BAB I PENDAHULUAN Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dalam kehidupan reproduksinya. Fase ini disebut kritis karena masih banyak risiko komplikasi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis ibu setelah kehamilan dan persalinan. Perubahan peran menjadi seorang ibu yang secara psikologis meupakan perubahan yang dramatis dari sebelumnya memungkinkan ibu mengalami stress dan harus mengadaptasi kondisi dan peran barunya ini. Dalam konteks asuhan kebidanan, seorang bidan dapat memberikan asuhan yang berkelanjutan selama masa nifas. Asuhan yang berkelanjutan ini dapat diwujudkan sejak dari awal kontak pada masa kehamilan sampai masa nifas baik di klinik maupun rumah klien melalui kunjungan rumah. Proses awal ini menentukan keberhasilan membangun kepercayaan klien terhadap bidan, sehingga akan menghasilkan hubungan saling percaya dan asuhan yang berkualitas. 1 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dalam kehidupan
reproduksinya. Fase ini disebut kritis karena masih banyak risiko
komplikasi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan tahap
perubahan baik fisik maupun psikologis ibu setelah kehamilan dan
persalinan. Perubahan peran menjadi seorang ibu yang secara
psikologis meupakan perubahan yang dramatis dari sebelumnya
memungkinkan ibu mengalami stress dan harus mengadaptasi kondisi
dan peran barunya ini.
Dalam konteks asuhan kebidanan, seorang bidan dapat
memberikan asuhan yang berkelanjutan selama masa nifas. Asuhan
yang berkelanjutan ini dapat diwujudkan sejak dari awal kontak pada
masa kehamilan sampai masa nifas baik di klinik maupun rumah klien
melalui kunjungan rumah. Proses awal ini menentukan keberhasilan
membangun kepercayaan klien terhadap bidan, sehingga akan
menghasilkan hubungan saling percaya dan asuhan yang berkualitas.
1 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
BAB 2
PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA NIFAS
2.1 Adaptasi Perubahan Psikologi Masa Nifas
Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian individu
terhadap diri dan lingkungannya. Psikologi sendiri dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan
mental individu serta gangguan penyimpangan fungsi-fungsi
mental.
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan. Saleha(2009)
menyebutkan bahwa masa nifas (puerperium) adalah masa
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira selama 6 minggu.
Jadi adaptasi psikologis ibu pada masa nifas dapat
diartikan sebagai suatu proses penyesuaian ibu postpartum
meliputi penyesuaian mental dan jiwa terhadap diri dan
lingkungannya.
Masa ini merupakan sebuah transisi antara setelah
melahirkan dan menjadi seorang ibu atau orang tua baru, jadi
masa ini merupakan proses pencapaian diri wanita menjadi
seorang ibu atau orangtua bagi bayinya.
Pada masa ini timbul berbagai respon psikologi yang
sangat bervariasi dan dipengeruhi oleh banyak faktor. Respon ini
dikaitkan secara langsung dengan penyesuaian ibu terhadap
peran barunya sebagai orang tua. Ada tiga fase penyesuaan
pada masa ini, antara lain sebagai berikut:
1. Fase dependen
Selama satu sampai dua hari pertama setelah
melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Pada waktu ini,
ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi
orang lain, ibu memindahkan energi psikologinya kepada
anaknya. Rubin (1961) menempatkan periode ini sebagai
fase menerima (taking-in phase) yakni suatu fase dimana ibu
baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase
2 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
menerima ini berlangsung selama dua sampai tiga hari.
Penelitian yang lebih baru ( Ament,1990) menyatakan
kesesuaian dengan teori Rubin akan tetapi ada percepatan
waktu fase penerimaan. Fase menerima yang kuat hanya
terlihat pada 24 jam pertama setelah ibu melahirkan .
Fase dependen adalah suatu waktu yang penuh
kegembiraan dan sebagian orang tua sangat suka
mengkomunikasikannya. Mereka merasa perlu
menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan
kelahiran dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap
yang menerima pengalaman ini membantu orangtua untuk
berpindah ke fase berikutnya. Beberapa orang tua dapat
menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai
pendengarnya. Orang tua lain lebih suka menceritakan
pengalamannya pada pihak keluarga atau kerabat.
Kecemasan dan keasyikan terhadap peran baru-barunya
sering mempersempit lapang persepsi ibu.
2. Fase dependen-mandiri
Apabila ibu telah menerima asuhan yang cukup
selama beberapa jam atau beberapa hari pertama maka
pada hari kedua atau ketiga keinginan untuk mandiri timbul
dengan sendirinya. Dalam fase dependen mandiri secara
bergantian muncul kebutuhan ibu untuk mendapatkan
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan
untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia
berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh
kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi
atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki
keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubin
((1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold,
yang berlangsung kira-kira 10 hari.
Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap
isolasi yang dialaminya, karena ia harus merawat bayi dan
tidak suka terhadap penambahan tanggung jawab di rumah.
Ibu yang kelihatannya memerlukan dukungan tambahan
adalah sebagai berikut :
3 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
a. Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak
b. Wanita karier
c. Wanita yang tidak punya cukup banyak teman atau
keluarga untuk dapat berbagi rasa.
d. Ibu yang berusia remaja
e. Wanita yang tidak bersuami.
Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi, perasaan
mudah tersinggung akibat berbagai faktor. Secara
psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung
jawab sebagai orangtua. Ia bisa merasa kehilangan
dukungan yang pernah diterima dari anggota keluarga dan
teman-teman ketika ia hamil. Beberapa ibu menyesal
tentang hilangnya hubungan antara ibu dan anak yang
belum lahir. Beberapa yang lain mengalami perasaan kecewa
ketika persalinan dan kelahiran telah selesai.
Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh
tuntutan bayi yang banyak sehingga dapat dengan mudah
menimbulkan depresi. Dikatakan bahwa pada masa
puerperium ini, kadar glukokortikoid dalam sirkulasi dapat
menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan
fisiologis ini dapat menjelaskan depresi postpartum ringan
(“baby blues”). Reaksi depresi tidak perlu diekspresikan
secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai oleh
perilaku yang khas ( menarik diri, kehilangan perhatian
terhadap sekelilingnya, dan menangis). Ketika tugas-tugas
dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan,
tercapailah suatu keadaan stabil. Diharapkan pada akhir fase
ini, tugas dan penyesuaian rutinitas sehari-hari akan menjadi
suatu pola yang tetap.
3. Fase interdependen
Pada fase ini perilaku intrerdependen muncul, ibu dan
keluarga bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para
anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan,
walaupun sudah berubah dengan adanya seorang anak,
kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan
utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan
4 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkan anak.
Pasangan ini harus berbagi kesenangan yang bersifat
dewasa.
Fase interdependen (letting-go) merupakan fase yang
penuh stress bagi orang tua. Ibu yang bisa beradaptasi
dengan peran barunya telah mampu atau menemukan
karakternya sebagai seorang ibu. Kesenangan dan
kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Ibu dan suaminya
harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing
dalam hal mengasuh anak.
Peran bidan
Perasaan ketakutan dan khawatir pada ibu yang baru
melahirkan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya
bisa dicegah. Oleh karena itu, bidan dapat melakukan
pencegahan dengan mendengarkan penjelasan dan segala
yang dikeluhkan ibu serta memperhatikan sikap ibu terhadap
bayi, suami, anggota keluarga yang lain dan tenaga
kesehatan itu sendiri . Sehingga dapat mencegah hal-hal
yang dapat menimbulkan stress. Dengan bertemu dan
mengenal suami atau anggota keluarga lain yang dekat
dengan ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih
mendalam terhadap setiap permasalahan yang
mendasarinya.
Ibu mungkin merasa tegang dan tidak nyaman dalam
merawat bayinya, dalam hal ini bidan harus membesarkan
hatinya ( terutama untuk ibu primipara). Ibu seperti ini
biasanya mudah kehilangan kepercayaan dirinya setelah
melihat para professional (bidan) yang dengan cekatan
menangani bayinya dan berhasil menenangkannya
sementara ia sendiri tidak mampu melakukannya. Untuk
mengatasi hal ini bidan dapat memberikan penjelasan pada
ibu, bahwa para professional dapat melakukannya karena
sudah lama belajar ketrampilan tersebut, ibu juga berangsur-
angsur akan belajar dan menguasai ketrampilan tersebut.
5 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
Jika perilaku ibu postpartum tampak tidak lazim maka
bidan perlu waspada adanya psikosis nifas. Jika terjadi
psikosis atau depresi segera rujuk atau konsultasikan dengan
ahi.
2.2 Gangguan Psikologis Postpartum
Melahirkan bayi merupakan suatu peristiwa sangat penting
yang dinanti-nantikan oleh sebagian besar perempuan. Menjadi
seorang ibu membuat seorang perempuan merasa telah berfungsi
utuh dalam menjalani kehidupannya, disamping beberapa
fungsinya yang lain, seperti sebagai istri, sebagai bagian dari
keluarga, sebagai anak dari kedua orang tuanya, serta sebagai
anggota dari keluarga besar dan masyarakat.
Dengan berperan sebagai seorang ibu baru, seorang
perempuan dapat merasakan hidupnya menjadi lebih berarti dan
bermakna. Hal itu dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam
berperan dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam keluarga
(sebagai istri dan sebagai ibu) maupun di tengah masyarakat (di
lingkungan tempat tinggal, di tempat bekerja, maupun di
lingkungan sosial).
Namun, tidak demikian halnya dengan sebagian kecil
perempuan yang justru merasa sedih, jengkel, lelah, ingin marah,
merasa tidak berarti, serta putus asa, dalam menjalani hari-hari
seusai melahirkan putera atau puteri yang semula di nanti-
nantikannya. Perasaan-perasaan tersebut akan diikuti rasa enggan
mengurus bayinya, malas menyusui, ada pikiran untuk bunuh diri
atau bahkan ingin membunuh bayinya tersebut.
Bila hal ini dibiarkan berlangsung lama dan tidak diatasi
segera, tentu akan berakibat buruk baik bagi ibu tersebut, bagi
bayinya, bagi perkembangan kepribadian sang anak, maupun bagi
hubungan antara ibu dan bayinya. Kondisi seorang ibu yang
demikian juga akan mempengaruhi hubungan suami istri dalam
arti yang luas, antara lain dalam komunikasi, pemberian perhatian,
toleransi serta dalam hubungan seksual, yang lama kelamaan
dapat pula mempengaruhi keutuhan keluarga.
6 Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum
Ada 3 tipe gangguan psikologis pascasalin, diantaranya adalah
maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis
(Ling dan Duff, 2001). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa ada 3 golongan gangguan
psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga
sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang
bersifat sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca
persalinan yang berlangsung sampai berminggu – minggu atau
bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak menyadari
bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum
psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang
sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga
selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
2.2.1 Post partum blues
1. PENGERTIAN
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity
blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti :
reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung