Top Banner
BAB I – PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media-media semakin berkembang, baik media elektronik ataupun media cetak. Hal ini disebabkan masyarakat membutuhkan berbagai informasi yang sedang beredar (up to date). Lebih dari itu, sekarang ini media menjadi saran bagi masyarakat untuk menyampaikan setiap aspirasi-aspirasi mereka, tentunya setelah diberlakukannya kebebasan Pers yaitu dimana seluruh warga Indonesia memiliki hak demokrasi tetapi pemerintah masih ikut andil untuk mengawasi berita apa saja yang akan disebarkan oleh media. Mengingat hal tersebut, adapun sifat dari berbagai media yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya untuk menjual suatu berita atau peristiwa kepada khalayak karena media adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Oleh karena itu penyajiannya harusnya mengikuti kebutuhan masyarakat baik untuk sarana pengetahuan ataupun sarana hiburan dari berbagai segmentasi. Mediapun memiliki kekuasaan atau pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Sebagai contohnya yaitu para artis- artis, mereka selalu dipublikasikan oleh berbagai 1
75

Qualitatif

Jun 18, 2015

Download

Documents

yoeantoro
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Qualitatif

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini media-media semakin berkembang, baik media

elektronik ataupun media cetak. Hal ini disebabkan masyarakat

membutuhkan berbagai informasi yang sedang beredar (up to date).

Lebih dari itu, sekarang ini media menjadi saran bagi masyarakat

untuk menyampaikan setiap aspirasi-aspirasi mereka, tentunya

setelah diberlakukannya kebebasan Pers yaitu dimana seluruh warga

Indonesia memiliki hak demokrasi tetapi pemerintah masih ikut andil

untuk mengawasi berita apa saja yang akan disebarkan oleh media.

Mengingat hal tersebut, adapun sifat dari berbagai media yang

tidak bisa dipungkiri keberadaannya untuk menjual suatu berita atau

peristiwa kepada khalayak karena media adalah bisnis yang sangat

menguntungkan. Oleh karena itu penyajiannya harusnya mengikuti

kebutuhan masyarakat baik untuk sarana pengetahuan ataupun

sarana hiburan dari berbagai segmentasi. Mediapun memiliki

kekuasaan atau pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat.

Sebagai contohnya yaitu para artis-artis, mereka selalu dipublikasikan

oleh berbagai media entah berita tersebut mengangkat sisi positif atau

negatif yang pada akhirnya memiliki dampak dan berbagai opini dari

masyarakat.

Agar menarik minat para pembaca media selalu menyajikan

sesuatu yang berbeda dan menarik dari segi isi - konten dan kualitas.

Khususnya media cetak, salah satunya majalah yang banyak beredar

dan digemari. Hal ini deisebabkan karena majalah memiliki warna

tersendiri yang sangat identik, dimana penggunaan bahasa dan

bahasannya tidak terlalu berat dan selalu disesuaikan terhadap target

audience. Maka media memliki target kemana berita tersebut akan

1

Page 2: Qualitatif

disampaikan. Target media adalah dari segala umur, lapisan, usia

baik anak kecil, remaja, dewasa muda, dewasa, hingga orangtua.

Hal ini yang mendasari mengapa media selalu laku dijual.

Namun apakah semua media memenuhi sarat informasi bagi setiap

targetnya apalagi bagi anak-anak yang baru bertumbuh secara

perkembangan mental dan fisik.

Tim penulis ingin mengfokuskan Research ini pada majalah

anak-anak (8-12 tahun) yaitu Majalah XY Kids, dimana Majalah ini

telah banyak menarik minat bukan hanya anak-anak namun juga

remaja yang diluar segmentasi pun iktu membacanya dan terus

mengikuti setiap edisinya. Isi dari majalah XY Kids mengulas tentang

tokoh-tokoh kartun – animasi, trend yang terjadi di Indonesia,

teknologi, olah raga, sinema – film, musik, artis –artis muda baik

dalam dan luar negri serta games.

2

Page 3: Qualitatif

1.2 Rumusan Masalah

Sebelum majalah XY Kids beredar dipasaran, majalah BOBO

pun telah menjadi salah satu ikon majalah yang cukup dikenal

masyarakat untuk anak-anak. Majalah Bobo menjangkau untuk anak-

anak yang usia 6 – 12 tahun, mungkin atas kebijakan itulah para tim

redaksi majalah tersebut mulai memikirkan sajian yang baru untuk

anak-anak yang berusia setara agar tidak tertinggal oleh

perkembangan jaman.

Berdasrkan hal tersebut, tim penulis ingin mengetahui

bagaimana redaksi beserta timnya merangkai suatu berita dalam hal

ini membingkai (framing) agar sesuai dengan pasar segmentasi

mereka yaitu anak – anak , berikut dasar - dasar penulisannya?

3

Page 4: Qualitatif

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana cara editor menyusun fakta-fakta

dunia anak ke dalam rubriknya.

Untuk mengetahui bagaimana cara editor menggambarkan dan

menggulas suatu fakta dalam dunia anak ke dalam rubriknya.

Untuk mengetahui bagaimana editor membahasakan suatu

fakta dalam dunia anak kedalam rubriknya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu

paradigma baru bagi pengembangan ilmu komunikasi

khususnya dalam bidang jurnalistik yang dalam hal ini ialah

dunia anak, melalui analisis framing isi dan tata bahasa

majalah anak serta pantas atau tidaknya untuk konsumsi anak-

anak.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi media massa khususnya majalah anak-anak

saat menggulas sebuah fakta ataupun cerita untuk dijadikan

sebuah wacana yang layak untuk dikonsumsi anak-anak. Lebih

dari itu penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pembaca

terlebih orang tua sebagai pembimbing anak, untuk turut serta

memberi pengarahan dalam hal kritis wacana.

4

Page 5: Qualitatif

1.5 Batasan

Penilitian ini hanya sebatas pada majalah XY Kids saja. Berikut

isi dari majalah tersebut serta hal-hal yang terkait mengenai dunia

anak dalam hal majalah anak. Pengulasan mengenai framing dibatasi

oleh wacana terlebih tata bahasa yang digunakan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I – PENDAHULUAN

Bab ini mengulas tentang latar belakang dan apa yang menjadi landasan

dasar tim penulis mengambil judul Analisis Framing Terhadap Majalah XY

Kids

BAB II – KERANGKA TEORITIS

Bab ini mengulas berbagai teori yang akan digunakan untuk menganalisis

hasil lapangan dan membatasi hanya kepada orientasi tim penulis, yaitu

menganai framing, berikut teori – teori lain yang dianggap bersangkutan.

BAB III – METHODOLOGI

Bab ini memuat berbagai cara olah data yang penulis sajikan.

5

Page 6: Qualitatif

BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisa dari hasil lapangan yang dikaitkan dengan teori

– teori yang ada di bab 2.

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisa bab sebelumnya dan saran

yang tim penulis cantumkan sebagaimana tim penulis menutup sebuah

penelitian ilmiah.

6

Page 7: Qualitatif

BAB II – KERANGKA TEORITIS

2.1 Komuniksi Massa

2.1.1 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia

(human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai

digunakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai

satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes

Gutenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan

zaman pubisistik atau awal dari era komunikasi massa. Sebaliknya,

zaman sebelumnya dikenal sebagai zaman prapubisistik.

Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan

istilah komunikasi massa. Lee dalam bukunya Pubisistik Pers

mendefinisikan ilmu publisistik sebagai ilmu kemasyarakatan yang

mempelajari gejala komunikasi massa dalam seginya (Lee, 1965). Di

Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu baru lahir pada

1940-an, ketika para ilmuwan sosial mulai melakukan pendekatan-

pendekatan ilmiah mengenai gejala komunikasi yang mengunakan

media massa ini dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an.

Pada dekade sebelum abat ke-20, alat-alat mekanika yang

menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat

pencetak (Pers printed) yang menghasilkan surat kabar, buku-buku,

majalah, brosur dan materi cetak lain. Gejala ini makin meluas pada

dasawarsa pertama abad ke-20, ketika film dan radio digunakan

secara luas. Kemudian disusul televisi pada dekade berikutnya. Kini

kita sudah memasuki era telekomunikasi dengan digunakanya sistem

satelit ruang angkasa dan jaringan komputer.

7

Page 8: Qualitatif

Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu

dikenal sebagai alat-alat komunikasi massa atau lebih populer

saluran, ketika narasumber (Komunikasi) mampu mencapai jumlah

penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak

dengan kecepatan yang relatif tinggi.

Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut,

maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi

yang megunakan media massa untuk pesan-pesan yang

disampaikan. Hal ini sangat berbeda dengan pengertian komunikasi

yang begitu banyak menyita energi dalam upaya memberikan definisi.

Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass

communication, kependekan dari mass media communication

(Komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan

media massa atau komunikasi yang “massa mediated”.

8

Page 9: Qualitatif

2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah yang terbanyak mendapatkan

penyelidikan daripada pelbagai bidang, jadi model dan teori dalam

komunikasi massa banyak sekali. Lagi pun media massa merangkumi

media cetak dan media elektronik. Bidangnya begitu luas. Komunikasi

massa adalah komunikasi yang paling penting dalam kehidupan kita.

Setiap hari kita membaca kabar, buku, majalah, menonton TV, dan

mendengar radio. Radio, TV, surat kabar dan majalah adalah media

massa yang paling penting dalam mencorakkan kehidupan manusia.

Baik orang dewasa maupun kanak-kanak.

2.2 Media Massa

2.2.1 Definisi Media Massa

Istilah Mass communication atau communications diartikan

sebagai salurannya, yaitu massa media (Media Massa) kependekan

dari media of communication (Susanto,1974).

Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih

dari sekedar “orang banyak”. Seperti orang-orang yang sedang

mengerumuni penjual obat atau yang sedang bersama-sama

berhenti menanti dibukanya pintu lintasan kereta api. Massa di sini

bukan sekadar orang banyak di suatu lokasi yang sama. Massa kita

artikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-

alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari

saluran”. (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang

banyak, tetapi mereka tidak hanya berada di suatu lokasi tertentu

yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar diberbagai gereja

diberbagai lokasi yang dalam waktu yang sama atau hampir

bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.

9

Page 10: Qualitatif

Massa juga dapat kita lihat sebagai “meliputi semua lapisan

masyarakat” atau “khalayak ramai” dalam berbagai tingkat umur,

pendidikan, keyakinan, status sosial. Tentu saja yang terjangkau

oleh saluran media massa. Pengertian itu perlu dikemukakan, sebab

istilah massa pernah dipakai hanya untuk menunjuk suatu lapisan

bawah atau rendah, yang jumlahnya paling banyak dalam suatu

sistem sosial, yang primitif, lebih banyak dikuasai oleh naluri

daripada oleh akal sehat, dan cenderung suka membuat kerusuhan

apabila ada kesempatan. Dalam hubungan ini Gustave Le Bon

dalam Psychologie Der Massen mengatakan. “Barang siapa pandai

mengelabuhi massa, ia akan menguasainya, tetapi barang siapa

yang mencoba-coba mendidik massa, ia akan menjadi korban yang

pertama” (Scramn, 1971).

2.2.2 Fungsi Media Massa

Pool (1973) mendefinisikankomunikasi massa sebagai.

“Komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika

anatara sumber dan penerimaan tidak terjadi kontak secara

langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada peneriman

melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah,

radio, film atau televisi.”

Komunikasi massa adalah yang terbanyak mendapatkan

penyelidikan daripada pelbagai bidang, jadi model dan teori dalam

komunikasi massa banyak sekali. Lagi pun media massa

merangkumi media cetak dan media elektronik. Bidangnya begitu

luas. Komunikasi massa adalah komunikasi yang paling penting

dalam kehidupan kita. Setiap hari kita membaca surat kabar, buku,

majalah, menonton TV, dan mendengar radio. Radio, TV, serta

majalah yang dimana merupakan media massa yang cukup

10

Page 11: Qualitatif

mengambil peran dalam mencorakkan hidup manusia sama ada

orang dewasa maupun kanak-kanak.

2.3 Media Massa Cetak

2.3.1 Majalah

Majalah (Magazine adalah publikasi atau terbitan berkala yang

memuat pelbagai artikel berita-olahan (depth reporting), berita

investigative, cerita, dongeng, mitos, dan legenda. Majalah dicetak

dalam lembaran kertas berukuran kuarto, folio, atau bahkan lebih

kecil, dan dengan ciri-ciri utama dijilid seperti buku. Berdasarkan visi

dan segmentasi pembacanya, secara umum bentuk majalah terbagi

atas majalah foto, majalah anak-anak, majalah berita, majalah,

ilmiah, dan lain-lain.

Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima

kategori utama, yakni:

(1) general consumer magazine (majalah konsumen umum)

(2) business publication (majalah bisnis)

(3) literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah)

(4) newsletter (majalah khusus terbita berkala)

(5) Public Relations Magazines (Majalah Humas).

11

Page 12: Qualitatif

2.3.1 Sejarah Majalah di Indonesia

Keberadaannya dimulai pada masa menjelang dan awal

kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan

nama Panja raja pimpinan Markoem Djojo Hadisoeparto

Awal Kemerdekaan

Majalah Revue Indoensia yang diterbitkan oleh Soemanang,

SH telah mengemukakan gagasannya perlunya koordinasi penerbitan

surat kabar yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Terbit

semuanya dengan satu tujuan, yaitu menghancurakan sisa-sisa

kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat

terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional utnuk

keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.

Zaman Orde Lama

Penguasa Perang Tertinggi mengeluarkan pedoman resmi

untuk penerbit surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia.

Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi

pendukung, pembela dan alat penyebar. Pada masa ini

perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah

yang terbit.

Zaman Orde baru

Banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya. Hal

ini sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang

makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.

12

Page 13: Qualitatif

2.3.3 Kategori majalah

Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju,

artinya redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi

pembacanya. Kategori majalah pada masa Orde baru; majalah berita,

keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah

popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah.

2.3.4 Fungsi Majalah

Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik.

Kekuatan Majalah:

- Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen

dan terspesialisasi

- Majalah dapat mengangkat produk-produk yang

diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran

terhadap prestige majalah tersebut.

- Usia edar majalah lebih panjang daripada surat kabar.

- Kualitas visual lebih baik daripada surat kabar

- Efektif untuk pesan iklan yang berbau promosi

penjualan.

13

Page 14: Qualitatif

Kelemahan Majalah

- Fleksibilitas kurang, karena ada deadline dalam

pembuatan final artwork iklan.

- Biaya pencetakan tinggi, karena kualitas visualnya

bagus.

- Biasanya tidak ada ready stock, karena distribusi

majalah umumnya lambat dan jaringan distribusi

kurang tepat sasaran.

2.3.5 Karakteristik Majalah

Majalah ialah media yang paling sedrehana organisasinya,

relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal

yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena

majalah memiliki karakteristik tersendiri:

Penyajian lebih dalam

Nilai aktualitas lebih lama

Gambar /foto lebih banyak

Cover /sampul sebagai daya tarik.

14

Page 15: Qualitatif

2.4 Artikel

2.4.1 Definisi Artikel

Artikel, menurut kamus, adalah “kalangan dalam surat kabar”.

atau artikel juga biasa disebut tulisan atas nama pribadi penulisnya

didalam media cetak.

Unsur-unsur Artikel

Artikel, atau artikel jurnalistik adalah tulisan lepas mengenai

pelbagai soal actual yang bersifat opini pribadi penulisnya. Sekalipun

bersifat opini (gagasan murni), biasanya penulis artikel berangkat

dari sejumlah referensi, entah itu kepustakaan atau hasil wawancara.

Artikel jurnalistik, bisa ditulis oleh orang lain (kiriman peniulis luar),

biasa pula oleh si wartawan sendiri. Karena bersifat pribadi, artikel

jurnalistik pun mesti menyertakan nama lengkap penulisnya. Kendati

demikian, berdasarkan dengan karikatur atau kolom (yang tujuannya

“cuma” mengomentari sesuatu peristiwa), artikel jurnalistik harus

mengemukakan pandangan, penilaian, dan solusi penulisan. Oleh

karena itu, artikel jurnalistik yang baik juga mesti menggunakan

referensi. Andai tidak, artikel jurnalistik semacam ini lebih cenderung

disebut esai, yakni tulisan tentang suatu masalah yang ditulis

ringkas, padat, dan berdasarkan pandangan subjektif penulisnya.

Adapun hal-hal yang harus di perhatikan dalam penulisan artikel

(Hennessey, 1975).

Adanya isu (masalah yang sedang hangat), yang membangun

sikap kolektif, sehingga muncul pro-kontra, sampai terjadinya

consensus.

Adanya publik, yakni kelompok atau komunitas yang kita tahu

persis memang tertarik dengan isu tersebut.

15

Page 16: Qualitatif

Adanya pilihan-pilihan kompleks yang dilakukan public. Begitu

isu muncul. Focus public akan terpecah dan mengundang

tanggapan setuju atau tidak. Hal ini tentunya juga tergantung

sikap atau pengalaman anggota public. Makin kompleks suatu

isu, makin kompleks pula pandangan yang muncul. Yang patut

diperhatikan, pembentukan opini amat sangat dipengaruhi jarak,

geografis, wawasan pengetahuan, dan sikap masyarakat.

Adanya alat penyampaian opini. Apa pun opini yang hendak

diangkat, agar terbuka harus disampaikan melalui media massa.

Banyak cara untuk mengangkat opini, tapi yang paling bail dan

sangat efektif-efisien hanyalah dengan ditulis.

Adanya ketertarikan banyak individu. Berapa banyak individu

yang terlibat, agaknya sulit diprediksi.

16

Page 17: Qualitatif

2.4.3 Bagian-bagian Artikel

Artikel juga kerab menemukan dua jenis tulisan lainnya, yang

acap kali juga ats nama pribadi, yang kita kenal sebagai esai dan

features.Oleh para cerdik-pandai, esai dikatakan bentuk tulisan yang

ditulis semata-mata dari sudut pandang penulisnya. Dalam

penegasan lain, esai adalah jenis tulisan berbentuk prosa yang

mempersoalkan sesuatu hal itu menarik minat penulisnya. Itulah

sebabnya, esai dikatakan bersifat amat subjektif, karena di dalamnya

amat jarang ditemukan kutipan teori atau pendapat penulis lain.

Andaipun ada, kutipan teori itu bukanlah sebagai landasan

argumentasi, melainkan lebih sebagai ilustrasi, pemicu persoalan,

atau aksesoris belaka. Denganbegitu, pokok persoalan dalam esai

seolah murni muncul dari penulisnya.

Dalam hal cermat berpikir, esai agaknya mirip dengan

features (diindonesiakan menjadi karangan khas). oleh kebanyakan

pakar tulisan-menulis, features didefinisikan sebagai karangan prosa

berbentuk ringkas-padat yang disajikan secara naratif dan sarat

mengandung unsure human interst (makna kemanusiaan). Namun,

hemat saya, definisikan ini pun tidak mampu menjawab secara

tentas menegnai apa itu feature. Impliksinya, features sulit

dibedakan dari esai, karena esai juga dapat berbentuk karangan

prosa ringas-padat yang disajikan secara naratif.

17

Page 18: Qualitatif

2.5 Kebijakan Redaksi

Kebijakan redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun

tidak tertulis), yang menjadi buku suci redaksi dalam mengelola

news room (mulai dari menentukan isu liputan, angle liputan,

memilih narasumber, penugasan, sampai format tulisan dsb).

Dengan kata lain, kebijakan redaksi (editorial policy) merupakan

kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan.

2.7 Framing

Anaisis Framing merupakan seni atau kreativitas yang

kesimpulannya boleh jadi berbeda, jika dilakukan dengan analisis

berbeda, meskipun kasusnya sama. Sebabnya, analisis seorang

manusia yang aktif, dan bebas menafsirkan lingkungannya, suatu

prinsip yang penting yang dianut oleh paradigma interpretif. Maka

secara teoritis, siapa pun dapat membangun dan mengembangkan

sebuah kerangkan atau model analisi framing. Mengembangkan

sebuah kerangka atau model yang bermanfaatlah yang akan

bertahan lama, yakni yang mampu menjelaskan dan menafsirkan

wawancara yang diteliti, yang pada gilirannya akan menentukan

apakah kerangka atau model tersebut akan laku di pasaran

(akademis) atau tidak.

Analisis framing cocok digunakan untuk meneliti konteks

sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antara berita

dan ideologi, yaitu proses atau mekanisme mengenai bagaimana

berita membangun, mempertahankan, dan mereproduksi,

mengubah, dan meruntuhkan ideologi.

18

Page 19: Qualitatif

Analisi framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai

analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (Peristiwa, aktor,

kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian

tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial

dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa

dipahami dengan bentuknya tertentu. Hasilnya, pemberitaan media

pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu.

Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik,

tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilka.

Misalnya, langkahmemorandum yang diajukan DPR kepada

Presiden Gus Dur bisa saja dimaknai dan dipahami sebagai upaya

DPR melakukan kontrol dan pengawasan kepada pemerintah. Bisa

juga memorandum DPR itu dimaknai oleh media sebagai upaya

menjatuhkan presiden dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak

suka dengan Gus Dur. Bagaimana media memahami dan memaknai

realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditindakan, hal inilah yang

menjadi pusat perhatian dan analisis framing. Praktisnya, ia

digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau

ditekan oleh media. Penonjolan atau penekanan aspek tertentu dari

realitas tersebut haruslah dicermati lebih lanjut. Karena penonjolan

atau penekanan aspek tertentu dan realitas tersebut akan membuat

(hanya) bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah

diingat, dan lebih mengena dalam piliran khalayak. Ia juga diikuti

oleh akibat yang lain, kita kemudian jadi melupakan aspek lain yang

bisa jadi jauh lebih berarti dan berguna dalam mengambarkan

realitas.

19

Page 20: Qualitatif

2.8 Konstrak

Istilah Arti

Analisis

Framing

Analisis bagaimana atau cara seorang editor mengulas suatu

berita ke dalam media cetak asuhannya.

Majalah Salah satu dari jenis media cetak yang mempunyai orientasi

terbit berperiodik (mingguan / dwi mingguan / bulanan) memiliki

segmen khusus, berwarna dan memuat pola-pola interaksi

sosial.

Komunikasi Pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain dengan

media tertentu. Bersifat berkesinambungan dan terus menerus

RubrikWadah artikel-artikel yang memiliki klasifikasi-klasifikasi tertentu,

sesuai dengan artikel yang ada di dalamnya.

RedaksiPengasuh dalam media cetak yang menempati urutan teratas.

ArtikelWacana yang termuat dalam suatu rubrik, berisikan tentang

opini dalam memandang suatu obyek tertentu.

AgendaDaftar Perencanaan untuk beberapa penyelesaian yang sifatnya

berkala dalam suatu lembaga media.

Bahasa TuturBahasa sehari – hari yang dipakai anak- anak jaman sekarang,

bahasa gaul untuk berinteraksi.

TrenSedang naik daun, atau popular, banyak digemari banyak

kalangan

Social GradeRanking penghasilan dari kelas A(sangat berkecukupan) hingga

kelas E (sangat kurang berkecukupan)

20

Page 21: Qualitatif

EditorOrang yang merangakai setiap bahasan yang ada dalam

majalah yang akan mereka susun. Dalam makalah ini redaktir

bersama tim redaksi dianggap sebagai editor, sebab

pengkhususan editor secara personal tidak ada.

KonsulMedia hard ware (perangkat keras) untuk memainkan game.

Contohnya Nintendo, Playstation, XBOX, dan PSP

Side magazine Majalah sampingan yang berhalaman minim (dibawah 10

halaman) biasanya hanya mengulas pada topik tertentu saja.

Side magazine bersifat gratis. Side magazine merupakan awal

dari suatu majalah.

21

Page 22: Qualitatif

BAB III – METHODOLOGI

Penelitian yang digunakan tim penulis dalam penelitian ini adalah bersifat

kualitatif, di mana dalam pengambilan data, penulis menggunakan Framing

analisis.

3.1 Paradigma Riset

Kualitatif

Kualitatif research menurut Catherine marshal dalam

sarwono (2006: 193), diartikan sebagai berikut, “Kualitatif

research dipengertiankan sebagai suatu proses yang mencoba

untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai

kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia”.

Sugiyono (2005:1). Mempengertiankan pengertian kualitatif

sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

( sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana penelitian

adalah instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data

dilakukan secara gabungan ( triangulasi), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menerangkan makna dari pada generalisasi”.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif

partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih

dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap

22

Page 23: Qualitatif

kenyataan sosial yang jadi focus penelitian, dan kemudian

ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang

kenyataan – kenyataan tersebut.

Jenis: Framing

Analisis Framing digunakan tim penulis dengan cara

seorang editor mengulas suatu berita ke dalam media cetak

asuhannya. Anaisis Framing merupakan seni atau kreativitas

yang kesimpulannya boleh jadi berbeda, jika dilakukan dengan

analisis berbeda, meskipun kasusnya sama.

3.2 Narasumber:

-Purposive Sampling:

Kelompok kami memakai tekhnik purposive sampling

dikarenakan Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin

pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam

bidang kepegawaian saja.

Oleh karena itu karena kami mengangkat topik tentang majalah

XY kids yang berhubungan dengan masyarakat social pada umumnya

dan ini berhubungan hanya dengan orang tertentu yaitu para

konsumen XY kids dan juga orang – orang yang berhubungan dengan

majalah XY kids, mulai dari editor majalah dan juga para pegawai

laiinya yang berpartisipasi di dalam struktur majalah itu.

Kami akan mulai mengambil data berawal dari mewawancarai

editor inti dari majalah XY kids dan juga orang – orang yang terlibat

dalam penentuan tema dari majalah XY kids tersebut, lalu kami akan

melakukan riset di lapangan mulai dari majalah dan toko buku yang

23

Page 24: Qualitatif

menjual majalah XY kids tersebut dan melihat apakah konsumen

mereka sesuai dengan target khalayak mereka yang harusnya

konsumennya adalah anak – anak dan bukan remaja serta orang

dewasa.

Kemudian kami akan pergi ke toko buku terdekat dan mulai

melakukan riset dengan melihat siapa saja orang yang membeli

majalah tersebut apa kah remaja, orang dewasa atau anak kecil yang

tertarik untuk membeli majalah tersebut.

Setelah itu kami akan mewawancarai konsumen dari majalah

XY kids tersebut dan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar

kenapa mereka memilih majalah XY kids dan apa dampaknya kalau

dibaca oleh anak – anak kecil yang masih tidak mengerti tentang apa

yang mereka baca dan dampaknya terhadap anak – anak itu, karena

anak – anak kecil masih mudah terpengaruh dan mudah meniru hal –

hal yang mereka lihat baik itu benar ataupun salah.

Lalu kami akan melakukan wawancara terhadap para pakar –

pakar yang mengerti tentang masalah yang kami angkat ini dan apa

dampaknya terhadap masyarakat sekarang ini, serta kami akan

meminta pendapat untuk pemecahan dalam masalah ini dan juga

meminta saran apa yang harus tim kami lakukan untuk lebih

melengkapi makalah yang kami buat ini.

24

Page 25: Qualitatif

3.3 Teknik Pengumpulan Data:

3.3.1 Data Primer :

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan

oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer disebut jg data asli

atau data baru. Data primer yang didapatkan setelah melalui analisis

framing seluruhnya berasal dari narasumber inti yaitu editor majalah

xy kids dan juga consumen – consumen masyarakat yang ikut

membaca xy kids

3.3.2 Data Sekunder :

Data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui sumber –

sumber lain yang tetap berkaitan dan membantu melengkapi data –

data yang sudah ada dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh

dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat umum dan juga

terhadap pakar – pakar yang mengerti tentang masalah dalam

penelitian ini.

25

Page 26: Qualitatif

3.4 Teknik Analisis Data

Reliability Validity

- Kelompok kami akan

mewawancarai narasumber

kunci yang berasal dari

editor XY kids

- kelompok kami akan

berusaha merekam suara

dari narasumber kunci yang

menjadi inti dari wawancara

kami

- Kami akan melakukan

pengamatan di toko - toko

buku terdekat untuk

mengetahui siapakah

konsumen xy kids

- kelompok kami akan

membuat catatan dari setiap

kata – kata yang dikeluarkan

oleh narasumber

- kami akan mewawancarai

para konsumen dari XY kids

dan menanyakan tanggapan

mereka terhadap penelitian

ini

- mengambil foto dari pihak

narasumber beserta dengan

foto dari kelompok kami

- kami akan melakukan

wawancara dengan pakar –

pakar yang mengerti tentang

masalah ini

- membuat surat dengan atas

nama narasumber bahwa

data hasil wawancara kami

bole dipakai untuk

dipublikasikan

26

Page 27: Qualitatif

3.5 Waktu & Tempat

Berikut Kronologi waktu dan beserta tempat dimana kami menghimpun

setiap data yang ada.

28 Oktober 2009: Pencarian buku – buku yang berhubungan,

guna mencari teori yang sesuai dengan materi framing.

i. Lokasi : Perpustakaan Kampus LSPR dan Research

Centre

5 November 2009: Membeli majalah XY Kids untuk

dicermati setiap rubriknya (edisi khusus, musik)

ii. Lokasi : Depan Rumah Sakit Jakarta, pedagang eceran

19 November 2009: Membeli majalah XY Kids untuk

dicermati setiap rubriknya

iii. Lokasi : Mall Ambasador Lt.2

28 Januari 2010 : Pembuatan surat ijin ke kantor XY Kids

iv. Lokasi : Kampus B LSPR

15 Januari 2010 : Surat ijin selesai

v. Lokasi : Kampus B LSPR

27

Page 28: Qualitatif

25 Januari 2010 : Mendatangi kantor Kompas Gramedia

vi. Lokasi : Jalan Panjang No. 8A Lt. 4, Kebon Jeruk

Jakarta Barat.

1-3 Januari 2010 : Penyelesain tugas

vii. Lokasi : Wisma anugerah, Jakarta pusat.

28

Page 29: Qualitatif

BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Majalah XY Kids

Majalah anak (range usia 8 – 12 tahun) yang mengungkap tentang

berbagai hal yang lagi menjadi tren. Tema yang diulas, mengenai mainan,

games, animasi, film, ilmu pengetahuan dan teknologi, acara tivi, komik, olah

raga, musik, pemberitaan artis – artis muda yang baik lokal maupun

mancanegara, dan sebagainya. Majalah ini, terbit dua mingguan, setiap hari

Kamis. Tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia karena

mentargetkan pasar ke social grade A – B.

XY kids memposisikan diri sebagai teman bagi para pembacanya.

Berbeda dengan saudaranya yaitu BOBO yang lebih bersifat edukatif untuk

mereka. Walaupun bernaung dalam tempat yang sama yaitu KOMPAS

Gramedia. Dalam penyampian setiap artikelnya XY kids menggunakan

bahasa tutur. Jadi seringkali terlihat kurang sopan bila membandingkan

dengan bahasa dalam majalah BOBO. Dalam hal ini XY Kids lebih

menekankan bahwa dia merupakan teman bagi para pembacanya, bukan

sebgai guru, adik atau orang tua mereka. Sehingga bahasa yang

disampaikan pun demekian, sesuai dengan bahasa yang dipakai oleh para

pembaca mereka.

Dalam mendidik – mengedukatif setip pembacanya, XY Kids

memberikan simulasi berupa pendidikan yang siftanya justru informal.

Melalui rubrik informasi dan teknologi XY Kids menawarkan sejumlah

pengetahuan. Redakatur beranggapan bahwa anak – anak Indonesia

sekarang sudah bukan anak era 90-an yang perlu disuapin terlebih dahulu.

Mereka sudah mampu mengembangkan diri dalam dunia eksternal mereka,

dengan lingkungan dan teman – teman mereka. XY Kids merupakan majalah

dimana anak yang menghendakinya bukan orang tua yang membelikan atas

dasar sejarah turun - temurun. Seringkali Orang tua yang memberikan

majalah sebagai suatu wadah inspiratif bagi anak – anak mereka, karena

29

Page 30: Qualitatif

sifat dari majalah tersebut yang dinilai baik atau orang tua mereka dahulu

pernah dibelikan orang tua mereka saat mereka masih kanak – kanak, inilah

yang dimaksud atas dasar turun – temurun. Namun lain bagi XY Kids dimana

seorang anak memiliki pilihan sendiri untuk menjadi bahan wacana mereka

sendiri, walaupun tetap saja biaya yang dikeluarkan untuk membeli berasal

dari orang tua mereka.

Visi dan misi

Misi : Menjadikan anak-anak Indonesia lebih kreatf. Majalah XY Kids

bukan hanya menghibur, namun juga memberikan berbagai informasi untuk

mengembangkan wawasan anak-anak Indonesia sesuai jamannya.

Visi : majalah hiburan untuk anak – anak ditengah kegiatan sekolah yang

padat serta menjadi teman bagi mereka yang mendidik tanpa harus

menggurui.

Akan meluncurkan majalah XY Kids untuk anak yang usianya dibawahnya

30

Page 31: Qualitatif

4.1.1 Sejarah Singkat XY kids

Awalnya XY Kids hanya berbentuk dami – dummy di luncurkan awal

tahun 2003 dan sifatnya masih cuma - cuma sebagai side magazine dari

BOBO. Jadi saat ini usia XY Kids sudah mencapai 7 tahun. Tim penulis yang

saat itu hanya beranggotakan 8 orang, dituntut untuk membuat majalah anak

– anak yang lain dari pada majalah sebelumnya. Bila saudaranya yaitu

BOBO mengambil statement teman bermain dan belajar, maka XY Kids

mengambil statement teman bermain sambil belajar. Tim penulis sadar

bahwa anak – anak era sekarang sudah cerdas dan terbuka dengan hal –

hal baru disekitar mereka. Hal ini yang menjadikan XY Kids muncul sebagai

teman mereka. Menggunakan bahasa tutur khas anak – anak.

Dalam perkembangannya dimana XY Kids berfokus pada anak – anak

usia 8 – 12 tahun, justru pembeli terbanyak diatas 12 tahun. Rubrik – rubrik

yang ditawarkan kadang mengundang emosi bagi para orang tua, walaupun

faktanya mereka hanya berasumsi di blog saja belum protes

31

Page 32: Qualitatif

4.2 Analisi Framing Media

Seperti yang telah kita ketahui dalam bab II, telah dipaparkan bahwa

sekarang ini kita telah memasuki era telekomunikasi dimana informasi

sangatlah dibutuhkan dari generasi ke generasi dengan perkembangan

teknologi yang selalu dinamis baik media cetak maupun media elektronik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat luas ini selalu haus akan informasi

maka dari itu dalam penyampaiannya suatu media memiliki tatanan yang

selalu terbagi dalam berbagai lapisan dan golongan salah satunya adalah

usia. Hal tersebut dikarenakan tidak semua masyarakat dapat menerima

maksud yang akan disampaikan dalam suatu media agar tidak ada bias

ataupun misscommunication / salah persepsi.

Majalah menjadi salah satu media cetak yang tujuannya / sasarannya

lebih spesifik. Kalau kita lihat, majalah selalu memiliki tujuan yang jelas

kepada setiap target audience, ini akan bergantung pada bagaimana mereka

membungkus atau mengkaji suatu artikel – artikel dan informasi yang akan

dimuat dalam majalah. Tak jarang majalah menjadi pilihan utama karena

dilihat dari kebutuhannya majalah selalu dikemas dan disusun dari segi

visual yang menarik dimana si pembaca akan memiliki minat yang lebih.

Pastinya setiap majalah memiliki standard kelayakan, apalagi untuk

majalah anak – anak karena meninggingat tumbuh kembang mereka

sangatlah penting dimasa –masa ini. Anak – anak cenderung mudah

menyerap setiap informasi yang mereka dapat dan sering sekali mereka

belum bisa memilah – milah mana yang harus mereka terima untuk

dilakukan dan mana saja yang tidak boleh dilakukan. Para peneliti ingin

memfokuskan penelitiannya untuk anak – anak yang berusia 8 -12 tahun

karena mereka adalah target audience dari majalah anak yaitu majalah XY

Kids.

32

Page 33: Qualitatif

Pada umur 8 – 12 tahun mereka mulai meninggalkan sisi egosentrisnya

(menempatkan posisi mereka sebagai pusat perhatian dari semuanya), dan

mereka mulai untuk bermain, berkumpul dengan lingkungan baru dan

mereka sudah dapat diberikan motivasi serta mengerti hal – hal yang

sistematis, akan tetapi setiap pesan yang akan diberikan untuk si anak

haruslah memperhatikan penggunaan bahasanya. Mereka juga mulai

bertumbuh sebagai pra-remaja yang mereka sedikitnya sudah mulai

mengerti konsep dan dapat berpikir. Namun pada usia pra-remaja ini mereka

bisa merasakan suatu pergumulan didalam diri mereka yang sedang mereka

hadapi, maka itu perlunya lingkungan yang sehat untuk mendukung dan

memberikan pendekatan yang lebih karena sifat mereka yang masih labil.

Pada saat itu anak telah memasuki masa pubertas.

Ada fase – fase untuk tumbuh kembang si anak pada usia – usia

tertentu yang harus diperhatikan oleh orangtua agar mereka dapat mendidik

atau menempatkan diri secara benar bagi anak mereka, yaitu :

Fase Pertama ;

- Teman untuk bermain

Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.

Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang

menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka

mempunyai ketertarikkan yang sama.

Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi

mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan

mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau

bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan,

persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali

begitu saja.

33

Page 34: Qualitatif

Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7

tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;

“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”

Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman,

biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ?

dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling

mengetahui nama masing-masing.

Fase Kedua

- Teman untuk bersama

Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8

sampai 10 tahun.

Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase

pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan

saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.

Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang

anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari

kedua belah pihak.

Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul

masalah, seperti ;

- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;

- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;

- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya

tersebut

membutuhkan pertolongan.

34

Page 35: Qualitatif

Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;

“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”

Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya

persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling

mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan

mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor

apa yang terjadi selama persahabatan mereka.

Fase Ketiga

- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian

Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak

hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa

berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.

Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena

pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan

permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau

problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu

permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka

sendiri.

Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia

mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman

berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.

Cara pendekatannyapun haruslah berbeda karena usia 8 – 12 tahun,

mereka menemukan bahwa teman adalah sarana yang menarik untuk diajak

bermain maupun memberikan contoh pada mereka. Mereka juga dapat

merasakan bahwa pertemanan adalah sesuatu yang sangat pribadi yang

35

Page 36: Qualitatif

bisa dipercayai untuk saling berbagi untuk mendapatkan nasihat maupun

jalan keluar untuk masalah mereka karena nasihat tersebut disampaikan

tidak terdengar untuk menggurui namun akan lebih membangakitkan

suasana yang nyaman apalagi bila privacy mereka terjaga. Maka bagi

orangtua pun harus pintar – pintar untuk memposisikan diri bagi anak – anak

mereka pada fase usia ini.

Akhir – akhir ini media cetak yaitu majalah sudah menjadi “teman

baik” untuk mereka, bukan hanya sebagai hiburan yang menarik tetapi

diharapkan bisa menempatkan diri sebagi sarat informasi yang dikemas

secara berwarna agar mereka tidak gampang bosan malah akan membuat

anak – anak menanti – nanti setiap edisi yang akan diterbitkan. Sebut saja

majalah anak yaitu XY Kids magazine yang sedang menjadi trend, majalah

ini sangatlah menghibur, apalagi mengingat anak – anak sekarang sudah

memiliki kegiatan yang sangat padat didalam sekolah maupun diluar

kegiatan sekolah seperti mengikuti berbagai macam private study setiap

harinya. Mereka akan cenderung untuk merasa penad dan jenuh akan

aktifitas mereka yang sangat berat.

Majalah XY Kids dikemas secara ringan namun mengandung banyak

informasi yang sedang in atau yang sedang hangat diperbincangkan, seperti

contohnya; tokoh – tokoh kartun animasi, mainan – mainan yang sedang

digemari dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diberikan bukan untuk

menggurui si anak namun lebih kepada hal – hal yang menyenangkan

seperti seorang sahabat bagi mereka agar mereka menyukainnya. Akan

tetapi apabila kita mengamati lebih lanjut disaat kita mulai membaca majalah

XY Kids, ada pertanyaan yang menggelitik para peneliti yaitu menyangkut

tatana bahasa yang digunakan seperti “cewe, cowo, gue elu, dan gebetan”.

Apakah bahasa yang digunakan layak untuk mereka padahal bukankah

seharusnya penggunaan bahasapun harus diperhatikan secara mendetail

walaupun bahasa tersebut bukan menjadi hal yang tabu di lingkungan

mereka. Ada beberapa edisi yang mengangkat ulasan yang bukankah

seharusnya cenderung untuk orang dewasa.

36

Page 37: Qualitatif

Para peneliti telah melakukan analisa yang lebih mendalam, analisa

yang para peneliti gunakan adalah Framing Analysis karena secara

sederhana analisa ini dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui

bagaimana realitas (Peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh

media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini

realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa

dipahami dengan bentuknya tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi

tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen

tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan

bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan.

37

Page 38: Qualitatif

4.2.1 Cara Redaktur Menyusun Berita.

Redaktur bersama tim redaksi mengadakan rapat secara periodik guna

memenuhi agenda mereka.

Rapat tahunan – annual meeting = diadakan setiap awal tahun

guna merencanakan bahasan apa yang akan diluncurkan,

berikut mengenai rubrik dan konten yang sedang trend di mata

anak – anak. Rapat ini biasanya dibarengi dengan evaluasi dari

progress tahun sebelumnya.

Rapat mingguan – weekly meeting = diadakan setiap hari senin

di setiap minggunya. Rapat ini bersifat umum dan berkutat

pada hal apa saja yang akan diluncurkan untuk majalah

mereka, sesuai dengan pola terbit mereka yaitu terbit di hari

kamis minggu pertama dan minggu ketiga di setiap bulannya.

Para tim lapangan – reporter terjun di minggu ke dua dan kempat untuk

mencari berita dan ulasan yang sedang menjadi trend. Tim terbagi menjadi 5

bagian yaitu:

Olah raga : Tim mencari data-data seputar olah raga

melalui internet, biasanya berita yang diulas mengenai olah

raga di luar negeri. Seperti sepakbola yang hampir selalu ada

dan basket

Games : Tim pergi ke mall untuk mengetahui pasar

dan perkembangan konsul terkini, mainan- mainan terbaru

biasanya mereka membeli untuk dipelajari sekaligus

mempromosikan juga melalui rubrik mereka

38

Page 39: Qualitatif

Musik : Tim pergi ke toko musik untuk

mengetahui perkembangan musik di tanah air dan luar negri.

Ditambah juga mencari dari internet, berikut artis – artis yang

menjadi sorotan media. Hanya sebatas lagu mereka

Kartun : Tim menganalisa film – film

biasanya mengenai kartun – animasi Jepang yang sedang

berlangsung di Indonesia

Film – sinema : Tim menganalisa film di bioskop yang

sedang beredar. Tentunya tim hanya mengulas film yang

patut atau layak sesuai dengan segmen saja.

Setelah semuanya terkumpul bahan – bahan yang akan diramu, redaktur

sebagai pemimpin dan penanggung jawab akan mengkontrol – brainstorming

bahan – bahan mana saja yang akan dipilih untuk dilunjurkan.

39

Page 40: Qualitatif

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Umum

Majalah XY Kids lebih memposisikan diri sebagai teman bagi

para pembacanya sehingga bahasa yang digunakanpun

menggunakan bahasa tutur atau bahasa khas keseharian mereka

sehingga majalah XY Kids berorientasi pada bahasa yang sifatnya

edukatif tapi tidak menggurui.

5.1.2 Kesimpulan Khusus

Dalam segi pembahasannya majalah XY Kids terkadang

bersifat tidak pada aturannya, terutama bagi tumbuh kembang anak

di usia 8 hingga 12 tahun untuk mengerti dan itu bisa berakibat baik

atau buruk bagi anak tersebut.

40

Page 41: Qualitatif

5.2 Saran

5.2.1 Saran Akademis

Setiap media cetak dalam hal ini khususnya majalah

mempunyai cara membingkai setiap bahasannya. Dalam segmentasi

apapun analisis framing tidak bersinggungan dengan sopan atau

tidak sopan. Namun lebih kepada bagaimana cara seorang redaktur

bersama tim redaksi merangkum bahasannya sesuai dengan

fenomena yang terjadi di pasar segmentasi dan target audience

mereka

5.2.2 Saran Praktis

Setiap majalah hendaknya tidak terlalu atau tidak harus selalu

mengikuti fenomena apa yang terjadi di dalam masyarakat khususnya

yang dengan segmentasi atau target audience mereka hendaknya

mereka menjadi trendsetter bukan menjadi follower guna menjadikan

sumber daya manusia yang lebih baik dan berkembang.

41

Page 42: Qualitatif

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sarwono, Jonathan. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif . edisi

pertama. yogyakarta: Penerbit graha ilmu, 2006

Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005

Internet

http://books.google.co.id/books?

id=uKRiqPSWnO0C&pg=PA1&dq=definisi+komunikasi+massa#v=onepage&

q=&f=false: Rabu 28 oktober 2009, Pk. 19.00

http://books.google.co.id/books?

id=wGwj0CPSjlQC&pg=PA66&dq=definisi+framing#v=onepage&q=definisi

%20framing&f=false: Rabu 28 oktober 2009, Pk. 20.00

http://books.google.co.id/books?

id=yCWn93wnNHYC&printsec=frontcover&dq=media+massa&lr=&client=firef

ox-a#v=onepage&q=&f=false: Sabtu 31 oktober 2009, Pk. 18.30

http://belajardekavetiga.blogspot.com/2005/09/karakter-majalah.html: 9

November 2009, Pk. 11:08

http://oliviadwiayu.wordpress.com: 11 November 2009, Pk. 22.00

http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/bentuk-bentuk-media-

massa.html: 11 November 2009, Pk. 22.00

42

Page 43: Qualitatif

http://immfaiuad.wordpress.com/2008/01/01/pengertian-ideologi/: 10

November 2009, PK. 0 7:50

http://buntomijanto.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-

pers-medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/: 10 November 20, PK. 08:02

http://hendragrandis.files.wordpress.com/2008/09/metodologi_1.pdf: 03

Febuary 2010, Pk. 09.00

43

Page 44: Qualitatif

LAMPIRAN

44

Page 45: Qualitatif

45

Page 46: Qualitatif

Transcript wawancara – George Wilhelm (Staff redaksi):

1. Q: Kapan awalnya anda mulai menulis untuk majalah Xy Kids dan

sejak kapan anda sudah ada di XY Kids?

A: Saya sejak awal kira-kira pada tahun 2003. Sebenarnya sudah dari

awal sekali waktu XY Kids ini masih berbentuk dummy.

2. Q: Segmentasi dari majalah XY Kids

A: Anak – anak yang berumur 8 – 12 tahun (A & B) dimana XY Kids

menargetkan kepada anak – anak yang aktif, well inform dan penikmat

games

.Menurutnya majalah ini hanyalah sebagai sarana hiburan anak –

anak ditengah kepenatan dari kegiatan sekolah yang sekarang ini saja dapat

dilihat anak – anak setelah kegiatan belajar mengajar di sekolah, harus lagi

ditambah dengan les –les tambahan diluar sekolah.

Cara majalah ini mengemas suatu pengetahuan pun tidak seperti

pelajaran disekolahan namun lebih kepada hal apa saja yang bisa menarik

minat mereka namun tetap pada porsinya.

3. Q: Kalau soal bahasa yang sering digunakan, seperti contohnya

sering sekali ada kata – kata cewe / cowo, gebetan dan lain

sebagainya. Apakah itu sudah bisa atau layak dikonsumsi untuk anak

– anak ?

A: Kata mas George, “ Nah itu dia, tapi kalau diliha dari

perkembangan anak sekarang coba kita lihat, mereka sudah tahulah soal

pacaran dan lain – lain. Kalaupun mau diganti bahasanya apa juga yg bisa

kedengarannya enak dan nyambung,kayaknya susah juga tuh. Kalaupun

ada kritikan langsung dari orangtua ke redaksi kami, untuk saat ini malah

46

Page 47: Qualitatif

belum ada. Karena orientasinya adalah si pembaca tersebut yaitu anak –

anak, guananya untuk mendekatkan diri kepada anak, bukan pendekatan

antara orangtua dan anak ataupun guru dan murid,namun pendekatannya

lebih mengarah pada teman secara informal.

4. Q: Topik untuk majalah XY kids dapat dari mana?

A: Biasanya ide – idenya dibuat dulu baru nanti dari semuanya akan

disetujui melalui rapat redaksi.

5. Q: Bisa dijelaskan lebih detail proses awal sampai akhir majalah XY

Kids ini dimuat?

A: Diawali dari brainstroming yaitu apa saja yang akan dimuat dlam

setiap edisi lalu akan disortir dalam rapat redaksi. Setalah topik itu disetujui

maka wartawan akan mengumpulkan data atau mereserch dengan cara

browing melalui internet, terjun kelapangan dan juga berkonsultasi langsung

dengan narasumber / orang- orang yang sudah berkompeten dibidangnya.

6. Q: Standart kelayakan untuk penulisan yang akan dimuat bahasanya?

A: Untuk penulisan mereka memilih untuk menggunakan bahasa yang

tutur / sehari –hari / bahasa gaul bahasanyapun tidak berat lebih mengikuti

perkembangan trend yang sedang in. Disamping itu bahasannya

memberikan pengetahuan yang lebih karena majalah ini mereview alasan

anak – anak untuk membeli suatu produk atau mainan ataupun tontonan

agar mereka menjadi smart konsuming.

47

Page 48: Qualitatif

7. Q: Visi dari majalah XY Kids dan misi kedepannya?

majalah hiburan untuk anak – anak ditengah kegiatan sekolah

yang padat serta menjadi teman bagi mereka yang mendidik

tanpa harus menggurui.

Akan meluncurkan majalah XY Kids untuk anak yang usianya

dibawahnya

8. Q: Disalah satu edisi XY Kids ada topik yg mengulas tentang Fast and

Farious bukankah itu film untuk orang dewasa?

A: Anak – anak jaman sekarang ini sangat well inform jadi ada

ataupun tidak adanya ulasan tentang Fast and Farious di edisi

majalah ini anak – anak akan tetap tahu dan tetap menonton. Jadi kita

memikirkan lebih baik kita mengulas ini dari segi lain dimana kita

membahas soal adengan – adegan dimana mobilnya sangat keren,

sehinnga anak – anak kalau nanti menonton film akan lebih

menfokuskan pada hal tersebut bukan sesuatu yang berbau dewasa.

48

Page 49: Qualitatif

Membiarkan Anak Menonton Film Jagoan

Ditulis oleh Administrator

Sunday, 30 November 2008

oleh Nina Mutmainnah Armando “Anak-anak Kok Menonton The Dark

Knight”. Begitu judul surat

pembaca yang muncul di Koran Tempo awal Agustus lalu. Penulisnya,

Endah Triastuti, menyatakan keprihatinannya

karena saat menonton The Dark Knight, bioskop dipenuhi oleh serombongan

anak usia SD yang ikut menonton tanpa

didampingi oleh orang dewasa yang cukup. Sekitar 30-an anak itu menonton

dengan hanya ditemani oleh sekitar 3

orang dewasa saja.

The Dark Knight adalah film bioskop terbaru Batman, sang superhero

terkenal sejagat. Film ini sangat dipuji karena

tekniknya yang canggih dan akting para pemainnya. Tetapi harus diingat, film

ini memang bukan film anak-anak. Endah

di suratnya menyebut film ini sebagai film dewasa karena banyak bermuatan

tayangan yang sadistis. Misalnya,

pembunuhan dengan menggunakan senjata (pistol, bazooka, pisau),

penyiksaan (orang diikat dengan ditutup mata dan

mulutnya, orang didorong keluar jendela dari gedung tinggi, orang ditabrak

dengan kendaraan secara sengaja), kekejian

(orang yang sudah meninggal digantung, ancaman dengan pisau,

penusukan dahi orang dengan bolpoin), dan adegan

dewasa (orang dewasa berciuman mesra). Kekerasan dalam film ini

memang sangat kental. Saat saya menonton film

ini, beberapa kali saya harus memejamkan mata atau memalingkan wajah

akibat kekengerian yang saya rasakan saat

menonton adegan tertentu. Jadi, saya amat setuju ketika Endah menulis,

”Membiarkan anak usia SD menonton

film tersebut tanpa pendampingan adalah bentuk ketidakpedulian terhadap

kekejian dan kekerasan”. Ia

49

Page 50: Qualitatif

menyarankan, seharusnya, anak-anak menonton dengan didampingi, satu

anak didampingi oleh satu orang dewasa,

sehingga anak-anak itu mendapat ”penjelasan yang layak tentang

semua gambaran ’buatan’

itu”. *** Beberapa kali saya melihat memang anak-anak sering

”dilepas” menonton film bioskop.

Tampaknya, telah menjadi gaya hidup baru bagi anak-anak kota besar masa

kini untuk hangout bersama teman-teman

sebaya mereka: pergi ke mal bersama-sama dan kemudian menonton film

bioskop bareng-bareng. Anak-anak kecil itu

(usia kelas 4 hingga 6 SD) mengadopsi gaya kakak-kakak mereka yang

remaja, pergi bersama-sama teman ke mal dan

bioskop tanpa pengawasan orangtua. Kalau toh ada yang mengantar

rombongan anak-anak itu, paling hanya satu atau

dua orangtua atau pengasuh saja. Banyak orangtua yang hanya mengantar

anak-anak itu ke mal dan kemudian nanti

menjemput lagi. Di satu sisi, tindakan semacam ini memang melatih

kemandirian anak. Ditambah lagi, anak-anak

memang perlu bersosialisasi sebanyak-banyaknya dengan teman-temannya

untuk mengasah kecerdasan sosialnya.

Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah orangtua mengontrol film yang

ditonton anak? Dalam pengamatan saya,

anak-anak banyak pergi berombongan menonton jika film bioskop yang

diputar adalah film populer yang sedang hangat

diperbincangkan. Misalnya saja Hulk, Spiderman, Batman, Superman, Harry

Potter, Kungfu Panda, dan lain-lain.

Masalahnya, tak semua film populer di kalangan anak-anak itu adalah film

yang aman. Bahkan, beberapa di antaranya

bahkan bukan film anak, tetapi film remaja atau dewasa. Namun, anak-anak

ini (dan juga orangtua mereka!) banyak

yang mengira bahwa film-film tentang tokoh jagoan atau superhero adalah

film anak, karena umumnya bercerita tentang

50

Page 51: Qualitatif

bagaimana sang tokoh jagoan tadi memberantas kejahatan – sebuah

tema yang dianggap sangat bagus.

Padahal, banyak dari film tadi dibumbui kekerasan yang berlebihan dan juga

umumnya dihiasi adegan dewasa

(umumnya adegan ciuman). Anak-anak banyak yang mengira bahwa itu

adalah tontonan untuk mereka, karena di

banyak media anak film-film itu juga dipromosikan gencar. Belum lagi,

berbarengan dengan penayangan filmnya, anakanak

juga ”diserbu” oleh berbagai merchandise di pasaran yang

terkait dengan film tersebut (ada boneka,

topi, poster, pin, tempat pensil, kartu, dan sebagainya). Saat film Batman The

Dark Knight kini hangat diperbincangkan,s

misalnya, banyak majalah anak mengulasnya dan memposisikannya seolah-

olah film tersebut adalah benar film anak.

Sebagai contoh, majalah anak XYKids pada bulan Juli menampilkan edisi

Batman. Di sampulnya tertulis kata-kata

”Edisi Khusus Batman: Komplet tentang Batman, musuhnya,

senjatanya, vehiches-nya, gebetannya, dsb”.

Artikel di dalamnya ditulis dengan gaya tulisan yang lebih pas untuk remaja,

bukan untuk anak, padahal jelas-jelas ini

adalah majalah anak. Promosi gencar sebuah film sangat potensial

mendorong anak untuk ikut menonton filmnya.

Apalagi, jika promosi gencar, banyak teman-teman yang menonton, maka

anak pun ingin menonton karena bagian dari

trend pergaulan –kalau nggak ikut nonton maka ngga gaul gitu loh...

*** Banyak orangtua yang tidak melakukan

kontrol lebih dahulu pada film yang akan ditonton anaknya. Mereka tidak

mencari tahu sebelumnya, bagaimana

persisnya film tersebut. Sekarang ini tampaknya menjadi keharusan bagi

orangtua untuk mencari informasi terlebih

dahulu tentang bagaimanakah film yang ditonton anak. Tidak lagi cukup

bahwa film itu dipromosikan di sana-sini

51

Page 52: Qualitatif

(termasuk di majalah khusus anak), tetapi seharusnya orangtua mencari

informasi sebanyak-banyaknya tentang sebuah

film sebelum memberi izin boleh tidaknya anak menonton. Orangtua

sepatutnya berpikir cukup dalam tentang

pemberian izin ini dengan mengaitkannya pada dua hal: usia anak dan

tampilan film. Film dengan materi dewasa yang

kental (misalnya kekerasan yang cukup banyak ditampilkan) tentu saja

sebaiknya tidak dibolehkan untuk ditonton anak

yang lebih kecil. Anak-anak kecil belum kritis menonton, belum dapat

membedakan realita dan fiksi, dan seringkali

merasa ketakutan akibat materi-materi menakutkan dalam film. Tambahan

lagi, setiap anak (bahkan hingga remaja

SMP) seharusnya didampingi saat menonton film-film yang banyak muatan

dewasanya semacam The Dark

Knight.Pendampingan diperlukan agar anak mendapat penjelasan dari apa

yang tampak di layar, karena banyak sekali

tampilan yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut bagi anak. Bagi anak

yang lebih kecil, pendampingan diperlukan

untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat kekejian yang tampil di layar. ***

Banyak sekali film yang

”menyerbu” anak kita (film bioskop maupun DVD). Banyak di

antaranya sebenarnya bukan merupakan film

anak, tetapi anak-anak kita ingin menontonnya dengan beragam alasan.

Selain diperlukan sikap kritis orangtua untuk

melihat setiap film sebelumnya, please, jangan ”melepas” anak

Anda menonton film hanya bersama

http://www.ummi-online.com/

http://www.ummi-online.com/ Powered by: Joomla! Generated: 19 October,

2009, 13:44

teman-teman sebayanya. Anda-lah, orangtuanya, yang seharusnya ada di

sisi anak saat ia menonton film tersebut. -----

------------

52

Page 53: Qualitatif

http://www.ummi-online.com/

http://www.ummi-online.com/ Powered by: Joomla! Generated: 19

October, 2009, 13:44

53