KARYA-KARYA KHALIL GIBRAN (1833-1931) ANAK Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan dadanya berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak. Dan dia berkata: Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh. Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan. (Dari 'Cinta, Keindahan, Kesunyian') Kahlil Gibran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KARYA-KARYA KHALIL GIBRAN (1833-1931)
ANAK
Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan dadanya
berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak.
Dan dia berkata:
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau
kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka
sepertimu
Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang
hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu
dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan
cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga
mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
(Dari 'Cinta, Keindahan, Kesunyian')
Kahlil Gibran
PENYAIR
Dia adalah rantai penghubung
Antara dunia ini dan dunia akan datang
Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan,
Dia adalah sebatang pohon tertanam
Di lembah sungai keindahan
Memikul bebuah ranum
Bagi hati lapar yang mencari.
Dia adalah seekor burung 'nightingale'
Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan
Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya
Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah
Naik dan mengembang memenuhi angkasa.
Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka kelopak
mereka bagi menerima cahaya.
Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang
Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang
Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya.
Dia adalah manusia yang selalu bersendirian,
hidup serba sederhana dan berhati suci
Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham
Dan berjaga di keheningan malam,
Menantikan turunnya ruh
Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih sayang
dan kemanusiaan menyuburkannya
Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia
pada zamannya,
Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan
Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada Ilahi
Inilah penyair yang tak meminta apa-apa
dari manusia kecuali seulas senyuman
Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi
cakerawala dengan kata-kata indah
Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya
Sampai bila manusia terus terlena?
Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang
meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan??
Sampai bila manusia mengabaikan mereka yang boleh memperlihatkan
keindahan pada jiwa-jiwa mereka
Simbol cinta dan kedamaian?
Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah tiada?
dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan
yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala
bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa
Dan oh para penyair,
Kalian adalah kehidupan dalam kehidupan ini:
Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya.
Penyair..
Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia
Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi.
Penyair..periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan di
sebalik jambangan bunga-bunga Laurel...
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
MIMPI
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi,
aku bangun dan berjalan ke laut, "Laut tidak pernah tidur, dan dalam
keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.",
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti
selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku melihat ombak yang
berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi di
atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu - kekuatan
yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar
dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu. Aku
menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat
melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada
tenaga magis yang menahanku. Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan
suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
"Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta
tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa
biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat
dipisahkan ataupun diubah."
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,"Hidup tanpa
berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan
perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan
dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal
seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam
satu, abadi dan tidak pernah sirna."
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang
menggerunkan sekali:
'Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.'
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan
getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku
membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya
laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali
asap dupa yang menggulung ke syurga.
Khalil Gibran
KEHIDUPAN
Engkau dibisiki bahawa hidup adalah kegelapan
Dan dengan penuh ketakutan
Engkau sebarkan apa yang telah dituturkan padamu
penuh kebimbangan
Kuwartakan padamu bahawa hidup adalah kegelapan
jika tidak diselimuti oleh kehendak
Dan segala kehendak akan buta bila tidak diselimuti pengetahuan
Dan segala macam pengetahuan akan kosong
bila tidak diiringi kerja
Dan segala kerja hanyalah kehampaan
kecuali disertai cinta
Maka bila engkau bekerja dengan cinta
Engkau sesungguhnya tengah menambatkan dirimu
Dengan wujudnya kamu, wujud manusia lain
Dan wujud Tuhan.
Khalil Gibran
KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN
Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang
membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan
dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan
nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk
mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang
Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan
keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.
Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung
lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau
merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan
tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu
dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan
jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan
merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya
sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang
berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan
terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar
fajar merekah.
Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api
keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka
melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan
kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong,
hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat
ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka
yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya.
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya
mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan
waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi
takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-
mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam
kuburan. Itu menandakan ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada
tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan
seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan
mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali
pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang,
akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan
mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran
tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
(Dari 'Suara Sang Guru')
Khalil Gibran
PERSAHABATAN
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh
rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu
kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan
kata "Tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata "Ya".
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa
ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan
dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas
dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih
agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh
kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah
cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada
diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim
pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar
bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan
berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan
ghairah segar kehidupan.
Khalil Gibran
DUA KEINGINAN
Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke bumi. Ia
terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni
dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang
dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan
Sang Lelap.
Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna
menjadi hitam kepekatan, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di
celah-celah kediaman - berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun - sehingga
tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku tanpa sebarang
halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang , dan tika ia menyentuh dahi si
lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan memandang dengan penuh
ketakutan.
Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara
ketakutan bercampur aduk kemarahan, "Pergilah kau dariku, mimpi yang
mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini? Dan
bagaimana mungkin kau memasuki istana ini? Apa yang kau inginkan?
Tinggalkan rumah ini dengan segera! Ingatlah, akulah tuan rumah ini. Nyahlah
kau, kalau tidak, kupanggil para hamba suruhanku dan para pengawalku untuk
mencincangmu menjadi kepingan!"
Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan,
"Akulah kematian, berdiri dan tunduklah padaku."
Dan si lelaki itu menjawab, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan
benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika urusanku belum selesai?
Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa seperti aku? Pergilah sana,
carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-
taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis, dan mataku sakit menatap
sayap-sayapmu yang menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan."
Namun selepas tersedar, dia menambah dengan ketakutan, "Tidak, tidak,
Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, kerana
rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya
terlarang. Maka ambillah longgokan emasku semahumu atau nyawa salah
seorang dari hamba-hambaku, dan tinggalkanlah diriku... Aku masih
mempunyai urusan kehidupan yang belum selesai dan berhutang emas dengan
orang. Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan,
permintaanku..jangan ambil nyawaku... Ambillah olehmu barang yang kau
inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya perempuan simpanan yang
luarbiasa cantiknya untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya
seorang putera tunggal yang kusayangi, dialah sumber kegembiraan hidupku.
Kutawarkan dia juga sebagai galang ganti, tapi nyawaku jangan kau cabut dan
tinggalkan diriku sendirian."
Sang Maut itu mengeruh,"Engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak sedar
diri." Kemudian Maut mengambil tangan orang hina itu, mencabut nyawanya,
dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk menghukumnya.
Dan Maut berjalan perlahan di antara setinggan orang-orang miskin hingga ia
mencapai rumah paling daif yang ia temukan. Ia masuk dan mendekati ranjang
di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh
matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di
sampingnya, ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku di sini,
wahai Sang Maut yang cantik. Sambutlah rohku, kerana kaulah harapan
impianku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, kerana kau sangat penyayang dan
tak kan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan
kebenaran. Bawalah daku pada Ilahi. Jangan tinggalkan daku di sini."
"Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua datang.
Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan kecewakan cintaku
dengan menjauhi diri. Peluklah rohku, Sang Maut yang dikasihi."
Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang
bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruh roh itu di bawah perlindungan
sayap-sayapnya.
Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- ke dunia - dan
dalam bisikan amaran ia berkata, "Hanya mereka di dunia yang mencari
Keabadianlah yang sampai ke Keabadian itu."
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
ALAM & MANUSIA
Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis
meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, "Mengapa engkau
menangis, sungaiku yang jernih?' Dan sungai itu menjawab, 'Sebab aku
dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan
diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka
memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan
mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk."
Dan aku mendengar burung-burung menangis, dan aku bertanya, "Mengapa
engkau menangis, burung-burungku yang cantik?"
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di hujung
sebuah cabang pohon dan berkata, "Anak-anak Adam akan segera datang di
ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami
seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu
sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat
dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi."
Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-
puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku
bertanya kepada diriku sendiri, 'Mengapa Manusia mesti menghancurkan
segala karya yang telah diciptakan oleh alam?'
Khalil Gibran
CINTA (I)
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia
itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara
membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia akan
menghukummu.
Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada untuk
mencantasmu.
Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra ranting-ranting
lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan menggegarkannya di dalam
pautanmu pada bumi.
Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya.
Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang
Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu.
Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih.
Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau bisa
menjadi hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kau fahami
rahsia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan
kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar
dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa, tapi tak seluruh
gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil
apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Kerana cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi
sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan."
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila
dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau
mencintai dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi keghairahanmu:
Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai, yang menyanyikan
alunannnya bagai sang malam.
Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta;
Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru
penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sekuntum
nyanyian puji-pujian pada bibirmu.
(Dari 'Sang Nabi')
Khalil Gibran
CINTA (II)
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya
mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga
akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini
Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku,
Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku
Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati
(Dari 'The Forerunner))
Kahlil Gibran
CINTA (III)
Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan
bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian
cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi
lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara
bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang
ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi
masa lalu dan generasi yang akan datang.'
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah,
dia berkata, 'Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang
menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit
sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang
haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu
tahun dan mati untuk selamanya.'
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia
berkata, "Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai
siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam
doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan
matahari di siang hari.'
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang
dengan dahi berkerut, dia berkata, "Cinta adalah ketidakpedulian yang buta.
la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.'
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,
'Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia
menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.'
Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya
ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, 'Cinta adalah kabus
tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya
hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli
terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembah-
lembah.'
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
'Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka
dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia
bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan
kesedaran.'
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-
potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Cinta
adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi
jiwa dalam kedalaman keabadian.’
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia
berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang
mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua
menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri
kehidupannya.
Khalil Gibran
IBU
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari
kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam
rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun
yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi
yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya
dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan
membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.
Khalil Gibran
RAHSIA JODOH
Berpasangan engkau telah diciptakan
Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonian
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama
pula dalam menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa
Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?
Khalil Gibran
PERJAMUAN JIWA
BANGUNLAH, Cintaku. Bangun! Kerana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut,
dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamuk
Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para
pejalan kaki.
Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun
sendiri, rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku
menjauh darimu.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah
nafasku meninggalkan tempat tidurku, Cintaku, kerana takut pada hantu lupa
yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah
nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku!
Bangun, bangunlah, Cintaku dan dengar diriku!
Aku mendengarkanmu, Cintaku! Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas
dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku,
beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku. Di sinilah
aku berdiri, dibawah bunga-bunga pohon badam, memenuhi panggilan jiwamu.
Bicaralah padaku, Cintaku, dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang
datang padaku dari lembah-lembah Lebanon. Bicaralah. Tak ada yang akan
mendengar selain diriku. Malam telah melarutkan semua manusia ditempat
tidurnya.
Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh
daratan Lebanon, Cintaku.
Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam, jubah tebal membentang
dihembus asap dari cerobong kain, dihembus nafas kemari, dan mengelarnya
di telapak kota, Cintaku.
Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di tengah
pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah mengejar negeri
mimpi, Cintaku.
Lelaki-lelaki longlai menggendong emas, dan tebing curam yang akan dilalui
melemaskan lutut mereka. Mata mereka mengantuk kerana dililit kesulitan
dan ketakutan. Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur sebagai tempat
berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan mengerikan, Cintaku.
Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah. Jiwa para raja
melintasi bukit-bukit. Fikiranku yang berhias kenangan menyingkap kekuatan
bangsa Chaldea, kemegahan Arab.
Di lorong-lorong gelap, jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan, muncung-
muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah benteng, dan rasa sakit
berdengung kematian, muntah-muntah sepanjang jalan. Kenangan menyingkap
tabir kelupaan dari mataku dan nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta
dosa-dosa Gomorah.
Ranting-ranting berayun-ayun, Cintaku, dan desirnya bertemu dengan alunan
anak sungai di lembah. Syair-syair Sulaiman, nada kecapi Daud dan lagu Ishak
Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami.
Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur, ibunya mengeluh di
atas kamar kesedihan, dan kekecewaan telah jatuh dari langit. Mimpi-mimpi
kebimbangan melanda hati yang lemah. Aku mendengar rintihan pahitnya.
Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar. Terbawa angin
sepoi-sepoi menuju perbukitan, harum itu mengisi jiwa dengan kasih sayang
dan meniupkan kerinduan untuk terbang.
Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama penyakit.
Seperti panah rahsia yang tajam, racun itu telah menembusi perasaan dan
meracuni udara.
Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi, Cintaku, dan jari-jari
timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap. Cahaya itu
memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan
kemenangan. Desa-desa, yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di