1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengajarkan fiqih bukan merupakan hal yang mudah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar fiqih untuk materi makanan halal dan haram dalam Islam pada kelas VIII-B tidak mencapai ketuntasan. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan untuk mata pelajaran fiqih adalah 60. Rata-rata skor ulangan harian yang diperoleh siswa kelas VIII-B hanya mencapai 3,5 artinya KKM tidak tercapai. Salah satu penyebabnya diduga karena siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak aktif belajar dimungkinkan karena guru salah memilih strategi pembelajaran. Misalnya guru memilih model, metode atau pendekatan yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga guru harus mencari cara untuk memperbaiki proses pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif belajar. Model pembelajaran yang diprediksi dapat melibatkan siswa aktif belajar adalah model pembelajaran kooperatif.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengajarkan fiqih bukan merupakan hal yang mudah. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar fiqih untuk materi makanan halal dan
haram dalam Islam pada kelas VIII-B tidak mencapai ketuntasan.
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan untuk mata pelajaran
fiqih adalah 60. Rata-rata skor ulangan harian yang diperoleh siswa kelas
VIII-B hanya mencapai 3,5 artinya KKM tidak tercapai. Salah satu
penyebabnya diduga karena siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa tidak aktif belajar dimungkinkan karena guru salah memilih
strategi pembelajaran. Misalnya guru memilih model, metode atau
pendekatan yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga
guru harus mencari cara untuk memperbaiki proses pembelajaran, salah
satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat
membuat siswa aktif belajar. Model pembelajaran yang diprediksi dapat
melibatkan siswa aktif belajar adalah model pembelajaran kooperatif.
Banyak tipe di dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu Tipe
Team Game Tournament (TGT), TAI, STAD, NHT, Jigsaw, dan
sebagainya. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw karena menurut Lie, Anita (2003:68) “Teknik mengajar
cooperative learning menggabungkan kegiatan membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara.” Materi yang akan diteliti adalah materi
tatacara berqurban dan beraqiqah di kelas VIII-B semester II pada
kompetensi dasar 4.1 menjelaskan ketentuan-ketentuan berqurban dan 4.2
menjelaskan ketentuan-ketentuan beraqiqah.
2
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada materi makanan halal dan haram dalam Islam dapat
mengaktifkan belajar siswa kelas VIII-B Madrasah Tsanawiyah Negeri
Pamoyanan Kabupaten Tasikmalaya tahun pelajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran materi makanan halal dan
haram dalam Islam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat:
1. Bagi guru, untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan datang
minimal seluruh siswa dapat mencapai KKM;
2. Bagi siswa merupakan pengalaman baru dalam belajar matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw;
3
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Model belajar kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Aronson
et.al.. sebagai metode cooperative learning. Kegiatan belajar kooperatif
tipe Jigsaw diungkapkan oleh Lie, Anita (2003:68) “Teknik mengajar
cooperative learning menggabungkan kegiatan membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara.” Hal tersebut di jelaskan pula oleh Slavin,
R.E. (1995) bahwa aktivitas-aktivitas Jigsaw meliputi :
1. Membaca, siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk
dibaca sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan
tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli, siswa yang telah mendapatkan topic
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik permasalahan
tersebut.
3. Laporan kelompok, ahli kembali ke kelompok asalnya untuk
menjelaskan hasil diskusinya kepada anggota kelompoknya
masing-masing.
4. Kuis, siswa memperoleh kuis individu/perorangan yang
mencakup semua topik permasalahan.
5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan perhargaan
kelompok.
Model belajar kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat melakukan kerja sama dengan anggota
kelompoknya dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa didorong untuk lebih aktif dan
setiap
4
Pembelajarannya pun akan lebih bermakna. Hal ini juga
dikemukakan oleh Lie, Anita (2003:68)
Dalam teknik mengajar Jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki
beberapa tahap. Tahap pertama, guru mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pembentukan kelompok-
kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan
pertimbangan tertentu, seperti kemampuan akademis siswa maupun
karakteristik lainnya.
Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, maka di dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok diberi tugas
untuk mempelajari suatu materi fiqih tertentu. Kemudian siswa–siswa
atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing yang mempelajari
suatu materi yang sama bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok
lain dalam kelompok ahli. Materi tersebut didiskusikan sehingga masing-
masing perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi
tersebut.
Tahap ketiga, masing-masing perwakilan kelompok kembali ke
kelompok asalnya untuk menjelaskan pada teman satu kelompoknya
mengenai materi yang telah didiskusikan pada kelompok ahli, sehingga
semua anggota kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan
oleh guru.
Tahap selanjutnya, siswa diberi tes/kuis oleh guru dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam
memahami suatu materi dengan metode belajar kooperatif tipe Jigsaw.
Kemudian setelah kuis selesai maka dilakukan perhitungan skor
perkembangan individu dan kelompok.
5
A2 B2 C2 D2
B1 B2
B3 B4
C1 C2
C3 C4
D1 D2
D3 D4
A4 B4 C4 D4
Berdasarkan uraian di atas, secara umum pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana
belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. Selain itu siswa
dilatih untuk saling bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga mampu
menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam memahami dan
menyelesaikannya secara kelompok.
Keterlibatan guru sebagai pusat kegiatan kelas dalam proses
pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini semakin berkurang.
Guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa
untuk belajar mandiri dan mengembangkan potensi yang dimilikinya
sendiri, karena dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya sebagai
objek belajar, melainkan juga sebagai subjek belajar sehingga setiap siswa
dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
Ilustrasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:
Kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan model belajar kooperatif tipe Jigsaw:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan
berlatih komunikasi.
b. Adanya interaksi sosial yang baik dalam kelompok.
c. Membuat siswa lebih aktif dan kreatif.
A1 B1 C1 D1
A1 A2
A3 A4
A3 B3 C3 D3
6
d. Dengan adanya penghargaan yang diberikan pada kelompok
mencapai prestasi yang baik.
2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
a. Terdapat kelompok yang siswanya kurang berani untuk
mengemukakan pendapat atau bertanya.
b. Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan yang
matang dalam pembuatan bahan ajar.
c. Membutuhkan biaya yang cukup besar.
Teori belajar yang mendukung model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, menurut Vygotsky (Depdiknas, 2005:19) “setiap anak
mempunyai apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of
proximal development).” Menurut Vygotsky (Depdiknas, 2005:20)
“bantuan kepada seorang yang lebih dewasa atau lebih kompeten dengan
maksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal
yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada tingkat perkembangan
kognitif yang aktual dari anak yang bersangkutan disebut dukungan
dinamis”.
B. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi
tatacara berqurban dan beraqiqah dapat mengaktifkan belajar siswa kelas
VIII-B Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember Kabupaten Jember tahun
pelajaran 2011/2012.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-B
Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember Kabupaten Jember tahun pelajaran
2011/2012 yang berjumlah 32 orang, terdiri dari siswa laki-laki 12 orang
dan siswa perempuan 20 orang.
B. Setting Penelitian (Tempat Penelitian)
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Jember yang beralamat di Jalan Merak No. 29 Slawu Patrang Jember.
C. Desain Penelitian (Rancangan Penelitian)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian ini menggunakan model
Kemmis, S. & McTaggart, R. (1990:14)
Pada penelitian tindakan kelas ini membahas materi makanan hahal
dan haram dalam Islam yang dilaksanakan dalam 10 jam pelajaran (5
pertemuan). Indikator materi dapat dilihat pada tabel berikut.
Materi dan Indikator
Pembelajaran
No Mat Waktu Siklus1 Makanan dan Minuman Halal 2 x 40 menit I2 Manfaat Makanan dan Minuman Halal 2 x 40 menit I3 Makanan dan Minuman Haram 2 x 40 menit II3 Binatang Halal dan Haram 4 x 40 menit III
D. Rencana Tindakan
1. Rencana Tindakan: penelitian ini menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dalam tindakan pembelajaran.
8
2. Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen pembelajaran
b. Menyusun instrumen
observasi
c. Mengadakan diskusi antar anggota
d. Sosialisasi kepada siswa
e. Melaksanakan tindakan dalam kegiatan pembelajaran
f. Melakukan refleksi
g. Menyusun strategi pembelajaran pada siklus II berdasar refleksi
siklus I
h. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II
i. Melakukan observasi
j. Melakukan refleksi pada siklus II
k. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus III
l. Menyusun laporan hasil penelitian
3. Monitoring tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan tindakan
4. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dalam
kelas penelitian dan menentukan adanya implementasi tindakan
5. Data dan cara pengumpulan data
Sumber data penelitian ini adalah siswa dan perolehan data
menggunakan ulangan harian dan lembar observasi
E. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
1. Ulangan Harian
Ulangan harian dibuat sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
dan meminta pertimbangan teman sejawat agar memenuhi validitas
9
isi. Ulangan harian diberikan setiap satu siklus selesai. Soal ulangan
harian berbentuk essay
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa menggunakan lembar observasi.
Jenis Aktivitas yang diamati:
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Membaca bahan ajar
3. Berdiskusi atau bertanya antar siswa dengan siswa.
4. Mengerjakan soal dalam LKS
5. Keberanian mengemukakan pendapat
6. Keberanian mempresentasikan hasil diskusi
F. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Untuk siklus I menggunakan RPP 1 dan 2,
untuk siklus II menggunakan RPP 3, untuk siklus III menggunakan RPP 4
dan 5. Untuk ulangan harian dilaksanakan tiga kali, yaitu setelah setiap
siklus selesai dilaksanakan.
G. Cara Pengamatan (Monitoring)
Pengamatan (monitoring) dilaksanakan setiap pelaksanaan
pembelajaran, yaitu oleh 2 orang observer dengan berpedoman kepada
lembar observasi.
H. Analisis Data dan Refleksi
Analisis data dilaksanakan setelah seluruh data terkumpul dari
siklus I, II, dan III. Data yang diperoleh dari ulangan harian dan lembar
observasi. Selanjutnya, data dari masing-masing siklus dibuat dalam tabel
sehingga akan terlihat secara keseluruhan.
Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran selesai pada setiap
pertemuan, peneliti bersama rekan observer dilaksanakan di ruang guru
untuk membahas kekurangan dan kelebihan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
10
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) I I J e m b e r adalah
salah satu madrasah yang berstatus negeri yang ada di Kabupaten
Tasikmalaya beralamatkan di Merak no. 29 Slawu Patrang Jember telepon
(0331) 454034 dengan nomor statistik sekolah 21.32.08.24.001.
Visi Madrasah Tsanawiyah Negeri II Jember : Dengan iman dan
taqwa, MTs. Negeri II Jember menjadikan madrasah idaman masyarakat
yang unggul dalamlakul karimah dan ilmu pengetahuan di Kabupaten
Jember. Untuk mewujudkan visi di atas, MTs. Negeri II Jember
memilik misi anatara lain :
1. Menanamkan akhlakul karimah di lingkungan madrasah
2. Meningkatkan pelaksanaan KBM yang berkualiltas
3. Meningkatkan lingkungan madrasan yang aman tertib dan indah
4. Meningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan administrasi
5. Meningkatkan optimalisasi sarana dan prasarana serta sumber daya
pendidikan baik secara kualitas maupun kuantitas
6. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonseia seutuhnya, yaitu menusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerrti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmnai
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
11
Penelitian pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan membahas
indikator makanan dan minuman yang halal dan manfaatnya. dengan
menggunakan RPP ke-1 dan ke-2. Waktu yang digunakan 140 menit dan
untuk ulangan harian 20 menit. Hasil yang diperoleh dari proses
pembelajaran dapat dilihat pada tabel.
Data Skor Hasil Ulangan
Siswa pada Siklus I
No Siswa Skor Ulangan Harian Keterangan1 Aep Saepudin 70 Tuntas2 Agus M. Jaenudin 45 Tidak tuntas3 Agus Salim 50 Tidak tuntas4 Ahmad Saeoulloh 70 Tuntas5 Cucu Fitri 55 Tidak tuntas6 Dahlia 60 Tuntas7 Dani Ramdani 60 Tuntas8 Dede Hermanto 65 Tuntas9 Dede Ihah 50 Tidak tuntas
10 Elis Dian H 50 Tidak tuntas11 Endah 40 Tidak tuntas12 Enjang Sirojudin 45 Tidak tuntas13 Iis Rosita 60 Tuntas14 Intan Puspitasari 30 Tidak tuntas15 Ipan 40 Tidak tuntas16 Lia Santika 70 Tuntas17 Muhammad Rofiqul M. 40 Tidak tuntas18 Nelis Restine P. 40 Tidak tuntas19 Neneng Nur Kh. 60 Tuntas20 Nisa Rihanah 60 Tuntas21 Nurlela Ismatillah 60 Tuntas22 Nurma Fuziani 25 Tidak tuntas23 Nurul Siti M 60 Tuntas24 Ratna Sumirat 25 Tidak tuntas25 Reka Rosalinda 66 Tuntas26 Rendi Taofik 55 Tidak tuntas27 Renita Ulfa Sy. 65 Tuntas28 Siti Maryam 25 Tidak tuntas29 Uu Abdul Rauf 40 Tidak tuntas30 Warman 30 Tidak tuntas31 Wida Nurul W. 40 Tidak tuntas32 Wiwin Winarsih 50 Tidak tuntas
12
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh data skor tertinggi 70 skor terendah
25 rata-rata 50.
Dari informasi di atas dapat ditafsirkan bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan belum berhasil sebab prosentase peserta didik
yang tuntas belajar baru mencapai 40,6% dari peserta didik kelas III-B.
Suatu kelas dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar paling
sedikit 85% dari jumlah peserta didik dalam kelas tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berhasil dan perlu
ditinjau kembali untuk tahap pembelajaran berikutnya.
Untuk menghadapi tindakan pada siklus II, tim melakukan refleksi
hasilnya sebagai berikut.
Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil.
Apakah penyebabnya? Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
telah disusun sesuai dengan kerangka pembelajaran yang sesungguhnya
yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Peneliti berusaha mencari penyebabnya dengan memperhatikan
kejadian- kejadian di kelas, antara lain:
a. Suasana kelas agak terganggu, dimana sebagian peserta didik
kurang memperhatikan materi pembelajaran yang diberikan
oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena peserta didik sibuk
sendiri menggali dan mencari-cari dalam buku sumber, ada
sebagian peserta didik tidak memiliki buku buku sumber.
Masalah inilah yang mengganggu dan menghambat jalannya
pembelajaran untuk berhasil.
b. Pada pertemuan ini peserta didik kurang memperhatikan hal-hal
penting yang harus dipahami dan dimengerti, sehingga
mengakibatkan penurunan prestasi belajar peserta didik baik dalam
pengerjaan soal latihan maupun pengerjaan soal evaluasi
c. Guru masih mendominasi pembelajaran. Saran observer, dominasi
guru sebaiknya dikurangi
13
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Penelitian pada siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan membahas
indikator Makanan dan mnuman haram dengan menggunakan RPP ke-3.
Waktu yang digunakan 65 menit dan untuk ulangan harian .15 menit hasil
yang diperoleh dari proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel.
Data Skor Hasil Ulangan Siswa
pada Siklus II
No Siswa Skor Ulangan Harian1 Aep Saepudin 82 Tuntas2 Agus M. Jaenudin 45 Tidak tuntas3 Agus Salim 60 Tuntas4 Ahmad Saeoulloh 70 Tuntas5 Cucu Fitri 55 Tidak tuntas6 Dahlia 70 Tuntas7 Dani Ramdani 60 Tuntas8 Dede Hermanto 55 Tidak tuntas9 Dede Ihah 70 Tuntas
10 Elis Dian H 70 Tuntas1 Endah 70 Tuntas
12 Enjang Sirojudin 60 Tuntas13 Iis Rosita 40 Tidak tuntas14 Intan Puspitasari 30 Tidak tuntas15 Ipan 55 Tidak tuntas16 Lia Santika 70 Tuntas17 Muhammad Rofiqul M. 70 Tuntas18 Nelis Restine P. 70 Tuntas19 Neneng Nur Kh. 64 Tuntas20 Nisa Rihanah 70 Tuntas21 Nurlela Ismatillah 71 Tuntas22 Nurma Fuziani 70 Tuntas23 Nurul Siti M 57 Tidak tuntas24 Ratna Sumirat 50 Tidak tuntas25 Reka Rosalinda 75 Tuntas26 Rendi Taofik 70 Tuntas27 Renita Ulfa Sy. 65 Tuntas28 Siti Maryam 65 Tuntas29 Uu Abdul Rauf 60 Tuntas30 Warman 30 Tidak tuntas31 Wida Nurul W. 70 tuntas
14
32 Wiwin Winarsih 65 Tuntas
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data skor tertinggi 82 skor terendah
30 rata-rata 62 jika dibandingkan dengan siklus I, maka terdapat
peningkatan prosentase siswa mencapai ketuntasan, yakni sebesar
31,28% Yakni siswa yang mencapai tuntas sebesar 71,88% walaupun
masih terdapat sembilan siswa yang harus mendapat perhatian secara
khusus karena nilanya belum tuntas yaitu : Agus M. Jaenudin, Cucu