BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari betapa pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu berupaya meyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban bangsa yang bermartabat 1 . Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya berbagai masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa banyak orang untuk mempertanyakan peran pendidikan khususnya pendidikan 1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) hlm.6 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermanfaat. Menyadari betapa
pentingnya agama, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan
setiap pribadi menjadi nyata. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan
Agama Islam yaitu menghasilkan manusia yang selalu berupaya
meyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban
bangsa yang bermartabat1.
Sejalan dengan arus perubahan, kemajuan Iptek, munculnya berbagai
masalah sosial dan moralitas keagamaan, telah membawa banyak orang
untuk mempertanyakan peran pendidikan khususnya pendidikan agama
Islam. Tidak dipungkiri bahwa munculnya banyak kerusuhan, konflik dan
kekerasan untuk sebagian besar adalah cermin dari ketidakberdayaan
system pendidikan khususnya agama di negeri ini.
1 Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(Jakarta : Depdiknas, 2006) hlm.6
1
Hal senada diungkap oleh Amin, Abdullah2, bahwa pembelajaran
pendidikan agama yang berjalan hingga sekarang lebih banyak terfokus
pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.
Pendidikan agama terasa kurang terkait terhadap persoalan bagaimana
mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan
“nilai” yang diinternalisasikan dari diri peserta didik lewat berbagai cara,
media dan forum. Selanjutnya “makna” dan “nilai” yang telah terhayati
tersebut dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak-
berbuat-berperilaku secara konkrit agamis dalam wilayah kehidupan praktis
sehari-hari.
Selama ini, pembelajaran agama Islam berlangsung pasif, di mana
anak didik hanya mendengar dan menerima dari guru tanpa unsur
kreativitas. Guru lebih menanamkan pada memorisasi,menekankan hafalan
daripada penerapan dan pemikiran yang kritis.
Pengamatan yang dilakukan peneliti baik secara langsung maupun
wawancara dengan para guru di kelas VI SD Negeri 02 Galih Sari di
temukan bahwa banyak siswa yang masih berperilaku tidak terpuji dan
bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini sangat memprihatinkan,
memandang bahwa tahap sekolah dasar adalah tahap pembentukan
karakter anak untuk menuju kedewasaan nantinya. Disamping itu, dalam
2 Abdullah Amin.Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta,2001) hlm.592
proses pembelajaran guru masih menggunakan metode yang konvensional,
sehingga siswa hanya menguasai ranah kognitif tanpa tersentuh ranah
afektif dan psikomotoriknya. Beberapa kejadian tersebut merupakan salah
satu kelemahan sistem pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam
sehingga yang seharusnya siswa berperilaku terpuji sebagai pengaruh
Pendidikan Agama Islam malah cenderung berperilaku tidak terpuji karena
pembelajaran yang dilakukan tidak bermakna bagi peserta didik itu sendiri3.
Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan model pembelajaran yang
tepat sehingga dapat menyentuh baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Dengan menemukan model pembelajaran yang tepat maka pembelajaran
akan menjadi bermakna dan berpengaruh terhadap perilaku anak sehari-
hari, sehingga anak-anak akan berperilaku terpuji atas dasar kesadaran diri.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran. Namun, tidak semua model sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, materi dan peserta didik. Khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang cenderung harus dapat mewujudkan perilaku
terpuji sesuai kandungan Al-Quran dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai alasan tersebut salah satu alternatif model pembelajaran
yang ingin peneliti terapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
model bermain peran . Bermain peran atau role playing merupakan salah
3 Tim Guru SDN 2 Galih Sari (Jurnal Harian SDN 2 Galih Sari, 2010) hlm. 37.3
satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik4.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari model ini meliputi,
kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu
kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi
hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat
mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai
strategi pemecahan masalah
Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti
berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan
judul ” Upaya Meningkatkan Kebiasaan Perilaku Terpuji melalui Model
Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas VI
Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin”.
B.Rumusan Masalah
4 Mulyasa. Pembelajaran Kooperatif ( Jakarta : BumiAksara, 2003)hlm. 35.4
Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas
timbulah permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Kebiasaan Perilaku Terpuji siswa sebelum diterapkan
Model Bermain Peran pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Kelas VI Semester 2 SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
6
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dalam
pembelajaran juga dibahas mengenai belajar, prestasi belajar, hasil belajar,
aktivitas, partisipatoris, motivasi dan minat belajar siswa 5.
2. Kebiasaan
Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti sebagai
sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat, atau tidak
aneh. Kata “membiasakan” berarti melazimkan, mengadatkan, atau
menjadikan adat. Dan kata “kebiasaan” berarti sesuatu yang telah biasa
dilakukan, atau adat6. Jadi, kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa”
yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti proses
membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kebiasaan
atau adat.
Pembiasaan merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pendekatan pembiasaan sangat penting dilakukan
terutama pada anak usia dini terutama sekolah dasar. Karena dengan
pendekatan pembiasaan siswa akan dengan rutin melakukan dan akhirnya
akan mencapai pemahaman7.
5 Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara,2010)6 Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)h.153.7 Harto, Kasinyo.Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning.(Palembang :Grafika
Telindo Press,2009)7
3. Perilaku Terpuji
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing
– masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya
adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya8.
Contoh perilaku terpuji yang dibahas dalam penalitian ini adalah tolong
menolong dalam kebaikan. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam Al-Qur’an
yang artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” [Al-Ma’idah : 2]9
4. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran Bermain Peran juga dikenal dengan nama model
pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok,
masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah
disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam
8 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: Bina Aksara, 2003)hlm.1149 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Quran DEPAG, 1995)8
batas-batas skenario dari guru10. Dengan bermain peran siswa dapat
mengalami pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang telah
dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
5. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam11.
Menurut KTSP12 tujuan Pendidikan Islam adalah :
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan
budaya agama dalam komunitas sekolah.
10 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik (Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) hlm.49
11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994)hlm.1412 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta : Depdiknas,2006) hlm.6.
9
E. Kerangka Teori
Berdasarkan Kajian pustaka di atas, pembiasaan berasal dari kata
dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang
berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu
kebiasaan atau adat. Dalam pendidikan, jika siswa diberikan pembiasaan
pada suatu materi maka akan timbul kebiasaan yang relatif lama dan
melekat pada diri siswa.
Dalam materi perilaku terpuji pada mata pelajaran PAI, perilaku terpuji
yang akan diajarkan adalah tolong menolong dalam kebaikan diantaranya
mencontohkan mengenai tolong menolong Kaum muhajirin dan Kaum
Anshar13. Materi ini akan mudah diajarkan bila siswa dapat mempraktekkan
secara langsung peristiwa tolong menolong tersebut. Untuk itu model
pembelajaran bermain peran sangat tepat digunakan. Hal ini didukung
dengan pendapat Isjoni bahwa dengan bermain peran siswa dapat
mengalami pengalaman langsung dengan memerankan scenario yang telah
dibuat, sehingga siswa lebih memahami dan pembelajaran menjadi lebih
bermakna14.
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori di atas, maka diduga
model Bermain Peran dapat meningkatkan pembiasaan berperilaku terpuji
13 Mohammad Fauzi, Saya InginMenjadi Anak Saleh (Bandung :Grafindo,2008) hlm.10014 Isjoni. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta Didik
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010) hlm.4910
pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas VI SD Negeri 2 Galih
Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
“Melalui Model Bermain Peran dapat meningkatkan Pembiasaan Perilaku
Terpuji pada mata pelajaran Pedidikan Agama Islam kelas VI SD Negeri 2
Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin”.
G.Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SDN 02 Galih Sari
yaitu terletak di desa Galih Sari kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin provinsi Sumatera selatan. Peneliti memilih Sekolah Dasar ini
karena sekolah ini tempat peneliti bertugas menjadi guru bidang study
Pendidikan Agama Islam.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran
2011/2012. Waktu penelitian ini akan berlangsung selama tiga bulan, mulai
dari tahap persiapn, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian sejak
bulan Januari hingga bulan Maret pada semester II tahun pelajaran
2011/2012.
11
3. Subjek yang Diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil sebagai subjek
penelitian adalah siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari, dengan jumlah siswa
sebanyak 19 orang.
4. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan
pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.
Menurut Arikunto15 terdapat empat tahapan penelitian tindakan yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan. (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindak Kelas
15 ? Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
12
1) Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian
tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan16.
Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan
menganalisis kompetensi pembelajaran sebagimana yang tertuang dalam
kurikulum (analisis pengembangan tujuan, menetapkan materi pelajaran,
menelaah buku paket Agama Islam yang ada , menyusun RPP, membuat
media atau alat peraga pembelajaran, membuat instrumen data (misalnya
pedoman observasi, wawancara, angket).
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas17. Dalam tahap ini guru
harus ingat dan berusaha mentaati apa yang telah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak di buat- buat.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanan tindakan ini dilakukan
dalam 2 siklus penelitian dengan kegiatan utama pembelajaran adalah
16 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)17 Ibid.
13
dengan model pembelajaran bermain peran. Selama kegiatan pembelajaran,
kegiatan pengamatan dilakukan untuk melihat efek dari pemberian tindakan.
3) Tahap pengamatan
Menurut Arikunto 18 tahap pengamatan merupakan kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan berlangsung
bersamaan dengan proses pelaksanaan. Saat proses pembelajaran
berlangsung, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi
agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4) Tahap Refleksi
Menurut Arikunto19 refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru
sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti
untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Jadi refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu
tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan.
Refleksi biasanya dibantu dengan diskusi di antara peneliti dan kolaborator.
Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar rencana perbaikan untuk
kegiatan pembelajaran berikutnya. Tahapannya meliputi analisis data,
18 Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,2009)19 Ibid.
14
memaknakan data, menyimpulkan kemudian merencanakan tindakan
selanjutnya.
5. Deskripsi per Siklus
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dalam beberapa
siklus. Jika siklus I berhasil, maka pemantapan dilakukan pada siklus II dan
tidak perlu dilakukan siklus III. Akan tetapi jika siklus I gagal maka dilakukan
siklus II, bila siklus II berhasil maka siklus III dilakukan sebagai pemantapan.
a. Siklus I
Pada siklus I terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh
peneliti, tahapan tersebut antara lain :
1) Perencanaan
a) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
Membuat skenario pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam
RPP yang direncanakan dengan materi perilaku terpuji
b) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka
membantu siswa memahami konsep-konsep PAI dengan baik
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran bermain peran.
c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana
belajar mengajar dengan model pembelajaran bermain peran.
15
d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat penguasaan materi PAI
siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran dengan skenario model pembelajaran
bermain peran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun. Dalam setiap akhir pembelajaran diadakan tes sikap siswa. Pada
setiap akhir pembelajaran dilakukan proses evaluasi pembelajaran, evaluasi
tersebut dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak peningkatan
kebiasaan perilaku terpuji siswa. Alat evaluasi yang digunakan berupa
lembar pengamatan yang disusun oleh peneliti.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan oleh teman sejawat
yaitu guru kelas VI sebagai pengamat dalam proses pembelajaran.
Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur keaktifan dan
kebiasaan perilaku terpuji siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran bermain peran.
Lembar observasi dibuat sedemikian rupa oleh peneliti dengan diukur
menggunakan indikator yang sesuai. Indikator yang diukur meliputi:
a. Kebiasaan Tolong Menolong dalam kebaikan dengan rentang skor
1-10.
16
b. Kebiasaan Gigih dalam kebaikan dengan rentang skor 1-10 dan
dituliskan dalam bentuk abjad.
4) Refleksi
Hasil (data) yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi
dianalisis dan dimaknai bersama dengan teman sejawat. Kelemahan-
kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus
akan menjadi bahan rekomendasi revisi kegiatan siklus berikutnya. Bentuk
antisipasi dilakukan dengan menugaskan siswa membaca materi
sebelumnya dan memberinya tugas mengenai materi berikutnya.
b. Siklus II (tahapan penelitian sama dengan siklus I).
c. Siklus III (tahapan penelitian sama dengan siklus I dan II),
6. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan
nontes berupa observasi :
a) Tes
Tes digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar siswa
pada setiap akhir pembelajaran di setiap siklus . Bentuk dari instrumen tes di
dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu pilihan ganda. Banyak soal
berjumlah 10 butir.
17
b) Observasi
Observasi yang dilaksanakan menggunakan lembar pengamatan
terhadap kegiatan dalam pembelajaran dan pembiasaan perilaku terpuji
siswa. Data observasi ini jadikan sebagai bahan untuk refleksi setiap siklus.
Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai instrument pengamatan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk
mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan
keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang bersifat
kuantitatif dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif sederhana. Dalam
menganalisa data peneliti membandingkan hasil ulangan siswa sebelum
tindakan dengan hasil ulangan siswa setelah tindakan. Dari hasil analisis
data akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan dengan menyatakan
kebenaran hipotesis tindakan yang telah ditetapkan.
Untuk menghitung tingkat keberhasilan menggunakan rumus20 :
P = X 100
Keterangan
20 ? Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara,2010), hlm.123.
18
P = persentase keberhasilan siswa
F = Jumlah skor yang diperoleh siswa
N = jumlah skor maksimun
Data hasil belajar siswa dianalisa secara deskriptif dengan
menggunakan analisa statistic deskriptif. Mencari nilai rata-rata siswa dan
persentase keberhasilan belajar yang mengacu pada KKM siswa.
1) Mencari nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus :
Me =
Keterangan : Me = nilai rata-rata siswa
JN = Jumlah nilai seluruh siswa
S = Jumlah seluruh siswa
2) Persentase ketuntasan siswa yang memenuhi standar KKM, diperoleh
dengan rumus :
PK = x 100 %
19
Keterangan : PK : Persentase Ketuntasan
SK : Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan
S : jumlah seluruh siswa.
3) Menghitung persentase setiap siklus. Untuk menghitung persentase
digunakan rumus:
Keterangan :
NP = Persentase
Me1 = Nilai rata-rata siklus 1
Me2 = Nilai rata-rata siklus 2
8. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila
siswa kelas VI SD N 02 Galih Sari lebih dari 85% dapat mengalami
peningkatan kebiasaan perilaku terpuji.
H.Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari bab-bab
antara lain :
Bab I terdiri dari latar belakang, masalah, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, hipotesis,
20
metodologi penelitian, sistematika proposal, daftar pustaka dan jadwal
penelitian.
Bab II yaitu landasan teori berupa definisi pembelajaran, hasil dan
faktor yang mempengaruhi belajar, aktivitas, motivasi belajar, pembiasaan,
perilaku terpuji, model bermain peran beserta langkah-langkahnya, dan
Pendidikan Agama Islam.
Bab III yaitu setting wilayah penelitian SDN 2 Galih Sari Kecamatan
Lalan Kabupaten Musi Banyuasin, mengenai : sejarah berdiri, letak,
ketenagaan pendidikan, keadaan siswa, sarana prasarana dan struktur
organisasi sekolah.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, meliputi hasil
pengolahan data mengenai meningkatkan pembiasaan perilaku terpuji
melalui model bermain peran pada pembelajaran PAI di kelas VI semester 2
SD Negeri 2 Galih Sari Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin. Bab V
yaitu penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Perilaku Terpuji
1. Pengertian Perilaku Terpuji
Imam Al-Ghazali menyebut perilaku ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa. Dari pada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa melakukan pertimbangan fikiran.Sedangkan perilaku terpuji atau
akhlakul karimah adalah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan
pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Perilaku terpuji terbukti efektif dalam menuntaskan suatu
permasalahan serumit apa pun21.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terpuji
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terpuji terbagi
menjadi dua, yaitu 22:
a. Faktor Intern
21 Sudarsono, Munir. Ahlakul Karimah dalam Islam. (Jakarta : Gramedia,2002), hlm. 2122 Ibid.,hlm.24.
22
Faktor intern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku terpuji
yang berasal dari dalam diri sendiri (tiap individu bersangkutan). Diantaranya
yang termasuk faktor intern adalah :
1. Dorongan hati nurani
2. Mengharap Ridha Allah
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku terpuji
yang berasal dari luar diri sendiri atau dorongan dari luar individu
bersangkutan.
Diantaranya yang termasuk faktor ekstern adalah :
1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain
2. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela
3. Mengharapkan pahala dan surga
4. Mengharap pujian dan takut azab Tuhan
3. Upaya Membentuk Perilaku Terpuji
Agar perilaku terpuji dapat terbentuk, maka kita harus berupaya untuk
membentuknya. Upaya tersebut dapat melalui 23:
a. Ilmu
Banyak membaca buku agar bisa mengambil keteladanan dari
sahabat-sahabat nabi dan mengikuti kajian-kajian Islam. Kemudian,
berusaha mengelompokkan nilai-nilai iman yang sudah kita ketahui ke dalam
23 Sudarsono, Munir. (Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta : Gramedia,2002), hlm. 4323
perilaku kita sehari-hari. Dalam pembelajaran, tentu PAI merupakan peran
penting dalam khasanah ilmu yang membentuk perilaku terpuji, terutama
pada usia sekolah dasar.
b. Latihan ibadah,
Dengan latihan ibadah yang terus menerus atau melalui pembiasaan
maka perilaku terpuji akan terbentuk dan melekat pada diri individu, dan
akhirnya akan menjadi terbiasa tanpa perlu berfikir terlalu lama apabila ingin
melakukan perilaku terpuji.
Mengurangi maksiat, membentuk lingkungan yang baik, melatih amal
atau kerja kita, bergaul dengan orang-orang saleh, meninggalkan lingkungan
yang buruk, dan mengambil hal positif dari lingkungan di sekitar kita.
4. Bentuk-bentuk Perilaku Terpuji
Bentuk-bentuk perilaku tepuji dapat dibedakan menjadi dua, antara
lain24 :
a. Perilaku Terpuji Terhadap Allah SWT
Perilaku terpuji terhadap Allah SWT diantaranya adalah sebagai