BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan mempunyai tantangan yang sangat berat karena dituntut untuk dapat melahirkan manusia-manusia yang tidak hanya mampu menguasai teknologi dan informasi agar dapat bersaing di dunia internasional akan tetapi juga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berbudi pekerti yang luhur sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. Amin Abdullah, seorang pakar keislaman menyoroti kegiatan pendidikan agama yang selama ini 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mempunyai tantangan yang sangat berat karena
dituntut untuk dapat melahirkan manusia-manusia yang tidak hanya mampu
menguasai teknologi dan informasi agar dapat bersaing di dunia internasional
akan tetapi juga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berbudi pekerti yang luhur sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No 20 Tahun
2003. “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa
dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran
cenderung monoton.
Amin Abdullah, seorang pakar keislaman menyoroti kegiatan
pendidikan agama yang selama ini berlangsung di sekolah. Ia mengatakan
bahwa pendidikan agama kurang consen terhadap persoalan bagaimana
mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai”
yang perlu di internalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara, media dan
forum. Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi tekstual
yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan. Sehingga cara-cara
seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang
bersemangat dalam belajar, sehingga menyebabkan rendahnya minat dan hasil
belajar siswa disekolah. Sedangkan kemampuan siswa berbeda-beda. Jadi
disini siswa perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus, tentunya akan
menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula dalam sebuah kelompok atau
kelas bahkan perlakuan individual sekaligus.
1
Oleh karenanya secara umum seluruh praktisi pendidikan, khususnya
pendidikan agama Islam perlu melakukan inovasi, kreatifitas sehingga tujuan
pendidikan Islam dapat tercapai. Bagi para pendidik strategi multiple
intelligence ini menjadi inspirasi dalam pengkayaan kurikulum pendidikan
sekolah, terutama dalam memperkaya metode penyampaikan materi pelajaran
dengan memanfaatkan ke-delapan potensi kecerdasan manusia ini.
Howard Gardner (1983) dalam terorinya tentang multiple intelegence
atau kecerdasan majemuk menjelaskan cakupan potensi manusia. Teori ini
telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi dunia pendidikan, yang
sebelumnya lebih banyak memberikan fokus perhatian hanya pada sisi
language dan mathematical intelligence. Menurut beliau IQ bukan satu-
satunya alat ukur untuk mengetahui kemampuan seseorang, tapi disana ada
kecerdasan-kecerdasan lain yang juga amat penting, yaitu: linguistik, logika-
matematika, visual-spasial, musikal, fisik kinestesik, interpersonal (sosial),
intrapersonal, dan naturalis.
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menemukan
formula yang tepat untuk diterapkan sebagai metode atau strategi dalam
proses pembelajaran, dalam hal ini penulis merumuskan judul : Penggunaan
Strategi Multiple Intelligences Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Materi Iman Kepada Allah SWT. (Penelitian
Tindakan Kelas di Kelas X-09 R-SMA-BI SMA Negeri 2 Lumajang,
Semester ganjil Tahun Pelajaran 2010-2011).
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagi berikut:
1. Apakah penggunaan strategi multiple intelligences dapat meningkatkan
prestasi siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Iman
Kepada Allah SWT, pada siswa Kelas X-09 R-SMA-BI SMA Negeri 2
Lumajang, Tahun Pelajaran 2010-2011?
2. Bagaimanakah penggunaan strategi multiple intelligences dalam
meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam materi Iman
2
Kepada Allah SWT, pada siswa Kelas X-09 R-SMA-BI SMA Negeri 2
Lumajang, Tahun Pelajaran 2010-2011?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar pada
pelajaran Pendidikan Agama Islam, materi Iman Kepada Allah SWT
setelah diterapkannya strategi multiple intelligences pada siswa Kelas X-
09 R-SMA-BI SMA Negeri 2 Lumajang, Tahun Pelajaran 2010-2011.
2. Ingin mengetahui pengaruh strategi multiple intelligences dalam
meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam,
materi Iman Kepada Allah SWT, setelah diterapkan strategi multiple
intelligences pada siswa Kelas X-09 R-SMA-BI SMA Negeri 2
Lumajang, Tahun Pelajaran 2010-2011.
D. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk:
1. Bagi Peneliti
a. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang di dapat di
Perguruan Tinggi sehingga di peroleh pengalaman baru bagi kemajuan
daya nalar.
b. Sebagai bahan masukan yang sangat berharga bagi penulis
untuk memperluas wawasan sekaligus memperbanyak pengetahuan.
2. Bagi Lembaga yang di teliti
a. Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan
bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi diri
bagi pengembangan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas
profesinya
b. Dapat di gunakan sebagai evaluasi dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa dan dapat menjadi acuan untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut.
3
c. Dengan hasil PTK ini diharapkan dapat meningkatkan perstasi belajar
siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
d. Memberikan informasi tentang strategi pembelajaran yang sesuai
dengan proses belajar-mengajar PAI.
3. Bagi Lembaga STAIS
a. Diharapkan dapat meningkatkan efektifitas kerja dan
mengembangkan keterampilan metode mengajar Dosen terhadap
motivasi belajar Mahasiswa.
b. Upaya untuk membantu pemecahan masalah dalam pendidikan.
E. Definisi Konsep
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Strategi multiple intelligence adalah:
Upaya mengoptimalkan semua kecerdasan yang dimiliki siswa untuk
mencapai kompetensi tertentu yang terdapat dalam kurikulum.
2. Pendidikan Agama Islam adalah:
Suatu pendidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Definisi Strategi
Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam
bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata
“stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego
berarti merencanakan (to plan). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi
adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus1. Menurut Sudjana (2000) strategi adalah suatu pola yang direncanakan
dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi
adalah kemampuan untuk merencanakan berupa tindakan secara sengaja untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan atau sasaran.
Strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran disebut strategi
pembelajaran. Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sebelumnya
dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan belajar
mengajar (KBM). Penting ditegaskan disini perbedaan antara belajar dan
pembelajaran, menurut Ismail (2008) Belajar merupakan aktifitas yang
dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi dan sepihak. Sementara
pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di
dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar
(teaching and learning). Menurut M. Subana dan Sunarti (2000), kata belajar
berarti suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi
antara individu dan lingkungannya melalui proses pengalaman dan latihan.
Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono
dkk. adalah dan perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak
dapat diwariskan secara genetis, Moriss menyatakan bahwa perubahan itu
terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran
dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi
tertentu.
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta, 2003), 435
5
Sedangkan pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran2. Menurut Mulyasa,
pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya,
baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal
yang datang dari lingkungan individu tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas jelas terdapat perbedaan pengertian
antara belajar dengan pembelajaran, belajar lebih di titik beratkan pada proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu
yang dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar
yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau
lingkungannya.
B. Multiple Intelligences
1. Pengertian Multiple Intelligences
Multiple Intelegence adalah kemampuan seseorang dalam
mengelolah kecerdasan dasar menjadi berbagai macam kecerdasan yang
lain3. Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat
yakni : Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi
yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai
kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang
kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian
pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan
adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara
efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan
mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang
yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari
orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan
2 Omar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), 157
3 Thomas Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligences, (Bandung: Kaifa, 2007), 11
6
adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian
tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih
cerdas, dan sebaliknya.
Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Kemampuan untuk berpikir abstrak.
b) Untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar.
c) Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Perumusan pertama melihat inteligensi sebagai kemampuan
berpikir. Perumusan kedua sebagai kemampuan untuk belajar dan
perumusan ketiga sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Ketiga-
tiganaya menunjukkan aspek yang berbeda dari intelegensi, namun ketiga
aspek tersebut saling berkaitan.
2. Konsep Multiple Intelegences
Konsep Multiple Intelegensi (MI), Dalam bukunya Frames of
Mind, tahun 1983 Gardner menampilkan Theory of Multiple Inteligence
yang memperkuat perspektifnya tentang kognisi manusia. Kecerdasan
adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian
dipengaruhi oleh kebudayaan dimana ia dilahirkan. Merupakan alat untuk
belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa
digunakan manusia. Ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap
individu. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses
informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002)
menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan
kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara,
karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai
suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali
atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang4.
a) Linguistic Intelligence (kecerdasan linguistic) adalah kemampuan
untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para
4 Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Jambi: GP Press, 2009), 53
7
pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita, memiliki
kecerdasan linguistic yang tinggi.
Ciri-cirinya antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang
kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat,
tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e)
mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki
silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam
mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
b) logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika)
merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan
mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan
operasi-operasi matematis. Para ilmuwan, ahli matematika, akuntan,
insinyur, dan pemrogram computer, semua menunjukkan kecerdasan
logika-matematika yang kuat.
Cirinya antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di
luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis,
misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma
dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang
eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu
dengan permainan logika seperti teka-teki.
c) Spatial intelligence (kecerdasan spasial) membangkitkan kapasitas
untuk berfikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan
oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini
memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan
internal, melukiskan kembali, merubah atau memodifikasi bayangan,
mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan
menghasilkan atau menguraikan informasi grafis.
Dicirikan antara lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas
ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c)
menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat
film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan
visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan
8
berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah,
(h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau