FINAL REPORT – KOTA TERNATE Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku i PT. GIRI AWAS Engineering Consultant Arsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan, Telematika, Pariwisata, Keuangan KATA PENGANTAR Laporan Akhir (Final Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan “Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi Maluku Utara Dalam Rangka Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Maluku-Papua”. Adapun dalam penyusunan laporan ini dibagi menjadi 6 (enam) Volume, yaitu: Volume 1 : Kota Ternate Volume 2 : Kota Tidore Kepulauan Volume 3 : Kabupaten Halmahera Barat Volume 4 : Kabupaten Halmahera Tengah Volume 5 : Kabupaten Halmahera Timur Volume 6 : Kabupaten Pulau Morotai Penyusunan Laporan Akhir ini, untuk tiap-tiap volume dibahas beberapa hal, yaitu: (1) pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metodologi studi, (4) kondisi wilayah dan jaringan transportasi saat ini, (5) perkiraan kondisi mendatang, dan (6) arah pengembangan jaringan. Semuanya ini disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja yang ada dan Panduan Penyusunan Sistranas pada Tatralok. Pada kesempatan ini, konsultan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan ini, serta mengharapkan kritik dan saran untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahap selanjutnya. Bandung, November 2013 PT. GIRI AWAS
229
Embed
PT. GIRI AWASelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010...FINAL REPORT – KOTA TERNATE Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Laporan Akhir (Final Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan “StudiSistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi MalukuUtara Dalam Rangka Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Maluku-Papua”. Adapun dalam penyusunan laporan ini dibagimenjadi 6 (enam) Volume, yaitu:
Volume 1 : Kota Ternate
Volume 2 : Kota Tidore Kepulauan
Volume 3 : Kabupaten Halmahera Barat
Volume 4 : Kabupaten Halmahera Tengah
Volume 5 : Kabupaten Halmahera Timur
Volume 6 : Kabupaten Pulau Morotai
Penyusunan Laporan Akhir ini, untuk tiap-tiap volume dibahas beberapa hal, yaitu:(1) pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metodologi studi, (4) kondisi wilayahdan jaringan transportasi saat ini, (5) perkiraan kondisi mendatang, dan (6) arahpengembangan jaringan. Semuanya ini disesuaikan dengan Kerangka AcuanKerja yang ada dan Panduan Penyusunan Sistranas pada Tatralok.
Pada kesempatan ini, konsultan menyampaikan terima kasih kepada semua pihakyang telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan ini, serta mengharapkan kritikdan saran untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahap selanjutnya.
Bandung, November 2013
PT. GIRI AWAS
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
BAB 1 PENDAHULUAN 1 - 11.1 Latar Belakang 1 - 11.2 Maksud dan Tujuan 1 - 41.3 Ruang Lingkup Studi 1 - 41.4 Batasan Kegiatan 1 - 61.5 Indikator Keluaran Dan Keluaran 1 - 61.6 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1 - 61.7 Tenaga Ahli Yang Diperlukan 1 - 61.8 Perlengkapan Pendukung Pekerjaan 1 - 71.9 Sistematika Penulisan 1 - 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 - 12.1 Pendekatan Studi 2 - 12.2 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 2 - 22.2.1 Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2 - 22.2.2 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui
Koridor Ekonomi 2 - 32.2.3 Koridor Ekonomi Indonesia 2 - 42.2.4 Arahan Pengembangan Kegiatan Ekonomi Utama 2 - 52.2.5 Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku 2 - 6
2.3 Pola Dasar Sistranas 2 - 82.4 Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda 2 - 102.5 Jaringan Transportasi 2 - 132.6 Penyusunan Tatanan Makro Strategis Perhubungan
Pada Skala Lokal Kabupaten / Kota (Tatralok) 2 - 262.7 Penguatan Konektivitas Nasional 2 - 272.8 Kerangka Pemikiran Studi 2 - 33
BAB 3 METODOLOGI STUDI 3 - 13.1 Metodologi Studi 3 - 1
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
3.2 Pengumpulan Data dan Desain Kuesioner 3 - 43.2.1 Pengumpulan Data 3 - 43.2.2 Desain Kuesioner 3 - 8
3.3 Pola Pikir Studi 3 - 93.4 Analisis Pengembangan Wilayah 3 - 123.5 Hubungan Antara Sistem Transportasi dan Tata Ruang 3 - 133.6 Pemodelan Transportasi 3 - 13
3.6.1 Struktur Model 3 - 133.6.2 Proses Pemodelan Transportasi 3 - 15
3.6.2.1 Penetapan Sistem Zona dan Sistem Jaringan 3 - 153.6.2.2 Estimasi dan Prediksi Tip-ends dan MAT 3 - 173.6.2.3 Simulasi Jaringan 3 - 18
3.7 Jaringan Transportasi Multimoda dan Intermoda 3 - 183.8 Pemetaan Potensi dan Kendala 3 - 193.9 Analisis Normatif 3 - 213.10 Penyusunan Strategi dan Program 3 - 213.11 Azas Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) 3 - 23
BAB 4 KONDISI WILAYAH DAN JARINGAN TRANSPORTASISAAT INI 4 - 14.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi 4 - 14.2 Kependudukan 4 - 54.3 Potensi Produksi dan Ekonomi 4 - 9
4.4 Kondisi Pola Aktivitas Transportasi 4 - 224.4.1 Jaringan Jalan 4 - 284.4.2 Angkutan Darat 4 - 374.4.3 Angkutan Penyeberangan 4 - 404.4.4 Angkutan Laut 4 - 434.4.5 Angkutan Udara 4 - 474.4.6 Transportasi Multimoda 4 - 50
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
4.5 Permasalahan Transportasi Wilayah 4 - 524.6 Analisis Pergerakan Orang Dan Barang Di Kota Ternate 4 - 53
4.6.1 Jaringan Jalan 4 - 534.6.2 Volume Lalu Lintas Di Simpang 4 - 54
4.7 Pemodelan Transportasi 4 - 564.7.1 Matrik Asal Tujuan 4 - 604.7.2 Hasil Pembebanan Lalu Lintas 4 - 64
BAB 5 PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5 - 15.1 Rencana Proyek MP3EI 5 - 15.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate 5 - 2
5.2.1 Rencana Struktur Ruang Kota Ternate 5 - 35.2.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Ternate 5 - 6
5.3 Pemodelan Transportasi 5 - 85.3.1 Matrik Asal Tujuan 5 - 85.3.2 Skenario Pengembangan 5 - 19
BAB 6 ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN 6 - 16.1 Arah Pengembangan Jaringan Transportasi 6 - 1
6.1.1 Kondisi Yang Diinginkan 6 - 16.1.2 Kebijakan Yang Diinginkan 6 - 36.1.3 Program Prioritas 6 - 4
6.2 Sistem Jaringan Prasarana Utama 6 - 56.3 Inventarisasi Rencana Proyek MP3EI dan Pembangunan
Daerah Kota Ternate 6 - 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1 PP 26 Tahun 2008 Tentang RTRWNLAMPIRAN 2 RTRW MalutLAMPIRAN 3 MP3EILAMPIRAN 4 Data Produksi dan Operasi Jaringan dan Simpul TransportasiLAMPIRAN 5 Peta Kawasan Tertinggal dan PerbatasanLAMPIRAN 6 Peta Rencana Pengembangan Jaringan TransportasiLAMPIRAN 7 Rancangan Peraturan Walikota Tentang Sistem Transportasi
Nasional Pada Tataran Transportasi Lokal
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 1
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi.Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampumenghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakansecara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamikapembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukungpola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatanhubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangankehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan WawasanNusantara.
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunanekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonominasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasionalIndonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut MP3EImenetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategiutama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakannasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), SistemTransportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN),Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agardapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu.Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian darikonektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasionalperlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusatperekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 2
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungandari keterhubungan lokal, regional dan global/internasional.
Implementasi pelaksanaan MP3EI dalam fase pertama kurun waktu tahun 2011 –2014 yaitu pembentukan dan operasionalisasi institusi pelaksana MP3EI yangterdiri dari :
Penyusunan rencana aksi untuk debottlenecking regulasi, perizinan, insentif,dan pembangunan dukungan infrastruktur yang diperlukan, serta realisasikomitmen investasi (quick-wins).
Penetapan hubungan internasional untuk pelabuhan dan bandar udara.
Penguatan lembaga litbang dan pelaksanaan riset di masing-masing koridor.
Pengembangan kompetensi SDM sesuai kegiatan ekonomi utama koridor.
Di sisi lain, sebagai unsur pendorong dalam pengembangan transportasi berfungsimenyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerahterisolasi, tertinggal dan perbatasan dengan daerah berkembang yang berada diluar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada hakekatnya merupakan suatuKonsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yangmengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapaitujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutanmemperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baiklangsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan transportasi baik padaTataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah(Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok).
Sistranas diwujudkan dalam Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS)ditetapkan oleh pemerintah, Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL)ditetapkan oleh pemerintah propinsi, dan Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK)ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Keterkaitan ketiga tataran tersebuttidak dapat dipisahkan yang pada akhirnya akan menjadi acuan bagi semua pihakterkait dalam penyelenggaraan transportasi untuk perwujudan pelayanantransportasi yang efektif dan efisien baik pada tataran lokal, wilayah maupunnasional.
Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalammendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran Nasional,Propinsi dan Lokal Kabupaten/Kota agar tercipta harmonisasi dan sinkronisasipenyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah Propinsi (Tatrawil) telahdisusun secara simultan pada tahun 2012 yang perlu di tindak lanjuti dengan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 3
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
penyusunanan Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayahKabupaten/Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan demikiandiperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana yangdapat berperan dalam mendukung perekonomian wilayah dan mendorongpertumbuhan wilayah yang belum berkembang baik pada tataran lokal, propinsihingga nasional/internasional.
Secara makro, perkembangan ekonomi dan transportasi di wilayah Maluku Utaratidak lepas dari perkembangan ekonomi nasional, regional daninternasional di sekitarnya. Secara nasional, Program Master Plan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 sepertiyang diatur dalam Perpres Nomor 32 tahun 2011 diperkirakan dapat menjadirujukan baru dan penting bagi Propinsi Maluku Utara dalam menata sistem danlayanan transportasinya sehingga selaras dengan program MP3EI gunamendukung program penguatan ekonomi koridor enam di aras Propinsi Papua,Maluku dan Maluku Utara yang berbasiskan inovasi (innovation driven economy)dan bukan hanya berdasarkan kebutuhan (needed driven economy). Berdasarkanrencana MP3EI tersebut diperkirakan besaran nilai investasi yang berpotensidilakukan di wilayah Maluku Utara seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1di bawah ini diperkirakan sekitar Rp 113,5 Trilyun.
Sumber: Bappenas (2011)Gambar 1.1. Rencana dan Nilai Investasi MP3EI di Maluku Utara (nomor 1
dan 2)
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 4
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Atas dasar tersebut di atas maka perlu dilakukan Penyusunan Tatralok dalamupaya peningkatan pelayanan transportasi baik jaringan pelayanan maupunjaringan prasarana transportasi, serta peningkatan keterpaduan antar danintramoda transportasi, disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkatkemajuan teknologi, kebijakan tata ruang dan lingkungan.
Adapun Penyusunan Tatralok tersebut mengacu pada PerPres No. 32 Tahun2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia (MP3EI) 2011-2025, UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 TentangPelayaran, UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Angkutan Udara, dan UU No. 22 Tahun2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun, mengevaluasi dan meninjau ulangTataran Transportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi,wilayah sebagai pedoman pengaturan dan pembangunan transportasi wilayah.
Tujuannya dari kegiatan ini adalah agar rencana dan program pengembangantransportasi di wilayah lokal kabupaten/kota, propinsi dan nasional efektif danefisien sesuai dengan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia (MP3EI) dan rencana pengembanganan jaringan pada Tatranas danTatrawil.
1.3 RUANG LINGKUP STUDI
Ruang lingkup studi ini adalah :
a. Identifikasi permasalahan yang ada pada sistem transportasi lokal;
b. Evaluasi pelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasisecara terpadu;
c. Analisis permintaan transportasi lokal terkait dengan rencana tata ruangwilayah kabupaten / kota dan rencana pembangunan dalam MP3EI danTatrawil, Tatranas;
d. Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi wilayahkabupaten/kota;
e. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan transportasi;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 5
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
f. Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan jaringan transportasi lokaldalam kurun waktu 2014, 2019, 2025 dan 2030;
g. Merumuskan kebijakan pelayanan jaringan transportasi lokal;
h. Menyusun rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang Sistranas padaTataran Transportasi Lokal (Tatralok);
i. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten/Kota untuk mendapatkan masukanalternatif pengembangan jaringan transportasi lokal;
j. Menyelenggarakan seminar penyempurnaan laporan akhir dan legalitasTatralok di Ibu Kota Propinsi.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survei pada Kabupaten/Kota,selanjutnya hasil survey kemudian dianalisis dan dilakukan FGD sertaserangkaian pembahasan pada tiap tahapan laporan dengan tim pengarah danpendamping yang dibentuk dengan SK Kepala Badan Litbang Perhubungansehingga akan menghasilkan keluaran. Pada akhir kegiatan studi inidiselenggarakan seminar pada wilayah studi.
Tahapan pelaksanaan dan pelaporan kegiatan ini dilakukan sebagai berikut:
1) Tahapan Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Penyusunan laporan pendahuluan ini berisi penjabaran dari kerangka acuanyang meliputi metodologi dan pendekatan atau teori yang akan diterapkan,rencana kerja dan jadual kegiatan serta daftar kuesioner yang akan digunakandalam penelitian.
2) Tahapan Laporan Antara (Interim Report)
Penyusunan laporan antara memuat hasil-hasil pengumpulan data sertapenjelasan metode pengolahan/analisis serta penyusunan langkahselanjutnya analisis lengkap.
3) Tahapan Rancangan Laporan Akhir (Draft Final Report)
Penyusunan rancangan laporan akhir berisi pengolahan data, analisis danevaluasi dari hasil pengumpulan data pada laporan antara serta draftrekomendasi.
4) Tahapan Laporan Akhir (Final Report)
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 6
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Penyusunan pada tahap laporan akhir merupakan perbaikan/penyempurnaandari Rancangan Laporan Akhir setelah melalui serangkaian diskusi danpembahasan.
1.4 BATASAN KEGIATAN
Kegiatan studi ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan Tataran TransportasiLokal kabupaten/kota terkait untuk mendukung prioritas pembangunan sentraproduksi di koridor ekonomi Maluku – Papua.
1.5 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
Indikator keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen TataranTransportasi Lokal (TATRALOK) dan konsep legalitas penetapannya di dua kota(Ternate dan Tidore Kepulauan) dan empat kabupaten (Halmahera Tengah,Halmahera Timur, Halmahera Barat, dan Morotai).
Keluaran dari kegiatan ini adalah 1 (satu) laporan hasil penelitian berikutlegalitasnya yaitu dua kota (Ternate dan Tidore Kepulauan) dan empat kabupaten(Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Halmahera Barat, dan Morotai).
1.6 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan studi ini dilaksanakan di dua Kota dan empat Kabupaten, yaitu KotaTernate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Tengah, KabupatenHalmahera Timur, Kabupaten Halmahera Barat, dan Kabupaten Morotai. Adapunkegiatan pelaksanaan studi akan dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan kalender(27 Maret – 26 Oktober 2013), berdasarkan No. Kontrak: PL.102/15/2-BLT-2013dan No. SPMK: PL.102/15/9-BLT-2013.
1.7 TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN
Tenaga Ahli yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah :
1) Ahli Perencanaan Transportasi (Ketua Tim)
2) Ahli Manajemen Transportasi
3) Ahli Sistem Analis Transportasi
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 7
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
4) Ahli Administrasi Kebijakan Publik
5) Ahli Tata Ruang Wilayah
6) Ahli Perencanaan Wilayah
7) Ahli Pemodelan Transportasi
8) Legal Drafter
9) Sekretaris
10) Operator Komputer
1.8 PERLENGKAPAN PENDUKUNG PEKERJAAN
Untuk mempercepat dan mengefisienkan waktu dalam menyusun kegiatan inidiperlukan perlengkapan untuk mendukung pekerjaan ini. Pada penyusunanDokumen TATRALOK ini didalamnya terdapat beberapa pemodelan transportasi,maka dari itu bila diperlukan Konsultan akan menggunakan Software (PerangkatLunak) yang berfungsi membantu proses pemodelan transportasi wilayah.Software ini sudah updateable untuk membantu proses-proses permasalahanpemodelan transportasi yang multi dimensi.
1.9 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam Rancangan Laporan Akhir (Draft Final Report) iniadalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN- Latar Belakang- Maksud dan Tujuan- Ruang Lingkup Studi- Hasil yang Diharapkan- Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKADalam bab ini dikemukakan dengan jelas, ringkas, dan padat secara kritis tentanghasil tinjauan kepustakaan terkait dengan masalah Konsep dan ModelPengembangan Jaringan Transportasi.a. Tinjauan Pustaka (difokuskan pada penelitian sebelumnya)
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 8
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
1. Prinsip-prinsip yang dipegang meninjau kepustakaan itu adalah mencari“kebenaran riset” bagi landasan berpikir, berpikir dalam menentukanmasalah dan menjawabnya, yang semuanya itu dilandaskan padapegangan-pegangan yang mempunyai sifat kebenaran tinggi.
2. Ada empat hal yang dijadikan pegangan untuk meninjau pustaka yangsesuai dengan fungsi dan prinsip-prinsip meninjau pustaka itu, yakniselektif, komparatif, kritis, analitis, dan semua dilakukan secara bersama-sama.
b. Kerangka PemikiranRangkaian penalaran dalam suatu kerangka berdasarkan pada teori/konsepMenyusun Kerangka Pemikiran adalah menjawab secara rasional masalahyang telah dirumuskan dan diidentifikasi (mengapa fenomena itu terjadi)dengan jalan mengalirkan jalan pikiran dari pangkal pikir (premis) berdasarkanpatokan pikir (asumsi/aksioma) sampai pada pemikiran (hasilberpikir/deduksi/hipotesis) menurut kerangka logis (logical construct).
BAB 3 METODOLOGI STUDI- Memaparkan desain atau rancangan penelitian yang digunakan (sifat
penelitian);- Menjabarkan dengan jelas sasaran penelitian (populasi, sample, sumber data,
tempat dan waktu penelitian);- Menguraikan teori/model analisis yang digunakan dan data/informasi yang
diperlukan dalam penelitian (prosedur pengkajian/uraian analisis data, metodedan teknik serta instrument pengumpulan data).
BAB 4 KONDISI WILAYAH DAN JARINGAN TRANSPORTASI SAAT INI- Kondisi Sosio Ekonomi kabupaten/kota- Kondisi Pola Aktivitas- Kondisi Transportasi kabupaten/kota
BAB 5 PERKIRAAN KONDIDI MENDATANG- Struktur dan pola pemanfaatan ruang kabupaten/kota- Pola Aktivitas- Bangkitan dan distribusi arus barang/penumpang- Model pengembangan jaringan transportasi- Alternatif pengembangan jaringan transportasi- Prioritas Pengembangan Jaringan Transportasi
BAB 6 ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN- Arah pengembangan jaringan transportasi- Kebijakan, strategi dan program pengembangan jaringan transportasi
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1 - 9
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Pendekatan yang memayungi studi ini secara sinergi adalah melalui MP3EI(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yangmerupakan arahan strategis dan percepatan pembangunan ekonomi khususnya diwilayah studi tersebut. MP3EI menetapkan penguatan konektivitas nasionalsebagai salah satu dari 3 strategi utama. Konektivitas nasional merupakanpengintegrasian 4 elemen kebijakan nasional yang terdiri dari sistem logistiknasional (Sislognas), sistem transportasi nasional (Sistranas), pengembanganwilayah (RPJMN/RTRWN), dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Strategiini untuk mewujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien dan terpadu.Berarti pada wilayah studi ini perlu memahami pula keterkaitannya baik secaralokal, kabupaten/kota, wilayah propinsi, maupun nasional, bahkan regional danglobal.
Untuk memahami semuanya ini, perlu pengertian-pengertian dasar tentang istilahkunci, seperti: Definisi Sistranas, Tujuan dan Sasaran Sistranas, serta TataranTransportasi (Tatranas, Tatrawil, dan Tatralok) yang dirangkum dalam kerangkapemikiran Pola Dasar Sistranas. Begitu juga halnya dengan Cetak BiruTransportasi Antarmoda/Multimoda, yang menggambarkan Alur Pikir Cetak BiruTransportasi Antarmoda/Multimoda, Visi dan Misi Transportasi Antarmoda/Multimoda, Strategi Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda, danProgram Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda dalam rangkamendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku yang dirajut dalam MP3EI.
Kegiatan ini perlu alasan dan landasan atau acuan normatif yang mendasarkanpada PP No. 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, UU No. 26 Tahun 2007Tentang Penataan Ruang, UU di Bidang Transportasi yaitu UU No. 23 Tahun2007 Tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UUNo. 1 Tahun 2009 Tentang Angkutan Udara dan UU No. 22 Tahun 2009 TentangLalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
2.2 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNANEKONOMI INDONESIA (MP3EI) 2011-2025
2.2.1 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalamUndang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesiayang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akanmenempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 denganpendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengannilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untukmewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persenpada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 –2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi darisebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025.Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negaramaju.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.1. Aspirasi Pencapaian PDB Indonesia
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya,yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi sertadistribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah,dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergisdi dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran sertaintegrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahanperekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan,menuju innovation-driven economy.
2.2.2 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakanberdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baikyang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakanintegrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkanproduk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusatpertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntunganaglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaikiketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.2. Ilustrasi Koridor Ekonomi
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan denganmengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatankonektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusatpertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastrukturpendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dankonektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatanpotensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tigastrategi utama (pilar utama).
2.2.3 Koridor Ekonomi Indonesia
Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dankeunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagainegara yang terdiri atas ribuan pulau dan terletak di antara dua benua dan duasamudera, wilayah kepulauan Indonesia memiliki sebuah konstelasi yang unik,dan tiap kepulauan besarnya memiliki peran strategis masing-masing yang kedepannya akan menjadi pilar utama untuk mencapai visi Indonesia tahun 2025.Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-masingpulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masingpulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi seperti yang tergambar padaGambar 2.3.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.3. Peta Koridor Ekonomi Indonesia
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatanekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastrukturdan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yangperlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yangdiperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. SelanjutnyaMP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem PerencanaanPembangunan Nasional.
MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaanpembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka PanjangNasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dankomplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan danperluasan pembangunan ekonomi, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. MP3EIjuga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas RumahKaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan denganperubahan iklim global..
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.4. Posisi MP3EI dalam Rencana Pembangunan Pemerintah
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku terdiri dari Propinsi Papua, PropinsiPapua Barat, Propinsi Maluku dan Propinsi Maluku Utara. Sesuai dengan temapembangunannya, Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku merupakan pusatpengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional. Secaraumum, Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Maluku memiliki potensisumber daya alam yang melimpah, namun di sisi lain terdapat beberapa masalahyang harus menjadi perhatian dalam upaya mendorong perekonomian di koridorini, antara lain:
1. Laju pertumbuhan PDRB di Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku daritahun 2006 – 2009, tergolong relatif tinggi, yakni sebesar 7 persen, namunbesaran PDRB tersebut relatif kecil dibanding dengan koridor lainnya;
2. Disparitas yang besar terjadi di antara kabupaten di Papua. Sebagai contoh,PDRB per kapita Kabupaten Mimika adalah sebesar IDR 240 juta, sementarakabupaten lainnya berada di bawah rata-rata PDB per kapita nasional (IDR24,26 juta);
3. Investasi yang rendah di Papua disebabkan oleh tingginya risiko berusahadan tingkat kepastian usaha yang rendah;
4. Produktivitas sektor pertanian belum optimal yang salah satunya disebabkanoleh keterbatasan sarana pengairan;
5. Keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi;6. Jumlah penduduk yang sangat rendah dengan mobilitas tinggi memberikan
tantangan khusus dalam pembuatan program pembangunan di Papua.Kepadatan populasi Papua adalah 12,6 jiwa/km2, jauh lebih rendah dari rata-rata kepadatan populasi nasional (124 jiwa/km2).
Strategi pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku(Gambar 2.5) difokuskan pada 5 kegiatan Ekonomi utama, yaitu Pertanian Pangan- MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate), Tembaga, Nikel, Migas, danPerikanan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 7
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Sumber: MP3EI, 2011.Gambar 2.5. Peta Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Sistranas disusun dengan landasan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, undang-undang di bidang transportasidan peraturan perundangan terkait lainnya. Perumusan Sistranas tersebut jugamemanfaatkan peluang dan memperhatikan kendala lingkup internasional,regional dan nasional, baik dari sisi regulator, operator, pengguna jasa, maupundari sisi masyarakat, dengan sasaran terwujudnya penyelenggaraan transportasiyang efektif dan efisien.
1) Definisi Sistranas
Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesistemanterdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dandanau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara,serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana,kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak danperangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yangefektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang,yang terus berkembang secara dinamis.
2) Tujuan dan Sasaran Sistranas
Tujuan Sistranas adalah terwujudnya transportasi yang efektif dan efisiendalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan,meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanyapola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukungpengembangan wilayah, dan lebih memantapkan perkembangan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudanwawasan nusantara dan peningkatan hubungan internasional. SedangkanSasaran Sistranas adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yangefektif dan efisien. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu,kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu,nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, serta polusi rendah. Efisien dalam artibeban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringantransportasi nasional.
3) Tataran Transportasi
Sistranas diwujudkan dalam tiga tataran, yaitu tataran transportasi nasional(Tatranas), tataran transportasi wilayah (Tatrawil), dan tataran transportasilokal (Tatralok).
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tatranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secarakesisteman, terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api,transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasilaut, transportasi udara, dan transportasi pipa, yang masing-masing terdiridari sarana dan prasarana, yang saling berinteraksi dengan dukunganperangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayananjasa transportasi yang efektif dan efisien, yang berfungsi melayaniperpindahan orang dan atau barang antarsimpul atau kota nasional, dandari simpul atau kota nasional ke luar negeri.
b) Tatrawil
Tatrawil adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesistemanterdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungaidan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasiudara, dan transportasi pipa yang masing-masing terdiri dari sarana danprasarana yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak danperangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan transportasi yangefektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barangantarsimpul atau kota wilayah, dan dari simpul atau kota wilayah ke simpulatau kota nasional atau se-Maluku Utara-nya.
c) Tatralok
Tatralok adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secarakesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api,transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasilaut, transportasi udara, dan transportasi pipa yang masing-masing terdiridari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi dengan dukunganperangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanantransportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahanorang dan atau barang antarsimpul atau kota lokal, dan dari simpul ataukota lokal ke simpul atau kota wilayah, dan simpul atau kota nasionalterdekat atau se-Maluku Utara-nya, serta dalam kawasan perkotaan danperdesaan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Penyusunan "Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda" dimaksudkan untukmengidentifikasi berbagai masalah yang menyebabkan terjadinya ketidaklancaranarus barang dan mobilitas orang pada simpul transportasi yang strategis dan kotametropolitan serta daerah tertinggal. Sedangkan tujuan dari cetak biru ini adalahmenyusun rencana pengembangan transportasi antarmoda/multimoda untukmewujudkan kelancaran arus barang dan mobilitas orang yang efektif dan efisiendalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Adapun uraian AlurPikir Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda, Visi dan Misi TransportasiAntarmoda/Multimoda, Strategi Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda, dan Program Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimodaadalah sebagai berikut:
1) Alur Pikir Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda
Pengembangan transportasi antarmoda/multimoda yang dimuat dalam CetakBiru Transportasi Antarmoda/Multimoda diarahkan pada perwujudanketerpaduan pelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan prasaranatransportasi sebagai satu kesatuan secara kesisteman. Perwujudan Sistranaspada tataran nasional (Tataran Transportasi Nasional/Tatranas), yangselanjutnya disebut sebagai Cetak Biru Pembangunan Sistranas padaTatranas, memuat arah pengembangan jaringan pelayanan dan jaringanprasarana transportasi secara terpadu dan seirnbang dari semua modatransportasi (jalan, sungai, danau, penyeberangan, kereta api, laut dan udara)yang menghubungkan simpul-simpul kegiatan strategis nasional.
Keterpaduan jaringan prasarana transportasi sebagaimana diamanatkandalam undang-undang transportasi, digambarkan dalam rencana induk atautatanan masing-masing moda transportasi. Pada tataran nasional,pengembangan prasarana transportasi mengacu pada berbagai rencanainduk yaitu Rencana Induk LLAJ Nasional, Rencana Induk PerkeretaapianNasional, Tatanan Kepelabuhanan Nasional dan Tatanan KebandarudaraanNasional.
Transportasi antarmoda/multimoda merupakan salah satu wujud keterpaduanpelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan prasarana dalam rangkakelancaran arus barang dan mobilitas orang. Transportasi pada dasarnyadapat berfungsi sebagai unsur penunjang (servicing function) dan sebagaiunsur pendorong (promoting function). Fungsi penunjang untuk kegiatansektor lain pada wilayah yang telah berkembang dan bersifat komersial sertasebagai unsur pendorong bagi daerah yang belum berkembang atau tertinggaldan bersifat keperintisan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Pelayanan transportasi antarmoda/multimoda baik untuk jaringan pelayananpada daerah yang telah berkembang maupun wilayah perintis, dikembangkanguna mewujudkan pelayanan one stop service yang didukung oleh sisteminformasi yang handal. Untuk mewujudkan pelayanan transportasi yang efektifdan efisien didasarkan pada 14 indikator Sistranas yaitu selamat, aksesibilitastinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, Iancar, cepat, mudah dicapai,tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi, bebanpublik rendah dan utilitas tinggi serta indikator Single Seamless Services(SSS) yaitu single operator, single document dan single tariff untuk angkutanbarang serta single ticket untuk angkutan penumpang.
Secara lengkap, alur pikir pengembangan transportasi antarmoda/multimodayang telah diuraikan di atas diilustrasikan dalam Gambar 2.6.
Sumber: PerMenHub No. KM 15 Tahun 2010 Tentang Cetak Biru TransportasiAntarmoda/Multimoda Tahun 2010-2030
Gambar 2.6. Alur Pikir Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Visi transportasi antarmoda/multimoda menggambarkan suatu kondisi yangdiharapkan dapat dicapai dalarn penyelenggaraan transportasiantarmoda/multimoda pada masa yang akan datang. Pada tahun 2030transportasi antarmoda/multimoda 2030 diharapkan mampu mendukungkelancaran arus barang dan mobilitas orang sehingga tercapai efisiensi danefektivitas dalam kegiatan ekonomi dan masyarakat.
Berdasarkan pertirnbangan di atas, maka dapat dirumuskan visi transportasiantarmoda/multimoda tahun 2030 adalah “Arus Barang dan Mobilitas OrangEfektif dan Efisien”.
Misi transportasi antarmoda/multimoda merupakan upaya yang dilaksanakanagar tercapai visi transportasi antarrnodajrnultirnoda yaitu arus barang danmobilitas orang yang efektif dan efisien. Adapun misi tersebut adalah:
a) Mewujudkan kelancaran arus barang.
b) Mewujudkan kelancaran mobilitas orang.
Tujuan yang ingin dicapai dari terwujudnya visi dan misi transportasiantarrnoda/multirnoda adalah:
a) Menekan lamanya waktu pelayanan pada simpul moda transportasi.
b) Menurunkan biaya pelayanan transportasi pada sirnpul moda transportasi.
c) Meningkatkan kelancaran arus barang dan mobilitas orang pada kotametropolitan.
d) Meningkatkan aksesibilitas rnasyarakat dari dan ke daerah tertinggal.
3) Strategi Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda
Strategi pengembangan transportasi antarmoda/multimoda merupakan upayayang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan yang ditetapkan dalammendukung terwujudnya kelancaran arus barang dan mobilitas orang. Adapunstrategi dari kebijakan mewujudkan kelancaran arus barang adalah sebagaiberikut:
a) Meningkatnya kualitas badan usaha angkutan multimoda
b) Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasilaut
c) Meningkatnya keterpaduan jaringan prasarana pada simpul transportasiudara
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
d) Meningkatnya aksesibilitas transportasi pada daerah tertinggal.
4) Program Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda
Program pengembangan transportasi antarmoda/multimoda disusun gunamewujudkan setiap strategi yang telah ditetapkan dalam mendukungkebijakan, misi dan visi pengembangan transportasi antarmoda/multimoda.
2.5 JARINGAN TRANSPORTASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2005 TentangSistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), bahwa jaringan transportasidiklasifikasikan menjadi: Transportasi Antarmoda, Transportasi Jalan,Transportasi Kereta Api, Transportasi Sungai dan Danau, TransportasiPenyeberangan, Transportasi Laut, Transportasi Udara, dan Transportasi Pipa.
a. Transportasi Antarmoda
1) Jaringan Pelayanan
Jaringan pelayanan transportasi antarmoda adalah pelayanan transportasiantarmoda perkotaan, transportasi antarmoda antarkota, dan transportasiantarmoda luar negeri.
2) Jaringan Prasarana
Keterpaduan jaringan prasarana transportasi antarmoda diwujudkandalam bentuk interkoneksi antarfasilitas dalam terminal transportasiantarmoda, yaitu simpul transportasi yang berfungsi sebagai titik temuantarmoda transportasi yang terlibat, yang memfasilitasi kegiatan alihmuat, yang dari aspek tatanan fasilitas, fungsional, dan operasional,mampu memberikan pelayanan antarmoda secara berkesinambungan.
b. Transportasi Jalan
1) Jaringan Pelayanan
Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dikelompokkanmenurut wilayah pelayanan, operasi pelayanan, dan perannya.
Menurut wilayah pelayanannya, angkutan penumpang dengan kendaraanumum, terdiri dari angkutan lintas batas negara, angkutan antarkotaantarpropinsi, angkutan kota, angkutan perdesaan, angkutan perbatasan,angkutan khusus, angkutan taksi, angkutan sewa, angkutan pariwisatadan angkutan lingkungan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Menurut sifat operasi pelayanannya, angkutan penumpang dengankendaraan umum di atas dapat dilaksanakan dalam trayek dan tidakdalam trayek.
Angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek yaitu:
a) Angkutan lintas batas negara, angkutan dari satu kota ke kota lainyang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil busumum yang terkait dalam trayek;
b) Angkutan antarkota antarpropinsi (AKAP), angkutan dari satu kota kekota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebihdari satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yangterikat dalam trayek;
c) Angkutan antarkota dalam propinsi (AKDP), angkutan dari satu kotake kota lain yang melalui antardaerah kabupaten/kota dalam satudaerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikatdalam trayek;
d) Angkutan kota, angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satudaerah kota atau wilayah ibukota kabupaten dengan menggunakanmobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalamtrayek;
e) Angkutan perdesaan, angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalamsatu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yangberada pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakanmobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalamtrayek;
f ) Angkutan perbatasan, angkutan kota atau angkutan perdesaan yangmemasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung padakabupaten atau kota lainnya baik yang melalui satu propinsi maupunlebih dari satu propinsi;
g) Angkutan khusus, angkutan yang mempunyai asal dan/atau tujuantetap, yang melayani antarjemput penumpang umum, antarjemputkaryawan, permukiman, dan simpul yang berbeda.
Sedangkan untuk angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalamtrayek yaitu :
a) Angkutan taksi, angkutan dengan menggunakan mobil penumpangumum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometeryang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasiterbatas;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
b) Angkutan sewa, angkutan dengan menggunakan mobil penumpangumum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dengan atau tanpapengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas;
c) Angkutan pariwisata, angkutan dengan menggunakan bis umum yangdilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan pariwisataatau keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek, sepertiuntuk keperluan keluarga dan sosial lainnya;
d) Angkutan lingkungan, angkutan dengan menggunakan mobilpenumpang yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas padakawasan tertentu.
Pelayanan angkutan barang dengan kendaraan umum tidak dibatasiwilayah pelayanannya. Demi keselamatan, keamanan, ketertiban, dankelancaran lalu lintas dan angkutan jalan dapat ditetapkan jaringan lintasuntuk mobil barang tertentu, baik kendaraan umum maupun kendaraanbukan umum. Dengan ditetapkan jaringan lintas untuk mobil barang yangbersangkutan, maka mobil barang dimaksud hanya diijinkan melaluilintasannya, misalnya mobil barang pengangkut petikemas, mobil barangpengangkut bahan berbahaya dan beracun, dan mobil barang pengangkutalat berat.
2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi jalan terdiri dari simpul yang berwujudterminal penumpang dan terminal barang, dan ruang lalu lintas. Terminalpenumpang menurut wilayah pelayanannya dikelompokkan menjadi:
a) Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umumuntuk angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota antarpropinsi,antarkota dalam propinsi, angkutan kota, dan angkutan perdesaan;
b) Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umumuntuk angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan kota, danangkutan perdesaan;
c) terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umumuntuk angkutan perdesaan.
Selanjutnya masing-masing tipe tersebut dapat dibagi dalam beberapakelas sesuai dengan kapasitas terminal dan volume kendaraan umumyang dilayani.
fungsi pelayanan penyebaran/distribusi menjadi :
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
a) Terminal utama, berfungsi melayani penyebaran antarpusat kegiatannasional, dari pusat kegiatan wilayah ke pusat kegiatan nasional, sertaperpindahan antarmoda;
b) Terminal penumpang, berfungsi melayani penyebaran antarpusatkegiatan wilayah, dari pusat kegiatan lokal ke pusat kegiatan wilayah;
c) Terminal lokal, berfungsi melayani penyebaran antarpusat kegiatanlokal.
Jaringan jalan terdiri atas jaringan jalan primer dan jaringan jalansekunder. Jaringan jalan primer, merupakan jaringan jalan denganperanan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangansemua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpuljasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sedangkan Jaringanjalan sekunder, merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanandistribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan, jalanumum dibedakan atas fungsi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan.Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutanutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, danjumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan kolektor,merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpulatau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-ratasedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal, merupakan jalanumum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalananjarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidakdibatasi. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsimelayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dankecepatan rata-rata rendah.
Pembagian setiap ruas jalan pada jaringan jalan primer terdiri dari :
a) jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusatkegiatan nasional, atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusatkegiatan wilayah;
b) jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya gunaantarpusat kegiatan wilayah, atau menghubungkan antara pusatkegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal;
c) jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusatkegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusatkegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusatkegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
dengan pusat kegiatan lingkungan, dan antarpusat kegiatanlingkungan.
d) jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan didalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasanperdesaan.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistemjaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota propinsi, danjalan strategis nasional, serta jalan tol.
Jalan propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalanprimer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukotakabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategispropinsi.
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primeryang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi, yangmenghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, atauantaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan PKL, antar-PKL, sertajalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayahkabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yangmenghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkanpusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, sertamenghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan danatau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Jalan dibagi dalam beberapa kelas didasarkan pada kebutuhantransportasi, pemilihan moda transportasi yang sesuai karakteristikmasing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor,muatan sumbu terberat kendaraan bermotor, serta konstruksi jalan.Pembagian kelas jalan dimaksud, meliputi jalan kelas I, kelas II, kelas IIIA, kelas III B, dan kelas III C.
Dilihat dari aspek pengusahaannya, jalan umum dikelompokkan menjadijalan tol yang kepada pemakainya dikenakan pungutan dan merupakanalternatif dari jalan umum yang ada, dan jalan bukan tol.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jaringan pelayanan transportasi kereta api dibedakan menjadi jaringanpelayanan transportasi kereta api antarkota dan perkotaan. Jaringanpelayanan angkutan antarkota terdiri atas:
a) lintas utama berfungsi melayani angkutan jarak jauh atau sedang yangmenghubungkan antarstasiun, dan berfungsi sebagai pengumpul yangditetapkan untuk melayani lintas utama;
b) lintas cabang berfungsi melayani angkutan jarak sedang atau dekatyang menghubungkan antara stasiun yang berfungsi sebagaipengumpan dengan stasiun yang berfungsi sebagai pengumpul atauantarstasiun yang berfungsi sebagai pengumpan yang ditetapkanuntuk melayani lintas cabang.
Menurut sifat barang yang diangkut, pengangkutan barang dengan keretaapi dikelompokkan menjadi:
a) angkutan barang dengan cara umum: pelayanan angkutan untukberbagai jenis barang yang dilayani dengan menggunakan gerbongatau kereta bagasi dengan syarat-syarat umum angkutan barang;
b) angkutan barang dengan cara khusus: pelayanan angkutan hanyauntuk sejenis komoditi tertentu dengan menggunakan gerbong ataukereta bagasi dengan syarat-syarat khusus, seperti angkutan pupuk,minyak, batu bara, hewan dan lain sebagainya.
2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi kereta api terdiri dari simpul yangberwujud stasiun, dan ruang lalu lintas. Stasiun mempunyai fungsi yangsama dengan simpul moda transportasi lainnya yaitu sebagai tempatuntuk menaikkan dan menurunkan penumpang, memuat danmembongkar barang, mengatur perjalanan kereta api, serta perpindahanintramoda dan atau antarmoda.
Stasiun dapat dikelompokkan menurut:
a) Fungsinya, dapat dibedakan menjadi stasiun penumpang dan stasiunbarang. Stasiun penumpang pada umumnya dapat juga berfungsiuntuk melayani angkutan barang namun bersifat terbatas, sedangkanstasiun barang hanya khusus melayani angkutan barang. Stasiuntersebut dapat dibagi menjadi stasiun pengumpul dan pengumpan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
serta dalam beberapa kelas sesuai dengan lokasi kebutuhanoperasional, dan pengusahaannya.
b) Pengelolaannya, dikelompokkan menjadi stasiun umum dan stasiunkhusus. Stasiun umum adalah stasiun yang digunakan untuk melayanikepentingan umum baik untuk angkutan penumpang maupun barang,sedangkan stasiun khusus adalah stasiun yang dimiliki/dikuasai badanusaha tertentu yang hanya digunakan untuk menunjang kegiatan yangbersangkutan.
Ruang lalu lintas pada transportasi kereta api berupa jalur kereta api yangdiperuntukkan bagi gerak lokomotif, kereta dan gerbong. Jalur kereta apidimaksud dapat dikelompokkan menurut kepemilikan danpenyelenggaraannya. Menurut kepemilikan dan penyelenggaraannya,jalur kereta api dikelompokkan menjadi jalur kereta api umum dan jalurkereta api khusus. Jalur kereta api umum adalah jalur kereta api yangdigunakan untuk melayani kepentingan umum baik untuk angkutanpenumpang maupun barang, sedangkan jalur kereta api khusus adalahjalur kereta api yang digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentuuntuk kepentingan sendiri.
d. Transportasi Sungai dan Danau
1) Jaringan Pelayanan
Pelayanan transportasi sungai dan danau untuk angkutan penumpangdan barang dilakukan dalam trayek tetap teratur, dan trayek tidak tetapdan tidak teratur.
2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi sungai dan danau terdiri dari simpul yangberwujud pelabuhan sungai dan danau, dan ruang lalu lintas yangberwujud alur pelayaran. Pelabuhan sungai dan danau menurut peran danfungsinya terdiri dari pelabuhan sungai dan danau yang melayaniangkutan antarpropinsi, pelabuhan sungai dan danau yang melayaniangkutan antarkabupaten/kota dalam propinsi, serta pelabuhan sungaidan danau yang melayani angkutan dalam kabupaten/kota.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jaringan pelayanan penyeberangan, yang disebut lintas penyeberangan,menurut fungsinya terdiri dari: lintas penyeberangan antarnegara, yaituyang menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan atau jaringan jalurkereta api antarnegara; lintas penyeberangan antarpropinsi, yaitu yangmenghubungkan simpul pada jaringan jalan dan atau jaringan jalur keretaapi antarpropinsi; lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalampropinsi, yaitu yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan ataujaringan jalur kereta api antarkabupaten/kota dalam propinsi; lintaspenyeberangan dalam kabupaten/kota, yaitu yang menghubungkansimpul pada jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api dalamkabupaten/kota.
2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi penyeberangan terdiri dari simpul yangberwujud pelabuhan penyeberangan dan ruang lalu lintas yang berwujudalur penyeberangan.
Hirarki pelabuhan penyeberangan berdasarkan peran dan fungsinyadikelompokkan menjadi:
a) pelabuhan penyeberangan lintas propinsi dan antar negara, yaitupelabuhan penyeberangan yang melayani lintas propinsi danantarnegara;
b) pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota, yaitu pelabuhanpenyeberangan yang melayani lintas kabupaten/kota;
c) pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten yaitu pelabuhanpenyeberangan yang melayani lintas dalam kabupaten/kota.
f. Transportasi Laut
1) Jaringan Pelayanan
Jaringan pelayanan transportasi laut berupa trayek dibedakan menurutkegiatan dan sifat pelayanannya. Berdasarkan kegiatannya, jaringan(trayek) transportasi laut terdiri dari jaringan trayek transportasi laut dalamnegeri dan jaringan trayek transportasi laut luar negeri.
Jaringan trayek transportasi laut dalam negeri terdiri dari:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
a) jaringan trayek transportasi laut utama yang menghubungkanantarpelabuhan yang berfungsi sebagai pusat akumulasi dandistribusi;
b) jaringan trayek transportasi laut pengumpan yaitu yangmenghubungkan pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat akumulasidan distribusi dengan pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai pusatakumulasi dan distribusi. Disamping itu, trayek ini jugamenghubungkan pelabuhan-pelabuhan yang bukan berfungsi sebagaipusat akumulasi dan distribusi.
Berdasarkan fungsi pelayanan transportasi laut sebagai ship follow thetrade dan ship promote the trade, jaringan trayek transportasi laut dibagimenjadi pelayanan komersial dan nonkomersial (perintis).
Jaringan trayek transportasi laut tersebut di atas ditetapkan denganmemperhatikan pengembangan pusat industri, perdagangan danpariwisata, pengembangan daerah, keterpaduan intra dan antarmodatransportasi.
Berdasarkan sifat pelayanannya jaringan pelayanan transportasi lautterdiri atas:
a) jaringan pelayanan transportasi laut tetap dan teratur yaitu jaringanpelayanan dengan trayek dan jadwal yang telah ditetapkan;
b) jaringan pelayanan transportasi laut tidak tetap dan tidak teratur yaitujaringan pelayanan dengan trayek dan jadwal yang tidak ditetapkan.
2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujudpelabuhan laut dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran.Pelabuhan laut dibedakan berdasarkan peran, fungsi dan klasifikasi sertajenis.
Berdasarkan jenisnya pelabuhan dibedakan atas:
a) pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umumperdagangan luar negeri dan dalam negeri sesuai ketetapanpemerintah dan mempunyai fasilitas karantina, imigrasi, bea cukai,penjagaan dan penyelamatan;
b) pelabuhan khusus yang digunakan untuk melayani kepentingansendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
Hirarki berdasarkan peran dan fungsi pelabuhan laut terdiri dari :
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
a) pelabuhan internasional hub (utama primer) adalah pelabuhan utamayang memiliki peran dan fungsi melayani kegiatan dan alih muatpenumpang dan barang internasional dalam volume besar karenakedekatan dengan pasar dan jalur pelayaran internasional sertaberdekatan dengan jalur laut kepulauan Indonesia;
b) pelabuhan internasional (utama sekunder) adalah pelabuhan utamayang memiliki peran dan fungsi melayani kegiatan dan alih muatpenumpang dan barang nasional dalam volume yang relatif besarkarena kedekatan dengan jalur pelayaran nasional dan internasionalserta mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan internasionallainnya;
c) pelabuhan nasional (utama tersier) adalah pelabuhan utama memilikiperan dan fungsi melayani kegiatan dan alih muat penumpang danbarang nasional dan bisa menangani semi kontainer dengan volumebongkar sedang dengan memperhatikan kebijakan pemerintah dalampemerataan pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhanwilayah, mempunyai jarak tertentu dengan jalur/rute lintas pelayarannasional dan antarpulau serta dekat dengan pusat pertumbuhanwilayah ibukota kabupaten/kota dan kawasan pertumbuhan nasional.
d) pelabuhan regional adalah pelabuhan pengumpan primer yangberfungsi khususnya untuk melayani kegiatan dan alih muat angkutanlaut dalam jumlah kecil dan jangkauan pelayanan antarkabupaten/kotaserta merupakan pengumpan kepada pelabuhan utama;
e) pelabuhan lokal adalah pelabuhan pengumpan sekunder yangberfungsi khususnya untuk melayani kegiatan angkutan laut dalamjumlah kecil dan jangkauan pelayanannya antarkecamatan dalamkabupaten/kota serta merupakan pengumpan kepada pelabuhanutama dan pelabuhan regional.
Berdasarkan peran dan fungsi pelabuhan khusus yang bersifat nasional,terdiri dari pelabuhan khusus nasional/internasional yang melayanikegiatan bongkar muat pelayanan yang bersifat lintas propinsi daninternasional.
Berdasarkan jangkauan pelayarannya pelabuhan dapat ditetapkansebagai pelabuhan yang terbuka dan tidak terbuka untuk perdaganganluar negeri.
Penyelenggaraan pelabuhan umum dapat dibedakan atas pelabuhanumum yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan ataupenyelenggaraannya dilimpahkan pada BUMN, dan pelabuhan umum
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
yang diselenggarakan oleh pemerintah propinsi dan kabupaten/kota danatau yang penyelenggaraannya dilimpahkan pada BUMD.
Ruang lalu lintas laut (seaways) adalah bagian dari ruang perairan yangditetapkan untuk melayani kapal laut yang berlayar atau berolah gerakpada satu lokasi/pelabuhan atau dari suatu lokasi/pelabuhan menuju kelokasi/pelabuhan lainnya melalui arah dan posisi tertentu.
Alur pelayaran adalah bagian dari ruang lalu lintas laut yang alamimaupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaranlainnya dianggap aman untuk dilayari. Alur pelayaran dicantumkan dalampeta laut dan buku petunjuk pelayaran serta diumumkan oleh instansiyang berwenang.
Berdasarkan fungsi ruang lalu lintas laut dikelompokkan atas:
a) ruang lalu lintas laut dimana pada lokasi tersebut instruksi secarapositif diberikan dari pemandu (sea traffic controller) kepada nakhoda,contoh: alur masuk pelabuhan, daerah labuh/anchorage area, kolampelabuhan, daerah bandar dan sebagainya;
b) ruang lalu lintas laut dimana pada lokasi tersebut hanya diberikaninformasi tentang lalu lintas yang diperlukan meliputi antara laininformasi tentang cuaca, kedalaman, pasang surut, arus, gelombangdan lainlain.
Alur pelayaran terdiri dari alur pelayaran internasional dan alur pelayarandalam negeri serta alur laut kepulauan, untuk perlintasan yang sifatnyaterus menerus, langsung dan secepatnya bagi kapal asing yang melaluiperairan Indonesia (innoncent passages), seperti Selat Lombok-SelatMakassar, Selat Sunda-Selat Karimata, Laut Sawu-Laut Banda-LautMaluku, Laut Timor-Laut Banda-Laut Maluku, yang ditetapkan denganmemperhatikan faktor-faktor pertahanan keamanan, keselamatanberlayar, rute yang biasanya digunakan untuk pelayaran internasional,tata ruang kelautan, konservasi sumber daya alam dan lingkungan, danjaringan kabel/pipa dasar laut serta rekomendasi organisasi internasionalyang berwenang.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jaringan pelayanan transportasi udara merupakan kumpulan rutepenerbangan yang melayani kegiatan transportasi udara dengan jadwaldan frekuensi yang sudah tertentu.
Berdasarkan wilayah pelayanannya, rute penerbangan dibagi menjadi rutepenerbangan dalam negeri dan rute penerbangan luar negeri. Jaringanpenerbangan dalam negeri dan luar negeri merupakan suatu kesatuandan terintegrasi dengan jaringan transportasi darat dan laut.
Berdasarkan hirarki pelayanannya, rute penerbangan terdiri atas rutepenerbangan utama, pengumpan dan perintis.
a) rute utama yaitu rute yang menghubungkan antarbandar udara pusatpenyebaran;
b) rute pengumpan yaitu rute yang menghubungkan antara bandar udarapusat penyebaran dengan bandar udara yang bukan pusatpenyebaran, dan/atau antarbandar udara bukan pusat penyebaran;
c) rute perintis yaitu rute yang menghubungkan bandar udara bukanpusat penyebaran dengan bandar udara bukan pusat penyebaranyang terletak pada daerah terisolasi/tertinggal.
Berdasarkan fungsi pelayanan transportasi udara sebagai ship follow thetrade dan ship promote the trade, jaringan pelayanan transportasi udaradibagi menjadi pelayanan komersial dan non komersial (perintis).
Kegiatan transportasi udara terdiri atas: angkutan udara niaga yaituangkutan udara untuk umum dengan menarik bayaran, dan angkutanudara bukan niaga yaitu kegiatan angkutan udara untuk memenuhikebutuhan sendiri dan kegiatan pokoknya bukan di bidang angkutanudara.
Sebagai tulang punggung transportasi udara adalah angkutan udara niagaberjadwal, sebagai penunjang adalah angkutan udara niaga tidakberjadwal, sedang pelengkap adalah angkutan udara bukan niaga.
Kegiatan angkutan udara niaga berjadwal melayani rute penerbangandalam negeri dan atau penerbangan luar negeri secara tetap dan teratur,sedangkan kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal tidak terikatpada rute penerbangan yang tetap dan teratur.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jaringan prasarana transportasi udara terdiri dari bandar udara, yangberfungsi sebagai simpul, dan ruang udara yang berfungsi sebagai ruanglalu lintas udara.
Bandar udara dibedakan berdasarkan fungsi, penggunaan, klasifikasi,status dan penyelenggaraannya serta kegiatannya.
Berdasarkan hirarki fungsinya bandar udara dikelompokkan menjadibandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan pusatpenyebaran.
Berdasarkan penggunaannya, bandar udara dikelompokkan menjadi:
a) bandar udara yang terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dariluar negeri;
b) bandar udara yang tidak terbuka untuk melayani angkutan udarake/dari luar negeri.
Berdasarkan statusnya, bandar udara dikelompokkan menjadi:
a) bandar udara umum yang digunakan untuk melayani kepentinganumum;
b) bandar udara khusus yang digunakan untuk melayani kepentingansendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
Berdasarkan penyelenggaraannya bandar udara dibedakan atas:
a) bandar udara umum yang diselenggarakan oleh pemerintah,pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota atau badan usahakebandarudaraan. Badan usaha kebandarudaraan dapatmengikutsertakan pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/ kotadan badan hukum Indonesia melalui kerja sama, namun kerja samadengan pemerintah propinsi dan atau kabupaten/kota harus kerjasama menyeluruh.
b) bandar udara khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah,pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan badan hukumIndonesia.
Berdasarkan kegiatannya bandar udara terdiri dari bandar udara yangmelayani kegiatan:
a) pendaratan dan lepas landas pesawat udara untuk melayani kegiatanangkutan udara;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
b) pendaratan dan lepas landas helikopter untuk melayani angkutanudara.
Bandar udara untuk pendaratan dan lepas landas helikopter untukmelayani kepentingan angkutan udara disebut heliport, helipad, danhelideck.
Berdasarkan fungsinya ruang udara dikelompokkan atas:
a) controlled airspace yaitu ruang udara yang ditetapkan batas-batasnya,yang didalamnya diberikan instruksi secara positif dari pemandu (airtraffic controller) kepada penerbang (contoh: control area, approachcontrol area, aerodrome control area);
b) uncontrolled airspace yaitu ruang lalu lintas udara yang di dalamnyahanya diberikan informasi tentang lalu lintas yang diperlukan(essential traffic information).
Ruang lalu lintas udara disusun dengan menggunakan prinsip jarakterpendek untuk memperoleh biaya terendah dengan tetapmemperhatikan aspek keselamatan penerbangan.
h. Transportasi Pipa
Jaringan transportasi pipa terdiri atas :
1) Jaringan transportasi pipa lokal untuk menunjang proses produksi dandistribusi di daerah industri;
2) Jaringan transportasi pipa regional yang berfungsi sebagai pendukungproses produksi dan distribusi di dalam propinsi;
3) Jaringan transportasi pipa nasional dan antar negara yang berfungsisebagai pendukung proses produksi dan distribusi lintas propinsi danlintas batas negara.
Didalam penggelaran jaringan pipa harus memperhatikan persyaratankeamanan, keselamatan dan kelestarian lingkungan.
2.6 PENYUSUNAN TATANAN MAKRO STRATEGIS PERHUBUNGAN PADASKALA LOKAL KABUPATEN / KOTA (TATRALOK)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 TentangPedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan,
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Bab IV Tentang Tanggung Jawab Pelaksanaan Tugas Perencanaan, disebutkanbahwa Proses Penyusunan Tatanan Makro Strategis Perhubungan pada SkalaLokal Kabupaten/Kota (Tatralok) dari awal penetapan pokok-pokok pikiran hinggamempunyai dasar legalitas melalui tahapan penyelesaian sebagai berikut:
1. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) dilaksanakan olehBupati/Walikota c.q. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota denganmelibatkan instansi terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota yangbersangkutan;
2. Konsep Tatralok dimaksud diajukan oleh Kepala Dinas PerhubunganKabupaten/Kota kepada Bupati/ Walikota;
3. Konsep Tatralok dimaksud sebelum diajukan kepada Bupati/Walikota, terlebihdahulu dilakukan koordinasi/konsultasi dengan Dinas Perhubungan Propinsiyang mengkoordinasikan pembahasan bersama Sekretariat Jenderal Dephubdan Badan Litbang, instansi di daerah kabupaten/kota yang terkait, antaralain: (instansi yang menangani bidang tata ruang, dan bidang-bidang lainnya),perguruan tinggi, serta mitra kerja dan asosiasi penyedia jasa transportasiuntuk penyempurnaan materi;
4. Hasil koordinasi/konsultasi atau tanggapan tertulis dari pihak-pihaksebagaimana tersebut di atas, dibahas Kepala Dinas/bidang urusan sektorperhubungan Perhubungan Kabupaten/Kota dengan melibatkan instansiterkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat;
5. Laporan hasil pembahasan diajukan oleh Kepala Dinas PerhubunganKabupaten/Kota untuk mendapatkan pengesahan dari Bupati/Walikota denganterlebih dahulu mendapatkan rekomendasi Gubernur. Apabila dipandang perludilakukan penyempurnaan substansial, maka penyempurnaan dimaksuddilakukan dengan tahapan sebagaimana butir 1 sampai dengan 4.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, maka jelaslah bahwa peran KementerianPerhubungan dalam penyusunan Tatralok adalah membantu Pemerintah Daerah.Secara kuantitatif, distribusi peranan pemerintah pusat dan pemerintah daerahdiperkirakan 40% banding 60%.
2.7 PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonominasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut MasterplanPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategiutama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakannasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), SistemTransportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN),Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agardapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu.
Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian darikonektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasionalperlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusatperekonomian regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saingnasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dariketerhubungan regional dan global/internasional.
Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan kapabilitas suatu bangsa dalammengelola mobilitas yang mencakup 5 (lima) unsur sebagai berikut:
1. Personel/penumpang, yang menyangkut pengelolaan lalu lintas manusia di,dari dan ke wilayah.
2. Material/barang abiotik (physical and chemical materials) yang menyangkutmobilitas komoditi industri dan hasil industri.
3. Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu lintas unsur mahluk hidup diluar manusia seperti ternak, Bio Toxins, Veral, Serum, Verum, Seeds, Bio-Plasma, BioGen, Bioweapon1.
4. Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas teknologi, sumber dayamanusia dan modal pembangunan bagi wilayah.
5. Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi untuk kepentinganpembangunan wilayah yang saat ini sangat terkait dengan penguasaanteknologi informasi dan komunikasi.
Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur tersebut diatas akanmeningkatkan kemampuan nasional dalam mempercepat dan memperluaspembangunan dan mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UUNo. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional2005 – 2025.
Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untukmemaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukankeseragaman, melalui inter-modal supply chains systems.
2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas daripusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).
3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusifdan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar kedaerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataanpembangunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponenkonektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu.Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitas secaranasional (Gambar 2.7), yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS);(b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS); (c) Pengembangan Wilayah(RPJMN dan RTRWN); (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namundilakukan secara terpisah. Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasionalberupaya untuk mengintegrasikan keempat komponen tersebut.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.7. Komponen Konektivitas Nasional
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebutkemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘Terintegrasi Secara Lokal,Terhubung Secara Global (Locally Integrated, Globally Connected)’, sepertiyang terlihat pada Gambar 2.8
Yang dimaksud Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem konektivitasuntuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasisecara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukanintegrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi,komunikasi dan informasi serta logistik.
Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusidan kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringantransportasi dan pelayanan sarana inter-moda transportasi yang terhubung secaraefisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikanuntuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatanperdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.8. Visi Konektivitas Nasional
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harusdapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantaumelalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan,penyimpanan/ pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barangsesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendakiprodusen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan(destination).
Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukanseluruh wilayah Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusifdan berkeadilan serta dapat mendorong pemerataan antar daerah. Sedangkanyang dimaksud globally connected adalah sistem konektivitas nasional yangefektif dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistemkonektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan danbandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dantrade/industry facilitation.
Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannyadengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visitersebut. Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan penguatan konektivitassecara terintegrasi antara pusatpusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi danjuga antar koridor ekonomi, serta keterhubungan secara internasional terutamauntuk memperlancar perdagangan internasional maupun sebagai pintu masukbagi para wisatawan mancanegara. (Gambar 2.9).
Dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan beberapa prinsip utama sebagaiberikut: (1) meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi, (2)menurunkan biaya logistik, (3) mengurangi ekonomi biaya tinggi, (4) mewujudkanakses yang merata di seluruh wilayah, dan (5) mewujudkan sinergi antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Dalam konteks ini akan dilakukan pembangunan Kawasan Perhatian Investasi(KPI) dengan tujuan membangun pusat perhatian baru. KPI juga ditujukan untukmempermudah integrasi dengan kegiatan-kegiatan yang terkait infrastruktur,sumber daya manusia (SDM), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sertaregulasi. Dimana Sentra produksi adalah 1 (satu) kegiatan investasi dalam lokasitertentu. KPI merupakan satu atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiataninvestasi yang beraglomerasi di area yang berdekatan, seperti yang terlihat padaGambar 2.10.
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
Gambar 2.10. Integrasi KPI
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) PropinsiMaluku Utara (Malut) yang diolah oleh Bank Indonesia (BI), dinyatakan bahwapertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga padatingkat yang baik, dan cenderung meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulansebelumnya (lihat Gambar 2.11). Konsumsi masyarakat yang terdiri atas konsumsirumah tangga dan konsumsi lembaga swasta tumbuh 8,32% (yoy), lebih tinggidibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,03% (yoy).Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan konsumsi adalah faktor musimankegiatan akhir tahun seperti natal dan tahun baru, serta pelaksanaan haji.
Hal tersebut menjadi dasar pemikiran bahwa perlunya disusun TataranTransportasi Lokal (Tatralok) di Propinsi Maluku Utara guna mendukung danmeningkatkan PDRB Propinsi Maluku Utara. Selain itu, berdasarkan KPI dan nilaiinvestasi riil di koridor ekonomi Maluku –Papua, khususnya yang ada di PropinsiMaluku Utara terdapat nilai investasi sebesar Rp.125,5 triliun di wilayahHalmahera dan nilai investasi sebesar Rp.30,4 Triliun di wilayah Morotai, sepertiyang terlihat pada Gambar 2.12 dan Tabel 2.1.
Sumber: BPS Prov Malut, diolah BI
Gambar 2.11. Perkembangan PDRB Riil Sektor Konsumsi
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
Gambar 2.12. KPI dan Nilai Investasi Sektor Riil
Tabel 2.1. KPI Prioritas Sektor Riil
NOKPI NAMA KPI NILAI INVESTASI
1 Merauke (MIFEE) 57,7 T
2 Timika 160,9 T
3 Halmahera 125,5 T
4 Bintuni 108 T
5 Morotai 30,4 T
6 Ambon 10,3T
7 Nabire 764 M
8 Manokwari 784 M
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
KPI Prioritas
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Atas dasar itulah maka perlu dilakukannya kegiatan Penelitian PenyusunanTataran Transportasi Lokal Kabupaten/Kota di Propinsi Maluku Utara dengankerangka pemikiran studi sebagai berikut:
Kajian Literatur yang diperoleh dari berbagai sumber penelitian, baik berupatext book, jurnal penelitian, dan sumber lainnya yang berasal dari internet,serta data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait, seperti KementerianPerhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Biro Pusat Statistik, BankIndonesia, Pemerintahan Propinsi Maluku Utara, dan lain-lain.
Metodologi studi yang akan diterapkan, meliputi pengumpulan data yang akandilakukan berkaitan dengan kegiatan ini, serta kuesioner yang akan digunakandalam penelitian.
Penjabaran gambaran umum wilayah studi yang meliputi kondisi sosio-ekonomi dan kondisi transportasi (sarana dan prasarana).
Penyusunan rencana kerja yang mencakup jadual kegiatan dan penugasantenaga ahli.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Untuk dapat melaksanakan seluruh lingkup kajian dalam konteks materi danwaktu yang disyaratkan, maka dalam pekerjaan Penelitian Penyusunan TataranTransportasi Lokal Kab/Kota disusun metodologi studi yang disajikan dalambentuk bagan alir (Gambar 3.1), dengan susunan tahapan pelaksanaan sebagaiberikut:
1) Tahap Persiapan, yang hasilnya disampaikan pada Laporan Pendahuluan,dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Identifikasi Masalah & Tujuan Studi
b) Identifikasi Pelayanan
c) Identifikasi Jaringan Pelayanan
d) Identifikasi Jaringan Prasarana Transportasi Terpadu.
Keempat identifikasi tersebut merupakan inisiasi studi, termasuk studi literaturdan peraturan perundangan yang berlaku.
2) Tahap Pengumpulan Data & Analisis Awal, yang hasilnya disampaikan padaLaporan Antara, dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Pengumpulan Data Primer & Sekunder, yang diawali dengan persiapansurvei.
b) Survei Pola Bangkitan & Tarikan
c) Survei Pergerakan Transportasi Luar & Dalam Kab/Kota
d) Survei Wawancara dan Survei Instansional untuk Laporan KegiatanSerupa Terdahulu (antara lain: tinjau ulang jaringan transportasi Propinsikhususnya pada wilayah studi, inventarisasi rencana umum dan teknis,kebijakan nasional dan daerah di wilayah studi).
e) Matriks Asal Tujuan, termasuk kompilasi data yang terkumpul.
f) Analisis Permintaan Transportasi, sebagai analisis awal dari analisisTatrawil dan Tatralok.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
g) Kajian Model Pengembangan Jaringan Transportasi Wilayah Kab/Kota,yang meliputi: Pemetaan potensi dan kendala Analisis wilayah Analisis teknis dan analisis normatif
3) Tahap Analisis, yang hasilnya disampaikan pada Laporan Akhir Sementara,dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Merumuskan Kebijakan Strategi dan Program Pengembangan JaringanPrasarana Pelayanan Transportasi
b) Merumuskan Alternatif Pengembangan Jaringan Transportasi
c) Menetapkan Prioritas dan Tahapan Pengembangan Jaringan Lokaldengan Kurun Waktu Tahun 2014, Tahun 2019, Tahun 2025 dan Tahun2030.
4) Tahap Penyempurnaan & Finalisasi, yang hasilnya disampaikan padaLaporan Akhir, dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Sistranas padaTatralok
b) Mengadakan FGD di Ibukota Kab/Kota untuk Mendapat MasukanAlternatif
c) Menyelenggarakan Seminar untuk Penyempurnaan Laporan Akhir danLegalitas Tatralok di Ibukota Propinsi.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Identifikasi Jaringan PrasaranaTransportasi Terpadu
Pengumpulan Data & InformasiPrimer & Sekunder
PemahamanRTRW
Kab/Kota
Survei PergerakanTransportasi Luar &
Dalam Kab/Kota
Survei Wawancara Survei Instansional untuk Laporan
Kegiatan Serupa Terdahulu
Pemantapan RTRW Kab/Kota
Analisis Potensi &Pengembangan Trans
Kajian Model Pengembangan JaringanTransportasi Wilayah Kab/Kota
Merumuskan Kebijakan Strategi danProgram Pengembangan JaringanPrasarana Pelayanan Transportasi
Merumuskan AlternatifPengembangan Jaringan
Transportasi
Menetapkan Prioritas dan Tahapan Pengembangan JaringanLokal dengan Kurun Waktu 2014, 2019, 2025, 2030
Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentangSistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
Mengadakan FGD di Ibukota Kab/Kotauntuk Mendapat Masukan Alternatif
Menyelenggarakan Seminar untuk Penyempurnaan FR &Legalitas Tatralok di Ibukota Propinsi
LAPORANPENDAHULUAN
Bulan 1
LAPORANANTARABulan 4
RANCANGANLAPORAN
AKHIRBulan 5
LAPORANAKHIRBulan 7
Identifikasi Masalah& Tujuan Studi
Program pengembangan transportasi di wilayah lokal kabupaten/kota,propinsi dan nasional efektif dan efisien sesuai dengan MP3EI
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Pengumpulan Data yang akan dilakukan berkaitan dengan kegiatan ini akandilakukan dengan cara survei data primer dan survei data sekunder. Kebutuhandata untuk kegiatan ini antara lain:
1) Data Kebijakan Transportasi Nasional, Regional, dan Lokal;
2) Data Demografi khususnya di Wilayah Studi;
3) Data Infrastruktur di Wilayah Studi;
4) Data Lingkungan dan Potensi Wilayah Studi;
5) Peta Topografi dan Geologi Wilayah Studi;
6) Data Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kab/Kota di Wilayah Studi.
Adapun daftar kebutuhan data dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Data yang DibutuhkanAspek Data yang dibutuhkan Bentuk Dokumen Sumber
Sumber-sumber Pendapatan utamaPropinsi Maluku Utara
RPJM RPIJM
Bappeda
IndikatorSosial-Ekonomi
Data Kependudukan Propinsi MalukuUtara dan Kab/Kota
PDRB per Kab/Kota khususnya diwilayah studi
Propinsi MalukuUtara dalam angka
Data MonografiKab/Kota di wilayahstudi
BPS /Bappeda
RTRW RTRW Propinsi Maluku Utara Kebijakan mengenai pengembangan
wilayah Propinsi Maluku Utarakhususnya di wilayah studi
RTRW PropinsiMaluku Utara
Bappeda
Kondisi Fisik Peta Topografi di wilayah studi Peta Kondisi Geologi di wilayah studi Data Hidrologi di wilayah studi
Peta Topografi Peta Geologi Peta iklim dan DAS
BakorsurtanalDit. GeologiBMG
Jaringan Jaringan Jalan Transportasi Tatrawil Propinsi Dinas
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Program pengembangan Pertaniantanaman pangan dan perkebunan diwilayah studi
Renstra DinasPertanian Propinsidan Kab/Kota
Renstra DinasPerkebunan PropinsiMaluku Utara danKab/Kota
DinasPertanian danPerkebunan
KebijakanPerikanan
Fasilitas dan RencanaPengembangan fasilitas danpelabuhan Perikanan di wilayah studi
Renstra DinasKelautan danPerikanan PropinsiMaluku Utara
DinasKelautan danPerikanan
KebijakanPertambangan
Fasilitas dan rencana pengembangansektor pertambangan di wilayah studi
Renstra DinasPertambanganPropinsi MalukuUtara
DinasPertambang-an
Jaringan danlayananangkutanumum diwilayah studi
Jaringan trayek angkutan kota Biaya angkutan umum Jumlah dan jenis kendaraan angkut
MatriksTrayek/Jurusan dgnjumlah armada dantingkat keterisianpenumpang umumantar kota.
Trayek, Jenis, danJumlah AngkutanKota
Biaya Angkutan Kotasesuai jenis
Keterisian AngkutanKota dan Luar Kota
DinasPerhubungan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Secara detil, Gambar 3.2 menjelaskan proses pengumpulan dan pengolahan datadengan empat proses utama yaitu pengumpulan data dan informasi, selanjutnyaproses analisis dilanjutkan dengan formulasi rencana dan desain, dan terakhiradalah proses penyusunan rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasarkandungan dokumen studi ini. Secara fokus per kabupaten/kota, dapat dilihatpada Gambar 3.3.
Pada kelompok pengumpulan data dan informasi terdapat sembilan kelompokdata atau informasi yang merupakan kombinasi dari berbagai proses evaluasiberbagai sumber kebijakan, dokumen peraturan, dan hasil survei. Kesembilankelompok data dan informasi ini kemudian dianalisa dalam sembilan prosesanalisa yang kemudian dapat dijadikan sebagai dasar enam formula sebagaidasar rencana dan desain perencanaan dan pengaturan sektor transportasi diPropinsi Maluku Utara. Formulasi strategi yang didapat kemudian dijadikanrekomendasi atas tiga faktor utama yaitu berkenaan dengan strategi dan kegiatanpromosi, teknik dan proses perencanaan dan aspek pengelolaan jaringanpelayanan serta sarana dan prasarana transportasi di Propinsi Maluku Utara.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
Gambar 3.2. Metode Analisis Potensi dan Pengembangan Transportasi
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 3.3. Proses Pengembangan Jaringan Transportasi Kabupaten/Kota
3.2.2 Desain Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh peneliti untukmemperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasiatau dengan mengajukan pertanyaan dalam bentuk wawancara. Kuesioner yangdigunakan dalam kegiatan ini diarahkan pada penggalian data dan informasi yang
Rencana Tata Ruang Kab/Kota
Angkutan Penumpang
Perkiraan BangkitanPerjalanan Penumpang
Perkiraan Asal TujuanPerjalanan Orang
Pemilihan ModaTransportasi
Perencanaan Trayek/Rute Operasi Sarana
Rencana PelayananTransportasi
Rencana JaringanPelayanan Transportasi
Perkiraan Lalu-lintasSarana pada Prasarana
Rencana PengembanganJaringan Transportasi Ruang lalu-lintas (ways) Simpul (terminal)
Angkutan Barang
Perkiraan BangkitanPerjalanan Barang
Perkiraan Asal TujuanPerjalanan Barang
Pemilihan ModaTransportasi
Perencanaan Trayek/Rute Operasi Sarana
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
berkaitan dengan sistem transportasi di wilayah Propinsi Maluku Utara khususnyadi wilayah studi. Responden yang menjadi target kuesioner ini adalah orang-orangyang terkait dalam bidang pemerintahan Propinsi Maluku Utara khususnya diwilayah studi yang mengetahui keadaan sistem transportasi di Propinsi ini dankhususnya di wilayah studi tersebut.
Pada studi ini, kuesioner akan dirancang dengan menggunakan dua tipekuesioner, yaitu kuesioner tertutup (pilihan ganda) dan kuesioner terbuka.Kuesioner tertutup ini ditujukan kepada masyarakat umum (penggunatransportasi), sedangkan kuesioner terbuka ditujukan kepada para pejabat dariinstansi terkait.
Dengan menggunakan dua tipe kuesioner tersebut diharapkan dalam proseswawancara akan diperoleh data dan informasi yang beragam dan sangatmemungkinkan untuk menambah pertanyaan yang bertujuan untuk meningkatkankualitas data dan informasi yang diinginkan.
Dalam rangka pengembangan transportasi di Propinsi Maluku Utara termasukkota dan kabupatennya, maka diperlukan masukan dan usulan dan inspirasi dariaparatur, operator, akademisi, dan masyarakat pengguna, baik moda transportasidarat jalan, moda transportasi laut, dan moda transportasi udara, sertatransportasi menerus (pipa). Mohon kiranya usulan dan masukan tersebut dapatdisampaikan melalui kuesioner ini.
Kuesioner yang telah disusun sedemikian rupa dapat dilihat pada Lampiran 1.Adapun kuesioner ini masih bersifat draft (konsep) dan akan terus ditekuni untuklebih ditingkatkan lagi.
3.3 POLA PIKIR STUDI
Pola pikir pelaksanaan studi ini dikembangkan atas dasar latar belakang, maksuddan tujuan, sasaran dan lingkup studi yang disampaikan pada KAK (lihat Bab I).Untuk dapat menyusun suatu studi yang komprehensif maka perlu dipahamikonteks studi secara holistik yang menyangkut semua issue, aspek normatif,lingkungan strategis, dan semua elemen sistem yang terkait denganpengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara.
Diagram pola pikir umum studi ini secara garis besar disampaikan pada Gambar3.3. Dimulai dari review hasil studi terdahulu dalam dokumen perencanaaneksisting MP3EI, (RTRW Nasional/ Propinsi Maluku Utara), SISTRANAS/WIL,Renstra Propinsi Maluku Utara, dan studi terdahulu) sejumlah data eksisting sertarencana dan program eksisting dapat ditelusuri. Pemetaan terhadap peran
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
masing-masing stakeholders (Pemkab, Swasta, dan Masyarakat) dalamlingkungan strategis yang dikoridori oleh aspek normatif berupa peraturanperundangan yang berlaku merupakan langkah penting untuk dapat memahamikonteks, lingkup, serta identifikasi masalah yang dihadapi dalam pengembanganTatralok di Propinsi Maluku Utara.
Elaborasi hasil pemetaan peran serta kondisi obyektif dari sistem transportasiyang ada saat ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penyusunan strategiumum (grand strategy) pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara yangkomprehensif dan terpadu (antar moda, antar wilayah, antar stakeholders, dll.).Dalam strategi umum ini termaktub sejumlah program pokok (main programs)yang harus dijabarkan dalam tahapan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Sebagai goal/tujuan akhir dari semua kegiatan tersebut adalah terciptanya tujuanpengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara dalam jangka waktu yangdirencanakan dengan sejumlah kriteria atau karakteristik jaringan prasarana danjaringan pelayanan yang handal (efektif dan efisien), cepat, tertib, aman, lancar,dan terjangkau masyarakat.
Untuk mendukung semua proses pengembangan Tatralok di Propinsi Malukuutara, bagaimanapun juga diperlukan adanya kajian kuantitatif dan kualitatif yangdilengkapi oleh data-data terkait dengan pola permintaan perjalanan, kondisi dankinerja jaringan transportasi yang ada, konstelasi sosial-ekonomi yang ada, sertaprediksi perubahannya ke depan dalam lingkup situasi tantangan, peluang, danhambatan yang berkembang dari waktu ke waktu.
Hal ini merujuk kepada kebutuhan akan adanya pemahaman mendasar mengenaikonteks penyusun Tatralok, serta adanya analisis (dan pengumpulan data) yanglengkap dan mendalam untuk memperoleh gambaran atau pemetaan mengenaisituasi transportasi dan pola kegiatan ekonomi yang ada dan kemungkinanperubahannya di Propinsi Maluku Utara dan di wilayah sekitarnya yang salingmempengaruhi.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
- Penyelenggaraan Operasi.- Investasi dan Konsesi Prasarana.- Pengembangan Jaringan Pelayaran.- Perbaikan Kualitas Pelayanan.- Pengembangan Industri dan Tek. Transp.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat tersebarnyatata ruang (spasial separation) di mana kebutuhan/ kegiatan manusia dan prosesekonomi barang tidak dapat diakomodasi hanya di satu ruang saja, sehinggatimbul kebutuhan pergerakan melalui berbagai moda transportasi.
Penataan ruang yang mempengaruhi pola dan intensitas kegiatan sosio-ekonomimerupakan indikator yang merepresentasikan pattern dari sistem kegiatan yangharus dilayani oleh sistem transportasi. Dengan demikian, bagaimana setting tataruang yang akan dituju di masa datang akan sangat mempengaruhi bagaimanapola dan intensitas permintaan perjalanan, yang pada gilirannya akan menentukankebutuhan akan jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi. Dalamkonteks penyusunan Tatralok Propinsi Maluku Utara ini, maka pemahamanterhadap arahan penggunaan ruang yang dituangkan dalam RTRW menjadisangat penting. Apalagi dalam struktur dokumen perencanaan Tatralokmerupakan pengejawantahan RTRW untuk sektor transportasi.
Pada Gambar 3.4 disajikan bagaimana interaksi antara perkembangan wilayahdengan transportasi. Terlihat bahwa korelasi antara transportasi dan perubahanatau perkembangan wilayah sangatlah besar, sehingga arahan pengembangantata ruang dan perkembangan alamiah sesuai mekanisme pasar akan sangatmenentukan bagaimana pola permintaan perjalanan wilayah di Propinsi MalukuUtara ini akan berkembang di masa datang.
Gambar 3.4. Interaksi Perkembangan Wilayah denganKebutuhan Transportasi
Perkembanganwilayah
Kebijakan perencanaan(MP3EI, RTRW, Renstra,
Tatrawil, dll)
Mekanisme pasar(natural setting)
REGIONALDEVELOPMENT
Faktor SosioEkonomi
Pola Tata GunaLahan
Jumlah dan PolaPerjalanan
KebutuhanTransportasi
TRANSPORTDEMAND
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
3.5 HUBUNGAN ANTARA SISTEM TRANSPORTASI DAN TATA RUANG
Kebutuhan manusia akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yangdiakibatkan oleh adanya penyebaran pola penggunaan tata ruang (spatialseparation), dimana kebutuhan manusia dan kegiatan produksi (dari awalpenyediaan bahan mentah sampai pada proses distribusinya) tidak dapatdilakukan hanya pada satu lokasi saja. Oleh karena itu, selalu dibutuhkan prosesperpindahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dalam kajian transportasidisebut sebagai perjalanan.
Pada setiap pengembangan tata ruang selalu dibutuhkan sarana dan prasaranatransportasi pendukungnya, demikian pula sebaliknya bahwa setiappengembangan system transportasi akan mempengaruhi pola pengembangantata ruang di sekitarnya. Interaksi timbal balik antara sistem transportasi dengantata ruang dapat dijelaskan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Keterkaitan antara Sistem Transportasi dan Tata Ruang
3.6 PEMODELAN TRANSPORTASI
3.6.1 Struktur Model
Dalam studi perencanaan sistem transportasi, sebagaimana halnya dalam StudiSistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi MalukuUtara ini, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai besaran dan polapermintaan perjalanan. Permintaan perjalanan umumnya ditentukan oleh pola
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
interaksi ekonomi dalam pengaturan ruang yang ada, karakteristik suplai jaringantransportasi yang ada (kapasitas, flow vs speed, dan konfigurasinya), sertainteraksi yang terjadi dalam ruang lalulintas yang disediakan. Untuk itu diperlukansuatu model yang dapat merepresentasikan interaksi antara elemen tata ruang,ekonomi, permintaan perjalanan, jaringan transportasi, dan lalu lintas yang terjadi.
Dalam studi ini digunakan model transportasi empat tahap (four stages transportmodel) yang terdiri dari tahap bangkitan perjalanan (trip generation), sebaranperjalanan (trip distribution), pemisahan moda (modal split), dan pemilihan rute(route choice). Model ini dipilih karena: mudah dalam aplikasinya, cukup baikmerepresentasikan karakteristik dan interaksi penting pada sistem transportasi,dan mampu menggambarkan dampak dari intervensi yang dilakukan terhadapsistem transportasi di wilayah studi. Secara umum skema struktur modelperencanaan empat tahap ini ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Pendekatan model dimulai dengan menetapkan sistem zona dan jaringantransportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik sosial-ekonomi di tiapzona dan karakteristik suplai jaringan yang ada. Dengan menggunakan informasitersebut kemudian diestimasi total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yangditarik oleh suatu zona tertentu (trip ends) atau disebut dengan proses bangkitanperjalanan (trip generation). Tahap ini menghasilkan persamaan trip generationyang menghubungkan jumlah perjalanan dengan karakteristik zona yangbersangkutan.
Selanjutnya diprediksi dari/ke mana tujuan perjalanan yang dibangkitkan atauyang ditarik oleh suatu zona tertentu atau disebut tahap distribusi perjalanan (tripdistribution). Dalam tahap ini akan dihasilkan matriks asal-tujuan (MAT). Padatahap pemilihan moda (modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuaidengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untukmencapai tujuan perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda.
Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan kesetiap ruas/link moda yang tersedia di dalam jaringan sesuai dengan kinerja ruteyang ada. Tahap ini menghasilkan estimasi arus lalu lintas dan waktu perjalanandi setiap ruas. Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis dalammengevaluasi serangkaian alternatif kebijakan pengembangan jaringantransportasi yang diusulkan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 3.6. Pemodelan Perencanaan Transportasi Empat Tahap
3.6.2 Proses Pemodelan Transportasi
3.6.2.1 Penetapan Sistem Zona dan Sistem Jaringan
Penetapan detail sistem zona dan sistem jaringan transportasi dilakukan sebagaikompromi antara tingkat akurasi, biaya, ketersediaan data, dan aplikabilitas
MAT antar zona
Produksi Perjalanan(trips ends) per zona
Biaya Perjalanan antarzona (aksesibilitas)
Data JaringanTransportasi Jalan
Karakteristik Moda
Karakteristik Rute/Ruas
MODEL BANGKITANPERJALANAN
Data Sistem ZonaWilayah Studi
Karakteristik Populasidan Tata Ruang Zona
Karakteristik PelakuPerjalanan
MODEL SEBARANPERJALANAN
MODEL PEMILIHANMODA PERJALANAN
MODEL PEMILIHANRUTE PERJALANAN
Model Biaya Ekonomi
MAT antar zona
Indikator Lalu Lintas
Indikator Ekonomi
Analisis Kerja
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
model. Berdasarkan pengalaman yang dilakukan dari studi terdahulu, maka dalamstudi ini ditetapkan bahwa:
1. Batas wilayah studi adalah batas wilayah administrasi Kabupaten/Kota diProp. Maluku Utara, di mana wilayah di sekitarnya diasumsikan sebagai zonaeksternal.
2. Agregasi zona di dalam wilayah studi adalah kecamatan, yang selanjutnyadisebut sebagai zona internal.
3. Model jaringan diutamakan untuk jaringan jalan, sedangkan jaringan angkutanumum diperlakukan sebagai fixed-flow, moda transportasi lain diintegrasikanmelalui simpul terminal (moda darat), pelabuhan (moda air), dan bandara(moda udara).
Sistem zona tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar sederhana yangdapat dilihat pada Gambar 3.7.
Keterangan:Kec. A B = pergerakan orang/barang antar kecamatan dalam satu kab/kota.Kec. E C = pergerakan orang/barang dari suatu kecamatan diluar kab/kota menuju ke
kecamatan di dalam kab/kota.Kec. D F = pergerakan orang/barang dari suatu kecamatan di dalam kab/kota menuju
ke kecamatan di luar kab/kota.Kec. D F = pergerakan orang/barang dari dan ke kecamatan di luar kab/kota.
Gambar 3.7. Sistem Zona Kecamatan
Dengan penetapan sistem zona tersebut, maka akan terbentuk Matriks Asal-Tujuan Antar Kecamatan. Matriks Asal-Tujuan ini dikelompokkan berdasarkanpergerakan orang dan barang, dimana pergerakan barang ini diuraikan lagiberdasarkan jenis barang yang diproduksi, meliputi hasil produksi pangan, sayur-
Kec. A
Zona InternalZona EksternalZona Eksternal
Batas Kab/Kota
Kec. B
Kec. E Kec. C Kec. D Kec. F
Kec. G Kec. H
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
sayuran dan buah-buahan, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangandan penggalian, industri pengolahan, dan kehutanan..
Untuk model jaringan transportasi yang diintegrasikan melalui simpul-simpul modatransportasi yang dibatasi dalam suatu kabupaten/kota, dapat terbentuk daripengumpulan dan pengolahan data kedalam bentuk Matriks Asal-Tujuan AntarSimpul Moda Transportasi.
3.6.2.2 Estimasi dan Prediksi Trip-ends dan MAT
Secara skematis bagan alir proses estimasi trip-ends dan MAT yang dilakukanpada studi ini ditunjukkan oleh Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Mekanisme Estimasi Trip Ends dan MAT di PropinsiMaluku Utara
Prior MatrixMAT 2013
Traffic CountHasil survey primer
SATURN(via Program
SimulasiJaringan
Transportasi)
Base MatrixMAT di Prov. Malut
Tahun 2014
summation
Base Trip endsProduksi perjalanandi Prov. Malut 2014
Data sosial ekonomiStatistik di Prov. Malut:Penduduk, PDRB, dll
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Simulasi jaringan transportasi (dalam hal ini dititikberatkan untuk jaringan jalan)dilakukan dalam konteks untuk:
1. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi secara makro dalam jaringantransportasi di wilayah Propinsi Maluku Utara, seperti: kemacetan, besarnyabiaya transportasi, dan disparitas suplai jaringan.
2. Memprediksi permasalahan yang akan timbul di masa datang seiring denganadanya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi, dan perubahanintensitas penggunaan ruang.
3. Mengevaluasi kinerja dari sejumlah kebijakan perencanaan yang akanditerapkan di masa datang, misal: pembangunan jalan lingkar, jalan tol,maupun pengembangan moda laut, dan udara.
Gambar 3.9. Struktur Umum Model Pemilihan Rute pada Program SimulasiJaringan Transportasi
3.7 JARINGAN TRANSPORTASI MULTIMODA DAN INTERMODA
Sistem transportasi dengan sejumlah moda dapat dilihat dari dua perspektifkonseptual yang berbeda, yakni:
1. Jaringan transportasi intermoda. Sistem logistik yang terhubungkan diantara dua moda atau lebih. Setiap moda memiliki karakteristik pelayanan
MATperjalanan
Data jaringantransportasi
Model PemilihanRute
Arus, kecepatan,waktu, jarak
AnalisisLanjutan
IINPUT
OUTPUT
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
yang secara umum memungkinkan barang (atau penumpang) untukberpindah di antara moda yang ada dalam satu perjalanan dari asal ke tujuan.
2. Jaringan transportasi multimoda. Suatu rangkaian dari moda-modatransportasi yang menyediakan hubungan antara asal dan tujuan perjalanan.Meskipun transportasi intermodal dapat dilakukan, namun dalam perspektif inibukanlah keharusan.
Gambar 3.10 menyampaikan perbedaan konsep dalam kedua cara pandangtersebut. Gambar (a) mendeskripsikan jaringan multimoda konvensional point-to-point di mana asal perjalanan (A, B, dan C) dihubungkan secara independent olehmoda transportasi (jalan dan rel) ke lokasi tujuan perjalanan (D, E, dan F).Sedangkan pada Gambar (b) dipresentasikan perspektif intermoda dalam jaringanjalan multimoda. Lalu lintas dikumpulkan pada 2 titik transshipment, yakni stasiunKA, di mana terjadi konsolidasi pergerakan penumpang/barang. Ini biasmenghasilkan load-factor dan/atau frekuensi transportasi yang lebih tinggi,khususnya diantara terminal. Dalam kondisi tertentu, efisiensi suatu jaringanutamanya ditentukan oleh kapabilitas transshipment dari suatu terminal.
Dalam perspektif transportasi nasional, jika diinginkan terjadinya efisiensi, makaidealnya di masa dating dikembangkan jaringan transportasi multimoda yangberkonsep kepada intermodal-transport.
Gambar 3.10. Deskripsi Jaringan Transportasi Multi dan Inter Moda
3.8 PEMETAAN POTENSI DAN KENDALA
Hasil analisis data/ dokumen yang ada dan simulasi kinerja jaringan sudahtergambarkan sejumlah permasalahan pokok dalam sistem transportasi diPropinsi Maluku Utara. Pemetaan potensi dan kendala ini dimaksudkan untuk
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
menyampaikan daftar potensi dan kendala pengembangan Tatralok di PropinsiMaluku Utara yang lebih formal/ terstruktur sehingga dapat diidentifikasi akarpermasalahan secara tepat sehingga dapat ditetapkan solusi yang pantas.
Secara umum pemetaan potensi dan kendala Tatralok di Propinsi Maluku Utaraakan dilakukan dalam 2 kelompok berikut:
1. Aspek teknis, terkait dengan kondisi dan kinerja elemen sistem transportasi diPropinsi Maluku Utara (node, link, demand).
2. Aspek normatif, terkait dengan ketersediaan dan implementasi dari sejumlahregulasi dan kebijakan dalam perencanaan dan pengembangan jaringantransportasi maupun tata ruang di Propinsi Maluku Utara.
Pemetaan masalah ini sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi eksisting sertakapasitas yang dimiliki semua stakeholders untuk penyempurnaan sistemtransportasi, sehingga tujuan pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utaraakan lebih membumi dengan memperhatikan kondisi obyektif yang ada.
Sejumlah metodologi untuk evaluasi sistem pada dasarnya sudah banyakdikembangkan, IISD (International Institute for Sustainable Development)menyampaikan minimal ada 5 metoda, yakni: (1) SWOT analysis [Strengths,Weaknesses, Opportunities, Threats], (2) Results Based Management, (3) LogicalFramework Analysis, (4) Outcome mapping, dan (5) Appreciative inquiry. Dilihatdari karakteristiknya, maka metoda evaluasi yang paling cocok untuk memetakanpotensi dan kendala dari pengembangan Tatralok Kabupaten/Kota di Prov.Maluku Utara adalah metoda SWOT yang elemen dasarnya adalah memetakankondisi eksisting dan potensial yang ada ke dalam 4 kuadran, yakni: 2 kuadrandari faktor internal berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan2 kuadran dari faktor eksternal berupa peluang (opportunities), dan ancaman(threats). Pada Tabel 3.2 disampaikan konsep umum analisis SWOT ini.
Tabel 3.2. Konsep Pemetaan Potensi dan Kendala dalam Analisis SWOT
DampakFaktor
Positif Negatif
Internal Kekuatan
(Strengths)
Kelemahan
(Weaknesses)
Eksternal Peluang
(Opportunities)
Ancaman
(Threats)
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Konteks penggunaan analisis SWOT ini biasa dilakukan oleh suatu organisasiyang bertanggungjawab dalam perencanaan strategis untuk meng-assesskondisi/kegiatan eksisting dan menyusun arahan bagi kegiatan baru di masadatang.
3.9 ANALISIS NORMATIF
Analisis normatif dilakukan untuk memperoleh idealisasi pola jaringan pelayanan,hirarki prasarana, dan sistem operasi bagi pengembangan Tatralok di PropinsiMaluku Utara yang efektif dan efisien dalam rangka menunjang pengembanganwilayah, pemerataan pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi di wilayahPropinsi Maluku Utara. Aspek normatif ini dikembangkan berdasarkan review atasperaturan perundangan yang berlaku di setiap moda transportasi (jalan, angkutanumum, laut, dan udara) serta kajian konseptual secara teoteris mengenai sistemtransportasi yang ideal. Analisis ini diperlukan untuk memberikan gambaranarahan pengembangan jaringan transportasi di Propinsi Maluku Utara di masayang akan datang sesuai dengan konsep yang lebih ideal.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam analisis normatif secara berurutandisampaikan sebagai berikut:
1. Melakukan kajian konsep pengembangan jaringan prasarana dan jaringanpelayanan untuk setiap moda transportasi (jalan, angkutan umum, laut, danudara) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku/terbaru (UU, PP,Kepmen, Perda, dll),
2. Melakukan kajian teoretis hasil penelitian dan studi terdahulu baik di dalammaupun luar negeri mengenai idealisasi pola jaringan transportasi wilayah,
3. Melakukan analisis konsep Tatralok di Propinsi Maluku Utara yangmengelaborasikan aspek normatif secara praktis (dari butir a.) dan aspekteoritis (dari butir b.),
4. Mengidentifikasi simpul, link dan zona yang strategis dan penting untukdikembangkan dalam rangka mewujudkan Tatralok Propinsi Maluku Utara dimasa yang akan datang.
3.10 PENYUSUNAN STRATEGI DAN PROGRAM
Berdasarkan proses analisis yang dilakukan sebelumnya dapat ditarik sejumlahkesimpulan penting yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam menyusun strategidan program pengembangan pada Tatralok di Propinsi Maluku Utara, baik yang
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
sifatnya teknis/ fisik maupun kebijakan yang perlu ditempuh dalam rangkaperwujudannya.
Untuk dapat menyusun strategi dengan baik terdapat beberapa langkah yangharus diikuti sebagai berikut:
1. Masukan: tujuan, data kondisi eksisting penyediaan jaringan prasarana danjaringan pelayanan transportasi dan permintaan perjalanan berikut variabel-variabel terkait, alternatif skenario perencanaan, dan masukan sertatangkapan isu-isu yang berkembang di masyarakat baik lokal, regional,nasional, bahkan internasional;
2. Proses: pemodelan dan evaluasi kinerja dari jaringan transportasi eksisting didi Kabupaten/Kota di Prov.Maluku Utara serta sejumlah alternatif skenarioperencanaan pengembangan bagi Tatralok di Propinsi Maluku Utara;
3. Keluaran: Rekomendasi Strategi dan Program (alternatif skenarioperencanaan yang terpilih, prioritas serta tahapan pelaksanaannya).
Rekomendasi strategi yang dikeluarkan dari studi ini terdiri dari dua kelompokumum, yakni:
1. Hard measures: terkait dengan aspek fisik dan operasional jaringantransportasi di Kabupaten/Kota di Prop. Maluku Utara sebagai respresentasikriteria tujuan pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara:a. Pola hirarki jaringan yang diharapkan dan regulasi arus/arahan proporsi
penggunaan setiap moda transportasi untuk menciptakan sistem jaringantransportasi di Kabupaten/Kota yang efisien, serta identifikasi simpul, link,dan zona potensial untuk transportasi di Propinsi Maluku Utara yang lebihefisien dan efektif di masa datang.
b. Kriteria kinerja jaringan transportasi di Propinsi Maluku Utara yangdiharapkan tercapai dalam jangka pendek, menengah, dan jangkapanjang.
2. Soft measures: terkait dengan bagaimana mencapai tujuan pengembanganTatralok di Propinsi Maluku Utara:a. Strategi umum (grand strategy) dalam jangka pendek, menengah, dan
panjang;b. Program umum untuk mengimplementasi grand strategy sesuai dengan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Berdasarkan Pedoman Teknis yang telah ditetapkan, Tataran Transportasi Lokal(Tatralok) harus disusun dengan berasaskan pada beberapa prinsip dasar berikut:
1. Azas Keadilan, dimana tataran transportasi yang disusun harus dapatmenunjang kelancaran perhubungan di semua sektor pembangunan danberpihak pada tiap lapisan masyarakat.
2. Azas Transparansi, tataran transportasi yang disusun disosialisasikan danditerapkan secara terpadu serta transparasi pada semua sektor pembangunandan diketahui oleh pejabat pelaksana dilapangan.
3. Azas Akuntabilitas, tataran transportasi yang disusun harus dianalisis secarateliti guna mendapatkan keserasian dan keterpaduan kesisteman transportasiyang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam lingkup wilayahperencanaan.
4. Azas Realistis, tataran transportasi yang disusun harus ditunjang oleh kondisieksisting yang sebenarnya sehingga hasil kebijakan yang diperoleh nantinyadapat sesuai dengan kondisi yang ada dan dapat dilaksanakan secarasuistainable.
5. Azas Kesisteman, tataran transportasi yang disusun harus dapatmenggambarkan keterkaitan dan keterpaduan hubungan/kesistemantransportasi antar wilayah/kawasan dalam lingkup kajiannya, serta harusdisesuaikan dengan kebijakan sistem transportasi diatasnya.
6. Azas Keunggulan Moda, tataran transportasi yang disusun harus dapatmenggambarkan dan mengkaji potensi-potensi guna menemukan modaunggulan.
7. Azas Keterpaduan Intra dan Antar Moda, tataran transportasi yang disusunharus dapat memberikan keterpaduan intra dan antara moda yang ada,sehingga sinkronisasi sistem transportasi antara moda tersebut dapat berjalansesuai dengan kebutuhan yang ada.
8. Azas Koordinasi dan Sinkronisasi, tataran transportasi yang disusun harusdapat memberikan gambaran dan arahan koordinasi yang jelas dansinkronisasi yang terpadu dalam mengakomodasi perkembangan dankebutuhan disemua sektor pembangunan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
9. Azas Tinjau Ulang Secara Berkala, tataran trasnportasi yang disusun harusdilakukan tinjauan secara berkala guna menjaga konsistensi dalampelaksanaannya.
Lebih jelasnya, untuk Azas Penyusunan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Azas Penyusunan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
TATRALOK
KEADILANTRANSPARANSI REALISTIS
AKUNTABILITAS KESISTIMAN
TINJAUANULANG SECARA
BERKALA
KOORDINASIDAN
SINKRONISASI
KETERPADUANINTRA & ANTAR
MODA
KEUNGGULANMODA
TATRALOK
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Ternate sebagai salah satu Kota di wilayah timur Indonesia memiliki kekayaan
berupa rempah-rempah yang melimpah. Kondisi kekayaan alam yang dimiliki
Ternate tersebut merupakan salah satu daya tarik bangsa asing seperti Portugis
dan Belanda untuk melakukan penjajahan di Maluku Utara khususnya Ternate.
Letak Kota Ternate yang dikelilingi oleh lautan dan memiliki fasilitas pelabuhan
merupakan salah satu faktor pendukung bangsa Asing untuk menjajah wilayah ini.
Kota Ternate merupakan wilayah Kepulauan yang wilayahnya dikelilingi oleh laut
dengan letak geografisnya berada pada posisi 0° - 2° Lintang Utara dan 126° -
128° Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate sebesar 162,03 km², sementara
lautannya 5.547,55 km². Kota Ternate seluruhnya dikelilingi oleh laut dengan
delapan buah Pulau, tiga diantaranya tidak berpenghuni dan mempunyai batas
sebagai berikut:
Sebelah Utara dengan Laut Maluku
Sebelah Selatan dengan Laut Maluku
Sebelah Timur dengan Selat Halmahera
Sebelah Barat dengan Laut Maluku
Seperti halnya wilayah yang dikelilingi oleh lautan dengan kecenderungan
temperatur udara relatif tinggi, Kota Ternate juga memiliki kemiripan ciri tersebut,
dimana berdasarkan laporan Stasiun Meteorologi Babullah, rata-rata temperatur
udara selama tahun 2011 sekitar 26,90C dengan suhu maksimum sebesar 30,930C dan suhu minimum sebesar 24,380C. Selama tahun 2011 jumlah hari hujan
terbanyak yaitu di bulan Juni dan Desember dengan jumlah hari hujan sebanyak
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
25 hari dengan curah hujan pada masing-masing bulan sebesar 211 mm dan 542
mm.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999 tentang
pembentukan Kotamadya Ternate pada tanggal 27 April 1999, maka Kota Ternate
telah mengalami peningkatan status yang dulunya Kota Administratif menjadi
Kotamadya. Peningkatan status ini tidak terlepas dari perkembangan daerah ini
dari berbagai aspek terutama aspek sosial kemasyarakatan dan aspek
perkembangan ekonomi.
Aktivitas pemerintahan dan kemasyarakatan di Kota Ternate pada awal
pembentukannya, secara administratif dibagi menjadi 3 Kecamatan dengan 58
Desa/Kelurahan. Dinamika pembangunan yang terjadi akibat pelaksanaan secara
sinergis antara Pemerintah Daerah dan masyarakat telah membawa dampak
perubahan yang ditandai perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang.
Dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang disamping
pertimbangan rentang kendali pemerintahan, maka wilayah tertentu dimana
perkembangannya dipandang memungkinkan untuk ditingkatkan status
administrasinya seperti Pulau Moti maka, perlu ditempuh langkah kebijakan untuk
direalisasikan.
Terkait dengan itu maka Pemerintah Daerah kemudian mengeluarkan Peraturan
Daerah (PERDA) Nomor 10 Tahun 2001 tentang pembentukan Kecamatan Moti
yang tadinya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Pulau Ternate. Sebagai
konsekwensi pelaksanaan PERDA dimaksud, 4 (empat) Desa yang ada di Pulau
Moti dimekarkan dan ditingkatkan statusnya menjadi 6 (enam) Kelurahan.
Perkembangan lain yang dicapai dari segi administrasi pemerintahan adalah
dimekarkannya Pulau Batang Dua menjadi kecamatan yang memiliki 6 kelurahan
melalui PERDA Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Kecamatan Pulau
Batang Dua. Melalui PERDA No.2 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Kelurahan
Mado dan Tafraka dalam Kecamatan Pulau Ternate, maka Kelurahan Togolobe
mekar menjadi Kelurahan Mado dan Togolobe sedangakan Kelurahan Dorari Isa
mekar menjadi Kelurahan Tafraka dan Dorari Isa. Kemudian melalui PERDA
Nomor 8 Tahun 2009 tentang pembentukan kecamatan Pulau Hiri, Kelurahan
Mado, Tafraka, Dorari Isa, Togolobe, Tomajiko, dan Faudu yang sebelumnya
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
termasuk di Kecamatan Pulau Ternate dimekarkan menjadi kecamatan tersendiri
yaitu Kecamatan Pulau Hiri.
Informasi menyangkut daftar Kecamatan dan jumlah Kelurahan di Kota Ternate
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Adapun peta administrasi Kota Ternate ditunjukkan
oleh Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Ternate Tahun 2102
No. Kode Kecamatan Ibu Kota Jumlah Kelurahan1 010 Pulau Ternate Jambula 13
2 011 M o t i Moti Kota 6
3 012 Pulau Batang Dua Mayau 6
4 013 Pulau Hiri Faudu 6
5 020 Ternate Selatan Kalumata 17
6 021 Ternate Tengah Salahuddin 15
7 030 Ternate Utara Dufa-Dufa 14
J u m l a h 77Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Hasil Proyeksi Penduduk 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota
Ternate sebanyak 190.184 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 96.755 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 93.429 jiwa. Jika dirinci menurut kecamatan,
penduduk Kota Ternate dapat ditunjukkan oleh Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk di Kota Ternate Menurut Kecamatan Tahun2011
No. Kecamatan
Penduduk
Laki-Laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
1 Pulau Ternate 7 629 7 418 15.046 7,91
2 M o t i 2 203 2 302 4.505 2,37
3 Pulau Batang Dua 1 289 1 258 2.547 1,34
4 Pulau Hiri 1 424 1 377 2.801 1,47
5 Ternate Selatan 33 230 32 054 65.283 34,33
6 Ternate Tengah 27 380 25 948 53.328 28,04
7 Ternate Utara 23 601 23 072 46.673 24,54
Jumlah 96 755 93 429 190.184Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kota Ternate
tinggal di wilayah kecamatan Ternate Selatan yaitu sebanyak 34,33 % dari total
jumlah penduduk sedangkan wilayah yang paling sedikit penduduknya yaitu
kecamatan Pulau Batang Dua, karena hanya 1,34 % dari total jumlah penduduk
Kota Ternate yang tinggal di kecamatan tersebut.
Jika dilihat dari kepadatan penduduknya (Tabel 4.3), wilayah yang paling padat
penduduknya adalah kecamatan Ternate Tengah sebesar 4.915 jiwa/km2,
sedangkan wilayah yang paling kecil kepadatan penduduknya yaitu kecamatan
Pulau Batang Dua. Dari sini dapat dibuktikan bahwa wilayah yang paling banyak
penduduknya belum tentu merupakan wilayah yang paling padat penduduknya.
Kecamatan Ternate Selatan memiliki penduduk lebih banyak daripada kecamatan
Ternate Tengah tetapi luas wilayah Ternate Selatan lebih besar daripada luas
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
wilayah Ternate Tengah sehingga kecamatan Ternate Tengah lebih padat
penduduknya. Faktor lain yang menyebabkan kecamatan Ternate Tengah
memiliki kepadatan penduduk yang terbesar adalah karena pusat pemerintahan
Kota Ternate terletak di Kecamatan ini, begitu pula dengan sentra ekonomi yang
sebagian besar juga terletak di kecamatan ini.
Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk di Kota Ternate Menurut Kecamatan Tahun2011
No. Kecamatan Jumlah Penduduk(jiwa)
Luas Wilayah(Km2)
Kepadatan(Jiwa/Km2)
1 Pulau Ternate 15.046 37,23 404
2 M o t i 4.505 24,8 182
3 Pulau Batang Dua 2.547 29,04 88
4 Pulau Hiri 2.801 6,70 418
5 Ternate Selatan 65.283 16,98 3.844
6 Ternate Tengah 53.328 10,85 4.915
7 Ternate Utara 46.673 14,38 3.245
Jumlah 190.184 139,98 1.359Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2011 (lihat Tabel 4.4), persentase penduduk
laki-laki usia 15 tahun keatas yang bekerja sebanyak 72,40% sedangkan
perempuan sebanyak 43,11%. Sedangkan penduduk usia 15 tahun keatas yang
bukan angkatan kerja sebanyak 22,13% untuk laki-laki dan 51,37% untuk
perempuan. Angka pengangguran pada tahun 2011 sedikit lebih kecil
dibandingkan angka pengangguran pada tahun 2010 yaitu 3,88% untuk laki-laki
dan 8,31% untuk perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pada ketersediaan lapangan pekerjaan terutana di sektor informal, selain itu iklim
perekonomian di Kota Ternate yang semakin membaik membuat terciptanya
banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Kota Ternate.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut JenisKegiatan pada Tahun 2011
Jenis KegiatanPenduduk
Laki-Laki (%) Perempuan (%)
Angkatan Kerja:
Bekerja 72,40 43,11
Mencari Kerja 5,47 5,52
Bukan Angkatan Kerja 22,13 51,37Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Penduduk Ternate paling banyak bekerja di sektor jasa (lihat Tabel 4.5). Karena
banyaknya lapangan usaha yang berada di sektor ini misalnya saja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS), bengkel, salon, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan
sektor yang paling sedikit digeluti oleh penduduk Ternate adalah sektor
pertambangan/penggalian, karena potensi Kota Ternate di sektor ini tidak sebesar
sektor lainnya.
Tabel 4.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerjamenurut Lapangan Pekerjaan Utama pada Tahun 2011
Jenis KegiatanTenaga Kerja
Laki-Laki (%) Perempuan (%)
Pertanian 6,34 6,20
Pertambangan/Galian 0,20 0,00
Industri 1,39 1,59
Listrik, Gas dan Air 0,58 0,27
Konstruksi 4,90 0,00
Perdagangan 12,87 23,35
Transportasi 11,21 0,54
Lembaga Keuangan 0,73 0,57
Jasa 11,79 15,49Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup potensial di wilayah
Kota Ternate. Meskipun tidak memiliki lahan sawah, tetapi lahan tanaman bahan
makanan pokok lainnya seperti ubi kayu dan jagung relatif luas di wilayah ini.
Selain itu tanaman perkebunan pun banyak diusahakan di Kota Ternate karena
sejak zaman kolonial dulu Kota Ternate terkenal sebagai penghasil rempah-
rempah. Karena potensi pertanian inilah maka pemerintah berusaha untuk
melaksanakan berbagai program dan kebijakan agar sektor ini terus berkembang
dan dapat mensejahterakan masyarakat yang mengusahakannya.
Tahun 2011 luas panen jagung seluas 152 Ha yang berarti naik 19% dari tahun
2010 yang hanya 128 Ha. Sedangkan untuk tanaman ubi kayu tahun 2011
memiliki luas panen seluas 421 Ha, angka ini naik 1,93% dibandingkan tahun
2010 yang luas panennya 413 Ha. Karena kedua komoditi ini memiliki luas panen
yang lebih besar dari tahun 2010 maka produksinya pun meningkat dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011 produksi jagung sebesar 258 ton sedangkan pada
tahun 2010 sebesar 208 ton. Untuk ubi kayu produksi tahun 2011 sebesar 1.676
ton sedangkan tahun 2010 sebesar 1.663 ton.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.6. Hasil Produksi Pertanian Kota Ternate Tahun 2011
Kecamatan
Komoditas (ton)
Jagung UbiKayu
UbiJalar
KacangTanah
Ketimun Terung Kangkung
Pulau Ternate 62.00 599.00 34.00 4.80 142.00 74.50 9.00
Moti 72.00 832.00 11.00 4.70 8.40 0.80 1.60
Pulau Batang Dua 74.00 33.00 7.00 0.30 0.50 0.40 1.00
Pulau Hiri 3.00 6.00 1.00 0.20 0.10 0.50 1.50
Ternate Selatan 21.00 45.00 4.00 1.50 5.80 8.00 27.00
Ternate Tengah 3.00 19.00 1.00 1.00 5.00 2.00 1.00
Ternate Utara 23.00 42.00 2.50 0.50 10.00 17.00 2.00
Jumlah 258.00 1,576.00 60.50 13.00 171.80 103.20 43.10
2010 128.00 1,663.00 56.80 11.70 159.20 104.00 40.00Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Unggas 154,799.00 120,742.00 156,820.00 86,974.00 87,251.00Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.3.4. Perikanan
Sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, laut merupakan sumber
penghidupan yang menjanjikan. Banyak masyarakat Kota Ternate yang tinggal di
pesisir pantai bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain itu tradisi masyarakat
Kota Ternate yang menjadikan ikan sebagai makanan pendamping nasi yang
wajib di konsumsi setiap hari, membuat nelayan menjadi salah satu mata
pencaharian yang cukup menjanjikan.
Di Kota Ternate terdapat dua pelabuhan perikanan yaitu pelabuhan Perikanan
Bastiong, Ternate Selatan dan pelabuhan perikanan Dufa-Dufa, Ternate Utara.
Kedua pelabuhan ini memasok hampir sebagian besar kebutuhan ikan
masyarakat Ternate.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Produksi perikanan Kota Ternate yang terbesar adalah kecamatan Ternate Utara
dan jenis ikan yang paling banyak di tangkap masih di dominasi oleh jenis ikan
cakalang/tuna. Adapun perkembangan produksi hasil perikanan di Kota Ternate
dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.10. Perkembangan Produksi Perikanan dirinci menurut Kecamatandi Kota Ternate 2011
KecamatanTahun
2007 2008 2009 2010 2011
Pulau Ternate 3,475.53 3,049.34 1,727.00 2,084.55 218.73
Moti 1,384.42 1,412.10 1,367.00 2,002.99 2,105.92
Pulau Batang Dua 0.00 495.70 1,154.00 1,628.98 173.18
Pulau Hiri 0.00 0.00 1,449.00 1,695.98 179.89
Ternate Selatan 1,470.94 1,124.89 1,480.00 3,763.89 348.01
Ternate Tengah 0.00 750.89 155.00 158.10 1,041.61
Ternate Utara 4,908.67 4,631.39 5,987.00 4,105.18 3,711.28
Jumlah 11,239.56 11,464.31 13,319.00 15,439.67 7,778.62Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Gambar 4.5. Perkembangan Produksi Hasil Perikanan di Kota Ternate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Pada sektor industri yang berkembang di Kota Ternate adalah jenis industri kecil
dan rumah tangga. Jenis industri ini cukup banyak di wilayah ini karena
penggunaan teknologi yang relatif sederhana dan keterbatasan aspek
permodalan. Meskipun jenis industri yang ada sebagian besar berskala kecil tapi
cukup mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran di Kota Ternate. Gambar 4.6 menunjukkan jumlah perusahaan dan
tenaga kerja di Kota Ternate pada tahun 2011.
Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Gambar 4.6. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Bidang di KotaTernate pada Tahun 2011
4.3.6. Perdagangan
Kota Ternate merupakan tempat yang sangat strategis di wilayah Maluku Utara
sehingga pada saat ini sudah mulai berdatangan investor yang memanamkan
investasinya dalam bentuk pembangunan pusat perbelanjaan dan HOTEL,
Sektor perdagangan mempunyai peran yang sangat dominan dalam menggerakan
roda perekonomian Kota Ternate selama beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut
terlihat dalam struktur PDRB Kota Ternate dimana dari tahun ke tahun sektor ini
memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor kegiatan lainnya. Seiring dengan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
perkembangan perdagangan di Kota Ternate, maka pemerintah selalu berusaha
untuk memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana untuk menunjang
perdagangan tersebut. Sarana perdagangan pun setiap tahunnya semakin
meningkat. Mulai dari toko kelontong hingga mall mulai banyak bermunculan di
wilayah Kota Ternate.
Tabel 4.11. Banyaknya Pedagang menurut Kecamatan dan Klasifikasi Izin diKota Ternate 2011
KecamatanTahun
Pedagang Besar Pedagang Menengah Pedagang Kecil
Pulau Ternate 1 0 2
Moti 0 0 0
Pulau Batang Dua 0 0 0
Pulau Hiri 0 0 0
Ternate Selatan 24 31 143
Ternate Tengah 47 82 191
Ternate Utara 15 44 76
Jumlah 87 157 412Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), adalah seluruh nilai tambah barang dan
jasa (komoditi) yang diproduksi di suatu wilayah domestik / regional tanpa
memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksinya. Nilai Produk Domestik
Regional Bruto dapat dihitung melalui tiga pendekatan yaitu:
Segi Produksi, merupakan jumlah nilai tambah bruto atas suatu barang
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu wilayah dan
biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Nilai tambah bruto
yang terdiri dari biaya faktor produksi (upah/gaji, bunga netto, sewa tanah,
keuntungan), penyusutan barang modal dan pajak tak langsung netto.
Segi Pendapatan, merupakan balas jasa (pendapatan) yang diterima
faktor-faktor produksi karena ikut sertanya dalam proses produksi dalam
suatu wilayah, dan biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
Segi Pengeluaran, merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh
rumah tangga, Pemerintah dan Lembaga Swasta Non Profit,
pembentukan modal tetap, perubahan stok serta Ekspor Netto, biasanya
dalam jangka waktu tertentu.
Saat ini Kota Ternate baru menghitung PDRB dari segi produksi saja. PDRB terdiri
dari PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB
atas dasar harga berlaku merupakan penjumlahan/total nilai tambah dari barang
dan jasa yang di produksi dan dinilai menggunakan harga yang berlaku pada
tahun bersangkutan. PDRB atas dasar harga konstan merupakan
penjumlahan/total nilai tambah dari barang dan jasa yang di produksi dan dinilai
menggunakan harga pada tahun dasar yaitu tahun 2000. Besarnya nilai PDRB
atas dasar harga berlaku di suatu wilayah memberikan gambaran potensi
perekonomian wilayah tersebut.
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, PDRB atas dasar harga berlaku
Kota Ternate dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011
PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1.145.574 juta rupiah, sedangkan PDRB
atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 991.795 juta rupiah.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Peningkatan ini menunjukkan bahwa terjadi perkembangan perekonomian Kota
Ternate.
Pada tahun 2011 sektor-sektor yang berkontribusi besar terhadap pembentukan
PDRB atas dasar harga berlaku yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 29,45%, Sektor jasa sebesar 17,58%, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 16,24% serta sektor pertanian sebesar 13,26%. Pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh kenaikan produksi barang dan jasa pada
wilayah tersebut pada tahun tertentu. Jika kenaikan produksi barang dan jasa
pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka dikatakan terjadi
kenaikan pertumbuhan.
Untuk menghindari pengaruh perubahan harga, maka pertumbuhan ekonomi
dihitung berdasarkan harga konstan. Dalam hal ini PDRB yang digunakan adalah
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000.
Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Ternate sebesar 8,07%. Angka ini
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 yaitu sebesar
8,13%.
Tabel 4.12 – 4.14 menunjukkan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas
Dasar Harga Konstan, dan Distribusi Persentase PDRB atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha di Kota TernateTahun 2009 – 2011.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
* Angka Sementara Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
* Angka Sementara Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.4. KINERJA PELAYANAN, JARINGAN PELAYANAN DAN JARINGANPRASARANA TRANSPORTASI WILAYAH SAAT INI
Sebagai simpul transportasi antar pulau serta pusat aktivitas perekonomian, baik
perdagangan dan sektor potensial lainnya di wilayah Maluku Utara sehingga
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah, sebagaimana tercermin
pada struktur ekonomi Kota Ternate dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kota Ternate memiliki letak geografis yang strategis, berada pada pintu masuk
Maluku Utara, dan titik temu perdagangan lokal yang menghubungkan Ternate
dengan beberapa Kabupaten/Kota seperti, Halmahera Barat/Jailolo, Kota Tidore,
Kepulauan Sula/Sanana, Halmahera Utara/Tobelo, Halmahera Selatan/Bacan,
Halmahera Tengah, Halmahera Timur dan Morotai. Selain itu posisi ini juga telah
menjadikan Ternate sebagai Multigate pintu masuk-keluar jalur perdagangan
barang dan jasa antar wilayah yang berakses regional maupun nasional.
Berdasarkan “Profil Kota Ternate 2012”, menunjukan bahwa terjadi peningkatan
arus penumpang maupun arus barang bila dibandingkan dari tahun sebelumnya
(lihat Gambar 4.8). Ini menunjukan bahwa terjadinya pertumbuhan ekonomi yang
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
cukup pesat di Kota Ternate. Adanya perbedaan yang sangat signifikan antara
barang yang masuk dengan barang yang keluar dari Kota Ternate menunjukan
bahwa Kota Ternate merupakan Kota Jasa dan Perdagangan.
Arus Barang Arus Penumpang
Sumber: PT Pelindo Wilayah IV Ternate
Gambar 4.8. Arus Barang dan Penumpang di Kota Ternate
Selain itu beberapa jalur transportasi laut yang menjadi sentral transportasi yang
menghubungkan Kota Ternate sebagai pusat tujuan perdagangan dengan
beberapa wilayah di Maluku Utara untuk pelayaran penumpang dan barang
adalah angkutan kapal Feri-ASDP Bastiong (Ternate Selatan). Walaupun
terjadinya penurunan pada trip pelayaran kapal feri (tahun 2011) dari tahun
sebelumnya (2010) akibat perpindahan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara dari
Ternate ke Sofifi namun arus penumpang, kendaraan, dan bongkar muat barang
terus mengalami peningkatan, hal ini karena Kota Ternate masih sebagai sentra
perdagangan untuk mendukung distribusi barang ke Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara.
Indikator peningkatan aktivitas roda perekonomian dan arus transportasi
perdagangan daerah baik transportasi/pelayaran nusantara, antar pulau, dan lokal
menjadi simpul-simpul transportasi yang memberikan kontribusi riil terhadap
pendapatan daerah. Penyebaran beberapa sarana perhubungan laut seperti
dermaga Ahmad Yani (Pelni), dermaga Bastiong dan Dufa-Dufa (antar
pulau/lokal), dan dermaga Feri yang menghubungkan Ternate dengan Kota
Tidore-Sidangoli/Halbar-Bitung/Sulawesi. Beberapa prasarana transportasi lokal
(antar daerah) juga tersebar di Kecamatan Moti, P.Hiri, dan Batang Dua.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
tranportasi menjadi penunjang pengembangan Investasi di Kota Ternate, sebagai
Kota Jasa dan Perdagangan maka daerah ini secara langsung menjadi gerbang
aktivitas jasa / perdagangan local maupun regional/nasional.
Tingkat kepadatan arus barang dan jasa maupun aktivitas perekonomian didaerah
ditandai dengan adanya peningkatan infrastruktur sebagai Kota yang lebih cepat
perkembangannya jika dibandingkan dengan beberapa wilayah di Maluku Utara
sehingga kontribusi sektor perdagangan, pengangkutan dan komunikasi,
bangunan maupun jasa-jasa masih menjadi leading sector dalam pembentukan
PDRB Kota Ternate setiap tahun. Kondisi tersebut secara signifikan menunjang
perkembangan investasi di Kota Ternate yang sangat baik.
Tabel 4.15. Trip Pelayaran Kapal Feri
Jenis AngkutanTahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Naik Turun Naik Turun Naik Turun
TRIP 1,235 1,235 2,469 2,469 2,408 2,408
PENUMPANG
EKONOMI DEWASA B 149,496 108,504 224,048 208,108 276,050 260,481
EKONOMI ANAK B 2,169 1,883 743 522 300 11,961
JUMLAH PENUMPANG 151,665 110,387 224,791 208,630 276,350 272,442
KENDARAAN R2
GOL I 20 73 41 0 5 12
GOL II 43,191 34,893 56,797 57,054 72,758 65,815
JUMLAH R2 43,211 34,966 56,838 57,054 72,763 65,827
KENDARAAN R4
GOL IV
PENUMPANG 8,452 7,710 8,277 9,668 11,515 11,829
GOL IV BARANG 3,783 2,757 3,879 3,111 6,277 5,124
GOL V
PENUMPANG 35 8 31 7 100 17
GOL V BARANG 8,865 7,259 9,672 9,056 13,191 13,143
GOL VI
PENUMPANG 6 3 0 0 5 2
GOL VI BARANG 194 116 104 107 81 24
GOL VII 82 55 32 50 77 104
GOL VIII 19 25 20 26 34 52
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
JUMLAH KENDARAAN R4 21,436 17,933 22,015 22,025 31,280 30,295
BARANG
DIATAS KENDARAAN 35,225 9,473 36,675 14,679 53,896 16,749Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Faktor penunjang yang memungkinkan membuka peluang investasi bagi dunia
usaha di Kota ini khususnya, dan juga Maluku Utara, yaitu adanya sarana dan
prasarana transportasi udara seperti Bandar Udara Sultan Babullah yang
fasilitasnya terus ditingkatkan guna mampu melayani arus transportasi sehingga
memiliki aksesibilitas yang tinggi bagi lalu lintas barang dan jasa dari dan keluar
Kota Ternate. Adapun fasilitas bandara seperti landasan pacu dengan ukuran
panjang 2150 x 30 m, konstruksi aspal hotmix dengan kemampuan PCN 135.500
LBS dan dalam kondisi baik saat ini, dan juga terminal penumpang yaitu terminal
domestik dengan kapasitas 175 orang dan dilengkapi denga Bus bandara untuk
penumpang dengan fasilitas yang terus ditingkatan maka terjadinya peningkatan
baik dari jenis maskapai penerbangan maupun kemampuan pesawat beroperasi
jenis Boeing 737 – 400.
Perlunya ditingkatkan sarana dan prasaran di Bandar Udara Sultan Babullah
tersebut, disebabkan oleh terus meningkatnya arus penerbangan seperti terlihat
pada Tabel 4.16. Adapun maskapai penerbangan di Bandar Udara Sultan
Babullah, yaitu Garuda Indonesia, Batavia Air, Sriwijaya Air, Express Air, Wing Air,
PT. NBA, dan PT. MNA.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jumlah 101,781 115,470 103,426 119,750 136,397 155,657 216,153 249,582 215,733 266,132Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.18. Dimuat Melalui Bandar Udara Sultan Babullah, Ternate menurutBulan Tahun 2011
BulanBarang (kg) Bagasi
Bongkar Muat Bongkar Muat
Januari 0 20 172,566 153,338
Pebruari 1,964 0 161,399 127,707
Maret 0 0 126,342 130,730
April 769 0 172,688 128,574
Mei 721 0 162,373 161,660
Juni 3,291 0 190,077 185,463
Juli 703 0 208,225 202,585
Agustus 2,143 0 182,504 172,078
September 2,183 0 190,668 230,193
Oktober 5,164 0 218,918 173,762
Nopember 14,067 0 226,768 105,939
Desember 9,061 0 158,053 10,577
Jumlah 40,066 20 2,170,581 1,782,606Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, pada tahun 2011 panjang jalan
yang ada di Kota Ternate seluruhnya sepanjang 269,651 km, dengan 87,522 km
permukaannya aspal dan 44,188 km permukannya tanah. Dari seluruh panjang
jalan yang ada di Kota Ternate sepanjang 101,955 km kondisinya baik, 53,416 km
kondisinya rusak dan 68,575 km kondisinya rusak berat.
Adapun rincian panjang jalan menurut jenis permukaan dan kondisi jalan di Kota
Ternate dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 4.19. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kota Ternate 2011
JenisPermukaan
Panjang Jalan
2008 2009 2010 2011
Aspal 208,573 245,556 245,556 87,522
Kerikil 0 0 0 117,29
Tanah 79,401 42,720 44,188 64,88
Jumlah 275,605 287,974 288,276 269,651Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.20. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Ternate 2011
Kondisi Jalan Panjang Jalan
2008 2009 2010 2011
Baik 85,033 141,045 159,315 101,955
Sedang 108,139 75,785 0 45,705
Rusak 9,810 23,623 123,754 53,416
Rusak Berat 84,992 47,823 6,674 68,575
Jumlah 287,974 288,276 289,744 269,651Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Untuk rincian nama-nama ruas jalan kewenangan nasional dan Kota di Kota
Ternate ditunjukkan oleh tabel berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
9 026/1B/K Jl. Keliling Pulau Ternate 29.404 Kolektor Primer (K1)Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.22. Rincian Jalan Kewenangan Kota di Kota Ternate: Jalan Kota,terdiri dari: Kolektor Sekunder, Lokal Primer, dan LokalSekunder
NOMORNAMA RUAS
PANJANG(km)
KLASIFIKASIURUT RUAS
1 01 Jl. Yos Sudarso 0.760 Kolektor Sekunder
2 01.1 Jl. Mesjid Baiturrahman Maliaro 0.381 Lokal Sekunder3 01.2 Jl. Lingk. Kampung Pisang 0.321 Lokal Sekunder
4 01.3 Jl. Terminal Cinta 0.476 Lokal Sekunder
5 01.4 Jl. Lingk. Terminal Cinta 0.652 Lokal Sekunder6 01.5 Jl. Lingk. Yos Sudarso - Cempaka 0.364 Lokal Sekunder
7 02 Jl. Kie Raha 0.913 Lokal Primer
8 03 Jl. Stadion 0.524 Lokal Primer9 04 Jl. Kapitan Pattimura 0.860 Kolektor Sekunder
10 04.1 Jl. Lorong Telkom 0.119 Lokal Sekunder
11 04.2 Jl. Lingk. Kalumpang 0.800 Lokal Sekunder12 05 Jl. Cengkeh Afo 0.871 Lokal Primer
13 05.1 Jl. Lorong Cengkeh Afo 0.288 Lokal Sekunder14 05.2 Jl. Lingk. Cengkeh Afo - Bt. Anteru 0.164 Lokal Sekunder
15 05.3 Jl. Cengkeh Afo - Pala 0.219 Lokal Sekunder
16 06 Jl. Maliaro - Tongole 5.690 Lokal Sekunder17 06.1 Jl. Lingk. Maliaro 0.310 Lokal Sekunder
18 06.2 Jl. Maliaro - Jan 1.200 Lokal Sekunder
19 07 Jl. Seruni I 0.868 Lokal Sekunder20 07.1 Jl. SMP 6 Stadion 0.192 Lokal Sekunder
21 08 Jl. Seruni II 0.246 Lokal Sekunder
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
37 23 Jl. H. Busoiri 0.720 Lokal Primer38 24 Jl. C.M. Tiahahu 0.303 Lokal Primer
39 24.1 Jl. S e n a n g 0.154 Lokal Sekunder
40 25 Jl. Hasan Senen 0.309 Lokal Sekunder41 26 Jl. Kemuning 0.159 Lokal Sekunder
42 27 Jl. Nuku 0.392 Lokal Sekunder
43 28 Jl. Falajawa 0.542 Lokal Sekunder44 29 Jl. Ade Irma Suryani 0.195 Lokal Primer
45 30 Jl. Nukila 0.740 Lokal Primer
46 30.1 Jl. Tapikong Gamalama 0.241 Lokal Sekunder47 31 Jl. Ketilang 0.209 Lokal Sekunder
48 32 Jl. Kusuma Harapan 0.204 Lokal Sekunder
49 33 Jl. N u r i 0.612 Lokal Sekunder50 34 Jl. Branjangan 0.669 Lokal Sekunder
51 35 Jl. Kakak Tua 0.420 Lokal Sekunder
52 36 Jl. Bangau 0.249 Lokal Sekunder53 37 Jl. Cendrawasih 0.245 Lokal Sekunder
54 38 Jl. Merak 0.200 Lokal Sekunder
55 39 Jl. M a l e o 0.149 Lokal Sekunder56 40 Jl. Elang 0.250 Lokal Sekunder
57 41 Jl. Merpati 0.320 Lokal Sekunder
58 41.1 Jl. Lingk. Merpati 0.121 Lokal Sekunder59 42 Jl. C a m a r 0.140 Lokal Sekunder
60 43 Jl. Pipit 0.128 Lokal Sekunder
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
62 45 Jl. Kesatrian 0.239 Lokal Sekunder63 46 Jl. Salak 0.307 Lokal Sekunder
64 47 Jl. Rambutan 0.568 Lokal Sekunder
65 47.1 Jl. Lingk. Rambutan 0.250 Lokal Sekunder66 48 Jl. Nanas 0.087 Lokal Sekunder
67 49 Jl. Manggis 0.430 Lokal Sekunder
68 50 Jl. Sultan Baabullah 0.648 Kolektor Sekunder69 51 Jl. Yasin Gamsungi 0.877 Lokal Primer
70 51.1 Jl. Lingk. Lelong 0.126 Lokal Sekunder
71 51.2 Jl. Sonyie Lamo 0.240 Lokal Primer72 52 Jl. Jambu 0.467 Lokal Sekunder
73 53 Jl. Jeruk 0.457 Lokal Sekunder74 54 Jl. Mesjid Sultan 0.112 Lokal Sekunder
75 55 Jl. Kedaton 0.495 Lokal Sekunder
76 56 Jl. Semangka Tobenga 1.395 Lokal Sekunder77 57 Jl. Soa Konora 0.329 Lokal Primer
78 58 Jl. Akeboca 0.623 Lokal Primer
79 59 Jl. Ngidi - Kasturian 1.585 Kolektor Sekunder80 59.1 Jl. Soa Puncak I 0.324 Lokal Sekunder
81 59.2 Jl. Soa Puncak II 0.718 Lokal Sekunder
82 59.3 Jl. Lingk. Ngidi - Kasturian 0.100 Lokal Sekunder83 59.4 Jl. Lingk. Salero - Kasturian 0.534 Lokal Sekunder
84 59.5 Jl. Lingk. Ngade Sone 0.460 Lokal Sekunder
85 59.6 Jl. Ngade Sone 1.073 Kolektor Sekunder86 60 Jl. Kasturian - Facei 0.978 Lokal Primer
87 60.1 Jl. Lingk. Kasturian - Facei 0.100 Lokal Sekunder
88 60.2 Jl. Lingk. Bola 0.374 Lokal Sekunder89 60.3 Jl. Stasion Pantai Sabia 0.380 Lokal Sekunder
90 61 Jl. Facei - Tarau 3.995 Kolektor Sekunder
91 61.1 Jl. Lingk. Toloko Puncak 0.100 Lokal Sekunder92 61.2 Jl. Lingk. Facei - Tarau 0.300 Lokal Sekunder
93 61.3 Jl. SMP Tsanawiyah Dufa-dufa 0.358 Lokal Sekunder
94 62 Jl. SMP Islam - Moya 2.300 Lokal Sekunder95 62.1 Jl. Lingk. SMP Islam 0.438 Lokal Sekunder
96 62.2 Jl. Lingk. Gamayaou 0.151 Lokal Sekunder
97 62.3 Jl. Lingk. SMP Islam - Skeep 0.860 Lokal Sekunder98 62.4 Jl. Lingk. Gamayaou Puncak 0.500 Lokal Sekunder
99 63 Jl. Skeep Pohong Amo 0.379 Lokal Sekunder
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
124 74 Jl. Puskesmas Kalumpang 0.515 Lokal Sekunder125 75 Jl. Terminal Baru Gamalama 1.822 Lokal Primer
126 76 Jl. Marikurubu - Jati 1.286 Lokal Primer
127 76.1 Jl. Ake Oti 1.632 Lokal Sekunder128 76.2 Jl. Tanah Tinggi Barat 0.230 Lokal Sekunder
129 76.3 Jl. Maliaro - Jati Jan 0.300 Lokal Sekunder
130 76.4 Jl. Kamp. Kodok Jerbus 0.123 Lokal Sekunder131 77 Jl. Tanah Tinggi 0.717 Kolektor Sekunder
132 77.1 Jl. Lingk. Tanah Tinggi 0.199 Lokal Sekunder
133 78 Jl. Belakang RSU 0.596 Lokal Sekunder134 79 Jl. Cempaka Tanah Tinggi 0.653 Lokal Sekunder
135 80 Jl. Larat 0.191 Lokal Sekunder
136 81 Jl. Nusa Indah 0.319 Lokal Sekunder137 82 Jl. Kecubung 0.215 Lokal Sekunder
138 83 Jl. Teratai 0.105 Lokal Sekunder
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
169 100.3 Jl. Melati Jati 0.520 Lokal Sekunder170 100.4 Jl. Lingk. Perumnas Danau Toba 0.708 Lokal Sekunder
171 100.5 Jl. SMP Al Irsyad 0.706 Lokal Sekunder
172 100.6 Jl. Himo-himo 0.515 Lokal Sekunder173 100.7 Jl. Obona - Bukusandar 2.300 Lokal Sekunder
174 100.8 Jl. Pengadilan Agama Kayu Merah 0.509 Lokal Sekunder
175 100.9 Jl. DPRD Kota - Kalumata 0.765 Lokal Sekunder176 100.10 Jl. Rumah Dinas WaliKota 0.950 Lokal Sekunder
177 101 Jl. Kalumata - Gambesi 4.245 Lokal Primer
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
211 119 Jl. Lingk. Kalumata 0.411 Lokal Sekunder212 120 Jl. Daniel Bohang 0.745 Lokal Primer
213 120.1 Jl. Lingk. Daniel Bohang 0.308 Lokal Sekunder
214 121 Jl. Am Kamaruddin 1.090 Lokal Sekunder215 121,1 Jl. Samping Mapolsek Utara 0.218 Lokal Sekunder
216 122 Jl. Air Sentosa 0.209 Kolektor Sekunder
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
240 140.1 Jl. Samping SMA 4 Dufa-dufa 0.157 Lokal Sekunder
241 140.2 Jl. Terminal Dufa-dufa 0.185 Lokal Primer242 141 Jl. Kampus Stain 0.315 Lokal Sekunder
243 142 Jl. Julung 0.690 Lokal Sekunder
244 142.1 Jl. Lingk. Dufa-dufa 0.528 Lokal Sekunder245 143 Jl. Tafure 0.879 Lokal Sekunder
246 143.1 Jl. Lingk. Lanal 0.137 Lokal Sekunder
247 143.2 Jl. Kenari - Tafure 0.418 Lokal Sekunder248 143.3 Jl. Lingk. Tafure 0.431 Lokal Sekunder
249 143.4 Jl. Pantai Daulasi 1.500 Lokal Sekunder
250 144 Jl. Pantai Tafure 0.300 Lokal Sekunder251 144 Jl. Asrama AL. 0.845 Lokal Sekunder
252 145 Jl. Daulasi 1.014 Lokal Primer
253 146 Jl. Sigi Heku 0.848 Lokal Primer254 147 Jl. Cendana 1.086 Lokal Primer
255 148 Jl. Tubo 0.777 Lokal Primer
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
257 150 Jl. Pantai Tabam 0.650 Lokal Sekunder258 150 Jl. Lingk. Sango 0.252 Lokal Sekunder
259 151 Jl. Tarau 0.271 Lokal Sekunder
260 151.1 Jl. Lingk. Tarau Barat 0.356 Lokal Sekunder261 151.2 Jl. Lingk. Tarau 0.294 Lokal Sekunder
262 152 Jl. PLTD Kayu Merah 0.256 Lokal Sekunder
263 153 Jl. Puskesmas Kalumata 0.390 Lokal Sekunder264 154 Jl. Kalumata Baru 0.928 Lokal Sekunder
265 154.1 Jl. Lingk. Kalumata Baru 0.487 Lokal Sekunder
266 155 Jl. Ngade Baru 0.790 Lokal Sekunder267 155.1 Jl. Laguna Permai 0.300 Lokal Sekunder
268 156 Jl. Danau Laguna 1.532 Lokal Sekunder269 157 Jl. Fitu Baru 0.963 Lokal Sekunder
270 158 Jl. Nelayan Fitu 0.288 Lokal Sekunder
271 159 Jl. Lingk. Perumahan LUPH 0.157 Lokal Sekunder272 160 Jl. Gambesi Baru 1.090 Lokal Sekunder
273 160.1 Jl. Lingk. Gambesi Baru 0.157 Lokal Sekunder
274 161 Jl. SMAN 3 Gambesi 0.474 Lokal Sekunder275 162 Jl. Legu Gam 1.583 Lokal Sekunder
276 163 Jl. Sasa Puncak 1.200 Lokal Sekunder
277 164 Jl. Sasa Baru 0.720 Lokal Sekunder278 164.1 Jl. Lingk. Sasa Baru 0.488 Lokal Sekunder
279 165 Jl. Terminal Sasa 0.434 Lokal Sekunder
280 166 Jl. Foramadiahi 1.400 Lokal Primer281 167 Jl. J a m b u l a 1.200 Lokal Sekunder
282 167.1 Jl. Madrasah Tsanawiyah Sasa 0.663 Lokal Sekunder
283 169 Jl. Ake Tubo 1.563 Lokal Sekunder284 170 Jl. Lingk. Tubo 0.480 Lokal Sekunder
285 171 Jl. K u l a b a 0.250 Lokal Sekunder
286 172 Jl. B u l a 3.000 Lokal Sekunder287 173 Jl. T o b o l o l o 3.200 Lokal Sekunder
288 143.1 Jl. Lingk. Lanal 0.137 Lokal Sekunder
289 174 Jl. Sulamadaha 0.805 Lokal Sekunder290 175 Jl. Wisata Sulamadaha 0.150 Lokal Sekunder
291 176 Jl. Pelabuhan Sulamadaha 0.175 Lokal Sekunder
292 177 Jl. Puskesmas Sulamadaha 0.095 Lokal Sekunder293 178 Jl. T a k o m e 2.000 Lokal Sekunder
294 179 Jl. Masuk TPA Takome 0.698 Lokal Sekunder
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
296 181 Jl. L o t o 0.263 Lokal Sekunder297 182 Jl. T a d u m a 0.472 Lokal Sekunder
298 183 Jl. A f t a d o r 2.750 Lokal Sekunder
299 184 Jl. T o g a f o 1.800 Lokal Sekunder300 185 Jl. R u a 3.400 Lokal Sekunder
301 186 Jl. K a s t e l a 1.560 Lokal Sekunder
302 187 Jl. Wisata Sampalo 0.150 Lokal Sekunder303 188 Jl. Keliling Pulau Hiri 9.338 Lokal Primer
304 189 Jl. Keliling Pulau Moti 18.942 Lokal Primer
305 189.1 Jl. Moti Kota 1.340 Lokal Primer306 189.2 Jl. Tadenas 1.420 Lokal Primer
307 190 Jl. Keliling Pulau Mayau 21.317 Lokal Primer308 191 Jl. Keliling Pulau Tifure 14.000 Lokal Primer
309 192 Jl. Sultan Khairun 0.71 Kolektor Sekunder
310 193 Jl. Rawasari I 0.145 Lokal Sekunder311 192 Jl. Rawasari II 0.215 Lokal Sekunder
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate Tahun 2010
4.4.2. Angkutan Darat
Seiring dengan bertambahnya panjang jalan yang berkondisi baik dan semakin
mudahnya fasilitas kepemilikan kendaraan bermotor, maka semakin banyak pula
angkutan darat maupun kendaraan pribadi di Kota Ternate. Menurut Dinas
Perhubungan Kota Ternate, jumlah kendaraan pada tahun 2011 sebesar 26.828
kendaraan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.23.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.23. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan Di Kota TernateTahun 2006 – 2011
NO JENIS KENDARAAN SATUANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010 20111. Sepeda Motor UNIT 8.872 13.653 15.163 18.212 22.112 22.7652. Mobil UNIT 62 130 136 1.384 2.150 2.3573. Mobil Jeep UNIT 124 162 219 265 315 2864. Mobil Pick Up UNIT - - - - - -5. Bus Kecil UNIT 1.242 1.716 1.955 740 650 4826. Bus Sedang UNIT 5 7 10 15 17 157. Bus Besar UNIT - - - - - -8. Truk Kecil UNIT - - - - - -9. Truk Sedang UNIT - - - - - -
10. Truk Besar UNIT - - - - - -11. Becak Motor (Bentor) UNIT - - - - - -12. Dokar / Andong UNIT - - - - - -13. Lainnya UNIT 275 324 404 631 810 923
JUMLAH UNIT 10.580 15.992 17.887 21.247 26.054 26.828Sumber: Dinas Perhubungan Kota Ternate, 2012
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Dinas Perhubungan Kota Ternate
diperoleh infromasi bahwa jumlah angkutan penumpang dan barang pada saat ini
adalah sebagai berikut:
Pick up : 465 unit
Truk : 165 unit
Tronton : 15 unit
ANGKOT : 460 unit
Bus Sekolah : 2 unit
Perlu diketahui bahwa pada saat ini Angkutan Kota (ANGKOT) di Kota Ternate
belum memiliki nomor trayek khusus sesuai rute yang ditentukan oleh Dinas
Perhubungan Kota Ternate. Kondisi ini menyebabkan ANGKOT dapat dengan
bebas melalui rute angkutan lainnya sesuai dengan keinginan penumpang. Di
Kota Ternate saat ini terdapat 15 trayek dengan rute seperti disampaikan pada
Tabel 4.24.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.24. Rute dan Jarak Trayek Angkutan di Kota Ternate Tahun2011/2012
No. Trayek Jarak (Km)
1 Terminal – Akehuda 5.0
2 Terminal – Tarau 7.0
3 Terminal – Moya 5.5
4 Terminal – Air Tege-Tege 5.5
5 Terminal – Tanah Tinggi 4.0
6 Terminal – Jerbus 4.5
7 Terminal – Perumnas 5.0
8 Terminal – Ubo-Ubo 5.0
9 Terminal – Kalumata 5.0
10 Terminal – Jambula 11.0
11 Terminal – Rua 14.0
12 Terminal – Taduma 18.0
13 Terminal – Togafa 22.0
14 Terminal – Sulamadaha 13.0
15 Terminal – Sasa 10.0Sumber: Dinas Perhubungan Kota Ternate, 2012
Gambar 4.9. Angkutan Kota di Terminal Gamalama Ternate
Terdapat beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh Dinas Perhubungan
Kota Ternate pada saat ini adalah:
- belum dimilikinya fasilitas Jembatan Timbang sehingga tonase barang yang
diangkut oleh angkutan umum yang melewati ruas jalan di Kota Ternate
tidak bisa terkontrol atau terdeteksi. Kondisi ini sangat rawan terhadap
kerusakan perkerasan jalan.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Di Kota Ternate pada saat ini terdapat dua jenis angkutan penyeberangan yaitu
penyeberangan laut (A-Yani) dan penyeberangan lokal (Bastiong) dengan
menggunakan mesin penggerak dibawah 7 GT.
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, jumlah kendaraan dan
penumpang yang menggunakan jasa angkutan penyeberangan pada tahun 2011
mengalami peningkatan daripada tahun 2010. Pada tahun 2011 jumlah
penumpang untuk lintasan Bastiong-Rum naik 193,43% dibandingkan tahun 2010,
untuk lintasan Bastiong-Sidangoli naik 72,95%, untuk lintasan Ternate-Babang
naik 341,25%, dan untuk lintasan Bastiong-Sofifi naik 74,64%. Kenaikan yang
sangat signifikan untuk lintasan Bastiong-Babang dan Bastiong-Rum karena
adanya penambahan jadwal penyeberangan.
Transportasi penyeberangan berfungsi sebagai jembatan bergerak yang
menghubungkan jaringan jalan yang terputus karena adanya perairan, untuk
mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Oleh karenanya
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jumlah 126 168 221 239Sumber: Dishub Kota Ternate 2012
Tabel 4.26. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Ternate UntukLintasan Bastiong – Rum Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011Trip 1.142 1.152 1.335 2.772
Penumpang (orang) 64.132 79.320 71.014 208.377
Kendaraan:
- Roda 2 22.500 *) 26.358 77.112
- Roda 4 / Lebih 10.714 *) 11.094 17.782
Barang (Ton/M3):
- Diatas kendaraan 14.544 15.696 13.392 25.212
- Curah 0 0 0 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.27. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Ternate UntukLintasan Bastiong – Sidangoli Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011Trip 409 406 370 676
Penumpang (orang) 29.166 35.732 37.946 65.628
Kendaraan
- Roda 2 8.601 *) 10.610 16.809
- Roda 4 / Lebih 5.102 *) 4.343 8.516
Barang (Ton/M3)
- Diatas kendaraan 12.840 13.199 9.704 14.896
- Curah 0 0 0 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.28. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Ternate untukLintasan Bastiong – Sofifi Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011Trip 149 182 653 1.205
Penumpang (orang) 9.757 18.505 113.969 199.032
Kendaraan
- Roda 2 1.768 *) 19.594 35.060
- Roda 4 / Lebih 1.614 *) 6.403 7.658
Barang (Ton/M3)
- Diatas kendaraan 3.504 5.424 13.431 27.677
- Curah 0 1 0 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.29. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Ternate untukLintasan Ternate – Babang Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011Trip 42 68 76 132
Penumpang (orang) 98 344 80 353
Kendaraan
- Roda 2 18 21 *) 396
- Roda 4 / Lebih 290 104 *) 326
Barang (Ton/M3)
- Diatas kendaraan 178 68 387 216
- Curah 0 0 24 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Gambar 4.10. Aktivitas Angkutan Laut di Pelabuhan Bastiong
4.4.4. Angkutan Laut
Ternate sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan tentu saja moda
angkutan laut menjadi salah satu alat transportasi yang banyak digunakan baik
oleh pedagang untuk mengirim barang dagangan maupun oleh penduduk Kota
Ternate untuk bepergian ke wilayah di luar Maluku Utara. Selain itu, sebagai pusat
perdagangan dan kegiatan ekonomi di Provinsi Maluku Utara, banyak kapal baik
kapal penumpang maupun barang yang berlayar dan singgah di pelabuhan
Ternate. Untuk lebih jelasnya, diuraikan kondisi pelabuhan laut yang ada di Kota
Ternate, yaitu:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Pelabuhan Ternate (Pelabuhan Ahmad Yani dan Bastiong)
Pelabuhan Nasional di Propinsi Maluku Utara tercatat sebanyak 2 pelabuhan,
yakni Pelabuhan Ternate dan Pelabuhan Mangole – Falabisahaya. Dimana untuk
pelabuhan nasional yang dipersiapkan terbuka untuk melayani jalur pelayaran
keluar negeri, pelayaran dalam negeri, pelayaran rakyat dan perintis adalah
Pelabuhan Ternate yang terdiri dari Daratan Pangkalan Jendral Ahmad Yani dan
Pangkalan Bastiong, dimana Pelabuhan Ternate (Ahmad Yani) ini merupakan
Pelabuhan Cabang Kelas II di Wilayah Kerja PT. Pelindo IV. Pelabuhan Bastiong
merupakan pelabuhan angkutan orang/barang dengan status pelabuhan regional
yakni pelayanan antar kabupaten dalam Propinsi Maluku Utara.
Dimana dalam kompleks Pelabuhan Bastiong ini terdapat Pasar Bastiong dan
Terminal Penumpang Bastiong, rute pelayaran yang di layani yaitu dari Ternate
menyebar kepelabuhan di kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Sofifi, Jailolo,
Tidore dan Sanana serta kabupaten/kota lainnya dengan frekuensi pelayaran
yang relatif padat.
Wilayah kerja Pelabuhan Ternate (Pelabuhan A. Yani dan Bastiong) tersebut
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.04 Tahun
1999 tentang batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan Pelabuhan Ternate, sebagai berikut:
a) Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) meliputi daratan seluas 60.850 m2 yang
terdiri dari:
Daratan Pangkalan Jend. Ahmad Yani seluas 57.490 m2.
Daratan Pangkalan Bastiong seluas 3.360 m2.
b) Daerah Lingkungan Keperntingan (DLKP) pelabuhan seluas 3.803 Ha dan
daerah lingkungan kepentingan perairan seluas 6.696 Ha.
Dilihat dari letak wilayahnya, kedudukan Pelabuhan Ternate cukup
menguntungkan dalam jalur pelayaran domestik, nasional maupun internasional.
Dimana bila dilihat dari jalur pelayaran domestik, Pelabuhan Ternate ini terletak
diantara dua kabupaten/kota di Propinsi Maluku Utara yakni Kabupaten
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan, sedangkan bila ditinjau dari jalur
nasional, wilayah pelabuhan ternate cukup strategis karena berada diantara Pulau
Sulawesi dan Papua, sehingga aktifitas pergerakan orang dan barang dari kedua
pulau tersebut akan melewati Pelabuhan Ternate. Sedangkan dari sisi jalur
international, Pelabuhan Ternate ini terletak pada posisi silang antara Benua Asia
dan Australia. Maka Perkembangan Pelabuhan Ternate dimasa mendatang dalam
mendukung perdagangan luar negeri dan daerah hinterland disekitarnya,
diharapkan akan menjadi pintu gerbang utama atau main port sebagai pusat
pengumpul dan distribusi barang di Propinsi Maluku Utara.
Dimana untuk daya dukung Pelabuhan Ternate pada saat ini berdasarkan data
dari PT. Pelindo IV Cabang Ternate tahun 2007 dapat diurakan sebagai berikut:
a) Pelayanan Jasa Kapal Tambatan
Pangkalan A. Yani, memiliki konstruksi dermaga berupa Beton sepanjang248 x 12 m.
Pangkalan Bastiong, konstruksi beton sepanjang 25 x 5 m.
Besi / kayu sepanjang 50 meter.
Sheet Pile sepanjang 150 meter.
Boat sebanyak 1 unit.
b) Pelayanan Jasa Barang
Dermaga Pangkalan A. Yani seluas 2,976 m2.
Dermaga Pangkalan Bastiong seluas 300 m2.
Dermaga Sheet Pile 900 m2.
Gudang 01/02 seluas 432 m2.
Gudang 04 seluas 900 m2
Gudang 05 seluas 1.000 m2.
Lapangan peti kemas seluas 5,360 m2.
Lapangan non-peti kemas seluas 520 m2.
c) Pengusahaan Alat
Alat Forklift kapasitas 3 ton sebanyak 1 unit.
Alat PMK sebanyak 1 unit.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 5.2.1. Jumlah Kapal Yang Berdomisili (Home Base) Di PelabuhanTernate dan Sekitarnya Yang Berada Dalam Pengawasan KantorAdministrator Pelabuhan Ternate
No Uraian Jumlah (unit)1 Kapal Nusantara 492 Kapal Lokal 573 Kapal Rakyat 714 Kapal Khusus 175 Kapal Perintis 36 Armada Semut (Kurang dari 7 GT) 242
Tabel 4.30 menunjukkan lalu lintas penumpang dan barang angkutan laut di
pelabuhan Ahmad Yani Ternate.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
a) Ternate – Manado – Makasar / Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong
(PP),
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
b) Ternate – Makasar – Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong (PP),
c) Ternate – Ambon – Makasar – Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong
(PP).
Kemudian untuk penerbangan domestik antar kota dalam provinsi sebanyak 24
kali penerbangan dalam 1 minggu dengan rute Ternate – Buli / Morotai / Kao /
Weda / Labuha / Sanana / Fala (PP).
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, pada tahun 2011 wilayah Maluku
Utara dilayani oleh 6 maskapai penerbangan yang ada yaitu Lion Air / Wings Air,
Batavia Air, Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Express Air, Merpati Nusantara
Airlines. Dengan jumlah rute penerbangan yang semakin meningkat dari tahun
sebelumnya. Di tahun 2011 jumlah pesawat yang datang dan berangkat dari
Bandara Sultan Babullah sebanyak 4.544 buah. Jumlah ini menurun 6,98 % dari
tahun sebelumnya yang hanya 4.885 buah.
Seiring dengan peningkatan jumlah pesawat yang datang dan berangkat, maka
jumlah penumpang mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
sebelumnya. Hal ini di karenakan angkutan udara merupakan moda transportasi
dengan beberapa keunggulan antara lain: cepat, harga bersaing serta lebih
nyaman dibanding jenis angkutan lainnya, pada tahun 2011 jumlah penumpang
yang datang sebanyak 215.553 orang, jumlah ini menurun 0,28 % dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 216.153 orang. Sedangkan jumlah penumpang yang
berangkat dari bandara Sultan Babullah Ternate sebanyak 266.132 orang, jumlah
ini meningkat 6,63 % dari tahun sebelumnya yang berjumlah 249.852 orang.
Tabel 4.31 menunjukkan jumlah pesawat yang datang dan berangkat melalui
bandara Sultan Babullah Ternate dan Tabel 4.32 menunjukkan jumlah
penumpang yang datang dan berangkat melalui bandara Sultan Babullah Ternate.
Sedangkan jumlah barang dan bagasi yang dibongkar/dimuat melalui bandar
udara Sultan Babullah ditunjukkan oleh Tabel 4.33.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tabel 4.33. Jumlah Barang dan Bagasi yang Dibongkar/Dimuat MelaluiBandar Udara Sultan Babullah Ternate menurut Bulan padaTahun 2011
BulanBarang Bagasi
Bongkar Muat Bongkar Muat
Januari - 20 172 566 153 338
Pebruari 1 964 - 161 399 124 707
Maret - - 126 342 130 730
April 769 - 172 688 128 574
Mei 721 - 162 373 161 660
Juni 3 291 - 190 077 185 463
Juli 703 - 208 225 202 585
Agustus 2 143 - 182 504 172 078
September 2 183 - 190 668 230 193
Oktober 5 164 - 218 918 173 762
Nopember 14 067 - 226 768 105 939
Desember 9 061 - 158 053 109 577
Jumlah 40 066 20 2 170 634 1 878 606Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.4.6. Transportasi Multimoda
Pelayanan multimoda, dapat dilakukan dengan mengembangkan trayek angkutan
umum yang menghubungkan pelabuhan/bandar udara dengan pusat kota atau
wilayah lain yang mempunyai potensi penumpang besar. Pelayanan multimoda ini
merupakan integrasi dari dua moda yang berbeda, agar pelayanan angkutan
umum tidak terputus. Sebagai contoh adalah layanan angkutan umum kota di
Terminal Bastiong, Kota Ternate yang dapat melayani penumpang dari kota
menuju pelabuhan atau sebaliknya.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 4.11. Peta Prasarana Transportasi di Kota Ternate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Salah satu faktor keberhasilan dari suatu pembangunan wilayah adalah peranserta sektor transportasi. Oleh sebab sistem transportasi memerlukan pembinaanyang berorientasi pada peningkatan pelayanan sehingga akan menghasilkan jasatransportasi yang handal, berkemampuan tinggi serta dilaksnakan secara terpadu,tertip, lancar, aman, nyaman dan efisien.
Rencana strategis merupakan suatu konsep dari perencanaan Kota yang sangatmenentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Kota Ternate dimasayang akan datang mengingat permasalahan yang semakin berkembang baiksecara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dinamika masyarakat. Oleh sebab ituuntuk menangani permasalahan di Kota Ternate perlu dilakukan secarakonsepsional, relevan dan menyeluruh.
Secara rinci permasalahan transportasi yang ada di Kota Ternate antara lainadalah:
1. Pertumbuhan ekonomi Kota Ternate yang meningkat seiring denganberkembangnya aktivitas masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.Kondisi ini disebabkan Ternate merupakan Kota perdagangan, distribusidan penyangga ekonomi bagi Provinsi Maluku Utara;
2. Jumlah penduduk yang semakin padat, berakibat pada semakinkompleksnya permasalahan transportasi;
3. Kualitas jaringan pelayanan yang meliputi sarana, prasarana jaringanpelayanan seperti terminal dan sistem pengendalian pelayanan angkutanumum belum tertata secara konsepsional;
4. Bertambahnya jumlah kendaraan angkutan umum, angkutan barang,pribadi, dinas dan kendaraan roda dua yang tidak seimbang denganfasilitas jaringan jalan yang tersedia saat ini;
5. Belum tersedianya kawasan parkir yang representatif sehinggamenyebabkan ruas dan bahu jalan dipergunakan sebagai tempat parkiryang berakibat pada gangguan aktivitas kelancaran lalulintas.
6. Belum tertatanya sistem angkutan kota yang beroperasi secara reguler danterjadwal serta tarif yang terjangkau masyarakat.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
4.6. ANALISIS PERGERAKAN ORANG DAN BARANG DI KOTA TERNATE
4.6.1. Jaringan Jalan
Dalam model, jaringan jalan direpresentasikan dengan node dan link. Node
mewakili titik-titik persimpangan dan pertemuan ruas jalan di dalam peta agar
daerah lengkung jalan bisa tergambar. Link mewakili ruas-ruas jalan. Studi ini
menggunakan jaringan jalan yang secara langsung memiliki kontribusi signifikan
dalam pemodelan. Jaringan jalan yang berdampak terhadap pemodelan adalah
jaringan jalan yang secara fungsional dipakai untuk pergerakan lalu lintas dengan
volume yang cukup besar.
Gambar jaringan jalan di Kota Ternate dapat dilihat pada Gambar 4.14. berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Data perhitungan volume lalu-lintas dapat diperoleh dengan cara melakukan traffic
counting survey. Traffic counting survey dilakukan untuk mendapatkan gambaran
volume lalu-lintas yang ada. Volume lalu-lintas didapat dengan mengukur volume
lalu-lintas dari berbagai jenis kendaraan yang melalui jalan di wilayah daerah studi
yang ada. Survai persimpangan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
persimpangan/ pertemuan jalan baik situasi fisik maupun kondisi lalu-lintas antara
lain komposisi, distribusi menurut waktu dan arah, dan lain-lain.
Penghitungan traffic counting di persimpangan berdasarkan jenis kendaraan dan
penunjukan waktu yang dilakukan pada jam puncak pagi, siang dan sore hari.
Tujuan survai adalah untuk memperoleh data sebagai berikut:
Semua jenis kendaraan yang lewat.
- Kendaraan tak bermotor (KTB)
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Jumlah titik dan lokasi survai yang dapat mewakili lingkup wilayah studi dan
disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang diperlukan dalam studi ini.
Lokasi survai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.34. Lokasi survai traffic counting
No. Nama Lokasi
1 Simpang Toyota / Bastiong Talangamen
2 Simpang Kantor Gubernur Lama
3 Simpang Pasar Gamalama
4 Simpang Dufa-Dufa
5 Simpang Tarau
6 Simpang Pelabuahn Speed Feri
7 Simpang Tubo
8 Simpang Maliaro
9 Simpang Jerebus
10 Simpang Ubo-Ubo
11 Simpang Ngade Baru
12 Simpang Takoma/Grand Majang Hotel
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Dari hasil survei perhitungan lalulintas diperoleh data jumlah kendaraan pada
setiap jenisnya. Selanjutnya untuk keperluan analisis lanjut, data tersebut
kemudian dikonversikan dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan
menggunakan faktor konversi tertentu.
4.7. PEMODELAN TRANSPORTASI
Dalam model, jaringan jalan direpresentasikan dengan node dan link. Node
mewakili titik-titik persimpangan dan pertemuan ruas jalan di dalam peta agar
daerah lengkung jalan bisa tergambar. Link mewakili ruas-ruas jalan. Studi ini
menggunakan jaringan jalan yang secara langsung memiliki kontribusi signifikan
dalam pemodelan. Jaringan jalan yang berdampak terhadap pemodelan adalah
jaringan jalan yang secara fungsional dipakai untuk pergerakan lalu lintas dengan
volume yang cukup besar.
Sistem zonasi kegiatan adalah hal yang penting untuk diketahui sebelum
melakukan analisis pemodelan pergerakan suatu wilayah studi. Sistem zonasi dari
suatu wilayah akan mengatur pergerakan yang terjadi pada wilayah tesebut.
Maksud dibuatnya zonasi ini adalah agar supaya perjalanan yang dilakukan di
jaringan jalan di dalam wilayah studi dapat dengan mudah dimodelkan. Meskipun
berbasis zona administrasi pembuatan zonasi model dibuat berdasarkan acuan
kodifikasi yang telah dihasilkan oleh jaringan jalan. Sebuah wilayah administrasi
(bisa berupa kelurahan, kecamatan atau kabupaten) dapat berupa satu atau lebih
zona model tergantung pada jaringan jalan yang telah atau akan dibuat. Hal ini
disebabkan karena:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
a) jaringan jalan bukan merupakan batas wilayah administrasi,
b) pembebanan lalulintas dilakukan berdasarkan data bangkitan dan tarikan di
tiap-tiap zona yang akan menghasilkan volume lalulintas pada jaringan jalan,
c) kemudahan representasi model berdasarkan zona-zona aktual di lapangan.
Dalam pemodelan ini digunakan peta jaringan jalan yang didasarkan pada peta
jaringan jalan eksisting Kota Ternate. Zona bangkitan dan tarikan di Kota Ternate
diwakili oleh 77 kelurahan di 7 Kecamatan di Kota Ternate.
Tabel 4.35. Zona Berbasis Wilayah Administratif di Kota TernateNo Kecamatan/ KelurahanI Pulau Ternate1 Jambula2 Foramadahi3 Kastela4 Rua5 Afe – Taduma6 Togafo7 Loto8 Takome9 Sulamadaha10 Tobololo11 Bula12 Kulaba13 DorpeduII Ternate Selatan1 Sasa2 Gambesi3 Fitu4 Kalumata5 Kayu Merah6 Bastiong Talangame7 Ubo Ubo8 Mangga Dua9 Jati10 Toboko11 Tanah Tinggi
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
No Kecamatan/ Kelurahan12 Tanah Tinggi Barat13 Mangga Dua Utara14 Jati Perumnas15 Tabona16 Bastiong Karance17 NgadeIII Ternate Utara1 Soa2 Soa Sio3 Kasturian4 Salero5 Toboleu6 Sangaji7 Dufa Dufa8 Tafure9 Tabam10 Sango11 Tarau12 Sangaji Utara13 Akehuda14 TuboIV Moti1 Takofi2 Kota3 Tafamutu4 Tafaga5 Figur6 TadenasV Pula Batang Dua1 Mayau2 Tifure3 Lelewi4 Bido5 Pantai Sagu6 Perum BersatuVI Ternate Tengah1 Kampung Makassar Barat2 Kampung Makassar Timur
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
No Kecamatan/ Kelurahan3 Salahuddin4 Kalumpang5 Santiong6 Gamalama7 Moya8 Marikurubu9 Kampung Pisang10 Takoma11 Muhajirin12 Maliaro13 Kota Baru14 Tanah Raja15 StadionVII Pulau Hiri1 Togolobe2 Dorari Isa3 Faudu4 Mado5 Tomajiko6 Tafraka
Gambar jaringan jalan yang telah diubah dalam bentuk node dan link di Kota
Ternate dapat dilihat pada Gambar 4.14, berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 4.14. Jaringan Jalan Eksisting dengan Node dan Link untukPemodelan
Pada Gambar 4.15, ditunjukkan karakteristik kecepatan kendaraan yang melewati
jaringan jalan di Kota Ternate.
Gambar 4.15. Karakteristik kecepatan pada kondisi eksisting
4.7.1. Matrik Asal Tujuan
Matrik Asal Tujuan (OD Matrix) Perjalanan merupakan matrik dua dimensi yang
menunjukkan pola dan besaran perjalanan dari titik asal (origin) ke titik tujuan
(destination), yang berisi bangkitan dan tarikan (jumlah perjalanan dari tempat
asal ke tempat tujuan) yang berasal dari 77 zona yang mewakili pergerakan dan
seluruhnya diwakili oleh 77 kelurahan di dalam Kota Ternate.
Dalam pemodelan Kota Ternate ini, Matrik Asal Tujuan didapatkan dari
generalisasi land use atau tata guna lahan, jumlah penduduk, yang terdiri atas
jumlah pekerja yang tinggal pada suatu kawasan (origin) atau dikenal sebagai
working residence (tempat tinggal), yang kemudian melakukan perjalanan ke
tempat pekerjaan (destination), atau disebut sebagai jobs (pekerjaan).
Matrik Asal Tujuan di Kota Ternate dapat digambarkan dalam ilustrasi model
berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 4.16. Matrik Asal Tujuan dalam Pemodelan Transportasi KotaTernate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
Tabel 4.36. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Eksisting di Kota Ternate 2013
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
Tabel 4.37. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Eksisting di Kota Ternate 2013
TujuanPulau Ternate Moti Pulau Batang Dua Pulau Hiri Ternate Selatan Ternate Tengah Ternate Utara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 21.7 4.3 10.4 12.0 26.8 117.1 192
Moti 21.7 - 5.4 2.7 9.3 15.2 40.4 95
Pulau Batang Dua 4.3 5.4 - 0.6 1.4 2.4 6.7 21
Pulau Hiri 10.4 2.7 0.6 - 1.9 2.6 6.2 24
Ternate Selatan 12.0 9.3 1.4 1.9 - 18.7 30.4 74
Ternate Tengah 26.8 15.2 2.4 2.6 18.7 - 85.9 152
Ternate Utara 117.1 40.4 6.7 6.2 30.4 85.9 - 287
Jumlah 192 95 21 24 74 152 287 844
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Tahapan berikutnya adalah pembebanan lalulintas pada jaringan jalan atau
trip/traffic assignment, yaitu dengan mengalokasikan perjalanan yang telah
dipisahkan menurut moda masing-masing ke dalam berbagai rute jaringan yang
tersedia yang menghubungkan zona asal tujuan yang ditentukan.
Salah satu tujuan utama dari tahap pembebanan lalulintas atau pembebanan
kebutuhan perjalanan adalah untuk dapat mengidentifikasikan rute-rute yang akan
dilalui dan ditempuh oleh pemakai jalan dari suatu zona asal ke zona tujuan dan
jumlah perjalanan yang melalui setiap ruas jalan pada suatu jaringan jalan.
Metoda yang paling sesuai untuk suatu daerah akan sangat tergantung dari
karakteristik wilayah studi itu sendiri. Variabel tingkat dari kemacetan, adanya
rute-rute alternatif dengan masing-masing biaya (travel cost) dan ditambah
dengan perilaku dari pengendara akan sangat berpengaruh dalam menentukan
metoda trip assignment yang terbaik pada suatu kasus tertentu. Pada wilayah
Kota Ternate ini, metoda assignment yang dipilih adalah metoda user equilibrium
mengingat lokasi studi berupa wilayah kota dengan jaringan jalan yang cukup
banyak alternatif.
Setelah distribusi perjalanan dibebankan ke jaringan jalan maka didapatkan
volume lalulintas di ruas jalan sehingga dapat diketahui VC ratio dari masing-
masing ruas jalan yang dimodelkan. Besarnya volume dan VC ratio dari kondisi
jaringan jalan eksisting secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 4.17. Hasil Pembebanan Lalulintas Kota Ternate Kondisi Eksisting
Dari gambar di atas terlihat bahwa pembebanan lalulintas pada jaringan jalan di
Kota Ternate masih berada pada kondisi normal, dengan VC Ratio rata-rata masih
di bawah 0,3.
Rekapitulasi besaran arus lalulintas pada jaringan jalan dan besaran VC Ratio
kondisi eksisting di Kota Ternate dapat dilihat pada Gambar 4.18, berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 4.18. Rekapitulasi VC Ratio dan Arus Lalulintas di Jaringan Jalandi Kota Ternate Kondisi Eksisting
Hasil pembebanan lalulintas tiap-tiap ruas jalan tertuang dalam rekapitulasi tabel
berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
4 - 67
Tabel 4.38. Rekapitulasi Data Jaringan Jalan, Kapasitas, Arus Lalulintasdan VC Ratio Hasil Pembebanan Kota Ternate Kondisi Eksisting
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
4 - 74
NoRuas Nama Ruas Panjang
(km)Lebar
(m)Kapasitas
Jalan(smp/jam)
VolumeLalulintas(smp/jam)
VCRatio
190 Jl. Keliling Pulau Mayau 21,3170 4,00 1301 109 0,084191 Jl. Keliling Pulau Tifure 14,0000 4,00 1301 109 0,084
(sumber: hasil analisis pemodelan,diolah)
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Dalam MP3EI ditetapkan bahwa Propinsi Maluku Utara merupakan bagian dari
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Adapun produksi unggulan dan
investasi Nasional di koridor tersebut khususnya di wilayah Propinsi Maluku Utara
adalah pertambangan nikel dan perikanan. Tabel 5.1 menunjukkan daftar
investasi infrastruktur yang teridentifikasi di koridor Papua-Maluku (MP3EI),
khususnya di wilayah Kota Ternate. Dari Tabel 5.1 disebutkan proyek MP3EI
adalah peningkatan administrasi pelabuhan, hal ini guna meningkatkan pelabuhan
Ternate sebagai pelabuhan Nasional, yang disebabkan oleh besarnya jumlah
bongkar/muat barang. Adapun peta lokasi proyek MP3EI di Kota Ternate dapat
dilihat pada Gambar 5.1.
Tabel 5.1. Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi di KoridorPapua – Maluku, Khususnya di Wilayah Kota Ternate
No Proyek MP3EINilai Investasi
(IDR Miliar)Periode
MulaiPeriodeSelesai
Lokasi
1 Adpel Ternate 150 2011 2014 Kota Ternate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 5.1. Peta Lokasi Proyek MP3EI di Kota Ternate
5.2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TERNATE
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate telah dimuat didalam
Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Adpel TernateNilai Investasi Rp 150 M
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Ruang Wilayah Kota Ternate Tahun 2012 – 2032. Penataan Ruang Kota Ternate
bertujuan untuk:
“Mewujudkan Kota Ternate Sebagai Kota Pesisir dan Kepulauan yang Adil,
Mandiri dan Berkelanjutan berbasis pada sektor unggulan Jasa Perdagangan,
Perikanan dan Pariwisata“.
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, disusun kebijakan penataan
ruang wilayah Kota Ternate yang terdiri atas:
a. Kebijakan penetapan struktur ruang;
b. Kebijakan pola ruang; dan
c. Kebijakan penetapan kawasan strategis.
5.2.1. Rencana Struktur Ruang Kota Ternate
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 02 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate Tahun 2012 – 2032, dimana didalam
Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa Rencana struktur ruang wilayah Kota Ternate
meliputi:
a. Sistem pusat-pusat kegiatan;
b. Sistem prasarana utama; dan
c. Sistem jaringan prasarana lainnya.
Sistem pusat pelayanan tersebut terdiri atas:
a. Pusat Pelayanan Kota;
b. Sub Pusat Pelayanan Kota; dan
c. Pusat Lingkungan;
Sistem pusat pelayanan Kota Ternate terdiri atas 1 (satu) pusat pelayanan, 6
(enam) sub pusat pelayanan dan 26 pusat lingkungan. Pusat pelayanan kota
terdapat di sebagian Bagian Wilayah Kota (BWK) I, BWK II, BWK III yang meliputi
Kelurahan Salero, Soa, Kampung Makassar Timur, Kampung Makassar Barat,
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gamalama, Muhajirin, Tanah Raja, Takoma, Kota Baru, Maliaro, Stadion, Tanah
Tinggi, Kalumpang, Santiong dan Kelurahan Salahuddin. Pusat pelayanan kota
memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan kota, pendidikan dan
olahraga, perdagangan dan jasa, pusat pelayanan transportasi, pusat pelayanan
kesehatan, pusat keamanan dan keselamatan serta pusat sejarah dan
kebudayaan.
Sub pusat pelayanan kota terdiri atas:
a. Kelurahan Dufa-dufa di Kecamatan Ternate Utara (BWK I);
b. Kelurahan Bastiong Talangame dan Bastiong Karance di Kecamatan
Ternate Selatan (BWK III);
c. Kelurahan Jambula dan Sasa di Kecamatan Ternate Selatan dan
Kecamatan Pulau Ternate (BWK IV);
d. Kelurahan Togolobe di Kecamatan Hiri (BWK V);
e. Kelurahan Moti Kota di Kecamatan Moti (BWK VI); dan
f. Kelurahan Mayau di Kecamatan Batang Dua (BWK VII).
Pusat lingkungan terdiri atas:
a. Kelurahan Moya, Kampung Makassar Barat, Santiong, Kota Baru,
Stadion dan Maliaro di Kecamatan Ternate Tengah;
b. Kelurahan Tanah Tinggi Barat, Taboko, Mangga Dua, Jati dan
Gambesi di Kecamatan Ternate Selatan;
c. Kelurahan Tabam, Akehuda dan Sangaji di Kecamatan Ternate
Utara;
d. Kelurahan Kastela, Rua, Afetaduma, Loto, Takome, Sulamadaha,
dan Kulaba di Kecamatan Pulau Ternate;
e. Kelurahan Tafaga, dan Takofi di Kecamatan Moti;
f. Kelurahan Faudu di Kecamatan Hiri; dan
g. Kelurahan Bido dan Tifure di Kecamatan Batang Dua.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 5.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Ternate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Di dalam Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 02 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate Tahun 2012 – 2032, Pasal 19 ayat (1)
menyebutkna bahwa Rencana pola ruang wilayah Kota Ternate meliputi :
a. Rencana kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Ruang Terbuka Hujau (RTH);
e. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
f. Kawasan rawan bencana alam.
Sedangkan kawasan budidaya terdiri atas:
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan permukiman;
c. Kawasan jasa dan perdagangan;
d. Kawasan perkantoran;
e. Kawasan industri;
f. Kawasan pariwisata;
g. Kawasan perikanan;
h. Kawasan pertanian;
i. Kawasan ruang evakuasi bencana;
j. Kawasan terbuka non hijau; dan
k. Kawasan peruntukan lainnya.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 5.3. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Ternate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Setelah dilakukan analisis terhadap beban lalulintas pada kondisi saat ini, seperti
terlihat pada bab 4. Sub bab. 4.7.2., kemudian dilakukan analisis pembebanan
terhadap kondisi yang akan datang.
5.3.1. Matrik Asal Tujuan
Matrik Asal Tujuan (OD Matrix) Perjalanan merupakan matrik dua dimensi yang
menunjukkan pola dan besaran perjalanan dari titik asal (origin) ke titik tujuan
(destination), yang berisi bangkitan dan tarikan (jumlah perjalanan dari tempat
asal ke tempat tujuan) yang berasal dari 7 zona yang mewakili pergerakan dan
seluruhnya diwakili oleh 7 kecamatan di dalam Kota Ternate.
Dalam pemodelan Kota Ternate ini, Matrik Asal Tujuan didapatkan dari
generalisasi land use atau tata guna lahan, jumlah penduduk, yang terdiri atas
jumlah pekerja yang tinggal pada suatu kawasan (origin) atau dikenal sebagai
working residence (tempat tinggal), yang kemudian melakukan perjalanan ke
tempat pekerjaan (destination), atau disebut sebagai jobs (pekerjaan).
Matrik Asal Tujuan di Kota Ternate dapat digambarkan dalam ilustrasi model
berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 9
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.2. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2014
Tujuan PulauTernate M o t i
PulauBatang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,364 473 2,754 37,694 36,184 41,893 120,363
M o t i 1,364 - 120 243 6,960 5,408 4,500 18,594
Pulau Batang Dua 473 120 - 91 2,012 1,620 1,396 5,712
Pulau Hiri 2,754 243 91 - 7,880 5,544 4,270 20,781
Ternate Selatan 37,694 6,960 2,012 7,880 - 254,346 152,704 461,596
Ternate Tengah 36,184 5,408 1,620 5,544 254,346 - 171,438 474,540
Ternate Utara 41,893 4,500 1,396 4,270 152,704 171,438 - 376,203
Jumlah 120,363 18,594 5,712 20,781 461,596 474,540 376,203 1,477,790Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 10
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.3. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2015
Tujuan PulauTernate M o t i
PulauBatang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,473 511 2,974 40,710 39,079 45,245 129,992
M o t i 1,473 - 129 262 7,516 5,840 4,860 20,082
Pulau Batang Dua 511 129 - 98 2,173 1,750 1,508 6,169
Pulau Hiri 2,974 262 98 - 8,510 5,987 4,612 22,444
Ternate Selatan 40,710 7,516 2,173 8,510 - 274,694 164,921 498,524
Ternate Tengah 39,079 5,840 1,750 5,987 274,694 - 185,153 512,503
Ternate Utara 45,245 4,860 1,508 4,612 164,921 185,153 - 406,299
Jumlah 129,992 20,082 6,169 22,444 498,524 512,503 406,299 1,596,013Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 11
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.4. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2019
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 2,004 695 4,047 55,385 53,167 61,555 176,852
M o t i 2,004 - 176 357 10,226 7,945 6,613 27,321
Pulau Batang Dua 695 176 - 133 2,956 2,380 2,052 8,393
Pulau Hiri 4,047 357 133 - 11,578 8,145 6,275 30,535
Ternate Selatan 55,385 10,226 2,956 11,578 - 373,718 224,373 678,236
Ternate Tengah 53,167 7,945 2,380 8,145 373,718 - 251,899 697,255
Ternate Utara 61,555 6,613 2,052 6,275 224,373 251,899 - 552,765
Jumlah 176,852 27,321 8,393 30,535 678,236 697,255 552,765 2,171,358Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 12
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.5. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2025
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 3,180 1,103 6,421 87,889 84,369 97,680 280,643
M o t i 3,180 - 280 567 16,227 12,608 10,493 43,355
Pulau Batang Dua 1,103 280 - 212 4,691 3,777 3,256 13,319
Pulau Hiri 6,421 567 212 - 18,373 12,926 9,957 48,455
Ternate Selatan 87,889 16,227 4,691 18,373 - 593,044 356,052 1,076,276
Ternate Tengah 84,369 12,608 3,777 12,926 593,044 - 399,732 1,106,456
Ternate Utara 97,680 10,493 3,256 9,957 356,052 399,732 - 877,169
Jumlah 280,643 43,355 13,319 48,455 1,076,276 1,106,456 877,169 3,445,673Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 13
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.6. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2030
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau Batang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 4,673 1,621 9,435 129,138 123,965 143,524 412,356
M o t i 4,673 - 411 833 23,843 18,526 15,418 63,703
Pulau Batang Dua 1,621 411 - 311 6,893 5,550 4,784 19,569
Pulau Hiri 9,435 833 311 - 26,995 18,992 14,630 71,196
Ternate Selatan 129,138 23,843 6,893 26,995 - 871,376 523,157 1,581,403
Ternate Tengah 123,965 18,526 5,550 18,992 871,376 - 587,337 1,625,747
Ternate Utara 143,524 15,418 4,784 14,630 523,157 587,337 - 1,288,849
Jumlah 412,356 63,703 19,569 71,196 1,581,403 1,625,747 1,288,849 5,062,824Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 14
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.7. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2014
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau Batang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,410 489 2,846 38,950 37,391 43,290 124,375
M o t i 1,410 - 124 251 7,192 5,588 4,650 19,215
Pulau Batang Dua 489 124 - 94 2,079 1,674 1,443 5,902
Pulau Hiri 2,846 251 94 - 8,142 5,728 4,413 21,474
Ternate Selatan 38,950 7,193 2,079 8,142 - 262,824 157,794 476,983
Ternate Tengah 37,391 5,588 1,674 5,728 262,824 - 177,152 490,358
Ternate Utara 43,290 4,650 1,443 4,413 157,794 177,152 - 388,743
Jumlah 124,375 19,216 5,903 21,474 476,982 490,358 388,743 1,527,049Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 15
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.8. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2015
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau Batang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,522 528 3,073 42,066 40,382 46,753 134,325
M o t i 1,522 - 134 271 7,767 6,035 5,023 20,752
Pulau Batang Dua 528 134 - 101 2,245 1,808 1,558 6,375
Pulau Hiri 3,073 271 101 - 8,793 6,187 4,766 23,192
Ternate Selatan 42,066 7,768 2,245 8,793 - 283,850 170,418 515,142
Ternate Tengah 40,382 6,035 1,808 6,187 283,850 - 191,325 529,586
Ternate Utara 46,753 5,023 1,558 4,766 170,418 191,325 - 419,842
Jumlah 134,325 20,753 6,375 23,192 515,141 529,586 419,842 1,649,213Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 16
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.9. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2019
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau Batang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 2,071 718 4,181 57,231 54,939 63,607 182,747
M o t i 2,071 - 182 369 10,567 8,210 6,833 28,233
Pulau Batang Dua 718 182 - 138 3,055 2,460 2,120 8,673
Pulau Hiri 4,181 369 138 - 11,963 8,417 6,484 31,552
Ternate Selatan 57,231 10,569 3,055 11,963 - 386,175 231,852 700,845
Ternate Tengah 54,939 8,210 2,460 8,417 386,175 - 260,295 720,496
Ternate Utara 63,607 6,833 2,120 6,484 231,852 260,295 - 571,191
Jumlah 182,747 28,234 8,673 31,552 700,843 720,496 571,191 2,243,737Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 17
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.10. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2025
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate- 3,286 1,140 6,635 90,818 87,182 100,936 289,997
M o t i 3,286 - 289 585 16,768 13,029 10,843 44,802
Pulau Batang Dua 1,140 289 - 219 4,848 3,903 3,364 13,762
Pulau Hiri 6,635 585 219 - 18,984 13,356 10,289 50,070
Ternate Selatan 90,818 16,771 4,848 18,984 - 612,812 367,920 1,112,153
Ternate Tengah 87,182 13,029 3,903 13,356 612,812 - 413,055 1,143,337
Ternate Utara 100,936 10,843 3,365 10,289 367,920 413,055 - 906,408
Jumlah 289,997 44,804 13,763 50,070 1,112,150 1,143,337 906,408 3,560,528Sumber: analisis
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 18
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Tabel 5.11. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2030
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 4,829 1,675 9,750 133,441 128,098 148,308 426,100
M o t i 4,829 - 424 860 24,638 19,144 15,932 65,828
Pulau Batang Dua 1,675 424 - 321 7,123 5,735 4,943 20,221
Pulau Hiri 9,750 860 321 - 27,894 19,625 15,118 73,569
Ternate Selatan 133,441 24,642 7,123 27,894 - 900,422 540,595 1,634,117
Ternate Tengah 128,098 19,144 5,735 19,625 900,422 - 606,914 1,679,938
Ternate Utara 148,308 15,932 4,944 15,118 540,595 606,914 - 1,331,811
Jumlah 426,100 65,832 20,222 73,569 1,634,113 1,679,938 1,331,810 5,231,584
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Skenario pengembangan yang dilakukan adalah berdasar pada investasi
infrastruktur MP3EI yang berada di koridor Papua – Maluku, berupa peningkatan
administrasi pelabuhan Adpel Pelabuhan Ternate. Selain itu, juga dilakukan
pembangunan pelabuhan di beberapa lokasi untuk menunjang pengembangan
ekonomi wilayah, seperti pembangunan pelabuhan Wisata Marina Dodoku Ali di
Kelurahan Salero, pengembangan landasan peti kemas Pelabuhan Ahmad Yani,
pengembangan pelabuhan pengumpan di Moti Kota, Mayau, Tifure dan Togolobe,
peningkatan dan pemeliharaan Pelabuhan Perikanan (PPN) Nusantara Bastiong,
peningkatan dan pemeliharaan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Dufa-dufa,
pembangunan pelabuhan rakyat (di Kelurahan Sasa dan Kelurahan Sulamadaha),
pembangunan dermaga speed boat terpadu (Kelurahan Mangga Dua, Dermaga
Sasa, Pos Angkatan Laut di Kecamatan Batang Dua, dan pembangunan
dermaga/tambatan perahu di Kelurahan Sulamadaha), pembangunan
pelabuhan/dermaga ferry di Pulau Moti dan Pulau Tifure.
Dalam pemodelan lalu lintas darat, skenario di atas direpresentasikan dengan
cara merubah Matriks Asal Tujuan khusus pada lokasi-lokasi yang telah
dideskripsikan di atas.
Hasil pembebanan skenario pengembangan Adpel Pelabuhan Ternate dalam
sektor jaringan jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 5.4. Hasil Pembebanan Lalulintas Kota Ternate Kondisi Skenario
Dari hasil pembebanan lalulintas di atas dapat dilihat bahwa terdapat
pengembangan arus lalulintas dari dan menuju ke Pelabuhan Ternate.
Rekapitulasi besaran arus lalulintas pada jaringan jalan dan besaran VC Ratio
kondisi skenario pengembangan di Kota Ternate dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 5.5. VC Ratio di Jaringan Jalan di Kota Ternate Kondisi SkenarioTahun 2030
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada tahun 2030 Vc ratio di ruas jalan
yang ada di Kota ternate sebagian besar sudah di atas 0.4, bahkan sebagian dari
ruas jalan sudah ada yang lebih dari 1,00. Secara rinci vc ratio dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2030 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
59.1 Jl. Soa - Puncak I 0,3238 4,00 1301 364 0.28059.2 Jl. Soa - Puncak II 0,7180 4,00 1301 415 0.319
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
76.1 Jl. Ake Oti 16,320 4,00 1301 498 0.38376.2 Jl. Tanah Tinggi Barat 0,2300 3,50 1301 475 0.36576.3 Jl. Maliaro - Jati Jan 0,3000 4,50 1301 490 0.37776.4 Jl. Kamp Kodok Jerbus 0,1232 3,50 1301 407 0.31376.5 Jl. Lingk Marikurubu - Jati 01 0,3050 4,00 1301 369 0.284
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
12.1 Jl. Lingk Pasar Kotabaru 0,1320 3,50 1301 900 0.692
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
76.1 Jl. Ake Oti 16,320 4,00 1301 612 0.47176.2 Jl. Tanah Tinggi Barat 0,2300 3,50 1301 585 0.44976.3 Jl. Maliaro - Jati Jan 0,3000 4,50 1301 603 0.46476.4 Jl. Kamp Kodok Jerbus 0,1232 3,50 1301 501 0.38576.5 Jl. Lingk Marikurubu - Jati 01 0,3050 4,00 1301 455 0.35076.6 Jl. Lingk Marikurubu - Jati 02 0,7570 4,00 1301 371 0.28577 Jl. Tanah Tinggi 0,7167 5,50 1301 817 0.628
77.1 Jl. Lingk Tanah Tinggi 1 0,1994 3,50 1301 622 0.47877.2 Jl. Lingk Tanah Tinggi 2 0,1530 4,00 1301 594 0.45778 Jl. Belakang RSU 0,5958 4,50 1301 1104 0.84979 Jl. Cempaka Tanah Tinggi 0,6529 5,00 1301 956 0.73580 Jl. Larat 0,1912 5,00 1301 826 0.63581 Jl. Nusa Indah 0,3193 5,50 1301 789 0.60682 Jl. Kecubung 0,2146 5,00 1301 705 0.54283 Jl. Teratai 0,1051 4,50 1301 510 0.392
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
112.1 Jl. Lingk Meteorologi - Perum Jan 0,6030 4,00 1301 548 0.421113 Jl. Sosial Ubo-ubo 0,5930 5,00 1301 947 0.728114 Jl. Falajawa II 0,7840 5,00 1301 1039 0.799115 Jl. Kompleks Falajawa II 31,387 4,00 1301 789 0.606116 Jl. Pemancar RRI Kayu Merah 0,3862 5,00 1301 1021 0.785117 Jl. Lingk Kayu Merah 0,8691 3,50 1301 1058 0.813118 Jl. Kalumata 0,6410 5,00 1301 1540 1.184119 Jl. Lingk Kalumata 0,4110 4,00 1301 909 0.699120 Jl. Daniel Bohang 0,7450 4,50 1301 974 0.749121 Jl. AM Kamaruddin 10,900 6,94 2323 984 0.423
121.1 Jl. Samping Mapolsek Utara 0,2180 3,50 1301 715 0.549
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Salah satu faktor keberhasilan dari suatu pembangunan wilayah adalah peran
serta sektor transportasi. Oleh sebab sistem transportasi memerlukan pembinaan
yang berorientasi pada peningkatan pelayanan sehingga akan menghasilkan jasa
transportasi yang handal, berkemampuan tinggi serta dilaksanakan secara
terpadu, tertip, lancar, aman, nyaman dan efisien.
Rencana strategis merupakan suatu konsep dari perencanaan Kota yang sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Kota Ternate dimasa
yang akan datang mengingat permasalahan yang semakin berkembang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dinamika masyarakat. Oleh sebab itu
untuk menangani permasalahan di Kota Ternate perlu dilakukan secara
konsepsonal, relevan dan menyeluruh.
6.1.1. Kondisi Yang Diinginkan
Keinginan yang ingin di capai dalam pembangunan di sektor perhubungan adalah
suatu perubahan yang berupa perbaikan dan peningkatan dari kondisi saat ini.
Guna mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu perencanaan yang
komprehensif sehingga diharapkan output yang dihasilkan dapat menjawab
berbagai permasalahan yang terjadi.
Berikut ini beberapa kondisi yang diingikan oleh Dinas Perhubungan dalam
kaitannya dengan program yang tertuang dalam rencana strategis Dinas
Perhubungan Tahun 2011 – 2015.
1. Peningkatan infrastruktur perkotaan dan pengembangan kawasan strategis;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
2. Rekonstruksi dan pemberdayaan birokrasi untuk peningkatan pelayanan
publik;
3. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas lalulintas angkutan
jalan;
4. Peningkatan aksesbilitas pelayanan angkutan darat dan laut melalui
peningkatan sumber daya manusia dan kualitas keberagaman;
5. Rencana pengembangan kota baru.
Sedangkan proyeksi ke depan dengan adanya rencana strategis Dinas
Perhubungan adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan infrastruktur perkotaan melalui perluasan jaringan
transportasi yang dapat memberikan akses langsung dari sentra ekonomi
atau pusat Kota ke bagian wilayah Kota yang akan dikembangkan
termasuk pembangunan Kota baru;
2. Sarana terminal angkutan Kota yang sudah ada saat ini perlu ditambah di
bagian selatan dan utara Kota Ternate, hal ini perlu dilakukan guna
memudahkan penataan sistem trayek;
3. Membangun sarana transportasi laut berupa dermaga lokal akan
mempunyai arti penting dan strategis dalam rangka peningkatan
pertumbuhan perekonomian dan sekaligus dapat menjadikan Ternate
sebagai Kota Perdagangan bagi Provinsi Maluku Utara. Untuk itu perlu
penyiapan berbagai sarana dan prasana di bidang perhubungan laut;
4. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas lalulintas angkutan
jalan, dengan cara melakukan pemeliharaan baik secara rutin maupun
berkala pada fasilitas lalulintas yang terdiri dari: traffic light dan warning
light, rambu-rambu lalulintas, rambu pendahulu petunjuk jalan (RPPJ),
guard rail, marka jalan dan marka parkir serta traffic cone.
5. Peningkatan aksesbilitas pelayanan angkutan darat dan laut melalui
peningkatan sumber daya manusia dan kualitas keberagamaan:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
- Peningkatan kualitas sumber daya aparatur Dinas Perhubungan melalui
pendidikan teknis struktural, fungsional dan pendidikan formal;
- Melakukan studi komperatif;
- Pembinaan moralitas aparatur.
6. Pemberdayaan organisasi pemerintah, hal ini penting agar pengelolaan
tugas pokok dan terbagi habis kepada seluruh pegawai Dinas
Perhubungan.
6.1.2. Kebijakan Yang Diinginkan
Suatu kebijakan diterapkan pada prinsipnya berawal dari suatu permasalahan
yang dihadapi oleh pemerintah yang dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota
Ternate.
a. Kebijakan Internal
- Menempatkan petugas lapangan dalam rangka melakukan pengawasan,
penertiban dan pengaturan arus lalulintas untuk menghindari kemacetan;
- Melakukan survei penempatan rambu-rambu lalulintas sesuai dengan
tingkat kepadatan arus lalulintas untuk menghindari kemacetan;
- Menyederhanakan prosedur perizinan angkutan darat, laut dalam upaya
memberikan kepastian hukum dengan biaya yang terjangkau sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur melalui
pendidik dan pelatihan;
- Melakukan pengendalian dan pengawasan trayek;
- Melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap perijinan bagi armada
untuk kendaraan angkutan umum, barang dan laut di bawah 7 GT;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
- Melakukan pembinaan disiplin dan evaluasi kinerja terhadap aparatur
yang dikendalikan melalui absensi dan rapat-rapat staf;
- Memberikan pelayanan langsung pada mahasiswa, pelajar dengan
menggunakan bus sekolah;
- Peningkatan sarana informasi dan pendataan;
- Meningkatkan pengelolaan administrasi;
- Meningkatkan budaya tertib hukum bagi masyarakat.
b. Kebijakan Eksternal
- Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat;
- Peningkatan manajemen lalulintas, seperti:
Penataan lalulintas searah;
Pembatasan kecepataan kendaraan;
Pemberlakukan ANDALALIN dalam pembangunan kawasan;
Penetapan jalur khusus;
Penetapan jalur parkir;
Kawasan tertib lalulintas.
- Pemeriksaan dan pengawasan perijinan dan sertifikasi kapal motor di
bawah 7 GT.
6.1.3. Program Prioritas
Beberapa kegiatan yang termasuk dalam program prioritas antara lain:
1. Pembangunan ruang tunggu dermaga speed pelabuhan Dufa-Dufa;
2. Pemeliharaan fasilitas parkir;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
3. Pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum di jalan raya;
Pada lingkup Kota Ternate pengembangan jaringan transportasi diarahkan untuk
mendukung program MP3EI dan pengembangan ekonomi wilayah dengan
memperhatikan jenis moda maupun infrastruktur yang akan dikembangkan
dengan memperkuat hubungan internal antar simpul-simpul ekonomi kecamatan
di Kota Ternate.
Simpul-simpul dimaksud meliputi kawasan pelabuhan, terminal, dan bandar udara.
Untuk menghubungkan sentra produksi maupun potensi ekonomi dengan lokasi
simpul diperlukan sarana dan prasarana pendukung untuk melayani pergerakan
orang dan barang.
6.2. SISTEM JARINGAN PRASARANA UTAMA
Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kota Ternate terdiri atas:
a. Sistem jaringan transportasi darat, terdiri dari:
- Jaringan jalan, terdiri dari:
Jaringan jalan Kolektor meliputi ruas jalan:
- Ruas Jalan Merdeka;
- Ruas Jalan Arnold Mononutu;
- Ruas Jalan Jend. A. Yani;
- Ruas Jalan Hasan Esa;
- Ruas Jalan Mangga Dua;
- Ruas Jalan Bastiong;
- Ruas Jalan Dermaga Ferry - Bastiong;
- Ruas Jalan Bastiong – Jambula/Pelabuhan; dan
- Ruas Jalan Keliling Pulau Ternate.
Jaringan jalan Kolektor Sekunder meliputi ruas jalan:
1. Ruas Jalan Yos Sudarso 10. Ruas Jalan Tanah Tinggi
2. Ruas Jalan Kapitan Pattimura 11. Ruas Jalan Jati
3. Ruas Jalan Halmahera Raya 12. Ruas Jalan Melati – Kalumata
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
4. Ruas Jalan Pahlawan Revolusi 13. Ruas Jalan Gambesi – Sasa
5. Ruas Jalan Sultan Babullah 14. Ruas Jalan Sasa – Foramadiahi
6. Ruas Jalan Ngidi – Kasturian 15. Ruas Jalan Kalumata
7. Ruas Jalan Ngade Sone 16. Ruas Jalan Air Sentosa
8. Ruas Jalan Facei – Tarau 17. Ruas Jalan Cakalang
9. Ruas Jalan Palapa 18. Ruas Jalan Sultan Khairun
Jaringan jalan Lokal Primer meliputi ruas jalan:
1. Ruas Jalan Kie Raha 23. Ruas Jalan Jerebusua
2. Ruas Jalan Stadion 24. Ruas Jalan Lingk. Jati – Jan (metro)
3. Ruas Jalan Cengkeh Afo 25. Ruas Jalan J a n
4. Ruas Jalan K.H Dewantoro 26. Ruas Jalan Kalumata – Gambesi
5. Ruas Jalan Salim Fabanyo 27. Ruas Jalan Pasar Bastiong
6. Ruas Jalan H. Busoiri 28. Ruas Jalan Ubo – Ubo
7. Ruas Jalan C.M Tiahahu 29. Ruas Jalan Falajawa II
8. Ruas Jalan Ade Irma Suryani 30. Ruas Jalan Daniel Bohang
9. Ruas Jalan Nukila 31. Ruas Jalan Benteng Toloko
10. Ruas Jalan Yasin Gamsungi 32. Ruas Jalan Terminal Dufa – dufa
11. Ruas Jalan Sonyie Lamo 33. Ruas Jalan Daulasi
12. Ruas Jalan Soa Konora 34. Ruas Jalan Sigi Heku
13. Ruas Jalan Akeboca 35. Ruas Jalan Cendana
14. Ruas Jalan Kasturian – Facei 36. Ruas Jalan Tubo
15. Ruas Jalan Salahudin 37. Ruas Jalan Foramadiahi
16. Ruas Jalan Kayu Manis – Moya 38. Ruas Jalan Keliling Pulau Hiri
17. Ruas Jalan Pala – Marikurubu 39. Ruas Jalan Keliling Pulau Moti
18. Ruas Jalan Terminal Baru- Gamalama 40. Ruas Jalan Moti Kota
19. Ruas Jalan Marikurubu - Jati 41. Ruas Jalan Tadenas
20. Ruas Jalan Kelapa Pendek 42. Ruas Jalan Keliling Pulau Mayau
21. Ruas Jalan Jati I 43. Ruas Jalan Keliling Pulau Tifure
22. Ruas Jalan Jati II
Jaringan sebagai jalan lokal sekunder meliputi ruas jalan:1 Ruas Jalan Mesjid Baiturrahman Maliaro 124 Ruas Jalan Jati III
2 Ruas Jalan Lingk. Kampung Pisang 125 Ruas Jalan Lingk. Jerebusua
3 Ruas Jalan Terminal Cinta 126 Ruas Jalan Jati Baru
4 Ruas Jalan Lingk. Terminal Cinta 127 Ruas Jalan Lingk. Jati Baru
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
5 Ruas Jalan Lingk. Yos Sudarso – Cempaka 128 Ruas Jalan Lingk. TransTV
6 Ruas Jalan Lorong Telkom 129 Ruas Jalan Lingk. Perumahan Ubo–ubo
7 Ruas Jalan Lingk. Kalumpang 130 Ruas Jalan Lingk. Jan
8 Ruas Jalan Lorong Cengkeh Afo 131 Ruas Jalan Lingk. Jan Baru
9 Ruas Jalan Cengkeh Afo - Bt. Anteru 132 Ruas Jalan Perumnas-Jati
10 Ruas Jalan Cengkeh Afo – Pala 133 Ruas Jalan Lingk. Perumnas-Jati
11 Ruas Jalan Maliaro –Tongole 134 Ruas Jalan Lingk. Perumnas Motoa 1
12 Ruas Jalan Lingk. Maliaro 135 Ruas Jalan Lingk. Melati – Cempaka
13 Ruas Jalan Maliaro – Jan 136 Ruas Jalan Lingk. Jati
14 Ruas Jalan Seruni I 137 Ruas Jalan Melati Jati
15 Ruas Jalan SMP 6 Stadion 138 Ruas Jalan Lingk. Perumnas Danau Toba
16 Ruas Jalan Seruni II 139 Ruas Jalan SMP Al-Irsyad
17 Ruas Jalan Lingk. Takoma 140 Ruas Jalan Himo – himo
18 Ruas Jalan Asrama Polisi 141 Ruas Jalan Tobona – Bukusandar
19 Ruas Jalan Kamboja 142 Ruas Jalan Pengadilan Agama Kayu Merah
20 Ruas Jalan Lingk. Pasar Kota Baru 143 Ruas Jalan DPRD Kota – Kalumata
21 Ruas Jalan Zainal Abidin Syah 144 Ruas Jalan Rumah Dinas WaliKota
22 Ruas Jalan Wijaya Kusuma 145 Ruas Jalan Barito Puncak
23 Ruas Jalan Cengkeh Afo 146 Ruas Jalan Lingk. Kalumata Puncak
24 Ruas Jalan Mawar 147 Ruas Jalan Lingk. Kalumata – Gambesi
25 Ruas Jalan Sedap Malam 148 Ruas Jalan Asrama Haji Ngade
26 Ruas Jalan Falajawa I 149 Ruas Jalan Lingk. Gambesi – Sasa
27 Ruas Jalan Anggrek 150 Ruas Jalan Mangga Dua – Jati
28 Ruas Jalan Sena n g 151 Ruas Jalan Lingk. Mangga Dua – Jati
29 Ruas Jalan Hasan Senen 152 Ruas Jalan Perumnas – Bastiong
30 Ruas Jalan Kemuning 153 Ruas Jalan SMP 4 Bastiong
31 Ruas Jalan Nuku 154 Ruas Jalan Lingk. Talangame
32 Ruas Jalan Falajawa 155 Ruas Jalan Masuk BPOM Bastiong
33 Ruas Jalan Tapikong Gamalama 156 Ruas Jalan Cakra Ubo-ubo
34 Ruas Jalan Ketilang 157 Ruas Jalan Lingk. Tanah Misi
35 Ruas Jalan Kusuma Harapan 158 Ruas Jalan Lingk. Pasar Bastiong
36 Ruas Jalan N u r i 159 Ruas Jalan Bastiong Pantai
37 Ruas Jalan Branjangan 160 Ruas Jalan Lingk. Bastiong Pantai
38 Ruas Jalan Kakak Tua 161 Ruas Jalan Lingk. Ferry Bastiong
39 Ruas Jalan Bangau 162 Ruas Jalan SDN Ubo-ubo
40 Ruas Jalan Cendrawasih 163 Ruas Jalan Meteorologi
41 Ruas Jalan Merak 164 Ruas Jalan Meteorologi Perumnas – Jan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
42 Ruas Jalan M a l e o 165 Ruas Jalan Lingk. Meteorologi
43 Ruas Jalan Elang 166 Ruas Jalan Sosial Ubo-ubo
44 Ruas Jalan Merpati 167 Ruas Jalan Kompleks Falajawa II
45 Ruas Jalan Lingk. Merpati 168 Ruas Jalan Lingk. Pemancar RRI
46 Ruas Jalan C a m a r 169 Ruas Jalan Lingk. Kayu Merah
47 Ruas Jalan Pipit 170 Ruas Jalan Vihara
48 Ruas Jalan Gagak 171 Ruas Jalan Lingk. Barito
49 Ruas Jalan Kesatrian 172 Ruas Jalan Lingk. Kalumata
50 Ruas Jalan Salak 173 Ruas Jalan Lingk. Daniel Bohang
51 Ruas Jalan Rambutan 174 Ruas Jalan AM Kamaruddin
52 Ruas Jalan Lingk. Rambutan 175 Ruas Jalan Samping Mapolsek Utara
53 Ruas Jalan Nanas 176 Ruas Jalan SD Salero
54 Ruas Jalan Manggis 177 Ruas Jalan Mesjid Kasturian
55 Ruas Jalan Lingk. Lelong 178 Ruas Jalan Cempedak – Kasturian
56 Ruas Jalan Jambu 179 Ruas Jalan Toboleu
57 Ruas Jalan Jeruk 180 Ruas Jalan Gang Gipsy Koloncucu
58 Ruas Jalan Mesjid Sultan 181 Ruas Jalan Lingk. Toboleu
59 Ruas Jalan Kedaton 182 Ruas Jalan B o l a
60 Ruas Jalan Semangka Tobenga 183 Ruas Jalan Gamcim
61 Ruas Jalan Soa Puncak I 184 Ruas Jalan Koloncucu
62 Ruas Jalan Soa Puncak II 185 Ruas Jalan Penyu Sabia
63 Ruas Jalan Lingk. Ngidi – Kasturian 186 Ruas Jalan Lingk. Sabia
64 Ruas Jalan Link Salero – Kasturian 187 Ruas Jalan Puskesmas Siko
65 Ruas Jalan Lingk. Ngade Sone 188 Ruas Jalan Sabia Facey
66 Ruas Jalan Lingk. Kasturian – Facey 189 Ruas Jalan Mutiara
67 Ruas Jalan Lingk. Bola 190 Ruas Jalan Kepiting
68 Ruas Jalan Stasion Pantai Sabia 191 Ruas Jalan Teripang
69 Ruas Jalan Lingk. Toloko Puncak 192 Ruas Jalan Facey - Buku Bandera
70 Ruas Jalan lingk. Facey – Tarau 193 Ruas Jalan Samping Makam Pahlawan
71 Ruas Jalan SMP Tsanawiyah Dufa-dufa 194 Ruas Jalan Toloko Barat
72 Ruas Jalan SMP Islam – Moya 195 Ruas Jalan Lingk. Toloko Barat
73 Ruas Jalan Lingk. SMP Islam 196 Ruas Jalan SKB Toloko
74 Ruas Jalan Lingk. Gamayaou 197 Ruas Jalan Samping SMA 4 Dufa-dufa
75 Ruas Jalan Lingk. SMP Islam –Skep 198 Ruas Jalan Kampus STAIN
76 Ruas Jalan Lingk. Gamayou Puncak 199 Ruas Jalan Julung
77 Ruas Jalan Skeep Pohon Amo 200 Ruas Jalan Lingk. Dufa – dufa
78 Ruas Jalan Lingk. Skep 201 Ruas Jalan Lingk. Lanal
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
79 Ruas Jalan Lingk. Skep Pohon Amo 202 Ruas Jalan Kenari – Tafure
80 Ruas Jalan Lingk. Tabahawa 203 Ruas Jalan Lingk. Tafure
81 Ruas Jalan Lingk. Tabahawa II 204 Ruas Jalan Pantai Daulasi
82 Ruas Jalan Lingk. Kayu Manis 205 Ruas Jalan Pantai Tafure
83 Ruas Jalan Moya Bukubendera 206 Ruas Jalan Asrama AL
84 Ruas Jalan Torano 207 Ruas Jalan Lingk. Tabam
85 Ruas Jalan Fala Lamo Torano 208 Ruas Jalan Pantai Tabam
86 Ruas Jalan BTN – Torano 209 Ruas Jalan Lingk. Sango
87 Ruas Jalan Lingk. BTN – Torano 210 Ruas Jalan Lingk. Tarau Barat
88 Ruas Jalan Lingk. Jepa I 211 Ruas Jalan Lingk. Tarau
89 Ruas Jalan Raya BTN 212 Ruas Jalan PLTD Kayu Merah
90 Ruas Jalan Lingk. Tanah Mesjid 213 Ruas Jalan Puskesmas Kalumata
91 Ruas Jalan Lingk. BTN Baru 214 Ruas Jalan Kalumata Baru
92 Ruas Jalan Kompleks BTN 215 Ruas Jalan Lingk. Kalumata Baru
93 Ruas Jalan Marikurubu 216 Ruas Jalan Ngade Baru
94 Ruas Jalan Lingk. Marikurubu 217 Ruas Jalan Laguna Permai
95 Ruas Jalan Lingk. BTN Pala – Marikurubu 218 Ruas Jalan Danau Laguna
96 Ruas Jalan Lingk. Pala – Marikurubu 219 Ruas Jalan Fitu Baru
97 Ruas Jalan Lingk. Palapa 220 Ruas Jalan Nelayan Fitu
98 Ruas Jalan Puskesmas Kalumpang 221 Ruas Jalan Lingk. Perumahan LUPH
99 Ruas Jalan Ake Oti 222 Ruas Jalan Gambesi Baru
100 Ruas Jalan Tanah Tinggi Barat 223 Ruas Jalan Lingk. Gambesi Baru
101 Ruas Jalan Maliaro - Jati Jan 224 Ruas Jalan SMAN 3 Gambesi
102 Ruas Jalan Kamp. Kodok Jerbus 225 Ruas Jalan Legu Gam
103 Ruas Jalan Lingk. Tanah Tinggi 226 Ruas Jalan Sasa Puncak
104 Ruas Jalan Belakang RSU 227 Ruas Jalan Sasa Baru
105 Ruas Jalan Cempaka Tanah Tinggi 227 Ruas Jalan Lingk. Sasa Baru
106 Ruas Jalan Larat 229 Ruas Jalan Terminal Sasa
107 Ruas Jalan Nusa Indah 230 Ruas Jalan Madrasah Tsanawiyah Sasa
108 Ruas Jalan Kecubung 231 Ruas Jalan Ake Tubo
109 Ruas Jalan Teratai 232 Ruas Jalan Lingk Tubo
110 Ruas Jalan Bougenville 233 Ruas Jalan K u l a b a
111 Ruas Jalan Kenanga 234 Ruas Jalan Wisata Sulamadaha
112 Ruas Jalan Vanda 235 Ruas Jalan Pelabuhan Sulamadaha
113 Ruas Jalan Bonsai 236 Ruas Jalan Puskesmas Sulamadaha
114 Ruas Jalan Kaca Piring 237 Ruas Jalan Masuk TPA Takome
115 Ruas Jalan Dahlia 238 Ruas Jalan Danau Tolire
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
116 Ruas Jalan Lingk. Kelapa Pendek 239 Ruas Jalan Wisata Sampalo
117 Ruas Jalan Lingk. Jati II 240 Ruas Jalan Jati – Jan
118 Ruas Jalan Loto 241 Ruas Jalan Takome
119 Ruas Jalan Taduma 242 Ruas Jalan Bula
120 Ruas Jalan Aftador 243 Ruas Jalan Tobololo
121 Ruas Jalan Togafo 244 Ruas Jalan Sulamadaha
122 Ruas Jalan Rua 245 Ruas Jalan Tarau
123 Ruas Jalan Kastela 246 Ruas Jalan Rawasari 1
247 Ruas Jalan Rawasari 2
Dalam RTRW 2012 – 2013 terdapat rencana pengembangan jaringan jalanyang sudah ada saat ini, yang terdiri dari:
1. Jalan Kolektor Primer meliputi: ruas jalan Dermaga Ferry – Bastiong,ruas jalan Bastiong, ruas jalan Mangga Dua, ruas jalan Hasan Esa, ruasjalan Arnold Mononutu, ruas jalan Merdeka, ruas jalan Jend. A. Yani,ruas jalan Bastiong – Jambula/Pelabuhan dan ruas jalan Keliling PulauTernate.
2. Jalan Kolektor Sekunder meliputi ruas jalan ruas jalan Yos Sudarso, ruasjalan Ngidi – Kasturian, ruas jalan Ngade Sone, ruas jalan Facei –Tarau, ruas jalan Palapa, ruas jalan Tanah Tinggi, Ruas Jalan Melati –Kalumata, Ruas Jalan Gambesi – Sasa, ruas jalan Sasa – Foramadiahi,ruas jalan Kalumata dan ruas jalan Air Sentosa.
3. Jalan Lokal Primer meliputi ruas jalan ruas jalan Keliling Pulau Hiri, ruasjalan Keliling Pulau Moti, dan ruas jalan Pulau Mayau;
4. Jalan Lokal Sekunder meliputi seluruh ruas jalan kategori lokal sekunder;dan
5. Pengembangan Jaringan Jalan Existing di seluruh wilayah Kota Ternate,meliputi peningkatan mutu dan daya tampung, perbaikan drainase danmembangun fasilitas jalan, dan peningkatan kualitas perkerasan jalan.
Dalam RTRW 2012 – 2013 juga terdapat rencana pengembangan jaringanjalan baru yang meliputi:
1. Jalan Kolektor Sekunder: jalan Reklamasi Dufa dufa – Salero, jalanReklamasi Kota Baru – Bastiong dan jalan reklamasi Kayu Merah –Sasa;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
2. Jalan Lokal Sekunder: jalan kawasan Foramadiahi - Ngade Puncak -kawasan Tubo, ruas jalan Kelurahan Pante Sagu – Tifure dan ruasjalan Kastela – makam Sultan Baabullah; dan
3. Pengembangan Jaringan Jalan Baru di Kota Ternate sebagai upayauntuk mendukung program minapolitan dan Kota pesisir (waterfrontcity), memperlancar aksesibilitas transportasi, mendukungpeningkatan hasil-hasil produksi, perikanan perkebunan danpertanian, mewujudkan pemerataan pembangunan serta menunjangpertumbuhan perekonomian di wilayah pulau – pulau.
- Jaringan jembatan;
Dalam jaringan jembatan ini rencana yang tertuang dalam RTRW beruparencana pengembangan dan pembangunan jembatan baru.
Rencana Pengembangan Jembatan Eksisting, terdiri atas:
1. Jembatan-jembatan pada ruas jalan kolektor primer, kolektorsekunder, lokal primer dan ruas jalan lokal sekunder; dan
2. Rencana pengembangan jembatan eksisting meliputi perbaikan danpelebaran jembatan.
Sedangkan rencana Pembangunan Jembatan Baru, meliputi:
1. Jembatan Ngadesonge panjang kurang lebih 120 m;
2. Jembatan pada ruas rencana jalan pantai Dufa Dufa - ke Salero;
3. Jembatan pada ruas rencana jalan pantai Kayu merah – Sasa;
4. Jembatan pada ruas jalan pantai Kota Baru – Bastiong;
5. Jembatan pada ruas jalan keliling Pulau Hiri, Pulau Moti, Mayau danTifure; dan
6. Jembatan pada rencana ruas jalan Ngade Puncak – Tubo.
- Sistem terminal;
Jaringan sistem terminal yang ada di Kota Ternate, antara lain:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
- Pembangunan terminal baru tipe C di Kelurahan Sasa, Pulau Moti,Pulau Hiri dan Pulau Batang Dua.
- Sistem perparkiran;
Rencana pembenahan jaringan sistem perparkiran di Kota Ternate yangdimaksud adalah:
- Parkir dalam areal khusus parkir (Sistem off street parking); dan
- Parkir sisi jalan (Sistem on street parking).
- Sistem angkutan umum
Rencana-rencana yang akan ditinjau dalam sistem angkutan umum yangdimaksud dalam RTRW Kota Ternate adalah:
- Jalur pelayanan diprioritaskan pada jalan kolektor primer dansekunder, pengembangan pada jalan lokal primer dan sekunderdiarahkan pada jalan-jalan tertentu yang merupakan jalanpenghubung penting;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
- Peninjauan rute/trayek angkutan Kota guna menghindari terjadinyapenumpukkan kendaraan angkutan umum pada ruas jalan tertentu;
- Mengoptimalkan fungsi terminal-terminal yang ada sebagai titikberangkat dan tujuan rute angkutan umum;
- Mengoptimalkan jalur/rute trayek angkutan penumpang yang terdiriatas :
1) Terminal – Akehuda (5 Km) ;
2) Terminal – Tarau (7 Km);
3) Terminal – Moya (5,5 Km);
4) Terminal – Air Tege-Tege (5,5 Km);
5) Terminal – Tanah Tinggi (4 Km);
6) Terminal – Jerbus (4,5 Km);
7) Terminal – Perumnas (5 Km);
8) Terminal – Obu-Ubo (5 Km);
9) Terminal – Kalumata (5 Km);
10) Terminal – Jambula (11 Km);
11) Terminal – Rua (14 Km);
12) Terminal – Taduma (18 Km);
13) Terminal – Togafo (22 Km);
14) Terminal – Sulamadaha (13 Km); dan
15) Terminal – Sasa (10 Km).
- Pengembangan trayek angkutan umum di Pulau Hiri, Moti dan BatangDua.
- Jaringan angkutan penyeberangan
Jaringan angkutan penyeberangan terdiri dari:
a. Alur pelayaran angkutan penyeberangan dalam wilayah Kota danantar wilayah, yang terdiri dari:
- Alur pelayaran dalam Kota terdiri atas: Bastiong – Mayau, Mayau– Bastiong;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Sistem jaringan transportasi laut yang dimaksud dalam rencana struktur ruangadalah berupa:
a. Tatanan kepelabuhanan; dan
b. Alur pelayaran.
Tatanan kepelabuhanan di Kota Ternate terdiri dari:
- Pelabuhan pengumpul, yaitu Pelabuhan Ahmad Yani di KecamatanTernate Tengah;
- Pelabuhan Pengumpan, yaitu terdiri dari:
1. Pelabuhan Bastiong di Kecamatan Ternate Selatan;
2. Pelabuhan Dufa-dufa di Kecamatan Ternate Utara;
3. Pelabuhan Sulamadaha di Kecamatan Pulau Ternate;
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1. Pelabuhan khusus BBM Jambula di Kecamatan Pulau Ternate;
2. Pelabuhan/Dermaga VIP Resident di Falajawa Kecamatan TernateTengah; dan
3. Pembangunan pelabuhan Wisata Marina Dodoku Ali di KelurahanSalero.
Alur pelayaran terdiri dari:
- Alur pelayaran Nasional, meliputi:
1. Sorong – Manokwari – Biak – Jayapura;
2. Bitung – Makassar – Bau Bau – Palu – Balikpapan – Surabaya –Jakarta – Padang – Medan; dan
3. Ambon – Namlea – Banda - Tual.
- Alur pelayaran Regional dan antar pulau, meliputi:
1. Sanana, Falabisahaya, Bobong (Kabupaten Kepulauan Sula);
2. Buli (Kabupaten Halmahera Timur);
3. Weda, Pulau Gebe (Kabupaten Halmahera Tengah);
4. Tobelo (Kabupaten Halmahera Utara);
5. Jailolo dan Loloda (Kabupaten Halmahera Barat);
6. Daruba (Kabupaten Morotai);
7. Obi, Labuha, Kayoa dan Makian (Kabupaten HalmaheraSelatan); dan
8. Rum, Goto, Gita dan Payahe (Kota Tidore Kepulauan);
- Alur Pelayaran Lokal/rakyat, meliputi:
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
1. Moti Kota, Tadenas, Tafaga, Takofi dan Tafamutu (KecamatanMoti);
2. Togolobe (Kecamatan Hiri); dan
3. Mayau dan Tifure (Kecamatan Batang Dua);
- Pengembangan tatanan kepelabuhanan Kota Ternate, meliputi :
1) Pengembangan dan peningkatan hirarki pelabuhan Ahmad Yanimenjadi pelabuhan utama dan pengembangan pelabuhan MotiKota, Mayau, Tifure dan Togolobe menjadi pelabuhanpengumpan;
2) Pengembangan dan peningkatan sarana prasaranakepelabuhanan;
3) Pengembangan landasan peti kemas Pelabuhan Ahmad Yani;
4) Pembangunan pelabuhan rakyat di Kelurahan Sasa danKelurahan Sulamadaha; dan
5) Pembangunan dermaga speed boat terpadu Kelurahan ManggaDua, Dermaga Sasa, Pos Angkatan Laut di Kecamatan BatangDua dan pembangunan dermaga/tambatan perahu di KelurahanSulamadaha.
c. Sistem jaringan transportasi udara.
Sistem jaringan transportasi udara yang dimaksud dalam struktur ruang terdiridari:
a. Tatanan kebandarudaraan yaitu khusus untuk Bandar udarapengumpul Bandar Udara Sultan Baabullah di Kecamatan TernateUtara.
b. Ruang udara untuk penerbangan adalah Kawasan KeselamatanOperasional Penerbangan (KKOP) yang meliputi :
- Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
- Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
- Kawasan di bawah permukaan transisi;
- Kawasan dibawah permukaan horizontal dalam;
- Kawasan dibawah kerucut; dan
- Kawasan dibawah permukaan horizontal luar.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
c. Pengembangan Bandar Udara Sultan Baabullah yang meliputi:
- Peningkatan sarana dan prasarana penunjang bandar udara(Runway, Apron, pengembangan terminal ruang tunggu danruang Parkir); dan
- Penambahan rute penerbangan.
6.3. INVENTARISASI RENCANA PROYEK MP3EI DAN PEMBANGUNANDAERAH KOTA TERNATE
Secara rinci Inventarisasi Rencana Proyek MP3EI dan Pembangunan DaerahKota Ternate dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
I II I II III IV V I II III IV V I II III IV VSistem Prasarana Transportasi Darat dan Penyeberangan
1
- Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kolektor Primer, meliputi:• Ruas jalan Dermaga Ferry – Bastiong,• Ruas jalan Bastiong,• Ruas jalan Mangga Dua,• Ruas jalan Hasan Esa,• Ruas jalan Arnold Mononutu,• Ruas jalan Merdeka• Ruas jalan Jend. A. Yani,• Ruas jalan Bastiong – Jambula/Pelabuhan,• Ruas jalan Keliling Pulau Ternate.
- Rencana Pengembangan jaringan Jalan Kolektor Sekunder, meliputi:• Ruas jalan Yos Sudarso,• Ruas jalan Ngidi – Kasturian,• Ruas jalan Ngade Sone,• Ruas jalan Facei – Tarau,• Ruas jalan Palapa,• Ruas jalan Tanah Tinggi,• Ruas Jalan Melati – Kalumata,• Ruas Jalan Gambesi – Sasa,• Ruas jalan Sasa – Foramadiahi,• Ruas jalan Kalumata, dan• Ruas jalan Air Sentosa.
- Rencana Pengembangan jaringan Jalan Lokal Primer, meliputi:• Ruas jalan Keliling Pulau Hiri (+ 10.105 Km),• Ruas jalan Keliling Pulau Moti (+ 18.136 Km), dan• Ruas jalan Pulau Mayau (+ 21.317 Km)
Kecamatan Moti,Kecamatan Hiri, danKecamatan Batang Dua
4 - Rencana Pengembangan jaringan Jalan Lokal Sekunder, meliputi:• Seluruh ruas jalan kategori lokal sekunder (+541,92 Km). Kota Ternate 1 Paket 775.000.000.000,- APBD Prov /
APBD KotaDPU KotaTernate
5
- Rencana Pengembangan Jaringan Baru Jalan Kolektor Sekunder,meliputi:• Jalan Reklamasi Dufa Dufa – Salero (+ 1,5 Km), Kota Ternate
1 Paket 5.500.000.000,- APBD Prov /APBD Kota
DPU KotaTernate
• Jalan Reklamasi Kota Baru – Bastiong (+ 1,6 Km) 1 Paket 5.800.000.000,-
6
- Rencana Pengembangan jaringan jalan baru Lokal Primer, meliputi:• Jalan Reklamasi Kayu Merah – Fitu ( + 3,6 Km ),• Jalan Pantai Fitu – Pasar Sasa ( + 2,0 Km ),• Jalan Tomajiko – Dorari Isa ( + 3,0 Km ),• Jalan Takofi – Tafaga – Tadenas ( + 3,0 Km ),
- Rencana Pengembangan jaringan baru Jalan Lokal Sekunder, meliputi:• Jalan Kawasan Foramadiahi – Ngade Puncak – Kawasan Tubo, ( +
3,0 Km ),• Ruas jalan Kelurahan Pante Sagu – Tifure ( + 3,0 Km ),• Ruas jalan Kastela – Makam Sultan Baabullah (+ 3,0 Km ). Kota Ternate
111 Paket
5.285.000.000,-5.285.000.000,-5.285.000.000,-
APBD Prov /APBD Kota
DPU KotaTernate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
8 - Studi peningkatan status fungsi jalan perkotaan Kota Ternate 1 Paket 1.000.000.000,- APBD Prov /APBD Kota
DPU KotaTernate
9- Rencana Pengembangan (perbaikan dan pelebaran) Jembatan Eksisting
pada ruas jalan kolektor primer, kolektor sekunder, lokal primer dan lokalsekunder, (9 x 10 m2)
Kota Ternate 4 Paket 6.750.000.000,-APBN/ APBDProv / APBDKota
DPU KotaTernate
10
- Rencana Pembangunan Jembatan Baru, meliputi:• Jembatan Ngadesonge (9 x 10 m2);• Jembatan jalan pantai Dufa Dufa – Salero (9 x 10 m2);• Jembatan jalan pantai Kayu Merah – Sasa (9 x 10 m2);• Jembatan ruas jalan pantai Kota Baru – Bastiong (9 x 10 m2);• Jembatan ruas jalan keliling:- Pulau Hiri (9 x 10 m2),- Pulau Moti (9 x 10 m2),- Pulau Mayau (9 x 10 m2),- Pulau Tifure (9 x 10 m2),
1 - Peningkatan ADPEL Pelabuhan Ternate (MP3EI) Kecamatan Ternate Utara 1 Paket 150.000.000.000,- APBNPELINDO/ DinasPerhubunganKota Ternate
2 - Rencana pembangunan pelabuhan Wisata Marina Dodoku Ali diKelurahan Salero Kecamatan Ternate Utara 1 Paket 3.750.000.000,- APBD Prov /
APBD KotaDinasPerhubungan
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - Peningkatan dan Pemeliharaan Pelabuhan Perikanan (PPN) NusantaraBastiong Kecamatan Ternate Selatan 1 Paket 1.000.000.000,- APBD Prov /
APBD KotaDinas Perikanan
dan PerhubunganKota Ternate
7 - Peningkatan dan Pemeliharaan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Dufa-dufa. Kecamatan Ternate Utara 1 Paket 1.000.000.000,- APBD Prov /
APBD KotaDinas
PerhubunganKota Ternate
8- Pembangunan Pelabuhan Rakyat di:
• Kelurahan Sasa,• Kelurahan Sulamadaha.
Kecamatan Ternate Utara 11
Paket 3.750.000.000,-3.750.000.000,-
APBD Prov /APBD Kota
DinasPerhubunganKota Ternate
9
- Pembangunan Dermaga Speed Boat Terpadu:• Kelurahan Mangga Dua,• Dermaga Sasa,• Pos Angkatan Laut di Kecamatan Batang Dua, dan• Pembangunan dermaga/tambatan perahu di Kelurahan Sulamadaha.
10 - Pembangunan pelabuhan/dermaga ferry di Pulau Moti dan Pulau Tifure, Kecamatan Moti,Kecamatan Batang Dua
11 Paket 3.750.000.000,-
3.750.000.000,-APBD Prov /APBD Kota
DinasPerhubunganKota Ternate
11 - Pengembangan Landasan Peti kemas Pelabuhan Kota Baru Kecamatan Ternate Tengah 1 Paket 27.500.000.000,- APBD Prov /APBD Kota
DinasPerhubunganKota Ternate
Sistem Prasarana Transportasi Udara
1
- Pengembangan Bandara Sultan Baabullah, meliputi:• Sarana perparkiran;• Sarana pergudangan;• Perpanjangan Runway;• Pelebaran Runway;• Pelebaran Apron;• Pemantapan Solder;• Pararel Taxiway.
Kecamatan Ternate Utara 1 Paket 450.000.000.000,- APBNDinasPerhubunganKota Ternate
2 - Studi Pengembangan Bandar Udara Sultan Baabullah, berupa:penambahan rute penerbangan Kecamatan Ternate Utara 1 Paket 1.000.0000.000,- APBN
DinasPerhubunganKota Ternate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
Gambar 6.1. Rencana Proyek MP3EI dan Rencana Pembangunan Daerah KotaTernate
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Ternate, 2012, Ternate Dalam Angka 2012, Ternate.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Provinsi Maluku Utara, 2012,Dokumen Perhubungan Dalam Angka Provinsi Maluku Utara Tahun 2008-2012, Ternate.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011, Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2004, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20Tahun 2004 Tentang Penetapan Kelas Jalan di Propinsi Bali, Nusa TenggaraBarat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2005, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2006, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31Tahun 2006 Tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di LingkunganDepartemen Perhubungan, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2010, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 15Tahun 2010 Tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda Tahun2010-2030, Jakarta.
McNally, M.G., 2007, The Four Step Model, Department of Civil andEnvironmental Engineering and Institute of Transportation Studies, Universityof California, Irvine, USA.
Pemerintah Daerah Kota Ternate, Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 02Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota TernateTahun 2012 – 2032, Ternate.
Pemerintah Republik Indonesia, 2007, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2008, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Jakarta.
FINAL REPORT – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalamMendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan KepulauanMaluku
PT. GIRI AWAS Engineering ConsultantArsitek, Sipil, Mekanikal, Tata Lingkungan, Pengembangan Pertanian & Pedesaan,
Telematika, Pariwisata, Keuangan
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta.
Presiden Republik Indonesia, 2011, Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Jakarta.
Tamin, O.Z., 2008, Perencanaan Pemodelan & Rekayasa Transportasi, ProgramStudi Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi Bandung, Bandung.