Top Banner

of 22

Ptk

Oct 10, 2015

Download

Documents

Rizal Fahmi

contoh PTK
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

JUDUL : KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA KELAS IV SD 1 KRUENG LUAS ACEH SELATAN

A. PENDAHULUAN

Bahasa adalah salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran dan pendapat. Bahasa juga merupakan media komunikasi utama didalam kehidupan manusia untuk berinteraksi (Surahman 1994 : 144).Melalui bahasa kehidupan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang ada disekitar manusia , seperti peristiwa, binatang, tumbuhan, dan sebagainya mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disesuaikan dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi ( Craf 1987 : 1 ).Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa negara sebagaimana yang telah ditetapkan didalam UUD 1945 dalam pasal 36 yang mengatakan bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi lembaga-lembaga pendidikan dan pelaksana pembangunan pemerintah serta sebagai bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan. Selain itu bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai macam masyarakat yang memiliki perbedaan latar belakang sosial,budaya dan bahasanya dan sebagai alat penghubung antar daerah. ( Sugono 1994 : 3 )Di dalam dunia pendidikan selain digunakan sebagai bahasa pengantar bahasa Indonesia juga termasuk mata pelajaran yang harus diajarkan disemua jenjang pendidikan formal yang sekarang dikenal dengan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis dalam artian siswa siswi mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan mampu menulis kata-kata dan kalimat dengan tata cara yang baik dan benar.Kaitannya dengan hal diatas serta mengacu pada petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar seperti yang telah dijelaskan dalam GBPP 1994 bahwa dalam proses belajar mengajar pelajaran bahasa dan sastra Indonesia ada 4 (empat) keterampilan bahasa yang harus dikembangkan oleh siswa (DEPDIKBUD 1993:3). Ini berarti bahwa, kemampuan siswa siswi terhadap keempat komponen bahasa harus segera dikembangkan sedini mungkin. Adapun keempat keterampilan bahasa itu adalah : berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Selain itu ada komponen-komponen bahasa yang harus juga dikembangkan yaitu mengenai struktur, perbendaharaan kata dan tata bunyi. (Haris 1997).Dalam GBPP 1994 ditekankan pengajaran bahasa Indonesia pada kegunaan praktis, siswa diharapkan lebih banyak berperan dalam proses belajar mengajar sedangkan guru berperan sebagai motivator. Siswa ditekankan untuk berlatih secara mandiri terutama dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis.Kemampuan berbicara dan menulis sangat ditekankan karena hal tersebut memegang peranan penting didalam proses pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan berbicara siswa dapat berkomunikasi secara langsung melalui bahasa lisan didalam menanggapi segala permasalahan yang ada pada waktu proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan dengan memiliki kemampuan menulis siswa dapat menuangkan pikiran, gagasan, perasaan dan sebagainya didalam berkomunikasi secara tidak langsung dalam artian siswa dapat menulis dengan kalimat-kalimatnya sendiri apa yang kiranya perlu ditulis dari penjelasan atau paparan yang disampaikan oleh guru didalam proses belajar mengajar berlangsung. Nampaknya tujuan yang diharapkan oleh GBPP tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan di setiap sekolah terutama di sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil yang kemampuan bahasa Indonesianya masih tergolong rendah. Untuk mewujudkan hasil pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan selain kekreatifan siswa guru juga dituntut lebih aktif dan kreatif, karena guru merupakan inovator dan motivator di dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebagai inovator dan motivator guru hendaknya memberikan bantuan dan kemudahan serta mencarikan jalan (penyelesaian) agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan jenjang pendidikan serta perkembangannya. Dalam proses belajar mengajar khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis, seorang guru perlu menentukan srategi yang tepat di dalam mengajarkan tentang menulis, karena menulis merupakan salah satu keterampilan diantara empat keterampilan bahasa yang penting untuk segera dikuasai oleh siswa. Seorang siswa yang memiliki kemampuan menulis akan dengan mudah menuangkan perasaan, pikiran dan gagasannya secara teratur sebagaimana yang ditegaskan oleh Morsey ( 1976: 122 ) dalam Tarigan 1994 : 4 Menulis digunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat atau merekam, melaporkan atau memberitahukan dan mempengaruhi maksud serta tujuan yang seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan dapat mengutarakannya dengan jelas, kejelasaan ini tergantung pada pikiran dan struktur kata-kata dan kalimatnya.Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa kemampuan mengembangkan kalimat dalam menulis sangatlah penting, karena melalui tulisan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dapat diungkapkan dan dikomunikasikan secara tidak langsung. Keterampilan menulis menurut keterampilan di atas dapat dianggap sebagai salah satu ciri-ciri orang yang terpelajar. Dikatakan begitu karena orang yang terpelajarlah yang mampu dan dapat menuangkan gagasan dan maksud serta pikirannya melalui tulisan yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :1. Berapa tingkat kemampuan menulis kalimat dari kata dasar pada siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan tahun ajaran 2006/2007.2. Berapa tingkat kemampuan menulis kalimat bahassa Indonesia dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan tahun ajaran 2006/2007.

C. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentu sesuai dengan apa yang menjadi masalah dalam penelitian ini. Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :1. Untuk mengetahui kemampuan membuat kalimat dari kata dasar pada siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan tahun ajaran 2006/2007.2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis kalimat bahasa Indonesia dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan tahun ajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat secara teoritisSecara teoritis, hasil penelitianini daharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kajian Ilmu Pengetahuan, penambahan wawasan sereta sebagai salah satu perbendaharaan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menigkatkan kemampuan.

2. Manfaat secara Praktis.Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru yang mengajarkan pelajaran Bahasa dan Sastra indonesia sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan dalam meningkatkan kemampuan siswa dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam proses pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

E. AsumsiPada penelitian ini peneliti mengajukan beberapa asumsi, hal ini dimaksudkan untuk menjaga tingkat kebenaran hasil penelitian yang diperoleh. Adapun asumsinya sebagai berikut :1. Siswa Kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan sudah diajarkan tentang bagaimana membuat kalimat dari kata dasar. Hal ini dapat dilihat pada buku paket Bahasa Indonesia untuk SD dan MI kelas IV. 2. Siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan memilikkemampua yang tidak jauh berbeda satu sama lain dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

F. Kajian Teoritis1. Pengertian Kalimat Dan Ide Kalimata) Pengertian kalimat Kalimat merupakan suatu masalah yang sintaksis yang sudah cukup lama dipermasalahkan oleh para ahli bahasa. Namun pembukuan dalam bidang sintaksis masih terus dibicarakan bahkan tidak akan pernah selesai dan tidak akan pernah berakhir kalau tidak dihentikan. Hal ini disebabkan oleh sifat Bahasa Indonesia yang dinamis, sehingga sewaktu-waktu akan menimbulkan adanya perubahan dan penyimpangan terhadap kaidah-kaidah yang telah ditetapkan sebelumnya.M. Muliono (2000 : 311) mengatakan bahwa: Kalimat adalah suatu Bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses ponologis lainnya. Dalam wujud tulisan hurup latin kalimat dimulai dengan hurup kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!); sementara itu, didalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (: ), tanda pisah (-) dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, tanda seru, melambangkan kesenyapan.

b. Jenis Kalimat Berbicara masalah jenis kalimat, tentu banyak macamnya tergantung dari sudut mana kita lihat. Untuk membedakan jenis kalimat dapat ditinjau melalui empat sudut pandang yaitu dari :- Jumlah Klausa- Bentuk sintaksisnya- Kelengkapan unsurnya- Susunan subjek dan predikatnya Jumlah KlausaDitinjau dari jumlah klausanya kalimat dibagi dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstikuen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu dan merupakan satu kesatsuan dan disamping itu, tidak mustahil ada pula unsur lain seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selamnya harus pendek tetapi bisa juga panjang. Bentuk SintaksisDilihat dari bentuk dankatagori sintaksisnya, dapat dibagi menjadi empat yaitu kalimat dekloratif, kalimat interogatif, kalimat imparatif dan kalimat eksklamatif. Kalimat deklaratif dikenal juga dengan nama kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendegar atau pembacanya. Misalnya kita melihat suatu kecelakaan lalu lintas dan kita menyampaikan kejadian itu kepada orang lain, maka kita dapat menyampikan kejadian itu dengan menggunakan bermacam-macam bentuk kalimat dekloratif misalnya. Kelengkapan UnsurnyaDilihat dari kelengkapaan unsur-unsurnya kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Kalimat lengkap adalah kalimat-kalimat yang memiliki unsur waji dalam sebuah kalimat yaitu subjek dan predikat. Kalimat tak lengkap ialah disebut juga dengan kalimat monor. Susunan Subjek dan PredikatnyaDilihat dari susunan unsur subjek dan predikatnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat biasa dan kalimat invensi. Kalimat biasa adalah kalimat yang unsur-unsurnya teratur, mulai dari subjek, peredikat, objek (jika ada) dan pelengkap (jika ada). Sedangkan kalimat inverensi ialah susunan kalimat yang unsur perdikatnya mendahului unsur subjek.c. Pengertian Ide Kalimat

Berbicara masalah ide tentu kita akan berpikir mengenai rancangan atau gagasan tentang apa yang akan dilakukan atau yang akan dilaksanakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan atau yang diharapkan. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ide itu merupakan rancangan yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau cita-cita yang bagus tetapi sukar untuk dilaksanakan. Sementara kalimat adalah seperti apa yang telah dijelaskan di atas bahwa kalimat itu adalah suatu bagian ujaran yang mengungkapkan suatu konsep atau pikiran dan perasaan yang berdiri sendiri yang mempunyai intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri dari klausa. Jadi berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ide kalimat adalah gagasan atau rancangan yang telah tersusun di dalam pikiran yang hendak diungkapkan atau diucapkan baik secara lisan atau tertulis dalam bentuk kalimat. Kalimat tergantung dari apa yang ada dalam pikiran penuturnya, apakah dia akan menggunakan kalimat berita, kalimat tanya atau kalimat perintah.

d. Unsur-Unsur KalimatSebelumnya di atas sudah dijelaskan mengenai kalimat di sana dijelaskan bahwa, sebuah kalimat baru dikatakan sebagai kalimat apabila di dalamnya sekurang-kurangnya hanya terdiri dari unsur subjek dan unsur prediket. Sehubungan dengan hal ini Sugono (1997:32) mengatakan bahwa : setiap kalimat dalam struktur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki subjek dan pradikat dengan kata lain, jika suatu pernyataan memiliki predikat maka pernyataan itu disebut kalimat, sedangkan suatu untaian yang tidak memiliki pradikat disebut frase.Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa sebuah kalimat itu terdiri atas unsur-unsur, dan unsur-unsur kalimat itu adalah subjek, predikat, objek, keterangan dan keterangan pelengkap.

2. Kemampuan Menyusun KalimatKemampuan berasal dari kata mampu yang berarti sanggup melakukan sesuatu. Menurut Poerwadarmita (1985:628) mengatakan bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu kepintaran, bakat dan kekuatan mental. Selanjutnya pengertian menyusun atau membuat kalimat yaitu : mengatur atau menempatkan sekelompok kata yang terdiri atas subyek, predikat,objek dan kata keterangan dengan mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku didalam membuat kalimat.Kemampuan membuat kalimat baik berupa kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru dan lain-lain, itu berarti suatu kemampuan didalam melakukan atau menggunakan kata didalam menyusun suatu kalimat dengan mematuhi tata cara yang berlaku didalam membuat kalimat. Selanjutnya,suatu kalimata dikatakan telah tersusun apabila dua kata atua lebih bergabung menjadi satu kesatuan sehingga mengandung sebuah makna yang sempurna. Sehubungan dengan hal ini Wiyanto (1986:116) mengatakan bahwa setiap kalimat yang diucapkan itu sebenarnya berupa kata atau rangkaian kata, sebab kata itulah yang mengandung makna, dari makna itu pula yang mengandung gagasan. Namun harus disadari bahwa kalimat bukan hanya sekedar kumpulan kata-kata, kata-kata itu harus dirangkaikan dengan cara-cara tertentu menurut hubungan makan tertentu pula, untuk itu diperlukan pula sarana yang dinamakan alat kalimat. Dengan alat kalimat bahan kalimat yang berupa kata menjadi kalimat, jadi alat kalimat itulah yang merangkaikan kata serta menentukan makna hubungan rangkaian yang terjadi dan disebut makna struktural. Dari kutipan diatas, jelaslah suatu kalimat adalah rangkaian kata-kata yang mengandung makna. Makna yang terkandung dalam suatu kalimat terkandung dari maksud dan tujuan dari penutur atau pembicara, sehingga untuk dapat menyampaikan pesan atau ide dengan baik, harus mengetahui dan menguasai bagaimana tata cara membuat atau menyusun kalimat. Untuk dapat membuat atau menyusun kalimat yang baik maka diperlukan alat kalimat. Alat kalimat disini bagaimana penutur atau seseorang mengerti dan menguasai bagaimana tentang tata cara menempatkan suatu kata dalam menyusun suatu kalimat sesuai dengan arti dan fungsinya didalam membentuk rangkaian kalimat.Kesimpulannya kemampuan membuat kalimat adalah bagaimana seseorang dapat merangkai beberapa kata menjadi suatu kalimat dengan memperhatikan bagian-bagian, aturan-aturan dan tata cara penulisan dan penempatan kata didalam suatu kalimat secra utuh, dalam arti memahami dan menguasai baagimana menyusun dan membuat kalimat serta menggunakannya secara baik dan benar.3. Pentingnya Kemampuan Membuat KalimatKalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang disusun berdasarkan gagasan-gagasan seseorang atau penutur secra terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Untuk dapatberkomunikasi menggunakan kalimat yang baik dan mudah di pahami,maaka penutur atau seseorang harus memahami bagaimana cara membuat dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang efektif. Suatu kalimat dikatakan efektif, paling tidak kalimat tersebut mudah ditangkap dan dipahami atau dimengerti. Sehubungan dengan hal itu Kraf (1997 : 35) mengemukakan bahwa sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakili secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Disamping itu kalimat efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jelaslah bahwa didalam berkomunikasi keefektifan suatu kalimat sangat memegang peranan penting, karena dengan kalimat yang efektif pesan atau gagasan yang disampaikan oleh penutur dapat diterima dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.Kalau kita cermati sesungguhnya hubungan yang terjadi antara pembicara dan pendengar merupakan suatu proses timbal balik dalam arti antara pembicara dan pendengar atau lawan bicara tejadi suatu ketergantungan. Ketergantungan yang dimaksud disini adalah bahwa antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca akan saling memeahami apabila kalimat yang mereka gunakan memenuhi kaidah-kaidah dan pola kalimat yang baik. Pada hakikatnya berbicara atau menulis adalah menggunakan serangkaian kalimat yang saling berhubungan sehingga menimbulkan makna sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dnegan hal itu Wiyanto (1986:116) berpendapat sebagai berikut : pada hakikatnya orang berbahasa itu menggunakan kalimat. Setiap kalimat yang diucapkan mengandung pengertian yakni pengertian tentang gagasn pembicara. Kalimat yang diucapkan membentuk suatu rangkaian yang berhubungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa itu mengungkapkan serangkaian gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat.Untuk lebih jauhnya Wiyanto (1986 : 116) menegaskan tentang pentingnya memahami dan menggunakan kalimat secara benar dan efektif dalam berkomunikasi yakni mengatakan sebagai berikut :Meskipun orang-orang mengetahui kata-kata dan artinya seperti dalam kamus, belum tentu ia dapat menggunakan kata-kata itu dalam bahasa. Mengetahui kata dan artinya memang perlu, tetapi kata itu tidak berdiri sendiri dan tidak dapat dirangkai seenaknya, pemakaian bahasa itu harus mampu menarik kata-kata itu menjadi kalimat menurut aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Untuk dapat merangkai kata atau kelompok kata menjadi sebuah kalimat, maka diperlukan keserasian unsur-unsur kalimat. Dalam sebuah kalimat minimal terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat, kedua unsur ini merupakan unsur wajib dalam menyusun sebuah kalimat.Dalam menggabungkan dua kata atau lebih dalam sebuah kalimat dituntut adanya keserasian unsur-unsur yang ada dalam kalimat, baik dari segi makna maupun dari segi bentuk.4. Sistem PenulisanMenulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan dalam pengajaran bahasa. Dengan memiliki kjemampuan menulis seseorang dapat menuangkan atau mengungkapkan gagasandan pikiran melalui tulisan. Agar gagasan atau pikiran yang diungkapkan melalui tulisan dapat ditangkap atau dipahami oleh pembaca, maka seorang penulis harus bisa menguasai cara-cara penulisan tanda baca dalam artian bisa menempatkan tanda baca dengan benar seperti penempatan tanda koma, tanda tanya, tanmda titik dan tanda baca lainnya. Dalam menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk tulisan tidak sama dengan mengucapkan secara lisan. Ungkapan secara lisan lebih mudah dimengerti oleh lawan bicara atau pendengar,sedangkan dalam bentuk tulisan lebih sukar ditangkap atau dimengerti apa lagi kalau tidak jelas tanda bacanya. Berkaitan dengan masalah menulis banyak para ahli mendepinisikan menulis menurut sudut pandang masing-masing sehingga menghasilkan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya :

a. Tarigan (1990:22) berpendapat bahwa :Menulis adalah merumuskan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami orang sehingga oranglain dapat membaca lambang tersebut .

b. Harja ( 1996 : 2 ) berpendapat bahwa:Menulis adalah menjelaskan bahasa lisan dan mungkin menyotingnya atau melahirkan pikiran dan perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan dan sebagainya.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang memerlukan kemampuan atau keterampilan dalam melukiskan lambang-lambang grafikyang dipahami oleh penulis bahasa dan orang-orang yang mempunyai kesamaan pemahgaman terhadap lambang-lambang bahasa tesebut. Dengan demikian tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat di baca serta dapat dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pemahaman terhadap bahasa yang digunakan. 5. Penilaian KemampuanPenilaian kemampuan yaang dimaksudkan dibawah ini adalah penilaian kemampuan siswa. Penilaian kemampuan siswa merupakan salah satu kegiatan yang sangat perlu dilakukan di dunia pendididkan, karena dengan adanya penilaian kemampuan dapat diketahui tingkat keberhasilan dalam prosese belajar mengajar. Selain itu penilaian kemampuan siswa ini dapat memberikan umpan balik bagi para guru sebagai dasar dalam memilih tehnik, cara atau metode yang lebih baik di dalam mengadakan proses belajar mengajar selanjutnya.Pada dasarnya tidak ada suatu metode yang lebih baik, masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan tersendiri. Suatu metode harus disesuaikan dengan materi ytang akan dissampaikan, untuk siapa dan dimana akan digunakan. Apabila itu sudah disesuaikan maka apa yang diharapkan akan dapat tercapai daan itu semua tergantung dari pemakai atau guru. Seorang guru harus bisa memilih metode yang baik dan cocok dalam menyampaikan suatu materi pelajaran.Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa penilaian kemampuan siswa merupakan salah satu penilaian yang wajib dilaksanakan di dalam dunia pendidikan. Sutomo mengatakan Pendidikan adalah memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar (1987 :7).

6. Kerangka Berfikir berikut ini akan diuraikan kerangka pikir yang dijadikan landasan berpikir peneliti. Kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut:

7. HipotesisTingkat kemampuan membuat kalimat Bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada siswa kelas IV MI NW Rempung tahun ajaran 2006/2007 berada pada tingkat sedang yaitu rata-rata 7,0.

G. Metode Penelitian1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Sebagai tempat atau objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah pada siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

2. Variabel dan Desain Penelitian 1) Variabel penelitianPenulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tentang defenisi variabel. Menurut Sudjana (1986: 23), bahwa variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, pristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Misalnya: jenis kelamin, motivasi, prestasi dan kepemimpinan.Sutrisno Hadi (1986: 97), mengatakan, bahwa variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki, peremuan, berat badan, karena ada berat badan 40 kg, 50 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Variasi dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya. Sedangkan contoh variabel kualitatif kemakmuran, kepandaian, dan sebagainya.Berdasarkan pengertian di atas, variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yang bersifat kualitatif, yaitu analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

2) Desain penelitianDesain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sebab hanya mendeskriptifkan atau menggambarkan penganalisisan penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas IV SD 1 Krueng Luas Aceh Selatan Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Penggunaan desain deskriptif ini dimulai pada pengumpulan data, pengolahan data, penganalisian data-data penarikan kesimpulan.

3. Definisi Operasional VariabelVariabel penelitian ini adalah kemampuan menggunakan kata penghubug dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia. Oleh karena itu, yang dimaksud analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia adalah kemampuan menganalisis penggunaan kata penghubung secara sintaktik dalam kalimat majemuk setara, rapatan, bertingkat, dan campuran.

4. Populasi dan Sampel1) PopulasiMenurut Arikunto (1998:32), populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Selain itu Said (1998), mengemukakan bahwa populasi adalah sekelompok individu, objek atau peristiwa yang memiliki sifat-sifat yang sama yang menjadi pusat perhatian peneliti. Selanjutnya Enre (1987: 101) Populasi adalah kelompok yang menjadi sasaran perhatian peneliti dalam usaha memperoleh informasi. Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan yang dapat memberikan informasi atau data tentangsesuatu yang ada hubungannya dengan yang akan diteliti dengan harapan dapat memberikan keterangan yang objektif.Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Keseluruhan siswa yaitu kelas I VI SD No. 1 Krueng Luas Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan yang berjumlah 93 orang. Tabel 3.1 Keadaan PopulasiNOKELASLAKI-LAKIPEREMPUANJUMLAH

1.2.3.4.5.6.IIIIIIIVVVI6745131048109710101514142020

Jumlah 454893

2) SampelMenurut Arikunto (1998: 33) sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan sehingga penelitiannya bersifat penelitian populasi. Mengacu dari pendapat di atas, penulis menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah populasi yakni 20 orang, yaitu 13 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan dana dan waktu yang tersedia.

5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti melakukan serangkaian penelitian dengan teknik sebagai berikut:1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan subjek penelitian (sumbernya).2. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung pada objek penelitian.3. Angket adalah merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan penulis melalui penyebaran angket kepada karyawan yang menjadi sampel. Angket ini berisi daftar pertanyaan-pertanyataan tentang identitas responden dan variabel-variabel penelitian untuk mencari informasi yang lengkap dari permasalahan yang dibahas.

6. Teknik Analisis Data Menurut Sudjana, (1986: 66) data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara sebagai berikut:0. Membuat daftar skor mentah tiap-tiap siswa0. Membuat distribusi frekuensi dari skor mentah0. Mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1-10 dengan rumus:

Tolak ukur kemampuan siswa yakni dikatakan mampu apaila 85% sampel memperoleh nilai 6,5 ke atas, dan dikatakan belum mampu apabila kurang dari 85% sampel mendapat nilai 6,5 ke bawah.

H. Jadwal Penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian ini terjabarkan dalam tabel berikut:

NoKegiatanTahun / bulan 2013

MeiJuniJuliAgustus

1Persiapan Penelitiana. Pengajuan Proposalb. Persiapan penelitianxx

2Pelaksanaan Penelitiana. Pengumpulan datab. Analisis datac. Interpretasid.Evaluasi dataxxxx

3Penyelesaiana. Penyusunan draf laporanb. Revisi draf laporanc. Penyelesaian akhirXX

xxx

I. DAFTAR PUSTAKA

A Widya Martaya. Seni Menggayakan Kalimat. Kanisius. 1990.

Dedi Sugono. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Puspa Suara.

Departemen Agama RI. Kurikulum 2004: Pedoman Pengajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2004.

Wayan Nurkencana, Sumartana. Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional, Surabaya. 1986.

Haryanto AG, Hartono Rusli Yanto, Datu Muliono. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.

Jos Daniel Parera. Statistik. PT. Gramedia. Jakarta. 1988.

M. Muliono, Hasan Alwi, Sujono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ke tiga. Balai Pustaka. Jakarta. 2000.

Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 1991.

Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1997.

Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi ke v. Rineka Cipta. Jakarta. 1997.

Tim Redaksi Hasan Alwi, Dedi Sugono. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke tiga. Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta. 2002.

22