Top Banner
PUSAKA PARA DEWA (Lovely Dear) Episode 1 Dhuaaaarrrr……….!!! Bunyi ledakan yang maha dahsyat terdengar memekakkan telinga di salah satu lembah yang penuh dengan hawa halimun tipis di lembah pengunungan yang terletak di antara puncak-puncak Thai San yang menjulang tinggi. Tubuh seorang pemuda berusia enam belas tahunan tampak melayang turun dengan perlahan diatas rerumputan basah setinggi setengah jengkal. Anehnya, walaupun rerumputan tersebut di injak oleh kaki anak itu tapi kalau di perhatikan lebih teliti, ternyata rumput tersebut tidak bengkok ataupun bergoyang, atau lebih tepatnya, anak itu sedang berdiri di ujung rumput dengan ringan sekali. Pemuda itu bertelanjang dada, dan nampak gagah. Yang mengherankan adalah tubuh anak itu di selimuti cahaya tipis keemasan yang kemudian, menghilang dengan perlahan . “Hohoho…Sian kong-cu, hebat…hebat akhirnya kau menguasai pukulan Kiu- Sian I-Sin-kang dengan sempurna…hahaha…hebat…hebat…” Seorang kakek setengah bongkok tertawa mendekati pemuda yang di panggil Sian kong-cu (tuan muda Sian) itu sambil bertepuk tangan. Anehnya, pemuda tersebut justru tidak nampak gembira, matanya menyorot tajam bagai pedang sambil menatap tebing di hadapannya yang berlubang sebesar kerbau, sedalam tujuh inci di hadapannya, namun di balik sorotan tajam itu ada sinar ke tidakpuasan yang dalam…sampai lama akhirnya sinar mata yang tajam itu perlahan mulai lembut dan mulutnya mengguman perlahan: “Hemmnnn, belum sempurna…sama sekali belum sempurna…”
10

PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

Apr 10, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

PUSAKA PARA DEWA

(Lovely Dear)

Episode 1

Dhuaaaarrrr……….!!!

Bunyi ledakan yang maha dahsyat terdengar memekakkan telinga di salah satu lembah yang penuh dengan hawa halimun tipis di lembah pengunungan yang terletak di antara puncak-puncak Thai San yang menjulang tinggi.

Tubuh seorang pemuda berusia enam belas tahunan tampak melayang turun dengan perlahan diatas rerumputan basah setinggi setengah jengkal. Anehnya, walaupun rerumputan tersebut di injak oleh kaki anak itu tapi kalau di perhatikan lebih teliti, ternyata rumput tersebut tidak bengkok ataupun bergoyang, atau lebih tepatnya, anak itu sedang berdiri di ujung rumput dengan ringan sekali.

Pemuda itu bertelanjang dada, dan nampak gagah. Yang mengherankan adalah tubuh anak itu di selimuti cahaya tipis keemasan yang kemudian, menghilang dengan perlahan .

“Hohoho…Sian kong-cu, hebat…hebat akhirnya kau menguasai pukulan Kiu-Sian I-Sin-kang dengan sempurna…hahaha…hebat…hebat…”

Seorang kakek setengah bongkok tertawa mendekati pemuda yang di panggil Sian kong-cu (tuan muda Sian) itu sambil bertepuk tangan.

Anehnya, pemuda tersebut justru tidak nampak gembira, matanya menyorot tajam bagai pedang sambil menatap tebing di hadapannya yang berlubang sebesar kerbau, sedalam tujuh inci di hadapannya, namun di balik sorotan tajam itu ada sinar ke tidakpuasan yang dalam…sampai lama akhirnya sinar mata yang tajam itu perlahan mulai lembut dan mulutnya mengguman perlahan:

“Hemmnnn, belum sempurna…sama sekali belum sempurna…”

Page 2: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

“Eh, Kong-Cu, apa maksudmu belum sempurna, tidakkah kau lihat tebing batu cadas itu berlubang sebesar kerbau...sangat jarang ada pemuda enam belas tahun bisa melatih tenaga dalam sampai setingkat itu, bahkan tokoh-tokoh tingkat satu di kang-ouw belum tentu dapat menyamaimu?...” kakek bongkok itu terdiam sejenak kemudian melanjutkan dengan bersemangat “...hah, tidak percuma kong-kongmu mengoperkan tenaganya padamu sebelum beliau mati...”

“Akhh...paman Hou, kong-kong memang sudah berkorban banyak dengan mengoperkan sin-kangnya padaku, apalagi dengan adanya darah mujizat It-kak-liong (naga tanduk satu) dan tiga buah pil penambah tenaga pemberian Yok-Sian Sian-jin seharusnya hasil yang ku capai lebih daripada hanya membuat lubang besar ini...”

“Maksud Sian kong-cu, Kiu-Sian I-Sin-Kang bisa bisa berbuat lebih dari ini?...

“Paman Hou, paman tidak memahami ilmu ini, karena paman tidak pernah belajar silat, tapi sebenarnya Kiu-Sian I-Sin-Kang mempunyai sembilan tingkatan yang terbagi dalam tujuh unsur yang berdiri sendiri-sendiri tapi bisa saling menunjang, yaitu: Tanah, Angin, Besi, Air, Api, Awan, Petir, Getaran dan Kekosongan....tadi aku memang mengerahkan tingkat ke sembilan, tapi hanya sampai unsur Awan, kalau aku sudah mencapai tingkat ‘Kekosongan Sesuai kehendak’ maka barulah aku boleh puas....” Setelah berkata demikian, pemuda itu tertunduk sambil termenung...”

“Sian kong-cu, memangnya apa kelebihannya kalau sudah sampai tingkat kekosongan..?” desak kakek bongkok itu sambil menunjukkan wajah penasaran...

Perlahan pemuda itu mengangkat kepalanya dan sambil tersenyum misteri dia menjawab kalem “Tak terbayangkan paman...tak terbayangkan...!” terus saja dia melangkah meninggalkan tempat itu menuju ke sebuah guha yang besar agak tersembunyi di lereng lembah itu, beberapa saat kemudian kakek itupun berlalu sambil menggelengkan kepala.

Ketika pemuda itu telah berada di dalam gua, segera dia menuju ke arah peti besar di sudut sebelah kiri, setelah berlutut dan menyembah tiga kali, dia mendorong peti besar tersebut sehingga nampaklah lorong panjang dengan anak tangga yang menurun ke bawah. Pemuda itu berjalan ke bawah, terus mengikuti alur jalan yang berbelok-belok hingga sampailah dia di tempat yang paling dalam dan jarang udaranya...

Ternyata itu adalah sebuah kuburan kuno yang terletak sangat jauh di dalam bumi. Di dalam kuburan itu ada kerangka tiga orang yang sedang duduk bersila. Dan di depan ketiga tengorak tersebut ada satu peti yang terbuka, di dalamnya ada tiga jilid kitab kuno yang sudah lusuh warnanya.

Page 3: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

Pemuda itu merongoh kantong sakunya dan mengeluarkan se-jilid kitab lain yang terbuat dari bahan sama bertuliskan Kiu-Sian I-Sin-Kang (Tenaga Jubah Sakti Sembilan Dewa ), lalu berlutut dengan sebelah kaki sambil tangannya meletakkan kitab itu menjadi satu dengan kitab-kitab lainnya.

“Sam-wi suhu, teecu Han Sian mengembalikan kitab ke tiga ini untuk di simpan kembali... ijinkan teecu menguburkan sam-wi suhu dengan layak” setelah berkata demikian, Han sian mengangkat tangan kanannya dengan lima jari terbuka di pukulkan ke langit-langit guha dengan perlahan, tapi hasilnya sungguh di luar dugaan, guha itu bergetar keras dan runtuh.

Di lain saat tubuh Han sian melesat dengan langkah-langkah yang aneh namun cepat sehingga hanya dalam dua kali kedipan mata dia telah berada di luar, di pinggir lembah sambil membelakangi guha yang hancur dan menutupi mulut guha.

Siapakah sebenarnya Han Sian ini? Dia sendiripun tidak mengetahui dengan jelas akan keadaannya. Sejak umur 5 tahun dia sudah ikut dengan seorang kakek tua renta yang dia pang gil dengan nama Bhok-kong-kong. Kakek itu sudah tua sekali, berusia 80-an tahun. Selama ini kakek itu sering menghilang, dan hanya muncul setiap sore sampai menjelang pagi saja untuk melatihnya ilmu silat.

Namun sayang hampir tiga tahun yang lalu kakek itu telah meninggal dunia setelah selesai membantu mengalirkan ‘Tenaga Inti Petir Murni’ padanya selama 3 jam. Hal ini membuat penyesalan yang amat dalam bagi anak muda ini, tapi menurut kong-kongnya itu adalah hal yang wajar karena ilmu Inti Petir Murni yang dia latih memang harus melalui mengoperan tenaga sin-kang seperti itu.

Sesaat sebelum kongkongnya meninggal, dia hanya di beri tahu tentang sebuah goa penyimpanan pusaka yang tersimpan di dalam kuburan kuno yang letaknya di dasar bumi. Menurut kongkongnya, selama ini tidak ada orang yang mengetahui tempat itu selain dia dan pembantunya, yaitu si kakek bongkok yang membesarkan Han Sian, karena mereka berdua memang bertugas menjaga tempat itu hanya saja di larang untuk memasukinya.

Dari situlah Han Sian mendapatkan ke-tiga kitab peninggalan para tokoh dewa yang telah hilang dari dunia persilatan selama 500 tahun lebih. Tapi menurut petunjuk bahwa dia hanya boleh mempelajari isi kitab itu selama 2 tahun dan kemudian harus menguburkannya bersama dengan kerangka-kerangka dalam kuburan kuno tersebut….

Ke-4 kitab pusaka yang di temukan oleh Han Sian ini berisi tiga rahasia Ilmu silat tingkat tinggi dan 2 Ilmu pusaka gaib yang sudah hilang dari dunia persilatan selama kurang lebih 500 tahun lalu.

Page 4: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

---lovelydear---

‘Tebing Langit’ adalah suatu puncak yang menjulang ke atas di antara jajaran Puncak Thai San. Puncak dari tebing ini sangat tinggi sehingga sangat sukar sekali untuk di capai, kecuali oleh orang yang memiliki tenaga sakti yang amat kuat saja. Disinilah Han Sian berdiam selama ini bersama dengan kakek bongkok yang selalu menemaninya.

Hari telah lewat tengah hari dan mulai menjelang sore., Keadaan di atas puncak itu hampir tanpa udara sama sekali namun sudah biasa bagi Han Sian dan kakek bongkok yang selalu menemaninya.

Segera setelah berpamitan dengan pengasuhnya itu, yang melepas kepergiannya dengan berat hati, Han Sian mulai bersiap menuruni’Tebing Langit’. Selama 2 tahun terakhir ini Han Sian tidak pernah menuruni tebing langit tersebut. Setelah memandang sekilas ke bawah yang nampak hanya seperti titik kecil saja. Dia mulai mengerahkan tenaga kearah kaki dengan pengerahan ilmu Thian-In Hui-cu (Terbang Menunggang Awan Langit), dan perlahan-lahan tubuhnya terangkat ke atas dan kemudian meluncur ke bawah dengan ringan.

Sekian lama tubuhnya meluncur ke bawah dan ketika hampir mencapai bumi, tangannya di pukulkan ke bawah dengan perlahan dan muncul segulungan kabut berbentuk awan di bawah kakinya yang menahan laju tubuhnya sampai mendarat perlahan di tanah.

Han Sian lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan dia terkagum menyaksikan keindahan pemandangan yang nampak. Namun matanya tertarik dengan suara riak air yang segar dari sungai kecil di sebelah kirinya. Dan dalam sekejap dia telah menceburkan dirinya tanpa melepaskan pakaian. Hatinya senang sekali, seperti burung yang baru lepas dari sangkarnya. Sampai lama tubuhnya terendam dalam air dengan posisi terlentang sambil tiduran. Hebat, ternyata dia memiliki kekuatan menahan nafas yang luar biasa sampai berjam-jam.

Sampai lama dia tidur terlentang di dasar sungai sambil menikmati keindahan isi sungai, tiba-tiba matanya terbeliak dengan sinar mata terkejut. Ternyata matanya menangkap gerakan ‘ikan besar’ yang sedang berenang, namun bukan ikan, karena yang satu ini memiliki ke unikan ganjil yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

‘Ikan besar’ itu mirip seperti dia, memiliki dua kaki dan dua tangan yang bergerak-gerak indah meraup air sambil meluncur ke depan. Saat dia memperhatikan lebih seksama, hatinya berdebar keras. Kedua kaki itu nampak indah dan padat, bergerak-gerak teratur memukul air di sekelilingnya. Yang lebih membuatnya terbelalak ialah kedua tangan dan kaki itu ternyata milik

Page 5: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

sebuah tubuh yang indah, polos tanpa pakaian sama sekali sehingga setiap lekuk dari sela paha, pinggang yang ramping dan dada yang bulat serta padat itu terlihat nyata sekali.

Bagaikan tersihir, seluruh tubuhnya tiba-tiba menegang dan mengeluarkan hawa panas yang segera membuat air di sekitarnya serasa mendidih. Hal mana tentunya menarik perhatian gadis yang sedang berenang tersebut. Sekejap dia memasukkan kepalanya ke dalam air dan ini membuatnya sangat terkejut sekali. Han Sian melihat dengan mata terbelalak mulut gadis itu terbuka seperti hendak mengatakan sesuatu. Dengan gerakan kilat tak lama kemudian gadis itu sudah naik ke darat.

Dengan perlahan Han Sian membiarkan tubuhnya terangkat sampai mumbul di permukaan. Di lihatnya gadis yang bertelanjang tadi sudah mengenakan kembali bajunya dengan agak sedikit awut-awutan. Sementara dia memandang dengan kagum, gadis itu berdiri membelakanginya.

Tubuhnya kemudian melayang mendekat. Baru saja dia hendak menyapa, tiba-tiba dia mendengar suara berdesing pedang yang tajam menyambar ke arah kepalanya. Tentu saja dia terkejut, tapi dengan hanya menggeser kakinya setengah langkah, pedang itu lewat di samping.

’Eh..eh..nona tung…. ‘

‘Dasar, laki-laki ceriwis, hidung belang…rasakan pedangku… ‘ sambil terus memaki dia menyerang lebih ganas lagi. Kali ini ujung pedangnya membuat tiga kali tusukan berantai dengan jurus ‘Tiga Tikaman Berantai’, salah satu dari 17 ilmu sakti warisan Kun-Lun-Pai.

Tapi dengan mudah kembali Han Sin menghindarinya. ‘Eh, nona, apakah salahku…mengapa engkau begitu bernafsu mau membunuhku ?’

Merasa di permalukan, dan menyadari dirinya tidak dapat berbuat apa-apa kepada pemuda yang ada di depannya itu, gadis itu tiba-tiba melemparkan pedangnya ke tanah, kemudian dia menangis terisak sambil kedua tangan menutup ke muka

‘Huuuu…huuu…huuu, kau menghinaku dengan melihat tubuhku, tapi masih juga mau mempermainkanku…huuu…huuu.. !’

Demi mendengar hal itu dan melihat nona itu menangis, Han Sian kemudian maju perlahan sambil tangannya bergerak ke kanan, ke arah pedang gadis tersebut, dan dalam sekejap pedang itu sudah melayang perlahan ke tangannya.

Page 6: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

‘Nona, maafkan kalau aku sudah bersalah kepadamu, sungguh aku tidak sengaja, sudah satu jam setengah aku tiduran di dasar sungai sambil menikmati keindahan dasar sungai sampai…. !’ Dengan sedikit ragu dia lanjutkan. ‘…sampai nona muncul…dan sekarang kalau nona mau menggunakan pedang ini, silahkan…saya tidak akan melawan atau menghindar’ Berkata demikian Han Sian mengacungkan pedang pendek itu ke arah gadis itu sabil terus memandang dengan penuh penyesalan.

Gadis itu perlahan menurunkan tangannya dan memandang ke arah pedangnya dengan terbelalak. Sungguh indah mata dan wajah yang ayu itu dalam pemandangan Han Sian sehingga dia tertegun sambil menatap kagum.

‘Kau, benarkah kau tidak akan melawan… ? tanya gadis itu dengan pandangan penuh selidik untuk memastikan sambil meraih pedangnya dan mengangkat tinggi di atas kepala..

‘Ya nona, kalau kau suka, kau boleh berbuat apa saja… aku tidak akan melawan’ Sambil berkata demikian, Han Sian balas menatap mata itu penuh kagum. Cantik sekali, mungkin ini pertama kalinya Han Sian bertemu dengan gadis secantik ini di usianya yang sudah 16 tahun tersebut.

Tangan gadis itu yang memegang pedang yang terangkat tinggi tiba-tiba lemas ke bawah. Dia sendiri tidak habis mengerti, dan walau dia coba untuk mengerti tetap juga tidak mengerti.

Pemuda di depannya ini menatapnya dengan tajam, namun lembut. Sudah banyak kali dia melihat tatapan mata para pria hidung belang yang kurang ajar, tapi tatapan ini pada hakekatnya lain dari yang lain. Tidak ada sinar kekurang ajaran, tatapan yang tajam namun penuh penyesalan itu menampakkan kekaguman dan membawa kehangatan.

‘Eh bagaimana nona?…. ‘ Han Sian bertanya lembut. Tak dapat di sangkal mukanya memerah, saat melihat tatapan gadis itu yang menatapnya bengong. ‘Mengapa nona tidak melanjutkan serangan…’

Seperti baru bangun dari sihir, gadis itu tersentak, sekejap mukanya memerah. Yah, hakikatnya dia tak dapat berkata apa-apa. Seharusnya dia marah, tapi entah mengapa, perasaan marah tadi telah sirna dan hilang tanpa bekas.

‘Ohh…tidak…tidak...’ Berusaha menyembunyikan perasaan hatinya, dia melanjutkan ‘mmm…engkau telah mengakui, lagi pula itu memang bukan salahmu, aku saja yang lagi sial…’

Sekejap kemudian gadis itu telah membalikkan diri dengan kepala tertunduk. Diam sambil menunggu, tanpa mengeluarkan suara, dan memang tidak ada yang perlu dia katakan lagi, tindakannya itu saja sudah lebih dari cukup.

Page 7: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

Han Sian berdiri perlahan sambil tersenyum, kemudian bertanya perlahan: ‘Nona, terima kasih atas kebaikan hatimu, namaku Han Sian, aku baru saja turun gunung dan masih kurang pengalaman…bolehkah aku mengetahui nama nona ?...’

Gadis itu mengangkat kepala. Dalam hatinya sebenarnya berterima kasih atas sikap pemuda itu yang memecahkan kekakuan di antara mereka.

‘Aku…aku Cu In Lan…’ Pendek saja, namun di iringi senyuman yang manis. Senyuman yang mengatasi semua kebekuan dan menjadikan suasana lebih hangat serta menyenangkan.

---lovelydear---

Angin dingin semilir bertiup mewarnai suasana mencekam di lembah Kiam-kok, salah satu lembah yang cukup terkenal karena menjadi sarang dari It-Kiam-Pang (Perkumpulan Pedang Tunggal). Perkumpulan ini di dirikan salah satu anak perguruan dari Hoa-San-Pay yang murtad, seorang jagoan pedang yang ahli, berjuluk Hui-Thian It-Kiam Tang Kai (Pedang tunggal terbang ke langit) yang sebenarnya adalah bekas su-sute dari ketua Ciangbun-jin Hoa-San-Pay, Ceng-Sim To-jin, tapi telah di usir karena melakukan kejahatan dengan bersekutu dengan Im-Yang-Kauw, yaitu salah satu dari 4 partai sesat di dunia

Dengan langkah ringan yang pasti, Han Sian memasuki mulut lembah tersebut. Hanya kebetulan saja dia melewati tempat itu dalam pengembaraannya.

Pakaiannya tidak terlalu bagus namun rapi dan membayangkan kegagahan seorang pemuda yang sedang bertumbuh. Mulutnya menyungging senyum dengan lekuk dagu yang menggambarkan keteguhan hati namun menawan.

Suasana mencekam di It-Kiam-Pang saat ini bukanlah suatu hal yang biasa. Saat langkah Han Sian menuntunnya memasuki lembah ini, keningnya berkerut. Betapa tidak? Walaupun dia mau berdiam diripun susah.

Darah berceceran di mana-mana. Nampak 1 mayat laki-laki telanjang bergelimpangan di hampir setiap tempat dalam jarak 10 langkah. Han Sian tertarik. Langkah kakinya di percepat memasuki lembah tersebut sehingga dalam sekejap saja dia sudah berada di pintu gerbang It-Kiam-Pang.

Sambil meningkatkan kewaspadaannya, Han Sian mengembangkan gin-kangnya, dalam sekejap tubuhnya melesat masuk lebih dalam ke lembah.

Ternyata di tengah-tengah lembah tersebut nampak berdiri dengan gagahnya sebuah perkampungan yang megah. Tiap bangunannya rata-rata memiliki atap yang lancip ke atas mirip sebuat pedang terhunus. Mungkin keunikan inilah

Page 8: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

yang menyebabkan tempat ini dinamakan Lembah Pedang, seperti tulisan yang terpampang dengan gagah di pintu gerbang Intana itu.

Telinganya yang tajam mendengar suara tertawa yang halus di sebelah dalam. Tidak nampak penjaga di gerbang, seolah-olah memang di tempat itu, tidak peduli atau takut kalau-kalau ada orang tak di kenal menyantroni tempat itu.

Dengan hati-hati Han Sian mengenjotkan sebelah kakinya, seketika itu juga tubuhnya melayang mengikuti arah angin dan lain saat tubuhnya hinggap di atap salah satu bangunan yang tinggi tanpa bersuara. Sesaat matanya tertarik dengan pandangan di dalam

Suara yang dia dengan tadi ternyata adalah suara seseorang yang berpenampilan aneh. Tingginya hampir 2 meter dengan wajah yang kurang jelas karena tertutup rambut panjang yang di biarkan terurai setengah menutupi muka. Pakaian orang itu, yang entah pria atau wanita, berwarna putih. Tangannya panjang dengan kuku-kuku yang panjang juga.

Yang membuat han Sian mengerutkan keningnya tatkala melihat tangan kiri pria tersebut mencengkeram tengkuk seorang gadis muda yang berpakaian serba hijau, tapi nampak tak berdaya sama sekali.

Sementara di hadapan pria aneh tersebut ada pria setengah baya dengan tubuh luka-luka, setengah bertelut sambil tangan yang kanan memegang pedang dan tangan kiri memeluk tubuh seorang wanita yang sudah tidak bernafas yang hampir sama umur dengannya.

“Heh Tang Kai, masihkah kau tidak mau juga menunjukkan di mana rahasia pusaka Iblis tersebut...jangan habiskan kesabaranku atau aku akan menghabisi nyawa anakmu tersayang juga...” Suara itu begitu datar, dingin dan membawa hawa kejam.

Pria yang di panggil Tang Kai itu tetap dia, tatapannya menyiratkan kebencian yang amat dalam “Song-bun-mo-ong! Engkau melanggar kesepakatan kita...sampai matipun aku takkan mau tunduk lagi padamu...” berkata demikian, tubuhnya yang dari posisi setengah berjogkok itu tiba-tiba melesat ke depan dengan tubuh berputaran seperti gasing. Hampir menyentuh tanah sangking cepat dan kuatnya. Sementara ujung pedangnya berubah menjadi banyak mengarah ke keluruh titik kematian dari pria aneh berjuluk Song-bun Mo-ong (Raja Iblis Mayat Hidup) tersebut.

Hakikatnya Tang kai ini sudah nekat dan tidak peduli lagi akan nyawanya, maupun nyawa putrinya yang ada dalam cengkraman lawan. Mungkin inilah jurus maut terakhirnya yang di kerahkan dengan pengerahan seluruh tenaga sisa yang ada.

Page 9: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

“Huh, keras kepala”... Song-bun mo-ong hanya mendesis lirih seperti ular, tiba-tiba tangannya yang berkuku panjang, terulur ke depan sambil mengeluarkan suara mencicit tajam dan bau amis darah.

Lima larik sinar merah keluar dari ujung-ujung kukunya menghantam dengan sangat kuat ke arah bayangan–bayangan pedang tersebut, dan di lain saat tubuh Tang Kai terlempar tanpa mengeluarkan suara dengan pedang yang patah 3 dan tubuh berlubang.

“Sial...dasar keras kepala!” Song-bun Mo-ong terlihat gusar karena maksud hatinya tidak kesampaian juga. Sesaat kemudian dia melirik ke arah gadis berusia 20an tahun yang sedang diam tak berkutik di sampingnya. Mata gadis itu merah dan penuh air mata, namun tiada daya membebaskan diri.

“Tee Sun Lai, kemari kau...! Seketika keluar bentakan dari mulutnya, dan dlm beberapa detik di sampingnya telah berdiri seorang pemuda tampan. Mudah di duga, pasti pendatang baru ini adalah murid dari si mayat hidup ini.

“Tee-cu di sini suhu” sahut pemuda itu dengan wajah gembira. Yah, pada dasarnya dia sudah tau pekerjaan apa yang akan di tugaskan oleh suhunya.

“Lakukan disini, sekarang juga...buat sampai gurumu puas...” Di lain saat tubuh gadis berpakaian hijau tersebut sudah melayang ke arah Tee Sun Lai yang menyambutnya dengan wajah menyeringai.

Tee Sun Lai tersenyum. Sudah biasa dia lakukan ini. Gurunya memang mempunyai kelainan. Dia sangat suka melihat orang bercinta di depan matanya.

“Brrreeeeet......” Perlahan dia membaringkan gadis yang dalam keadaan tertotok itu sementara tangannya bergerak merobek pakaian gadis tersebut di bagian dada. Gadis itu terbelalak ketakutan, namun sayang dia tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah dengan bencana yang akan terjadi atas dirinya.

Perlahan dia memejamkan matanya. Sementara tangan Tee Sun Lai bergerak cepat. Dalam sekejap gadis itu telah berada dalam keadaan tanpa pakaian sama sekali.

Tee Sun Lai Terbelalak. Gadis di hadapannya ini memang cantik bukan main. Tubuhnya langsing padat dengan dada yang bulat membusung, sangat menantang. Segera dia menundukkan kepala untuk mencium bibir gadis itu, tapi tiba-tiba....

“Tahan sobat, tak pantas kau mempermalukan seorang gadis seperti itu...” Suatu suara yang lembut namun bertenaga terdengar.

Dapat di bayangkan betapa kagetnya Tee Sun Lai tatkala di hadapannya sudah berdiri seorang pemuda yang usianya mungkin jauh lebih muda darinya.

Page 10: PUSAKA PARA DEWA - baixardoc

Lebih-lebih Song-bun Mo-ong. Betapa tidak. Dia adalah salah satu dari 3 tokoh rahasia dari Im-yang-kauw. Sangat jarang ada orang yang dapat menandinginya, bahkan dengan ketua Im-yang-kauw yang terkenal sebagai 1 dari lima Iblis Bumi pun, dia hanya kalah se usap saja. Tapi ternyata seorang pemuda yang masih bau kencur tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya tanpa dia ketahui dari mana datangnya.

Setengah tak percaya, tapi nyata. Tak dapat dia menyangkal. Namun dengan mata setengah menyipit, dia memperhatikan lebih seksama dan menanti.

Tee Sun Lai yang melihat bahwa gurunya hanya diam saja, juga tidak mau peduli. Dengan setengah kesal, kembali dia mengalihkan perhatiannya pada kelinci montok yang sedang terbaring dengan tubuh indah menantang itu.

Dia percaya bahwa dengan adanya gurunya, maka semua persoalan akan beres. Dan sayangnya, karena terlalu percaya, maka dia harus menelan pill pahit.

“Arrgh...buuk !” Tubuh pemuda mesum itu terlempar dan terjengkang 2 tombak ke belakang. Di pundak kirinya tampak tergores oleh senjata tajam. Menembus sampai ke punggungnya dan rasanya seperti terbakar. Dia terluka, luka dalam yang cukup parah. Sambil meringis menahan sakit, dia hanya memandang hampir tak percaya pada pendatang baru yang baru muncul ini.

Sungguh terkejut Song-bun Mo-ong dan juga tidak habis pikir. Muridnya di lukai di depan matanya tanpa dia sanggup berbuat apa-apa. Tahulah di, anak muda ini cukup berisi.

“Anak tengik, terima ini...” Belum habis suaranya, tangan kanannya dengan jari-jari lurus kedepan dengan kuku panjang telah menyerang dengan ganas. Sasarannya mengarah ke kepala Han Sian. Hawa pukulan yang di keluarkan pukulannya yang di landasi Iweekang tinggi mengeluarkan angin berkesiutan dengan bau amis yang memuakkan.

Dengan tenang Han Sian mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan tengah lurus menotok pukulan yang datang. Keduanya tidak menarik tenaga mereka. Rupanya mereka memutuskan untuk mengadu tenaga.

“Dhuuuukkkk....”, Aikhh...” Song-bun Mo-ong terkejut setengah mati. Kuda-kudanya tergempur sampai melesak ke tanah sedalam 2dim. Dia tak habis percaya... Iwee-kangnya adalah hasil latihan puluhan tahun, tapi tdk selisih jauh dengan anak muda di depannya ini.

Sesaat dia tertegun sambil mengdengus marah, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara tangisan tertahan, setengah tertawa. Tangannya berubah