-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari
pembangunan di negara sedang berkembang
sebagaimana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup.
Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, disamping itu
terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang
menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan
gizi ke penyakit penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian
yang ditimbulkannya. Hasil survei kesehatan nasional pada tahun
2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit
jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi,
pernafasan, pencernaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan data WHO mengenai persentase penyebab kematian di
seluruh dunia pada tahun 2008, penyakit tidak menular merupakan
persentase tertinggi yakni 63%. Estimasi Proporsi Penyebab Kematian
di Regional Asia Tenggara pada tahun 2008 penyakit tidak menular
juga di posisi tertinggi yakni sebesar 55%. Penyakit tidak menular
(PTM) memang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara
global, regional,nasional dan lokal. Global status report on NCD
World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Di
negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari
60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju,
menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada
orang-orang berusia kurang dari 70 tahun. Data WHO menunjukkan
bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008,
sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh
Penyakit Tidak Menular.
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya
pergeseran pola penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah
terjadi peningkatan. Dalam kurun waktu 20 tahun (SKRT 19802001),
proporsi kematian penyakit infeksi menurun secara signifikan, namun
proporsi kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan pembuluh
darah, neoplasma,
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 2
endokrin) meningkat 23 kali lipat. Penyakit stroke dan
hipertensi di sebagian besar rumah sakit cenderung meningkat dari
tahun ke tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam jangka
panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah
diperkirakan akan semakin bertambah.
Direktorat Jendral P2PL mengelompokkan prioritas PTM pada tahun
2009 dan 2010 al; Hipertensi, Jantung dan Diabetes. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari
hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4%
kasus yang minum obat hipertensi. Menurut Khancit, pada 2011 WHO
mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi. Di
Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada 2008
dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria
mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita. Pada
tahun 2005, secara global diestimasikan 17,5 juta penduduk
meninggal karena Penyakit Jantung Pembuluh Darah (PJPD),dan 7,6
juta disebabkan serangan jantung. Penyakit (Diabetes Melitus) DM
merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatankarena dapat
menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene)
sehingga harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke. DM
menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3
juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persenmeninggal sebelum
usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan
ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk di Indonesia
diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetis)
sebanyak 21,3 juta jiwa. Berdasarkan data dari
www.ino.searo.who.int/ pada tulisan yang berjudul Risiko Sakit dan
Belanja Kesehatan Perokok dan Bukan Perokok . Didalam tulisan
tersebut disampaikan bahwa penduduk yang berobat rawat jalan rumah
tangga perokok dalam waktu sebulan sebelum survei dilakukan adalah
bahwa ada sekitar 1,5 juta orang yang berobat penyakit hipertensi
dengan biaya yang dihabiskan mencapai Rp 219 milyar sebulan atau Rp
2,6 triliun lebih setahun, dan penyakit jantung Rp 2,6 triliun.
Pada rumah tangga perokok mengeluarkan belanja rawat inap di
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain sebanyak Rp 1,1 Triliun
setahun untuk penyakit hipertensi. Penyakit saluran nafas lain
mencapai Rp 1,1 triliun dan untuk penyakit jantung mencapai Rp 1,1
triliun setahun. Berdasarkan kondisi di atas dapat kita lihat PTM
yang meningkat, dan penderita berada di usia
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 3
produktif. Meningkatnya kejadian PTM disebabkan perilaku
daripada masyarakat: perubahan pola makan, kebiasaan merokok,
kurangnya aktivitas dan masih banyak lagi. Pengendalian penyakit
tidak menular dapat dilakukan dengan upaya preventif dan promotif
sehingga besarnya beban rumah tangga dapat dikurangi serta kejadian
PTM dapat disikapi. Perlu adanya gerakan untuk mengurangi
peningkatan penyakit menular.
Fenomena yang terjadi sejak abad ke 20; penyakit jantung dan
pembuluh darah telah menggantikan peran penyakit TBC paru sebagai
penyebab epidemi di negara-negara yang telah maju, terutama laki
laki. Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian
nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau
setara dengan 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh
penyakit jantung. Menurut WHO 60% dari seluruh penyebab kematian
penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). Di
Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai
penyebab kematian. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun
1996 menunjukan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke
tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat
penyakit jantung hanya 5,9% tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1
%, tahun 1986 melonjak menjadi 16% dan tahun 1995 meningkat menjadi
19%, sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena
penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah
sebesar 26,4% dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan
penyebab utama kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian
laki laki usia menengah. Seperti yang telah dijelaskan di atas, PTM
merupakan penyakit degeneratif, saat ini yang banyak berkembang di
masyarakat seperti penyakit hipertensi atau darah tinggi, diabetes
melitus, hiperkolesterolemia, asam urat, penyakit jantung,
paru-paru kronis, bahkan kanker. PTM dapat juga disebabkan karena
kecelakaan termasuk cedera, luka dan benturan akibat kecelakaan.
Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi.
Ditinjau dari segi pembiayaan, akibat waktu perawatan dan biaya
pengobatan PJK serta pemeriksaan penunjangnya tentu tidak sedikit.
Belum lagi keberhasilan pengobatan sangat bergantung kepada
kecepatan penanganan penyakit. Oleh karena itu upaya pencegahan PJK
sangat bermanfaat karena sudah pasti lebih murah dan lebih efektif.
Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2010-2011 didapatkan
bahwa persentase kasus rawat jalan untuk kasus PTM di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2009 adalah
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 4
75,49%, pada tahun 2010 sebesar 60,57% (rata-rata Nasional
61,84%). Sedangkan kasus rawat jalan untuk Provinsi Pangkal Pinang
pada tahun 2009 sebesar 53,51% dan tahun 2010 sebesar 57,66%. Untuk
kasus PTM rawat inap di Provinsi Pangkal Pinang pada tahun 2009
sebesar 35,81% pada tahun 2010 sebesar 39,53%.
Penelitian tentang faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian PJK sudah banyak dilakukan, baik di luar negeri maupun di
dalam negeri. Penelitian di dalam negeri, misalnya cara mengenal
faktor risiko seperti yang dikemukakan Dede Kusuma (bagian
kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) yaitu lewat
skor kardiovaskuler Jakarta. Dengan mengukur faktor risiko
berdasarkan jenis kelamin, usia, tekanan darah, indeks massa tubuh,
kebiasaan merokok, ada tidaknya diabetes serta tingkat aktivitas
fisik, seseorang bisa mengetahui risiko terkena PJK pada masyarakat
di kota Jakarta. Penelitian luar negeri dalam kajian yang sama yang
dilakukan oleh Framingham Heart Study Prediction Score Sheets
dengan mengukur faktor risiko berdasarkan usia, kadar kolesterol
darah (HDL dan LDL cholesterol), tekanan darah, kebiasaan merokok,
dan adanya penyakit diabetes mellitus, juga untuk mengestimasi
risiko PJK pada laki-laki dan wanita.
Berdasarkah hal di atas maka Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKLPP) Palembang melakukan kegiatan pemeriksaan faktor risiko
penyakit tidak menular yang kali ini sasarannya dikhususkan untuk
guru-guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tujuan agar pihak
sekolah semakin mengenal apa itu penyakit tidak menular (PTM) dan
berbagai faktor risikonya dengan harapan akan tercipta kebijakan
untuk mengadakan ekstrakurikuler untuk pelajar SMA mengenai
Posbindu PTM di wilayah Kota Pangkal Pinang dimana Kota Pangkal
Pinang merupakan wilayah kerja BTKLPP Kelas I Palembang agar
pencegahan terjadinya PTM dengan pola hidup sehat dapat dimulai
sedini mungkin.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas secara
eksplisit dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut
:
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena berkaitan dengan tingginya kejadian morbiditas,
mortalitas, disabilitas, dan penurunan produktivitas.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 5
Risiko seseorang untuk terkena penyakit jantung koroner (PJK)
banyak dipengaruhi oleh faktor perilaku dan juga faktor keturunan
serta tidak hanya tergantung dari satu faktor saja.
Merokok dan disipidemia merupakan faktor risiko yang berhubungan
kuat terhadap kejadian PJK pada usia 45 tahun
Kajian dan penelitian tentang faktor-faktor PJK pada usia muda (
45 tahun) masih jarang dilakukan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui
persentase Propinsi yang melakukan pembinaan, pencegahan, dan
penanggulangan penyakit tidak menular (PTM).
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Melihat gambaran jenis kelamin di 7
(tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka
Belitung.
2. Melihat sebaran klasifikasi pekerjaan di 7 (tujuh)
Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung.
3. Melihat gambaran responden perokok di 7 (tujuh)
Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung
4. Melihat gambaran responden yang mengkonsumsi makanan asin,
makanan berlemak, konsumsi sayuran, dan konsumsi buah-buahan, di 7
(tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung
5. Melihat gambaran indeks massa tubuh (IMT) pada responden di 7
(tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung
6. Melihat gambaran tekanan darah pada responden di 7 (tujuh)
Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung
7. Melihat gambaran kadar gula darah sewaktu (GDS) pada
responden di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka
Belitung
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 6
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dan manfaat bagi program, kesehatan,
masyarakat, dan ilmu pengetahuan.
1.4.1 Bagi BTKLPP Kelas I Palembang Merupakan suatu nilai tambah
untuk peningkatan pada jejaring kerja, kegiatan sistem kewaspadaan
dini pada penyakit tidak menular (PTM).
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian Merupakan suatu masukan yang sangat
baik, untuk diambil tindakan antisipatif selanjutnya kepada wilayah
yang menjadi tempat penelitian dalam hal ini sekolah-sekolah di
Kota Pangkal Pinang.
1.5 Ruang Lingkup Survei Menyadari adanya keterbatasan dana,
sarana, dan tenaga, maka bagi tim survey
pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular membatasi
ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Lingkup Penelitian Sasaran sampel kegiatan ini adalah guru
SLTA, yang dibagi menjadi guru SLTA Negeri dan Swasta. Alasan
kenapa sasarannya adalah guru SLTA, karena untuk menyamakan jenis
sampel yang mana kegiatan ini juga dilakukan di Propinsi Bangka
Belitung.
2. Lokasi Tempat kegiatan dilakukan di Propinsi Bangka Belitung
dimana dipilih sekolah menengah atas negeri maupun swasta.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi
Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular
seperti cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif,
penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan-kelainan organ tubuh
lain penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah
tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis,
kanker usus, depresi dan kecemasan. Penyakit Tidak Menular (PTM)
adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan
dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat
merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang
harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Penyakit tidak menular sering dianggap tidak berbahaya disbanding
penyakit menular. Padahal menurut data Dinas Kesehatan pembunuh
nomor satu justru masuk pada kategori penyakit tidak menular
seperti serangan jantung, diabetes, ginjal, dan lain-lain. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI tahun 2007, pada usia 45-54
tahun kematian akibat stroke sebesar 15,9%, diabetes sebesar 14,7%,
penyakit jantung sebesar 15,8%, hipertensi sebesar 7,1%, kecelakaan
lalu lintas sebesar 5,2%, dan kanker 4,8%. a. Penyakit Stroke
Stroke (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA)
adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat
merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di
Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005).
Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami
kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau
kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer
istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang
sudah dikenal luas, serangan jantung. Penyakit Stroke terjadi
karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa
berupa kolesterol atau udara.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 8
b. Penyakit Diabetes Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga
lazim disebut kencing manis dan kini lebih
dikenal sebagai diabetes saja, berasal dari bahasa Yunani Kuno
yang menurut Wikipedia.com arti harfiahnya adalah to pass through
[urine] yaitu terus mengalir, maksudnya adalah air dari dalam tubuh
yang terus mengalir keluar alias banyak kencing. Sedangkan mellitus
berarti madu atau manis. Dengan demikian, kata diabetes mellitus
dapat diartikan atau dikonotasikan sebagai urine yang manis semanis
madu. Benarkah? Pada kenyataannya urine penderita diabetes sering
dikerumuni semut, selain itu pemeriksaan di laboratorium
menunjukkan kadar gula darah yang tinggi melebihi
normal.Sesungguhnya kadar gula dalam urine tidak bisa dijadikan
ukuran untuk kadar gula dalam darah. Jika di dalam urine tidak
ditemukan glukosa, bukan berarti kadar gula dalam darah tidak
tinggi. Kadar gula dalam darah selalu lebih tinggi dari kadar gula
dalam urine. Dan pembuangan glukosa lewat ginjal pada masing-masing
orang, berbeda, sehingga kadar gula dalam urine tidak secara
otomatis bisa dijadikan ukuran kadar gula dalam darah
c. Penyakit Jantung Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang
menyebabkan jantung tidak dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik. Ada berbagai macam gangguan
dan penyakit yang dapat mempengaruhi bagian manapun dari jantung.
Penyakit jantung yang paling umum adalah jantung koroner yang dapat
menyebabkan serangan jantung hingga kematian mendadak. Penyebab
penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan dan penyumbatan
pembuluh arteri karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di
lapisan dinding nadi pembuluh koroner. Hal tersebut dipengaruhi
oleh pola makan yang kurang sehat yang disertai gaya hidup kurang
gerak, kecanduan rokok, hipertensi, dan kolesterol tinggi sehingga
mempengaruhi pembentukan bekuan darah. Sebagai akibatnya, aliran
darah ke jantung terhambat sehingga mengganggu kerja jantung
sebagai pemompa darah yang selanjutnya akan memicu terjadinya
serangan jantung. Selain penyakit jantung koroner, ada juga
penyakit jantung lainnya yang disebabkan kelainan semenjak lahir
misalnya jantung yang tidak sempurna, kelainan katup jantung, dan
melemahnya otot jantung. Penyebab lain adalah bakteri yang
menyebabkan infeksi pada jantung.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 9
d. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi Hipertensi adalah faktor
resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung),
gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta),
penyakit arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik.
Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan
harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya
hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko
terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali
diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja
terbukti tidak efektif atau tidak cukup. e. Penyakit Kanker
Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel
tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga
dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel
atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit
yang sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita
mencegah kanker daripada mengobatinya.
Penyakit tidak Menular telah dijelaskan diatas bahwa penyakit
tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (non living
agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi,
infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent).
Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik,
penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit
degeneratif.
2.2 Karekteristik Penyakit Tidak Menular 1. Penularan tidak
melalui rantai penularan tertentu 2. Masa inkubasi yang panjang dan
latent 3. Perlangsungan penyakitnya yang berlarut-larut (kronik) 4.
Sulit untuk didiagnosa 5. Biaya pencegahan maupun pengobatannya
cukup tinggi 6. Mempunyai variasi yang cukup luas 7. Faktor
penyebabnya bermacam-macam (Multifaktor)
2.3 Peranan dan Pendekatan Epidemiologi dalam Penyakit Tidak
Menular a) Peranan 1. Mengetahui distribusi PTM dalam
masyarakat
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 10
2. Mengetahui penyebab tingginya distribusi PTM dalam suatu
masyarakat 3. Menentukan pilihan prioritas dalam menangani masalah
PTM b) Pendekatan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Epidemiologi
berusaha untuk mempelajarai distribusi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan
pendeekatan metodologik, yakni dengan melakukan dengan berbagai
penelitian. Adapun tujuan dari pendekatan epidemiologi ini adalah
untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya PTM atau mengetahui faktor determinantnya. Distribusi
dalam hal ini diarahkan untuk melihat beban dari PTM, Trend yang
meningkat, frekuensi melalui Rate, Ratio dan Proporsi. Pendekatan
epidemiologi dalam PTM ini tentunnya jug tidak akan terlepas dari
dasar segitiga epidemiologi (person, place,time), disamping melihat
populasi, dan determinat
2.4 Jenis-jenis Penelitian untuk Penyakit Tidak Menular
Penelitian observasional yang bersifat pasif, penelitian ini
sekedar mengamati apa yang
terjadi, tanpa intervensi atau tidak mengontrol/mengarahkan
penelitian Penelitian eksprimental yang bersifat aktif, mengarahkan
peneliti untuk melakukan
intervensi sesuai dengan desain yang telah dibuat.
2.5 Penyakit Tidak Menular yang Bersifat Kronis
Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :
Ischaemic heart disease, cancer, cerebrovasculer disease, chronic
obstructive pulmonary disease, cirrhosis dan diabetes melitus.
Penyakit yang termasuk dalam special interest , banyak
menyebabkan masalah kesehatan tapi jarang frekuensinya, yaitu:
osteoporosis, penyakit ginjal kronis, mental retardasi, epilepsi,
lupus erithematosus dan collitis ulcerative.
Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang,
yaitu: defisiensi nutrisi, akloholisme, ketagihan obat,
penyakit-penyakit mental dan penyakit yang berhubungan dengan
lingkungan pekerjaan.
2.6 Faktor-faktor Resiko 1. Faktor resiko untuk timbulnya
penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum
ditemukan secara keseluruhan.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 11
2. Untuk setiap penyakit, faktor risiko dapat berbeda-beda
(merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)
3. Satu faktor risiko dapat menyebabkan penyakit yang
berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru,
penyakit jantung koroner, kanker larynx.
4. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah
diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit,
tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui
5. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya
dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis antara lain:
tembakau, alkohol, kolesterol, hipertensi, diet, obesitas,
aktivitas, stress, pekerjaan, lingkungan masyarakat sekitar dan
gaya hidup.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori Penyakit tidak menular adalah penyakit yang
tidak ditularkan dari orang ke orang. Selain itu penyakit tidak
menular baru terjadi dalam jangka waktu bertahun-tahun dan
gejalanya tidak spesifik. Umur dan jenis kelamin merupakan faktor
risiko yang penting terhadap kejadian PJK dan diabetes melitus.
Faktor keturunan juga merupakan faktor penting yang diperkirakan
mempengaruhi kejadian PJK dan diabetes mellitus yang meliputi
riwayat penyakit DM/PJK pada keluarga, gen khusus yang dimiliki
seseorang dan terjadinya mutasi genetic yang berpengaruh kuat
terhadap metabolisme kolesterol. Faktor lain yang diperkirakan
dapat mempengaruhi terjadinya penyakit tidak menular adalah faktor
lingkungan yang berhubungan dengan lingkungan kerja sebagai
penyebab terjadinya stress, dan terdapat hubungan yang saling
berkaitan antara stress dan abnormalitas metabolism kolesterol.
Pola hidup yang berhubungan dengan pola diet lemak (konsumsi lemak
jenuh lebih banyak dibandingkan dengan kosnumsi lemak tak jenuh),
aktivitas fisik, obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol
diduga memberikan kontribusi pula terhadap kejadian penyakit tidak
menular khususnya diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner.
Faktor pola hidup seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan, dan pendapatan.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 13
3.2. Kerangka Teori Bagan 3.1 Kerangka Teori Penyakit Tidak
Menular
SOSIAL POLA DIET
Diet lemak Pendidikan
Cholesterol
Low Fiber
Pendapatan
Makro-angiopati
OBESITAS
Sea Food
Diabetes Melitus
Olahraga
Hipertensi
Minum alkohol
Hormonal dan
Reproduksi
Nyeri Ulu Hati
Merokok
Kontrasepsi Oral
Usia
Usia Menopause
Terapi hormonal
Jenis kelamin
Mutasi Genetik
Metabolisme
Lemak
Ras
Riwayat PJK
Riwayat
Peny.Jantung lain Lingk.Kerja
Lingk. Sosial
Lingk. Rumah
Pola
hidup
D
E
M
O
G
R
A
F
I
Homosistein
Hiperkolesterolemia
Arteriosklerosis
Penyumbatan
STRESS
L
I
N
G
K
U
N
G
A
N
F
A
K
T
O
R
R
I
W
A
Y
A
T
A
R
T
E
R
I
K
O
R
O
N
E
R
Penyakit Jantung Koroner
dan Diabetes Melitus
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 14
3.3 Populasi dan sampel penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan guru di sekolah menengah atas negeri
maupun swasta di Provinsi Bangka Belitung.
3.3.2 Besar sampel penelitian Besar sampel ditentukan dengan
perhitungan sampel yaitu guru dan karyawan lainnya yang hadir pada
saat pemeriksaan dilaksanakan.
3.3.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara acak dengan
cara random sampling.
3.4 Bahan dan alat untuk penelitian Bahan dan alat yang diguakan
pada penelitian ini adalah tensimeter digital, alat cek
glukosa darah sewaktu, timbangan digital, meteran untuk mengukur
lingkar perut, dan statue meter untuk mengukur tinggi badan.
3.5 Pengolahan dan Analisa Data 3.5.1 Pengolahan Data Pengolahan
data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian
setelah pengumpulan data, digunakan untuk menjawab penelitian. Hal
ini agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar.
Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui
(2001, Hastono) yaitu : editing, coding, processing dan
cleaning.
3.5.2 Teknik analisis data Analisis Univariat Tehnik anaisis
yang dilakukan untuk menampilkan data dalam bentuk distribusi
frekuensi
dari masing-masing variabel.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Propinsi Bangka Belitung A. LETAK GEOGRAFIS
DAN ADMINISTRASI WILAYAH
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 10450 sampai
10930 Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut sebelah Barat dengan Selat
Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan
Laut Natuna, sebelah Selatan dengan Laut Jawa. Wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan
wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km2. Luas
daratan lebih kurang 16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total
wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301 km2 atau 79,90 persen
dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan
administrasi wilayah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara
administratif terbagi dalam 6 kabupaten dan 1 kota, 46 Kecamatan
dan 376 desa/kelurahan Berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 4
Desember 2000, yang juga menetapkan Pangkalpinang sebagai Ibu Kota
Provinsi.
B. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Bangka Belitung tahun 2011
sebanyak 1.261.737 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 77 jiwa
per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Bangka Belitung masih
bertumpu di Kabupaten Bangka yakni sebesar 23 persen, Kabupaten
Bangka Barat yakni sebesar 14,3 persen dan Kabupaten Pangkal Pinang
sebesar 14,3 persen sedangkan kabupaten yang dibawah 10 persen
terdapat di Kabupaten Belitung Timur sebesar 8,7 persen. Sementara
dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Pangkal Pinang yakni sebanyak
1.517 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Beitung
Timur dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 44 jiwa per
Km2.
-
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
66
50
59
46
72
49
72
85
29
51
62
48
6560
Jenis Kelamin
laki-laki perempuan
-
020
40
60
80
100
120
TIDAK
SEKOLAH
SD SMP SMA DIII S1/S2
0
26
7
118
0 003 1
149
52
0 03
29
17
61
0 0 0
14
6
88
0 0 0
22
4
94
4
27
11
72
0 00 03
19
6
104
BANGKA
BANGKA BARAT
BANGKA SELATAN
BANGKA TENGAH
BELITUNG
BELITUNG TIMUR
PANGKAL PINANG
-
020
40
60
80
100
120
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
32
1625 21
2822 24
119
63
85 8792 92
108
YA
TIDAK
0
50
10073
3159
38 49 52 4778
48 5170 71 62
85
YA
TIDAK
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 19
Seperti halnya dengan yang ditujukkan pada grafik 4 bahwa
responden juga dominan tidak tinggal (hidup) di lingkungan
perokak., sehingga bisa memperkecil peluang risiko terkena penyakit
degeneratif (penyakit jantung Koroner). Risiko penyakit jantung
koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar dari pada yang bukan
perokok. Rokok dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen ke
jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar
kolesterol-HDL (Kolesterol baik), peningkatan penggumpalan darah
dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner.
Kebiasan merokok, konsumsi minuman beralkohol dan kurang olah
raga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan
jantung. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah
sebesar 10 mmHg. Beberapa penelitian, sesudah merokok selama kurang
lebih 30 menit, tekanan darah akan meningkat secara signifikan.
Rokok meningkatkan tekanan darah lewat zat nikotin yang terdapat
dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar dalam pembuluh
darah sampai ke otak, otak akan bereaksi dengan memberikan sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormone/adrenalin. Hormon
adrenalin ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih kuat untuk memompakan darah, hal inilah
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah (Marliani, 2007).
-
020
40
60
80
100
120
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
Kab/Kota
107
57
8289 90 85
100
44
2228
1930 29 32 YA
TIDAK
-
050
100
150
BANGKA BANGKABARAT
BANGKASELATAN
BANGKATENGAH
BELITUNG BELITUNGTIMUR
PANGKALPINANG
136
69
96 103
7
105118
15 9 14 5
113
9 14
Ya
Tidak
0
50
100
150
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
102
55 5568
3
68
93
2 3 1 1
35
3 2
47
21
5439
82
43 37
Ya
Tidak
Jarang
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 22
Pada grafik 7 menggambarkan kebiasaan responden dalam
mengkonsumsi buah pada 7 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bangka
Belitung. Dari 814 responden ada 444 responden yang memiliki
kebiasaan mengkonsumsi buah dan ini didominasi oleh Kabupaten
Bangka sebanyak 120 orang dari inang. Sementara yang tidak
mengkonsumsi buah hanya 15 orang dari total responden dan itu
menyebar disetiap Kabupaten/Kota.
Konsumsi sayuran dan buah-buahan responden dalam penelitian ini
dilihat berdasarkan ada tidaknya kebiasaan mengkonsumsi setiap
hari. Banyak studi menyebutkan bahwa pentingnya konsumsi sayur dan
buah terhadap berbagai penyakit kronis. Konsumsi sayur dan buah
dapat mengurangi risiko sindrom metabolik melalui kombinasi dari
antioksidan, serat, potassium, magnesium dan photochemical lainnya.
Konsumsi sayur dan buah dihubungkan dengan penurunan risiko
penyakit jantung koroner. Konsumsi sayur dan buah menurunkan risiko
penyakit jantung melalui penurunan konsentrasi CRP yang merupakan
marker inflamasi.
4.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas
Fisik, Istirahat dan Jumlah Air yang Diminum
Grafik 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas
Fisik di SMA Propinsi Bangka Belitung Tahun 2014
46
3127 27
59
4339
29
10
2922
36
20 18
76
38
5459
25
51
75
0
10
20
30
40
50
60
70
80
BANGKA BANGKA BARATBANGKA SELATANBANGKA TENGAH BELITUNG BELITUNG
TIMURPANGKAL PINANG
3 hari/minggu
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 23
Dari grafik 8 menggambarkan sebagian besar responden
jarang/tidak pernah berolahraga/aktivitas fisik secara rutin.
Sementara yang rutin berolahraga > 30 menit/hari dan > 3
hari/minggu dari 814 responden hanya 164 orang, dari jumlah ini
yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Bangka Barat yaitu
sebanyak 10 orang saja dan sumbangsih terbesar dari Kabupaten
Belitung sebanyak 36 responden.
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga
pengeluaran energi
seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki
kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat
penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara
tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal.Orang yang
duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal
tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus
yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak
langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang
tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan
tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena
dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.
Grafik 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Istirahat
di SMA Propinsi Bangka Belitung Tahun 2014
133
66
92 94
13
98107
1810
18 14
107
1625
0
20
40
60
80
100
120
140
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
YA
TIDAK
-
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
84
39 42 42
4
68 6167
18
68 6679
4671
022
0 0
37
0 0
< 2 LITER/HARI >= 2 LITER/HARI Tidak Tentu/Tidak Tahu
0
20
40
60
80
7 9 8 4
2612
5
78
45
6169
5057
7466
25
4135
44 4553
Kurus =25
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 25
Grafik 11 menggambarkan status gizi responden berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Secara keseluruhan masih didominasi responden
yang IMT normal, yaitu sejumlah 434 orang atau sebesar 53,4 %. Ada
71 orang yang mempunyai IMT dibawah normal atau kurus. Selebihnya
ada 309 orang termasuk kategori obesitas dan terbanyak diperoleh
dari Kabupaten Bangka yaitu 66 orang dari 151 responden yang
diperiksa. Dapat disimpulkan bahwa responden yang ada di 7
Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung sebagian besar berada
pada status gizi normal, hal ini dimungkinkan responden sudah
mengerti dan menjalani pola hidup sehat dengan konsep gizi
seimbang. Kegemukan dan obesitas lebih berkaitan dengan tingginya
jumlah lemak yang dikonsumsi dan tidak dipengaruhi oleh jenis lemak
yang dikonsumsi (Depkes, 2003). Berdasarkan hasil penelitian
Fatimah Z.B, dkk (2013) didapatkan bahwa konsumsi makanan tinggi
lemak merupakan faktor risiko obesitas sentral. Besarnya risiko
terjadinya obesitas sentral pada responden dengan asupan lemak yang
tinggi (>110% AKG/ hari) adalah 9,3 kali lebih besar dibanding
dengan responden dengan asupan lemak yang cukup dan rendah. Orang
yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat
badan normal terhadap syarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau
makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan
bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola
makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar
dan kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan
motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.
-
050
100
150
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
3 016 16
5 5 9
110
46
7857 58 63
90
38 3316
3557
4633
Rendah
-
050
100
150
BANGKA BANGKA
BARAT
BANGKA
SELATAN
BANGKA
TENGAH
BELITUNG BELITUNG
TIMUR
PANGKAL
PINANG
147
77
108 104115 106
127
4 2 2 4 5 8 5
Normal 70-190 mg/dl Tinggi >=200 mg/dl
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 28
Grafik 13 menggambarkan hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
(GDS) 814 responden. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa
hampir semua kadar gula darah sewaktu responden dalam kondisi
normal. Namun demikian di setiap Kabupaten/Kota tetap ada responden
yang memiliki kadar GDS tinggi (>=200 mg/dl) dengan total jumlah
30 orang dan yang terbanyak ada di Kabupaten Belitung Timur yaitu
sebanyak 8 orang dari 124 responden yang diperiksa.
Hubungan antara hipertensi dengan diabetes mellitus sangat kuat
karena beberapa kriteria yang sering ada pada pasien hipertensi
yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas, dislipidemia dan
peningkatan glukosa darah (Saseen and Carter, 2005). Hipertensi
adalah suatu faktor resiko yang utama untuk penyakit kardiovaskular
dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati
(Anonimc, 2006). Prevalensi populasi hipertensi pada diabetes
adalah 1,5-3 kali lebih tinggi daripada kelompok pada non diabetes.
Diagnosis dan terapi hipertensi sangat penting untuk mencegah
penyakit kardiovaskular pada individu dengan diabetes (Anonim,
2002). Pada diabetes tipe 1, adanya hipertensi sering diindikasikan
adanya diabetes nefropati. Pada kelompok ini, penurunan tekanan
darah dan angiotensin converting enzym menghambat kemunduran pada
fungsi ginjal (Thomas, 2003). Pada diabetes tipe 2, hipertensi
disajikan sebagai sindrom metabolit (yaitu obesitas, hiperglikemia,
dyslipidemia) yang disertai oleh tingginya angka penyakit
kardiovaskular (Anonim, 2006).
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan sebagian
besar responden di 7 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bangka
Belitung yang diambil sebagai lokasi pengambilan sampel dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada
sekolah-sekolah yang ada di Propinsi Bangka Belitung antara
laki-laki dan perempuan sangat bervariasi dengan total responden
sebanyak 814 orang. Di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Belitung
Timur responden yang dominan jumlah responden laki-laki dari
perempuan. Sementara di 4 Kabupaten/Kota lainnya responden
perempuan lebih banyak.
2. Sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan Strata
1 dan Strata 2, kecuali di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung
Timur yang semua respondennya berpendidikan SMA. Di antara 7
Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bangka Belitung yang disampling
responden paling banyak pendidikan strata 1 dan strata 2 terdapat
di Kota Pangkal Pinang yaitu sejumlah 104 orang dari 132
responden.
3. Umumnya responden bukan perokok. Sedangkan responden yang
memiliki kebiasaan merokok paling banyak di Kabupaten Bangka yaitu
32 orang dari 151 responden. Dan juga sebagian besar responden
tinggal dilingkungan yang bukan perokok. Hal ini mengindikasikan
bahwa gaya hidup responden sudah cukup baik.
4. Dari 814 responden sebagian besar (610 responden atau sebesar
74,9 %) memiliki kebiasaan mengkonsumsi gula atau makanan yang
manis.
5. Sebagian besar responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi
sayuran, tepatnya ada 634 responden atau sebesar 77,9 % yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran dan yang paling tinggi
terdapat di Kabupaten Bangka sebanyak 136 orang atau sebesar 90,1
%.
6. Ada 444 responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi buah
dan ini didominasi oleh Kabupaten Bangka sebanyak 120 orang dari
inang. Sementara yang tidak
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 30
mengkonsumsi buah hanya 15 orang dari total responden dan itu
menyebar disetiap Kabupaten/Kota.
7. Sebagian besar responden jarang/tidak pernah
berolahraga/aktivitas fisik secara rutin. Sementara yang rutin
berolahraga > 30 menit/hari dan > 3 hari/minggu dari 814
responden hanya 164 orang, dari jumlah ini yang paling sedikit
terdapat di Kabupaten Bangka Barat yaitu sebanyak 10 orang saja dan
sumbangsih terbesar dari Kabupaten Belitung sebanyak 36
responden.
8. Umumnya responden cukup istirahatnya (tidur 5 jam/hari) yaitu
sebanyak 603 responden dari 814 total responden atau sebesar 74 %.
Hanya di Kabupaten Belitung yang didominasi oleh responden yang
tidurnya < 5 jam/hari (tidak cukup istirahat).
9. Lebih banyak responden yang minum air putih 2 liter/hari ada
415 orang, jumlah terbanyak berasal dari Kabupaten Belitung yaitu
sebanyak 71 orang. Sedangkan 340 responden minum air putih masih
kurang dari 2 liter perhari. Sisanya ada 59 orang yang tidak
tahu/tidak tentu jumlah minumnya.
10. Secara keseluruhan masih didominasi responden yang IMT
normal, yaitu sejumlah 434 orang atau sebesar 53,4 %. Ada 71 orang
yang mempunyai IMT dibawah normal atau kurus. Selebihnya ada 309
orang termasuk kategori obesitas dan terbanyak diperoleh dari
Kabupaten Bangka yaitu 66 orang dari 151 responden yang
diperiksa.
11. Sebagian besar responden memilki tekanan darah normal yaitu
sebanyak 502 atau sebesar 61,7 %. Namun yang harus mendapat
perhatian ada 258 orang sudah termasuk hipertensi ( tekanan darah
di atas 140/90 180/110 mmHg) dan yang terbanyak di Kabupaten
Belitung yaitu 57 orang dari 120 responden atau sebesar 47,5 %.
12. Hampir semua kadar gula darah sewaktu responden dalam
kondisi normal. Namun demikian di setiap Kabupaten/Kota tetap ada
responden yang memiliki kadar GDS tinggi (>=200 mg/dl) dengan
total jumlah 30 orang dan yang terbanyak ada di Kabupaten Belitung
Timur yaitu sebanyak 8 orang dari 124 responden yang diperiksa.
5.2 Saran Dari hasil penelitian diatas penulis menyarankan:
1. Bagi Instansi terkait Dinkes / Puskesmas
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 31
Dari hasil kesimpulan di atas, maka diketahui bahwa yang menjadi
permasalahan yang agak menonjol dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di
Provinsi Bangka Belitung yang dijadikan sampel penelitian ini
adalah adanya masalah pada kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung gula atau manis, tidak rajin berolahraga sehingga
kecendrungan untuk timbul obesitas. Maka berdasarkan hal tersebut
maka sebaiknya dilakukan upaya promotif oleh Dinkes setempat
mengenai upaya pencegahan penyakit tidak menular salah satunya
dengan cara mengadakan POSBINDU PTM (Pos Pelayanan Terpadu Penyakit
Tidak Menular) yang mana dengan sasaran usia 15 tahun 47 tahun di
Sekolah Menengah Atas.
2. Kepada masyarakat disarankan untuk melakukan penyuluhan untuk
waspada dengan bertambahnya umur (>35 tahun), karena pada usia
ini berbagai macam penyakit termasuk faktor resiko penyakit tidak
menular seperti risiko penyakit jantung dan pembuluh darah mulai
mengintai. Terutama apabila memiliki riwayat keluarga yang
menderita diabetes militus, hipertensi, penyakit jantung dan stroke
hendaknya melakukan upaya pencegahan faktor risiko yang dapat
dirubah, disarankan kepada mereka untuk melakukan pola hidup CERDIK
yang meliputi cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok,
rajin aktivitas fisik, diet dengan kalori seimbang, istirahat yang
cukup dan kelola stress.
-
TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN
PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI
DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR
RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI
PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI
BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG 32
DAFTAR PUSTAKA
Adam JMF, 2011. Hubungan Antara Obesitas dan Diabetes Melitus
Tipe2. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unhas Makasar, diakses dari
dokternetworkang97.blogspot.com
Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogyakarta: Graha Ilmu Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Boedhi, Darmojo. 2001.
Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi
diIndonesia.Jakarta:
Medika
Bustan, Mn.1997.Epidemiologi penyakit tidak menular. PT RINEKA
CIPTA. Chandra GY, Wulansari A., 2012. Surveilans Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular. BBTKLPP
Yogyakarta. Yogyakarta
Departemen Kesehatan R.I, 2002. Panduan Pengembangan Sistem
Surveilans Perilaku Berisiko Terpadu. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran
Faktor Risiko Diabetes Melitus. Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular. Jakarta
Nor,nasry.2000.epedimiologi penyakit menular. PT RINEKA CIPTA.
Widyaningsih, N. N., Latifah, M. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial
Ekonomi, Gaya Hidup, Status
Gizi, dan Tingkat Stres terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan
Pangan 3 (1), 1-6
-
FOTO KEGIATAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR RESIKO PTM
PROVINSI BANGKA BELITUNG
-
TAHUN 2014 [[[[[LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR
[LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR [LAPORAN PEMERIKSAAN
DAN DETEKSI DINI FAKTOR [LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI
FAKTOR
RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG]RESIKO PTM DI PROVINSI
BANGKA BELITUNG]RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG]RESIKO PTM
DI PROVINSI BANGKA BELITUNG] ]]]]
BTKL PP KELAS I PALEMBANG
ii
Penanggung Jawab Dr. Amar Muntaha, SKM, M. Kes
Koordinator dr. Rahmayani, M. Kes
Penyusun Laporan dr. Artineke, M.Kes (Bangka Barat) Ena Juhaina,
SKM (Pangkal Pinang)
Vera Susanti, SKM (Bangka) Sri Maidalena, SKM, M.Kes (Bangka
Tengah) Dr.Dianita Ekawati,SKM, M.Epid (Belitung)
Bunayah, SKM (Bangka Selatan) Lucky Mardan, SKM (Bangka Selatan)
Jimmy Tiarlina, SKM (Belitung Timur)
Sumber Data Responden
Profil Dinas Kesehatan Kota Pangkal Pinang Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Bangka
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Bangka Barat
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Belitung
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Timur
PTM BABEL.pdfhal ii.pdf