This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Peran Organisasi Profesi Pustakawan dan Manfaatnya Bagi Pustakawan dan Masyarakat
Melihat begitu pentingnya
kompetensi dan profesionalisme
kepustakawanan, maka perlu
kiranya kita melihat bagaimana
peran organisasi profesi
pustakawan pada pustakawan
itu sendiri serta sejauhmana
manfaatnya bagi masyarakat pada
umumnya.
Di Indonesia organisasi
kepustakawanan disebut
dengan IPI (baca: l-Pe-l) (Ikatan
Pustakawan Indonesia). IPI sudah
berdiri sejak tahun 1973dan
diakui keberadaannya oleh
pemerintah. Selain IPI pustakawan
memiliki ISIPII (Ikatan Sarjana
llmu Perpustakaan dan Informasi
Indonesia), ATPUSI (Asosiasi
Tenaga Perpustakaan Seluruh
Indonesia), apisi (Asosiasi Pekerja
Informasi Sekolah Indonesia),
dan CONSAL (Congress of
Southeast Asian Librarians)
sebagai organisasi pustakawan
pada tingkat regional serta
IFLA [International Federation of
Library Association) pada tingkat
internasional. Adapun peran dari
organisasi profesi pustakawan
menurut Zen (2009) adalah:
1. Menjamin kompetensi profesional pustakawan.
2. Meningkatkan status profesi dengan menentukan
persyaratan, standar, dan
norma minimal pustakawan.
3. Meningkatkan mutu profesi melalui berbagai kegiatan dan
aktifitas kepustakawanan.
4. Mengawasi kegiatan dan
prilaku pustakawan dengan
kode etik, tata tertib disertai
dengan sanksi-sanksinya.
5. Memonitor peraturan
perundang-undangan yang
mempengaruhi perpustakaan
dan layanan.
6. Menciptakan, memelihara
dan mendorong manajemen
layanan perpustakaan yang
memuaskan pemustaka.
7. Meningkatkan kajian
dan penelitian bidang
perpustakaan dan informasi.
8. Melakukan kerjasama dengan
asosiasi sejenis dan badan-
badan lain, nasional atau
internasional
Sedangkan manfaat organisasi
profesi pustakawan bagi
masyarakat menurut Zen (2009)
antara lain:
1. Mendapatkan layanan
bermutu.
2. Ikut memasyarakatkan
perpustakaan.
3. Memberikan apresiasi
terhadap pustakawan.
4. Mengenal perpustakaan dan
segala kegiatannya.
Melihat begitu besarnya
peran organisasi pustakawan
dalam dunia kepustakawanan
di Indonesia maka kita perlu
mengkaji apakah IPI sebagai
organisasi profesi pustakawan di
Indonesia sudah berperan seperti
apa yang dikatakan oleh Zulfikar
Zen tersebut bagi perkembangan
dunia kepustakawanan di
Indonesia dan sudah memiliki
banyak manfaat bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya?
Sebagai organisasi profesi
pustakawan maka tentunya
IPI diharapkan oleh para
pustakawan di Indonesia dapat
dijadikan sebagai sarana untuk
meningkatkan kompetensi
pustakawan yaitu kemampuan
(pengetahuan, pengalaman,
keterampilan) dalam mengelola
dan mengembangkan
pelaksanaan pekerjaan di bidang
kepustakawanan serta kegiatan
terkait lainnya. IPI juga harus
dapat menunjukkan jalan bagi
pengembangan karir pustakawan,
baik di tingkat nasional,
regional, maupun internasional.
Organisasi pustakawan ini
juga yang menetapkan kode
etik profesi pustakawan dan
melaksanakan sanksi atas
pelanggaran etika pustakawan.
Dalam perkembangannya
organisasi ini belumlah tampil
sebagai organisasi profesi yang
berwibawa. IPI dirasakan oleh
sebagian orang belum mandiri,
keuangan IPI masih banyak
tergantung pada subsidi dan
bantuan instansi di bidang
perpustakaan di Indonesia
(Perpustakaan Nasional Rl)
dan Badan-badan lain, baik
pemerintah maupun swasta.
Di samping itu, keterlibatan
para anggota IPI belum dapat
dilaksanakan secara optimal.
Seharusnya pustakawan sebagai
anggota IPI harus benar-benar
diberdayakan. Adapun upaya-
upaya pemberdayaan anggota
yang perlu dilakukan adalah
peningkatan kualitas anggota
dengan jalan kaderisasi anggota,
akreditasi menjadi anggota,
pelatihan, dan pendidikan dalam
arti yang luas.
Pendidikan dalam pengertian
ini bukan semata-mata
pengajaran pada anggota,
melainkan lebih dari pada
itu yaitu menumbuhkan
kepercayaan diri anggota sesuai
dengan perkembangan zaman
dan dapat menjawab tantangan
zaman, terlebih untuk mampu
bersaing dalam era informasi
dan globalisasi sekarang ini
dan dalam skala yang lebih
luas yaitu regional ataupun
internasional. Di samping itu IPI
harus memberikan kenyakinan
untuk membuka peluang agar
anggota dapat lebih berkarya
dan berpartisipasi aktif dalam
era sekarang ini, dengan
segala aktivitas, kreatifitas dan
Vol. 19 No. 1 Tahun 2012 26
ea lm«fe pustakawan
berbagai inovasi yang dapat
diimplementasikan secara nyata.
Namun pantas juga
dicatat dalam kurun waktu
perkembangannya hingga
saat ini IPI juga telah berhasil
menyelesaikan berbagai
programnya, seperti (1)
Pembentukan Pengurus Daerah
maupun Cabang di beberapa
provinsi Indonesia: (2).Membantu
memperjuangkan profesi
pustakawan sebagai tenaga
fungsional (3)Mempromosikan
perpustakaan di kalangan
masyarakat dan pemerintahan,
(4) Melakukan kerjasama dengan
organisasi lain yang terkait
dengan profesi pustakawan
dan kegiatan perpustakaan
(5). Memberikan pembinaan
terhadap anggota dengan
berbagai kegiatan ilmiah,
(6). Memberikan pembinaan
terhadap lembaga pendidikan
pustakawan, baik pendidikan
formal, nonformal dan informal,
(7) Membina hubungan
dengan I FLA, dan CONSAL, (8)
Menyelenggarakan kongres 3
tahun sekali dan terakhir adalah
(9) usaha untuk membantu
pemerintah khususnya para ahli
di bidang ilmu perpustakaan
dalam melakukan sertifikasi
pustakawan agar profesi
pustakawan dapat diakui sebagai
tenaga yang profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Mencermati perubahan
yang semakin besar, organisasi
profesi pustakawan Indonesia
hendaknya berupaya melakukan
berbagai perbaikan dan
pengembangan layanan
terbaiknya bagi kepentingan
masyarakat secara terencana
dan berkesinambungan. Dengan
demikian organisasi profesi ini
tidak akan kehilangan arah baik
dalam rangka pengambilan
keputusan, maupun dalam
rangka meningkatkan mutu
organisasi profesi.
Peran CONSAL Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pustakawan Di Asia Tenggara
Peningkatan kualitas profesi
pustakawan memang perlu
mendapat dukungan banyak
pihak, terutama dari pemerintah
dan masyarakat. Dukungan
dapat diberikan tidak hanya
dalam bentuk perhatian dan
dana, tetapi juga dukungan
dalam berbagai bentuk kegiatan-
kegiatan kepustakawan, baik
yang bersifat nasional, regional,
maupun internasional. Salah satu
bentuk kegiatan pustakawan
yang bersifat regional adalah
CONSAL (Congress of Southeast
Asian Librarians). CONSAL
mengadakan kongres setiap tiga
tahun sekali secara bergiliran di
masing-masing negara anggota
peserta CONSAL.Indonesia sudah
pernah menjadi tuan rumah
penyelenggara, yakni CONSAL
III pada bulan Desember 1975di
Jakarta dan CONSAL VIII pada
bulan Juni 1990. Acara tersebut
dibuka oleh Presiden Rl Soeharto.
Untuk General Congress CONSAL
XV mendatang, juga akan
diadakan di Indonesia, tepatnya
di Denpasar Bali pada bulan Mei
2012. Rencananya kongres itu
akan dibuka oleh Presiden Rl
Soesilo Bambang Yudhoyono dan
diperkirakan sekitar lima ratus
sampai seribu orang pustakawan
akan hadir di sana pada acara
puncaknya.
Kongres menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005)
adalah: pertemuan besar para
wakil organisasi (politik, sosial,
profesi) untuk mendiskusikan
dan mengambil keputusan
mengenai pelbagai masalah.
CONSAL sebagai wadah
pertemuan Pustakawan se-
Asia Tenggara muncul karena
adanya kebutuhan bersama dari
pustakawan-pustakawan di Asia
Tenggara dalam hal perlunya
melakukan kerjasama regional
di dalam mengembangkan
dunia perpustakaan dan
kepustakawanan di antara
negara-negara anggota. Dalam
kongres ini masing-masing
negara peserta mengirimkan
delegasinya, biasanya adalah
Kepala Perpustakaan, Ikatan atau
Asosiasi Pustakawan danwakil
pustakawandari berbagai
jenis perpustakaan, untuk
mendiskusikan dan mengambil
keputusan mengenai berbagai
masalah kepustakawanan yang
ada sesuai dengan tema dari
kongres pada saat itu.
Sebagai kongres yang
berskala regional, selama ini
relatif masih belum terlihat
peran CONSAL secara
maksimal, misalnya dalam
upaya meningkatkan kuantitas
dan kualitas kepustakawanan
di Asia Tenggara. Terlebih
lagi peran CONSAL pada
masyarakat di Asia Tenggara
pada umumnya khususnya di
Indonesia. Beberapa hal yang
dapat dijadikan catatan bahwa
CONSAL belum berperan secara
maksimal dalam meningkatkan
profesionalisme pustakawan di
Asia Tenggara misalnya:
1. CONSAL sebagai kegiatan
pertemuan akbar
pustakawan se-Asia Tenggara
belum tersentuh oleh
pustakawan-pustakawan
di lapisan bawah. Selama
ini CONSAL lebih banyak
dihadiri oleh kaum elite
pustakawan, yang notabene
adalah para pejabat-pejabat
pustakawan ataupun
kepala-kepala perpustakaan
yang terkadang bukan
pustakawan. Akibatnya
Vol. 19 No. 1 Tahun 2012 2 7
seringkali kegiatan kongres
yang diadakan setiap 3 tahun
sekali banyaktidakdiketahui
oleh pustakawan-pustakawan
di lapisan bawah. Demikian
juga dengan hasil-hasil
keputusan dari forum CONSAL
juga seringkali tidak diketahui
oleh para pustakawan di
lapisan bawah. Seharusnya
CONSAL dapat menjadi
jembatan perantara dalam
meningkatkan hubungan
dan komunikasi di antara
pustakawan-pustakawan pada
lapisan bawah tersebut.
2. Sebagai perhimpunan
pustakawan di AsiaTenggara,
CONSAL seharusnya dapat
menjadi motivator bagi
para pustakawan di Asia
Tenggara untuk sama-
sama maju, berkembang,
dan bekerjasama saling
menguntungkan satu sama
lain, karena masing-masing
negara anggota CONSAL
sama-sama memiliki ragam
budaya yang sangat unikyang
perlu diketahui oleh negara-
negara lain.
3. CONSAL juga perlu
mendukung terbentuknya
kerjasama dalam bidang
pengembangan pelayanan
perpustakaan, misalnya
dengan membentukjaringan
kerjasama yang berbasis
teknologi informasi karena
sekarang ini infrastruktur
yang ada di perpustakaan
sudah sangat mendukung,
misalnya jaringan internet
yang sudah semakin murah
dan mendunia. Juga perlu
diprakarsai pembuatan
"Katalog Induk" untuk negara-
negara di kawasan ASEAN.
4. "Standarisasi Perpustakaan
untuk Kawasan ASEAN"juga
belum ada. Seharusnya ada
upaya bagi negara-negara
anggota CONSAL untuk
membuat standar- standar
tertentu, sehingga setiap
negara memiliki target dan
berusaha untuk mencapai
standar-standar tersebut.
Misalnya di tahun 2020
perpustakaan-perpustakaan
di Asia Tenggara sudah
memiliki "Pangkalan Data
Bersama".
5. CONSALjuga perlu
memprakarsai penerbitan
"Jurnal CONSAL" sebagai
sarana komunikasi di antara
pustakawan-pustakawan di
Asia Tenggara. Bagaimana
mungkin setiap anggota
dari masing-masing negara
mempunyai'rasa memiliki
CONSAL'bila sarana
komunikasi antar anggota
seperti jurnal saja tidak
ada. Seperti kita ketahui
jurnal juga dapat berfungsi
sebagai media komunikasi
di antara para peneliti. Jika
CONSAL memiliki jurnal,
maka hasil-hasil penelitian
bidang perpustakaan dan
kepustakawanan akan dapat
diterbitkan dan diketahui
serta dibaca oleh seluruh
pustakawan dari masing-
masing negara peserta dan
juga negara-negara lainnya.
6. Delegasi CONSAL pada
tingkat 'nasional' harus
memiliki website tersendiri,
sehingga pustakawan di
Indonesia dapat menyalurkan
ide-idenya yang pada
akhirnya semua ide dan
gagasan-gagasan baru
tersebut dapat dibicarakan
sebagai isu nasional yang
akan dibawa ke pertemuan
CONSAL di tingkat
regional. Dengan demikian
pustakawan Indonesia akan
dapat berinteraksi secara
nasional tetapi berskala
regional (ASEAN). Hasil-hasil
keputusan dari pertemuan
kongres tersebut dapat di
publikasikan di website
CONSAL sehingga dapat
diketahui oleh seluruh
pustakawan dari negara-
negara peserta.
7. CONSALjuga diharapkan
dapat menjembatani
"PertukaranTenaga
Pustakawan"antar negara-
negara anggota, mencontoh
ide"Pertukaran Pelajar"
seperti yang selama ini
sudah sering dilakukan. Hal
ini akan dapat memotivasi
hubungan baikdi antara
pustakawan, mendekatkan
hubungan diantara mereka
dan menimbulkan perasaan
"senasib" sebagai pustakawan.
Juga dapat dijadikan sebagai
sarana berbagi informasi,
pengetahuan, keterampilan
dan menambah pengalaman
yang berbeda mengenai
bidang kerja kepustakawanan.
8. CONSALjuga seharusnya
dapat memberikan informasi
tentang "Job & Career" bagi
pustakawan-pustakawan
yang ingin berkiprah secara
regional/internasional.
Sebagai contoh: sebagai
Pustakawan Muda saya
tentunya memiliki harapan-
harapan untuk dapat
berkarir sebagai pustakawan
profesional di Asia Tenggara,
misalnya Malaysia. Ada
baiknya jika CONSAL dapat
membantu merealisasikan
hal-hal seperti ini.
Berdasarkan beberapa
catatan tersebut, kita dapat
melihat bahwa masih banyak
masalah-masalah penting yang
harus diperhatikan, ditangani
dan diselesaikan oleh CONSAL.
Beberapa masalah bahkan
28 Vol. 19 No. 1 Tahun 2012
pustaka an
sangat urgen untuk segera
direalisasikan, seperti misalnya
penerbitan jurnal CONSAL
sebagai media komunikasi
bagi setiap pustakawan di Asia
Tenggara dan sebagai media
publikasi terhadap berbagai
bentuk tulisan dan hasil-hasil
penelitian para pustakawan.
Karena media komunikasi seperti
website CONSAL yang selama
ini sudah ada, penulis menilai
masih belum diberdayakan
secara maksimal. Masih banyak
informasi-informasi penting
yang belum dimuat di website
CONSAL, misalnya tentang hasil-
hasil keputusan penting yang
harus dilakukan oleh setiap
pustakawan di setiap negara
peserta. Dengan adanya media
komunikasi seperti jurnal maka
keberadaan CONSAL akan lebih
memasyarakat di kalangan
pustakawan di Asia Tenggara,
bukan hanya sekedar dikenal
ketika kongres akbar akan
berlangsung.
Namun tidak dipungkiri
bahwa CONSALjuga sudah
memiliki beberapa prestasi,
misalnya sebagai organisasi
kepustakawanan yang telah
ada sejak tahun 1970 CONSAL
masih mampu untuk terus eksis
hingga saat ini. CONSALjuga
telah berhasil menyelenggarakan
kongres I sampai ke XIV.
CONSALjuga turut memberi
sumbangan kepada bertambah
eratnya saling pengertian
dan persahabatan serta
kerjasama saling bermanfaat
dalam dunia perpustakaan
dan kepustakawanan antara
bangsa-bangsa di kawasan Asian
Tenggara.
Penutup Di tahun 2012, Perpustakaan
Nasional Rl bersama Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI)
dipercaya menjadi tuan rumah
Kongres Pustakawan se-Asia
Tenggara (CONSAL) di Kuta, Bali.
Kesempatan ini hendaknya dapat
dijadikan sarana oleh IPI untuk
dapat lebih berperan secara
maksimal dalam memajukan
dunia perpustakaan dan profesi
pustakawan di Indonesia karena
IPI sebagai jembatan komunikasi
para pustakawan dalam setiap
pertemuan CONSAL.
Melalui organisasi IPI
diharapkan para pustakawan
dapat mereformasi diri demi
pengembangan kualitas
perpustakaan. Profesionalisme
para pustakawan turut mendukung
kualitas suatu perpustakaan. Jika
aneka aspek di atas teraktualisasi
secara baik maka visi dan misi
perpustakaan yakni wadah
penyedia informasi demi
kecerdasan masyarakat pun dapat
mencapai hasilnya. Pustakawan
yang bekerja secara profesional
juga dapat mengembangkan karir
pustakawannya ke tingkat regional/
internasional.
CONSAL sebagai wadah
pertemuan Pustakawan se-
Asia Tenggara muncul karena
adanya kebutuhan bersama dari
pustakawan-pustakawan di Asia
Tenggara dalam hal perlunya
melakukan kerjasama regional di
dalam mengembangkan dunia
perpustakaan dan kepustakawanan
di antara negara-negara anggota.
Namun sebagai kongres yang
berskala regional, selama ini relatif
masih belum terlihat peran CONSAL
secara maksimal, misalnya dalam
upaya meningkatkan kuantitas
dan kualitas kepustakawanan
di Asia Tenggara. Terlebih lagi
peran CONSAL pada masyarakat
di Asia Tenggara pada umumnya
khususnya di Indonesia. Hendaknya
setiap tema yang diusung dalam
setiap kongres CONSALjuga hasil-
hasil keputusan kongres dapat
diaplikasikan secara nyata di
setiap jenis perpustakaan. Jadi
bukan hanya sekedar slogan
semata.
Perpustakaan Nasional
Rl dan Ikatan Pustakawan
Indonesia sebagai delegasi
utama {Executive Board) pada
setiap penyelenggaraan
CONSAL hendaknya mampu
menyampaikan berbagai aspirasi
para pustakawan di Indonesia
dalam setiap pertemuan
CONSAL. Dengan demikian
CONSAL secara nyata akan
dapat berperan secara mak-
simal dalam mengembangkan
profesionalisme pustakawan
di Asia Tenggara, khususnya di
Indonesia, a
Corsgrees of Southeast As ian Librarians. 201 \. About CONSAL: Sonferences.Sumber: http://www. consai.org/index.php?o
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Batai Pustaka.
Masruroh. 2007. Organisasi Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Makajaft. D3 Perpustikaan Dan informasi Mam, Fakultas AdabUniversitas Islam Negeri Sunan KalifagaYogyarkarta.
Saleh, A. R. 2004. Manfaat Standar Kompetensi dan Etika profesi Dalam Peningkatan Profesionalisme Pustakawan.Sumber: http:// repository.ipb.ac.id/
Soeharto, 1990. Sambutan Presiden Pada Upacora Pembukaan Kongres Pustakawan Asia Tenggara Ke-8 Pada Tanggal 11 Juni 1990 Di tstana NegaraSumber: http:// ki-lembagaanfiTt". pnri.go.id/pdf/
Sutistyo-Basuki. 1991. Pengantar llrnu Perpustakaan. Jakarta: Gra media Pustaka Utama.
Zen, Z. 2009. Penfmgnya Asosiasi Profesional. Sumber: http^/staff. ui.ac.id/intemal/131408288/ publSkasi/ACEHIAINPRQFESI.ppt