BAB I
PAGE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahBahasa merupakan alat berkomunikasi
secara lisan dan tulis, untuk memahami dan mengungkapkan informasi,
pikiran, perasaan, serta sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Dalam kehidupan
sehari-hari bahasa mempunyai arti yang sangat penting. Bahasa
digunakan sebagai alat komunikasi serta untuk mewujudkan hasil
pemikiran manusia. Keadaan menunjukkan bahwa suatu komunikasi tidak
akan berhasil tanpa hadirnya sebuah bahasa. Segala macam pikiran,
ide, konsep, dan berbagai angan-angan manusia dilahirkan lewat
bahasa. Hal ini kiranya mendorong seseorang untuk lebih
memperhatikan penggunaan bahasa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
lebih diarahkan agar siswa mampu dan terampil menggunakan bahasa
Indonesia secara komunikatif. Dapat dikatakan bahwa untuk
pembelajaran bahasa lebih ke performansi berbahasa secara konkret
atau berupa unjuk kerja mempergunakan bahasa dalam konteks tertentu
sesuai dengan fungsi komunikatif bahasa.
Bahasa Indonesia mempunyai ragam lisan dan tulisan yang
kedua-duanya digunakan dalam situasi formal dan nonformal. Oleh
karena itu, guru harus selayaknya memperkenalkan bahasa Indonesia
kepada siswa. Pada pelajaran bahasa ada empat keterampilan yang
harus diajarkan. Keempat keterampilan tersebut: (1) menyimak, (2)
berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keempatnya saling
berhubungan secara sinergis. Selain itu, berhubungan erat dengan
proses berpikir yang mendasari keterampilan berbahasa.
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran
keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa.
Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam
pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseftif
(mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan
berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran
keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut
tertingkatkan pada tahapan selanjutnya. Kemudian peningkatan kedua
keterampilan tersebut akan menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang
terpadu.
Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah menengah pertama didukung oleh komponen-komponen
pembelajaran yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu
sama lain (interelasi). Salah satu komponen penting yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran.
Dalam kenyataan di lapangan masih banyak permasalahan yang
menyangkut penggunaan model pembelajaran, antara lain guru yang
sering mengabaikan variasi model pembelajaran. Guru lebih banyak
menggunakan model ceramah untuk melaksanakan proses belajar
mengajar yang memposisikan guru sangat dominan sedangkan
partisipasi siswa kurang berkembang. Dengan demikian penggunaan
model ceramah menyebabkan pembelajaran yang monoton, pasif,
sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.Dari hasil pengamatan
sementara di kelas, ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung dan
diidentifikasi sebagai berikut.
a. Motivasi siswa rendah, terbukti dalam proses belajar mengajar
ada siswa yang ngobrol, siswa yang makan, dan ada siswa yang kurang
serius dalam mengikuti pelajaran.
b. Kemampuan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia masih
rendah.
c. Hasil belajar siswa masih rendah atau belum mencapai target
yang telah ditetapkan.
Sebagai konsekwensinya, pembelajaran harus melibatkan anak
secara aktif, melakukan, mencari, dan mengolah sendiri.
Pembelajaran harus mampu membawa siswa pada hal-hal yang bersifat
kongkrit. Salah satu pendekatan yang mampu mengaitkan materi
pembelajaran dengan konteks siswa, adalah pendekatan contextual
teaching and learning. Melalui pendekatan ini pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan efektif, dimana pembelajaran akan mengaitkan
suasana pembelajaran dengan konteks dimana siswa berada. Dengan
pendekatan ini diharapkan kualitas belajar menjadi lebih aktif,
kreatif, dan bermakna, sehingga prestasi belajar lebih baik lagi
khususnya dalam kemampuan siswa.
Model ini dipilih berdasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan
pembelajaran dapat menuntun guru untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pembelajaran. Pendekatan contextual teaching and
learning adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan
memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya
dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah
pertama mengembangkan pendekatan CTL yang berupaya memadukan antara
bagian-bagian pengetahuan siswa yang terpisah-pisah kedalam sebuah
pengalaman belajar yang betul-betul mengalami atau dialami sendiri
dengan masalah yang ada. Metode CTL merupakan koordinasi antara
materi pelajaran (content) dengan keterampilan intelektual yang
harus dimiliki oleh siswa dalam suatu kondisi dan situasi yang
cocok dengan psikologi kognitif siswa, dan kepentingan lingkungan
pembelajar (Blanchard, A, 2003:2). Metode CTL didasarkan atas
kebutuhan siswa, mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin),
selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa, dan penilaian hasil belajar dengan menerapkan penilaian
otentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah.Dengan
metode CTL, siswa ditempatkan dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual
siswa dan peran guru. Pendekatan konstektual juga berpandangan
bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa dapat
menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak
dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata.Metode CTL
membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat, keluarga, kelompok dan organisasi, bahkan
pertemuan diantara sesama anak sehari-hari.
B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di
atas, ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung dan diidentifikasi sebagai
berikut.
a. Motivasi siswa rendah, terbukti dalam proses belajar mengajar
ada siswa yang ngobrol, siswa yang makan, dan ada siswa yang kurang
serius dalam mengikuti pelajaran.b. Kemampuan siswa dalam belajar
Bahasa Indonesia masih rendah.c. Hasil belajar siswa masih rendah
atau belum mencapai target yang telah ditetapkan.
C. Pembatasan MasalahAgar pemecahan masalah di atas lebih
terfokus, maka masalah dalam penelitian dibatasi dalam hal sebagai
berikut:
1. Pendekatan yang digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah pendekatan contextual teaching and learning.2. Materi
pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan dijadikan penelitian
mengenai menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami.
3. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
pada pembelajaran Bahasa Indonesia Menulis cerita pendek di kelas
IX SMPN 47 Bandung tahun pelajaran 2013/2014.D. Rumusan
MasalahDalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kajian
Bagaimanakah penerapan metode contextual teaching and learning pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek bagi
siswa kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung?.
Setelah penulis membatasi permasalahan di atas, selanjutnya
masalah itu dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang
berorientasi contextual teaching and learning pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek siswa kelas IX D SMP
Negeri 47 Bandung?
b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
contextual teaching and learning pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam menulis cerita pendek siswa IX D SMP Negeri 47
Bandung?
c. Bagaimana cara mengevaluasi proses pembelajaran dengan
pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek bagi siswa kelas IX D
SMP Negeri 47 Bandung?E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode contextual teaching and
learning tentang menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47
Bandung.2. Tujuan KhususSecara khusus tujuan penelitian ini
adalah:
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode contextual teaching and
learning dalam menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47
Bandung.
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode contextual teaching and
learning dalam menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47
Bandung .
c. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
contextual teaching and learning dalam menulis cerita pendek di
Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian
ini, yaitu manfaat bagi kepentingan teoritis dan kepentingan
praktis. Untuk lebih jelasnya kedua manfaat itu penulis uraikan
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis; Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menemukan prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia melalui
pendekatan contextual teaching and learning, khususnya pada jenjang
sekolah menengah pertama. Hal ini dianggap penting mengingat bahan
referensi yang membahas tentang penggunaan pendekatan contextual
teaching and learning masih kurang.
2. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada guru, menjadi bahan masukan terhadap
upaya-upaya peningkatan kualitas pengembangan kemampuan bagi anak
sekolah menengah pertama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKAA. Konsep Dasar Pendekatan CTLPendekatan dalam
pengertian ini adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Pendekatan adalah
seperangkat asumsi korelatif yang menangani hakikat pengajaran dan
pembelajaran bahasa (Depdiknas,2004:70) Pendekatan bersifat
aksiomatis. Pendekatan memberikan hakikat pokok bahasan yang
diajarkan. Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode
dengan cakupan teoritis tertentu.
Guru bahasa Indonesia harus menguasai dan dapat menerapkan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran di kelas. Pada saat ini
berkembang pemikiran di kalangan para ahli pendidikan, bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
Belajar akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya.
Jadi anak tidak hanya mengetahui saja. Pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara pelajaran dengan hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari adalah pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning).Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Dari konsep
tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya. Pertama,
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.Kedua, CTL
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.Ketiga, CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan
hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya,
akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan
akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan
nyata.
Agar belajar lebih hidup, maka contextual teahing and learning
memiliki tujuh komponen (pilar), sebagai berikut:a. Konstruktivisme
(Construktivism)
Merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan contextual
teahing and learning, yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
bukan menerima informasi dari guru secara instant. Dengan dasar itu
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan
menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa
menjadi pusat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan.
Pandangan konstruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah menfasilitasi proses
pembelajaran melalui; (a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan
relevan bagi siswa, (b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri, dan (c) Menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.b. Menemukan
(Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat kata-kata, tetap[I hasil dari
menemukan sendiri. Pembelajara mendorong seluruh pikiran dan tubuh
untuk bersama-sama aktif di dalam maupun di luar kelas. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkan. Siklus inquiri adalah melalui
kegiatan; (a) Merumuskan masalah, (b) Mengamati atau melakukan
observasi, (c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (d)
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain, (e) Mengevaluasi hasil temuan
bersama.
Paradigma belajar lama telah memisahkan kesatuan utuh manusia
yang terdiri dari rasa, karsa dan karya. Gerakan fisik bukan hanya
dianggap mengganggu tetapi justru jadi disorder behavior. Ketika
belajar perhitungan Bahasa Indonesia siswa sebatas menggerakan
tangan untuk menghitung dengan muka yang serius dan kerutan di
kening. Pembelajaran menjadi abstrak, tidak masuk akal dan duduk
terus menerus.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran
berbasis contexstual teaching and learning. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran
berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa
yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang
belum diketahuinya.
Dalam segala aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan;
antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru dan lain
sebagainya. Dalam pembelajaran kegiatan bertanya sangat berguna
untuk; (a) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis,
(b) Mengecek pemahaman siswa, (c) Membangkitkan respon siswa, (d)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (e) Mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui siswa, (f) Memfokuskan perhatian siswa pada
sesuatu yang dikehendaki guru, (g) Untuk membangkitkan lebih banyak
lagi pertanyaan dari siswa, dan (h) Untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Komunity ialah hasil pembelajaran yang diperoleh
melalui kerjasama dengan orang lain. Misalnya seorang siswa yang
belum bias memperkecil atau memperbesar peta dibantu oleh teman
yang sudah bias dengan cara menunjukkan cara membuatnya. Kedua
siswa tersebut sudah membentuk masyarakat belajar.
Dalam kelas contexstual teaching and learning, guru disarankan
selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
Model pembelajaran Learning Komunity dalam pelaksanaannya dapat
diwujudkan dalam; (a) Pembentukan kelompok kecil, (b) Pembentukan
kelompok besar, (c) Mendatangkan ahli ke kelas, (d) Bekerja dengan
kelas sederajat, (e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan
(f) Bekerjasama dengan masyarakat.
Selama ini pendidikan kita kurang mengupayakan adanya
kebersamaan anggota kelas sebagai satu tim yang harus membantu dan
mendukung. Akibatnya rasa tanggung jawab atas kemajuan bersama
terabaikan, jangankan bertanggung jawab untuk kelompoknya, pada
diri sendiri saja kurang. Hal ini sering terjadi apabila ada tugas
kelompok, biasanya hanya siswa tertentu saja yang aktif.e.
Pemodelan (Modeling)
Dalam pembelajaran ada model yang bisa ditiru, bisa berupa karya
tulis, cara melafalkan kata, dll. Dalam pendekatan contexstual
teaching and learning guru bukan satu-satunya model, model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa bisa ditunjuk
untuk memberi contoh temannya melafalkan satu kata. Contoh
mempraktekkan model; guru Bahasa Indonesia menunjukkan teks berita
dari surat kabar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau
pengetahuan yang baru diterima. Misalnya ketika pembelajaran
berakhir siswa merenung Kalau begitu, cara saya menyimpan file
selama ini salah, mestinya dengan cara yang baru dipelajari,
sehingga file dalam komputer lebih tertata.
Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki siswa
diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas
sedikit-demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna
bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.
Kegiatan mengevaluasi diri sendiri baik dilakukan karena itulah
siklus kehidupan yang nyata. Mengalami umpan balik dan berusaha
kembali berkali-kali akan lebih efektif daripada jika siswa
dibiarkan memahami pengetahuan secara sepotong-sepotong dan
mengandalkan penilaian dari orang lain (guru).g. Penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar.
Apabila data yang dikumpulkan mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru bisa mengambil
tindakan yang tepat sehingga siswa bebas dari kemacetan belajar.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang
proses pembelajaran, maka assessment dilakukan terintegrasi dengan
kegiatan pembelajaran. Karakteristik authentic assessment adalah;
(a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung, (b) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (c)
Yang diukur keterampilan dan performasi bukan mengingat fakta, (d)
Berkesinambungan, (e) Terintegrasi, dan (f) Dapat digunakan sebagai
feed back.Selanjutnya Sanjaya (2005:115) memberikan penjelasan
perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional, antara lain:
1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa
perperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam
pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.2) Dalam
pembelajaran CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti
kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima, dan memberi.
Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih bnayak
belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal
materi pelajaran.
3) Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran
bersifat teoretis dan abstrak.
4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan
dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui
latihan-latihan.
5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah
kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan
akhir adalah nilai dan angka.
6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran
diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu
karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak
bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau
perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya,
misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman,
atau sakadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.
7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu
setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat
pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal
ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut
dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang
lain.
8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam
memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu
jalannya proses pembelajaran.
9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana
saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran
hanya terjadi di dalam kelas.
10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek
perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur
dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya
siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain
sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan
pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.Menurut Akhmad Sudrajat
(2008: 5), tujuan model cooperative learning berbeda dengan
kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.
Sedangkan tujuan dari model cooperative learning adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).Model cooperative
learning dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan pembelajaran
antara lain seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas dalam
(http://ipotes.wordpress.com) sebagai berikut:
1) Meningkatkan hasil akademik melalui kinerja siswa dalam
tugas- tugas akademik. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara
sumber bagi siswa yang kurang mampu.
2) Memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai perbedaan latar belajar. Perbedaan itu antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
ini meliputi keterampilan berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, menjelaskan ide atau pendapat, serta bekerja
dalam kelompok.
Selanjutnya Ibrahim (2000: 16), mengemukakan bahwa model
cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:a. Hasil belajar
akademikDalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.b. Penerimaan terhadap perbedaan
individuTujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.c. Pengembangan keterampilan
sosialTujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab
saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial.Dengan demikian, cooperative learning disusun sebagai usaha
untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
siswa-siswa lain yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Dengan
bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan bersama, maka
siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat untuk kehidupan di luar
sekolah.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
dalam penerapan model kooperatif adalah agar peserta didik dapat
belajar dalam bentuk kelompok dengan teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk menyatakan pendapatnya secara kelompok.
Kelebihan menggunakan metode Cooperative Learning adalah dapat
memperbaiki pola sikap komprehensif terhadap materi akademik,
mengembangkan keterampilan sosial, menciptakan iklim lingkungan
belajar yang aktif, antusias, dan mengakomodasi siswa dengan
berbagai tingkat kemampuan akademik dalam berbagai bidang,
memunculkan gaya belajar yang berbeda, meningkatkan tanggung jawab
siswa, dan berfokus pada keberhasilan setiap siswa (Hasan, 2000:
41).
Di samping kelebihan yang dimiliki oleh metode Cooperative
Learning, strategi inipun memiliki kekurangan. Kekurangan dari
strategi ini adalah tidak berkembangnya kooperasi karena faktor
sosial dan budaya, membutuhkan waktu yang banyak, dan dapat
menimbulkan perasaan terbebani karena bisa saja siswa itu merupakan
yang terbaik dalam kelompoknya tetapi bukan yang terbaik di antara
kelompok-kelompok lain (Hasan, 2000: 39). B. Hasil Belajar
SiswaNasrun (dalam Tim Dosen, 1980 : 25) mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi
rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat
kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Hasil belajar yang
dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai
berikut.1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan
prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah
dicapai.
2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti
akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri
dan mengembangkan kreativitasnya.
4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau
wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan
atau perilaku.
5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar siswa di sekolah diperoleh dari hasil evaluasi
belajar, yang merupakan salah satu kegiatan dalam keseluruhan
proses belajar mengajar. Menurut Wahyu Widana (1992: 32) hasil
belajar mempunyai empat karakteristik yaitu :
a. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat
diukur. Pengukuran perubahan perilaku tersebut dapat menggunakan
tes hasil (achievement test).
b. Hasil belajar merupakan hasil perbuatan individu itu sendiri,
bukan hasil perbuatan orang lain terhadap individu itu.
c. Hasil belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar
yang dicapai.
d. Hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan
secara sengaja atau disadari, jadi bukan kebiasaan atau perilaku
yang tidak disadari.
Gagne (1985 : 40) menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan
menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Sudjana
(1990: 22), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu:
1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang
dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil
belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang
dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan diluar individu,
proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali
bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari
hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan.BAB III
METODE PENELITIANA. Lokasi dan Subjek PenelitianPenelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 47 Bandung. Subjek penelitian adalah
siswa Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung tahun ajaran 2013/2014.
Siswa di kelas ini jumlahnya 42 orang siswa, terdiri dari 23 siswa
perempuan dan 19 siswa laki-laki yang secara keseluruhan memiliki
karakteristik umum seperti kelas-kelas lainnya.B. Metode
PenelitianJenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
(Wardhani, 2007 : 1.4). Model PTK yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Model Kemmis dan Mc Tlaggart. Perencanaan (planning)
Model PTK Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari 4 komponen, yaitu
:
1. Tahap ini merupakan tahap awal sebelum melakukan tindakan.
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah membuat rencana
pembelajaran,menyiapkan sumber belajar, menyiapkan media
pembelajaran, dan menyiapkan alat pengumpul data.2. Aksi/tindakan
(acting)Pada tahapan ini, peneliti melaksanakan segala sesuatu yang
telah dirancang pada tahap perencanaan.
3. Observasi (observasing)Dengan bantuan kolaborator, peneliti
mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan.
4. Refleksi (reflecting)Pada bagian ini, peneliti melakukan
analisis data mengenai proses dan hasil belajar. Membuat kesimpulan
tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam bentuk
proses pembelajaran berdaur (siklus) yang terdiri dari dua siklus.
Desain Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada skema di bawah
ini:
Gambar 1.1 Bagan Model Dasar Siklus PTK (Sumber:Mulyana, 2005:
37)C. Teknik dan Instrumen PenelitianTeknik pengumpulan data dalam
penelitian ini terdiri:
1. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi, yaitu mempelajari dan meneliti
catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Ridwan (2004:105), mengatakan bahwa dokumentasi adalah ditujukan
untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi
buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan,
foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian.
Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/informasi
mengenai pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX D
SMP Negeri 47 Bandung tahun ajaran 2013/2014.2. Observasi
Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada waktu
belajar dan kegiatan guru pada waktu mengajar sehingga akan
diperoleh informasi dan masukan untuk memperbaiki atau peningkatan
pembelajaran pada siklus berikutnya. Kegiatan observasi
dilaksanakan pada setiap siklus pembelajaran dengan mengikuti
prosedur yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan dalam
kegiatan observasi adalah lembar observasi untuk guru dan siswa. 3.
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar diadakan setiap akhir pelajaran atau setelah
materi pelajaran selesai dibahas. Tujuannya untuk mengetahui
bagaimana perubahan kemampuan hasil belajar siswa setelah
pelaksanaan penerapan metode CTL. Tes yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah postest. D. Langkah-Langkah
PenelitianLangkah-langkah penelitian tindakan kelas ini terdiri
atas dua siklus, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. 1. Orientasi dan Identifikasi Masalah
Pada tahap ini guru mengorientasi dan mengidentifikasi masalah
yang merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Melakukan kegiatan orientasi dengan penelitian berfokus dalam
menganalisis perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX
D SMP Negeri 47 Bandung ini.
2) Mengidentifikasi pengalaman mengelola proses pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung
ini terutama berkaitan dengan kelemahan dan hambatan yang dialami
guru. 2. Perencanaan Tindakan Perbaikan Pembelajaran
Perencanaan, yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian
tindakan (termasuk revisi dan perubahan rencana) yang hendak
diselenggarakan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keduanya
disusun secara fleksibel untuk mengadaptasi berbagai pengaruh yang
mungkin timbul di lapangan yang tak dapat diduga, maupun dari
kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Perencanaan juga disusun
dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinannya untuk
dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Dalam
kaitan ini, rencana disusun secara reflektif, partisipatif dan
kolaboratif antara peneliti, peneliti mitra dan guru.a. Siklus
pertamaSiklus pertama dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan,
dengan tahapan sebagai berikut:1)Perencanaan
Tindakan yang direncanakan untuk mengatasi permasalahan pada
siklus pertama adalah sebagai berikut:
a) Menyusun rencana pembelajaran yang berkontekstual, untuk 2
kali pertemuan. Model pembelajaran kontekstual yang direncanakan
untuk diterapkan adalah, model pembelajaran langsung untuk
pertemuan pertama dan pembelajaran kooperatif untuk pertemuan
kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Rencana pembelajaran
yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.
Menyiapkan Lembar Kerja Siswa
Menyiapkan instrumen penilaian
Menyiapkan Lembar Observasi
2) Pelaksanaan (Tindakan)a. Pertemuan pertamaModel pembelajaran
yang digunakan adalah model pembelajaran langsung, dengan fase-fase
sebagai berikut:
Pada fase pertama, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa. Caranya adalah dengan mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa. Fase kedua, peneliti
menggunakan teknik bertanya dan pemodelan dalam menyajikan materi
pelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menemukan dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka. Fase ketiga, masyarakat
belajar diciptakan dengan meminta siswa berkelompok melakukan
eksperimen dipandu dengan Lembar Kerja Siswa yang telah
dipersiapkan oleh guru. Fase keempat, siswa melakukan diskusi
kelompok dari hasil eksperimen bertujuan merefleksi hasil kerja
mereka tadi. Fase kelima, siswa diminta kembali melakukan refleksi
yaitu dengan memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah
berlangsung. Pada akhir pembelajaran ini dilakukan diskusi kelas
untuk merangkum dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang didapatkan
oleh siswa. Penilaian autentik yang dilaksanakan adalah pada waktu
siswa melakukan eksperimen, berdiskusi kelompok, bekerja sama dalam
kelompok, dan pada waktu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
serta laporan atau LKS yang telah dikumpulkannya.b. Pertemuan kedua
Model pembelajaran yang diterapkan pada pertemuan ini adalah
pembelajaran kooperatif, dengan fase-fase sebagai berikut:
Fase pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa, agar siswa dapat mencapai semua tujuan
pembelajaran. Fase kedua, guru menyajikan informasi kegiatan yang
akan dilakukan siswa. Untuk menarik minat siswa, guru menerapkan
komponen CTL dalam melakukan tanya jawab kepada siswa. Fase ketiga,
guru menciptakan masyarakat belajar dengan meminta siswa
berkelompok melakukan diskusi antar siswa. Fase keempat, guru
membimbing kelompok kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan
tugas mereka Fase kelima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Fase keenam, guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.Penilaian autentik dapat diambil dari nilai lembaran
kerja yang telah dilakukan siswa.3) Pengamatan (Observasi)Kegiatan
pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer pada setiap
pertemuan. Pengamatan lebih difokuskan pada aspek penerapan
komponen CTL.4) RefleksiRefleksi dilakukan untuk menilai dampak
dari perlakuan yang diberikan. Kegiatan refleksi dilakukan setiap
akhir pertemuan.b. Siklus KeduaSiklus kedua dilakukan sebanyak 2
kali pertemuan. 1) PerencanaanRencana untuk mengatasi permasalahan
pada siklus kedua ini adalah : menyusun rencana pembelajaran yang
bernuansa kontekstual untuk 2 kali pertemuan. Model pembelajaran
yang digunakan adalah model pembelajaran langsung, model
pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berdasarkan masalah
serta pada akhir siklus kedua ditambah dengan model permainan.
Disamping itu guru juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa. Sedangkan
lembar pengamatan CTL sama dengan yang digunakan pada siklus
pertama.2) Tindakana. Pertemuan ketigaModel pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaran langsung, dengan fase-fase
sebagai berikut:
Fase pertama, siswa dimotivasi dengan cara mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan dunia nyata siswa. Fase kedua, guru
menyajikan informasi kegiatan yang akan dilakukan siswa. Untuk
menarik minat siswa, guru menerapkan komponen CTL dalam melakukan
tanya jawab kepada siswa. Fase ketiga, guru menciptakan masyarakat
belajar dengan meminta siswa berkelompok melakukan diskusi antar
siswa. Fase keempat, salah satu siswa mewakili kelompoknya
mempresentasikan hasil kerjanya, siswa dari kelompok lain diminta
menanggapinya. Fase kelima, siswa diminta untuk merefleksi dengan
memberikan kesimpulan dan rangkuman hasil pembelajaran yang sudah
didapat oleh siswa.Penilaiannya sebenarnya diambil dari hasil kerja
siswa, cara bekerja sama dalam kelompok, keberanian
mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan laporan kerja
kelompok.
E. Teknik Pengolahan DataAnalisis data yang dilakukan dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:1) Hasil
observasi guru dan siswa
Analisis hasil observasi guru dan siswa baik dalam tindakannya
pada setiap siklus akan menggunakan teknik deskripsi. Penggunaan
teknik ini untuk menggambarkan tentang permasalahan yang terjadi
pada saat penelitian dilaksanakan. Analisis hasil observasi ini
dilihat pada setiap siklus yang disesuaikan dengan indikator yang
telah ditetapkan. 2) Hasil evaluasi belajar siswa
Tes tertulis yang diberikan kepada siswa dalam bentuk esei
pemberian skornya didasarkan pada jawaban yang tepat dengan bobot
maksimal 10 minimal 1, serta dijumlahkan yang menghasilkan jumlah
skor. Selanjutnya dari masing-masing skor per individu dijumlahkan
untuk menghasilkan nilai rata-rata. Perhitungannya sebagai
berikut:
Rata-rata =
3) Rekomendasi dan tindak lanjut ditentukan berdasarkan hasil
refleksi data, apakah perlu atau tidak diadakan siklus pembelajaran
berikutnya.
BAB 1V
HASIL PENELITIAN PEMBAHASANA. Deskripsi Data Awal Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Pengamatan
tersebut meliputi bagaimana keadaan siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung, penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran Bahasa Indonesia yang disampaikan, metode pembelajaran
yang sering digunakan oleh guru.Pengamatan tersebut dilaksanakan
untuk mengungkap secara tepat apa yang menjadi masalah bagi siswa
dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Pengamatan ini dilakukan
terhadap siswa kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung. Berdasarkan hasil
pengamatan, kelas IX D ini masih banyak siswa yang kemampuan Bahasa
Indonesia masih kurang dan perlu ditingkatkan. Selain itu, peneliti
juga memperoleh hasil temuan bahwa siswa kelas IX D mempunyai
potensi aktif untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar
apabila guru mampu membawa siswa-siswi pada situasi belajar Bahasa
Indonesia yang menyenangkan. Secara rinci temuan hasil penelitian
awal pada observasi di kelas IX D tersebut adalah bahwa ada siswa
terlihat kurang serius, antusias dan kurang berkonsentrasi dalam
mengikuti proses pembelajaran, serta masih ada beberapa siswa yang
kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan pelajaran Bahasa
Indonesia. Siswa yang tidak tertarik pada proses pembelajaran
Bahasa Indonesia tersebut ditunjukan dengan bermain-main dengan
sesuatu, mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan
ketika guru menjelaskan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru
hanya menggunakan metode pembelajaran seperti ceramah
(ekspositori), tanya jawab dan penugasan atau memberikan
latihan-latihan soal seperti apa yang telah dicontohkan oleh guru.
Untuk dapat membuat pembelajaran yang bermakna bagi siswa (tidak
membosankan) maka diperlukan / perlu dilakukan perubahan terhadap
metode pembelajaran yang dalam kegiatan belajar mengajarnya membuat
siswa aktif serta mampu berpikir kritis, sehingga diharapkan siswa
memperoleh sesuatu setelah melakukan pembelajaran dan pada
perolehan kemampuannya pun meningkat.B. Deskripsi Pelaksanaan
Penelitian
1. Pelaksanaan Siklus ISebelum memulai melakukan penelitian,
terlebih dahulu peneliti mempersiapkan perencanaan untuk siklus I
adalah dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
siklus I pembelajaran 1, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit, pada
materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami. Pada pertemuan siklus pertama ini pembelajaran dilakukan
secara berkelompok.Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilakukan
dalam 2 kali pertemuan, yaitu siklus I pembelajaran I dan siklus I
pembelajaran II dengan materi menulis cerita pendek bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 20 November 2013, dimulai pada pukul 07.00-08.20
WIB dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22
November 2013, dimulai pada pukul 07.00-08.20 WIB dengan materi
menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami.Dalam pelaksanaan siklus I pembelajaran I, peneliti
menggunakan metode belajar diskusi, tanya jawab, demontrasi dan
pemberian tugas yang merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Langkah-langkah pembelajaran terbagi kedalam kegiatan awal selama +
10 menit, kegiatan ini selama + 40 menit,dan kegiatan akhir selama
+ 10 menit, Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan di kelas IX D
dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang siswa, yang terdiri dari 23
orang siswa perempuan dan 19 orang siswa laki-laki. Pembelajaran
pertama ini peneliti didampingi oleh satu orang observer yaitu guru
bahasa Indonesia. Posisi observer duduk di kursi belakang barisan
meja dan kursi siswa, dalam ruang kelas sehingga diharapkan semua
kegiatan siswa dapat terlihat. Bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses
pembelajaran dimulai dengan memeriksa kehadiran siswa. Hal ini
penting karena peneliti harus selalu mengetahui jumlah siswa yang
hadir pada setiap pembelajaran. Setelah selesai memeriksa kehadiran
siswa, kemudian peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa.
Peneliti membimbing siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya
masing-masing. Peneliti mulai membagikan LKS pada masing-masing
kelompok. Setelah seluruh kelompok mendapat LKS dan suasana kelas
kondusif untuk dimulainya proses pembelajaran, peneliti yang
sekaligus menjadi guru mulai membagikan gambaran tentang proses
pembelajaran yang akan dilakukan dengan melakukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Peneliti memberikan apersepsi
sebagai materi awal yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Sebelum siswa mengerjakan LKS peneliti memberikan
penjelasan tentang petunjuk mengerjakan LKS dengan jelas.
Selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan LKS secara
berkelompok dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal
yang belum dimengerti tentang pengerjaannya. Ketika diskusi
kelompok berlangsung, peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk
melihat aktivitas siswa dan kegiatan diskusi kelompok. Setelah
selesai mengerjakan LKS secara berkelompok, setiap kelompok diberi
kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Hal ini dilakukan
untuk memotivsi agar siswa merasa bangga akan hasil kerja sama
dengan kelompoknya. Setelah secara bergilir tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya, peneliti bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah
proses pembelajaran selesai, peneliti memberikan soal tes sebagai
evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa tentang materi
pelajaran Bahasa Indonesia yang baru saja dipelajari.
Proses pembelajaran siklus I pembelajaran II tidak jauh berbeda
dengan siklus I pembelajaran I, mulai dari metode pembelajaran yang
digunakan pada siklus I pembelajaran II adalah diskusi, tanya
jawab, demonstasi dan pemberian tugas, bahan ajar yang digunakan
adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diisi oleh siswa secara
berkelompok, proses pembelajaran dilakukan di kelas seperti
biasanya. 2. Pelaksanaan Siklus IIPelaksanaan pada siklus II juga
tidak jauh berbeda dengan siklus I. Sebelum memulai melakukan
penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk siklus II pembelajaran I, dengan lokasi
waktu 2 x 40 menit.Pelaksanaan penelitian pada siklus II juga
dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Pada siklus
kedua ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27
November 2013, dimulai pada pukul 07.00-08.20 WIB, dan pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 November 2013 dengan
materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami.Sama halnya dengan siklus sebelumnya, dalam pelaksanaan
siklus II pembelajaran I, peneliti menggunakan metode belajar
diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas yang
merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan pendekatan kontekstual. Langkah-langkah pembelajaran
terbagi kedalam kegiatan awal selama + 10 menit, kegiatan ini
selama + 40 menit, dan kegiatan akhir selama + 10 menit. Bahan ajar
yang digunakan dalam pembelajaran siklus II masih menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pembelajaran dimulai dengan
memeriksa kehadiran siswa. Hal ini penting, karena peneliti harus
selalu mengetahui jumlah siswa yang hadir pada setiap pembelajaran.
Setelah memeriksa kehadiran siswa, kemudian peneliti membagi siswa
menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 sampai 6
orang siswa, seperti yang dilakukan pada siklus I dan II.Peneliti
membimbing siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya
masing-masing. Peneliti mulai membagikan LKS pada masing-masing
kelompok. Setelah seluruh kelompok mendapat LKS dan suasana kelas
kondusif untuk dimulainya proses pembelajaran, peneliti yang
sekaligus menjadi guru mulai memberikan gambaran tentang proses
pembelajaran yang akan dilakukan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus terakhir ini. Peneliti
memberikan apersepsi sebagai materi awal yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. Sebelum siswa mengerjakan LKS peneliti
memberikan penjelasan tentang petunjuk pengerjaan LKS dengan jelas.
Selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan LKS secara
berkelompok dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal
yang belum dimengerti tentang pengerjaannya. Ketika diskusi
kelompok berlangsung, peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk
melihat aktifitas siswa dan kegiatan diskusi kelompok. Setelah
selesai mengerjakan LKS secara berkelompok, setiap kelompok diberi
kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Hal ini dilakukan
untuk memotivasi agar siswa merasa bangga akan hasik kerjasama
dengan kelompoknya. Setelah secara bergilir tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya, peneliti bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti memberikan soal
tes sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman dan
kemampuan yang dicapai siswa tentang materi pelajaran Bahasa
Indonesia pada siklus II.Proses pembelajaran siklus II pembelajaran
II pun tidak jauh berbeda dengan siklus II pembelajaran I, mulai
dari metode pembelajaran yang digunakan pada siklus II pembelajaran
II adalah diskusi, tanya jawab, demonstasi dan pemberian tugas,
bahan ajar yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
telah diisi oleh siswa secara berkelompok serta proses pembelajaran
dilakukan di kelas seperti biasanya. C. Deskripsi Hasil Penelitian
Siklus I
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Berdasarkan pelaksanaan yang telah dilakukan pada
siklus I pembelajaran I dan pembelajaran II yang telah dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 20 November dan hari Jumat tanggal 22
November 2013, peneliti mencatat hasil yang dimulai dari hasil
observasi terhadap peneliti sendiri mengenai persiapan sampai
kegiatan / proses belajar mengajar yang dilakukan, melalui lembar
observasi terhadap kegiatan guru yang telah disediakan oleh
peneliti dengan bantuan observer yakni guru bahasa Indonesia. Hal
ini dilakukan sebagai bahan acuan agar terus dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dan bahan refleksi siklus selanjutnya.
Pedoman observasi untuk guru pada Siklus I Pembelajaran I
ditunjukan dalam lembar observasi seperti berikut ini:Tabel 4.1
Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru
Siklus I Pembelajaran INoAspekIndikatorYaTidak
1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber
belajar dengan cermat
b. Menyapa siswa dengan salam
c. Memeriksa kehadiran siswa
d. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan
PBM
2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan
pengetahuan awal siswa.
d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.
3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat
didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.
b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan
proporsional.
c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi
siswa.
d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.
4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai
dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang
ditetapkan.
b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk
pembentukan perilaku sistematis dan tepat.
c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan
pembelajaran.
d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari
siswa.
5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai
dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.
b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan
keragaman siswa secara menyeluruh.
c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif
dan wajar.
d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan
proporsional.
6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa.
Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya
melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam
pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami.
b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai
tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami.
d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual
teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh
siswa
b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).
c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.
d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.
Pedoman observasi untuk guru pada Siklus I Pembelajaran II
ditunjukan dalam lembar observasi seperti berikut ini:
Tabel 4.2Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru
Siklus I Pembelajaran IINoAspekIndikatorYaTidak
1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber
belajar dengan cermat
b. Menyapa siswa dengan salam
c. Memeriksa kehadiran siswa
d. e. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan
PBM
2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan
pengetahuan awal siswa.
d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.
3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat
didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.
b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan
proporsional.
c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi
siswa.
d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.
4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai
dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang
ditetapkan.
b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk
pembentukan perilaku sistematis dan tepat.
c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan
pembelajaran.
d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari
siswa.
5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai
dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.
b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan
keragaman siswa secara menyeluruh.
c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif
dan wajar.
d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan
proporsional.
6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa.
Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya
melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam
pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami.
b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai
tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami.
d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual
teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh
siswa
b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).
c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.
d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.
Selain itu, guru/peneliti pun melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung,
tujuannya untuk melihat sejauhmana aktivitas siswa sesuai dengan
pedoman penilaian yang telah dirancang. Hasil observasi terhadap
aktivitas dalam proses belajar mengajar siklus I pembelajaran I
adalah sebagai berikut:Tabel 4.3Lembar Observasi Terhadap Aktivitas
Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Siklus I Pembelajaran
INO.PENILAIANKET
1234
1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU
a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran.
c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara
pembelajaran.
d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian
LKS
2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS
a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS
b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS
c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS
d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.
3.KEMAMPUAN SISWA
a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa
tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang
menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak
dari peristiwa yang pernah dialami
d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN
a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum
dimengerti.
b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami
c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang
dikerjakan
d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.
Skor639
Nilai Akhir0,382,44
Prosentase12,587,5
Selanjutnya, hasil observasi terhadap aktivitas dalam proses
belajar mengajar siklus I pembelajaran II adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses
Belajar Mengajar Siklus I Pembelajaran II
NO.PENILAIANKET
1234
1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU
a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran.
c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara
pembelajaran.
d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian
LKS
2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS
a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS
b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS
c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS
d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.
3.KEMAMPUAN SISWA
a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa
tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang
menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak
dari peristiwa yang pernah dialami
d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN
a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum
dimengerti.
b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami
c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang
dikerjakan
d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.
Skor1252
Nilai Akhir0,753,25
Prosentase8,7581,25
Observasi dilanjutkan pada pengumpulan data nilai hasil evaluasi
siswa secara individual setelah melakukan kegiatan kelompok dalam
mengerjakan LKS. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dan memperoleh
hasil belajar yang diinginkan. Adapun data dari hasil penilaian
pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5Hasil Belajar Siswa
Pada Siklus I Pembelajaran I dan II
No.Nama SiswaPerolehan NilaiNilai Rata-RataKategori
Pemb. IPemb. II
1.ADI SUNTANA405949.5D
2.AGUNG BAYU SETO455952D
3.AJI SURYA PERMANA406552.5D
4.ANDRI MAULANA406150.5D
5.ANE SITI NURYANI406050D
6.ANGGA M RISLAH556459.5C
7.ANNISA PUTRI S606964.5C
8.ANNISA SOFIA456454.5D
9.ARY FAHRENZA656866.5C
10.AYU MELANI DEWI656665.5C
11.BEI NUGRAHA606160.5C
12.BELLA AMALIA455550D
13.CORNELIA JESSICA PATI657369C
14.DEDE RAHMAT758077.5B
15.FANNY FAHIRA AFIANTI505552.5D
16.FARHAN HIDAYAT405447D
17.GUNTUR ARTIANTO556258.5C
18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI506055C
19.HILMI ABDUL AZIZ758178B
20.IIS NURHASANAH606964.5C
21.JUNIVA WENIDYA555756C
22.KINANTY APRILIA455650.5D
23.LINDA AGUS ASTUTIK555655.5C
24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID606261C
25.MUHAMAD INDRA GUMELAR656866.5C
26.MUHAMAD ZAID HANIFA505954.5D
27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN606361.5C
28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA456454.5D
29.NADINDA ZHALMA SALSABILA656866.5C
30.NENDEA YESIKA VEGA656665.5C
31.NURLIANA606160.5C
32.RINDI RACHMAT NUGRAHA455550D
33.RIRIN WIJAYANTI657369C
34.RIZKY AZIZ SHALEH758077.5B
55.SATYA ISRANA505552.5D
36.SITI NAFA NURFAIDAH405447D
37.SITI RAHAYU MINARTI556258.5C
38.SITI ULVAH FAUZIAH506055C
39.TATANG MULYANA758178B
40.TEGUH ERLAND ADHIPRAMANA606964.5C
41.YAHYA SAEFUL ROHMAN555756C
42.YOLANDA MAHENDRAWATI455650.5D
Keterangan kategori penilaian :PresentasiKategori
90 % ( A ( 100 %75 % ( B < 90 %55 % ( C < 75 %
40 % ( D < 55 %
0 % ( E < 40 %A (Sangat Baik)
B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)
E (Buruk)
Setelah memperhatikan hasil observasi pelaksanaan siklus I yang
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan refleksi
terhadap siklus I pembelajaran I dan II adalah sebagai berikut:
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, guru sebagai peneliti
sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan yang telah peneliti
siapkan, kegiatan belajar mengajar diterapkan sesuai dengan RPP
yang telah dibuat tapi dalam pelaksanaannya masih terdapat
kekurangan seperti:1) Dalam belajar berkelompok siswa terlihat
belum terbiasa, hal ini dapat dilihat dari situasi kelas yang ricuh
ketika pembagian kelompok dilakukan, sehingga tujuan dilakukannya
pengelompokkan pada siswa tidak tercapai dengan baik, kelas akan
berkelompok dengan baik jika dalam pembagian anggota kelompok guru
lebih bisa mengkondisikan kelas dengan baik.
2) Hasil belajar yang dicapai pada siklus I masih jauh dari yang
diharapkan, ini ditunjukkan dari perolehan nilai yang dicapai oleh
siswa, masih banyak siswa yang mmperoleh nilai kurang. Hal ini
dilihat dari persentase kategori kemampuan. Siswa yang memperoleh
nilai yang termasuk kedalam kategori (A) 0 %, kategori (B) 7,41 %,
kategori (C) 51,85%, kategori (D) 44,44% dan nilai rata-rata pada
siklus I adalah 58,63. Untuk meningkatkan kemampuan pada siklus
selanjutnya, guru diharapkan lebih bisa menyampaikan materi dengan
jelas agar dapat dimengerti oleh siwa sehingga dalam menyelesaikan
soal-soal siswa dapat mengerjakannya dengan benar.
3) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap siswa dalam
kegiatan diskusi kelompok pada siklus I, terlihat bahwa sikap siswa
cukup baik, terlihat dalam indikator kerjasama dan sikap
demokratif. Agar sikap yang ditunjukkan siswa lebih baik, dalam
kegiatan pembelajaran guru diharapkan lebih menanamkan sikap kerja
sama dan demokratif pada individu siswa.
4) Dilihat dari lembar observasi guru pada siklus I, adalah guru
kurang menarik perhatian dan memotivasi siswa, serta perhatian pada
anak kurang menyeluruh. Pada siklus selanjutnya diharapkan guru
akan lebih bisa memotivasi siswa dan memberikan perhatian secara
menyeluruh agar siswa lebih bersemangat lagi dalam belajar. D.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus IIBerdasarkan pelaksanaan
penelitian yang telah dilakukan pada siklus II pembelajaran I dan
pembelajaran II yang telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27
November dan hari Jumat tanggal 29 November 2013, hasil penelitian
yang dapat dikemukakan yang pertama adalah mengenai observasi
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sendiri selama
proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi terhadap
kegiatan guru yang telah disediakan.
Tabel 4.11Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru
Siklus II Pembelajaran INoAspekIndikatorYaTidak
1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber
belajar dengan cermat
b. Menyapa siswa dengan salam
c. Memeriksa kehadiran siswa
d. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan
PBM
2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan
pengetahuan awal siswa.
d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.
3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat
didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.
b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan
proporsional.
c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi
siswa.
d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.
4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai
dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang
ditetapkan.
b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk
pembentukan perilaku sistematis dan tepat.
c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan
pembelajaran.
d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari
siswa.
5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai
dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.
b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan
keragaman siswa secara menyeluruh.
c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif
dan wajar.
d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan
proporsional.
6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa.
Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya
melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam
pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami.
b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai
tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami.
d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual
teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh
siswa
b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).
c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.
d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.
Pedoman observasi untuk guru pada Siklus II Pembelajaran II
ditunjukan dalam lembar observasi seperti berikut ini:
Tabel 4.12Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru
Siklus II Pembelajaran IINoAspekIndikatorYaTidak
1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber
belajar dengan cermat
b. Menyapa siswa dengan salam
c. Memeriksa kehadiran siswa
d. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan
PBM
2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan
pengetahuan awal siswa.
d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.
3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat
didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.
b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan
proporsional.
c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi
siswa.
d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.
4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai
dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang
ditetapkan.
b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk
pembentukan perilaku sistematis dan tepat.
c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan
pembelajaran.
d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari
siswa.
5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai
dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.
b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan
keragaman siswa secara menyeluruh.
c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif
dan wajar.
d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan
proporsional.
6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa.
Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya
melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam
pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami.
b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai
tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami.
d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual
teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh
siswa
b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).
c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.
d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.
Selain itu, guru/peneliti pun melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung,
tujuannya untuk melihat sejauhmana aktivitas siswa sesuai dengan
pedoman penilaian yang telah dirancang. Hasil observasi terhadap
aktivitas dalam proses belajar mengajar siklus II pembelajaran I
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses
Belajar Mengajar Siklus II Pembelajaran INO.PENILAIANKET
1234
1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU
a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran.
c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara
pembelajaran.
d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian
LKS
2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS
a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS
b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS
c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS
d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.
3.KEMAMPUAN SISWA
a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa
tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang
menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak
dari peristiwa yang pernah dialami
d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN
a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum
dimengerti.
b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami
c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang
dikerjakan
d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.
Skor1252
Nilai Akhir0,753,25
Prosentase8,7581,25
Selanjutnya, hasil observasi terhadap aktivitas dalam proses
belajar mengajar siklus II pembelajaran II adalah sebagai
berikut:Tabel 4.14Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam
Proses Belajar Mengajar Siklus II Pembelajaran II
NO.PENILAIANKET
1234
1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU
a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita
pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran.
c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara
pembelajaran.
d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian
LKS
2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS
a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS
b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS
c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS
d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.
3.KEMAMPUAN SISWA
a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa
tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang
menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami
c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak
dari peristiwa yang pernah dialami
d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN
a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum
dimengerti.
b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami
c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang
dikerjakan
d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.
Skor64
Nilai Akhir4
Prosentase100
Observasi dilanjutkan pada pengumpulan data nilai hasil evaluasi
siswa secara individual setelah melakukan kegiatan kelompok dalam
mengerjakan LKS. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dan memperoleh
hasil belajar yang diinginkan. Adapun data dari hasil penilaian
pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15Hasil Belajar Siswa
Pada Siklus II Pembelajaran I dan II
No.Nama SiswaPerolehan NilaiNilai Rata-RataKategori
Pemb. IPemb. II
1.ADI SUNTANA757675.5B
2.AGUNG BAYU SETO777877.5B
3.AJI SURYA PERMANA757876.5B
4.ANDRI MAULANA777877.5B
5.ANE SITI NURYANI626463C
6.ANGGA M RISLAH788079B
7.ANNISA PUTRI S909291A
8.ANNISA SOFIA777978B
9.ARY FAHRENZA909190.5A
10.AYU MELANI DEWI737976B
11.BEI NUGRAHA768078B
12.BELLA AMALIA606361.5C
13.CORNELIA JESSICA PATI919593A
14.DEDE RAHMAT919492.5A
15.FANNY FAHIRA AFIANTI808582.5B
16.FARHAN HIDAYAT777978B
17.GUNTUR ARTIANTO909291A
18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI818583B
19.HILMI ABDUL AZIZ939292.5A
20.IIS NURHASANAH909291A
21.JUNIVA WENIDYA788079B
22.KINANTY APRILIA757876.5B
23.LINDA AGUS ASTUTIK656866.5C
24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID767877B
25.MUHAMAD INDRA GUMELAR909391.5A
26.MUHAMAD ZAID HANIFA757675.5B
27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN757876.5B
28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA777978B
29.NADINDA ZHALMA SALSABILA909190.5A
30.NENDEA YESIKA VEGA737976B
31.NURLIANA768078B
32.RINDI RACHMAT NUGRAHA606361.5C
33.RIRIN WIJAYANTI919593A
34.RIZKY AZIZ SHALEH919492.5A
55.SATYA ISRANA808582.5B
36.SITI NAFA NURFAIDAH777978B
37.SITI RAHAYU MINARTI909291A
38.SITI ULVAH FAUZIAH818583B
39.TATANG MULYANA939292.5A
40.TEGUH ERLAND ADHIPRAMANA909291A
41.YAHYA SAEFUL ROHMAN788079B
42.YOLANDA MAHENDRAWATI757876.5B
Keterangan kategori penilaian :PresentasiKategori
90 % ( A ( 100 %75 % ( B < 90 %55 % ( C < 75 %
40 % ( D < 55 %
0 % ( E < 40 %A (Sangat Baik)
B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)
E (Buruk)
Setelah melakukan observasi terhadap pelaksanaan siklus II yang
telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan refleksi
terhadap keseluruhan siklus adalah sebagai berikut:
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, guru sebagai peneliti
sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan yang telah peneliti
siapkan, kegiatan belajar mengajar diterapkan sesuai dengan RPP
yang telah dibuat untuk siklus I, II, yang dalam pelaksanannya
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus sebelumnya telah
diperbaiki pada siklus II, seperti:
1) Hasil yang dicapai pada siklus II sudah mencapai hasil yang
diharapkan yang maksimal, ini ditunjukan dari perolehan nilai yang
dicapai oleh siswa pada siklus II dan nilai rata-rata siswa
mencapai 80,37. Jika dilihat dari persentase kategori kemampuan,
siswa yang memperoleh nilai yang termasuk kedalam kategori (A) yang
menunjukan peningkatan yaitu 29,63 %, kategori (B) 59,26% kategori
(C) 11,11%, kategori (D) 0%, dan kategori (E) 0%. Dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa menunjukan peningkatan dari mulai siklus I
sampai siklus II dan lebih dari 100% siswa menunjukan ketuntasan
dalam belajar.
2) Di akhir siklus, dalam kegiatan diskusi siswa, sikap yang
ditunjukkan oleh siswa dari ketiga indikator kepemimpinan,
kerjasama dan sikap demokratis. Ini berarti guru telah berhasil
menanamkan pentingnya ketiga indikator sikap tersebut sebagai
tujuan dari diterapkannya pembelajaran diskusi kelompok, dan tujuan
tersebut telah tercapai.
3) Dilihat dari lembar observasi guru pada siklus I dan II yang
masih terdapat beberapa kekurangan, peneliti terus melakukan
perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar, sehingga pada siklus
II observer menilai seluruh aspek dalam lembar observasi guru telah
dilakukan dengan baik oleh peneliti.
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pembahasan Hasil Tes
Keseluruhan Siklus
Pada tiap ini peneliti akan membahas keseluruhan kegiatan
penelitian yang terdiri dari 2 siklus, mulai dari siklus pertama
hingga siklus kedua. Pembahasan mencakup seluruh kegiatan dalam
pembelajaran dimulai dari observasi terhadap kegiatan guru,
oservasi terhadap kegiatan siswa, hingga hasil dari setiap tes yang
telah diberikan pada setiap pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan kemampuan Bahasa Indonesia siswa dalam
pembelajaran, peneliti menggunakan tes evaluasi pada setiap akhir
kegiatan pembelajaran. Pada bagian ini, peneliti akan
mendeskripsikan perolehan nilai tes kemampuan siswa pada materi
menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami,
dalam rekapitulasi keseluruhan siklus disertai dengan nilai
rata-ratanya. Hasil perolehan nilai tes ini akan dijadikan kriteria
ketuntasan/siswa dalam belajar pada setiap siklusnya. Untuk melihat
nilai hasil belajar siswa dari keseluruhan siklus disajikan tabel
sebagai berikut: Tabel 4.16Persentase Perolehan Nilai Hasil Belajar
Bahasa Indonesia
Dari Keseluruhan Siklus
SiklusKategori AKategori BKategori CKategori DKategori E
Total(%)Total(%)Total(%)Total(%)Total(%)
SIKLUS I07,4151,8544,440
SIKLUS II29,6359,2611,1100
Keterangan:
PresentasiKategori
90 % ( A ( 100 %75 % ( B < 90 %55 % ( C < 75 %
40 % ( D < 55 %
0 % ( E < 40 %A (Sangat Baik)
B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)
E (Buruk)
Berdasarkan tabel di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa kemampuan Bahasa Indonesia siswa yang termasuk kategori A
mengalami kenaikan pada siklus I dan siklus II. Kategori A
mengalami kenaikan dari 0 % pada siklus I menjadi 7,41 % pada
siklus II dan 29,63 % pada siklus II. Pada kategori B, nilai tes
kemampuan Bahasa Indonesia siswa mengalami peningkatan dari 7,41 %
pada siklus I menjadi 11,11 % pada siklus II, dan menjadi 59,26 %
pada siklus II. Pada kategori C, nilai tes kemampuan Bahasa
Indonesia siswa mengalami peningkatan dari 51,85 % pada siklus I
menjadi 81,48 % pada siklus II, dan mengalami penurunan pada siklus
II menjadi 11,11 %. Pada kategori D, terjadi penurunan pada siklus
I dan II yaitu 44,44 % pada siklus I dan 0 % pada siklus II, dan
pada siklus II pun tidak ada siswa yang memperoleh nilai D, hal ini
ditunjukan dengan persentase pada siklus II yaitu 0 %.
Secara umum berdasarkan diagram 4.1 tentang perolehan nilai
kemampuan siswa dan ketuntasan belajar siswa. Adapun tabel dari
keseluruhan nilai kemampuan setiap siklus disertai dengan nilai
rata-ratanya disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.17Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Pada Keseluruhan Siklus
No.SubjekSiklus ISiklus IISiklus II
NilaiNilaiNilai
1.ADI SUNTANA49.562.575.5
2.AGUNG BAYU SETO526177.5
3.AJI SURYA PERMANA52.566.576.5
4.ANDRI MAULANA50.56677.5
5.ANE SITI NURYANI506363
6.ANGGA M RISLAH59.56979
7.ANNISA PUTRI S64.57791
8.ANNISA SOFIA54.56878
9.ARY FAHRENZA66.57290.5
10.AYU MELANI DEWI65.57176
11.BEI NUGRAHA60.563.578
12.BELLA AMALIA5059.561.5
13.CORNELIA JESSICA PATI697893
14.DEDE RAHMAT77.590.592.5
15.FANNY FAHIRA AFIANTI52.559.582.5
16.FARHAN HIDAYAT4760.578
17.GUNTUR ARTIANTO58.568.591
18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI556383
19.HILMI ABDUL AZIZ789192.5
20.IIS NURHASANAH64.57691
21.JUNIVA WENIDYA5662.579
22.KINANTY APRILIA50.56176.5
23.LINDA AGUS ASTUTIK55.56466.5
24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID6167.577
25.MUHAMAD INDRA GUMELAR66.57291.5
26.MUHAMAD ZAID HANIFA54.562.575.5
27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN61.570.576.5
28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA54.56878
29.NADINDA ZHALMA SALSABILA66.57290.5
30.NENDEA YESIKA VEGA65.57176
31.NURLIANA60.563.578
32.RINDI RACHMAT NUGRAHA5059.561.5
33.RIRIN WIJAYANTI697893
34.RIZKY AZIZ SHALEH77.590.592.5
55.SATYA ISRANA52.559.582.5
36.SITI NAFA NURFAIDAH4760.578
37.SITI RAHAYU MINARTI58.568.591
38.SITI ULVAH FAUZIAH556383
39.TATANG MULYANA789192.5
40.TEGUH ERLAND ADHIPRAMANA64.57691
41.YAHYA SAEFUL ROHMAN5662.579
42.YOLANDA MAHENDRAWATI50.56176.5
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kelas
hasil tes siklus I adalah 58,63 %, pada siklus II terjadi kenaikan
dari 58,63 % pada siklus I menjadi 68,37 % pada siklus II. Begitu
juga pada siklus II mengalami kenaikan dari 68,37 % pada siklus II
menjadi 80,37 % pada siklus II. Kenaikan dari setiap siklus ini
telah membuktikan bahwa refleksi yang dilakukan peneliti adalah
tepat sasaran. Siswa memiliki antusias yang tinggi ketika belajar
mengenai menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami melalui pendekatan CTL. Dengan hasil yang diperoleh pada
siklus peneliti menganalisi kemampuan siswa. Berikut ini disajikan
tabel hasil analisis tentang kemampuan siswa berdasarkan kategori
penilaian.
Tabel 4.18Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Pada Keseluruhan Siklus
KategoriSiklus ISiklus II
Jumlah SiswaPersentase (%)Jumlah SiswaPersentase (%)
A (Sangat Baik)
B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)
E (Buruk)0
2
13
12
00
7,41
51,85
44,44
08
16
3
0
029,63
59,26
11,11
0
0
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang
termasuk kategori A (sangat baik) mengalami kenaikan dari 0 siswa
pada siklus I menjadi 2 siswa pada siklus II, demikian juga pada
siklus II terjadi kenaikan dari 8 siswa jumlah siswa yang memiliki
kategori B (baik) terjadi peningkatan dari 2 siswa pada siklus I
dan 3 siswa pada siklus II hingga menjadi 16 siswa pada siklus II.
Siswa yang memiliki kategori C (cukup), pada siklus I dan II
mengalami peningkatan yaitu 13 siswa pada siklus I dan 22 pada
siklus II dan mengalami penurunan pada siklus II dengan jumlah
siswa 5 siswa. Siswa yang memiliki nilai ketegori D (kurang)
mengalami penurunan dari siklus I, dan II, pada siklus I berjumlah
12 siswa, pada siklus II tidak ada siswa yang termasuk kedalam
kategori D. Sedangkan pada siswa yang memiliki kategori E (buruk)
tidak ada siswa yang memperoleh nilai buruk atau termasuk kedalam
kategori E pada setiap siklus. Analisis data selanjutntya adalah
pemberian kategori ketuntasan belajar siswa. Untuk melihat
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 4.19Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Setiap
Siklus
KetuntasanSiklus ISiklus IISiklus II
Jumlah SiswaPersentase (%)Jumlah SiswaPersentase (%)Jumlah
SiswaPersentase (%)
Tuntas1348,152710027100
Tidak Tuntas1451,850000
Jumlah271002710027100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar
siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada
siklus I yaitu 48 % pada siklus II 72 % dan terus meningkat pada
siklus II hingga mencapai 92 %. Untuk melihat rekapitulasi
ketuntasan belajar dan kemampuan siswa disajikan tabel berikut:
Tabel 4.20
Rekapitulasi Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar
SiswaNo.SubjekSiklus ISiklus II
Hasil BelajarKetuntasanHasil BelajarKetuntasan
1.ADI SUNTANA49.5Tidak Tuntas75.5Tuntas
2.AGUNG BAYU SETO52Tidak Tuntas77.5Tuntas
3.AJI SURYA PERMANA52.5Tidak Tuntas76.5Tuntas
4.ANDRI MAULANA50.5Tidak Tuntas77.5Tuntas
5.ANE SITI NURYANI50Tidak Tuntas63Tuntas
6.ANGGA M RISLAH59.5Tuntas79Tuntas
7.ANNISA PUTRI S64.5Tuntas91Tuntas
8.ANNISA SOFIA54.5Tidak Tuntas78Tuntas
9.ARY FAHRENZA66.5Tuntas90.5Tuntas
10.AYU MELANI DEWI65.5Tuntas76Tuntas
11.BEI NUGRAHA60.5Tuntas78Tuntas
12.BELLA AMALIA50Tidak Tuntas61.5Tuntas
13.CORNELIA JESSICA PATI69Tuntas93Tuntas
14.DEDE RAHMAT77.5Tuntas92.5Tuntas
15.FANNY FAHIRA AFIANTI52.5Tidak Tuntas82.5Tuntas
16.FARHAN HIDAYAT47Tidak Tuntas78Tuntas
17.GUNTUR ARTIANTO58.5Tuntas91Tuntas
18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI55Tidak Tuntas83Tuntas
19.HILMI ABDUL AZIZ78Tuntas92.5Tuntas
20.IIS NURHASANAH64.5Tuntas91Tuntas
21.JUNIVA WENIDYA56Tidak Tuntas79Tuntas
22.KINANTY APRILIA50.5Tidak Tuntas76.5Tuntas
23.LINDA AGUS ASTUTIK55.5Tidak Tuntas66.5Tuntas
24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID61Tuntas77Tuntas
25.MUHAMAD INDRA GUMELAR66.5Tuntas91.5Tuntas
26.MUHAMAD ZAID HANIFA54.5Tidak Tuntas75.5Tuntas
27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN61.5Tuntas76.5Tuntas
28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA54.5Tidak Tuntas78Tuntas
29.NADINDA ZHALMA SALSABILA66.5Tuntas90.5Tuntas
30.NENDEA YESIKA VEGA65.5Tuntas76Tuntas
31.NURLIANA60.5Tuntas78Tuntas
32.RINDI RACHMAT NUGRAHA50Tidak Tuntas61.5Tuntas
33.RIRIN WIJAYANTI69Tuntas93Tuntas
34.RIZKY AZIZ SHALEH77.5Tuntas92.5Tuntas
55.SATYA ISRANA52.5Tidak Tuntas82.5Tuntas
36.SITI NAFA NURFAIDAH47Tidak Tuntas78Tuntas
37.SITI RAHAYU MINARTI58.5Tuntas91Tuntas
38.SITI ULVAH F