893

8 Desa Sanur Kauh 3969 3487 7456 0 0 0 7456

9 Desa Sidakarya 3467 7350 7112 14 16 30 7142

10 Desa Pemogan 11057 10952 22009 25 19 44 22053

Jumlah 70573 72539 139407 91 96 188 139595

Penduduk Awal Penduduk PendatangNo. Desa/Kelurahan

Tabel 6. Jumlah Penduduk Denpasar Selatan

Data tingginya pendatang pada desa Sesetan yang semakin diperuncing untuk

pemerolehan keragaman etnis terdapat pada tiga titik, yaitu lingkungan Pegok,

perumahan jalan raya Sesetan, Gumuk Sari. Berbeda dengan kecamatan lain di

Denpasar, etnis yang tersebar disini adalah 50% etnis Jawa dan sejumlah 47% etnis-

Page 15: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

15

etnis lain selain daripada etnis Sunda atau Sasak. Jumlah ini menunjukkan tingginya

keragaman, dimana dampak langsung terhadap bahasa Bali tidak langsung

dimunculkan oleh mayoritas penutur pendatang, yang dalam hal ini adalah etnis Jawa.

Pemetaan etnis yang cukup seimbang tersebut berdampak pada toleransi

bahasa yang tinggi di lokasi tersebut. Walaupun 40% responden berumur 31 tahun

keatas dan 64% bekerja pada lapangan pekerjaan swasta, hanya 20% dari total

responden yang memilih tidak mempelajari bahasa Bali. Proses pemerolehan bahasa

yang sebanyak 87% dilalui pada percakapan sehari-hari tidak akan langsung

menandakan pilihan bahasa mereka, karena pada kenyataannya 80% responden masih

menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari. Maka dari itu, toleransi

bahasa dalam ruang lingkup konteks ini mengacu pada pengetahuan pasif terhadap

bahasa tersebut.

IV.1.4. Denpasar Utara

Secara geografis, Denpasar Utara berbatasan dengan kecamatan Abiansemal,

kabupaten Badung. Dalam hal ini, pengamatan terhadap data di lapangan kembali

diperjelas dengan tingginya jumlah pendatang pada desa Ubung Kaja. Ubung Kaja

yang dalam hal ini adalah perbatasan antara Denpasar dengan daerah-daerah Bali

Barat seperti Tabanan dan Buleleng. Lebih lanjutnya desa Ubung memiliki terminal

yang secara langsung dapat menghubungkan perjalanan antar daerah ini. Didukung

dengan luasnya desa yang masih memungkinkan daerah pemukiman, desa ini

merupakan contoh lain dimana tingginya penduduk pendatang dari berbagai etnis di

daerah perbatasan dapat dijelaskan dengan hubungan antara kemungkinan pemukiman

dengan potensi lapangan pekerjaan. Secara detail, jumlah penduduk di Denpasar Utara

ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Page 16: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

16

TOTAL

L P L+P L P L+P

1 Desa Pemecutan Kaja 11129 11270 22399 3 6 9 22408

2 Desa Dauh Puri Kaja 9956 9421 19377 4 5 9 19386

3 Desa Ubung Kaja 7391 7162 14553 10 12 22 14575

4 Kelurahan Ubung 4928 2898 7826 3 6 9 7835

5 Kelurahan Peguyangan 6280 5881 12161 6 9 15 12176

6 Desa Peguyangan Kaja 2867 2786 5653 6 2 8 5661

7 Desa Peguyangan Kangin 7961 7860 15821 0 0 0 15821

8 Kelurahan Tonja 7751 7401 15152 4 12 16 15168

9 Desa Dangin Puri Kauh 3612 3479 7091 3 4 7 7098

10 Desa Dangin Puri Kaja 5757 4816 10573 0 0 0 10573

11 Desa Dangin Puri Kangin 3960 3818 7778 10 1 11 7789

Jumlah 71592 66792 138384 49 57 106 138490

Penduduk Awal Penduduk PendatangNo. Desa/Kelurahan

Tabel 7. Jumlah Penduduk Denpasar Utara

Pada desa Ubung Kaja, tingkat pertemuan etnis tertinggi merujuk pada daerah

sekitar jalan Kelapa Muda, dusun Pemangkalan. Pada lingkungan ini, data yang

didapatkan adalah tingginya mayoritas etnis Jawa sebagai pendatang, yang mana

menyiratkan pengaruh yang bertolak belakang dengan pemetaan pada desa Sesetan.

Sebanyak 90% etnis Jawa sebagai pendatang pada Ubung Kaja ini tentunya akan

membawa dampak langsung terhadap pergeseran bahasa Bali kedepannya.

Tingginya mayoritas etnis Jawa sebagai pendatang ini membawa dampak

langsung terhadap bahasa yang digunakan dalam tuturan sehari-hari, dimana 42%

responden; yang merupakan jumlah tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya;

menggunakan bahasa daerah asalnya masing-masing. Pada konteks ini pula, tidak

ditemukan penggunaan bahasa Bali sama sekali; dimana pada kecamatan lain,

sedikitnya 4% akan sesekali menggunakan bahasa Bali sebagai pengaruh dari interaksi

terhadap mayoritas penutur bahasa Bali. Jumlah pelajar SMP/SMA dan mahasiswa

sebanyak 22% dan 6% dari keseluruhan responden; yang juga merupakan angka

tertinggi dibandingkan kecamatan lain; berdampak pada keharusan pembelajaran

bahasa Bali, dimana 55% melalui proses pembelajaran bahasa Bali ini di bangku

sekolah.

Page 17: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

17

IV. 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pergeseran Bahasa Bali

Pemetaan data yang dilakukan dapat digunakan sebagai tolak ukur pergeseran

bahasa Bali menurut kondisi keragaman bahasa yang dimiliki pendatang, dengan

menggunakan hasil analisa dari sikap, pemilihan, pemertahanan, dan penggunaan

bahasa. Menurut data yang didapatkan pada setiap kecamatan tersebut, setelah

digabungkan, jumlah penduduk pendatang tertinggi adalah pada desa Kesiman

Kertalangu, Padangsambian Kaja, Sesetan, dan Ubung Kaja. Jumlah pendatang

masing-masing desa terlihat sebagai berikut.

KesimanKertalangu

PadangsambianKaja

Sesetan

Ubung Kaja

Bagan 1. Jumlah Pendatang di tiap Camat di Denpasar dan Peta Wilayah

Hubungan yang dapat dilihat dari peta wilayah dan angka tersebut, adalah

selain dipengaruhi oleh luasnya wilayah, tingginya keragaman etnis ditentukan oleh

posisi wilayah tersebut, yang dalam hal ini Denpasar Timur dan Selatan terletak di

wilayah pinggiran Bali. Data yang ditemukan pada respon dari setiap desa

menunjukkan bahwa walaupun data etnis pendatang mayoritas adalah etnis Jawa,

namun lebih dari 80% responden dapat mengatakan langsung bahwa bahasa Indonesia

adalah bahasa yang mereka kuasai; tidak serta merta mengatakan menguasai bahasa

Jawa sebagai identitas etnisnya. Dalam pengaruh terhadap pemertahanan dan

pergeseran bahasa, sekitar 22%-51% menyebutkan berniat menguasai bahasa Bali.

Hubungan yang dapat dilihat dari hasil tersebut adalah besarnya pengaruh etnis

mayoritas global terhadap sikap bahasa yang lebih berdampak walaupun dalam ruang

lingkup kelompok-kelompok masyarakat yang didominasi oleh etnis lain. Di lain hal,

Page 18: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

18

pergeseran bahasa terjadi pada hasil yang sama, dimana potensi lapangan kerja dapat

lebih berdampak pada pemilihan bahasa; sebagai contoh, pada Padangsambian Kaja,

48% dari responden mengatakan ingin menguasai bahasa asing (bahasa Inggris) yang

akan membantu dalam perolehan lapangan kerja di bidang pariwisata.

Seiring dengan sikap bahasa yang menunjukkan besarnya pengaruh bahasa

Bali sebagai bahasa mayoritas, hasil dari responden menunjukkan bahwa posisi bahasa

Indonesia tetap dipandang sebagai bahasa yang paling bermanfaat untuk digunakan.

Hal ini terbukti dari menguatnya angka hasil responden, bergantung dari ruang

lingkup masyarakatnya; seperti dalam konteks daerah asal, hasil yang didapatkan

adalah berkisar 50% pada setiap desa, lalu meningkat menjadi 65% di Denpasar, 80%

di Bali, dan akhirnya diatas 90% pada daerah manapun di Indonesia. Hasil ini

didukung oleh tingginya penggunaan bahasa Indonesia yang didapatkan pada ranah

tertentu; seperti ranah komunikasi keluarga (40%-50%) dan saat berdoa (64%-68%),

dimana kedua ranah tersebut memiliki pengaruh kuat yang seharusnya dapat

mencerminkan pemilihan bahasa sebagai karakter etnis dari penutur tersebut.

Tanggapan lebih lanjut terhadap penggunaan bahasa yang dilihat dari sikap

bahasa penutur pendatang adalah hasil responden dimana terdapat 18%-34% bahasa

Indonesia yang masih terlihat digunakan oleh orang Bali, dan meningkat menjadi

50%-76% pemakaian bahasa Indonesia apabila dilihat dari bahasa yang digunakan di

Denpasar. Besarnya tingkat kegunaan bahasa Indonesia di Denpasar; dimana lebih dari

80% sangat menyetujui hal tersebut, memiliki dampak terhadap pergeseran bahasa

Bali sebagai bahasa mayoritas di Denpasar, yang terlihat dari kisaran 50% yang

beranggapan bahasa Bali cukup berguna untuk digunakan.

Melalui hasil yang didapatkan terhadap sikap dan pemilihan bahasa secara

lebih spesifik, bahasa yang digunakan saat terjadi komunikasi antar etnis antara

masyarakat pendatang dan masyarakat Bali secara mayoritas adalah bahasa Bali (8%-

36%) atau bahasa Indonesia (54%-94%). Terlepas dari pengaruh konteks penggunaan;

dimana Denpasar Selatan (Padangsambian Kaja) selalu memiliki angka yang tinggi

untuk penggunaan bahasa Indonesia, sebagai dampak dari kondisi dan potensi

pariwisata; perbandingan hasil ini kembali meningkat seiring luasnya ruang lingkup

Page 19: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

19

interaksi bahasa tersebut, yaitu angka terbesar pemilihan penggunaan bahasa Bali

terjadi di Denpasar. Dalam konteks yang berbeda, angka yang didapatkan dari

pemilihan bahasa oleh etnis pendatang ini adalah 22%-56% untuk bahasa Jawa

(karena dalam hal ini, etnis Jawa adalah mayoritas pendatang) dan 10%-74% untuk

bahasa Indonesia. Perbedaan hasil dari pemilihan bahasa ini dapat mencerminkan

potenis besar kearah pergeseran bahasa, dimana bahasa Jawa terlihat lebih dapat

berimbang dengan bahasa Indonesia apabila dibandingkan dengan keadaan bahasa

Bali terhadap bahasa Indonesia.

Pemertahanan bahasa Bali dapat tercermin dari beberapa konteks, salah

satunya seperti pada lapangan pekerjaan yang tidak sampai setengah (hanya 32%-

44%) mengatakan perlu fasih dalam berbahasa Bali. Walaupun jumlah ini meningkat

sampai 56% apabila dilihat dari perlunya kemampuan berbahasa Bali secara umum,

namun hanya berkisar 20% yang beranggapan benar-benar perlu. Sudut pandang lain

yang mendukung faktor pemertahanan bahasa Bali terlihat dari pengetahuan

masyarakat pendatang terhadap bahasa ini. Hasil yang bervariasi ditemukan dari

pengetahuan terhadap intonasi dan logat dalam bahasa Bali, yang mana hanya 12%

benar-benar mengetahui perbedaannya. Respon ini juga sejalan dengan pengetahuan

mereka terhadap tingkat kesopanan dan kemampuan mempertahankan alur

percakapan, dimana sampai 60% mengatakan tidak mengetahui perbedaan kesopanan

tersebut dan tidak tahu cara menjaga alur percakapan (flow of communication) dalam

bahasa Bali. Seiring dengan hasil ini, sikap terhadap bahasa Bali masih tergolong baik

karena sampai dengan 64% setuju bahwa mereka ingin mempelajari ketiga hal

tersebut. Selain itu, sampai dengan 76% mengupayakan akan menjadikan bahasa Bali

sebagai bahasa kedua untuk digunakan di Denpasar.

Beberapa hal mendasar lainnya mengenai pengetahuan terhadap bahasa Bali,

meliputi istilah, kosa kata, tata bahasa, pelafalan, dan tingkat tutur dapat dilihat secara

lebih rinci, dimana pengetahuan terhadap istilah masih cenderung tinggi sampai

dengan 60% dari responden, dan hasil yang cukup tinggi pada pengetahuan tingkat

tutur sampai dengan 52%. Di lain sisi, hasil yang didapatkan saat menanyakan contoh

yang lebih nyata pada kosa kata, tata bahasa, dan pelafalan, sampai dengan 82%

Page 20: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

20

responden mengatakan tidak mengetahui perbedaan dalam penggunaannya. Maka dari

itu, pengetahuan terhadap bahasa Bali dapat digambarkan sebagai konsep yang masih

umum dan abstrak dalam benak penutur bahasa lainnya di ruang lingkup masyarakat

multibahasa.

Dalam segi keragaman bahasa, lebih dari 50% mengetahui bahwa bahasa Bali

memang memiliki keragaman dalam bentuk. Namun apabila dilihat lebih mendalam

dalam perbandingannya terhadap bahasa Bali secara umum, perbandingan terhadap

bahasa Bali yang sekiranya dapat mereka gunakan, serta perbandingan bahasa Bali

yang digunakan di Denpasar dengan bahasa Bali pada umumnya, sampai dengan 68%

mengatakan tidak tahu apakah terdapat kesamaan atau tidak. Sebanyak 50%

mengatakan bahwa bahasa Bali yang digunakan di Denpasar adalah sama baiknya

dengan bahasa Bali yang digunakan oleh penutur dari daerah lain di Bali. Hasil ini

juga didukung dengan minimnya kesadaran mengenai bahasa Bali sebagai bahasa

mayoritas di Denpasar, dimana sampai 76% tidak mengetahui posisi mayoritas

tersebut apabila dibandingkan dengan bahasa daerah lain di Denpasar maupun apabila

dibandingkan dengan bahasa Bali yang digunakan di daerah lain.

Secara umum, berdasarkan hasil-hasil diatas, sikap terhadap bahasa Bali di

Denpasar masih dapat digolongkan baik. Namun pergeseran bahasa Bali ini sendiri

sudah dapat terlihat melalui pemilihan bahasa yang cenderung mengarah ke bahasa

etnis Jawa atau bahasa Indonesia, pemertahanan bahasa Bali yang kurang baik dengan

adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan penggunaan bahasa Indonesia

yang dapat berterima dalam sebagian besar konteks interaksi bahasa. Ketiga hal ini

adalah faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi pergeseran bahasa Bali di

Denpasar secara perlahan dan menyeluruh.

V. Kesimpulan dan Saran

Pemetaan keragaman bahasa merupakan metode pendekatan yang sangat

berguna dalam perolehan data pergeseran bahasa, melihat dari kecenderungan hasil

yang subyektif apabila penelitian bahasa dilakukan terhadap penutur bahasa itu

Page 21: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

21

sendiri. Selain dampak yang ditimbulkan dari hubungan keragaman dan kondisi

pemertahanan bahasa, aspek-aspek sosial budaya dapat membawa pengaruh yang kuat

terhadap sikap bahasa yang diawali dengan pemilihan bahasa, yang selanjutnya

mengarah pada proses pergeseran bahasa. Di Denpasar, hasil yang didapatkan dari

pemetaan ini adalah hubungan bahasa Bali, Jawa, dan Indonesia yang mendorong

pergeseran bahasa kearah bahasa mayoritas. Keberadaan bahasa mayoritas ini harus

dapat dilihat dari konteks tingginya penggunaan bahasa tersebut dan kecenderungan

sikap bahasa yang didasari dari kepentingan setiap individu penutur bahasa tersebut.

Penelitian lebih lanjut hendaknya dapat mengoptimalkan pemetaan keragaman

bahasa ini untuk menggunakan pergeseran bahasa sebagai tolak ukur untuk

mengungkap proses kehilangan bahasa (language loss) yang terjadi secara perlahan

pada penutur bahasa Bali.

Daftar Pustaka

Abtahian, Maya R, et al.2016. Methods for Modeling Social Factors in Language

Shift. University of Pennsylvania: Penn Libraries.

http://repository.upenn.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1922&context=pwpl

Bramono, Nurdin & Mifta Rahman. 2012. Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa.

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116515&val=5319

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta

Chon, Abigail C & Maya Ravindranath. 2014. Local Languages in Indonesia:

Language Maintenance or Language Shift? Masyarakat Linguistik Indonesia:

Volume 32, No.2. http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/2.pdf

Cole, Michael and Sylvia Scribner. 1974. Culture and Thought. New York: John

Wiley and Sons, Inc

Page 22: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

22

Croft, William. 2003. Social Evolution and Language Change. University of

Manchester. https://www.unm.edu/~wcroft/Papers/SocLing.pdf

Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell

Fishman, J. A. (ed). 1968. Readings in the Sociology of Language. The Hague;

Mouton

Givon, Talmy. 2002. Bio-Linguistics. Linguistics: an Interdisciplinary Journal of the

Language Sciences. docenti2.unior.it/doc_db/doc_obj_18094_01-02-

2011_4d47fd1057de9.doc

Grosjean, F. 1982. Life with Two Languages: An Introduction to Bilingualism. England:

Harvard University Press.

Grosjean, Francois & Ping Li. 2013. The Psycholinguistics of Bilingualism. Oxford: Willey-

Blackwell

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. London: Longman

Jendra, I Wayan. 2007. Sosiolinguistik: Teori dan Penerapannya. Surabaya: Penerbit

Paramita

Kangas, Tove Skutnabb. 2004. On Biolinguistics Diversity - Linking Language,

Culture, and (Tradtional) Ecological Knowledge. Interdisciplinary seminar At

the Limits of Language. www.helsinki.fi/hyy/skv/v/Sk-

Kangas_Madrid_March_2004_paper.doc

Khadidja, Ait Habbouche. 2013. Language Maintenance and Language Shift among

Kabyle Speakers in Arabic Speaking Communities. Algeria: University of

Oran. theses.univ-oran1.dz/document/TH3963.pdf

Kovecses, Zoltan.2006. Language, Mind, and Culture. Oxford: Oxford University

Press

Malini, Ni Luh Nyoman Seri. 2011. Dinamika Bahasa Bali di Daerah Transmigran di

Provinsi Lampung. Disertasi. Universitas Udayana. Denpasar

Page 23: Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/18479/1/0a00e09db0e79e981261c...bahasa antara pemilihan bahasa Bali dengan bahasa Indonesia atau

23

Manzini, Rita and Leonardo Savoia. 2007. (Bio)linguistics Diversity. Biolinguistics:

Language Evolution and Variation. Università degli Studi di Firenze.

http://www.biolinguistics.uqam.ca/venice2007/Manzini_Savoia.pdf

Masruddin. 2013. Influenced Factors towards the Language Shift Phenomenon of

Wotunese. Kajian Linguistik dan Sastra: Vol 25, NO.2.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7438/5%20-

%20Masruddin.pdf?sequence=1

Mueller, Franz. 2009. Language Shift on Java. The Linguistic Association of Canada

and the United States: Lacus Forum 34.

www.lacus.org/volumes/34/215_mueller_f.pdf

Scollon, Ron and Suzanne Wong Scollon. 2001. Intercultural Communication.

Oxford: Blackwell Publisher

Suastra, I Made dkk. 2016. Sikap Bahasa Penutur Sasak dan Sumbawa di Bali.

Penelitian Grup Riset Hibah PNBP Universitas Udayana

Tika, I Ketut dkk. 2015. Bahasa dan Kategori Sosial pada Masyarakat Bali, Sasak,

dan Sumbawa: Sebuah Kajian Sosiolinguistik pada Rumpun Bahasa Bagian

Timur Melayu-Polinesia Barat. Penelitian Grup Riset Hibah PNBP Universitas

Udayana

Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil

Blackwell

Wertheim, Suzanne. 2003. Linguistic Purism, Language Shift, and Contact-induced

Change in Tatar. Berkeley: University of California.

http://escholarship.org/uc/item/3x61t12t#page-1

Winford, Donald. 2003. An Introduction to Contact Linguistics. Oxford: Blackwell

Publishing