BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain. Kebudayaan juga merupakan pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dalam komunitas masyarakat Hindu di Bali, terdapat pola-pola kebudayaan yang sangat unik dan tetap dijaga kelestariannya, sehingga unsur-unsur kebudayaan lokal sangat lekat terasa dalam lingkungan hidup masyarakatnya sampai sekarang. Pelestarian kebudayaan ini tidak terlepas dari masih kentalnya unsur-unsur agama yang menjiwai kebudayaan tersebut. Sebagai contohnya adalah Pura Kahyangan Tiga, yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang telah membudaya di masing-masing desa adat di Bali yang masih dapat kita jumpai 1
45
Embed
Pura Khayangan Tiga Desa Adat Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung
Pengertian Pura Kahyangan Tiga Sejarah Pura Kahyangan Tiga Bagian Bagian Pura Kahyangan Tiga Pura Desa Pura Puseh Pura Dalem Sejarah Desa Adat Dalung Keadaan Geografi Desa Adat Dalung Pura Kahyangan Tiga di Desa Adat Dalung Pura Desa lan Puseh Pura Dalem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
“buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain. Kebudayaan juga merupakan pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Dalam komunitas masyarakat Hindu di Bali, terdapat pola-pola
kebudayaan yang sangat unik dan tetap dijaga kelestariannya,
sehingga unsur-unsur kebudayaan lokal sangat lekat terasa
dalam lingkungan hidup masyarakatnya sampai sekarang.
Pelestarian kebudayaan ini tidak terlepas dari masih kentalnya
unsur-unsur agama yang menjiwai kebudayaan tersebut.
Sebagai contohnya adalah Pura Kahyangan Tiga, yaitu Pura
Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang telah membudaya di
masing-masing desa adat di Bali yang masih dapat kita jumpai
keberadaannya sampai sekarang. Pura Kahyangan Tiga yang ada di
masing-masing desa di Bali memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, yang disesuaikan oleh desa, kala, patra
Timur Laut (kaja kangin) dari denah halaman kedua.
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang
Raditya (Tuhan Yang Maha Esa).
b. Gedong Agung
Bangunan ini berbentuk gegedongan dengan memakai
atap dari ijuk. Pada bagian badan dari gedong terdapat
ruangan yang berfungsi sebagai tempat pratima (Arca)
dari Dewa. Gedong Agung berfungsi sebagai tempat
pemujaan Dewa Siwa dalam wujud sebagai Dewa Durga
yaitu sakti dari Dewa Siwa.
c. Ratu Ketut Petung
Bangunannya berbentuk gedong tetapi ukurannya
lebih kecil dari gedong bata. Bangunan ini mempunyai
fungsi sebagai tempat dari pepatih (pendamping) dari
Dewa.
d. Ratu Ngerurah
Bangunannya berbentuk tugu, hanya bagian atas
terbuat dari konstruksi batu padas, sedangkan kalau
gedong bagian kepala dari bangunan terbuat dari
konstruksi kayu dengan atap alang-alang atau ijuk.
Bangunan ini berfungsi sebagai penjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dari pura.
BAB III
Study Kasus
Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Dalung
16
3.1. Sejarah Desa Adat Dalung
Sejarah atau babad desa dalung tidak dapat terlepas
dari sejarah padang luwih, yang berasal dari induknya
yaitu sejarah menwi. Sejak kerajaan mengwi diperintah
oleh ida I gusti agung nyoman alangkajeng yang diberi
gelar ida cokorda nunggu, dan setelah mangkat digelari
Bhatara Andewata Ring Sor Ing Belimbing, memberikan
kekuasaan kepada salah seorang putranya yang bernama I
Gusti Gede Meliling yang membangun Jero di Tibubeneng dan
berkuasa sampai ke Padang Luwih. Salah seorang putra I
Gusti Gede Meliling bernama I Gusti Ngurah Gede Tegeh
diberi tempat tinggal di Padang Luwih. I Gusti Ngurah
Gede Tegeh yang memulai membangun tempat yang baru di
sebelah barat sungai yeh poh, yang disebut Banjar Tegeh
sekarang.
Perpindahan ini disebabkan oleh terjadinya sengketa
antara putra I Gusti Gede Meliling yang bertempat
tinggal di Tibubeneng dengan di Padang Luwih. Awal
sengketa ini adalah berasak dari masalah pelebon /
pengabenan almarhum I Gusti Gede Meliling oleh putranya
17
Gambar 1:Pura Desa lan Puseh
Gambar 2:Pura Dalem
yang bertempat tinggal di Tibubeneng, yang tidak
memberitahukan akan upacara tersebut kepada I Gusti
Ngurah Gede Tegeh. Tibubeneng diserang dan dihancurkan
oleh putra Padang Luwih. Dengan peristiwa ini terjadi
penyesalan dari putra-putra almarhum yang tinggal di
Padang Luwih. Sehingga I Gusti Ngurah Gede Tegeh
meninggalkan Padang Luwih pindah ke sebelah barat sungai
yeh poh, yaitu Banjar Tegeh sekarang. Tempat yang baru
ini menjadi tempat tinggal beliau, dan putra yang lain
yaitu I Gusti Ngurah Gede Tibung pindah ke sebelah timur
tukad mati, Kwanji Sempidi sekarang.
Berbicara masalah nama dan pembentukan Desa Dalung,
sampai kini belum ada yang menemukan secara tertulis.
Berdasarkan petunjuk dan cerita-cerita orang tua yang
dapat dipercaya bahwa kata Dalung berasal dari kata “EDA
Lung” (Bahasa Bali) yang dalam bahasa Indonesia diartikan
dengan “Jangan Patah”, lama kelamaan kata Edalung menjadi
“DALUNG”.
Pembentukan Desa Dalung maupun yang memerintah pertama
kali, berdasarkan dokumen yang ada baru tercatat sejak
tahun 1955 pada saat itu desa Dalung diperintah oleh I
Gusti Putu Naya sampai dengan tahun 1963. Pada masa
pemerintahannya tercatat penggabungan dua desa yaitu Desa
Dalung dan Desa Gaji menjadi satu desa dengan nama Desa
Dalung. Demikian juga di bidang pembangunan desa belum
menampakan suatu kemajuan yang dirasakan oleh
masyarakat, hal ini disebabkan baru merupakan rintisan
dan pembenahan-pembenahan terhadap desa dan
masyarakatnya.
3.2. Keadaan Geografi Desa Adat Dalung
18
3.3. Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Dalung
3.3.1.Pura Desa lan Puseh Desa Adat Dalung
Di desa adat dalung, pura puseh dan pura desanya
berlokasi pada satu areal yang belokasi didesa dalung ,
kecamatan kuta utara. Dimana pura ini dijadikan satu
yaitu Pura Desa lan Puseh Desa Adat Dalung. Pura Desa
lan Puseh ini diusung oleh warga dari 10 banjar yang
ada di desa dalung, yaitu kurang lebih 600 kepala
keluarga. Menurut nara sumber I Made Parmita S.Ag yang
menjabat sebagai bendesa adat setempat, pura ini telah
mengalami kurang lebih lima kali renovasi, dan sekarang
ini juga masih dalam tahap renovasi pada beberapa
bangunan didalam pura ini.
Pada awalnya pura ini memiliki orientasi menghadap
kejalan, karena memperhitungkan banyaknya warga yang
bersembahyang di pura ini, disamping mengingat letak
dari pura puseh dan pura desa ini di pinggir jalan,
unutk mengurangi kemacetan pada saat karya ataupun
odalan, maka orientasi maupun letak dari pemedal atau
19
pintu masuk utamanya dipindahkan ke sebelah barat.
Odalan dipura ini dilaksanakan pada hari Pemacekan
Agung atau tepatnya 5 hari setelah hari raya Galungan.
Di dalam pura ini terdapat beberapa pelinggih
dan bangunan yang menunjang kegiatan dalam pura ini
sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut :
Bale Gong
20
Gambar3:Denah Pura Desa lan Puseh setelah perubahan Orientasi
Bale gong, terletak di jaba tengah atau di jaba sisi, bangunan ini tanpa balai – balai jajaran tiang tepi tanpa tiang tengah. Bangunan ini terbuka keempat sisi atau ke belakang perbatasan dengan tembok penyengker.
FungsiBale ini difungsikan untuk tempat memainkan gong pada saat upacara di pura ini.
MaterialMaterial yang digunakan pada Bale Gong ini adalah atap ( genteng ), kayu, batu bata, paras.
OrnamenAdapun ornament yang terdapat pada Bale Gong adalah Karang Gajah yang terdapat pada bataran bale, pepatraan.
Orientasi
Bale Agung
21
Bale agung,
Fungsi Bale yang terdapat di jaba tengah dari pura berfungsi untuk tempat parum ida batara dari seluruh pura yang ada di desa adat dalung
MaterialBale Agung yang ada di Pura ini menggunakan material genteng pada atap, kayu, batu bata, paras.
OrnamenOrnament yang teradpat pada Bale Agung adalah Karang Gajah yang terdapat pada bataran bale, pepatraan.
Orientasi
Bale Piyasan
Bale Piyasan,terletak disisi barat halaman atau sisi lain menghadap kearah tempat pemujuaan meru, gedong , padmasana. Bale ini terbuka pada ketiga sisinya.
22
Fungsi Bale piyasan di pura ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat pendeta atau pedanda memuput upacara pada saat odalan, dan juga sebagai tempat meletakkan wangi atau banten pujawali.
MaterialMaterial yang terdapat pada bale ini adalah genteng pada atap, kayu pada saka, dan tegel pada lantainya.
OrnamenPada Bale Piyasan tidak terlalu banyak terdapat ornament, hanya terdapat pepatraan.
Orientasi
Bale Pesandekan
Bale Pesandekan,
Fungsi Bale ini difungsikan sebagai tempat peristirahatan para sulinggih atau pemanggku yang menghadiri upacara yang dilaksanakan di pura ini
Material
Ornamen
Orientasi
Bale Tarpana
23
Bale Tarpana,
Fungsi Bale ini berfungsi sebagai tempat sulinggih atau pemangku memuput upacara
MaterialMaterial yang ada pada bale ini adalah atap yang terbuat dari genteng, saka yang terbuat dari kayu, dan lantainya dari keramik.
OrnamenOrnament yang terdapat pada Bale Tarpana adalah murda pada atap.
Orientasi Bale Tarpana memiliki orientasi kearah timur yang merupakan arah gunung yang memiliki sifat suci.
Bale Banten / Busana
Bale Banten / Busana,
Fungsi Bale ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sarana upacara seperti banten dan juga pakaian (wastra ) dari pelinggih pelinggih di pura ini.
Material
24
Ornamen
Orientasi
Bale Paselang
Bale Paselang
Fungsi Bale ini digunakan sebagai tempat barong landung dan menempatkan pratima pratima yang ada dipura ini.
Material
Ornamen
Orientasi
Bale Pelik Sari
Bale Pelik Sari
Fungsi Digunakan sebagai tempat pesamuhan atau paruman
ida bhatara
MaterialAdapun material yang digunakan pada Bale Pelik
Sari adalah atapnya menggunakan ijuk, pada bagian badan serta bataran menggunakan material yang berupa batu bata dan batu paras kerobokan. Selain mempergunakan batu bata dan paras kerobokan, pada
25
bagian badan bangunan juga mempergunakan material dari kayu.
OrnamenAdapun material yang terdapat pada Bale Pelik Sari
adalah
Orientasi
Pelinggih Ratu Made JelawangPelinggih Ratu Made Jelawang
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Meru Tumpang Kalih
Meru Tumpang Kalih
FungsiAdapun fungsi dari Meru Tumpang Kalih adalah sebagai linggih Sang Hyang Penyarikan
Material
Ornamen
Orientasi
Meru Tumpang Sia / Sembilan yang merupakan cirri khas dari pura puseh
26
Meru Tumpang Sia / Sembilan
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Gedong Desa
Gedong Desa
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Penyawangan
27
Penyawangan
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Padmasana
28
Padmasana, Bangunan Padmasana ini merupakan salah
satu bangunan penting yang ada di Pura Desa Lan
Puseh Desa Adat Dalung. Seperti yang telah kita
ketahui, Padmasana merupakan simbol yang
menggambarkan kedudukan Hyang Widhi sebagai bunga
teratai, atau dapat juga dikatakan bahwa Padmasana
sebagai tuntunan batin atau pusat konsentrasi.
Fungsi
Fungsi utama untuk temapat pemujaan tuhan Yang Maha
Esa
Material
Bahan-bahan yang dipergunakan pada pembuatan
Bangunan Padmasana ini sebagian besar adalah Batu
Padas atau Batu Karangasem. Penggunaan material ini
dapat kita lihat mulai dari penggunaan material
pada bentuk Padmasana, ornamen, dll.
Ornamen
Oramen yang terdapat pada padmasana ini
adalah bhedawangnala, nagabasuki dan ananta boga,
patung garuda Wisnu, Patung Angsa, Karang Gajah,
Karang Tapel, Karang Goak, Pepatraan, Pepalihan.
Orientasi
Bangunan Padmasana ini merupakan salah satu
bangunan yang ada di Pura Desa Lan Puseh Desa Adat
29
Dalung yang terdapat pada kawasan Utamaning Utama
yaitu pada bagian Jeroan Pura. Bangunan Padmasana
ini berorientasi ke arah Barat Daya. Hal tersebut
disebabkan oleh posisi Padmasana ini yang berada
di daerah Timur Laut atau Kaja-kangin.
Pelinggih Ida Ratu Nyoman Pengadangan
Pelinggih Ida Ratu Nyoman Pengadangan
Fungsi
Material
Ornamen
Oriantasi
Gedong Puseh
Gedong Puseh
30
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Pelinggih Ratu Niang Melanting
Pelinggih Ratu Niang Melanting
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Pelinggih Pelik Sari
Pelinggih Pelik Sari
31
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
Penyawangan Ida Ratu Watu Klotok
Penyawangan Ida Ratu Watu Klotok
Fungsi
Material
Ornamen
Orientasi
3.3.2.Pura Dalem
Pura Dalem di Desa Adat Dalung merupakan satu
satunya pura yang ada di Bali yang menggabungkan Dalem
Khayangan, Dalem Meraja Pati, dan Pura Penataran
menjadi satu kawasan. Sama seperti Pura Desa lan Pura
Puseh, Pura Dalem juga telah mengalami 5 kali renovasi.
Pura Dalem ini juga telah direncanakan akan mengalami
perluasan dan mengalami pemugaran total yang bertujuan
32
untuk memperluas arela persembahyangan bagi para
pemedek Pura. Hal tersebut dikarenakan oleh
perkembangan setiap tahunnya jumlah para pemedek yang
nangkil ke Pura Dalem tersebut.
Pura Dale mini diusung oleh warga dai 10 Banjar di
kawasan Dalung yang terdiri dari 600 KK. Piodalan di
Pura Dalam dilaksanakan pada rahina Sukra Pahing wuku
Dungulan. Pura Dalem ini terbagi menjadi 3 mandala (tri
mandala) yaitu :
Utama MandalaKawasan utama mandala merupakan areal jeroan dimana terdapat beberapa bangunan suci didalamnya, antara lain :
1. Padmasana Penyawangan Gunung Agung2. Pelinggih Ratu Niang3. Gedong khayangan yang merupakan stana dari Bhatari
Durga4. Meru Tumpang Telu yang merupakan linggih Ratu Made
Bima yang mirip dengan Tri Purusa yaitu : Ciwa, Sadha Ciwa, dan Parama Ciwa
5. Gedong Gede Ratu Gede Dira6. Pelinggih Rambut Sedhana7. Pelinggih Dalem Penataran
33
Gambar 4:Denah Pura Dalem
8. Bale Pelik Sari9. Pelinggih Ratu Made Balian10. Bale Tarpana11. Bale Paselang12. Bale pesandekan mangku13. Padma Merajapati14. Pelinggih Ratu Made15. Pelinggih Ratu Ketut16. Bale Piyasan Madya mandala
Madya mandala merupakan areal jaba tengah pura. Adapun bangunan-bangunan yang ada dalam areal ini adalah:
1. Bale Pengerauhan 2. Bale Gong3. Bale kul-kul Nista Mandala
Nista mandala merupakan areal terluar dari pura.Pada areal ini terdapat wantilan yang digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara tabuh rah.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Sarah
KATA PENGANTAR
34
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nyalah penyusun bisa
menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Tentunya penyusun
merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Maka
dari pada itu penyusun mohon maaf apabila di dalam penyusunan
paper ini ada kesalahan-kesalahan yang tentunya penyusun tidak
sengaja.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun haturkan kepada
para dosen pembimbing, karena tanpa bimbingan mereka dalam
penyusunan paper ini, mungkin paper ini tidak terselesaikan
dengan baik. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada
para informan yang telah membantu dalam memberikan informasinya.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas
pengarahan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak selama
pembuatan paper ini, terutama kepada :
1. Ibu Ir.Ida Ayu Armeli selaku dosen pembimbing
2. I Made Parmita S.Ag selaku Bendesa Desa Adat Dalung
3. Ary Prajawan atas bantuan pencarian lokasi pura
4. Dan pihak – pihak lain yang tidak bisa penyusun sampaikan
satu persatu
Penysun sadar bahwa paper ini jauh dari sempurna akibat dari
keterbatasan penyusun. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan paper ini. Semoga paper memberikan
manfaat bagi pembaca.
Denpasar, Juli 2008
Penyusun
DAFTAR ISI
35
i
KATA PENGANTAR.................................................i
DAFTAR ISI....................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................1
1.1. Latar Belakang........................................1