Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat berkomunikasi secara lisan dan tulis, untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa mempunyai arti yang sangat penting. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi serta untuk mewujudkan hasil pemikiran manusia. Keadaan menunjukkan bahwa suatu komunikasi tidak akan berhasil tanpa hadirnya sebuah bahasa. Segala macam pikiran, ide, konsep, dan berbagai angan-angan manusia dilahirkan lewat bahasa. Hal ini kiranya mendorong seseorang untuk lebih memperhatikan penggunaan bahasa. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih diarahkan agar siswa mampu dan terampil menggunakan bahasa Indonesia secara komunikatif. Dapat dikatakan bahwa untuk pembelajaran
132

PTK CTL

Nov 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PAGE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahBahasa merupakan alat berkomunikasi secara lisan dan tulis, untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa mempunyai arti yang sangat penting. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi serta untuk mewujudkan hasil pemikiran manusia. Keadaan menunjukkan bahwa suatu komunikasi tidak akan berhasil tanpa hadirnya sebuah bahasa. Segala macam pikiran, ide, konsep, dan berbagai angan-angan manusia dilahirkan lewat bahasa. Hal ini kiranya mendorong seseorang untuk lebih memperhatikan penggunaan bahasa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih diarahkan agar siswa mampu dan terampil menggunakan bahasa Indonesia secara komunikatif. Dapat dikatakan bahwa untuk pembelajaran bahasa lebih ke performansi berbahasa secara konkret atau berupa unjuk kerja mempergunakan bahasa dalam konteks tertentu sesuai dengan fungsi komunikatif bahasa.

Bahasa Indonesia mempunyai ragam lisan dan tulisan yang kedua-duanya digunakan dalam situasi formal dan nonformal. Oleh karena itu, guru harus selayaknya memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa. Pada pelajaran bahasa ada empat keterampilan yang harus diajarkan. Keempat keterampilan tersebut: (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Keempatnya saling berhubungan secara sinergis. Selain itu, berhubungan erat dengan proses berpikir yang mendasari keterampilan berbahasa.

Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseftif (mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahapan selanjutnya. Kemudian peningkatan kedua keterampilan tersebut akan menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama didukung oleh komponen-komponen pembelajaran yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain (interelasi). Salah satu komponen penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran.

Dalam kenyataan di lapangan masih banyak permasalahan yang menyangkut penggunaan model pembelajaran, antara lain guru yang sering mengabaikan variasi model pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan model ceramah untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang memposisikan guru sangat dominan sedangkan partisipasi siswa kurang berkembang. Dengan demikian penggunaan model ceramah menyebabkan pembelajaran yang monoton, pasif, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.Dari hasil pengamatan sementara di kelas, ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung dan diidentifikasi sebagai berikut.

a. Motivasi siswa rendah, terbukti dalam proses belajar mengajar ada siswa yang ngobrol, siswa yang makan, dan ada siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran.

b. Kemampuan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia masih rendah.

c. Hasil belajar siswa masih rendah atau belum mencapai target yang telah ditetapkan.

Sebagai konsekwensinya, pembelajaran harus melibatkan anak secara aktif, melakukan, mencari, dan mengolah sendiri. Pembelajaran harus mampu membawa siswa pada hal-hal yang bersifat kongkrit. Salah satu pendekatan yang mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks siswa, adalah pendekatan contextual teaching and learning. Melalui pendekatan ini pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif, dimana pembelajaran akan mengaitkan suasana pembelajaran dengan konteks dimana siswa berada. Dengan pendekatan ini diharapkan kualitas belajar menjadi lebih aktif, kreatif, dan bermakna, sehingga prestasi belajar lebih baik lagi khususnya dalam kemampuan siswa.

Model ini dipilih berdasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan pembelajaran dapat menuntun guru untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Pendekatan contextual teaching and learning adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama mengembangkan pendekatan CTL yang berupaya memadukan antara bagian-bagian pengetahuan siswa yang terpisah-pisah kedalam sebuah pengalaman belajar yang betul-betul mengalami atau dialami sendiri dengan masalah yang ada. Metode CTL merupakan koordinasi antara materi pelajaran (content) dengan keterampilan intelektual yang harus dimiliki oleh siswa dalam suatu kondisi dan situasi yang cocok dengan psikologi kognitif siswa, dan kepentingan lingkungan pembelajar (Blanchard, A, 2003:2). Metode CTL didasarkan atas kebutuhan siswa, mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin), selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, dan penilaian hasil belajar dengan menerapkan penilaian otentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah.Dengan metode CTL, siswa ditempatkan dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Pendekatan konstektual juga berpandangan bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata.Metode CTL membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat, keluarga, kelompok dan organisasi, bahkan pertemuan diantara sesama anak sehari-hari.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung dan diidentifikasi sebagai berikut.

a. Motivasi siswa rendah, terbukti dalam proses belajar mengajar ada siswa yang ngobrol, siswa yang makan, dan ada siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran.b. Kemampuan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia masih rendah.c. Hasil belajar siswa masih rendah atau belum mencapai target yang telah ditetapkan.

C. Pembatasan MasalahAgar pemecahan masalah di atas lebih terfokus, maka masalah dalam penelitian dibatasi dalam hal sebagai berikut:

1. Pendekatan yang digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pendekatan contextual teaching and learning.2. Materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan dijadikan penelitian mengenai menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

3. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Bahasa Indonesia Menulis cerita pendek di kelas IX SMPN 47 Bandung tahun pelajaran 2013/2014.D. Rumusan MasalahDalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kajian Bagaimanakah penerapan metode contextual teaching and learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek bagi siswa kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung?.

Setelah penulis membatasi permasalahan di atas, selanjutnya masalah itu dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang berorientasi contextual teaching and learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek siswa kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung?

b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek siswa IX D SMP Negeri 47 Bandung?

c. Bagaimana cara mengevaluasi proses pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis cerita pendek bagi siswa kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung?E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode contextual teaching and learning tentang menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung.2. Tujuan KhususSecara khusus tujuan penelitian ini adalah:

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode contextual teaching and learning dalam menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode contextual teaching and learning dalam menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung .

c. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode contextual teaching and learning dalam menulis cerita pendek di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung.

F. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu manfaat bagi kepentingan teoritis dan kepentingan praktis. Untuk lebih jelasnya kedua manfaat itu penulis uraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis; Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan contextual teaching and learning, khususnya pada jenjang sekolah menengah pertama. Hal ini dianggap penting mengingat bahan referensi yang membahas tentang penggunaan pendekatan contextual teaching and learning masih kurang.

2. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru, menjadi bahan masukan terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas pengembangan kemampuan bagi anak sekolah menengah pertama.

BAB II

KAJIAN PUSTAKAA. Konsep Dasar Pendekatan CTLPendekatan dalam pengertian ini adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang menangani hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa (Depdiknas,2004:70) Pendekatan bersifat aksiomatis. Pendekatan memberikan hakikat pokok bahasan yang diajarkan. Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoritis tertentu.

Guru bahasa Indonesia harus menguasai dan dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran di kelas. Pada saat ini berkembang pemikiran di kalangan para ahli pendidikan, bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya. Jadi anak tidak hanya mengetahui saja. Pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara pelajaran dengan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Agar belajar lebih hidup, maka contextual teahing and learning memiliki tujuh komponen (pilar), sebagai berikut:a. Konstruktivisme (Construktivism)

Merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan contextual teahing and learning, yaitu bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri bukan menerima informasi dari guru secara instant. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan. Pandangan konstruktivisme strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah menfasilitasi proses pembelajaran melalui; (a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.b. Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat kata-kata, tetap[I hasil dari menemukan sendiri. Pembelajara mendorong seluruh pikiran dan tubuh untuk bersama-sama aktif di dalam maupun di luar kelas. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Siklus inquiri adalah melalui kegiatan; (a) Merumuskan masalah, (b) Mengamati atau melakukan observasi, (c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain, (e) Mengevaluasi hasil temuan bersama.

Paradigma belajar lama telah memisahkan kesatuan utuh manusia yang terdiri dari rasa, karsa dan karya. Gerakan fisik bukan hanya dianggap mengganggu tetapi justru jadi disorder behavior. Ketika belajar perhitungan Bahasa Indonesia siswa sebatas menggerakan tangan untuk menghitung dengan muka yang serius dan kerutan di kening. Pembelajaran menjadi abstrak, tidak masuk akal dan duduk terus menerus.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis contexstual teaching and learning. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam segala aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan; antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran kegiatan bertanya sangat berguna untuk; (a) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (b) Mengecek pemahaman siswa, (c) Membangkitkan respon siswa, (d) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan (h) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Learning Komunity ialah hasil pembelajaran yang diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Misalnya seorang siswa yang belum bias memperkecil atau memperbesar peta dibantu oleh teman yang sudah bias dengan cara menunjukkan cara membuatnya. Kedua siswa tersebut sudah membentuk masyarakat belajar.

Dalam kelas contexstual teaching and learning, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Model pembelajaran Learning Komunity dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam; (a) Pembentukan kelompok kecil, (b) Pembentukan kelompok besar, (c) Mendatangkan ahli ke kelas, (d) Bekerja dengan kelas sederajat, (e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan (f) Bekerjasama dengan masyarakat.

Selama ini pendidikan kita kurang mengupayakan adanya kebersamaan anggota kelas sebagai satu tim yang harus membantu dan mendukung. Akibatnya rasa tanggung jawab atas kemajuan bersama terabaikan, jangankan bertanggung jawab untuk kelompoknya, pada diri sendiri saja kurang. Hal ini sering terjadi apabila ada tugas kelompok, biasanya hanya siswa tertentu saja yang aktif.e. Pemodelan (Modeling)

Dalam pembelajaran ada model yang bisa ditiru, bisa berupa karya tulis, cara melafalkan kata, dll. Dalam pendekatan contexstual teaching and learning guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya melafalkan satu kata. Contoh mempraktekkan model; guru Bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari surat kabar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya ketika pembelajaran berakhir siswa merenung Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan cara yang baru dipelajari, sehingga file dalam komputer lebih tertata.

Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit-demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Kegiatan mengevaluasi diri sendiri baik dilakukan karena itulah siklus kehidupan yang nyata. Mengalami umpan balik dan berusaha kembali berkali-kali akan lebih efektif daripada jika siswa dibiarkan memahami pengetahuan secara sepotong-sepotong dan mengandalkan penilaian dari orang lain (guru).g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Apabila data yang dikumpulkan mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru bisa mengambil tindakan yang tepat sehingga siswa bebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Karakteristik authentic assessment adalah; (a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (b) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, (c) Yang diukur keterampilan dan performasi bukan mengingat fakta, (d) Berkesinambungan, (e) Terintegrasi, dan (f) Dapat digunakan sebagai feed back.Selanjutnya Sanjaya (2005:115) memberikan penjelasan perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional, antara lain:

1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa perperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.2) Dalam pembelajaran CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima, dan memberi. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih bnayak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3) Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.

4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.

5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah nilai dan angka.

6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman, atau sakadar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.Menurut Akhmad Sudrajat (2008: 5), tujuan model cooperative learning berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari model cooperative learning adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan pembelajaran antara lain seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas dalam (http://ipotes.wordpress.com) sebagai berikut:

1) Meningkatkan hasil akademik melalui kinerja siswa dalam tugas- tugas akademik. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu.

2) Memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai perbedaan latar belajar. Perbedaan itu antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

3) Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan ini meliputi keterampilan berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, menjelaskan ide atau pendapat, serta bekerja dalam kelompok.

Selanjutnya Ibrahim (2000: 16), mengemukakan bahwa model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:a. Hasil belajar akademikDalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.b. Penerimaan terhadap perbedaan individuTujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.c. Pengembangan keterampilan sosialTujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.Dengan demikian, cooperative learning disusun sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa lain yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Dengan bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat untuk kehidupan di luar sekolah.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dalam penerapan model kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar dalam bentuk kelompok dengan teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya secara kelompok.

Kelebihan menggunakan metode Cooperative Learning adalah dapat memperbaiki pola sikap komprehensif terhadap materi akademik, mengembangkan keterampilan sosial, menciptakan iklim lingkungan belajar yang aktif, antusias, dan mengakomodasi siswa dengan berbagai tingkat kemampuan akademik dalam berbagai bidang, memunculkan gaya belajar yang berbeda, meningkatkan tanggung jawab siswa, dan berfokus pada keberhasilan setiap siswa (Hasan, 2000: 41).

Di samping kelebihan yang dimiliki oleh metode Cooperative Learning, strategi inipun memiliki kekurangan. Kekurangan dari strategi ini adalah tidak berkembangnya kooperasi karena faktor sosial dan budaya, membutuhkan waktu yang banyak, dan dapat menimbulkan perasaan terbebani karena bisa saja siswa itu merupakan yang terbaik dalam kelompoknya tetapi bukan yang terbaik di antara kelompok-kelompok lain (Hasan, 2000: 39). B. Hasil Belajar SiswaNasrun (dalam Tim Dosen, 1980 : 25) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar siswa di sekolah diperoleh dari hasil evaluasi belajar, yang merupakan salah satu kegiatan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Menurut Wahyu Widana (1992: 32) hasil belajar mempunyai empat karakteristik yaitu :

a. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Pengukuran perubahan perilaku tersebut dapat menggunakan tes hasil (achievement test).

b. Hasil belajar merupakan hasil perbuatan individu itu sendiri, bukan hasil perbuatan orang lain terhadap individu itu.

c. Hasil belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang dicapai.

d. Hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja atau disadari, jadi bukan kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.

Gagne (1985 : 40) menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Sudjana (1990: 22), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

1) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan diluar individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktifitas belajar yang telah dilakukan.BAB III

METODE PENELITIANA. Lokasi dan Subjek PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 47 Bandung. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Siswa di kelas ini jumlahnya 42 orang siswa, terdiri dari 23 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki yang secara keseluruhan memiliki karakteristik umum seperti kelas-kelas lainnya.B. Metode PenelitianJenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardhani, 2007 : 1.4). Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Kemmis dan Mc Tlaggart. Perencanaan (planning) Model PTK Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari 4 komponen, yaitu :

1. Tahap ini merupakan tahap awal sebelum melakukan tindakan. Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah membuat rencana pembelajaran,menyiapkan sumber belajar, menyiapkan media pembelajaran, dan menyiapkan alat pengumpul data.2. Aksi/tindakan (acting)Pada tahapan ini, peneliti melaksanakan segala sesuatu yang telah dirancang pada tahap perencanaan.

3. Observasi (observasing)Dengan bantuan kolaborator, peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan.

4. Refleksi (reflecting)Pada bagian ini, peneliti melakukan analisis data mengenai proses dan hasil belajar. Membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran berdaur (siklus) yang terdiri dari dua siklus. Desain Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Gambar 1.1 Bagan Model Dasar Siklus PTK (Sumber:Mulyana, 2005: 37)C. Teknik dan Instrumen PenelitianTeknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri:

1. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi, yaitu mempelajari dan meneliti catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Ridwan (2004:105), mengatakan bahwa dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian. Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung tahun ajaran 2013/2014.2. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada waktu belajar dan kegiatan guru pada waktu mengajar sehingga akan diperoleh informasi dan masukan untuk memperbaiki atau peningkatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Kegiatan observasi dilaksanakan pada setiap siklus pembelajaran dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan observasi adalah lembar observasi untuk guru dan siswa. 3. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar diadakan setiap akhir pelajaran atau setelah materi pelajaran selesai dibahas. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana perubahan kemampuan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan penerapan metode CTL. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah postest. D. Langkah-Langkah PenelitianLangkah-langkah penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. 1. Orientasi dan Identifikasi Masalah

Pada tahap ini guru mengorientasi dan mengidentifikasi masalah yang merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan orientasi dengan penelitian berfokus dalam menganalisis perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung ini.

2) Mengidentifikasi pengalaman mengelola proses pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung ini terutama berkaitan dengan kelemahan dan hambatan yang dialami guru. 2. Perencanaan Tindakan Perbaikan Pembelajaran

Perencanaan, yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian tindakan (termasuk revisi dan perubahan rencana) yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keduanya disusun secara fleksibel untuk mengadaptasi berbagai pengaruh yang mungkin timbul di lapangan yang tak dapat diduga, maupun dari kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Perencanaan juga disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinannya untuk dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Dalam kaitan ini, rencana disusun secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif antara peneliti, peneliti mitra dan guru.a. Siklus pertamaSiklus pertama dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, dengan tahapan sebagai berikut:1)Perencanaan

Tindakan yang direncanakan untuk mengatasi permasalahan pada siklus pertama adalah sebagai berikut:

a) Menyusun rencana pembelajaran yang berkontekstual, untuk 2 kali pertemuan. Model pembelajaran kontekstual yang direncanakan untuk diterapkan adalah, model pembelajaran langsung untuk pertemuan pertama dan pembelajaran kooperatif untuk pertemuan kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Rencana pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa

Menyiapkan instrumen penilaian

Menyiapkan Lembar Observasi

2) Pelaksanaan (Tindakan)a. Pertemuan pertamaModel pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung, dengan fase-fase sebagai berikut:

Pada fase pertama, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Caranya adalah dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa. Fase kedua, peneliti menggunakan teknik bertanya dan pemodelan dalam menyajikan materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka. Fase ketiga, masyarakat belajar diciptakan dengan meminta siswa berkelompok melakukan eksperimen dipandu dengan Lembar Kerja Siswa yang telah dipersiapkan oleh guru. Fase keempat, siswa melakukan diskusi kelompok dari hasil eksperimen bertujuan merefleksi hasil kerja mereka tadi. Fase kelima, siswa diminta kembali melakukan refleksi yaitu dengan memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran ini dilakukan diskusi kelas untuk merangkum dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang didapatkan oleh siswa. Penilaian autentik yang dilaksanakan adalah pada waktu siswa melakukan eksperimen, berdiskusi kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan pada waktu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya serta laporan atau LKS yang telah dikumpulkannya.b. Pertemuan kedua Model pembelajaran yang diterapkan pada pertemuan ini adalah pembelajaran kooperatif, dengan fase-fase sebagai berikut:

Fase pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, agar siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran. Fase kedua, guru menyajikan informasi kegiatan yang akan dilakukan siswa. Untuk menarik minat siswa, guru menerapkan komponen CTL dalam melakukan tanya jawab kepada siswa. Fase ketiga, guru menciptakan masyarakat belajar dengan meminta siswa berkelompok melakukan diskusi antar siswa. Fase keempat, guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas mereka Fase kelima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase keenam, guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.Penilaian autentik dapat diambil dari nilai lembaran kerja yang telah dilakukan siswa.3) Pengamatan (Observasi)Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer pada setiap pertemuan. Pengamatan lebih difokuskan pada aspek penerapan komponen CTL.4) RefleksiRefleksi dilakukan untuk menilai dampak dari perlakuan yang diberikan. Kegiatan refleksi dilakukan setiap akhir pertemuan.b. Siklus KeduaSiklus kedua dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. 1) PerencanaanRencana untuk mengatasi permasalahan pada siklus kedua ini adalah : menyusun rencana pembelajaran yang bernuansa kontekstual untuk 2 kali pertemuan. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berdasarkan masalah serta pada akhir siklus kedua ditambah dengan model permainan. Disamping itu guru juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa. Sedangkan lembar pengamatan CTL sama dengan yang digunakan pada siklus pertama.2) Tindakana. Pertemuan ketigaModel pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung, dengan fase-fase sebagai berikut:

Fase pertama, siswa dimotivasi dengan cara mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan dunia nyata siswa. Fase kedua, guru menyajikan informasi kegiatan yang akan dilakukan siswa. Untuk menarik minat siswa, guru menerapkan komponen CTL dalam melakukan tanya jawab kepada siswa. Fase ketiga, guru menciptakan masyarakat belajar dengan meminta siswa berkelompok melakukan diskusi antar siswa. Fase keempat, salah satu siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil kerjanya, siswa dari kelompok lain diminta menanggapinya. Fase kelima, siswa diminta untuk merefleksi dengan memberikan kesimpulan dan rangkuman hasil pembelajaran yang sudah didapat oleh siswa.Penilaiannya sebenarnya diambil dari hasil kerja siswa, cara bekerja sama dalam kelompok, keberanian mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan laporan kerja kelompok.

E. Teknik Pengolahan DataAnalisis data yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:1) Hasil observasi guru dan siswa

Analisis hasil observasi guru dan siswa baik dalam tindakannya pada setiap siklus akan menggunakan teknik deskripsi. Penggunaan teknik ini untuk menggambarkan tentang permasalahan yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Analisis hasil observasi ini dilihat pada setiap siklus yang disesuaikan dengan indikator yang telah ditetapkan. 2) Hasil evaluasi belajar siswa

Tes tertulis yang diberikan kepada siswa dalam bentuk esei pemberian skornya didasarkan pada jawaban yang tepat dengan bobot maksimal 10 minimal 1, serta dijumlahkan yang menghasilkan jumlah skor. Selanjutnya dari masing-masing skor per individu dijumlahkan untuk menghasilkan nilai rata-rata. Perhitungannya sebagai berikut:

Rata-rata =

3) Rekomendasi dan tindak lanjut ditentukan berdasarkan hasil refleksi data, apakah perlu atau tidak diadakan siklus pembelajaran berikutnya.

BAB 1V

HASIL PENELITIAN PEMBAHASANA. Deskripsi Data Awal Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Pengamatan tersebut meliputi bagaimana keadaan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia yang disampaikan, metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru.Pengamatan tersebut dilaksanakan untuk mengungkap secara tepat apa yang menjadi masalah bagi siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Pengamatan ini dilakukan terhadap siswa kelas IX D SMP Negeri 47 Bandung. Berdasarkan hasil pengamatan, kelas IX D ini masih banyak siswa yang kemampuan Bahasa Indonesia masih kurang dan perlu ditingkatkan. Selain itu, peneliti juga memperoleh hasil temuan bahwa siswa kelas IX D mempunyai potensi aktif untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar apabila guru mampu membawa siswa-siswi pada situasi belajar Bahasa Indonesia yang menyenangkan. Secara rinci temuan hasil penelitian awal pada observasi di kelas IX D tersebut adalah bahwa ada siswa terlihat kurang serius, antusias dan kurang berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran, serta masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa yang tidak tertarik pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut ditunjukan dengan bermain-main dengan sesuatu, mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hanya menggunakan metode pembelajaran seperti ceramah (ekspositori), tanya jawab dan penugasan atau memberikan latihan-latihan soal seperti apa yang telah dicontohkan oleh guru. Untuk dapat membuat pembelajaran yang bermakna bagi siswa (tidak membosankan) maka diperlukan / perlu dilakukan perubahan terhadap metode pembelajaran yang dalam kegiatan belajar mengajarnya membuat siswa aktif serta mampu berpikir kritis, sehingga diharapkan siswa memperoleh sesuatu setelah melakukan pembelajaran dan pada perolehan kemampuannya pun meningkat.B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Siklus ISebelum memulai melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan perencanaan untuk siklus I adalah dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I pembelajaran 1, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit, pada materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Pada pertemuan siklus pertama ini pembelajaran dilakukan secara berkelompok.Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan, yaitu siklus I pembelajaran I dan siklus I pembelajaran II dengan materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 November 2013, dimulai pada pukul 07.00-08.20 WIB dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22 November 2013, dimulai pada pukul 07.00-08.20 WIB dengan materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.Dalam pelaksanaan siklus I pembelajaran I, peneliti menggunakan metode belajar diskusi, tanya jawab, demontrasi dan pemberian tugas yang merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Langkah-langkah pembelajaran terbagi kedalam kegiatan awal selama + 10 menit, kegiatan ini selama + 40 menit,dan kegiatan akhir selama + 10 menit, Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan di kelas IX D dengan jumlah siswa sebanyak 42 orang siswa, yang terdiri dari 23 orang siswa perempuan dan 19 orang siswa laki-laki. Pembelajaran pertama ini peneliti didampingi oleh satu orang observer yaitu guru bahasa Indonesia. Posisi observer duduk di kursi belakang barisan meja dan kursi siswa, dalam ruang kelas sehingga diharapkan semua kegiatan siswa dapat terlihat. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pembelajaran dimulai dengan memeriksa kehadiran siswa. Hal ini penting karena peneliti harus selalu mengetahui jumlah siswa yang hadir pada setiap pembelajaran. Setelah selesai memeriksa kehadiran siswa, kemudian peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa. Peneliti membimbing siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Peneliti mulai membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Setelah seluruh kelompok mendapat LKS dan suasana kelas kondusif untuk dimulainya proses pembelajaran, peneliti yang sekaligus menjadi guru mulai membagikan gambaran tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan melakukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Peneliti memberikan apersepsi sebagai materi awal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebelum siswa mengerjakan LKS peneliti memberikan penjelasan tentang petunjuk mengerjakan LKS dengan jelas. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan LKS secara berkelompok dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti tentang pengerjaannya. Ketika diskusi kelompok berlangsung, peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk melihat aktivitas siswa dan kegiatan diskusi kelompok. Setelah selesai mengerjakan LKS secara berkelompok, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Hal ini dilakukan untuk memotivsi agar siswa merasa bangga akan hasil kerja sama dengan kelompoknya. Setelah secara bergilir tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, peneliti bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti memberikan soal tes sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa tentang materi pelajaran Bahasa Indonesia yang baru saja dipelajari.

Proses pembelajaran siklus I pembelajaran II tidak jauh berbeda dengan siklus I pembelajaran I, mulai dari metode pembelajaran yang digunakan pada siklus I pembelajaran II adalah diskusi, tanya jawab, demonstasi dan pemberian tugas, bahan ajar yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diisi oleh siswa secara berkelompok, proses pembelajaran dilakukan di kelas seperti biasanya. 2. Pelaksanaan Siklus IIPelaksanaan pada siklus II juga tidak jauh berbeda dengan siklus I. Sebelum memulai melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II pembelajaran I, dengan lokasi waktu 2 x 40 menit.Pelaksanaan penelitian pada siklus II juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Pada siklus kedua ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 November 2013, dimulai pada pukul 07.00-08.20 WIB, dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 November 2013 dengan materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.Sama halnya dengan siklus sebelumnya, dalam pelaksanaan siklus II pembelajaran I, peneliti menggunakan metode belajar diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas yang merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Langkah-langkah pembelajaran terbagi kedalam kegiatan awal selama + 10 menit, kegiatan ini selama + 40 menit, dan kegiatan akhir selama + 10 menit. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran siklus II masih menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pembelajaran dimulai dengan memeriksa kehadiran siswa. Hal ini penting, karena peneliti harus selalu mengetahui jumlah siswa yang hadir pada setiap pembelajaran. Setelah memeriksa kehadiran siswa, kemudian peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa, seperti yang dilakukan pada siklus I dan II.Peneliti membimbing siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Peneliti mulai membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Setelah seluruh kelompok mendapat LKS dan suasana kelas kondusif untuk dimulainya proses pembelajaran, peneliti yang sekaligus menjadi guru mulai memberikan gambaran tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus terakhir ini. Peneliti memberikan apersepsi sebagai materi awal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebelum siswa mengerjakan LKS peneliti memberikan penjelasan tentang petunjuk pengerjaan LKS dengan jelas. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan LKS secara berkelompok dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti tentang pengerjaannya. Ketika diskusi kelompok berlangsung, peneliti berkeliling ke setiap kelompok untuk melihat aktifitas siswa dan kegiatan diskusi kelompok. Setelah selesai mengerjakan LKS secara berkelompok, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Hal ini dilakukan untuk memotivasi agar siswa merasa bangga akan hasik kerjasama dengan kelompoknya. Setelah secara bergilir tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, peneliti bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti memberikan soal tes sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kemampuan yang dicapai siswa tentang materi pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus II.Proses pembelajaran siklus II pembelajaran II pun tidak jauh berbeda dengan siklus II pembelajaran I, mulai dari metode pembelajaran yang digunakan pada siklus II pembelajaran II adalah diskusi, tanya jawab, demonstasi dan pemberian tugas, bahan ajar yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diisi oleh siswa secara berkelompok serta proses pembelajaran dilakukan di kelas seperti biasanya. C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Berdasarkan pelaksanaan yang telah dilakukan pada siklus I pembelajaran I dan pembelajaran II yang telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 November dan hari Jumat tanggal 22 November 2013, peneliti mencatat hasil yang dimulai dari hasil observasi terhadap peneliti sendiri mengenai persiapan sampai kegiatan / proses belajar mengajar yang dilakukan, melalui lembar observasi terhadap kegiatan guru yang telah disediakan oleh peneliti dengan bantuan observer yakni guru bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bahan acuan agar terus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan bahan refleksi siklus selanjutnya. Pedoman observasi untuk guru pada Siklus I Pembelajaran I ditunjukan dalam lembar observasi seperti berikut ini:Tabel 4.1

Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru

Siklus I Pembelajaran INoAspekIndikatorYaTidak

1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber belajar dengan cermat

b. Menyapa siswa dengan salam

c. Memeriksa kehadiran siswa

d. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan PBM

2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan pengetahuan awal siswa.

d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.

3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.

b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan proporsional.

c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi siswa.

d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.

4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang ditetapkan.

b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk pembentukan perilaku sistematis dan tepat.

c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan pembelajaran.

d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari siswa.

5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.

b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan keragaman siswa secara menyeluruh.

c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif dan wajar.

d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan proporsional.

6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa. Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa

b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).

c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.

d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.

Pedoman observasi untuk guru pada Siklus I Pembelajaran II ditunjukan dalam lembar observasi seperti berikut ini:

Tabel 4.2Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru

Siklus I Pembelajaran IINoAspekIndikatorYaTidak

1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber belajar dengan cermat

b. Menyapa siswa dengan salam

c. Memeriksa kehadiran siswa

d. e. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan PBM

2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan pengetahuan awal siswa.

d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.

3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.

b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan proporsional.

c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi siswa.

d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.

4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang ditetapkan.

b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk pembentukan perilaku sistematis dan tepat.

c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan pembelajaran.

d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari siswa.

5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.

b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan keragaman siswa secara menyeluruh.

c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif dan wajar.

d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan proporsional.

6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa. Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa

b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).

c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.

d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.

Selain itu, guru/peneliti pun melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung, tujuannya untuk melihat sejauhmana aktivitas siswa sesuai dengan pedoman penilaian yang telah dirancang. Hasil observasi terhadap aktivitas dalam proses belajar mengajar siklus I pembelajaran I adalah sebagai berikut:Tabel 4.3Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Siklus I Pembelajaran INO.PENILAIANKET

1234

1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU

a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pembelajaran.

d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian LKS

2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS

a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS

b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS

c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS

d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.

3.KEMAMPUAN SISWA

a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN

a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum dimengerti.

b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang dikerjakan

d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.

Skor639

Nilai Akhir0,382,44

Prosentase12,587,5

Selanjutnya, hasil observasi terhadap aktivitas dalam proses belajar mengajar siklus I pembelajaran II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Siklus I Pembelajaran II

NO.PENILAIANKET

1234

1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU

a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pembelajaran.

d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian LKS

2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS

a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS

b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS

c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS

d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.

3.KEMAMPUAN SISWA

a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN

a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum dimengerti.

b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang dikerjakan

d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.

Skor1252

Nilai Akhir0,753,25

Prosentase8,7581,25

Observasi dilanjutkan pada pengumpulan data nilai hasil evaluasi siswa secara individual setelah melakukan kegiatan kelompok dalam mengerjakan LKS. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dan memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Adapun data dari hasil penilaian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5Hasil Belajar Siswa

Pada Siklus I Pembelajaran I dan II

No.Nama SiswaPerolehan NilaiNilai Rata-RataKategori

Pemb. IPemb. II

1.ADI SUNTANA405949.5D

2.AGUNG BAYU SETO455952D

3.AJI SURYA PERMANA406552.5D

4.ANDRI MAULANA406150.5D

5.ANE SITI NURYANI406050D

6.ANGGA M RISLAH556459.5C

7.ANNISA PUTRI S606964.5C

8.ANNISA SOFIA456454.5D

9.ARY FAHRENZA656866.5C

10.AYU MELANI DEWI656665.5C

11.BEI NUGRAHA606160.5C

12.BELLA AMALIA455550D

13.CORNELIA JESSICA PATI657369C

14.DEDE RAHMAT758077.5B

15.FANNY FAHIRA AFIANTI505552.5D

16.FARHAN HIDAYAT405447D

17.GUNTUR ARTIANTO556258.5C

18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI506055C

19.HILMI ABDUL AZIZ758178B

20.IIS NURHASANAH606964.5C

21.JUNIVA WENIDYA555756C

22.KINANTY APRILIA455650.5D

23.LINDA AGUS ASTUTIK555655.5C

24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID606261C

25.MUHAMAD INDRA GUMELAR656866.5C

26.MUHAMAD ZAID HANIFA505954.5D

27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN606361.5C

28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA456454.5D

29.NADINDA ZHALMA SALSABILA656866.5C

30.NENDEA YESIKA VEGA656665.5C

31.NURLIANA606160.5C

32.RINDI RACHMAT NUGRAHA455550D

33.RIRIN WIJAYANTI657369C

34.RIZKY AZIZ SHALEH758077.5B

55.SATYA ISRANA505552.5D

36.SITI NAFA NURFAIDAH405447D

37.SITI RAHAYU MINARTI556258.5C

38.SITI ULVAH FAUZIAH506055C

39.TATANG MULYANA758178B

40.TEGUH ERLAND ADHIPRAMANA606964.5C

41.YAHYA SAEFUL ROHMAN555756C

42.YOLANDA MAHENDRAWATI455650.5D

Keterangan kategori penilaian :PresentasiKategori

90 % ( A ( 100 %75 % ( B < 90 %55 % ( C < 75 %

40 % ( D < 55 %

0 % ( E < 40 %A (Sangat Baik)

B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)

E (Buruk)

Setelah memperhatikan hasil observasi pelaksanaan siklus I yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan refleksi terhadap siklus I pembelajaran I dan II adalah sebagai berikut:

Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, guru sebagai peneliti sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan yang telah peneliti siapkan, kegiatan belajar mengajar diterapkan sesuai dengan RPP yang telah dibuat tapi dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan seperti:1) Dalam belajar berkelompok siswa terlihat belum terbiasa, hal ini dapat dilihat dari situasi kelas yang ricuh ketika pembagian kelompok dilakukan, sehingga tujuan dilakukannya pengelompokkan pada siswa tidak tercapai dengan baik, kelas akan berkelompok dengan baik jika dalam pembagian anggota kelompok guru lebih bisa mengkondisikan kelas dengan baik.

2) Hasil belajar yang dicapai pada siklus I masih jauh dari yang diharapkan, ini ditunjukkan dari perolehan nilai yang dicapai oleh siswa, masih banyak siswa yang mmperoleh nilai kurang. Hal ini dilihat dari persentase kategori kemampuan. Siswa yang memperoleh nilai yang termasuk kedalam kategori (A) 0 %, kategori (B) 7,41 %, kategori (C) 51,85%, kategori (D) 44,44% dan nilai rata-rata pada siklus I adalah 58,63. Untuk meningkatkan kemampuan pada siklus selanjutnya, guru diharapkan lebih bisa menyampaikan materi dengan jelas agar dapat dimengerti oleh siwa sehingga dalam menyelesaikan soal-soal siswa dapat mengerjakannya dengan benar.

3) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap siswa dalam kegiatan diskusi kelompok pada siklus I, terlihat bahwa sikap siswa cukup baik, terlihat dalam indikator kerjasama dan sikap demokratif. Agar sikap yang ditunjukkan siswa lebih baik, dalam kegiatan pembelajaran guru diharapkan lebih menanamkan sikap kerja sama dan demokratif pada individu siswa.

4) Dilihat dari lembar observasi guru pada siklus I, adalah guru kurang menarik perhatian dan memotivasi siswa, serta perhatian pada anak kurang menyeluruh. Pada siklus selanjutnya diharapkan guru akan lebih bisa memotivasi siswa dan memberikan perhatian secara menyeluruh agar siswa lebih bersemangat lagi dalam belajar. D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus IIBerdasarkan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan pada siklus II pembelajaran I dan pembelajaran II yang telah dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 November dan hari Jumat tanggal 29 November 2013, hasil penelitian yang dapat dikemukakan yang pertama adalah mengenai observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sendiri selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi terhadap kegiatan guru yang telah disediakan.

Tabel 4.11Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru

Siklus II Pembelajaran INoAspekIndikatorYaTidak

1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber belajar dengan cermat

b. Menyapa siswa dengan salam

c. Memeriksa kehadiran siswa

d. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan PBM

2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan pengetahuan awal siswa.

d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.

3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.

b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan proporsional.

c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi siswa.

d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.

4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang ditetapkan.

b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk pembentukan perilaku sistematis dan tepat.

c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan pembelajaran.

d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari siswa.

5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.

b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan keragaman siswa secara menyeluruh.

c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif dan wajar.

d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan proporsional.

6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa. Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa

b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).

c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.

d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.

Pedoman observasi untuk guru pada Siklus II Pembelajaran II ditunjukan dalam lembar observasi seperti berikut ini:

Tabel 4.12Lembar Observasi Terhadap Kegiatan Guru

Siklus II Pembelajaran IINoAspekIndikatorYaTidak

1.Kegiatan Pra PBMa. Menata ruang, alat bantu, dan sumber belajar dengan cermat

b. Menyapa siswa dengan salam

c. Memeriksa kehadiran siswa

d. Mengkondisikan diri sendiri dan siswa untuk siap melakukan PBM

2.Kemampuan membuka pelajarana. Menarik perhatian siswa

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Melakukan apersepsi bermakna, membangkitkan keingintahuan dan pengetahuan awal siswa.

d. Memberi acuan materi pembelajaran yang akan disajikan.

3.Sikap guru dalam proses pembelajarana. Suara guru dapat didengar oleh seluruh siswa dengan jelas.

b. Bentukan anggota tubuh dilakukan dengan wajar, luwes dan proporsional.

c. Antusiasme, penampilan dan kinerja dalam PBM, kondusif bagi siswa.

d. Mobilitas dalam kelas dilakukan dengan wajar dan efektif.

4.Penguasaan bahan ajara. Penyajian bahan pembelajaran sesuai dengan SK, KD, dan indikator serta sumber belajar yang ditetapkan.

b. Pembahasan, pemberian contoh, serta dampak pengiring untuk pembentukan perilaku sistematis dan tepat.

c. Menunjukkan penguasaan yang luas dan mendalam terhadap bahan pembelajaran.

d. Dapat merespon pertanyaan/mengatasi masalah yang berasal dari siswa.

5.Proses pembelajarana. Strategi/metode pembelajaran sesuai dengan jenis dan prosedur yang ditetapkan pada silabus.

b. Penyajian bahan pembelajaran berorientasi pada aktivitas dan keragaman siswa secara menyeluruh.

c. Penanganan individu/ kelompok siswa dilakukan dengan efektif dan wajar.

d. Alokasi waktu dalam PBM dimanfaatkan secara efektif dan proporsional.

6.Kemampuan Khusus dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaa. Membelajarkan siswa berinteraksi dengan lingkungan, khususnya melalui pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Meningkatkan kemampuan siswa pada materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah siswa sesuai tujuan pembelajaran menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

d. Mengaplikasikan menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami, dan pembentukan sikap/ perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

7.Tindak lanjut kemampuan menggunakan pendekatan contextual teaching and learninga. Ucapan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa

b. Pembicaraan lancar (tidak tersendat-sendat).

c. Menggunakan kosakata Bahasa Indonesia yang baku.

d. Berbahasa dengan tata baasa yang baik dan benar.

Selain itu, guru/peneliti pun melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung, tujuannya untuk melihat sejauhmana aktivitas siswa sesuai dengan pedoman penilaian yang telah dirancang. Hasil observasi terhadap aktivitas dalam proses belajar mengajar siklus II pembelajaran I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Siklus II Pembelajaran INO.PENILAIANKET

1234

1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU

a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pembelajaran.

d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian LKS

2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS

a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS

b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS

c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS

d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.

3.KEMAMPUAN SISWA

a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN

a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum dimengerti.

b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang dikerjakan

d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.

Skor1252

Nilai Akhir0,753,25

Prosentase8,7581,25

Selanjutnya, hasil observasi terhadap aktivitas dalam proses belajar mengajar siklus II pembelajaran II adalah sebagai berikut:Tabel 4.14Lembar Observasi Terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Siklus II Pembelajaran II

NO.PENILAIANKET

1234

1.MEMPERHATIKAN PENJELASAN GURU

a. Memperhatikan penjelasan guru tentang materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

b. Memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

c. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pembelajaran.

d. Memperhatikan penjelasan guru tentang cara-cara pengisian LKS

2.KERJASAMA DALAM MENGERJAKAN LKS

a. Sesama siswa terjadi komunikasi dalam mengerjakan LKS

b. Sesama siswa mendiskusikan dalam mengerjakan LKS

c. Sesama siswa sama-sama mengerjakan LKS

d. Siswa yang satu dengan siswa yang lain saling membantu.

3.KEMAMPUAN SISWA

a. Siswa melakukan kegiatan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

b. Siswa dapat bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa dapat mengenal tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

d. Siswa dapat mengambil kesimpulan tentangmenulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

4.KEJUJURAN DAN KETERBUKAAN

a. Siswa berani bertanya bila ada sesuatu yang belum dimengerti.

b. Siswa dapat memberikan saran terhadap siswa lain yang bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan tentang menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

c. Siswa saling menyatakan pendapat terhadap jawaban yang dikerjakan

d. Siswa bersikap terbuka dalam menilai kalimat tanya.

Skor64

Nilai Akhir4

Prosentase100

Observasi dilanjutkan pada pengumpulan data nilai hasil evaluasi siswa secara individual setelah melakukan kegiatan kelompok dalam mengerjakan LKS. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dan memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Adapun data dari hasil penilaian pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.15Hasil Belajar Siswa

Pada Siklus II Pembelajaran I dan II

No.Nama SiswaPerolehan NilaiNilai Rata-RataKategori

Pemb. IPemb. II

1.ADI SUNTANA757675.5B

2.AGUNG BAYU SETO777877.5B

3.AJI SURYA PERMANA757876.5B

4.ANDRI MAULANA777877.5B

5.ANE SITI NURYANI626463C

6.ANGGA M RISLAH788079B

7.ANNISA PUTRI S909291A

8.ANNISA SOFIA777978B

9.ARY FAHRENZA909190.5A

10.AYU MELANI DEWI737976B

11.BEI NUGRAHA768078B

12.BELLA AMALIA606361.5C

13.CORNELIA JESSICA PATI919593A

14.DEDE RAHMAT919492.5A

15.FANNY FAHIRA AFIANTI808582.5B

16.FARHAN HIDAYAT777978B

17.GUNTUR ARTIANTO909291A

18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI818583B

19.HILMI ABDUL AZIZ939292.5A

20.IIS NURHASANAH909291A

21.JUNIVA WENIDYA788079B

22.KINANTY APRILIA757876.5B

23.LINDA AGUS ASTUTIK656866.5C

24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID767877B

25.MUHAMAD INDRA GUMELAR909391.5A

26.MUHAMAD ZAID HANIFA757675.5B

27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN757876.5B

28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA777978B

29.NADINDA ZHALMA SALSABILA909190.5A

30.NENDEA YESIKA VEGA737976B

31.NURLIANA768078B

32.RINDI RACHMAT NUGRAHA606361.5C

33.RIRIN WIJAYANTI919593A

34.RIZKY AZIZ SHALEH919492.5A

55.SATYA ISRANA808582.5B

36.SITI NAFA NURFAIDAH777978B

37.SITI RAHAYU MINARTI909291A

38.SITI ULVAH FAUZIAH818583B

39.TATANG MULYANA939292.5A

40.TEGUH ERLAND ADHIPRAMANA909291A

41.YAHYA SAEFUL ROHMAN788079B

42.YOLANDA MAHENDRAWATI757876.5B

Keterangan kategori penilaian :PresentasiKategori

90 % ( A ( 100 %75 % ( B < 90 %55 % ( C < 75 %

40 % ( D < 55 %

0 % ( E < 40 %A (Sangat Baik)

B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)

E (Buruk)

Setelah melakukan observasi terhadap pelaksanaan siklus II yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan refleksi terhadap keseluruhan siklus adalah sebagai berikut:

Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, guru sebagai peneliti sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan yang telah peneliti siapkan, kegiatan belajar mengajar diterapkan sesuai dengan RPP yang telah dibuat untuk siklus I, II, yang dalam pelaksanannya kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus sebelumnya telah diperbaiki pada siklus II, seperti:

1) Hasil yang dicapai pada siklus II sudah mencapai hasil yang diharapkan yang maksimal, ini ditunjukan dari perolehan nilai yang dicapai oleh siswa pada siklus II dan nilai rata-rata siswa mencapai 80,37. Jika dilihat dari persentase kategori kemampuan, siswa yang memperoleh nilai yang termasuk kedalam kategori (A) yang menunjukan peningkatan yaitu 29,63 %, kategori (B) 59,26% kategori (C) 11,11%, kategori (D) 0%, dan kategori (E) 0%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menunjukan peningkatan dari mulai siklus I sampai siklus II dan lebih dari 100% siswa menunjukan ketuntasan dalam belajar.

2) Di akhir siklus, dalam kegiatan diskusi siswa, sikap yang ditunjukkan oleh siswa dari ketiga indikator kepemimpinan, kerjasama dan sikap demokratis. Ini berarti guru telah berhasil menanamkan pentingnya ketiga indikator sikap tersebut sebagai tujuan dari diterapkannya pembelajaran diskusi kelompok, dan tujuan tersebut telah tercapai.

3) Dilihat dari lembar observasi guru pada siklus I dan II yang masih terdapat beberapa kekurangan, peneliti terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar, sehingga pada siklus II observer menilai seluruh aspek dalam lembar observasi guru telah dilakukan dengan baik oleh peneliti.

E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pembahasan Hasil Tes Keseluruhan Siklus

Pada tiap ini peneliti akan membahas keseluruhan kegiatan penelitian yang terdiri dari 2 siklus, mulai dari siklus pertama hingga siklus kedua. Pembahasan mencakup seluruh kegiatan dalam pembelajaran dimulai dari observasi terhadap kegiatan guru, oservasi terhadap kegiatan siswa, hingga hasil dari setiap tes yang telah diberikan pada setiap pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan Bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran, peneliti menggunakan tes evaluasi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan perolehan nilai tes kemampuan siswa pada materi menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami, dalam rekapitulasi keseluruhan siklus disertai dengan nilai rata-ratanya. Hasil perolehan nilai tes ini akan dijadikan kriteria ketuntasan/siswa dalam belajar pada setiap siklusnya. Untuk melihat nilai hasil belajar siswa dari keseluruhan siklus disajikan tabel sebagai berikut: Tabel 4.16Persentase Perolehan Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Dari Keseluruhan Siklus

SiklusKategori AKategori BKategori CKategori DKategori E

Total(%)Total(%)Total(%)Total(%)Total(%)

SIKLUS I07,4151,8544,440

SIKLUS II29,6359,2611,1100

Keterangan:

PresentasiKategori

90 % ( A ( 100 %75 % ( B < 90 %55 % ( C < 75 %

40 % ( D < 55 %

0 % ( E < 40 %A (Sangat Baik)

B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)

E (Buruk)

Berdasarkan tabel di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kemampuan Bahasa Indonesia siswa yang termasuk kategori A mengalami kenaikan pada siklus I dan siklus II. Kategori A mengalami kenaikan dari 0 % pada siklus I menjadi 7,41 % pada siklus II dan 29,63 % pada siklus II. Pada kategori B, nilai tes kemampuan Bahasa Indonesia siswa mengalami peningkatan dari 7,41 % pada siklus I menjadi 11,11 % pada siklus II, dan menjadi 59,26 % pada siklus II. Pada kategori C, nilai tes kemampuan Bahasa Indonesia siswa mengalami peningkatan dari 51,85 % pada siklus I menjadi 81,48 % pada siklus II, dan mengalami penurunan pada siklus II menjadi 11,11 %. Pada kategori D, terjadi penurunan pada siklus I dan II yaitu 44,44 % pada siklus I dan 0 % pada siklus II, dan pada siklus II pun tidak ada siswa yang memperoleh nilai D, hal ini ditunjukan dengan persentase pada siklus II yaitu 0 %.

Secara umum berdasarkan diagram 4.1 tentang perolehan nilai kemampuan siswa dan ketuntasan belajar siswa. Adapun tabel dari keseluruhan nilai kemampuan setiap siklus disertai dengan nilai rata-ratanya disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.17Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Pada Keseluruhan Siklus

No.SubjekSiklus ISiklus IISiklus II

NilaiNilaiNilai

1.ADI SUNTANA49.562.575.5

2.AGUNG BAYU SETO526177.5

3.AJI SURYA PERMANA52.566.576.5

4.ANDRI MAULANA50.56677.5

5.ANE SITI NURYANI506363

6.ANGGA M RISLAH59.56979

7.ANNISA PUTRI S64.57791

8.ANNISA SOFIA54.56878

9.ARY FAHRENZA66.57290.5

10.AYU MELANI DEWI65.57176

11.BEI NUGRAHA60.563.578

12.BELLA AMALIA5059.561.5

13.CORNELIA JESSICA PATI697893

14.DEDE RAHMAT77.590.592.5

15.FANNY FAHIRA AFIANTI52.559.582.5

16.FARHAN HIDAYAT4760.578

17.GUNTUR ARTIANTO58.568.591

18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI556383

19.HILMI ABDUL AZIZ789192.5

20.IIS NURHASANAH64.57691

21.JUNIVA WENIDYA5662.579

22.KINANTY APRILIA50.56176.5

23.LINDA AGUS ASTUTIK55.56466.5

24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID6167.577

25.MUHAMAD INDRA GUMELAR66.57291.5

26.MUHAMAD ZAID HANIFA54.562.575.5

27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN61.570.576.5

28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA54.56878

29.NADINDA ZHALMA SALSABILA66.57290.5

30.NENDEA YESIKA VEGA65.57176

31.NURLIANA60.563.578

32.RINDI RACHMAT NUGRAHA5059.561.5

33.RIRIN WIJAYANTI697893

34.RIZKY AZIZ SHALEH77.590.592.5

55.SATYA ISRANA52.559.582.5

36.SITI NAFA NURFAIDAH4760.578

37.SITI RAHAYU MINARTI58.568.591

38.SITI ULVAH FAUZIAH556383

39.TATANG MULYANA789192.5

40.TEGUH ERLAND ADHIPRAMANA64.57691

41.YAHYA SAEFUL ROHMAN5662.579

42.YOLANDA MAHENDRAWATI50.56176.5

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kelas hasil tes siklus I adalah 58,63 %, pada siklus II terjadi kenaikan dari 58,63 % pada siklus I menjadi 68,37 % pada siklus II. Begitu juga pada siklus II mengalami kenaikan dari 68,37 % pada siklus II menjadi 80,37 % pada siklus II. Kenaikan dari setiap siklus ini telah membuktikan bahwa refleksi yang dilakukan peneliti adalah tepat sasaran. Siswa memiliki antusias yang tinggi ketika belajar mengenai menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami melalui pendekatan CTL. Dengan hasil yang diperoleh pada siklus peneliti menganalisi kemampuan siswa. Berikut ini disajikan tabel hasil analisis tentang kemampuan siswa berdasarkan kategori penilaian.

Tabel 4.18Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Pada Keseluruhan Siklus

KategoriSiklus ISiklus II

Jumlah SiswaPersentase (%)Jumlah SiswaPersentase (%)

A (Sangat Baik)

B (Baik)C (Cukup)D (Kurang)

E (Buruk)0

2

13

12

00

7,41

51,85

44,44

08

16

3

0

029,63

59,26

11,11

0

0

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang termasuk kategori A (sangat baik) mengalami kenaikan dari 0 siswa pada siklus I menjadi 2 siswa pada siklus II, demikian juga pada siklus II terjadi kenaikan dari 8 siswa jumlah siswa yang memiliki kategori B (baik) terjadi peningkatan dari 2 siswa pada siklus I dan 3 siswa pada siklus II hingga menjadi 16 siswa pada siklus II. Siswa yang memiliki kategori C (cukup), pada siklus I dan II mengalami peningkatan yaitu 13 siswa pada siklus I dan 22 pada siklus II dan mengalami penurunan pada siklus II dengan jumlah siswa 5 siswa. Siswa yang memiliki nilai ketegori D (kurang) mengalami penurunan dari siklus I, dan II, pada siklus I berjumlah 12 siswa, pada siklus II tidak ada siswa yang termasuk kedalam kategori D. Sedangkan pada siswa yang memiliki kategori E (buruk) tidak ada siswa yang memperoleh nilai buruk atau termasuk kedalam kategori E pada setiap siklus. Analisis data selanjutntya adalah pemberian kategori ketuntasan belajar siswa. Untuk melihat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.19Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Setiap Siklus

KetuntasanSiklus ISiklus IISiklus II

Jumlah SiswaPersentase (%)Jumlah SiswaPersentase (%)Jumlah SiswaPersentase (%)

Tuntas1348,152710027100

Tidak Tuntas1451,850000

Jumlah271002710027100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I yaitu 48 % pada siklus II 72 % dan terus meningkat pada siklus II hingga mencapai 92 %. Untuk melihat rekapitulasi ketuntasan belajar dan kemampuan siswa disajikan tabel berikut:

Tabel 4.20

Rekapitulasi Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar SiswaNo.SubjekSiklus ISiklus II

Hasil BelajarKetuntasanHasil BelajarKetuntasan

1.ADI SUNTANA49.5Tidak Tuntas75.5Tuntas

2.AGUNG BAYU SETO52Tidak Tuntas77.5Tuntas

3.AJI SURYA PERMANA52.5Tidak Tuntas76.5Tuntas

4.ANDRI MAULANA50.5Tidak Tuntas77.5Tuntas

5.ANE SITI NURYANI50Tidak Tuntas63Tuntas

6.ANGGA M RISLAH59.5Tuntas79Tuntas

7.ANNISA PUTRI S64.5Tuntas91Tuntas

8.ANNISA SOFIA54.5Tidak Tuntas78Tuntas

9.ARY FAHRENZA66.5Tuntas90.5Tuntas

10.AYU MELANI DEWI65.5Tuntas76Tuntas

11.BEI NUGRAHA60.5Tuntas78Tuntas

12.BELLA AMALIA50Tidak Tuntas61.5Tuntas

13.CORNELIA JESSICA PATI69Tuntas93Tuntas

14.DEDE RAHMAT77.5Tuntas92.5Tuntas

15.FANNY FAHIRA AFIANTI52.5Tidak Tuntas82.5Tuntas

16.FARHAN HIDAYAT47Tidak Tuntas78Tuntas

17.GUNTUR ARTIANTO58.5Tuntas91Tuntas

18.HAUFAL MUHAMAD ALFIKRI55Tidak Tuntas83Tuntas

19.HILMI ABDUL AZIZ78Tuntas92.5Tuntas

20.IIS NURHASANAH64.5Tuntas91Tuntas

21.JUNIVA WENIDYA56Tidak Tuntas79Tuntas

22.KINANTY APRILIA50.5Tidak Tuntas76.5Tuntas

23.LINDA AGUS ASTUTIK55.5Tidak Tuntas66.5Tuntas

24.MUHAMAD CHOIRULLAH ALWAHID61Tuntas77Tuntas

25.MUHAMAD INDRA GUMELAR66.5Tuntas91.5Tuntas

26.MUHAMAD ZAID HANIFA54.5Tidak Tuntas75.5Tuntas

27.MUHAMMAD ILHAM NUR FAUZAN61.5Tuntas76.5Tuntas

28.MYTHA JOVANKA AYUWANDIRA54.5Tidak Tuntas78Tuntas

29.NADINDA ZHALMA SALSABILA66.5Tuntas90.5Tuntas

30.NENDEA YESIKA VEGA65.5Tuntas76Tuntas

31.NURLIANA60.5Tuntas78Tuntas

32.RINDI RACHMAT NUGRAHA50Tidak Tuntas61.5Tuntas

33.RIRIN WIJAYANTI69Tuntas93Tuntas

34.RIZKY AZIZ SHALEH77.5Tuntas92.5Tuntas

55.SATYA ISRANA52.5Tidak Tuntas82.5Tuntas

36.SITI NAFA NURFAIDAH47Tidak Tuntas78Tuntas

37.SITI RAHAYU MINARTI58.5Tuntas91Tuntas

38.SITI ULVAH F