REFERAT PEMERIKSAAN TULANG UNTUK IDENTIFIKASI UMUR DAN JENIS KELAMIN DISUSUN OLEH : Bagus Anggoro G6A 002 001 Latifah Evi Nurlaeli Nur Asri Zulkarnain Prakoso G6A 002 098 G6A 002 150 G6A 002 155 RESIDEN PEMBIMBING : dr. Intarniati N DOSEN PEMBIMBING : dr. Bambang Prameng Sp.F BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFERAT
PEMERIKSAAN TULANG UNTUK IDENTIFIKASI UMUR DAN JENIS KELAMIN
DISUSUN OLEH :
Bagus Anggoro G6A 002 001
Latifah Evi Nurlaeli
Nur Asri
Zulkarnain Prakoso
G6A 002 098
G6A 002 150
G6A 002 155
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Intarniati N
DOSEN PEMBIMBING :
dr. Bambang Prameng Sp.F
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2007
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................3
B. MASALAH...........................................................................................................3
C. TUJUAN................................................................................................................3
D. MANFAAT...........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5
A. BIOLOGI TULANG MANUSIA.........................................................................5
umumnya menunjukkan 4 sampai dengan 8 cincin konsentris yang dinamakan
lamella haversi. Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan paralel
serabut kolagen. Serabut kolagen pada lamella berikutnya berorientasi ke arah
yang berbeda. Perbedaan arah serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan
struktur tulang. 2
Setiap batang potongan melintang tulang kompakta lamelar disebut
sistem Haversi atau osteon berukuran 0,3 mm diameternya dan 3-5 mm
panjangnya. Inti sistem haversi adalah kanal haversi dimana darah, lymfe dan
serabut saraf lewat. Kanal-kanal kecil tambahan disebut kanal-kanal Volkmann
membelah jaringan tulang secara oblique pada sudut runcing di permukaan
periosteal dan endosteal untuk menghubungkan kanal kanal Haversi,
membentuk jaringan yang mensuplai darah dan limfe ke sel-sel tulang
panjang. 2
Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamella disebut lacunae. Setiap
lacunae mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-
sel ini melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi
untuk membentuk, sintesis, dan deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi
di bawah periosteum. Osteoblast membuat osteoid matriks organik tak
terkalsifikasi yang kaya kolagen. Kalsifikasi tulang
terjadi sebagai kristal-kristal hydroatapatite, komponen anorganik. tulang
Ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang, disebut osteocyte, sel-sel
yang terletak di dalam lacunae dan bertanggung jawab memelihara tulang.
Osteoklas bertugas meresorbsi tulang. Pembentukan kembali atau
remodelling tulang terjadi pada tingkat seluler di mana osteoklas
meresorpsi jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang. 2
7
4. Pertumbuhan Tulang
Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous
(contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya
pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki), di mana
osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi
penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi, Membrana tipis bemama
perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di
bawah perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di
sekitar bagian luar batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut
periosteum, jaringan ikat berserabut yang mendeposit tulang selapis demi
selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan osteoklas pada permukaan
endosteal meresorpsi tulang sedangkan osteoblas pada periosteum mendeposit
tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang panjang
ini disebut pertumbuhan aposisional. 2
Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang
epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang
terletak diantara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat
osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah
tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang
tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. 2
Pada sebelas minggu sebelum lahir. biasanya terdapat kurang lebih
800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat
osifikasi primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul
sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder
menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen. 2
8
B. PENENTUAN JENIS KELAMIN BERDASAR PEMERIKSAAN TULANG
Tulang manusia dewasa menunjukkan adanya dimorfisme seksual sehingga
laki-laki dan perempuan dapat dibedakan berdasarkan morfologinya.2 Perlu
diingat bahwa sebelum dilakukan identifikasi jenis kelamin kita sebaiknya terlebih
dahulu melakukan identifikasi ras, hal ini dikarenakan ras tertentu memiliki
morfologi yang khas sehingga dapat mengaburkan dimorfisme seksual itu sendiri.
Akurasi penentuan jenis kelamin dari tulang bervariasi terhadap usia subjek,
derajat fragmentasi tulang dan variasi biologis.3 Selain itu Krogmann juga
menyimpulkan bahwa akurasi ini dipengaruhi oleh kelengkapan kerangka yang
ada yaitu ketepatan penentuan jenis kelamin dengan pemeriksaan rangka adalah
100% bila seluruh tulang tersedia, 95% bila hanya pelvis, 92% bila dengan tulnag
tengkorak, 98% bila dengan pelvis dan tulang tengkorak, 98% bila dengan pelvis
dan tulang panjang, serta 80 % bila hanya dengan tulang panjang.1,3 ini
mengindikasikan kepentingan relatif berbagai tulang dalam penentuan jenis
kelamin.
1. Identifikasi Berdasarkan Tulang-Tulang Kranium.
Identifikasi berdasarkan tulang-tulang kranium ada dua cara. Cara
yang pertama yaitu dengan pengamatan dan cara yang kedua dengan
pengukuran.
a. Cara pengamatan
Terdapat dua cara pengamatan identifikasi jenis kelamin dari tulang
kranium, yaitu menurut Buikstra dan Mielke (1985) serta menurut
Krogmann (1986).
9
Tabel 1. Identifikasi tulang kranium menurut Buikstra dan Mielke (1985)4
Karakter tulang Laki-laki Perempuan
Kranium dan wajah Secara umum lebih besar Secara umum lebih kecil
Kapasitas kranium Cenderung >1450 cc Cenderung <1300 cc
Rigi supraorbitalis Lebih menonjol Lebih halus, datar
Dahi/frontal Mengarah kebelakang Halus, tegak, dan
membulat
Batas tepi atap orbita Tumpul Tajam
Krista temporalis, garis
nuchale, dan protuberentia
occipitalis eksterna
Lebih berkembang dan
menonjol
Kurang berkembang,
halus dan lebih datar
Krista mastoideus, processus
supramastoideus, processus
zygomaticus
Lebih besar, lebih lebar
dan kasar
Halus, lebih tegak dan
membulat
Tulang zygomaticus Lebih besar, lebih lebar
dan kasar
Kecil, ramping dan
halus
Mandibula: corpus, ramus,
symphisis dan condylus
Lebih lebar, besar, tinggi,
kuat dan kasar
Kecil dan halus
Sudut gonion Tajam, kuat, kasar,
cenderung eversi
Cenderung <125º
Dagu/ gnathion Cenderung segi empat,
berproyeksi kedepan
Lebih runcing
10
Tabel 2. Identifikasi tulang kranium menurut Krogmann (1986)5
Karakter tulang Laki-laki PerempuanUkuran secara umum besar KecilRigi supra orbitalis Lebih menonjol Lebih halus, datar
Proccesus mastoideus Sedang-besar Kecil-sedangRegio occipital Terdapat tanda perlekatan
ototTidak terdapat tanda perlekatan otot
Eminensia frontalis Kecil BesarEminensia parietal Kecil BesarOrbita Persegi dengan tepi
tumpulBulat dengan tepi tajam
Dahi Membentuk slope, kurang membulat
Vertical
Tulang pipi Berat, menonjol kelateral Kecil, rampingPalatu Besar, lebar, bentuk U Kecil, parabolicCondylus occipitalis Besar KecilMandibula Besar, simphysis tinggi,
ramus lebarKecil, simphysis rendah dan ramus lebih kecil
Bentuk dagu Bentuk U Bentuk VSudut gonial Membentuk sudut VerticalGonial flare Menonjol Datar
Gambar. 1 Perbandingan antara tengkorak laki-laki dan perempuan (kiri) dan perbandingan
antara mandibula laki-laki dan perempuan (kanan)
b. Cara pengukuran
Cara identifikasi dengan menggunakan pengukuran memiliki
akurasi 80-90%. Standar pengukuran yang digunakan adalah pengukuran
Hooton (1946). Sembilan pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:2
1) Panjang glabelo-occipital: panjang maksimum krania, dari titik paling
anterior tulang midfrontal tengah ketitik paling jauh di midoccipital
(GO)
11
2) Lebar maksimum kranium: lebar terbesar kranium, dihitung tegak
lurus terhadap bidang midsagital, hindari krista supramastoidea (LM)
3) Tinggi basion-bregma: tinggi kranium diukur dari basion (titik tengah
pada tepi anterior foramen magnum ke bregma (titik temu antara
sutura coronalis dan sagitalis) (B-BR)
4) Diameter maksimum bi-zygomatic: lebar maksimum antara permukaan
lateral lengkung zygomatic kanan dan kiri, diukur tegak lurus terhadap
bidang midsagital (MD-BZ)
5) Tinggi prosthion-nasion: titik terendah pada tepi alveolar antara kedua
incisivus pertama atas, ke nasion (titik tengah sutura naso-frontalis)
(P-N)
6) Basion-nasion: dari basion ke nasion (B-N)
7) Basion-prosthion: dari basion ketitik paling anterior di maksila pada
bidang midsagital (B-P)
8) Lebar eksternal palatum: lebar maksimum palatum, diukur dari bagian
luar tepi alveolar (PT)
9) Panjang mastoid: diukur tegak lurus terhadap bidang Frankfurt
horizontal (tepi bawah orbita dan tepi atas meatus acusticus externus)
(MSL)
Gambar. 2 Panjang maksimum krania (GO) ditunjukkan dengan panah hitam.
Tinggi kranium (B-BR) ditunjukkan dengan panah merah, prosthion-nasion(P-N)
ditunjukkan dengan panah merah muda, Basion-nasion(B-N) panah hijau,
Basion-prosthion(B-P) panah biru.
12
Gambar. 3 Diameter maksimum bi-zygomatic (MD-BZ) ditunjukkan dengan
panah merah Lebar maksimum kranium(LM) ditunjukkan dengan panah biru
Gilles dan Elliot (1963) mengembangkan metodologi penentuan
jenis kelamin dengan analisa fungsi diskriminan dengan menggunakan
standar pengukuran tersebut. Kita ambil 3 persamaan dari 21 fungsi yang
dikembangkan:
1) (GO x 1.236)-(LM x 1.00)+(MD-BZ x 3.291)+(MSL x 1.528) = …
2) (GO x 2.11)+(LM x 1.00)+(MD-BZ x 4.963)+(MSL x 8.037) = …
3) (GO x 1.165)+(B-N x 1.659)+(MD-BZ x 3.976)-(B-P x 1.00)+
(P-N x 1.541) = …
Tabel 3. Persamaan Gilles dan Elliot (1963)5
Persamaan 1 2 3
Laki-laki, p.05 565,79 1448,76 935,75
Laki-laki, rata-rata 558,22 1436,80 920,55
Borderline 536,93 1387,72 891,48
Perempuan, rata-rata 515,63 1338,64 862,41
Perempuan, p.05 509,72 1316,72 849,99
Günay dan Altinkök (2000) telah melakukan penelitian untuk
membedakan jenis kelamin berdasarkan area foramen magnum, yaitu luas
13
dari lingkaran semu yang jari-jarinya ditentukan dengan rata-rata dari
separuh panjang dan separuh lebar dari foramen magnum.
Gambar. 4Jari-jari area foramen magnum (misal: r) = ½ A + ½ B
2Area foramen magnum = 22 x r2
Rata –rata daerah foramen magnum adalah 909.91 + 126.02 mm pada pria
dan 819.01 ± 117.24 mm2- pada wanita.6
2. Identifikasi Berdasarkan Tulang-Tulang Post-Kranium
Identifikasi jenis kelamin berdasarkan tulang-tulang post-cranial
seringkali diobservasi berdasarkan dari ukuran tulang dan tekstur tulang.
Tetapi hal ini seringkali menimbulkan kesalahan karena banyak terjadi
tumpang tindih antara laki-laki dan wanita baik diantara populasi yang sama
maupun antar populasi yang berbeda.5
Pada umumnya pemeriksaan untuk penetuan jenis kelamin berdasarkan
tulang panggul, tulang dada dan tulang panjang.
a. Tulang panggul
Washburn dan Krogmann (1962) menyatakan bahwa hanya dengan
memeriksa tulang panggul tanpa pemeriksaan lain sudah dapat ditentukan
jenis kelamin pada sekitar 90% kasus.7
14
AB
Washburn menemukan rumus Ischiopubic indeks yaitu:
Ischiopubic indeks = panjang os pubis x 100 panjang os ischium
Pengukuran harus dikerjakan dengan hati-hati, panjang os pubis
diukur dari dataran simfisis sampai titik acuan di asetabulum; panjang os
ischium diukur dari tempat yang sama sampai atas paling distal dari os
ischium. Titik acuan yang dimaksud terletak pada tempat bersatunya tiga
bagian tulang imatur inominata, biasanya ditandai dengan sebuah takik
pada permukaan artikuler dari asetabulum (schultz).8 Jika indeks iscio-
pubic (pada ras kulit putih) kurang dari 90 maka adalah pelvis pria; jika
lebih dari 95 maka adalah pelvis wanita.
Gambar. 5 Pelvis laki-laki (kiri) dan pelvis wanita (kanan). Panjang os pubis
ditandai dengan panah biru sedangkan panjang os ischium dengan panah merah.
Asetabulum lebih luas pada pria, diameter rata ratanya 52 mm
dibandingkan rata rata diameter asetabulum wanita yaitu 46 mm. Mangkok
sendi pada pria juga menghadap lebih kelateral dibandingkan pada wanita.
Secara alamiah ukuran asetabulum berhubungan dengan caput femoris,
dimana akan dibicarakan kemudian. Takik panggul yang lebih besar
adalah sebuah kriteria yang penting, sempit dan dalam pada pria; dan lebar
dan dangkal pada wanita. Harrison dan Hrdlicka merasa bahwa semakin
besar takik panggulnya semakin baik dalam penentuan jenis kelamin yang
berikutnya diklaim 75% tingkat ketepatannya hanya dengan kriteria ini.9
Pada gambar. 5 dapat dilihat cara mengukur diameter rata-rata acetabulum.
15
Gambar. 6 Diameter rata-rata acetabuluma b
. .
Gambar. 7 Pelvis laki-laki ( gambar. 6a) dan pelvis perempuan ( gambar. 6b) dilihat dari atas
a. b.
Gambar 8. Pelvis laki-laki ( gambar. 7a) dan pelvis perempuan ( gambar. 7b)
dilihat dari depan
Foramen obturator pada pria lebih ovoid dan pada wanita
berbentuk segitiga. Sulkus preaurikularis yang menjadi tempat melekatnya
ligamentum sacroiliaca terletak di sebelah lateral sendi sacroiliaca dan
tampak jelas pada wanita dan sering tidak didapatkan pada pria. Pintu
bawah panggul bila dilihat dari atas tampak lebih bulat pada wanita dan
pada pria tampak heart shape sebagai akibat dari protrusi sacrum ke
posterior (Greulich dan Thomas). Sejumlah indeks panggul lainnya telah
ditemukan oleh beberapa pengarang seperti Greulich dan Thomas; Turner;
Chadwell dan Molloy; serta Straus dan Derry.
16
Sacrum secara fungsional adalah bagian dari pelvis dan juga
memiliki perbedaan pada kedua jenis kelamin. Sacrum wanita lebih lebar
dan memiliki cekungan dangkal, sekali lagi hal ini berhubungan dengan
canalis pelvicalis yang lebih luas untuk proses melahirkan. Pada wanita
canalis pelvicalis ini lebih pendek dan kelengkungannya hampir
seluruhnya sampai bagian distal dari pertengahan vertebra sacral ketiga.
Sacrum pada pria dapat memiliki lebih dari lima segmen dimana
hal ini jarang terjadi pada wanita. Kelengkungan sacrum pria berlanjut
sampai ke bawah sampai keseluruhan tulang dan memproyeksikan os
coccyx agak kedepan. Fawcet membandingkan diameter tranversa dari
vertebra sacral pertama (CW) dengan diameter tranversa basis sacrum
(BW). Dengan rumus CW x 100/BW didapatkan pada pria rata ratanya 45,
dan pada wanita rata ratanya 40. kimura telah mengembangkan base wing
index dimana lebar relatif dari sayap dan basis menyediakan koefisien
fungsi diskriminan untuk penentuan jenis kelamin.
Gambar. 9 Pada gambar ini terlihat jelas bahwa kelengkungan sacrum pria berlanjut sampai
ke bawah sampai keseluruhan tulang sehingga proyeksi os coccyx agak kedepan.
17
Tabel 4. Identifikasi jenis kelamin pada tulang panggul yang diadaptasi dari
Buikstra dan Mielke (1985)4
Karakter tulang Laki-laki Perempuan
Lengkung subpubic Bentuk V Lebih lebar, mendekati
bentuk U
Ramus ischiopubicum Sedikit elevasio Elevasi sangat nyata
Simphysis Tinggi,segitiga,bikonveks
arah antero-posterior
Rendah,segiempat,anterior
konveks, posterior datar
Foramen obturator Besar Kecil, cenderung segitiga
Acetabulum Besar, lebih mengarah
kedepan
Kecil, lebih mengarah
kelateral
Incisura ischiadica
mayor
Sudut agak menutup dan
dalam, 30˚
Sudut lebar dan dangkal,
60˚
Ilium Tinggi, mengarah keatas Rendah, bagian atas lebih
mengarah kelateral
Sendi sacro-iliaca Besar Kecil dan oblik
Sacrum Relatif tinggi dan sempit Pendek dan lebar, lebih
oblik, bagian atas kurang
melengkung, susut sakro-
vertebral lebih menonjol
Inlet superior Bentuk seperti jantung Lebih eliptik atau bundar,
lebih besar
Sulcus praauricularis Tidak nyata Nyata
Lengkung ventral Tidak nyata Nyata
b. Tulang Dada
Tulang sternum bisa bermanfaat dalam pengukuran manubrium,
pada wanita ≥ setengah dari panjang sternum, sedangkan manubrium pada
laki-laki kurang dari setengah panjang sternum. Penemuan ini
dikemukakan pada abad ke 19 oleh Hytrl, tapi kemudian dibantah oleh
Krogman dan Dwight. Penemuan terakhir, bahwa ratio manubrium dan
corpus adalah 52 : 100 pada wanita dan 49 : 100 pada laki-laki, terlihat
18
sedikit perbedaan. Pada saat ini, walaupun metode tersebut telah diperbaiki
oleh Iordanidis yang telah berhasil dengan tingkat keakuratan 80 % dengan
hanya menggunakan tulang sternum dimana rasio panjang dari manubrium
sterni dan corpus sterni menentukan jenis kelamin, pada wanita
manubrium sterni melebihi separuh panjang corpus sterni.3
Stewart dan Mc Cormick menggunakan teknik radiologi dan
menegaskan total keakuratannya pengukuran tulang sternum sampai
kurang dari 121 mm pada perempuan dan lebih dari 173 mm pada pria.
Tulang skapula telah dipelajari lebih dalam tetapi lebih erat hubungannya
terhadap umur. Terdapat sedikit hubungan jenis kelamin yang lebih
bervariasi dalam pengukuran diameter vertikal pada cavitas glenoid.
Menurut Dwight pada pria 36 mm lebih kecil dibandingkan wanita.3
c. Tulang Panjang
Pria pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang, lebih
berat dan lebih kasar serta penonjolannya lebih banyak.1 Tulang panjang
yang paling berguna dalam penentuan jenis kelamin adalah os femur,
dimana panjang dan kepadatannya penting. Ketepatannya pada orang
dewasa sekitar 80%. Seperti biasa, karakteristik jenis kelamin pada tulang
panjang sangat tumpang tindih, tetapi penelitian seril Brash menunjukan
bahwa panjang maksimal (oblik) pada femur pria sekitar 459 mm
sedangkan pada wanita hanya sekitar 426 mm. hasil yang berbeda
didapatkan oleh Pearson dan Bell yaitu rata rata 447 mm untuk laki laki
dan dan 409 mm untuk perempuan. Dengan menggunakan panjang oblik
trokanterika mereka mengusulkan range antara 390-405 mm untuk wanita
dan 430-450 mm untuk pria, meskipun dapat terjadi tumpang tindiih
diantara keduanya. Ras dan status gizi (dimana berhubungan dengan waktu
dan tempat dimana sampel didapatkan) harus dipertimbangkan pada saat
pengukuran.5
Ukuran dari kaput femur bisa dijadikan petunjuk untuk
membedakan jenis kelamin yang lebih baik, ukuran diameter vertikal
seperti yang dicantumkan oleh pearson dan bell hampir lebih besar dari 45
mm untuk laki-laki dan kurang 41 mm untuk perempuan , meskipun yang
19
lebih sering dipakai adalah ukuran yang berkisar 43 mm. pada pria
umumnya 43-56 mm dan 37-46 mm pada wanita.5
Ukuran kaput femur menurut penelitian Pearson dalam “Femur
menurut jenis kelamin bedasarkan perhitungan matematika” yang sering
dimasukkan dalam beberapa cara pengukuran. Dwight mempelajari ukuran
kaput femur dan kaput humerus dan menegaskan bahwa keduanya lebih
berguna daripada mengukur panjang tulang.5
Satu hal lagi, penggunaan metode dengan melakukan sejumlah
pengukuran untuk menentukan perbedaan pada jenis kelamin sudah
banyak ditinggalkan. Keterangan hal ini lebih lanjut dapat diketahui dari
Miller shavits. Sifat lain femur menurut jenis kelamin adalah pada sudut
yang dibuat badan tulang terhadap garis vertikal karena tulang pelvis pada
wanita relatif lebih besar, badan tulang harus dimiringkan agar bertemu
pada bagian lutut, sehingga condylus terletak pada bagian paling bawah
dari femur dalam posisi horisontal pada lempeng tibia. Dengan demikian
ketika tulang femur wanita diletakkan pada permukaan yang datar, sudut
yang terbentuk oleh tulang dengan permukaan tadi kurang lebih 76”
sedangkan pada tulang pria sedikit lebih besar yaitu berkisar 80”. Sudut
pada bagian leher dari badan femur (sudut pada collum dan diafisis) telah
dipelajari oleh godycki, hasilnya mengemukaan bahwa tulang dengan
sudut kurang dari 40’ hampir 85% terdapat pada pria, sedangkan jika sudut
lebih besar dari 50 “ hampir 75 % terdapat pada wanita.5
Sebagian besar pekerja telah bekerja dengan spesimen tulang
kering, ketika metode yang digunakan sudah menggunakan tulang segar,
tapi memang akan bermakna bila menggunakan sambungan kartilago yang
dimana lebih relevan.
20
Tabel 5. Perbandingan panjang relative tulang panjang antara pria dan
perempuan menurut Krogman 5
Tulang Laki-laki
Panjang (mm)
Perempuan
Panjang (mm)
Rasio laki-laki
dan perempuan
Femur 491 434 88,5
Tibia 409 359 88,0
Fibula 388 351 90,5
Humerus 336 317 94,5
Radius 255 220 86,4
Ulna 276 236 85,5
C. PENENTUAN UMUR BERDASARKAN PEMERIKSAAN TULANG
1. Penentuan umur berdasarkan morfologi symphysis pubis 8
Adapun metode-metode yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode Todd (1920-1921)
Berdasarkan penelitian atas kerangka manusia 18-50 tahun, Todd
membagi umur dalam 10 fase sebagai berikut :
1) Fase paska adolosen pertama ( umur 18-19 tahun )
Permukaan simfisis kasar, terbagi oleh tonjolan melintang yang di
batasi oleh cekungan yang jelas, tak ditemukan nodulus ossifikasi
(epifiseal) yang menyatu dengan permukaan, tidak dijumpai tepi yang
berbatas tegas, tidak dijumpai batas ektremitas.
2) Fase pasca adolesen kedua (umur 20-21 tahun)
Permukaan simfisis masih kasar dengan tonjolan melintang dan
cekungan diantaranya, tetapi cekungan mulai berkurang idekat batas
dorsal karwena terisi oleh tulang yang teksturnya halus. Formasi ini
mulai menyamarkan ekstremitas inferior dari tonjolan horizontal.
Nodulus ossifikasi (epifiseal) mungkin bersatu dengan permukaan
simfisis bagian atas, batas tepi dorsal mulai terbentuk, tidak ada batas
ektremitas, bagian depan samar-samar terhadap lereng ventral (ventral
bevel).
21
3) Fase pasca adolesen ketiga (umur 22-24 tahun)
Permukaan simfisis menunjukan obliterasi progressif tonjolan dan
cekung. Terbentuk plato dorsal, terdapat nodulus ossifikasi, tepi dorsal
bertahap makin jalas, tidak dijumpi pembatsan ekstremitas.
4) Fase keempat (umur 25-26)
Peningkatan keras daerah lerng ventral, berhubungan dengan
hilangnya tonjolan dan cekungan, batas tepi dorsal sempurna akibat
terbentuknya plato dorsal, terdapat pembatasan ektremitas.
5) Fase kelima (umur 27-30 tahun)
Sedikit atau tidak ada perubahan pada permukan simfisis dan plato
dorsal, kecuali dijumpai adanya usaha sporaik dan premau pmbetukan
tanggul ventral (ventral rampart), ekstremitas bwah perti tepi dorsal,
baasnya makin bertambah jelas, pembentukan ekstremitas atas atau
tanpa bawah intervensi nodulus tulang (epifiseal).
6) Fase keenam (umur 39-44 tahun)
Batas ekstremitas makin jelas, perkembangan dan penyempurnaan
tanggul ventral terdapat gambaran granular pada permukaan simfisis
dan bagian ventral pubis tidak dijumpai bibir (lipping) pada tepi
simfisis.
7) Fase ketujuh (umur 35-39 tahun)
Perubahan pada permukaan simfisis dan bagian ventral pubis akibat
berkurangnya aktivitas, terjadi pertumbuhan tulang pada peltqakan
tendon dan ligamen terutama tendon gracilis dan ligamen
sakrotuberosum.
8) Fase kedelapan (39-44 tahun)
Permukaan simfisis umumnya halus dan inaktif, permukaan ventral
juga inaktif, batas oval sempurna atau hampir sempurna, ekstremitas
sangat jelas, tidak dijumpai bingkai (rim) yang jela pada permukaan
simfisis, tidak dijumpai bibir yang jelas baik pada tepi ventral aupun
dorsal.
9) Fase kesembilan (umur 45-50 tahun)
Permukaan simfisis menunjukan lebih kurang bingkai yang jelas, tepi
dorsal smuanya berbibir, tepi ventral berbibir tidak teratur.
22
10) Fase kesepuluh (umur 50 tahun keatas)
Permukaan simfisis mengalami erosi dan menunjukan osifikasi yang
tidak menentu, tepi ventral lebih kurang mulai hancur dengan
bertambahnya umur.
b. Metode Hanihara – Suzuki
Ada 7 komponen yang diperiksa, yaitu :
1) Tonjolan dan cekungan horizontal
Tonjolan dan cekungan horizontal ini sangat jelas pada yang berumur
20 tahun : tonjolan tinggi dan cekungan tajam serta dalam. Pada umur
antara 20-23 tahun cekungan menjadi dangkal dan tonjolan relatif
tumpul. Pengikisan yang berlanjut sampai kira-kira umur 27 tahun,
setelah umur 28 tahun dengan sedikit kekecualian gambar ini akan
hilang seluruhnya permukaan simfisis akan menjadi datar.
2) Tuberkulum pubikum.
Pada tulang pubis orang yang berumur dibawah 23 tahun,
tuberkulumnya melekat melalui tulang rawan sehingga garis efisial
masih terlihat. Setelah umur 24 tahun tuburkulum akan menyatu
dengan tulang pada semua orang tanpa kecuali.
3) Ujung bawah
Sebelum umur 22 dan 23 tahun, ujung bawah permukaan simfisis tak
dapat dibedakan dari ujung atas rumus pubis inferior. Pada umur 23-
30 tahun, bagian bawah permukaan simfisis di batasi oleh tonjolan
sempit dan setelah 30 tahun, tonjolan itu melebar dan banyak kasus
bentuknya menjadi segitiga menonjol.
4) Tepi dorsal
Sampai dengan umur 19 tahun, tidak terdapat tonjolan pada batas
dorsal pada permukaan simfisis. Pada sekitar 20 tahun suatu tonjolan
samar-samar muncul pada batas dorsal permukaan. orang yang lebih
tua dari 27 tahun menunjukkan pembentukan tonjolan yang hampir
sempurna meskipun masih sempit pada seluruh panjang tepi dorsal.
Pada separuh kasus setelah 33 atau 34 tahun, tapi hal ini sangat
bervariasi.
23
5) Nodulus osifikasi superior.
Pembentukan nodulus terjadi pada permukaan pubis bagian atas
selama waktu yang terbatas. Tak ditemukannya nodulus bisa berarti
umurnya dibawah 20 tahun diatas 27 tahun. Ia jelas terlihat pada umur
21-27 tahun.
6) Lereng ventral.
Sampai umur 22 tahun keatas, batas ventral permukaan simfisis pubis
bersatu dengan permukaan ventral permukaan tulang pubis. Pada
umur yang lebih tua terbentuk permukaan sempit diantara keduanya.
Tood menyebutkan lereng ventral permukaan intermedia dan
menganggapnya sebagai gambaran yang berguna untuk perkiraan
umur. Ia mulai muncul pada umur 23 tahun dan baru sempurna pada
umur 27 tahun. Antara 28-33 tahun ia telah terbentuk sempurna
sepanjang permukaan simfisis pubis. Pada individu yang pada
umurnya lebih tua dari 33 atau 34 tahun bagian atas lereng ventral
menghilang tapi pada variasi hal ini sangat besar.
7) Bingkai simfisis
Pada orang yang lebih tua, permukaan simfisis kadang-kadang
dibatasi oleh bingkai yang relatif lebar dan tumpul. Hal ini dapat
dijumpai pada orang yang berumur diatas 30 tahun dan frekuensinya
meningkat setelah umur 34 tahun, meskipun variasinya juga besar.
karenanya bila dijumpai bingkai yang jelas secara aman dapat
dikatakan bahwa umur 35-an atau lebih, tetapi individu tanpa bingkai
mungkin tidak selalu mudah.
24
2. Penentuan umur dengan mulai bersatunya epiphysis dengan diaphysis
Tabel 6. Penentuan umur dengan mulai bersatunya epiphysis dengan
diaphysis
Epiphysis Umur saat mulai
bersatunya Epiphysis (tahun)
Laki-laki Perempuan
Klavikula, medial 18 – 22 17 – 21
Scapula: processus acromialis 14 – 22 13 – 20
Humerus : caput
Tuberkel mayor
Trochlea
Epicondylus lateralis
14 – 21
2 – 4
11 – 15
11 – 17
14 – 20
2 – 4
9 – 13
10 – 14
Radius: caput
distal
14 – 19
16 – 20
13 – 16
16 – 19
Ulna, distal 18 – 20 16 – 19
Ilium : Krista iliaca 17 – 20 17 – 19
Ischium: pubis 7 – 9 7 – 9
Tuberositas ischium 17 – 22 16 – 20
Femur: caput
Distal
15 – 18
14 – 19
13 – 17
14 – 17
Tibia: proximal
Distal
15 – 19
14 – 18
14 – 17
14 – 16
Fibula : proximal
distal
14 – 20
14 – 18
14 – 18
13 – 16
3. Penentuan umur dengan penutupan sutura pada krania.2
Salah satu teknik yang dikembangkan oleh Meindl dan Lovejoy (1985) untuk
menentukan umur mati adalah “latero-anterior suture closure”, penutupan
sutura cranial pada daerah lateral dan anterior. Sutura-sutura yang diperiksa
adalah:
a. Midcoronal
b. Pterion
c. Sphenofrontal: titik tengah
25
d. Sphenotemporal inferior
e. Sphenotemporal superior
4. Penentuan umur dengan pertumbuhan gigi
Klasifikasi dan erupsi gigi terjadi pada umur tertentu, sehingga pengetahuan
mengenai saat gigi mengalami erupsi bisa dipakai sebagai acuan penentuan
umur individu dari umur intrauterine sampai dengan dewasa.