PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENIGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY – TWO STRAY Untuk Memenuhi Tugas Mata Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Oleh : MUHAMMAD ROSI PRAYUDI PUTRA 070210204101 S -1 PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR
46
Embed
PTK MENIGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY – TWO STRAY
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENIGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY – TWO STRAY
Untuk Memenuhi Tugas Mata Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Oleh :
MUHAMMAD ROSI PRAYUDI PUTRA
070210204101
S -1 PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses
belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk
memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada
peserta didik. Pemahaman yang dimaksudkan bukanlah pemahaman dalam arti sempit
yaitu menghafal materi pelajaran, namun pemahaman dalam arti luas yaitu lebih
cenderung menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang meliputi
menemukan konsep, mencari dan lain sebagainya serta peserta didik dituntut untuk
dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari – harinya. Namun sayangnya,
prantek pembelajaran yang demikian masih belum di terapkan secara keseluruhan,
sehingga tujuan dan hasil pendidikan belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam pencapaian tujuan belajar yang telah di uraikan di atas, tentu tidak
terlepas dari peranan cara pembelajaran yang digunakan oleh guru. Menurut
Supriyadi (1995:56), untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan penggunaan
metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas
pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesiai harus
diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan
kepada siswa dengan metode yang tepat pula. Metode pembela-jaran yang membuat
siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun
sosial hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan dengan sedemikian rupa
sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal.
Guru harus dapat melihat situasi kelas / siswa dan kemudian memilih strategi,
metode atau pendekatan seperti apa yang akan di gunakan dalam pembelajarannya.
Materi yang sama belum tentu dapat diterapkan pada kelas yang berbeda. Namun,
dalam pemilihan strategi, pendekatan, metode, ataupun model pembelajaran tetap
harus mengaju pada tujuan utama dalam pencapaian belajar yaitu penekanan pada
unsur pemahaman siswa, bukan sekedar menghafal dan akan lebih baik lagi jika
dilanjutkan pada praktek aplikasi dari materi yang telah di ajarkan.
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu perlu di terapkan pembelajaran
yang aktif, dinamis, dan bersifat kerjasama atau kooperatif. Maka dari itu, penulis
memilih menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran secara kooperatif (gotong royong). Pembelajaran ini berbeda
dengan cara belajar kerja kelompok bukan kooperatif. Pada kerja kelompok
konvensional bisa saja hanya ada beberapa siswa yang aktif sedangkan siswa lain
tidak aktif artinya hanya ikut-ikutan saja. Prinsip ketergantungan positif dan tanggung
jawab individu adalah dua hal yang tidak dimiliki oleh konsep kerja kelompok biasa,
susunan anggota dalam kelompok biasa tidak memperhatikan keheterogenan.
Ketergantungan positif memberikan makna bahwa anggota kelompok dari kelompok
itu mempunyai ketergantungan satu sama lain. Artinya pekerjaan itu tidak akan
selesai tanpa dikerjakan oleh masing-masing individu/anggota kelompok. Konsep ini
memberikan makna bahwa dalam kehidupan kita, manusia tidak bisa hidup sendiri
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka dapat dipastikan membutuhkan hadirnya
orang lain (Yunus, 2008).
Metode kooperatif ini digunakan dengan alasan utama dapat mengaktifkan
siswa, baik dalam bekerja sama dan menemukan konsep hingga mencapai
pemahaman yang diinginkan. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih penulis
dalam upaya peningkatan kemampuan menyimak yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif two stay – two stray.
Pembelajaran kooperatif kenyataannya masih belum banyak terapkan dalam
pembelajaran di SDN Kademangan 01 Bondowoso. Padahal dengan penggunaan
pembelajaran kooperatif akan banyak manfaat yang dapaat di ambil yang salah
satunya yaitu dapat menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama
dengan sesamanya. Seperti juga yang di utarakan oleh Ludgren 1994, dalam Dasna
dan Sutrisno (2006:46) yang menyatakan bahwa “salah satu keuntungan
pembelajaran kooperatif adalah mengurangi konflik antar individu”.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya interaksi dan transaksi di antara para siswa dalam proses
pembelajaran yang memenuhi kaidah-kaidah dalam pandangan konstuktivis.
Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan aktivitas siswa. Menurut Lie (2004),
pembelajaran dengan strategi kooperatif terbukti sangat efektif dalam meningkatkan
hubungan antar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat banyak macam model
pembelajaran seperti model pembelajaran jigsaw, Twos stay two stray, Student
Teaching Achievment Devition(STAD), TGT, dan lain – lainnya. Diantara model
pembelajaran yang telah disebutkan di atas, ada TSTS atau Two stay two stray yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992, yaitu suatu teknik yang
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Struktur Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu dalam satu kelompok
terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemberi informasi
bagi tamunya dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah.
Pembelajaran dengan menggunakan model TSTS ini belum pernah diterapkan pada
SDN Kademangan 01 Bondowoso baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
ataupun pada matapelajaran lainnya.
Model pembelajaran Two stay two stray menekankan pada pemberian dan
pencarian informasi kepada kelompok lain. Dengan begitu, tentunya siswa
dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang di utarakan oleh temannya ketika
sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa
yang di utarakan oleh anggota kelompok yang manjadi tuan rumah tersebut. Dalam
proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Dengan latar belakang itulah, dalam PTK ini penulis mengunakan judul:
Meningkatkan keterampilan menyimak melalui model pembelajaran kooperatif
kooperatif two stay –two stray pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas
VI SDN Kademanagn 01 Bondowoso.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang di atas, yang menjadi masalah utama adalah
kesalahan dalam penggunaan model pembelajaran ketika membelajarkan
keterampilan menyimak yang tidak menekankan pada aspek praktek secara langsung.
Oleh sebab itu, masalah yang dirumuskan dalam Penelitian ini yaitu “ Apakah
penggunaan model pembelajaran kooperatif two stay – two stray pada peserta didik
dapat meningkatkan kemampuan keterampilan menyimak pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SDN Kademangan 01 Bondowoso?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode pembelajaran
kooperatif two stay – two stray pada siswa SDN Kademangan 01 Bondowoso.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi peneliti, dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam memahami
model pembelajaran kooperatif two stay – two stray (TSTS) sehingga dapat
berguna bagi peneliti nantinya ketiga menjadi guru.
b. Bagi siswa:
Siswa dapat belajar untuk bekerja sama dalam belajar melalui
pembelajaran kooperatif TSTS ini.
Siswa akan lebih mudah dalam memahami materi karena dilakukan secara
langsung
Siswa akan bersemangat dalam kegiatan proses belajar karena siswa di
arahkan untuk aktif.
c. Bagi guru, yaitu sebagai perbaikan mutu dalam cara pembelajaran kepada
siswa, yang mengutamakan pemahaman melalui praktek kegiatan menyimak.
d. Bagi sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah tersebut.
1.5 Batasan Ruang Lingkup
Batasan – batasan pada PTK ini adalah:
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SDN Kademangan 01
Bondowoso.
Materi yang dipelajari adalah mengenai cerita rakyat
Unsur pembelajaran yang di utamakan adalah keterampilan menyimak
siswa baik dalam menyimak cerita rakyat maupun menyiman materi tentang cerita
rakyat yang di berikan oleh tuan rumah pada kelompok lain ketika sedang
bertamu pada kelompok tersebut.
Hasil belajar dilakukan melalui uji tes sejauh mana kemampuannya
dalam menyimak apa yang di utarakan dan juga melalui diskusi bersama.
1.5 Definisi Operasional Variabel
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan kegiatan belajar
bersama dengan kelompok kecil secara heterogen (antara 3-5 siswa), menekankan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif model two stay - two stray adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu
kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai
pemberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok yang
lain secara terpisah.
Menyimak merupakan kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh
pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan
memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan (Tarigan, 1990:28).
Peningkatan keterampilan menyimak adalah hasil cukup yang diperoleh siswa
setelah dilakukan tes secara lisan setelah siswa menyimak suatu materi atau
bacaan yang diutarakan temannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad
Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki
pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu
masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut
juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.
Menurut Thomson, et al (1995) dalam Karuru (2007), pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelom-pok kecil
saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4
atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan
teman yang berbeda latar bela kangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khu-sus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya,
seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman
sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995 dalam Karuru, 2007).
Lie (2004:31) mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam pembelajaran
kooperatif meliputi.
1. Saling ketergantungan positif (positive interdependence).
Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung positif dan saling
terikat sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa
lain juga tidak sukses, dengan demikian materi tugas haruslah mencerminkan
aspek saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber belajar, peran
kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru perlu menciptakan kelompok
kerja yang efektif serta menyusun tugas yang diharapkan dapat mempermudah
siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2. Tatap Muka (face-to-face interaction).
Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan yang
lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan dan
saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan memberikan sum-
bangan pikiran dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan