Top Banner
PUISI BAHASA INDONESIA NUKI PRIHATINI
10

Puisi_b

Jun 25, 2015

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Puisi_b

PUISI

BAHASA INDONESIANUKI PRIHATINI

Page 2: Puisi_b

Puisi hasil pemikiran imajinatif penulisungkapan perasaan penulisuntuk mengungkapkan kekaguman, pujian,

kebahagian, maupun kesedihanuntuk menceritakan secara singkat

pengalaman dan petualanganmenggunakan kata-kata yang indah, padat

dan mengandung makna serta pesan yang tersirat maupun tersurat

dibaca dengan ekspresif dan intonasi tertentu

Page 3: Puisi_b

Jenis-Jenis Puisi

1. Puisi epik naratif2. Puisi lirik subjektif3. Puisi dramatik objektif dan subjektif

Puisi prismatis (kiasan)

Puisi diaphan (terbuka)

Page 4: Puisi_b

PUISI Epik naratifMenggunakan gaya bahasa PRISMATISSujudku di Senja-MuKini surya-Mu telah tenggelamSuara-suara penyeru-Mu bersahutanSaatnya kukhusuk dalam sujudku pada-MuMengalunkan dan mengagungkan pujian akan asma-

Mu Wahai Yang Maha Mulia nan Maha AgungMaka kumohonkan rahmat dan ampunan atas dosa-

dosakuWahai Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun

Page 5: Puisi_b

PUISI Epik naratifMenggunakan gaya bahasa DIAPHANMaghrib

Kini malam telah datangSuara-suara adzan pun bersahutanSholat maghrib pun kudirikanKumenyebut dan memuji nama Tuhanku Allah Yang Maha Mulia dan Maha AgungMaka kuberdoa mohon rahmat dan ampunan atas

dosa-dosakuWahai Allah Yang Maha Penyayang dan Maha

Pengampun

Page 6: Puisi_b

PUISI Epik naratifSujudku di Senja-MuKini surya-Mu telah tenggelamSuara-suara penyeru-Mu

bersahutanSaatnya kukhusuk dalam sujudku pada-MuMengalunkan dan mengagungkanpujian akan asma-Mu Wahai Yang Maha Mulia nan Maha AgungMaka kumohonkan rahmat dan ampunan atas dosa-dosakuWahai Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun

MaghribKini malam telah datangSuara-suara adzan pun bersahutanSholat maghrib pun kudirikanKumenyebut dan memuji nama Tuhanku Allah Yang Maha Mulia dan Maha AgungMaka kuberdoa mohon rahmat

dan ampunan atas dosa-dosakuWahai Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pengampun

Page 7: Puisi_b

PUISI LIRIK SubjektifMenggunakan gaya bahasa PRISMATISKerucut nan SejukHmm…nikmat…Segar…laksana sungai mengalirKau hilangkan dahagakuManis…semanis panennya lebahKau hilangkan penatkuSaat indra pengecapku menyentuhmuKerucut nan sejukKau kembalikan matahari di wajahku

Page 8: Puisi_b

PUISI LIRIK SubjektifMenggunakan gaya bahasa DIAPHANEs Krim ‘corn’ yang Dingin Hmm…nikmat…Segar…laksana air mengalirKau hilangkan hauskuManis…semanis maduKau hilangkan lelahkuSaat lidahku menyentuhmuEs krim ‘corn’ yang dinginKau kembalikan senyum dan semangat di wajahku

Page 9: Puisi_b

PUISI LIRIK SubjektifKerucut nan SejukHmm…nikmat…Segar…laksana sungai

mengalirKau hilangkan dahagakuManis…semanis panennya lebahKau hilangkan penatkuSaat indra pengecapku menyentuhmuKerucut nan sejukKau kembalikan matahari di wajahku

Es Krim ‘corn’ yang Dingin

Hmm…nikmat…Segar…laksana air mengalirKau hilangkan hauskuManis…semanis maduKau hilangkan lelahkuSaat lidahku menyentuhmuEs krim ‘corn’ yang dinginKau kembalikan senyum dan semangat di wajahku

Page 10: Puisi_b

PUISI DramatikSEORANG TUKANG RAMBUTAN KEPADA

ISTRINYA“Tadi siang ada yang mati,Dan yang mengantar banyak seklaliYa. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolahYang dulu berteriak dua ratus, dua ratus!Sampai bensi juga turun harganyaSampai kita bisa naik bis pasar yang murah

pula.Mereka kehausan dalam panas bukan mainTerbakar mukanya di atas truk terbukaSaya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita BuBiarlah sepuluh ikat jugaMemang sudah rejeki merekaMereka berteriak kegirangan dan berebutanSeperti anak-anak kecilDan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya“Hidup tukang rambutan ! hidup tukang

rambutanDan ada yang turun dari truk, buMengejar dan menyalami saya“Hidup rakyat!” teriaknya

Saya menganguk-angguk. Tak bisa bicara“Doakan perjuangan kami pak!”Mereka naik truk kembaliMasih meneriakkan terima kasihnya“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar“Hidup pak rambutan!” sorak mereka“Terima kasih pak, terima kasih!“Bapak setuju kami bukan ?”Saya menganguk-angguk. Tak bisa bicara“Doakan perjuangan kami pak!”Mereka naik truk kembaliMasih meneriakkan terima kasihnya“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!Saya tersedu belum pernah seumur

hidupOrang berterima kasih begitu jujurnyaPada orang kecilnya seperti kita”

(Jassin, 1968:151)