PUISI BAHASA INDONESIA NUKI PRIHATINI
PUISI
BAHASA INDONESIANUKI PRIHATINI
Puisi hasil pemikiran imajinatif penulisungkapan perasaan penulisuntuk mengungkapkan kekaguman, pujian,
kebahagian, maupun kesedihanuntuk menceritakan secara singkat
pengalaman dan petualanganmenggunakan kata-kata yang indah, padat
dan mengandung makna serta pesan yang tersirat maupun tersurat
dibaca dengan ekspresif dan intonasi tertentu
Jenis-Jenis Puisi
1. Puisi epik naratif2. Puisi lirik subjektif3. Puisi dramatik objektif dan subjektif
Puisi prismatis (kiasan)
Puisi diaphan (terbuka)
PUISI Epik naratifMenggunakan gaya bahasa PRISMATISSujudku di Senja-MuKini surya-Mu telah tenggelamSuara-suara penyeru-Mu bersahutanSaatnya kukhusuk dalam sujudku pada-MuMengalunkan dan mengagungkan pujian akan asma-
Mu Wahai Yang Maha Mulia nan Maha AgungMaka kumohonkan rahmat dan ampunan atas dosa-
dosakuWahai Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun
PUISI Epik naratifMenggunakan gaya bahasa DIAPHANMaghrib
Kini malam telah datangSuara-suara adzan pun bersahutanSholat maghrib pun kudirikanKumenyebut dan memuji nama Tuhanku Allah Yang Maha Mulia dan Maha AgungMaka kuberdoa mohon rahmat dan ampunan atas
dosa-dosakuWahai Allah Yang Maha Penyayang dan Maha
Pengampun
PUISI Epik naratifSujudku di Senja-MuKini surya-Mu telah tenggelamSuara-suara penyeru-Mu
bersahutanSaatnya kukhusuk dalam sujudku pada-MuMengalunkan dan mengagungkanpujian akan asma-Mu Wahai Yang Maha Mulia nan Maha AgungMaka kumohonkan rahmat dan ampunan atas dosa-dosakuWahai Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun
MaghribKini malam telah datangSuara-suara adzan pun bersahutanSholat maghrib pun kudirikanKumenyebut dan memuji nama Tuhanku Allah Yang Maha Mulia dan Maha AgungMaka kuberdoa mohon rahmat
dan ampunan atas dosa-dosakuWahai Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pengampun
PUISI LIRIK SubjektifMenggunakan gaya bahasa PRISMATISKerucut nan SejukHmm…nikmat…Segar…laksana sungai mengalirKau hilangkan dahagakuManis…semanis panennya lebahKau hilangkan penatkuSaat indra pengecapku menyentuhmuKerucut nan sejukKau kembalikan matahari di wajahku
PUISI LIRIK SubjektifMenggunakan gaya bahasa DIAPHANEs Krim ‘corn’ yang Dingin Hmm…nikmat…Segar…laksana air mengalirKau hilangkan hauskuManis…semanis maduKau hilangkan lelahkuSaat lidahku menyentuhmuEs krim ‘corn’ yang dinginKau kembalikan senyum dan semangat di wajahku
PUISI LIRIK SubjektifKerucut nan SejukHmm…nikmat…Segar…laksana sungai
mengalirKau hilangkan dahagakuManis…semanis panennya lebahKau hilangkan penatkuSaat indra pengecapku menyentuhmuKerucut nan sejukKau kembalikan matahari di wajahku
Es Krim ‘corn’ yang Dingin
Hmm…nikmat…Segar…laksana air mengalirKau hilangkan hauskuManis…semanis maduKau hilangkan lelahkuSaat lidahku menyentuhmuEs krim ‘corn’ yang dinginKau kembalikan senyum dan semangat di wajahku
PUISI DramatikSEORANG TUKANG RAMBUTAN KEPADA
ISTRINYA“Tadi siang ada yang mati,Dan yang mengantar banyak seklaliYa. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolahYang dulu berteriak dua ratus, dua ratus!Sampai bensi juga turun harganyaSampai kita bisa naik bis pasar yang murah
pula.Mereka kehausan dalam panas bukan mainTerbakar mukanya di atas truk terbukaSaya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita BuBiarlah sepuluh ikat jugaMemang sudah rejeki merekaMereka berteriak kegirangan dan berebutanSeperti anak-anak kecilDan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya“Hidup tukang rambutan ! hidup tukang
rambutanDan ada yang turun dari truk, buMengejar dan menyalami saya“Hidup rakyat!” teriaknya
Saya menganguk-angguk. Tak bisa bicara“Doakan perjuangan kami pak!”Mereka naik truk kembaliMasih meneriakkan terima kasihnya“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar“Hidup pak rambutan!” sorak mereka“Terima kasih pak, terima kasih!“Bapak setuju kami bukan ?”Saya menganguk-angguk. Tak bisa bicara“Doakan perjuangan kami pak!”Mereka naik truk kembaliMasih meneriakkan terima kasihnya“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!Saya tersedu belum pernah seumur
hidupOrang berterima kasih begitu jujurnyaPada orang kecilnya seperti kita”
(Jassin, 1968:151)